26
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’, Trianto (2010: 136). Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis. Menurut Abdullah (1998: 18) “IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13026/2/T1_292012595_BA… · suatu kumpulan teori yang sistematis, ... Benda/materi, sifat-sifat

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009: 4) bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-

fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau

sains yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘scince’, Trianto (2010: 136). Kata

‘science’ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti tahu.

Menurut Jujun Suriasumantri (dalam Trianto 2010: 136) dalam perkembangannya

science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan

etimologi.

Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan

pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh

adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Menurut Powler (dalam Samatowa 2009: 3) IPA merupakan ilmu yang

berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun

secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

eksperimen/sistematis.

Menurut Abdullah (1998: 18) “IPA merupakan pengetahuan teoritis yang

diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara

melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan

demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain”.

9

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah

suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada

gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti

oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari diri dan alam sekitar.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Tujuan mata pelajaran IPA menurut permendiknas nomor 22 tahun 2006

adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan

keteraturan dan ciptaan Nya

2. Mengembangkan pegethuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara

IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki

alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam

memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup

mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup

dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan

10

lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:

cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4) bumi dan alam semesta,

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa

dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan

selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian

juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan

yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara

berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

2.2 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2011: 22) Pembelajaran kooperatif berasal dari kata

“kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan

siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang

menginteraksi keterampilan sosial yang bermuatan akademik (Nur dalam Isjoni

2011: 27).

Menurut Agus Suprijono (2009: 54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih

dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dirancang

bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses pembelajaran menerusi

perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil (Effandi Zakaria dalam

Isjoni, 2011: 21).

Menurut Wina (2013: 242) Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu

antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

11

Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja

tapi pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda

dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus

saling bekerja sama dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam

pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum

selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.

2.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Rusman

2011: 210) Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat

dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi

yang saling bergantung satu sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin

beragam. Dalam pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun,

siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang

disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun

dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan

tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

2.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak

semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, ada lima unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain

bisa mencapai tujuan mereka.

12

2. Tanggaung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Kegiatan ineraksi ini akan memberikan para

pembelajar untuk membentuk kelompok yang menuntungkan

semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya

daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa

dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara

berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian

mendengarkan dan berbicara.

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajara perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka

agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

Unsur pembelajaran kooperatif di atas tidak dapat tercapai jika hanya

menggunakan model pembalajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa

secara aktif. Pembelajaran harus menekankan siswa aktif berdiskusi dengan

kelompok, untuk mencapai unsur tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan

kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,

menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat

membentuk makna tersendiri dari apa yang di pelajari.

13

2.2.3 Silabus

Nama Sekolah : SDN Dukuh 01 Salatiga

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Program: IV / SD-MI

Pokok Bahasan: Sifat-Sifat Cahaya

Semester : 2 (dua)

Standar

kompetensi

Kompetensi

Dasar

KKM Indicator Pencapaian

Kompetensi

Alokasi

Waktu

Sumber

Bahan/Alat

6.Menerapkan

sifat-sifat

cahaya melalui

kegiatan

membuat suatu

karya/model

6.1 Membuat

karya/model

misalnya priskop

atau lensa dari

bahan sederhana

dengan

menerapkan sifat-

sifat cahaya.

o Menentukan model

yang akan di buat

dengan menerapkan

sifat-sifat cahaya atau

lense sederhana.

o Memilih dan

menentukan berbagai

alat/benda yang sesuai.

o Mengunakan

bahan/benda yang

sesuai.

o Membuat karya/model

yang sesuai dengan

rencana.

o Mendemontrasi hasil

rancangan untuk

menghasilkan

karya/model yang

baik.

o Menerapkan prinsip

keselamatan kerja.

6.2

Meneskripsikan

sifat-sifat cahaya.

o Menunjukkan bahwa

cahaya dapat dibiaska.

o Menunjukkan bahwa

cahaya putih terdiri

dari berbagai warna

melalui cakram warna.

o Membuat priskop

sederhana.

14

2.3 Pembelajaran Quantum Learning

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Quantum Learning

Menurud De Poter (dalam Nandang Kosasih dan Dede 2010:16),

pembelajaran Quantum adalah “intraksi-intraksi yang mengubah energy menjadi

cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Dan tujuan belajar meraih sebanyak

mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energy cahaya.

Menurut Arends ( Trianto, 2007: 1) pembelajaran Quantum adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Sementara Sa’ud (2016:16) mendefinisikan bahwa pembelajaran Quantum

mengonsep tentang “menata pentas lingkungan belajar yang tepat”, maksudnya

bagaima upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik secara pisik

maupun mental. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, perserta

didik diharapkan mendapatkan langkah pertama yang efektif untuk mengatur

pengalaman belajar. Lingkungan belajar adalah tempat perserta didik melakukan

proses belajar, bekerja dan berkreasi. Pembelajaran Quantum yaitu seperangkat

metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua unsur (Sugianto,

2010:76).

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Quantum adalah model pembelajaran yang menyenangkan serta

menyertakan segala dinamika yang menunjang keberhasilan pembelajaran itu

sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan interaksi serta aspek-aspek yang dapat

memaksimalkan momentum untuk belajar.

Pembelajaran Quantum sangat menekankan pada bermakna dan

kebermutuan proses pembelajaran. Pembelajaran Quantum merupakan

pembelajaran yang dilaksanakan dengan proses yang benar-benar terencana

dengan baik. Pembelajaran Quantum merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan

seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta

membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermamfaat.

Pembelajaran Quantum didasarkan pada anggapan bahwa semua

kehidupan merupakan energi yang dapat diubarah menjadi cahaya. Maksudnya

15

intraksi-intraksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan perserta

didik menjadi cahaya yang bermamfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar

efektif dan efesien. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah

kemampuan dan bakat alami perserta didik menjadi cahaya yang akan bermamfaat

bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.

2.3.2 Definisi Oprasional Quantum Learning

Definisi oprasional dierlukan untuk menghindari kesalahpahaman persepsi

muatan penelitian antara penulis dengan berbagai konsep yang ada sehingga

pemikiran penulis yang disajikan akan jenis dan tidak bertentangan dengan

konsep yang ada. Oleh karena itu penulis akan menjelaskan definisi istilah yang

ada sebagaimana yang yang dijelaskan oleh M. Nazir (1999: 152) sebagai berikut.

Definisi oprasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikank

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur

konstrak atau variable tertentu.

Adapun definisi oprasional yang akan dijelaskan berdasarkan variable

penelitian adalah sebagai berikut.

1. Pengelola Kelas Berbasis “Quantum learning”

Yang di maksud dengan pengelola kelas berbasis “Quantum Learning”

dalam penelitian ini adalah segala usaha berupa kiat, petunjuk strategi yang

diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang nyaman dan

menyenangkan di dalam lingkungan kelas dengan tatanan ruang yang di seting

dalam pembelajaran audio visual sehingga perserta didik akan menjadi

bertambah semangat serta lebih tertarik minatnya dalam belajar. Setiap siswa

mempunyai kemampuan yang luar biasa. Oleh karena itu potensinya dapat

dikembangkan oleh pendidik dengan system belajar yang menyenangkan

dengan menerapkan unsur-unsur hiburan, Permainan, cara berpikir positif, dan

emosi yang sehat dalam proses belajarnya.

16

2. Proses Belajar Siswa

Dalam pengertian prestasi belajar. Syamsudin (1986: 9)

mengungkapkan bahwa:

Prestasi belajar adalah kecakapan nyata (actual ability) yang

menunjukan kepada aspek kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan dan

diuji sekarang juga karena merupakan hasil usaha belajar yang bersangkutan

dengan cara, bahan, dan dalam hal tertentu yang tidak dialaminya.

Dari pemaparan teori diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

dalam penelitian ini yaitu pencapaian nyata hasil belajar siswa yang mencakup

kemampuan belajar siswa di kelas serta diluar kelas. Hasil yang dicapai dari

suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan

dapat diukur alat atau tes tertentu. Dalam hal ini peneliti ingin membatasi

bahwa wawasannya perstasi belajar siswa yang dimaksud dalam prestasi

belajar siswa di lingkungan sekolah yang berupa:

a. Prestasi akademik

Prestasi akademik disini adalah nilai hasil ulangan umum, ujian

nasional, hasil karya ilmiah siswa, dan lomba-lomba akademik yang

diikuti oleh para siswa dalam berbagai pertandingan.

b. Prestasi non akademik

Prestasi non akademik disini adalah keahlian bidang olahraga,

kesenian, keterampilan (Life Skill), dan kegiatan-kegiatan

ekstrakulikuler lainnya.

2.3.3 Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)

Pembelajaran Quantum baik Quantum Learning maupun Quantum

Teaching merupakan sebuah inovasi pembelajaran. Quantum Learning merupakan

konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan

prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan merupakan

model pembelajaran yang diperuntukkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran,

sedangkan guru dalam menerapkan Quantum Learning di kelas menerapkan

Quantum Teaching DePorter, (dalam Nandang Kosasih dan Dede 2010:26).

Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di

17

kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan

mengevaluasinya. Jadi, Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum

Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar.

Quantum Learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya. Dengan mengutip rumus Albert Einstein yakni E=mc2.

memisahkan kekuatan energi ke dalam analogi tubuh manusia yang secara fisik

adalah materi. Sehingga tujuan belajar menurut Quantum Learning adalah meraih

sebanyak mungkin cahaya. Quantum Learning mengaktifkan semua bagian dalam

pembelajaran baik dari sisi konteks maupun kontennya (DePorter,2011:16).

Quantum Learning merupakan kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar

yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta belajar sebagai suatu

proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Menurut peneliti berdasarkan pendapat di atas Quantum Learning

merupakan suatu model pembelajaran yang membiasakan siswa belajar dengan

nyaman dan menyenangkan, serta menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Sehingga diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang dapat

meningkatkan prestasi belajar. Salah satu dasar dari model Quantum Learning

adalah bahwa belajar harus mengasyikan dan berlangsung dalam suasana gembira,

sehingga pintu masuk untuk informasi baru akan lebih lebar dan terekam dengan

baik. Pembelajaran kuantum merupakan terjemahan dari bahasa asing

yaitu Quantum Learning. “Quantum Learning adalah kiat, petunjuk, strategi dan

seluruh proses belajar yan1g dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat,

serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat”

(Bobbi DePorter & Mike Hernacki, 2011:16 ). Dengan demikian, pembelajaran

kuantum dapat dikatakan sebagai model pembelajaran yang menekankan untuk

memberikan manfaat yang bermakna dan juga menekankan pada tingkat

kesenangan dari peserta didik atau siswa.

Selanjutnya, Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:30) mengungkapkan

mengenai karakterisitik dari pembelajaran kuantum (quantum learning) yaitu

sebagai berikut.

18

1. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan

fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum

dipakai.

2. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan

positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.

3. Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis (tis), bukan

positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis.

4. Pembelajaran kuantum berupaya memadukan (mengintegrasikan),

menyinergikan, dan mengkolaborasikan faktor potensi diri manusia

selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai

konteks pembelajaran.

5. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna.

6. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

7. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan

kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan

yang dibuat-buat.

8. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran.

9. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks

dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang

memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang

menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang

dinamis.

10. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi

fisikal atau material.

11. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai

bagian penting proses pembelajaran.

19

12. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan

kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

13. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan

pikiran dalam proses pembelajaran.

2.3.4 Tujuan Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)

Menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:12) adapun tujuan dari

pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah sebagai berikut.

1. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif.

2. Untuk menciptakan proses belajar yang menyenangkan.

3. Untuk menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh

otak.

4. Untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir.

5. Untuk membantu mempercepat dalam pembelajaran

Tujuan diatas, mengindikasikan bahwa pembelajaran kuantum mengharapkan

perubahan dari berbagai bidang mulai dari lingkungan belajar yaitu kelas, materi

pembelajaran yang menyenangkan, menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan

otak kanan, serta mengefisienkan waktu pembelajaran.Menurut Kompasiana

(2010) Lingkungan belajar dalam pembelajaran kuantum terdiri dari lingkungan

mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan

proses belajar, bekerja, dan berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan

meja, kursi, dan belajar yang teratur. Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya

siswa diminta untuk menciptakan kondisi ruang belajar di masyarakat. Mereka

diminta berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya, sehingga

kelak dapat berhubungan secara aktif dengan masyarakat.

Selain itu, Bobbi DePorter,et al., (2004:14) menyatakan mengenai lingkungan

dalam konteks panggung belajar. “Lingkungan yaitu cara guru dalam menata

ruang kelas, pencahayaan warna, pengaturan meja dan kursi, tanaman, musik, dan

semua hal yang mendukung proses belajar”.

Jadi, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kuantum sangat memperhatikan

pengkondisian suatu kelas sebagai lingkungan belajar dari peserta didik

20

mengingat model pembelajaran kuantum merupakan adaptasi dari model

pembelajaran yang diterapkan di luar negeri.

2.3.5 Penerapan Quantum Learning di Kelas

Penerapan model Quantum Learning di dalam kelas pada siswa adalah

dengan menerapkan langkah pembelajaran Quantum Teaching oleh guru.

Pelaksanaan Quantum Learning dalam pembelajaran dikenal dengan istilah

TANDUR. Langkah-langkah pembelajaran dengan model Quantum Learning atau

kerangka rancangan pengajaran Quantum Teaching yang disebutkan oleh

DePorter (2010:128) adalah sebagai berikut:

(a) Tumbuhkan, Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan AMBAK (Apa

Manfaatnya Bagi Ku).

(b) Alami, Berikan mereka pengalaman belajar; tumbuhkan “kebu- tuhan

untuk mengetahui”.

(c) Namai, Berikan “data”, tepat saat minat memuncak.

(d) Demonstrasikan, Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan

pengalaman dengan data baru,sehingga mereka menghayati dan

membuatnya sebagai pengalaman pribadi.

(e) Ulangi, Rekatkan gambaran keseluruhannya.

(f) Rayakan, Perayaan menambahkan belajar dengan asosiasi positif.

Asas utama dalam model Quantum Learning terdapat dalam kerangka

Quantum Teaching yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan

Dunia Kita ke Dunia Mereka” (Thobroni, 2011:274). Memasuki dunia siswa

merupakan langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar yang harus

dilakukan adalah memasuki kehidupan siswa. Hal ini akan memudahkan

perjalanan siswa menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Salah

satu yang harus ada dalam Quantum Learning yaitu musik. Musik dipergunakan

untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa dan mendukung

lingkungan belajar. Musik merangsang, meremajakan dan memperkuat belajar

baik secara sadar maupun tidak sadar. Selain itu pengaturan posisi bangku

berperan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran model Quantum Learning.

Posisi bangku setengah lingkaran untuk diskusi kelompok dapat mempermudah

21

proses pembelajaran. Selain itu penggunaan media belajar yang berwarna-warni

dapat memperkuat pengajaran (DePorter, 2010:106-107).

Setelah terjadi interaksi antar siswa dan guru, siswa akan dibawa ke dalam

dunia belajar. Maksudnya siswa dibawa ke sebuah suasana belajar yang

menyenangkan tanpa membebani siswa. Disini akan terbentuk model mental,

rumus, dan lain-lain dengan mengaikatkan pengetahuan awal dengan pengetahuan

baru.

2.3.6 Keunggulan dan Kelemahan Model pembelajaran Kuantum (Quantum

Learning)

Bobbi DePorter & Mike Hernacki (2011:18-19) dalam bukunya yang

berjudul ”Quantum Learning” juga menjelaskan mengenai keunggulan

dankelemahan dari pembelajaran kauntum (Quantum Learning) yaitu sebagai

berikut.

1. Keunggulan

a. Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan

fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum

dipakai.

b. Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan

positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.

c. Pembelajaran kuantum lebih konstruktivis (tis), bukan positivistis-

empiris, behavioristis.

d. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

e. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

f. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan

kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan

yang dibuat-buat.

g. Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran.

22

h. Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks

dan isi pembelajaran.

i. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan (dalam) hidup, dan prestasi

fisikal atau material.

j. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai

bagian penting proses pembelajaran.

k. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan

kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.

l. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan

pikiran dalam proses pembelajaran.

2. Kelemahan

a. Membutuhkan pengalaman yang nyata

b. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam

belajar

c. Kesulitan mengidentifikasi keterampilan siswa.

Berdasarkan pemaparan keunggulan dan kelemahan pembelajaran

kuantum, pembelajaran kauntum sangat memperhatikan keaktifan serta kreatifitas

yang dapat dicapai oleh peserta didik. Pembelajaran kuantum mengarahkan

seorang guru menjadi guru yang “baik”. baik dalam arti bahwa guru memiliki ide-

ide kreatif dalam memberikan proses pembelajaran, mengetahui dengan baik

tingkat kemampuan siswa.

2.3.7 Prinsip Model Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning)

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran kuantum (quantum learning) adalah

sebagai berikut.

1. Prinsip utama pembelajaran kuantum berbunyi: Bawalah Dunia Mereka

(Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita

(Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).

2. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses

pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.

23

3. Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :

a. Ketahuilah bahwa segalanya berbicara

Dalam pembelajaran kuantum, segala sesuatu mulai lingkungan

pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan

ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar

sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim

pesan tentang pembelajaran.

b. Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi

cahaya mempunyai tujuan.

c. Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan

Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah

mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk

apa yang mereka pelajari.

d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran

Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.

e. Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula

dirayakan

Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan

keberhasilannya.

f. Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa

pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan

(Bobbi DePorter, et al., 2004:6-7).

Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan

keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai

jantung fondasi pembelajaran kuantum.Selain membahas mengenai prinsip model

pembelajaran kuantum (Quantum Learning), Bobbi DePorter & Mike Hernacki

(2011:76) juga berpendapat mengenai 7 (tujuh) kunci keunggulan yang diyakini

dalam pembelajaran kuantum yaitu sebagai berikut.

24

1. Teraplah Hidup dalam Integritas

Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan

menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.

2. Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan

Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa

kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita

yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat

berhasil.

3. Berbicaralah dengan Niat Baik

Dalam pembelajan, perlu dikembangkan keterampilan berbicara

dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang

jujur dan langsung.

4. Tegaskanlah Komitmen

Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus

mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah

ditetapkan.

5. Jadilah Pemilik

Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung

jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan

bermutu

6. Tetaplah Lentur

Dalam pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah

yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan

dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan

suasana bilamana diperlukan.

7. Pertahankanlah Keseimbangan

Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat

dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil

pembelajaran efektif dan optimal.

25

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pembelajaran

kuantum (Quantum Learning) menurut Bobbi DePorter & Mike Hernacki

(2011:13) diantaranya:

1. Sikap positif

2. Motivasi

3. Keterampilan belajar seumur hidup

4. Kepercayaan diri

5. Sukses

Kunci Keunggulan Quantum Learning :

a. Integritas: Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh. Selaraskan

dengan nilai-nilai yang ada pada diri kita.

b. Kegagalan awal kesuksesan: Pahamilah bahwa kegagalan

hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk

sukses.

c. Bicaralah dengan niatan baik: Berbicaralah dengan pengertian

positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur

dan lurus.

d. Komitmen: Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan visi dan

lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.

e. Tanggungjawab: Bertanggungjawablah atas tindakan anda.

f. Sikap fleksibel: Bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang

dapat membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan.

g. Keseimbangan: Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan

waktu untuk membangun dan memelihara ketiganya.

Kelemahan :

1. Membutuhkan pengalaman yang nyata

2. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar

3. Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa.

26

2.3.8 Manfaat Quantum Learning

Manfaat yang diperoleh dari quantum learning adalah :

1. Sikap positif

2. Motivasi

3. Ketrampilan belajar seumur hidup

4. Kepercayaan diri

5. Sukses

2.3.9 Langkah-langkah Menerapkan Quantum Learning

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:

1) Kekuatan Ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara

manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (De Potter dan Hernacki 2001:

49). Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya

motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini

siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang

manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.

2) Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang

dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan

lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri

siswa.

3) Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar

siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan

pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula

mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan

memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai.

27

4) Bebaskan gaya belajarnya

Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar

tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning

guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan

janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja.

5) Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang

siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali

apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan

ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan memberikan symbol - simbol atau gambar yang mudah

dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol-simbol tersebut dapat berupa

tulisan.

6) Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan

membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah

wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya

membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-

buku yang lain.

7) Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan

senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan

mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.

8) Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak

perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. Penyediaan

pengalaman belajar Peter Sheal (Pusat Kurikulum, 2002) dapat dilihat

pada gambar berikut:

28

Gambar 2: Kerucut Pengalaman Belajar Menurut Edgar Dale

Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran

serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya

baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan,

sehingga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu

Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum Learning

mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media melalui

kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan

dapat mencapai daya ingat 90%.

Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi

pelajaran akan semakin bermakna. Selain itu dalam proses pembelajaran perlu

diperdengarkan musik untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Pemilihan

jenis musik pun harus diperhatikan, agar jangan musik yang diperdengarkan

malah mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Pembelajaran Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran

serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya

29

baikmelalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciumandan pengecapan, sehi

ngga hasil penelitian Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu

Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran Quantum

Learning mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media

melalui kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum

dan dapat mencapai daya ingat 90%.Semakin banyak indera yang terlibat dalam

interaksi belajar, maka materi pelajaran akansemakin bermakna. Selain itu dalam

proses pembelajaran perlu diperdengarkan musikuntuk mencegah kebosanan

dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun harusdiperhatikan, agar jangan

musik yang diperdengarkan malah mengganggu konsentrasi belajar siswa.

2.4 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 40-41), hasil belajar merupakan hal

yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru.Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan. Menurut

Woordworth dalam Dimyati dan Mudjiono (2009: 41), “Hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar”. Hasil belajar tersebut

terjadi terutama berkat evaluasi guru dan mengatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan aktual yang diukur secara langsung.

Menurut Hamalik (2006: 3) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar

akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Pendapat beberapa para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Hasil

belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai

suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami

belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku.

30

Menurut peneliti hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata

pelajaran yang berupa data angka (hasil tes) maupun proses belajar. Hasil belajar

diperoleh pada kegiatan akhir yang diisi dengan pemberian evaluasi terhadap

siswa dan dilakukan di dalam kelas. Pengambilan hasil belajar digunakan sebagai

tolok ukur keberhasilan belajar dan menunjukkan kompetensi siswa melalui

pengadaan tes bagi siswa.

2.4.1 Pengukuran Hasil Belajar IPA

Menurut Sudjana (2013: 3), penilaian hasil belajar adalah proses pemberian

nilai terhadap hasil-hasil belajar yang di capai siswa dengan kriteria tertentu. Hal

ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.

Menurutnya ada tiga istilah yang merujuk pada aktivitas-aktivitas utama dalam

kegiatan penilaian/pengukuran kelas, yaitu (1) asesmen, (2) pengukuran dan (3)

evaluasi. prosedur teknik yang dimaksud adalah teknik tes dan teknik nontes.

Menurut Chatterji dalam Supratiknya (2013 : 4), aktivitas terakhir dalam

rangkaian kegiatan penilaian kelas adalah evaluasi, yaitu “a procces that comes

after measurement is completed. It involves making a value judgmentor

interpretation of the resulting data in a decision making context”. Maksudnya,

evaluasi merupakan proses sesudah pengumpulan data atau informasi baik dengan

teknik pengukuran (tes atau skala) maupun dengan teknik asesmen lain selesai

dilakukan bahkan sesudah data atau informasi tersebut selesai diolah.

Pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil belajar

adalah suatu pengukuran berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah

dilaksanakan dengan menggunakan istilah tiga aktivitas, yaitu: (1) asesmen, (2)

pengukuran, (3) evaluasi serta pengumpulan data atau informasinya dengan teknik

pengukuran tes dan skala.

2.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Dikdik Dikrulla (2010) Model pembelajaran quantum learning merupakan

model pembelajaran yang membiasakan belajar menyenangkan. Dengan

menerapkan model pembelajaran Quantum Learning ini diharapkan dapat

31

meningkatkan minat belajar siswa sehinga pada akhirnya dapat meningkatkan

hasil belajar secara menyeluruh. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada “

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Untuk Meningkatkan hasil

Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK)”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar

siswa setelah diterapkannya model quantum learning. Desain penelitian yang

digunakan adalah One Group pretest-Posttest desain. Sampel dalam penelitian

ini adalah siswa kelas VII-I yang berjumlah 40 orang. Hasil penelitian

menunjukan bahwa nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa mengalami

kenaikan yang signifikan. Hal ini ditunjukan oleh nilai rata-rata gain yang

dinormalisasi sebesar 0,534 dengan kriteria sedang.

Sri Sutarni (2011) Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa

Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Learning (Ptk Di Smp

Negeri 1 Ngemplak Boyolali Kelas VII Tahun 2011/2012) Hasil penelitian

peningkatan motivasi belajar siswa dapat dilihat dari meningkatnya indikator

peningkatan motivasi belajar siswa meliputi: a) Bertanya kepada guru tentang

materi yang telah disampaikan dan mengungkapkan ide sebelum tindakan 9,375%

dan di akhir tindakan 78,125 %.b). Antusiasme mengerjakan soal latihan didepan

kelas sebelum tindakan 12,5% dan di akhir tindakan 62%, c). Aktif dalam

kelompok diskusi sebelum tindakan 25% dan di akhir tindakan 87%. Kesimpulan

penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran Quantum Learning

dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa di SMP Negeri 1

Ngemplak Boyolali.

Cahyani Ratna, (2012) Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dalam

Pembelajaran IPA Model Quantum Learning Pola TANDUR Kelas V Sekolah

Dasar. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Ketrampilan

guru dalam pembelajaran IPA meningkat. Pada siklus I guru memperoleh nilai

rata – rata 28.5 dengan kriteria baik. Sedangkan pada siklus II ketrampilan guru

mendapat nilai rata – rata 31 dengan kriteria sangat baik. (2) Aktivitas siswa

dalam pembelajaran IPA dapat disimpulkan mengalami peningkatan. Pada siklus I

32

mendapat nilai rata - rata 25.89 dengan kriteria baik dan pada siklus II mendapat

nilai rata – rata 29.6

Nurhamidah ( 2010)Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Learning

Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Pada Materi Cahaya Di Mtsn Rukoh

Banda Aceh .Dari hasil analisis data yang diperoleh nilai rata-rata dengan metode

Quantum Learning pre-test = 36,833; SD 11,5 dan post-test = 75,23 ; SD =

10,388, sedangkan dengan metode pembelajaran konvensional pre-test = 37,038 ;

SD = 12,056 dan post-test = 60,602 SD = 10,523. Untuk harga t_(tabel ) dengan α

= 0,05 dan dk 76 diperoleh 2,000. Karena pengujian hipotesis dalam tabel

penelitian ini menggunakan uji t diketahui t_(hitung )= 6,15 sehingga t_(hitung )>

t_(tabel ), maka hipotesis diterima. Hal ini dapat disimpulkan terdapat pengaruh

yang positif dan signifikan antara metode pembelajaran Quantum Learning

terhadap hasil belajar siswa kelas VIII pada Materi Cahaya di MTsN Rukoh Kota

Banda Aceh.

2.6 Kerangka Berpikir

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi

pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas V SDN Dukuh 01. Fakta yang ditemu

mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa guru

masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang termotivasi dalam

belajar IPA, dan hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini memlilih

pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus, dengan

pemikiran bahwa evaluasi pada siklus pertama akan menjadi catatan untuk

dijadikan masukan pada siklus II. Namun demikian uji coba pembelajaran denga

metode pembelajaran Quantum Learningtetap dilanjutkan hingga tercapai kreteria

KKM yaitu ≥ 65.

Pemilihan metode pembelajarn Quantum Learning dipilih berdasarkan

situasi subjek penelitian yaitu siswa kelas V. Pada usia ini, siswa memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan berdiskusi dalam

kelompok, dengan metode Quantum Learning diharapakan bahwa pembelajaran

akhirnya mendorong agar terjadi kerja sama diantara siswa.

33

2.7 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan

adalah sebagai berikut: Melalui penerapan metode pembelajaran Quantum

Learning dalam pembelajaran IPA kelas V SDN Dukuh 01 dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.