14
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalam kajian teori. Kajian penelitian yang relevan menyajikan ulasan mengenai penelitian lain yang serupa yang mendasari penelitian kali ini. Kerangka berpikir memberikan penjelasan mengenai pemikiran yang mendasari penelitian ini. A. Kajian Teori Kajian teori mengulas tentang matematika, hasil belajar matematika, pengajaran modul, serta hubungan hasil belajar matematika terhadap pengajaran modul. Masing-masing sub bab akan dibahas secara terperinci mulai dari pengertiannya. 1. Matematika Matematika ilmu yang mendasari berbagai bidang ilmu. Dimyati menyebutkan bahwa terdapat enam materi ilmu yaitu matematika, fisika, biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial, dan linguistik. Menggunakan istilah yang berbeda, keenam materi tersebut dikonotasikan sebagai ide abstrak, benda fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda. Hal ini sesuai dengan Soedjadi yang memandang matematika sebagai ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif. Matematika mendasari dirinya dengan pemikiran deduktif dimana kebenaran berasal dari kebenaran logis yang sebelumnya. Kebenaran datang dengan sendirinya melainkan dapat dibuktikan. Sifat matematika yang demikian membuat matematika dijuluki sebagai ilmu pasti (Uno, 2007:126). Russel (Uno, 2007:129) menyebutkan bahwa matematika adalah suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Matematika semakin lama akan menjadi rumit atau kompleks, sebagai contohnya diawali dengan mempelajari bilangan bulat, ke bilangan pecahan, sampai pada bilangan kompleks. Matematika semakin lama akan semakin sulit dan tidak dikenal seperti mempelajari diferensial dan integral. Berbeda dengan pendapat yang lain, Bourne (Uno, 2007:128) mengemukakan bahwa aliran konstruktivisme dalam matematika menekankan pada knowing how. Siswa dianggap sebagai seorang yang aktif dalam mengkonstruksikan ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Anak yang belajar dianggap sebagai subjek yang memiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan penalaran sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5611/3/T1_202010026_BAB II.pdfmenyebutkan bahwa terdapat enam materi ilmu yaitu matematika, fisika,

Embed Size (px)

Citation preview

5

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

Bab II akan menjelaskan tentang kajian teori, kajian penelitian yang relevan,kerangka pikir, dan hipotesis. Teori-teori yang digunakan akan dijelaskan dalamkajian teori. Kajian penelitian yang relevan menyajikan ulasan mengenai penelitianlain yang serupa yang mendasari penelitian kali ini. Kerangka berpikir memberikanpenjelasan mengenai pemikiran yang mendasari penelitian ini.A. Kajian Teori

Kajian teori mengulas tentang matematika, hasil belajar matematika,pengajaran modul, serta hubungan hasil belajar matematika terhadappengajaran modul. Masing-masing sub bab akan dibahas secara terperincimulai dari pengertiannya.1. Matematika

Matematika ilmu yang mendasari berbagai bidang ilmu. Dimyatimenyebutkan bahwa terdapat enam materi ilmu yaitu matematika, fisika,biologi, psikologi, ilmu-ilmu sosial, dan linguistik. Menggunakan istilah yangberbeda, keenam materi tersebut dikonotasikan sebagai ide abstrak, bendafisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda. Hal inisesuai dengan Soedjadi yang memandang matematika sebagai ilmu yangbersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif. Matematika mendasari dirinyadengan pemikiran deduktif dimana kebenaran berasal dari kebenaran logisyang sebelumnya. Kebenaran datang dengan sendirinya melainkan dapatdibuktikan. Sifat matematika yang demikian membuat matematika dijulukisebagai ilmu pasti (Uno, 2007:126).

Russel (Uno, 2007:129) menyebutkan bahwa matematika adalah suatustudi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenalmenuju arah yang tidak dikenal. Matematika semakin lama akan menjadirumit atau kompleks, sebagai contohnya diawali dengan mempelajaribilangan bulat, ke bilangan pecahan, sampai pada bilangan kompleks.Matematika semakin lama akan semakin sulit dan tidak dikenal sepertimempelajari diferensial dan integral.

Berbeda dengan pendapat yang lain, Bourne (Uno, 2007:128)mengemukakan bahwa aliran konstruktivisme dalam matematikamenekankan pada knowing how. Siswa dianggap sebagai seorang yang aktifdalam mengkonstruksikan ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksidengan lingkungannya. Anak yang belajar dianggap sebagai subjek yangmemiliki potensi untuk dikembangkan sesuai dengan penalaran sendiri.

6

Anak sejak lahir menggunakan penalaran yang berkembang seiring denganpertumbuhan dirinya. Hal ini yang akhirnya mendasari pentingnyapenyusunan kurikulum matematika di sekolah. Kurikulum matematikadisesuaikan dengan berbagai teori belajar dan karakteristik anak yanghendak mempelajarinya.

2. Hasil Belajar MatematikaBelajar merupakan hal yang sangat mendasar bagi manusia dan

merupakan proses yang tiada hentinya. Proses belajar tersebut akanmembuahkan hasil yang dapat dilihat atau diamati dan yang perlu diujiterlebih dahulu. Ahli-ahli memiliki pendapat yang beragam mengenai hasilbelajar. Dahar (2006:3) menyebutkan bahwa perubahan yangmencerminkan belajar dipandang sebagai hasil belajar yang dihasilkan daripengalaman dengan lingkungan, di dalamnya terjadi hubungan antarastimulus dan respons. Hubungan stimulus dan respons masih abstrak,karena tidak dijelaskan stimulus dan respon apa yang dimaksudkan.Pandangan ahli ini sangat luas sehingga ruang lingkup pengertiannya punluas bukan hanya pada konteks belajar di kelas.

Berbeda dengan pendapat dengan Gagne (Dahar, 2006:118) yangmengemukakan lima macam hasil belajar, dimana tiga diantaranya bersifatkognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik. Gagnemendasarkan pendapatnya berdasarkan pada taksonomi Bloom.Taksonomi ini meliputi tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.Pendapat Gagne ini lebih konkrit dengan bentuk perubahan setelah belajaryang bukan saja dilihat secara psikologi. Ketiga domain ini masih bisa dilihatperubahannya melalui serangkaian tes dan pengamatan.

Reigeluth menyebutkan bahwa hasil belajar adalah semua efek yangdapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan di bawahkondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang disengaja. Efek dapatmerupakan sesuatu yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyatasebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu. Secara lebihsingkat, Uno menyebutkan bahwa keberhasilan pengajaran matematikaditentukan oleh seberapa baik hasil belajar yang dicapai siswa setelahmengikuti pelajaran. Dasarnya pendapat para ahli sama, hanya sajaberbeda dalam menyampaikan dan dalam melihat sudut pandangnya lebihkompleks atau lebih luas (Uno, 2007:137).

3. Pengajaran ModulModul merupakan suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan

terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu

7

siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas(Nasution, 1982:205). Dapat disimpulkan bahwa modul sangat lengkap dandirumuskan tujuan pembelajarannya. Perumusan ini dapat membantusiswa untuk mengerti apa yang hendak dipelajari secara mendalam. Diknas(Prastowo, 2011:104) mengartikan modul sebagai sebuah buku yang ditulisdengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau denganbimbingan guru. Dasarnya adalah belajar mandiri, berbeda dengan bukulain yang masih perlu panduan, modul sudah meminimalisir hal itu karenaunsur-unsurnya sudah dipermudah.

Wena (2008:232) modul yaitu merupakan salah satu bentuk mediacetak yang berisi satu unit pembelajaran, dilengkapi dengan berbagaikomponen sehingga memungkinkan siswa-siswa yang mempergunakannyadapat mencapai tujuan secara mandiri, dengan sekecil mungkin bantuandari guru. Siswa dapat mengevaluasi kemampuan sendiri hinggaselanjutnya dapat menentukan mulai dari mana kegiatan belajarselanjutnya harus dilakukan. Hal yang hampir sama dinyatakan olehPrastowo (2011:106) yang menyebutkan modul pada dasarnya adalahsebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yangmudah dipahami oleh siswa sesuai tingkat pengetahuan dan usianya, agarmereka dapat belajar sendiri dengan bantuan atau bimbingan yang minimaldari guru.

Berdasarkan definisi modul yang diungkapkan di atas, Nasution(1982:205) mendefinisikan pengajaran modul sebagai pembelajaran yangkeseluruhan pembelajarannya didasarkan pada modul. Modul digunakansebagai acuan. Hal ini berarti guru bertindak sesuai dengan pedoman yangditulis di dalam modul.a. Fungsi dan Tujuan Modul

Modul memiliki fungsi sebagai bahan ajar mandiri, pengganti fungsipendidik, sebagai alat evaluasi, dan sebagai bahan rujukan siswa(Prastowo, 2011:107). Siswa nantinya akan menjadi dewasa dan harusmampu bekerja dan berpikir sendiri tanpa bimbingan orang lain, moduldimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian siswa sedari dinisehingga peran serta dari guru menjadi sedikit berkurang.Pembelajaran matematika di kelas-kelas seringkali kekurangan waktudikarenakan banyaknya materi dan waktu pembelajaran yang sedikit.Ketidak seimbangan ini dapat diisi dengan modul jika dilihat darifungsinya, sehingga diharapkan waktu dikelas tidak terbuang denganpercuma.

8

Nasution (1982:205) tujuan pembelajaran menggunakan moduladalah (1) membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurutkecepatan masing-masing. Siswa belum tentu akan mencapai hasil yangsama dalam waktu yang sama dan proses yang sama. Siswa yang lebihpintar cenderung lebih cepat dalam memahami dan mempelajarimateri sedangkan siswa yang kurang pintar akan sedikit menemuikesulitan dalam mempelajari, dan (2) memberi kesempatan bagi siswauntuk belajar menurut cara masing-masing, oleh sebab merekamenggunakan teknik berbeda-beda untuk memecahkan masalahtertentu berdasarkan latar belakang masing-masing. Modulmemberikan keleluasaan bagi siswa untuk berkreasi dengan pikiranmereka sendiri sehingga siswa bukan hanya mandiri tetapi juga kreatif,dan (3) memberikan pilihan dari sejumlah besar topik dalam rangkasuatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kitaanggap bahwa siswa tidak mempunyai pola minat yang sama ataumotivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama, dan (4)memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenal kelebihan dankekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modulremedial, ulangan-ulangan, atau variasi dalam cara belajar. Modulmemberikan solusi penyelesaian, serta evaluasi secara mandirisehingga siswa dapat menilai sendiri kemampuannya dankelemahannya.

Berbeda dengan Suryosubroto (1983:18) yang mengungkapkantujuh tujuan digunakannya modul dalam proses mengajar. Tujuh tujuantersebut adalah (1) supaya lebih efisien dan efektif dalam mencapaitujuan pendidikan, (2) supaya murid dapat mengikuti pendidikan sesuaidengan kecepatan dan kemampuannya sendiri, (3) memungkinkansiswa untuk menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri baikdengan atau tanpa bimbingan guru, (4) siswa dapat menilai hasilbelajarnya sendiri, (5) siswa benar-benar menjadi pusat kegiatanbelajar mengajar, (6) kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensiyang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap akhirmodul, dan (7) menekankan konsep mastery learning sehingga siswaharus mempelajari modul dengan optimal.

Menurut Prastowo (2011:108) tujuan penyusunan atau pembuatanmodul antara lain agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa ataudengan bimbingan guru, agar peran guru tidak terlalu dominan danotoriter, melatih kejujuran siswa, mengakomodasi berbagai tingkat dan

9

kecepaan belajar siswa, dan agar siswa mampu mengukur sendiritingkat penguasaan materinya. Tujuan pembuatan modul menurutpara ahli pada dasarnya sama hanya saja dikemukakan dengan caradan bahasa yang sedikit berbeda.

b. Unsur-Unsur ModulPrastowo (2011:112) menyebutkan ada tujuh unsur yang paling

tidak harus ada dalam modul, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjukbagi siswa maupun guru), kompetensi yang akan dicapai, informasipendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja atau lembar kerja, danevaluasi. Hal senada juga diungkapkan Vembriarto (1985:37)menyebutkan rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik,petunjuk untuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran kerja bagisiswa, kunci lembaran kerja, lembaran evaluasi, serta kunci lembaranevaluasi haruslah termuat dalam suatu modul. Unsur-unsur dalammodul yang disebutkan oleh Vembriarto sama dengan unsur-unsurmodul yang ditulis Suryosubroto.

Berbeda dengan Nasution (1982:212) menyebutkan tentang tigaaspek utama yakni isi atau bahan, waktu belajar, dan urutan modul.Modul bisa dikerjakan kapan saja akan tetapi bukan setiap waktu hanyamenggunakan modul. Referensi lain diperlukan untuk bahan ajar, tidakhanya terpaku pada satu sumber.

c. Karakteristik ModulModul sama dengan buku ajar yang lainnya memilikii karakteristik

yang khas, Mohammad (Prastowo, 2011:110) menyebutkan antara lain(1) dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri, (2) merupakanprogram pembelajaran yang utuh dan sistematis, (3) mengandungtujuan, bahan atau kegiatan, dan evaluasi, (4) disajikan secarakomunikatif, (5) diupayakan agar dapat mengganti beberapa peranguru (6) cakupan bahasan terfokus dan terukur, serta (7)mementingkan aktivitas belajar pengguna.

Menurut Russel (Wena, 2008:230) karakteristik modul mencakupself contain, bersandar pada perbedaan individu, adanya asosiasi,pemakaian bermacam-macam media, partisipasi aktif siswa, penguatanlangsung, dan pengawasan strategi evaluasi.

d. Langkah-Langkah Penyusunan ModulDiknas (Prastowo, 2011:118) menyebutkan bahwa dalam

menyusun modul ada empat tahapan yaitu analisis kurikulum,penentuan judul-judul modul, pemberian kode modul, dan penulisan

10

modul. Penulisan modul dibagi lagi menjadi perumusan kompetensidasar yang harus dikuasai, penentuan alat evaluasi atau penilaian,penyusunan materi, urutan pengajaran, dan struktur modul.

Pendekatan sistematik dalam penyusunan modul, terdiri atas enamlangkah yang saling berkaitan. Enam langkah tersebut adalahmerumuskan tujuan-tujuan, penyusunan criterion items, analisa sifat-sifat siswa dan spesifikasi entry behavior, urutan pengajaran danpemilihan media, tryout modul oleh siswa, dan evaluasi modul. Tujuanpada suatu modul merupakan spesifikasi yang seharunya telah dimilikioleh siswa setelah menyelesaikan modul. Apabila tujuan dapatdiidentifikasi dengan tepat maka dibuat pula tes yang valid untukmengukur keberhasilan tujuan. Hal ini juga dapat membantu dalammengetahui bagian-bagian mana dari modul yang masih lemahsehingga menghasilkan modul yang benar-benar baik. Bersamaandengan dibuatnya tes untuk mngukur keberhasilan tujuan, dibuat pulaentry behavior untuk menentukan kemampuan apa saja yangseharusnya sudah dimiliki siswa. Entry behavior memudahkan prosespengajaran, sehingga tidak perlu diadakan pengulangan materi yangsama. Usai membuat entry behavior dilanjutkan dengan menentukanurutan pengajaran dan pemilihan media yang tepat. Tryout jugadilaksanakan untuk melihat sejauh mana penguasaan siswa telahmenguasai tujuan-tujuan yang dirumuskan. Bagian terakhir adalahmengevaluasi modul. Evaluasi dilakukan dengan meminta sekelompoksiswa untuk mempelajari materi modul (Vembriarto, 1985:44).

Nasution (1982:217) menyebutkan garis besar penyusunan modulatau pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah ini: (1)merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentukkelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur, (2) urutan tujuan-tujuanitu yang menentukan langkah-langkah yang diikuti dalam modul, (3) tesdiagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan, dankemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat untukmenempuh modul itu, (4) menyusun alasan atau rasional pentingnyamodul ini bagi siswa, (5) kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untukmembantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan dalam tujuan, (6) menyusun post-testuntuk mengukur hasil belajar siswa hingga manakah materi dikuasaisesuai dengan tujuan modul, dan (7) menyiapkan pusat sumber-

11

sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu iamemerlukannya.

e. Format dan Tata Letak ModulPenentuan format modul agar modul layak digunakan haruslah

memperhatikan banyak hal, menurut Prastowo (2011:141) antara lainfrekuensi dan konsistensi harus benar-benar diperhatikan supayajangan terlalu sering menggunakan variasi yang membuatkontraproduktif, dan kemudahan pada pembaca. Perlu diingat bahwamodul harus memberikan kemudahan bagi penggunanya sehinggaformat yang sistematis harus diperhatikan. Tabel format penulisanmodul dapat dilihat pada Tebel 2.1.

Tabel 2.1. Tabel Format Penulisan Modul Menurut Prastowo (2011:142)Sebelum Mulai

MateriSaat Pemberian

MateriSetelah Pemberian

Materi1. Judul2. Kata pengantar3. Daftar isi4. Latar belakang5. Deskripsi

singkat6. SK7. Peta konsep8. Manfaat9. Tujuan

Pembelajaran10. Petunjuk

penggunaanmodul

11. KD12. Materi pokok13. Uraian materi14. Heading15. Ringkasan16. Latihan atau

tugas

17. Tes mandiri18. Post test19. Tindak lanjut20. Harapan21. Glosarium22. Daftar pustaka23. Kunci jawaban

Andriani (Prastowo, 2011:163) mengungkapkan bagaimana seharusnyatata letak dalam penulisan modul, (1) ukuran halaman dan formatmodul, (2) kolom dan margin, dan (3) penempatan tabel, gambar dandiagram harus diatur serta konsisten dengan penomoran tabel,gambar, dan diagram.

f. Pemilihan dan Cara Menggunakan ModulBagi guru banyak hal harus dipertimbangkan ketika harus memilih

modul yang hendak digunakan. Prastowo (2011:379) mengungkapkanada 8 hal yang perlu diperhatikan terutama dalam memilih modulberikut: (1) substansi materi relevan dengan kompetensi dasar ataumateri pokok yang harus dikuasai oleh peserta, (2) tersusun lengkap.Minimal terdapat judul, pernyataan kompetensi dasar yang harusdikuasai siswa, petunjuk penggunaannya, informasi, langkah kerja, dan

12

penilaian, (3) materi memberikan penjelasan secara lengkap tentangdefinisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dansebagainya, (4) padat pengetahuan, (5) kebenaran materi dapatdipertanggung jawabkan, (6) kalimat yang disajikan singkat dan jelas,(7) menuntun guru dan siswa sehingga mudah digunakan, dan (8)beberapa modul dapat di-download di internet.

Modul dapat digunakan dalam beragam keperluan dalam prosespembelajaran. Setidaknya terdapat empat keperluan, yaitu sebagaisumber belajar yang telah disusun secara terstruktur dan terencana,sebagai petunjuk untuk memahami materi yang diberikan beserta caramempelajarinya, sebagai motivator untuk terus membaca danmemahami materi, dan sebagai alat untuk mengukur tingkatpencapaian dalam belajar (Prastowo, 2011:395).

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa modul memiliki unsur-unsuryang paling tidak harus dimiliki, diantaranya adalah petunjuk. Petunjukini memuat bagaimana menggunakan modul dalam prosespembelajaran. Petunjuk ditujukan baik bagi siswa maupun bagi guru.Termuat juga perintah-perintah dalam setiap latihan jadi bukan hanyaberupa soal-soal latihan saja. Hal ini cukup membantu dan menjadipetunjuk cara pemakaian yang mudah dipahami.

g. Sintak Pembelajaran ModulPelaksanaan pengajaran modul pada suatu jam pelajaran melalui

tahap-tahap. Terdapat lima tahap yang terjadi dalam pembelajaranmodul. Lima tahap tersebut disajikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Sintak Pengajaran Modul

Langkah Keterangan KegiatanGuru

KegiatanSiswa

TahapPertama

Tahap ini adalahtahap awalsebelumdimulainyapengajaranmodul.

Guru menjelaskandan mengarahkansecara singkattugas siswa dalampengajaran modul

Mempersiapkandiri untuk memulaipengajaran modul

TahapKedua

Tahap ini adalahtahap pada saatpengajaranmodul.Tahap iniberlangsungcukup lama.

Guru berkelilingmengamatikegiatan siswa.

Siswa membacamateri modul danmengerjakan soal-soal yang adasesuai denganperintah. Siswayang belum pahamdapat bertanya

13

Langkah Keterangan KegiatanGuru

KegiatanSiswa

Guru memberikanbantuan kepadasiswa biladiperlukan.

kepada gurusecara pribadi.

Guru perlumengingatkansiswa untuk tidaktergesa-gesadalammenyelesaikanmodul.

TahapKetiga

Tahap ini adalahtahap dimanasiswa sudahmenyelesaikanmodulnya.Lembar kerjasiswa sudah diisisepenuhnya.

Gurumenyediakankunci jawabankepada siswayang telahmenyelesaikanmodulnya di mejaguru.

Siswa mencocokanhasil jawabannyasendiri dengankunci jawabanyang diberikanguru.

Guru memberikanpenjelasan bahwasiswa yangmemperoleh 75%dari skorkeseluruhandinyatakantuntas, sedangkanyang belummencapai 75%diminta untukmengulangmodul.

Siswa yangmemperoleh skor75% dari skorkeseluruhan bisalanjut ke tahapyang berikutnya.Sedangkan siswayang belummencapai 75%harus mengulangmodul kembali.

TahapKeempat

Tahap ini, siswayang sudahmenyelesaikanmodul lebih cepatakan diberikansoal pengayaan.Tahap inidilakukan terusmenerus hinggaakhir bab yanghendak dipelajari

Guru memberikansoal pengayaankepada siswayang sudahmemperoleh skorlebih dari 75%dari skorkeseluruhan.

Siswa yang sudahmenyelesaikanmodul,melanjutkandenganmengerjakan soalpengayaan. Siswayang belum tuntasdapat mengulangmodul yang sama.

14

Langkah Keterangan KegiatanGuru

KegiatanSiswa

selesai.TahapKelima

Tahap terakhirdari pengajaranmodul untukmengevaluasi.

Guru memberikanlembaran tes padaakhir pertemuanpengajaran modul.Guru memberikanlembar tes setelahseluruh siswamenyelesaikan modul.

Siswamengerjakanlembar tessebagai evaluasihasil belajarsiswa.

4. Hubungan Hasil Belajar Matematika Terhadap Pengajaran ModulHasil belajar secara umum dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Menurut

Purwanto (Djoko, 2009:94) ada 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajaryaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktorfisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhibelajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, danmasyarakat. Sekolah yang dimaksud disini berarti lingkungan sekolahdimana guru termasuk didalamnya. Guru sangat berperan dalam prosesbelajar mengajar di sekolah.

Djamarah (2010:1) menyebutkan bahwa guru dengan sadarmerencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis denganmemanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.Perencanaan kegiatan pengajaran meliputi perangkat pembelajaran, alat-alat mengajar, dan media pembelajaran. Hobri (2010:31) mendefinisikanperangkat pembelajaran sebagai sekumpulan sumber belajar yangmemungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran, meliputirencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa, Lembar Kerja Siswa(LKS), buku guru, dan tes hasil belajar. Djamarah (2010:161) variasi sangatpenting disamping untuk menjaga perhatian siswa juga termasukmemberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuksikap positif terhadap guru, memberikan kemungkinan pilihan atau fasilitasbelajar individual, dan mendorong siswa untuk belajar. Variasi juga dapatdilakukan pada media dan bahan ajar siswa bukan sekedar cara mengajardan proses pembelajaran saja.

Wena (2008:229) menjelaskan bahwa dalam upaya meningkatkanmutu pendidikan, salah satu faktor yang mempengaruhi adalahpeningkatan kualitas pembelajaran. Salah satu bentuk peningkatan mutuadalah dengan meningkatkan kualitas bahan ajar. Pannen mendefinisikan

15

bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secarasistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam prosespembelajaran. Menurut Prastowo segala bahan (baik informasi, alat,maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosokutuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalamproses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahanimplementasi pembelajaran misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS,model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya(Prastowo, 2011:17).

B. Hasil Kajian yang RelevanPenelitian terhadap modul sebagai bahan ajar sudah pernah dilakukan

sebelumnya oleh banyak peneliti. Salah satunya adalah penelitian Suradi(Wena, 2008:234) yang dilakukan pada siswa akademi keperawatanpemerintah kabupaten Ponorogo. Penelitiannya berjudul, “PengaruhPembelajaran Modul dan Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajarserta Retensi Siswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Ponorogodalam Mata Pelajaran Pelayanan Kesehatan Utama”. Penelitian disimpulkan:(1) Terdapat perbedaan hasil belajar pelayanan kesehatan utama antara siswayang belajar dengan menggunakan modul dan yang belajar tidak menggunakanmodul, dengan nilai thitung = -8,589 pada taraf signifikan 0,000. Penggunaanmodul secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar, dan (2) terdapatperbedaan retensi belajar pelayanan kesehatan utama antara siswa yangbelajar dengan menggunakan modul dan yang belajar tidak menggunakanmodul, dengan nilai thitung = -8,966 pada taraf signifikan 0,000. Penggunaanmodul secara signifikan dapat meningkatkan retensi.

Penelitian Wena, dkk dalam Wena (2008:235) dalam penelitian berjudul,“Pengembangan Modul Pembelajaran dengan Metode Elaborasi pada MataPelajaran Konstruksi Bangunan dan Menggambar I pada Jurusan PendidikanTeknik Bangunan”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) pembelajaranmodul dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dan (2)pembelajaran modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalammengerjakan tugas-tugas pembelajaran. Penelitian tersebut dilakukan padasiswa jurusan pendidikan teknik bangunan.

Penelitian yang dilakukan oleh Suradi dan Wena menggunakan modul padajenjang pendidikan yang sama. Hasil penelitian keduanya juga menunjukkanadanya perbedaan hasil belajar yang signifikan. Penelitian ini hampir samadengan penelitian Suradi yaitu melihat pengaruh pengajaran modul dilihat dari

16

hasil belajarnya. Perbedaan dengan penelitian Suradi adalah tidak dilihatnyaretensi siswa. Jenis penelitian ini juga berbeda dengan jenis penelitian Wena.Penelitian Wena memasukkan metode elaborasi mengembangkan modulnya,sedangkan penelitian ini menggunakan pengajaran modul saja. Pengajaranmodul pada penelitian ini tidak memasukkan model atau metode tertentu.Merujuk pada penjelasan di atas, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya.

C. Kerangka BerpikirKelas XI IPA 3 SMA Negeri 2 Salatiga memiliki karakter yang khas. Siswa

cukup kooperatif dan tidak terlalu gaduh. Terjadi ketimpangan dalam hasilbelajar siswa yang nampak dalam nilai ujian tengah semester dan ujian akhirsemester pada semester gasal. Kondisi ini mengindikasikan perlu diadakannyaperbaikan. Modul dirasa mampu memberikan hasil yang diharapkan. Modulmerupakan satu unit konsep bahan pelajaran yang disajikan secara mandiri.Modul ini bertujuan untuk membantu belajar siswa sesuai dengankecepatannya. Modul yang memuat petunjuk penggunaan serta berisi materiyang disampaikan dengan lugas, menjadi mudah dipahami. Memungkinkansiswa untuk belajar sendiri tanpa bantuan dari guru. Harapannya dengan waktubelajar di rumah yang singkat, tetap memungkinkan siswa belajar di rumah.

Pembelajaran modul dapat dimulai dengan memberikan pretest pada siswauntuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang hendak diperolehnya.Nasution (1982:212) mengungkapkan bila ia telah menguasai pretestsepenuhnya berarti bahwa ia juga telah menguasai modul. Pelaksanaanpembelajaran modul dimulai dengan pemberian pretest pada siswa yangdilanjutkan dengan pengajaran menggunakan bahan ajar modul dalam kegiatanbelajar mengajarnya. Akhir materi diberikan tes untuk mengukur kemampuansiswa. Remidial diberikan pada siswa yang tidak memenuhi syarat ketuntasandengan mengulang modul kembali (Nasution, 1982:212).

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Suradi dan Wena, dkk (Wena,2008:234) menunjukan bahwa pembelajaran modul lebih meningkatkan hasilbelajar dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Hal inimenunjukan bahwa pembelajaran modul juga dapat menungkatkan hasilbelajar matematika siswa.

17

D. HipotesisBerdasarkan kajian teori yang dijabarkan, dirumuskan hipotesis sebagaiberikut:

Ada pengaruh pengajaran modul matematika terhadap hasil belajarmatematika pada siswa kelas XI jurusan IPA SMA Negeri 2 Salatigasemester genap tahun ajaran 2013/2014.

18