26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPS SD 2.1.1.1 Pengertian Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 BAB III Pasal 7 ayat 3 selanjutnya dijelaskan dalam Lampiran Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi khususnya pada mata pelajaran IPS SD/MI. IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokokknya mempersoalkan manusia dan lingkungan alam fisik maupun lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi (Sumaatmadja, 2007). Ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kesimpulannya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktifitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (Supriatna, 2009:4). IPS awalnya diterapkan dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat.Kata IPS merupakan terjemahan dari studi sosial atau “Social Studies”.Studi sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar dan dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu sosial (Sanusi, 1971:18). IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat IPS SD

2.1.1.1 Pengertian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 BAB

III Pasal 7 ayat 3 selanjutnya dijelaskan dalam Lampiran Permendiknas

Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi khususnya pada mata pelajaran

IPS SD/MI. IPS adalah suatu program pendidikan yang merupakan suatu

keseluruhan yang pada pokokknya mempersoalkan manusia dan lingkungan

alam fisik maupun lingkungan sosialnya yang bahannya diambil dari berbagai

ilmu sosial seperti : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu

politik dan psikologi (Sumaatmadja, 2007). Ini sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 bahwa

pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik

untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis

serta bertanggung jawab. Kesimpulannya, fokus kajian IPS adalah berbagai

aktifitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan

karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (Supriatna, 2009:4).

IPS awalnya diterapkan dalam dunia pendidikan di Amerika

Serikat.Kata IPS merupakan terjemahan dari studi sosial atau “Social

Studies”.Studi sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan

merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar dan

dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin ilmu

sosial (Sanusi, 1971:18). IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran

yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

10

sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah kehidupan (Sapriya,

2009:20).

Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran

yang berkaitan dengan perkembangan masyarakat dan manusia sebagai

anggota masyarakat. Sedangkan menurut Mulyono(1980:8), IPS adalah

perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS

merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi,

antropologi, budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan

ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan

materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Selanjutnya menurut Sumaatmaja (2002:123) bahwa IPS adalah suatu

program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya

mempersoalkan manusia dan lingkungan alam fisik maupun lingkungan

sosianya yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti : geografi,

sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, ilmu politik dan psikologi.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa

IPS adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia sebagai

anggota masyarakat dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yang bahannya

diambil dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi,

hukum dan politik, kewarganegaraan, bidang humaniora, pendidikan dan

agama.

2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPS SD

Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 menegaskan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Menurut Depdiknas

(2008:162) mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

11

1. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin

tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

2. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, bekerja sama

dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan tingkat global.

Penanaman sikap rasa ingin tahu tentang adanya hubungan antara IPS,

lingkungan, masyarakat, globalisasi dan budaya dirangkum dalam ruang

lingkup pembelajaran IPS SD/MI. Jadi Permendiknas No. 22 Tahun 2006

mempunyai ruang lingkup bahan kajian IPS sebagai berikut :

1. Manusia, tempat, dan lingkungan.

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.

3. Sistem sosial dan budaya.

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

2.1.1.3 Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS SD

Berdasarkan Lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang

standar isi, menjelaskan bahwa Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) mata pelajaran IPS di SD adalah batasan minimum yang harus

dicapai oleh peserta didik, dan landasan guru guna mengembangkan materi

pokok pelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi

yang harus dicapai siswa untuk penilaian. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar mata pelajaran IPS SD/MI adalah sebagai berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

12

Tabel 1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata

pelajaran IPS kelas 5 semester I

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia

1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

IPS ternyata dapat mengajak siswa untuk belajar mengenal tokoh-

tokoh penting di masa lampau, membawa siswa untuk mempelajari masa

lampau dan masa kini, menghargai peninggalan-peninggalan bersejarah, dan

mempelajari alam sekitar. Berdasarkan kompetensi dasar di atas, siswa

diharapkan mampu mencari tahu tentang konsep IPS melalui proses

pembelajaran IPS.

2.1.1.4 Pembelajaran IPS SD

Berdasarkan latar belakang pembelajaran IPS, dalam Permendiknas

No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan bahwa melalui

pembelajaran IPS, peserta didik dapat diarahkan untuk dapat menjadi warga

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

13

Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia

yang cinta damai. IPS juga dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat

dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis, karena di masa

mendatang tantangan bagi peserta didik akan bertambah berat akibat

kehidupan masyarakat global selalu berubah setiap saat.

Istilah pembelajaran berasal dari dua aktivitas yaitu belajar dan

mengajar. Kata belajar lebih cenderung ke arah orang yang menerima ilmu

(peserta didik), sedangkan kata mengajar lebih cenderung ke arah orang yang

memberikan ilmu (guru). Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

Nasional No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sedangkan menurut Sagala (2009:61) pembelajaran adalah membelajarkan

siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan. Dari pengertian tersebut,

pembelajaran dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan pendidik agar

terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran,

dan pembentukkan sikap dan keyakinan peserta didik (Susanto, 2013:19).

Hakikat dari pembelajaran IPS adalah telaah tentang manusia dan

dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan

sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat

berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone

dan internet.kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya,

antara Negara satu dengan Negara lainnya. Dengan demikian, maka arus

informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini

bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.

Menurut Sapriya (2009:20) istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata

pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

14

ilmu sosial, humaniora,sains, bahkan berbagai isu dan masalah kehidupan.

Sehingga dengan adanya mata pelajaran IPS SD diharapkan para peserta didik

mampu memperoleh pengetahuan serta wawasan tentang konsep-konsep dasar

ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap

masalah sosial di lingkungannya, dan memiliki keterampilan mengkaji dan

memecahkan masalah-masalah sosial di lingkungan sekitarnya. IPS di SD

berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan,nilai, sikap, dan keterampilan

siswa tentang masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia (KTSP, 2006).

Sehubungan dengan pembelajaran IPS SD, maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah interaksi antara pendidik (guru) dengan peserta

didik (siswa) yang menggunakan lingkungan serta kejadian dan masalah-

masalah yang timbul di lingkungan sebagai sumber belajar. Melalui

pembelajaran IPS, diharapkan para peserta didik memiliki pengetahuan akan

lingkungan sosial, sikap yang positif, menghormati norma-norma yang

berlaku dimasyarakat, dan memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah

yang ada di lingkungan sekitarnya. Dalam pembelajaran, sebaiknya guru

memahami akan sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa sekolah dasar.

Karakter anak sekolah dasar yaitu senang bermain, senang bergerak, senang

bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung.

Dengan kata lain, anak SD lebih senang jika mereka dapat belajar melalui

permainan.

Menurut Piaget (1936), anak dengan kelompok usia 7-12 tahun berada

dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitif pada tingkatan

operasional konkrit. Pada usia ini anak telah mampu berfikir secara rasional

dan objektif, namun mereka belum mampu berfikir secara abstrak karena jalan

pikiran mereka masih terbatas terhadap hal yang konkrit. Mengetahui hal ini,

ada baiknya guru menggunakan model pembelajaran yang lebih

menyenangkan sehingga siswa merasa tertarik dan memiliki rasa ingin tahu,

serta termotivasi untuk menjadi yang terbaik di antara teman-temannya yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

15

lain dalam pembelajaran IPS. Dengan demikian, pengetahuan siswa akan

bertambah tidak hanya melalui buku dan penjelasan guru, tetapi juga dengan

cara bersenang-senang.

Hasil kajian tentang pembelajaran IPS SD, maka diperlukan

pembelajaran yang bersifat menarik dan menyenangkan bagi siswa SD.

Pembelajaran IPS SD dapat dilakukan melalui permainan yang disukai oleh

peserta didik. Maka peserta didik akan mendapatkan pengetahuan melalui

permainan yang di dalamnya terdapat materi pelajaran. Pembelajaran dapat

menggunakan model kooperatif yang diawali dengan pembagian kelompok

belajar, selanjutnya pemberian masalah yang pada suatu materi pembelajaran,

kemudian masalah tersebut harus diselesaikan bersama-sama dalam kelompok

melalui permainan. Dengan demikian,siswa akan merasa senang dan lebih

mudah mengingat materi pelajaran karena mereka belajar memahami materi

pelajaran melalui permainan yang mudah di ingat. Banyak model

pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan oleh guru, salah satunya adalah

model pembelajaran Teams-Games-Tournament(TGT), model pembelajaran

ini dapat digunakanuntuk pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan

permainan yang dapat menumbuhkan minat belajar dan berkompetisi secara

sehat.

2.1.2 Teams-Games-Tournament (TGT)

Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5-6 siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku

atau ras yang berbeda (Rusman, 2012:224).

Teams-Games-Tournament (TGT) menggunakan turnamen akademik,

dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana

peran siswa berlomba sebagai wakil team mereka dengan anggota tim lain

yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2005:163).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

16

Berdasarkan pendapat di atas tentang Teams-Games-Tournament

(TGT) dapat disimpulkan bahwa Teams-Games-Tournament (TGT)

merupakan pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama siswa

antar anggota kelompok yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku

atau ras yang berbeda untuk memecahkan suatu masalah dan memperoleh

skor untuk kelompoknya.

2.1.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Teams-Games-

Tournament (TGT)

Seperti model-model pembelajaran yang lain, padapenggunaan model

pembelajaran tipe Teams-Games-Tournament (TGT) juga terdapat kelebihan

dan kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran tipe Teams-Games-

Tournament (TGT) menurut Suarjana (2000:10) adalah :

1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.

2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.

3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.

4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.

5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.

6. Motivasi belajar lebih tinggi.

7. Hasil belajar lebih baik.

8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran Teams-Games-

Tournament (TGT) adalah :

1. Bagi Guru

Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru

yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan

pembagian kelompok. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa

cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

17

Kelemahan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara

menyeluruh.

2. Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang

mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu

menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

2.1.2.2 Langkah-langkah/sintak pembelajaran Teams-Games-Tournament

(TGT)

Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran Teams-Games-

Tournament (TGT) menurut Slavin (2005:170) adalah :

1. Presentasi di kelas.

2. Belajar Tim.

Para siswa mengerjakan lembar kegiatan dalam tim mereka untuk menguasai

materi.

3. Turnamen.

Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang heterogen.

4. Rekognisi Tim.

Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut

akan direkognisi apabila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Isjoni (2009: 84-86), langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament terdiri dari 5 langkah

tahapan yaitu : (1) tahap penyajian kelas (class precentation); (2) belajar

dalam kelompok (teams); (3) permainan (games) ; (4) pertandingan

(tournament); dan (5) penghargaan kelompok (team recognition)

1. Tahap Penyajian kelas (class precentation)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

18

Tahap ini terdiri dari 4-5 siswa atau lebih mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan

etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah

untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis

dengan baik.

2. Belajar dalam kelompok (teams)

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai orang yang mewakili kemampuan, jenis

kelamin, etnis, suku, dan ras yang berbeda.Dengan adanya

heterogenitas anggota kelompok diharapkan dapat memotivasi siswa

untuk saing membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan

siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.

Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa

bahwa belajar secar kooperatif sangat menyenangkan.

3. Permainan (games)

Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

Permaianan tersebut dimaiankan di muka meja dengan tiga orang

siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Dalam

permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya.Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing

ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen

ditempati 5 sampai 6 orang siswa atau lebih, dan diusahakan agar tidak

ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja

turnamen diusahakan setiap peserta homogen.

4. Turnamen (tournament)

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

19

Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan

berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit,

setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah

melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Ada

turnamen pertama guru mrnunjuk siswa untuk berada pada meja

turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja satu,

tiga berikutnya pada meja dua dan seterusnya.

5. Penghargaan kelompok (team recognition)

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok

adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor

kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh

oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya

anggota kelompok.

Kreatifitas dan kemampuan dalam pemilihan model pembelajaran

merupakan kemampuan dan keterampilam mendasara yang harus dimiliki

guru. Hal ini didasari asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih model

pembelajaran akan berlangsung terhadap hasil belajar siswa.

Tabel 2

Nilai Permainan Teams-Games-Turnament

Peringkat Pemaian Poin yang Diperoleh Top Score 40

High Middle Score 30 Low Middle Score 20

Low Score 10

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan:Top Score (skor tertinggi), High

Middle Score (skor tinggi), Low Middle Score (skor rendah), Low Score (skor

terendah).

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

20

Tabel 3

Kriterian Penghargaan Kelompok

Kriteria penilaian Predikat 30 sampai 39 Tim kurang baik 40 sampai 44 Tim baik 45 sampai 49 Tim baik sekali

50 ke atas Tim istimewa

Pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)dapat dilakukan

dengan mengikuti sintak/langkah-langkah berikut:

Tabel 4

Tahap-tahap pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT)

No.

Tahap-tahap Kegiatan Guru

1. a. Tahap I Penyajian Kelas

a. Guru membagi siswa dalam kelompok yang heterogen, baik dari sisi kemampuan akademik, etnis, dan jenis kelamin.

b. Guru meminta setiap kelompok memilih Town Hall sesuai games Clash-Of-Clansyang sudah disiapkan.

c. Guru memberi penjelasan mengenai tugas yang akan dilaksanakan setiap kelompok dalam permainan.

b. Tahap II Belajar dalam Kelompok

Dengan bantuan guru setiap kelompok membuat perencanaan kegiatan sesuai aturan dan langkah yang ada di dalam game Clash-Of-Clans.

c. Tahap III Permainan

a. Siswa dalam kelompok melaksanakan kegiatan dalam bentuk games Clash-Of-Clans sesuai langkah yang telah direncanakan.

b. Setiap kelompok harus manaati peraturan yang telah ditetapkan dalam permainan.

c. Guru menjadi penentu langkah selanjutnya seluruh kelompok.

d. Tahap IV Turnamen

a. Guru menempatkan siswa berdasarkan kelompok.

b. Guru memberikan pertanyaan sesuai petak

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

21

yang telah dipilih oleh siswa c. Permainan berakhir jika salah satu

kelompok siswa berhasil menguasai wilayah kelompok siswa lain.

d. Bila seluruh kelompok gagal menguasai wilayah kelompok lain, maka akan di hitung jumlah petak yang berhasil dikuasai masing-masing kelompok.

e. Tahap V Penghargaan Kelompok

a. Guru bersama siswa menghitung skor yang telah didapatkan masing-masing kelompok.

b. Guru memberikan hadiah kepada kelompok pemenang.

2. Tahap Penutup Guru dan siswa melakukan refleksi mengenai materi pembelajaran, memberikan penguatan, serta melakukan tindak lanjut dengan memberikan tugas berupa pekerjaan rumah.

Tabel 5

Implementasi pembelajaran Teams-Games-Tournament

(TGT) menggunakan permainan Clash-Of-Clans dalam Standar

Proses

Sintaks TGT menurut Isjoni (2009: 84-86)

Langkah- LangkahdalamStandar Proses Permendiknas Nomor 41

Sintak Implementasi TGT menggunakan permainan Clash-Of-Clansdalam pembelajaran IPS

a. Tahap I Penyajian Kelas

Pendahuluan a. Guru membuka pelajaran dengan salam.

b. Guru melakukan presensi dan mengecek persiapan peserta didik.

c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

d. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan dan direncanakan.

e. Guru memberikan apersepsi dengan mengajak siswa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

22

bernyanyi lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”

b. Tahap II Belajar Dalam

Kelompok

a. Guru membagi siswa dalam kelompok.

b. Guru menjelaskan tugas masing-masing kelompok.

c. Pembagian siswa secara heterogen, baik secara kemampuan akademis, etnik, dan jenis kelamin.

c. Tahap III Permainan

Kegiatan Inti a. Siswa dalam kelompok melaksanakan kegiatan dalam bentuk games Clash-Of-Clans sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan.

b. Setiap kelompok harus mengikuti petunjuk dan aturan permainan dalam games.

c. Guru menjadi penentu langkah selanjutnya seluruh kelompok.

d. Tahap IV Turnamen

a. Guru menempatkan siswa berdasarkan kelompok.

b. Guru memberikan pertanyaan sesuai petak yang telah dipilih oleh siswa

c. Permainan berakhir jika salah satu kelompok siswa berhasil menguasai wilayah kelompok siswa lain. Bila seluruh kelompok gagal menguasai wilayah kelompok lain, maka akan di hitung jumlah petak yang berhasil dikuasai masing-masing kelompok.

e. Tahap V a. Guru bersama siswa

menghitung skor yang telah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

23

Penghargaan Kelompok

didapatkan masing-masing kelompok.

b. Guru memberikan hadiah kepada kelompok pemenang.

f. Tahap VI Tahap Evaluasi

Penutup a. Guru dan siswa melakukan refleksi mengenai materi pembelajaran.

b. memberikan penguatan terhadap siswa yang belum aktif selama pembelajaran.

c. Guru memberikan tindak lanjut dengan memberikan tugas berupa pekerjaan rumah.

d. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

2.1.2.3 Analisis Komponen Model Pembelajaran Teams-Games-

Tournament (TGT)

Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun (2016:102-121)

mengemukakanbahwa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur

berupa:

1. Sintaks

2. Prinsip

3. Reaksi

4. Sistem sosial

5. Sistem Pendukung

6. Dampak Instruksional dan dampak pengiring.

Berikut akan diuraikan analisis komponen pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) berdasarkan model pembelajaran tertentu.

1. Sintaks

Sintaks merupakan urutan langkah pengajaran yang menunjuk pada

fase-fase atau tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila menggunakan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

24

model pembelajaran tertentu.Menurut Isjoni (2009: 84-86), langkah-langkah

model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament terdiri dari 5

langkah tahapan yaitu :

1. Tahap penyajian kelas (class precentation);

2. Belajar dalam kelompok (teams);

3. Permainan (games);

4. Pertandingan (tournament); dan

5. Penghargaan kelompok (team recognition)

Langkah-langkah pembelajaran tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap Penyajian kelas (class precentation)

Tahap ini terdiri dari 4-5 siswa atau lebih mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan

etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk

mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

2. Belajar dalam kelompok (teams)

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang yang mewakili kemampuan, jenis

kelamin, etnis, suku, dan ras yang berbeda.Dengan adanya

heterogenitas anggota kelompok diharapkan dapat memotivasi siswa

untuk saing membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan

siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.

Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa

bahwa belajar secar kooperatif sangat menyenangkan.

3. Perminan (games)

Games terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang

diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

Permaianan tersebut dimaiankan di muka meja dengan tiga orang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

25

siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda. Dalam

permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya.Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing

ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen

ditempati 5 sampai 6 orang siswa atau lebih, dan diusahakan agar tidak

ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja

turnamen diusahakan setiao peserta homogen.

4. Turnamen (tournament)

Turnamen adalah sebuah struktur dimana permainan

berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu ataua khir

unit, setekah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah

melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Ada

turnamen pertama guru mrnunjuk siswa untuk berada pada meja

turnamen, tiga siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja satu,

tiga berikutnya pada meja dua dan seterusnya.

5. Penghargaan kelompok (team recognition)

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan

kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih

rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor

yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan

banyaknya anggota kelompok.

Kreatifitas dan kemampuan dalam pemilihan model pembelajaran

merupakan kemampuan dan keterampilam mendasara yang harus dimiliki

guru. Hal ini didasari asumsi bahwa ketepatan guru dalam memilih modl

pembelajaran akan brlangsung terhadap hasil belajar siswa.

2. Prinsip Reaksi

Pada prinsip reaksi ini menggambarkan pola tingkah laku guru dalam

memperlakukan siswa ketika belajar.Peran guru dalam pembelajaran

kooperatif tipe TGT adalah sebagai fasilitator yang terlibat langsung dalam

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

26

pembelajaran.Guru juga berperan sebagai pembimbing setiap kelompok

dengan menciptakan suasana yang hangat dan menyenangkan. Guru

menjelaskan tentang tata cara/aturan pembelajaran yang akan berlangsung

dengan jelas sehingga semua siswa dapat memahami dengan baik. Guru

memfasilitasi dan mengarahkan siswa dalam membentuk kelompok. Setelah

terbentuk kelompok-kelompok, guru memberikan arahan tentang cara diskusi

kelompok. Guru mengecek kemampuan siswa dalam kelompok dengan

caramemberikan pertanyaan/soal permainan. Guru juga membimbing siswa

dalam mencari jawaban jika diperlukan.Setelah siswa memaparkan

jawabannya, guru melakukan pemantapan materi dan klarifikasi apabila siswa

mengalami miskonsepsi.

3. Sistem sosial

Sistem sosial/norma yang terdapat dalam model ini berlandaskan pada

proses demokrasi dan keputusan kelompok. Guru dan siswa memiliki status

yang sama, namun menduduki peran yang berbeda (Joyce, Weil dan Calhoun,

2009: 323). Guru tidak sepenuhnya menjadi pusat perhatian, namun ada

kalanya perhatian tersebut tertuju pada siswa. Sistem sosial dalam

pembelajaran ini berupa sikap saling membantu antarteman dalam

kelompok.Siswa saling bahu-membahu dalam mencari jawaban yang paling

tepat atas pertanyaan yang diterima.Ketika belangsungnya diskusi untuk

mencari jawaban yang tepat, setiap anggota kelompok pasti mempunyai

jawaban atau gagasan yang berbeda-beda.Dalam hal ini tentu saja harus ada

pendapat yang diterima dan ditolak. Disinilah siswa akan belajar saling

menghargai pendapat yang dikemukakan oleh teman. Selain itu, ketika

jawaban dari semua kelompok dibacakan, akan terlihat kelompok mana yang

mempunyai prestasi tertinggi dan terendah. Kelompok yang mempunyai

prestasi rendah, akan belajar menerima kekalahan kelompok sendiri dan

menghargai kemenangan kelompok lain.

4. Sistem Pendukung

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

27

Sistem pendukung yang diperlukan dalam pembelajaran

kooperatifTGT salah satunya adalah kondisi lingkungan fisik sesuai kebutuhan

siswadalam pembelajaran seperti kebersihan dan kenyamanan ruang kelas,

ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses

pembelajaran yang berupa meja, kursi, papan tilis, dll. Selain itu, guru harus

mempersiapkan bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi pecahan untuk

siswa lengkap dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau berupa pertanyaan

yang siap diajukan kepada siswa dan sumber belajar (buku dan lingkungan

sekitar siswa) yang berkaitan dengan materi gaya dan pengaruhnya. Tidak

lupa guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional merupakan hasil belajar yang harus dikuasai

siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau

menyelesaikan pengalaman belajarnya. Secara umum, dampak instruksional

setelah siswa mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu proses pembentukan dan pengelolaan

kelompok dapat dilakukan secara efisien sesuai minat siswa namun masih

dalam kontrol guru; sehingga proses pembelajaran secara berkelompok dapat

berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TGT ini, diharapkan dapat membiasakan siswa

untuk membangun pengetahuannya melalui diskusi kelompok, sehingga siswa

akan lebih termotivasi untuk belajar. Melalui proses kerjasama dalam

kelompok, siswa berlatih untuk disiplin dan tanggung jawab dari masing-

masing anggotakelompok.Sehinggasemua berpartisipasi aktif dalam diskusi.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

28

Tanggung Jawab

Sportif

Kerjasana

Toleransi

Aktif

Mampu menyebutkan

kerajaan Hindu-

Buddha dan Islam di

Indonesia

Berpikir Kritis

Percaya Diri

Mampu menyebutkan

peninggalan sejarah

kerajaan Hindu-

Buddha dan Islam di

Indonesia

Mampu menceritakan

tokoh-tokoh pada

masa Hindu-Buddha

dan Islam di

Indonesia

Model Teams-Games-

Tournament

Keterangan :

Dampak Intruksional :

Dampak Pengiring :

Bagan 1

Dampak Pengiring dan Dampak Intruksional Model Pembelajaran

Teams-Games Tournament

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

29

2.1.3 Permainan Clash-Of-Clans (Perang antar Suku)

Dalam pembelajaran Teams Games Tournament terdapat suatu

kelemahan yaitu waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup

banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan, sedangkan

kelemahan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara

menyeluruh. Dalam mengatasi kelemahan pembelajaran TGT tersebut dapat

diatasi dengan menggunakan permainan. Permainan adalah kegiatan yang

kompleks yang di dalamnya terdapat peraturan, bermain dan budaya (Jurnal

telematika Vol. 7 No.2 Agustus 2014).

Permainan Clash-Of-Clans(Perang antar suku) adalah permainan yang

dilakukan siswa dengan cara menguasai wilayah lawan. Permainan ini

trerinspirasi dari permainan game online dengan nama yang sama. Peneliti

tertarik menggunakan permainan Clash-Of-Clansdikarenakan permainan ini

tengah ramai dimainkan oleh para gamers sekarang ini. Gamers yang

memainkan permainan ini terdiri dari anak-anak hingga dewasa. Ini

membuktikan bahwa Clash-Of-Clansadalah permainan yang mudah untuk

dimainkan. Permainan ini mengharuskan pemain menguasai wilayah lawan

dengan cara menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan yang tersimpan

pada petak-petak wilayah. Menurut Piaget, perkembangan siswa SD masuk

pada operasional konkrit bahwa mereka berfikir atas dasar pengalaman nyata,

sehingga permainan ini dapat digunakan untuk siswa SD karena siswa SD

memiliki karakter yang masih suka belajar sambil bermain.

Karakteristik siswa SD yang suka belajar sambil bermain sesuai

dengan teori belajar Dienes. Teori belajar Dienes atau lebih dikenal dengan

teori belajar bermain, terkontrol dengan memperhatikan taraf perkembangan

kognitif siswa dan merupakan cara untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk ikut berpartipasi dalam proses pembelajaran. hal tersebut dapat

memberikan semangat kepada siswa untuk termotivasi dalam proses belajar

mengajar, khususnya pemahaman dalam mata pelajaran IPS, agar proses

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

30

pembelajaran dapat lebih maksimal dengan harapan agar kualitas

pembelajaran meningkat.

2.1.4 Hasil Belajar IPS

2.1.4.1 Pengertian

Pendidikan IPS pada hakekatnya berfungsi untuk membantu

perkembangan peserta didik memiliki konsep diri yang baik, membantu

pengenalan dan apresiasi tentang masyarakat global dan komposisi budaya,

sosialisasi proses sosial, ekonomi, politik, membantu siswa untuk mengetahui

waktu lampau dan sekarang sebagai dasar untuk mengambil keputusan,

mengembangkan kemampuan untuk memecahkan masalah dan keterampilan

menilai, membantu perkembangan peserta didik untuk berpartisipasi secara

aktif dalam kehidupan masyarakat (Skeed, 1995:11). Hasil belajar peserta

didik sangat perlu untuk diketahui, karena hasil belajar adalah salah satu

indikator untuk mengukur keberhasilan peserta didik dalam suatu mata

pelajaran.

Menurut Arikunto (2002:132) hasil belajar adalah hasil yang dicapai

seorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang

dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau

materi yang diajarkan sudah diterima siswa. Hasil belajar menurut Oemar

(2009:27) adalah apabila seorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah

laku orang tersebut.

Menurut Purwasari (2013:5) hasil belajar merupakan hasil dicapai oleh

siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, hasil belajar bukan

ukuran tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar.Sedangkan

menurut Sjukur (2012:372) hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari

proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang serta akan

tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya

karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

31

ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berfikir

serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkann bahwa

hasil belajar merupakan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik pada diri

siswa setelah melalui proses pembelajaran dan perilaku tersebut bersifat

permanen.

2.1.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor

utama yaitu faktor kemampuan siswa dan faktor lingkungan. Menurut Slameto

(2010:54) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat

dibedakan menjadi 2 macam, diantaranya:

1. Faktor internal siswa

Sebuah keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang

berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yaitu:

a. Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus atau tegangan otot yang

menandai tinngkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,

dapat memengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran.

b. Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

memengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa, namun

diantara faktor0faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang

lebih esensial itu adalah sebagai berikut: (1) tingkat kecerdasan atau

intelegensi siswa, (2) sikap siswa, (3) bakat siswa, (4) motivasi siswa.

2. Faktor eksternal siswa

Sebuah kondisi lingkungan di sekitar siswa seperti faktor internak

siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri dari dua macam yaitu faktor

ligkungan sosial dan nonsosial.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

32

a. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, tenaga

kependidikan, teman-teman, masyarakat, dan tetangga. Lingkungan

sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar siswa adalah orang tua

dan keluarga siswa itu sendiri.

b. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk ligkuga nonsosial adalah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-

alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yag digunakan siswa.

c. Faktor-faktor pendekatan belajar

Jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan yang membantu dalam

pembelajaran mempelajari materi-materi pembelajaran. Pendekatan

belajar dapat dipahami sebagai keefektifan segala cara atau strategi

yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi

proses belajar materi tertentu.

2.1.4.3 Pengukuran Hasil Belajar IPS

Pengukuran hasil belajar dapat dilihat melalui tes, baik tes tertulis

maupun tes lisan. Tes dapat digunakan sebagai alat ukur pencapaian belajar

siswa dalam suatu mata pelajaran. Tes juga berfungsi untuk memperoleh

umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki hasil belajar

mengajar maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Penilaian berfungsi

sebagai sumber informasi sampai mana prestasi dan pencapaian belajar siswa

untuk menentukan lulus tidaknya seseorang siswa maka penilaian ini disebut

penilaian sumatif. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS yang

maksimal, siswa harus terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.

2.2 Kajian Penilaian Relevan

Dalam melakukan penelitian, haruslah memiliki acuan penelitian

relevan yang dapat digunakan sebagai dasar dilakukannya sebuah penelitian:

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

33

1. Noviana Erwinta (2016). Penggunaan metode pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) utuk meningkatkan aktivitas dan prestasi

siswa. Penelitian ini dilakukan pada kelas 4 SD Negeri Guwo. Hasil

penelitian pada siklus 2 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang

mencapai KKM meningkat dengan menggunakan metode TGT.

2. Ristiowati (2014). Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT

untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Penelitian ini untuk meningkatkan

hasil belajar siswa kelas 5 SDN Hendrosari Menganti Gresik melalui

model TGT. Hasil penelitian siklus 2 menunjukkan hasil belajar siswa

meningkat menggunakan model TGT.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian relevan

di atas adalah pengaplikasian permainan Clash-Of-Clans pada penerapan

pembelajaran TGT agar hasil belajar siswa dapat meningkat.

2.3 Kerangka Pikir

Ketercapaian hasil pembelajaran di sekolah dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, diantaranya yaitu kondisi siswa baik internal maupun

ekternal, kurikulum, serta sarana prasarana yang tersedia. Karena IPS adalah

mata pelajaran yang menghubungkan antara manusia dan lingkungan fisik

serta sosialnya, kondisi internal dan eksternal siswa, serta kurikulum, sarana

dan prasarana yang tersedia sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran

IPS. Hasil belajar mata pelajaran IPS juga ditentukan oleh proses

pembelajaran mata pelajaran IPS. Jika pembelajaran melibatkan peserta didik

secara maksimal, maka hasil belajar yang diperoleh akan maksimal.

Untuk melakukan pembenahan dan inovasi untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran IPS adalah digunakannya model pembelajaran yang

menyenangkan dan dapat menarik minat belajar siswa.Model pembelajaran

yang digunakan haruslah model yang dapat mengajak siswa untuk

berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.Model pembelajaran yang

dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPS adalah model

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16302/2/T1_292013179_BAB II...Menurut Poerwito (1992:3) bahwa IPS merupakan mata pelajaran ... antropologi,

34

pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament. Model pembelajaran

kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang disajikan secara berkelompok

dalam bentuk permainan akademik yang dapat menarik minat siswa untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran.Pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-

Tournamentdapat dipadukan dengan permainan Clash-Of-Clans yang saat ini

sedang diminati oleh masyarakat luas.permainanClash-Of-Clans ini sangat

mudah untuk dimainkan, namun harus menggunakan strategi yang baik untuk

memenangkan pertandingan. PermainanClash-Of-Clans mengajarkan para

pemain untuk menjalankan sebuah kompetisi dan berusaha untuk menguasai

wilayah musuh.Ini yang menyebabkan permainan Clash-Of-Clansdapat

digunakan sebagai permainan dalam pembelajaran IPS.Dalam pembelajaran

IPS, permainan dibentuk menjadi petak-petak yang dibagi menjadi 4 wilah

kekuasaan. Tiap-tiap kelompok harus aktif untuk menjawab pertanyaan pada

setiap petak untuk menguasai wilayah yang diinginkan melalui kerja sama.

Namun ketika kelompok yang ditunjuk untuk menjawab ternyata gagal

menjawab pertanyaan, maka kesempatan akan diberikan kepada kelompok

lain. Sehingga dengan menggunakan permainan ini siswa dapat memiliki jiwa

kompetisi melalui persaingan sehat untuk menjadi seorang pemenang. Dengan

menggunakan permainan Clash-Of-Clans, siswa akan berusaha untuk menjadi

seorang pemenang dengan aktif menjawab pertanyaan. Siswa juga akan

merasakan bahwa belajar juga dapat dilakukan melalui sebuah permainan, ini

akan membuat siswa merasakan bermain sambil bermain, hal ini akan

memompa minat belajar siswa sehingga hasil belajar siswa akan meningkat

dari pembelajaran sebelumnya.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran Teams-

Games-Tournamentdengan menggunakan media permainan Clash-Of-

Clansdapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Salatiga 12

Kotamadya Salatiga Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018.