20
8 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan pendekatan CTL dengan metode inquiry yaitu metode dimana dalam suatu pembelajaran siswa berupaya menemukan sendiri pemecahan dari suatu permasalahan dengan tetap menghubungkan dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Dengan metode ini siswa dapat lebih aktif dan merasakan langsung segala aktivitas pembelajaran tidak hanya menerima pembelajaran dari guru atau buku sehingga pembelajaran nyata dengan keadaan sehari-hari, serta dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi. Metode ini juga dapat mengembangkan kemampuan serta kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Definisi Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang relatif permanen dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan yang merupakan hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dengan adanya interaksi antara stimulus dan respon terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga ketrampilan, sikap, minat, watak dan penyesuaian diri. Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan, sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Purwanto, 2001). Setiap peserta didik yang telah melalui proses pembelajaran sudah tentu akan mengalami proses perubahan, baik dalam cara berfikir, tutur kata, bersikap dan berbuat, juga ilmu yang didapat. Ini didukung oleh teori Gulo (2004) yang menyatakan bahwa belajar berarti suatu proses yang berlangsung di dalam diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/1001/3/T1_292008505_BAB II.pdf · dengan metode inquiry yaitu metode dimana dalam suatu pembelajaran

  • Upload
    vankiet

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

8

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Untuk mengatasi masalah tersebut penulis menggunakan pendekatan CTL

dengan metode inquiry yaitu metode dimana dalam suatu pembelajaran siswa

berupaya menemukan sendiri pemecahan dari suatu permasalahan dengan tetap

menghubungkan dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Dengan metode ini siswa

dapat lebih aktif dan merasakan langsung segala aktivitas pembelajaran tidak hanya

menerima pembelajaran dari guru atau buku sehingga pembelajaran nyata dengan

keadaan sehari-hari, serta dapat mengembangkan kemampuan sosialisasi. Metode ini

juga dapat mengembangkan kemampuan serta kreatifitas siswa dalam proses

pembelajaran.

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Definisi Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang

relatif permanen dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan yang

merupakan hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Dengan adanya

interaksi antara stimulus dan respon terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi

tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil

yang optimal. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu

pengetahuan tetapi juga ketrampilan, sikap, minat, watak dan penyesuaian diri.

Belajar merupakan proses yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan,

sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai

hasil pengalaman (Purwanto, 2001).

Setiap peserta didik yang telah melalui proses pembelajaran sudah tentu akan

mengalami proses perubahan, baik dalam cara berfikir, tutur kata, bersikap dan

berbuat, juga ilmu yang didapat. Ini didukung oleh teori Gulo (2004) yang

menyatakan bahwa belajar berarti suatu proses yang berlangsung di dalam diri

9

seseorang yang mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap, dan berbuat (Gulo,

2004).

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar secara efektif serta efisien, dan mengena pada suatu tujuan yang

diharapkan. Jadi belajar bukan merupakan suatu tujuan melainkan suatu proses untuk

mencapai suatu tujuan, belajar merupakan langkah atau prosedur yang ditempuh,

dengan kata lain belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan

unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan (Shodikin, 2010). Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian suatu

tujuan pendidikan tergantung dari proses belajar yang dialami oleh siswa.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik

menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar

dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan

kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardi, 2009). Menurut Anni

(2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari

pengalaman.

Dalam konteks di atas mengandung makna dasar yaitu upaya untuk

mengadakan perubahan atau pengembangan pada diri seseorang yang melibatkan

aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Seseorang dikatakan belajar apabila

ia mengadakan perubahan dalam dirinya melalui upaya terarah dan tertentu dalam

mengkaji, menelaah, memahami, membiasakan diri atau menjadikan dirinya mampu

dan peka terhadap perubahan dan perkembangan zaman (Winataputra,2008).

Menurut Susilana (2006: 106) bahwa pembelajaran tidak hanya ada dalam

konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar

mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik melalui usaha-usaha yang terencana

dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dalam suatu

proses pembelajaran yang terpenting adalah interaksi yang terjadi antara guru dan

siswa harus adil, yakni adanya komunikasi yang timbal balik antara keduanya, baik

secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu

10

dianggap sebagai subjek belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang,

minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya

terbatas sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan

mengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan pembelajaran adalah proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta

didik Sagala (2005). Dalam istilah pembelajaran siswa diposisikan sebagai subjek

belajar yang memegang peranan utama, sehinggadalam kegiatan belajar mengajar

siswa dituntut untuk beraktifitas secara penuh.

Menurut Slameto (2003: 2) dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya menjelaskan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang dalam memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan

Belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka

ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan

(skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan

mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang

hayat (Winataputra, 2008).

Ciri-ciri belajar ( Winataputra, 2008) adalah :

1. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.

Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi juga

meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor)

2. Perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi

pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan . interaksi ini

dapat berupa interaksi fisik dan psikis

3. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dalam, pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

11

lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar

dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , serta pembentukan sikap

dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran

dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan

kapanpun. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya

(Aunnurrahman, 2010). Pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan

pengertian pembelajaran yaitu:

1. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku .

Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah

adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak semua perubahan

perilaku individu merupakan hasil pembelajaran.

Pengertian yang dirumuskan oleh Hamalik, bahwa pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi , material, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran.

2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan,

perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah meliputi semua aspek perilaku

dan bukan hanya satu atau dua aspek saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif

,afektif dan motorik.

3. Pembelajaran merupakan suatu proses.

prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu

aktivitas yang berkesinambungan didalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-

tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.

4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya

suatu tujuan yang akan dicapai .

12

Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena adanya

kebutuhan yang harus di puaskan dan adanya tujuan yang ingin dicapai. Belajar tidak

akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.

5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman .

Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang ternyata dengan

tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk interaksi individu dengan

lingkungannya sehingga banyak memberikan pengalaman diri situasi nyata.

Dari beberapa pendapat mengenai belajar yang tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku dan kemampuan

seseorang karena bereaksi dengan keadaan atau karena latihan dan pengalaman, dari

yang tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti yang

mencakup aspek pengetahuan, afektif dan tingkah laku.

2.1.2. Hakikat IPA

IPA diambil dari kata Scientia yang secara harfiahnya adalah pengetahuan,

tetapi kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Menurut Setiawan (2011)

menyebutkan bahwa IPA merupakan kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk

mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang

didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia

(Setiawan, 2011) mengemukakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan

dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur,

berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.

Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa IPA adalah kumpulan

pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.

Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. "Real Science is

both product and process, inseparably Joint" (Iryani, 2010: 10).

Menurut kurikulum 2006 IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan

dan memiliki sikap ilmiah.

13

Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia

yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi

khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains Iryani (2010: 10) merumuskan bahwa

Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan IPA adalah suatu proses

yang merupakan langkah-langkah yang ditempuh para peneliti untuk melakukan

penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah

tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari penjelasan

itulah tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya

gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

2.1.2.1 Tujuan pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta

didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI

oleh Refandi (Winarsih, 2003) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI diantaranya

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan pemberian mata

pelajaran IPA menurut adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-

konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu

menggunakan suatu metode dalam memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga

lebih mencintai dan menyadari kebesaran serta kekuasaan penciptanya.

2.1.3. Hakikat IPA SD

Peningkatan mutu pembelajaran IPA di SD diupayakan antara lain melalui

pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada aktivitas siswa. Yang memberikan

14

kesempatan pada siswa sebanyak-banyaknya untuk melakukan observasi sederhana

untuk menemukkan sendiri konsep yang dibahas pada saat proses pembelajaran

berlangsung.

Pembelajaran IPA merupakan salah satu dari sekian pembelajaran yang

terdapat di jenjang pendidikan dasar. Berdasarkan KTSP (kurikulum 2006)

pendidikan di tingkat sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah memiliki tujuan antara

lain:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan

keberadaannyan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA yang

sangat bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tekhnologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar,memecahkan sekitar dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) sebagai suatu ilmu memiliki obyek kajian berupa

benda, fakta, konsep, fenomena alam, sistem, dan teknologi. IPA merupakan suatu

ilmu yang mempunyai cakupan yang sangat luas, yang terdiri dari beberapa cabang

disiplin ilmu, maka dari itu IPA selalu berhubungan erat dengan semua aspek

kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran IPA tidak hanya untuk memahami pengetahuan tapi juga

memberikan kesempatan agar siswa terlibat dan belajar dengan menggunakan berfikir

15

ilmiah, sehingga hasil yang diperoleh adalah pengetahuan cara berfikir, sikap dan

ketrampilan termasuk ketrampilan komunikasi.

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar

(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan

proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses

belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, yaitu usaha belajar

dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes,

(Shodikin, 2010).

Menurut Koster (2001) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah

pencapaian siswa setelah mengalami proses belajar mengajar yang terwujud dalam

bentuk pengetahuan (kognitif) maupun konsep diri siswa (afektif) seperti sikap watak,

kepribadian, serta ketrampilan tertentu ( psikomotorik). Hasil belajar adalah

pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam suatu keahlian atau sekumpulan

pengetahuan (shodikin, 2010).

Hasil belajar biasanya mengacu pada tercapainya tujuan belajar. Hasil belajar

menurut Uno (2008: 213) adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam

diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil

belajar memiliki beberapa ranah atau kategori dan secara umum merujuk pada aspek

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Kingsley dalam Sudjana (2004) menyatakan, hasil belajar dibagi 3 macam :

1. keterampilan dan kebiasaan

2. pengetahuan dan pengarahan

3. sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004)

Djamarah (2000: 45) menyatakan bahwa, hasil belajar adalah prestasi dari

suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun

kelompok. Hasil tidak akan pernah tercipta selama seseorang tidak melakukan

sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi yang membanggakan dibutuhkan

16

perjuangan dan pengorbanan yang besar. Hanya dengan kesungguhan dan kemauan

yang tinggi serta rasa optimisme dirilah yang dapat mewujudkannya.

Menurut Munawar (2009) berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar

dalam rangka studi dicapai dalam tiga kategori ranah yaitu :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Meliputi 5 jenjang kemauan yaitu menerima,

menjawab atau reaksi, menilai, organisasi, dan karakteristik dengan suatau nilai atau

kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotorik

Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular

(menghubungkan, mengamati).

Dari beberapa pengertian hasil belajar yang telah disampaikan beberapa ahli

diatas, penulis menyimpulkan bahwa hasil hasil belajar merujuk pada kemampuan

beberapa aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap ( afektif), dan ketrampilan

(psikomotorik). Perubahan kemampuan dalam hasil belajar dalam hal ini adalah

perubahan ke arah yang lebih baik. Hasil belajar berupa kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik tersebut diperoleh pada akhir proses pembelajaran yang berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menyerap dan memahami suatu bahan yang telah

diajarkan. Untuk mengukur hasil belajar tersebut guru menggunakan teknik tes,

berupa tes pilihan ganda. Sedangkan teknik non tes meliputi observasi atau

pengamatan, dan Angket. Dalam penelitian inihasil belajar merupakan peningkatan

kemampuan kognitif yang diukur menggunakan tes guna mendapatkan data berupa

nilai.

2.1.5. Minat Belajar Siswa

Minat belajar adalah suatu keinginan seseorang yang kuat untuk melakukan

perubahan tingkah laku guna memperoleh ilmu pengetahuan. Minat sangat erat

17

hubungannya dengan belajar, belajar tanpa minat akan terasa menjemukan, dalam

kenyataannya tidak semua belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri, ada

yang mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari

gurunya, temannya, orang tuanya (Yurmilza, 2011).

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus

yang disertai rasa sayang. Kemudian dikemukakan bahwa minat adalah suatu kondisi

yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri

(Slameto, 2003).

Minat belajar adalah adalah suatu kemampuan dalam diri seseorang ditandai

dengan suatu pengubahan perilaku dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak tahu

menjadi tahu dalam belajar Martini (Stepanus, 2011).

Menurut Suparyatun (Stepanus, 2011) memandang minat sebagai pemusatan

perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan kemauan dan tergantung dari bakat

dan kemampuan.

Slameto (2003) menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa

ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada

hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar

dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar

minatnya. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai

dengan rasa senang.

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya minat. Hasil

belajar akan menjadi optimal jika adanya minat yang tinggi pada diri siswa. Makin

tinggi minat belajar yang dimiliki siswa maka akan semakin baik hasil belajar yang

didapatnya. Jadi, dengan minat belajar yang tinggi dan kemampuan siswa untuk

melaksanakannya maka siswa akan senantiasa menentukan intensitas belajarnya

(Stepanus, 2011).

18

Menurut pendapat para ahli minat merujuk pada suatu kemauan, kemampuan,

rasa suka, rasa senang, dan ketertarikan seseorang terhadap suatu hal. Berdasarkan

pengertian dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar yang

dilihat disini adalah rasa yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran yang mereka

ikuti berupa rasa senang, dan ketertarikan dengan penggunaan metode pembelajaran

baru, karena minat dapat memusatkan pikiran berupa perhatian dalam usaha belajar.

2.1.6. Metode Inquiry dan Contextual Teaching Learning

2.1.6.1 Contextual Teaching Learning

Hakekat dari pembelajaran kontekstual adalah suatu konsep belajar yang

membantu guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia

nyata anak-anak, dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi

dan Senduk, 2004).

Contextual Teaching learning adalah konsepsi pembelajaran yang membantu

guru dalam menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan

memotivasi siswa agar menghubungkan pengatahuan dan terapannya dengan

kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Sutaya, 2004: 6).

CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa

melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara

menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan mereka,

yaitu konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Johnson, 2002).

Pendekatan kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan

pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang

yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi hubungan nyata sehingga

mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan nyata mereka (Sanjaya,

2008: 255).

Melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pembelajaran

dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang mampu membawa perubahan ke

arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa, dan tidak mengharuskan siswa

19

menghafal fakta-fakta, tetapi lebih mendorong siswa untuk membangun sendiri

pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, pengetahuan awal yang mereka

miliki, pengalaman dan lingkungan siswa (Nurhadi, 2003).

Landasan filosofi CTL adalah konstruksifisme yaitu filosofi belajar yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi membangun

keterampilan dan pengetahuan baru dari fakta-fakta yang mereka alami dalam

kehidupannya.

2.1.6.2 Metode Inquiry

Inquiry berarti pertanyaan, pemeriksaan, dan penyelidikan. Menurut Nanda

(2009) Inquiry is the set of behaviors involved in the struggle of humans being for

reasonable explanations of phenomena about which they are curious. Penelitian

adalah suatu tindakan yang memerlukan usaha atau upaya dari manusia untuk

menjelaskan suatu masalah yang ingin diketahui atau diselidiki.

Metode inquiry menurut Nanda (2009) merupakan suatu teknik atau cara yang

digunakan guru untuk mengajar di depan kelas dimana siswa diberi tugas untuk

meneliti suatu masalah.

Menurut Gulo (2002) menyatakan bahwa metode inquiry merupakan suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Teknik inquiry memiliki beberapa unggulan yang dapat dikemukakan sebagai

berikut (Roestiyah, 2008):

1. Mengemukakan dan mengembangkan ”self-consept” pada diri siswa, sehingga

siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ede lebih baik.

2. Membantu dalam menggunakan ingatan pada situasi proses belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap

obyektif, jujur dan terbuka.

4. Mendorong siswa untuk befikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.

20

6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.

7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.

8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.

10. Dapat memberi waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat

mengasimilasi dan juga mengakomodasi informasi.

Setiap metode mengajar tidak selalu unggul, namun juga mempunyai kekurangan.

Adapun kekurangan metode inquiry antara lain :

1. Belajar mengajar dengan metode inquiry perlu kecerdasan.

2. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

Pembelajaran inquiry memerlukan lingkungan kelas dimana siswa bebas untuk

berkarya , berpendapat, menduga, dan membuat kesimpulan.

2.1.7 Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Inquiri

Trianto (2007: 109) menyebutkan bahwa langkah-langkah inquiri adalah

sebagai berikut :

1.Merumuskan masalah

2.Mengamati atau melakukan observasi

3.Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan bagan, tabel dan

karya lainnya

4.Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,

guru atau audience lain

Menurut Amri dan Ahmadi (2010: 92) langkah pembelajaran inquiri,

merupakan suatu siklus yang dimulai dari:

a. Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam

b. Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi

c. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban

d. Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan

e. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data

21

Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk

mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya dapat disimpulkan sebagai berikut:

guru membagi tugas meneliti sesuatu masalah pada kelas. Siswa kemudian dibagi

menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu

yang harus dikerjakan, kemudian mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di

dalam kelompok, dan menarik kesimpulan secara mandiri. Metode ini mampu

menciptakan siswa yang cerdas, terampil dan berpengetahuan luas serta dapat bekerja

sesuai dengan prosedur sehingga dapat menemukan jawaban sendiri dari masalah

yang dikaji.

Tujuan menggunakan metode inquiry ini adalah untuk membuat siswa

terangsang dengan tugasnya, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan

masalah itu, mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok.

Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan

kesimpulannya nantinya.

2.1.7.1 Penerapan Metode Inquiry dalam Proses Belajar Mengajar

Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dikemas

berdasarkan prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan

melalui 3 tahapan, Akhmad Sudrajat (2008) menyatakan yaitu: (1) kegiatan

pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir. Sebelum kegiatan dilaksanakan,

langkah awal ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP). Guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

setiap kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode inquiry dengan

pendekatan CTL yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1) Tahap Persiapan, dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran meliputi :

a. Menentukan SK dan KD

22

b. Merancang pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran Inquiry pada

pembelajaran IPA melalui penyusunan RPP.

c. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk pembelajaran.

d. Membuat kisi-kisi Lembar Observasi

e. Membuat lembar observasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan Metode

Inquiry pendekatan CTL.

f. Membuat kisi-kisi Angket Minat.

g. Membuat lembar angket Minat siswa dalam pembelajaran menggunakan

metode Inquiri pendekatan CTL.

h. Membuat alat evaluasi pembelajaran untuk melihat hasil yang telah dilakukan

berupa tes.

2) Tahap Pelaksanaan, meliputi :

a) Kegiatan awal

(1) Membuka pelajaran dengan salam

(2) Melakukan absensi siswa dan mengecek kesiapan siswa

(3) Melakukan appersepsi dengan menyampaikan topik yang akan

dipelajari.

b) Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

(1) Guru memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan topik guna

mengeksplorasi pengetahuan siswa.

(2) Siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan eksplorasi yang

diberikan oleh guru.

(3) Guru mengawasi dan memberi pengarahan dalam kegiatan siswa.

b. Elaborasi

(1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan heterogenitas

kemampuan akademis.

(2) Guru memberikan penugasan pengamatan atau observasi dalam

kelompok tentang fenomena alam.

23

(3) Masing-masing kelompok membuat pertanyaan terkait fenomena yang

diamati.

(4) Didalam kelompok siswa mendiskusikan dugaan atau kemungkinan

jawaban dari fenomena yang diamati.

(5) Dengan melakukan pengamatan dalam kelompok siswa mengumpulkan

data terkait pertanyaan yang dibuat.

(6) Siswa membuat kesimpulan berdasarkan data yang didapat dari

pengamatan.

c. Konfirmasi

(1) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

(2) Siswa mendiskusikan dan memberi tanggapan hasil dari tiap penemuan

dalam kelompok.

(3) Guru memberi konfirmasi dan penguatan atas pemahaman siswa tentang

topik yang diamati.

c) Kegiatan Akhir

(1) Menarik kesimpulan hasil topik pelajaran.

(2) Melakukan evaluasi.

2.2 Kajian hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang dilakukan Tutik (2011) berjudul ” Pengaruh

Pemanfaatan Metode Inquiry Terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V SD

Negeri Siwal 01 Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang Pada Semester 2

Tahun Ajaran 2010/2011”, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh

pemanfaatan metode inquiri terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas V SD Negeri

Siwal 01 yang nampak pada hasil rata-rata pretest sebesar 71,40, setelah dilakukan

treatment dan siswa diberi tes, rata-rata kelas menjadi 76,20, dengan t hitung sebesar

2,451 dan t tabel sebesar 2,406 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,022. Karena

tingkat signifikasi pada T-test lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

yang berarti terdapat perbedaan yang nyata terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran dengan pemanfaatan metode inquiri dan pembelajaran konvensional.

24

Hasil penelitian Wikaningrum (2010) berjudul ”Penggunaan Metode Inkuiri

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas V Pada Pembelajaran IPA di

SD Negeri 3 Kaloran Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010”, hasil yang diperoleh

dalam penelitian ini terjadi peningkatan hasil adan keaktifan belajar peserta didik

yang signifikan dengan nilai KKM yang ditentukan yaitu 70. Pada kondisi awal hasil

dan keaktifan belajar peserta didik termasuk dalam kategori rendah yang ditunjukkan

dengan rata-rata nilai 64, kemudian setelah diberikan perlakuan keaktifan dan hasil

belajar meningkat dengan rata-rata nilai 71,53, kemudian pada hasil yang kedua

meningkat kembali menjadi 78,46, dengan pencapaian ketuntasan belajar 100%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode inquiri dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik kelas V Mata Pelajaran IPA

SD Negeri 3 Kaloran.

Hasil penelitian Shodikin (2010) berjudul ”Peningkatan Prestasi Belajar IPA

Dengan Menggunakan Metode Contextual Teaching Learning Siswa Kelas IV SD

Negeri Ngemplak 01 Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung Semester II

Tahun Ajaran 2009/2010”, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, adanya kenaikan

hasil belajar baik secara individu maupun klasikal yaitu sebesar 35% kemudian

meningkat kembali menjadi 82%.

Hasil penelitian Himmah, (2009) berjudul ”Penggunaan Metode Inquiri Guna

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kleas IV Pada pembelajaran IPA di SD Negeri

Tutup II Kec. Tunjungan Kab. Blora Semester I Tahun Ajaran 2099/2010”, hasil

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan ketuntasan prestasi

belajar siswa terhadap pemahaman dengan kompetensi dasar mengidentifikasi wujud

nenda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu. Peningkatan ketuntasan prestasi

belajar siswa tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal hanya

terdapat 3 siswa ( 10.71%) yang telah tuntas dalam belajarnya, kemudian tahap

pertama pembelajaran ketuntasan meningkat menjadi 20 siswa (78.57%), pada tahap

kedua pembelajaran ketuntasan menjadi 100%. Dengan demikian disimpulkan bahwa

25

penggunaan metode pembelajaran inquiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

kelas IV SD Negeri Tutup II Kec. Tunjungan Kab. Blora.

Hasil penelitian Wibowo (2011) berjudul ”Mengaktifkan Siswa Dengan

Memanfaatkan Liquid Crystal Display (Lcd) Dalam Meningkatkan Minat Belajar

Siswa Kelas IV SDN 01 Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang

Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011” hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah terjadi peningkatan minat belajar siswa terhadap pemahaman dengan

Kompetensi Dasar penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya. Peningkatan

minat belajar siswa pada pra siklus hingga siklu 2 antara lain pada pra siklus minat

belajar siswa cenderung rendah (44%) dan minat belajar yang tinggi (0%). Sedangkan

pada siklus 1 terdapat (20%) minat belajar rendah, (36%) sedang, dan (8%) tinggi.

Pada siklus 2 terdapat (0%) minat belajar sedang, rendah, sangat rendah, (60%) minat

belajar siswa tinggi dan (40%) minat belajar siswa sangat tinggi. Dengan demikian

disimpulkan bahwa penggunaan LCD dapat meningkatkan minat belajar siswa Kelas

IV SDN 01 Koripan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Semester I Tahun

Pelajaran 2010/2011.

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA.

Dalam belajar IPA dengan jalan pembelajaran yang abstrak (tanpa terjun langsung ke

lapangan) maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami materi, serta cara

pembelajaran seperti ini akan sangat membosankan bagi siswa.

Dalam mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu proses

pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam belajar sehingga

berdampak pada hasil belajar siswa. Metode Inquiry merupakan salah satu metode

yang diharapkan tepat untuk meningkatkan hasil belajar serta minat belajar siswa.

Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya

penelitian agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka kerangka

pemikiran digambarkan dalam sebuah skema agar penelitian mempunyai gambaran

yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema itu adalah sebagai berikut :

26

Gambar 2.1 Skema kerangka pikir

Dalam penelitian ini peneliti akan membandingkan hasil belajar antara

kelompok Kontrol dan kelompok Eksperimen, dimana kelompok kontrol

pembelajaran dilakukan seperti biasa dengan metode konvensional, dan kelompok

eksperimen dengan metode inquiry. Dari kondisi awal siswa kemudian diberikan

pretest dari hasil evaluasi pada kelas uji coba. Kemudian diberikan perlakuan pada

saat pembelajaran dengan metode inquiry pada kelas eksperimen, dan tetap

menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol. Dengan metode pembelajaran

Kelompok

eksperimen

(metode Inquiry)

Kelompok

kontrol (metode

konvensional)

Pembelajaran tetap

dengan metode

konvensional

Pembelajaran

dengan metode

inquiry

Hasil belajar Minat belajar Hasil belajar Minat belajar

Post test Post test

Pengaruh pembelajaran

dengan tetap menggunakan

metode konvensional dan

metode Inquiry.

Kondisi awal

Pre-test

27

yang masing-masing kelompok gunakan dapat dilihat apakah hasil belajar dan minat

belajar dapat meningkat atau tidak. Kemudian pada akhir pembelajaran diberikan

posttest, sehingga di akhir dapat dilihat apakah terdapat pengaruh hasil belajar dengan

menggunakan metode inquiry dengan tetap menggunakan metode konvensional.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

” Penggunaan pendekatan CTL dengan metode inquiry diduga dapat berpengaruh

terhadap hasil belajar IPA dan minat belajar siswa di Sekolah Dasar ”