26
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 One Village One Product (OVOP) 2.1.1.1 Latar Belakang OVOP Gerakan One Village One Product (OVOP) adalah suatu gerakan revitalisasi daerah di Provinsi Oita, Pulau Kyushu di Jepang, untuk mencari atau menciptakan apa yang menjadi keunggulan daerah atau apa yang dirasakan dan menjadi kebanggaan daerah, untuk kemudian dilakukan peningkatan keunggulan produk atau jasa yang dihasilkan serta kualitas dan pemasarannya, sehingga akhirnya dapat diterima dan diakui nilainya oleh masyarakat secara nasional, regional maupun secara internasional. Istilah OVOP mulai diperkenalkan oleh mantan Gubernur Provinsi Oita, tahun 1979 yaitu Mr. Morihiko Hiramatsu (Sugiharto dan Rizal, 2008, p1). Peran Pemerintah pusat maupun daerah dalam membantu pola pengembangan gerakan OVOP lebih banyak hanya memfasilitasi dan juga membantu supaya potensi yang sudah ada dapat menjadi lebih baik dan berkembang. Peran utama dalam gerakan ini adalah para tokoh lokal daerah yang dijadikan panutan dan juga penggerak bagi masyarakat lainnya supaya dapat berubah dan membangun daerahnya. Secara singkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

  • Upload
    hanga

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 One Village One Product (OVOP)

2.1.1.1 Latar Belakang OVOP

Gerakan One Village One Product (OVOP) adalah suatu gerakan

revitalisasi daerah di Provinsi Oita, Pulau Kyushu di Jepang, untuk

mencari atau menciptakan apa yang menjadi keunggulan daerah atau apa

yang dirasakan dan menjadi kebanggaan daerah, untuk kemudian

dilakukan peningkatan keunggulan produk atau jasa yang dihasilkan serta

kualitas dan pemasarannya, sehingga akhirnya dapat diterima dan diakui

nilainya oleh masyarakat secara nasional, regional maupun secara

internasional. Istilah OVOP mulai diperkenalkan oleh mantan Gubernur

Provinsi Oita, tahun 1979 yaitu Mr. Morihiko Hiramatsu (Sugiharto dan

Rizal, 2008, p1).

Peran Pemerintah pusat maupun daerah dalam membantu pola

pengembangan gerakan OVOP lebih banyak hanya memfasilitasi dan juga

membantu supaya potensi yang sudah ada dapat menjadi lebih baik dan

berkembang. Peran utama dalam gerakan ini adalah para tokoh lokal

daerah yang dijadikan panutan dan juga penggerak bagi masyarakat

lainnya supaya dapat berubah dan membangun daerahnya. Secara singkat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

10

peran Pemerintah dalam pengembangan gerakan OVOP dapat

dilihat dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 - Pola Pengembangan OITA dalam Mengembangkan OVOP

Sumber : Sugiharto dan Rizal, 2008

2.1.1.2 Konsep Dasar OVOP

Konsep dasar dari pengembangan gerakan OVOP adalah adanya

interaksi antara Pemerintah dan masyarakat, di mana peran masyarakat

sangat dominan sebagai pihak yang memiliki kemampuan dan keinginan

untuk mengembangkan produk atau potensi daerah yang dimilikinya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

11

Pemerintah yang telah banyak mengetahui potensi dan kemampuan

masyarakat hanya lebih memfasilitasi informasi tentang potensi pasar,

membantu pengembangan produk supaya lebih menarik, membantu

pemanfaatan teknologi supaya produk yang dihasilkan dapat lebih baik

dan berkualitas serta membantu memberikan penyuluhan atau pelatihan

bagi masyarakat bagaimana seharusnya pengembangan produk dilakukan.

Satu hal lagi yang penting adanya insentif serta penghargaan yang

mendukung sehingga lebih dapat merangsang masyarakat untuk

menciptakan dan mengembangkan produk lainnya menjadi inovatif dan

kreatif.

Secara garis besar latar belakang munculnya gerakan OVOP serta

konsep dasarnya dapat disampaikan dalam tiga hal, yaitu:

1. Adanya konsentrasi dan kepadatan populasi di perkotaan sebagai

akibat pola urbanisasi dan menimbulkan menurunnya populasi

penduduk di pedesaan, sehingga pedesaan menjadi kehilangan

penggerak dan gairah untuk bisa menumbuhkan roda kegiatan

ekonomi.

2. Untuk dapat menghidupkan kembali gerakan dan pertumbuhan

ekonomi pedesaan, maka perlu dibangkitkan suatu roda kegiatan

ekonomi yang sesuai dengan skala dan ukuran pedesaan dengan cara

memanfaatkan potensi dan kemampuan yang ada di desa tersebut serta

melibatkan para tokoh masyarakat setempat.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

12

3. Untuk mengurangi rasa ketergantungan masyarakat desa yang terlalu

tinggi terhadap Pemerintahan daerah maupun Pemerintah pusat, maka

perlu diciptakan inisiatif dan semangat membangun dalam masyarakat

desa, sehingga timbul rasa memiliki dan ingin membangun desa

menjadi lebih baik (Sugiharto dan Rizal, 2008 : 3-5).

Gambar 2.2 - Konsep Dasar Gerakan OVOP

Sumber :Sugiharto dan Rizal, 2008

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

13

2.1.1.3 Prinsip Gerakan OVOP

Dalam upaya memulai gerakan OVOP, perlu dipahami beberapa

dasar supaya gerakan OVOP tidak menjadi suatu gerakan yang timbul

tenggelam. Ada tiga prinsip utama dicanangkan oleh Mr. Hiramatsu,

(Sugiharto dan Rizal, 2008, p7); (Panggabean , 2011) yaitu:

1. Lokal tapi global

Semakin lokal berarti semakin global. Maksudnya, komoditas atau

produk yang bersifat lokal ternyata bisa menjadi komoditas atau

produk yang go internasional. Pengembangan Gerakan OVOP

ditujukan untuk mengembangkan dan memasarkan satu produk yang

bisa menjadi sumber kebanggaan rakyat setempat.

2. Kemandirian dan kreativitas

Prinsip kedua dari Gerakan OVOP adalah kemandirian dan

kreativitas.Penghela dari gerakan adalah warga sendiri.Bukanlah

pejabat Pemerintah yang harus menentukan produk spesifik lokal yang

harus dipilih dan dikembangkan, tetapi harus menjadi pilihan rakyat

untuk merevitalisasi daerah mereka. Poin penting yang perlu dijadikan

pertimbangan adalah jangan memberikan subsidi secara langsung

kepada masyarakat setempat.

3. Pengembangan sumber daya manusia

Prinsip ketiga dari Gerakan OVOP adalah pengembangan sumber daya

manusia. Inilah merupakan komponen terpenting dari kampanye

gerakan ini. Bukanlah Pemerintah, tetapi warga masyarakatlah yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

14

harus menghasilkan kekhasan. Maka, sumber daya manusia yang ada

serta masyarakat harus diberikan pengetahuan mengenai gerakan

OVOP serta pengenalan potensi daerah yang ada sehingga mereka bisa

menjadi penggerak gerakan OVOP di daerah. Kita harus bisa mampu

mendorong sumber daya manusia yang inovatif yang mampu

melakukan tantangan baru di sektor pertanian, pemasaran, pariwisata

dan bidang lainnya.

2.1.2 UKM dan Koperasi

Usaha Kelas Menengah adalah unit bisnis yang mempunyai total aset

lebih dari lima puluh juta rupiah dan kurang dari lima puluh miliar rupiah.

UKM mempunyai beberapa karakteristik diantaranya UKM termasuk unit

bisnis yang independen. Maksudnya adalah biasanya UKM didirikan oleh

sedikit pemilik modal dan sedikit karyawan, sehingga seluruh keputusannya

ada di tangan pemilik modal contohnya pemilik modal bebas untuk membuka

usahanya setiap hari atau menutup usahanya pada hari tertentu. UKM juga

sangat adaptif maksudnya UKM dapat mengikuti perubahan yang terjadi di

sekitarnya. Karena adaptif, UKM lebih berani untuk mencoba produk baru

atau berinovasi kepada produknya. Biasanya produk yang dihasilkan UKM

merupakan produk sekunder atau bukan produk pokok.

Kelemahan UKM diantaranya keterbatasan dalam mencari dan

mendapatkan informasi, keterbatasan akses ke pasar dan faktor produksi,

keterbatasan dalam mendapatkan modal, keterbatasan pada akses teknologi

dan kurangnya kemampuan dalam bidang teknologi, lemah di dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

15

manajemen dan organisasi, keterbatasan dalam hal networking, gagal dalam

memenuhi standarisasi produk, dan kurangnya pengalaman dalam hal

penawaran.

Koperasi merupakan salah satu wadah yang berperan sebagai saluran

untuk pemupukan dan pengarahan usahawan golongan ekonomi

lemah/menengah agar ikut aktif dalam proses pembangunan (Maskunah,

2004). Menurut UU Nomor 25 Tahun 1992 bahwa prinsip koperasi

merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan

berkoperasi. Melaksanakan keseluruhan prinsip koperasi mewujudkan dirinya

sebagai bahan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatak

sosial, yang meliputi :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

3. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan

besarnya jasa usaha masing-masing anggota

4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal

5. Kemandirian

Kementerian Koperasi dan UKM RI memperluas OVOP di 100 titik di

33 provinsi berbasiskan peningkatan mutu dan daya saing agar produk

unggulan itu bernilai tambah melalui industri pengolahan/processing (value

chain), pengepakan, perluasan jaringan pemasaran secara integrasi dan lain-

lain hingga tahun 2014 (www.sentraonline.com, 2011).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

16

2.1.3 Peran Pemerintah

OVOP di Indonesia umumnya adalah UKM yang konsisten menjalin

kerjasama atau kemitraan dalam wadah Koperasi dan terus mendapat

bimbingan serta aneka bantuan dari Pemerintah. Hal ini berkaitan dengan

produk yang dihasilkan mewakili identitas daerah bahkan negara. Dimana

produk-produknya mencerminkan keunikan suatu daerah atau desa.

Peran Pemerintah pusat maupun daerah dalam membantu pola

pengembangan gerakan OVOP lebih banyak hanya memfasilitasi dan juga

membantu supaya potensi yang sudah ada dapat menjadi lebih baik dan

berkembang. Hal ini dapat membantu anggota Koperasi

menumbuhkembangkan komitmen berorganisasi dan menjadi semakin

termotivasi.

Peran Pemerintah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lebih

kepada peran Kementerian Koperasi, Dinas Koperasi Pusat dan Daerah,

Pemerintah Daerah yang berperan dalam memfasilitasi Koperasi dan UKM.

Peran yang dilaksanakan instansi seperti Kemenkop antara lain penguatan

sarana demplot, kelembagaan koperasi OVOP yaitu penguatan kelompok,

pendampingan teknis lapangan dan lain-lain. Kemudian peran Dinas Koperasi

Provinsi meliputi studi banding ke provinsi, temu usaha dengan calon pembeli

dan pameran, serta peran Dinas Koperasi Kabupaten meliputi penguatan

kelembagaan koperasi, pendampingan teknis budidaya, teknis desain

packaging dan pemasaran.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

17

Dapat disimpulkan bahwa peran Pemerintah mencakup pemberian

bantuan modal, bantuan peningkatan kualitas SDM, bantuan produksi seperti

desain pengemasan, bantuan pemasaran dan distribusi. Dari bantuan yang

dapat diberikan Pemerintah mengimplikasikan bahwa peran Pemerintah

merupakan investasi tersendiri bagi Koperasi.

2.1.4 Orientasi Kepemimpinan

Porter (1980) dalam Soleh (2008) menyatakan terdapat tiga kontribusi

utama dari inovasi di dalam strategi perusahaan : (1) Menghubungkan

teknologi kepada lima kekuatan yang mengendalikan kompetisi industri, (2)

dapat memilih antar sejumlah strategi umum yang harus dibuat oleh

perusahaan, dan (3) dengan memutuskan antara dua strategi pemimpin pasar

atau followership.

Menurut Porter(1980) dalam Soleh (2008), ada lima kekuatan yang

mengemudikan kompetisi industri, dimana masing-masing menghasilkan

peluang dan ancaman diantaranya : hubungan dengan para supplier, hubungan

dengan para konsumen, pemain baru, produk pengganti, dan persaingan

kompetitif antar perusahaan. Porter (1985) dalam Soleh (2008) juga

menguraikan empat strategi pasar umum yang perusahaan harus memilih :

cost leadership, diferensiasi produk, fokus harga, dan fokus diferensiasi, yang

akhirnya, menurut Porter, perusahaan harus pula memutuskan dua strategi

pasar :

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

18

1. Inovasi Orientasi Kepemimpinan, di mana perusahaan mengarahkan

menjadi yang pertama untuk menjual (first-to-market orientation),

yang didasarkan pada kepemimpinan teknologi. Ini memerlukan suatu

perusahaan yang kuat dan kesanggupan untuk berkreativitas dan risk-

taking, dengan hubungan yang dekat keduanya menjadi sumber yang

utama dan relevan bagi pengetahuan baru perusahaan dan tanggapan

pelanggan.

2. Inovasi Followership Orientasi, dimana perusahan terlambat untuk

menjual (second-to-the-market atau orientasi peniru), peniruan yang

didasarkan dari pengalaman para pemimpin teknologi. Ini memerlukan

suatu komitmen kuat ke analisa pesaing serta kecerdasan inteligen,

untuk membalikkan rancang-bangun (yaitu pengujian, mengevaluasi

dan memisah-misahkan produk pesaing, dalam rangka memahami

bagaimana mereka bekerja, bagaimana mereka dibuat dan mengapa

mereka mampu mengikuti keinginan pelanggan) (Tidd et al.,2005

dalam Soleh, 2008).

Pelajaran dari perusahaan yang paling inovatif dimana kepemimpinan

adalah faktor yang kritis dalam menciptakan dan mendukung inovasi yang

sukses (Davila et al., 2006 dalam Soleh,2008). Ada tiga aktivitas awal

orientasi kepemimpinan dalam menetapkan konteks perubahan dalam inovasi :

1. Kepemimpinan harus menggambarkan strategi inovasi (arah inovasi dan

keputusan) dan menghubungkannya kepada strategi bisnis

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

19

2. Inovasi harus dibariskan dengan strategi bisnis perusahaan, mencakup

pemilihan strategi inovasi

3. Kepemimpinan harus menggambarkan siapa yang akan menerima manfaat

bagi dari ditingkatkannya inovasi.

Orientasi perusahaan terhadap kepemimpinan inovasi merupakan hal

penting untuk dikembangkan guna memperbaiki kinerja perusahaan

(Melum,2002 dalam Rita, 2010). Selanjutnya, Zahra dan Des (1993) dalam

Rita (2010) juga menyarakan bahwa orientasi kepemimpinan secara langsung

akan menentukan kinerja perusahaan.

2.1.5 Inovasi

Konsep inovasi mempunyai sejarah yang panjang dan pengertian yang

berbeda-beda, terutama didasarkan pada persaingan antara perusahaan-

perusahaan dan strategi yang berbeda yang bisa dimanfaatkan untuk bersaing

(Hermana, 2006). Menurut Thompson (1965) dalam Larso & Samir (2011)

mendefinisikan inovasi sebagai pembangkit, penerimaan dan penerapan ide

baru, proses, produk atau jasa.

Schumpeter (1984) dalam Strecker (2009, p13) memberikan definisi

sebagai berikut: “innovation is the implementation of new factor combinations

(e.g new good, new production method)”. Schumpeter (1994) dalam Hermana

(2006) menyebutkan bahwa inovasi terdiri dari lima unsur yaitu: (1)

memperkenalkan produk baru atau perubahan kualitatif pada produk yang

sudah ada, (2) memperkenalkan proses baru ke industri, (3) membuka pasar

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

20

baru, (4) mengembangkan sumber pasokan baru pada bahan baku atau

masukan lainnya, dan (5) perubahan pada organisasi industri. Inovasi pada

intinya adalah aktivitas konseptualisasi, serta ide menyelesaikan masalah

dnegan membawa nilai ekonomis bagi perusahaan dan nilai sosial bagi

masyarakat. Jadi, inovasi berangkat dari suatu yang sudah ada sebelumnya,

kemudian diberi nilai tambah (Soleh, 2008).

Inovasi merupakan sebuah pengenalan peralatan, sistem, hukum,

produk atau jasa, teknologi proses produksi yang baru, sebuah struktur atau

sistem administrasi yang baru, atau program perencanaan baru yang untuk

diadopsi sebuah organisasi (Damanpour, 1991 dalam Soleh, 2008). Sedangkan

tipe dari inovasi merupakan perilaku adopsi dan faktor yang menentukan dari

inovasi tersebut (Danampour dan Evan, 1984; Damanpour, 1991, Kim et al,

1998 dalam Soleh, 2008).

Dalam penelitian Zahra dan Das (1993) dalam Soleh (2008)

menunjukkan bahwa memproduksi aneka pilihan manajerial yang pada

umumnya memusat pada produk dan teknologi proses yang mempunyai empat

jenis inovasi (4Ps inovasi) :

1. Inovasi Produk, perubahan produk atau jasa karena suatu permintaan

kepada perusahaan. Inovasi produk dan jasa terus meningkat dalam hal

pembedaan untuk memenuhi kebutuhan tertentu para pemakai spesifik.

Inovasi produk dan jasa juga mempengaruhi mutu produk dan jasa, tetapi

juga mempunyai suatu efek lebih besar pada reputasi (gambaran merek)

dan nilai atau inovatif (Tidd et al., 2005 dalam Soleh, 2008).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

21

2. Proses Inovasi, terjadi dalam perjalanan di mana produk diciptakan dan

dikirimkan. Inovasi proses memimpin ke arah metode operasi baru dengan

memproduksi baru, memproduksi teknologi baru atau mengembangkan

kemampuan orang-orang dalam perusahaan (Leonard-Barton, 1991 dalam

Soleh, 2008). Proses inovasi bertujuan untuk mengurangi biaya dan

meningkatkan produktivitas di dalam aktivitas supply-chain dan demand

chain. Inovasi proses juga membantu meningkatkan mutu relative dan

mengurangi biaya-biaya, dengan demikian nilai relative produk dan jasa

tersebut (Tidd et al., 2005 dalam Soleh, 2008).

3. Inovasi Paradigma atau Sumber Inovasi Internal merupakan perubahan

mendasar dari R&D internal usaha untuk menghasilkan produk dan

inovasi proses.

4. Memposisikan Inovasi atau Sumber Eksternal Inovasi : perubahan konteks

membeli, perijinan, persetujuan, pengadaan dengan perusahaan lain, joint-

ventures dengan para penyalur, pelanggan, dan perusahaan lain.

Strategi inovasi adalah berkaitan dengan respon strategi perusahaan dalam

mengadopsi inovasi. Dalam penelitian-penelitian terdahulu bermacam-macam

tipologi strategi inovasi sudah digunakan (Soleh, 2008). Hadjimonalis & Dickson

(2000) dalam Soleh (2008) membedakan tipologi strategi inovasi dengan proaktif

strategi, dimana perusahaan mencoba untuk meramalkan dan mengantisipasi

perubahan lingkungan. Tipe ini biasanya merupakan perusahaan yang pertama

melakukan inovasi (first mover). Keunggulan yang dimiliki adalah membangun

market share dan reputasi untuk inovasi, namun mempunyai kelemahan karena

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

22

harus mengeluarkan biaya pengembangan yang tinggi serta resiko investasi

teknologi atau desain yang salah (Soleh, 2008). Reactive strategy adalah

perusahaan yang hanya bereaksi terhadap permintaan konsumen dan aktivitas

pesaing, serta cenderung untuk mengadopsi proses inovasi perusahaan lain (Soleh,

2008).

2.1.6 Komitmen Organisasi

Beberapa ahli memberikan pengertian mereka mengenai komitmen

organisasi yang sebenarnya. Robbins dan Judge (2007, p74) mendefinisikan

komitmen organisasi sebagai sampai tingkat mana seseorang karyawan

memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, dan berniat

memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.

Menurut Gibson, et al. (2009, p183) komitmen karyawan merupakan

suatu bentuk identifikasi, loyalitas dan keterlibatan yang diekspresikan oleh

karyawan terhadap organisasi. Sedangkan Mathis dan Jackson (2006, p122)

memberikan definisi komitmen organisasi sebagai tingkat kepercayaan dan

penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan

untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut.

Allen dan Meyer dalam Robbins dan Judge (2007, p74)

mengklasifikasikan komitmen organisasi ke dalam tiga dimensi, yaitu sebagai

berikut :

1. Komitmen afektif (affective commitment) yaitu keterlibatan emosi pekerja

terhadap organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau dikembangkan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

23

apabila keterlibatan dalam organisasi terbukti menjadi pengalaman yang

memuaskan. Organisasi memberikan kesempatan untuk melakukan

pekerjaan dengan semakin baik atau menghasilkan kesempatan untuk

mendapatkan skill yang berharga.

2. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment) yaitu

keterlibatan komitmen berdasarkan biaya yang dikeluarkan akibat

keluarnya pekerja dari organisasi. Komitmen ini dipengaruhi dan atau

dikembangkan pada saat individu melakukan investasi. Investasi tersebut

akan hilang atau berkurang nilainya apabila individu beralih dari

organisasinya.

3. Komitmen normatif (normative commitment) yaitu keterlibatan perasaan

pekerja terhadap tugas-tugas yang ada di organisasi. Komitmen normatif

dipengaruhi dan atau dikembangkan sebagai hasil dari internalisasi

tekanan normatif untuk melakukan tindakan tertentu, dan menerima

keuntungan yang menimbulkan perasaan akan kewajiban yang harus

dibalas.

2.1.7 Motivasi

Motivasi merupakan reaksi yang timbul dari dalam diri seseorang

karena adanya rangsangan dari luar yang mempengaruhinya (Luthans, 1998

dalam Rachmawati, 2009). Motivasi adalah proses sebagai langkah awal

seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis atau

dengan kata lain adalah suatu dorongan yang ditunjukkan untuk memenuhi

tujuan tertentu (Luthans, 2006, p270). Motivasi juga dapat diartikan sebagai

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

24

sekelompok faktor yang menyebabkan individu berperilaku dalam cara-cara

tertentu (Rachmawati, 2009).

Menurut Wahjosumidjo (1994) dalam Yunalis (2009) motivasi

merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,

kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, dan

motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor di dalam

diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang

disebut faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik adalah faktor-faktor dari dalam yang berhubungan

dengan kepuasan, antara lain keberhasilan mencapai sesuatu dalam karir,

pengakuan yang diperoleh dari institusi, sifat pekerjaan yang dilakukan,

kemajuan dalam berkarir, serta pertumbuhan profesional dan intelektual yang

dialami oleh seseorang (Devi,2009).

Menurut Kinman et al (2001) dalam Devi (2009), elemen-elemen dari

motivasi intrinsik antara lain :

1. Ketertarikan pada pekerjaan

2. Keinginan untuk berkembang

3. Senang pada pekerjaannya

4. Menikmati pekerjaannya

Sebaliknya, apabila para pekerja tidak merasa puas dengan

pekerjaannya, munculnya ketidakpuasan itu pada umumnya dikaitkan dengan

faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik atau bersumber dari luar seperti

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

25

kebijakan organisasi, pelayanan administrasi, supervisi dari atasan, hubungan

dengan teman sekerja, kondisi kerja, gaji yang diperoleh, dan ketenangan kerja

(Cooke, 1999) dalam (Devi,2009).

Menurut Kinman et al (2001) dalam Devi (2009), elemen-elemen dari

motivasi ekstrinsik diantaranya : (1) persaingan, (2) evaluasi, (3) status, (4)

uang dan penghargaan lainnya, (5) menghindari hukuman dari atasan.

2.1.8 Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seseorang merasakan kepuasan

dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan

kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan pekerjaannya (Johan,

2002).

Definisi kepuasan kerja menurut Davis & Keith (1985) dalam Ruvendi

(2005) adalah suasana psikologis tentang perasaan menyenangkan atau tidak

menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja merupakan sikap

seseorang terhadap kerja (Puspaningsih, 2002). Sementara itu, menurut

Robbins (1996, p170) dalam Devi (2009) bahwa kepuasan kerja adalah suatu

sikap umum terhadap pekerjaan seseorang sebagai perbedaan antara

banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dengan banyaknya ganjaran yang

diyakini seharusnya diterima.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

26

Kepuasan kerja tergantung kesesuaian atau keseimbangan antara yang

diharapkan dengan kenyataan. Ada lima faktor penentu kepuasan kerja yang

disebut dengan Job Descriptive Index (JDI) (Gibson, et al., 2009, p106), yaitu:

1. Pekerjaan itu sendiri

Tingkat dimana sebuah pekerjaan menyediakan tugas yang

menyenangkan, kesempatan belajar dan kesempatan untuk mendapatkan

tanggung jawab. Hal ini mejadi sumber mayoritas kepuasan kerja.

Menurut Locke, ciri-ciri intrinsik yang menentukan kepuasan kerja adalah

keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, tanggung jawab, otonomi, kendali

terhadap metode kerja, kemajemukan, dan kreativitas.

2. Gaji

Menurut penelitian Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari

jumlah absolute dari gaji yang diterima, derajat sejauh mana gaji

memenuhi harapan-harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan.

Upah dan gaji diakui merupakan faktor yang signifikan terhadap kepuasan

kerja. Dengan menggunakan teori keadilan Adams, orang menerima gaji

yang dipersepsikan sebagai terlalu kecil atau terlalu besar akan mengalami

distress (ketidakpuasan). Yang penting ialah sejauh mana gaji yang

diterima dirasakan adil. Jika gaji dipersepsikan sebagai adil didasarkan

tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar

gaji yang berlaku untuk kelompok pekerjaan tertentu, maka akan ada

kepuasaan kerja.

3. Kesempatan atau promosi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

27

Karyawan memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan

memperluas pengalaman kerja, dengan terbukanya kesempatan untuk

kenaikan jabatan.

4. Supervisor

Kemampuan supervisor untuk menyediakan bantuan teknis dan perilaku

dukungan. Menurut Locke, hubungan fungsional dan hubungan

keseluruhan yang positif memberikan tingkat kepuasan kerja yang paling

besar dengan atasan. Hubungan fungsional mencerminkan sejauh mana

atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan

yang penting bagi tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada

ketertarikan antar pribadi yang mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai

yang serupa. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan

adalah jika kedua hubungan adalah positif.

5. Rekan kerja

Kebutuhan dasar manusia untuk melakukan hubungan sosial akan

terpenuhi dengan adanya rekan kerja yang mendukung karyawan. Jika

terjadi konflik dengan rekan kerja, maka akan berpengaruh pada tingkat

kepuasan karyawan terhadap pekerjaan.

Deliana (2004) dalam Harahap (2006) menggolongkan 4 pendekatan

teoritis yang membahas kepuasan kerja yaitu : (1) fulfillment theory, kepuasan

kerja merupakan refleksi dari pekerjaan yang memberikan nilai positif, (2)

equity theory memiliki prinsip bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas

tergantung apakah dia merasakan adanya keadilan atau tidak atas suatu situasi,

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

28

(3) discrepancy theory, kepuasan kerja diukur melalui selisih antara apa yang

seharusnya dirasakan dan kenyataan yang dirasakan, (4) two factor theory

membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya

yaitu kelompok satisfiers dan dissatisfiers.

2.1.9 Investasi

Menurut Tidd et al. (2005) dalam Soleh (2008), tes sukses inovasi

yang riil bukanlah sebuah sukses dalam jangka pendek tetapi mendukung

pertumbuhan melalui adaptasi dan inovasi berlanjut. Inovasi adalah suatu

investasi yang dipergunakan untuk membantu bentuk dan meningkatkan

kemampuan perusahaan untuk menginovasi secara konsisten (Soleh, 2008).

Ciptono (2006) dalam Soleh (2008), dimensi investasi di dalam inovasi bisa

berupa keuangan, teknologi, dan investasi sumber daya manusia yang

berhubungan dengan aktivitas inovasi dalam produksi (Thompson dan Ewer,

1989; Leong et al., 1990 dalam Soleh, 2008). Investasi keuangan meliputi

belanjaan atas R&D proyek dan inovasi pembelian atau pengembangan di

tempat lain. Investasi teknologi berupa pembelian pada peralatan infrastruktur

dan fasilitas basis dasar yang diperlukan untuk inovasi (Betz, 1987; Thurow,

1992 dalam Soleh, 2008). Investasi modal manusia meliputi gaji, pelatihan

dan pengembangan, dan biaya-biaya lain yang berhubungan dengan

pengembangan kemampuan staff (Ciptono, 2006 dalam Soleh, 2008).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

29

2.1.10 Lingkungan Kerja

Menurut Agus Ahyari (1997, p7) dalam (Idham dan Subowo, 2005)

lingkungan kerja adalah suatu lingkungan dimana karyawan bekerja,

sedangkan kondisi kerja merupakan kondisi dimana karyawan tersebut

bekerja. Dengan demikian, kondisi kerja termasuk dalam salah satu unsur

lingkungan kerja (Idham dan Subowo, 2005).

Menurut Agus Ahyari (1997, p99) dalam Idham dan Subowo (2005)

lingkungan kerja terdiri dari lingkungan kerja non-fisik yang meliputi

lingkungan sosial, status sosial, hubungan kerja dalam kantor, sistem

informasi dan kesempatan, dan lingkungan kerja fisik. Dengan lingkungan

kerja fisik yang baik, para karyawan akan dapat bekerja dengan baik, aman,

dan nyaman tanpa ada gangguan. Menurut Bambang Kussriyanto (1991,

p122) dalam Idham dan Subowo (2005) lingkungan kerja fisik merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan. Seorang

karyawan yang bekerja di lingkungan kerja fisik yang mendukung dia untuk

bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik. Sebaliknya, jika

seorang karyawan bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang tidak memadai

dan mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan membuat karyawan

yang bersangkutan menjadi malas dan cepat lelah sehingga kinerja karyawan

tersebut akan rendah (Idham dan Subowo, 2005).

Lingkungan kerja koperasi dapat dilihat melalui administrasi koperasi,

fasilitas pendukung, luas bangunan atau gedung yang cukup luas, mesin yang

mendukung, kemudahan dalam pembelian bahan baku.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

30

2.1.11 Kinerja Koperasi

Menurut Panggabean (2011), ada beberapa persyaratan yang perlu

dipenuhi oleh koperasi agar mampu melayani anggota dengan ciri-ciri sebagai

berikut :

1. Usaha koperasi aktif, dimana mekanisme manajemen koperasi

berlangsung, seperti RAT, audit, proses POAC (Planning, Organizing,

Actuating, Controlling), aktivitas bisnis berjalan dan ketaatan terhadap

Peraturan Perundangan yang berlaku.

2. Kinerja usaha yang semakin sehat, yang ditunjukkan dengan membaiknya

struktur permodalan, kondisi kemampuan penyediaan dana, penambahan

aset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi dan

peningkatan keuntungan.

3. Adanya prinsip kohesivitas, yaitu rasa keterikatan anggota terhadap

organisasi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan persentase kehadiran dalam

rapat, loyalitas/kesetiaan terhadap keputusan organisasi, tanggung renteng

(risk sharing) dan lain-lain.

4. Memiliki partisipasi kuat dari anggota, yaitu kewajiban dan dukungan

anggota. Hal ini nampak dalam hal pemenuhan simpanan pokok dan

wajib, menghadiri rapat proses pengambilan keputusan, memanfaatkan

pelayanan koperasi dan lain-lain.

5. Orientasi pelayanan khususnya pada anggota dan umumnya pada

masyarakat, dicirikan dengan usaha anggota dan adanya pendidikan bagi

anggota koperasi.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

36

2.2 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini meliputi sembilan variabel yaitu peran Pemerintah, orientasi

kepemimpinan, inovasi, komitmen organisasi, motivasi, kepuasan kerja,

investasi, lingkungan kerja, dan kinerja koperasi. Berdasarkan pada uraian

mengenai variabel-variabel tersebut yang telah dijelaskan pada bagian

sebelumnya, maka peneliti mendefinisikan variabel tersebut sebagai berikut :

Sumber : Peneliti (2012)

Gambar 2.3 – Kerangka Pemikiran

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

37

2.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini akan diuji hipotesis guna memenuhi tujuan-tujuan di

dalam penelitian ini. Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini terdiri dari tiga

belas hipotesis yang dijelaskan berikut ini :

2.3.1 Hipotesis 1 : Pengaruh peran Pemerintah terhadap inovasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap inovasi

Ha = ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap inovasi

2.3.2 Hipotesis 2 : Pengaruh peran Pemerintah terhadap investasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap investasi

Ha = ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap investasi

2.3.3 Hipotesis 3 : Pengaruh peran Pemerintah terhadap komitmen

organisasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap

komitmen organisasi

Ha = ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap komitmen

organisasi

2.3.4 Hipotesis 4 : Pengaruh peran Pemerintah terhadap motivasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap motivasi

Ha = ada pengaruh positif antara peran Pemerintah terhadap motivasi

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

38

2.3.5 Hipotesis 5 : Pengaruh orientasi kepemimpinan terhadap inovasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara orientasi kepemimpinan terhadap

inovasi

Ha = ada pengaruh positif antara orientasi kepemimpinan terhadap inovasi

2.3.6 Hipotesis 6 : Pengaruh orientasi kepemimpinan terhadap kinerja

koperasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara orientasi kepemimpinan terhadap

kinerja koperasi

Ha = ada pengaruh positif antara orientasi kepemimpinan terhadap kinerja

koperasi

2.3.7 Hipotesis 7 : Pengaruh inovasi terhadap investasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara inovasi terhadap investasi

Ha = ada pengaruh positif antara inovasi terhadap investasi

2.3.8 Hipotesis 8 : Pengaruh komitmen organisasi terhadap motivasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara komitmen organisasi terhadap

motivasi

Ha = ada pengaruh positif antara komitmen organisasi terhadap motivasi

2.3.9 Hipotesis 9 : Pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja

H0 = tidak ada pengaruh positif antara motivasi terhadap kepuasan kerja

Ha = ada pengaruh positif antara motivasi terhadap kepuasan kerja

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN …thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-1-00443-MN Bab 2.pdf · 2012-06-27 · Poin penting yang perlu dijadikan ... dalam Soleh (2008)

39

2.3.10 Hipotesis 10 : Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja koperasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap kinerja

koperasi

Ha = ada pengaruh positif antara kepuasan kerja terhadap kinerja

koperasi

2.3.11 Hipotesis 11 : Pengaruh investasi terhadap lingkungan kerja

H0 = tidak ada pengaruh positif antara investasi terhadap lingkungan kerja

Ha = ada pengaruh positif antara investasi terhadap lingkungan kerja

2.3.12 Hipotesis 12 : Pengaruh investasi terhadap kinerja koperasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara investasi terhadap kinerja koperasi

Ha = ada pengaruh positif antara investasi terhadap kinerja koperasi

2.3.13 Hipotesis 13 : Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja

koperasi

H0 = tidak ada pengaruh positif antara lingkungan kerja terhadap kinerja

koperasi

Ha = ada pengaruh positif antara lingkungan kerja terhadap kinerja

koperasi