13
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang lingkupnya di mana di dalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam sebuah proses pembelajaran massa. Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak 13 segmen sosial, yang membuat para ahli film memiliki potensi untuk mempengaruhi membentuk suatu pandangan dimasyarakat dengan muatan pesan di dalamnya. Hal ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret dari realitas di masyarakat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikanya ke dalam layar (Sobur, 2003:126127). Film merupakan media unik yang berbeda dengan bentuk-bentuk kesenian lainnya seperti seni lukis, seni pahat, seni musik, seni patung, seni tari dan cabang seni lainnya. Ini disebabkan oleh film merupakan perpaduan antara berbagai seni yang pernah ada. Film sebagai salah satu media yang berkarakteristik massa, yang merupakan kombinasi antara gambar-gambar bergerak dan perkataan serta suara. Film juga diartikan sebagai rekaman segala macam gambar hidup atau bergerak, dengan atau tanpa suara, yang dibuat di atas pita seluloid, jalur pita magnetic, piringan audio visual, dan atau benda hasil teknik kimiawi atau elektronik lainnya yang mungkin ditemukan oleh kemajuan teknologi dalam segala bentuk jenis dan ukuran baik hitam maupun putih atau berwarna yang dapat disajikan dan atau dipertunjukkan kembali sebagai tontonan di atas layar proyeksi atau layar putih atau layar TV dengan menggunakan sarana-sarana mekanis dari segala macam bentuk peralatan proyeksi (Effendi 2003: 208). Dalam pasal 3 pada Pesatuan Film dan Televisi Indonesia yang merupakan keputusan Kongres ke-8 pada 1995 menyatakan bahwa film dan televisi adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya. Sedangkan pengertian sinetron dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah film yang dibuat khusus untuk penayangannya di media elektronik seperti televisi. Pengertian sinetron yang lain adalah sekumpulan konflik-konflik yang disusun menjadi suatu bangunan cerita yang dituntut untuk dapat menganalisa gejolak batin, emosi, dan pikiran pemirsa yang ditayangkan di media televisi (Kuswandi, 1996:130).

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Film

Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film

merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang lingkupnya di mana di dalamnya

menjadi ruang ekspresi bebas dalam sebuah proses pembelajaran massa. Kekuatan dan

kemampuan film menjangkau banyak 13 segmen sosial, yang membuat para ahli film

memiliki potensi untuk mempengaruhi membentuk suatu pandangan dimasyarakat dengan

muatan pesan di dalamnya. Hal ini didasarkan atas argument bahwa film adalah potret dari

realitas di masyarakat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam

masyarakat dan kemudian memproyeksikanya ke dalam layar (Sobur, 2003:126–127).

Film merupakan media unik yang berbeda dengan bentuk-bentuk kesenian lainnya

seperti seni lukis, seni pahat, seni musik, seni patung, seni tari dan cabang seni lainnya. Ini

disebabkan oleh film merupakan perpaduan antara berbagai seni yang pernah ada. Film

sebagai salah satu media yang berkarakteristik massa, yang merupakan kombinasi antara

gambar-gambar bergerak dan perkataan serta suara. Film juga diartikan sebagai rekaman

segala macam gambar hidup atau bergerak, dengan atau tanpa suara, yang dibuat di atas pita

seluloid, jalur pita magnetic, piringan audio visual, dan atau benda hasil teknik kimiawi atau

elektronik lainnya yang mungkin ditemukan oleh kemajuan teknologi dalam segala bentuk

jenis dan ukuran baik hitam maupun putih atau berwarna yang dapat disajikan dan atau

dipertunjukkan kembali sebagai tontonan di atas layar proyeksi atau layar putih atau layar TV

dengan menggunakan sarana-sarana mekanis dari segala macam bentuk peralatan proyeksi

(Effendi 2003: 208). Dalam pasal 3 pada Pesatuan Film dan Televisi Indonesia yang

merupakan keputusan Kongres ke-8 pada 1995 menyatakan bahwa film dan televisi adalah

karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang

dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan

video, dan atau bahan hasil teknologi lainnya dalam bentuk, jenis, ukuran, melalui kimiawi,

proses elektronik, atau proses lainnya.

Sedangkan pengertian sinetron dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah film

yang dibuat khusus untuk penayangannya di media elektronik seperti televisi. Pengertian

sinetron yang lain adalah sekumpulan konflik-konflik yang disusun menjadi suatu bangunan

cerita yang dituntut untuk dapat menganalisa gejolak batin, emosi, dan pikiran pemirsa yang

ditayangkan di media televisi (Kuswandi, 1996:130).

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

Pengertian diatas mengungkapkan bahwa film merupakan penggambaran budaya

masyarakat yang disajikan dalam bentuk gambar hidup. Banyak aspek yang tertuang di dalam

film. Dari proses pembuatannya, film merupakan komoditi untuk dikosumsi oleh masyarakat

luas dan merupakan karya seni ciptaan manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek

kehidupan.

2.1.1 Film sebagai Media Komunikasi

Dari awal pemunculan film sampai sekarang, banyak bermunculan cara – cara

yang makin terampil dalam membuat, meramu segala unsur untuk membentuk sebuah

film. Turner dalam (Widiyaningrum, 2012:17) menjelaskan bahwa film sebagai media

komunikasi, tidak mencerminkan atau bahkan merekam realitas seperti medium

representasi yang lain. Film hanya mengkonstruksi dan “menghadirkan kembali”

gambaran dari realitas melalui kode – kode, konvensi – konvensi, mitos dan ideologi

– ideologi dari kebudayaannya sebagai cara praktik signifikasi yang khusus.

Sebagai media komunikasi, film memberikan pengaruh yang besar bagi

penonton. Pengaruh yang diberikan tidak hanya pada saat menonton film namun dapat

mempengaruhi penontonnya meskipun film telah selesai ditonton. Penonton biasanya

menirukan adegan atau gaya yang ditampilkan oleh para aktor dari film yang ditonton.

Dengan demikian kita dapat merasakan bahwa film mempunyai kekuatan serta

pengaruh yang sangat besar, sumbernya terletak pada perasaan emosi penontonnya

(Effendy, 2003: 208).

2.2 Representasi

Representasi didefinisikan sebagai proses perekonstruksian dunia dan proses

memaknainya, representasi merupakan penggambaran dari sebuah makna (Maluda, 2014:34).

Representasi juga dapat diartikan sebagai pemakaian atau penggunaan tanda-tanda untuk

menampilkan kembali sesuatu yang diserap oleh indera, atau yang dirasakan dalam bentuk

fisik (Adji & Peni, 2010:3). Dengan demikian representasi yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah bentuk penerimaan dan penolakan terhadap penyandang stutter dalam pasangan

hidup dalam film Thapki.

Representasi merupakan konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan

melalui sistem penandaan yang tersedia, seperti dialog, tulisan, video, film, fotografi.

Representasi berarti memproduksi makna dengan menggunakan bahasa untuk menyampaikan

sesuatu yang bermakna atau untuk mewakili sesuatu dengan penuh arti kepada orang lain.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru

dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah

tetap, ia selalu berada dalam proses negoisasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru

(Fachruddin, 2011:21). Istilah representasi sendiri merujuk pada bagaimana seseorang atau

kelompok, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam sebuah pemberitaan. Mengingat akan

hal ini maka ada 2 hal penting yang perhatikan dalam representasi. Pertama, apakah

seseorang, kelompok atau gagasan tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya dan yang

kedua adalah bagaimana representasi tersebut ditampilkan melalui kata, kalimat, aksentuasi,

foto dan lainnya (Eriyanto, 2001 : 113 ).

2.2.1 Representasi dalam Media Massa

Adakalanya representasi dibuat dengan suatu tujuan tertentu sehingga tanpa

disadari bentuk - bentuk representasi tersebut dianggap sebagai suatu „kebenaran‟

dalam realitas (Burton, 2007:269).

Kata representasi merujuk kepada penggambaran. Namun demikian kata itu

tidak hanya sekadar tentang penampilan di permukaan tapi juga menyangkut tentang

makna yang dikonstruksi di baliknya. Jadi, representasi itu menyangkut pada proses

pembuatan makna. Melalui media massa kita diberikan representasi tentang dunia dan

bagaimana cara kita nantinya akan memahami dunia (Maluda, 2014 :34).

2.2.2 Level Representasi

Fiske (dalam Eriyanto, 2001:114), mengungkapkan bahwa persoalan

utama dalam representasi adalah bagaimana suatu realitas ditampilkan. Dalam

menampilkan suatu peristiwa, objek, gagasan, seseorang ataupun kelompok, ada

beberapa proses yang dihadapi :

Level pertama yakni peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Hal

ini menunjukkan bahwa bagaimana sebuah peristiwa dikonstruksi sebagai

realitas oleh media. Dalam bahasa gambar (terutama televisi) hal ini pada

umumnya dapat berupa pakaian, lingkungan, ucapan, serta ekspresi.

Level kedua yakni bagaimana realitas itu digambarkan. Dalam media

(terutama televisi) hal ini digambarkan melalui pemakaian kata, kalimat atau

proposisi tertentu yang membawa makna tertentu ketika diterima oleh

khalayak.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

Pada level ketiga yakni bagaimana sebuah peristiwa atau realitas dikonvesi ke

dalam kode - kode yang dapat diterima secara logis, bagaimana kode–kode

representasi dihubungkan dan diorganisassikan ke dalam koherensi sosial

seperti kelas sosial atau kepercayaan yang dominan yang ada dalam

masyarakat.

Ketiga level yang menjadi persoalan utama dalam representasi tersebut lebih

jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 2.2.2

Persoalan Utama Dalam Representasi

Level

Pertama

Realitas

( Dalam bahasa tertulis seperti dokumen, wawancara, transkip dan

lainnya, sedangkan dalam televisi seperti pakaian, make up,

perilaku, gerak – gerik, ekspresi, intonasi, ucapan dan tekanan

suara).

Level

Kedua

Representasi

( Elemen – elemen pada level pertama ditandakan secara teknis.

Dalam bahasa tertulis seperti kata, proposdisi, kalimat, caption,

foto, grafik dan lainnya, sedangkan dalam televisi seperti kamera,

tata cahaya, editing, musik latar dan sebagiannya).

Level

Ketiga

Ideologi

Semua elemen diorganisasikan ke dalam koherensi dan ideologi –

ideologi seperti individualisme, liberalisme, sosialisme, patriaki,

ras , kelas, materialisme, kapitalisme dan sebagiannya.

Sumber : Eriyanto, 2001, Hal 116.

Konsep representasi dalam penelitian ini yaitu bagaimana dalam film Thapki

menunjukkan pandangan dan memberi gambaran mengenai penerimaan maupun

penolakan pada seorang penyandang stutter yang diproduksi dan dikonstruksi. Alat-

alat representasi dalam film ini yaitu Thapki sebagai korban dalam bentuk penerimaan

maupun penolakan, serta pemeran lainnya sebagai tokoh pelaku dalam film ini,

aksesoris yang digunakan baik dari penampilan, kostum, tata rias, lingkungan, tingkah

laku, cara bicara, gerak tubuh, ekspresi, suara, kamera, cahaya, editing, musik, dialog

yang menandai adanya bentuk penerimaan maupun penolokan terhadap penyandang

stutter dalam film ini.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

2.3 Semiotika Komunikasi

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut

menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu

menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Semiotika berasal dari

kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari

arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilignya dan dianggapnya

sebagai tanda. Pemaknaan terhadap dunia tanda pada tingkat yang paling rendah adalah

pemaknaan secara lugas, yakni menginterpretasikan berdasarkan asal makna tanda tersebut

(Sobur, 2009:15).

Semiotika biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda – danda, yang pada

dasarnya merupakan studi atas kode – kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita

memandang idenentitias tertentu sebagai tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna

(Budiman, 2011:3).

2.3.1 Semiotika Model John Fiske

“Semiotik Dalam Film” Menurut John Fiske, dalam bukunya Cultural And

Communication Studies, disebutkan bahwa terdapat dua perspektif dalam mempelajari

ilmu komunikasi. Perspektif yang pertama melihat komunikasi sebagai transmisi

pesan, sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan

pertukaran makna. Untuk itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks

dan budaya ini dinamakan pendekatan semiotik (Fiske, 2006:9). Semiotik

mempelajari bagaimana sistem tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske

dan John Hartley, konsentrasi semiotik adalah pada hubungan yang timbul antara

sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga bagaimana tanda-tanda tersebut

dikomunikasikan dalam kode–kode (Budiman, 2011:61). Fiske (dalam Budiman,

2011:63), mengatakan bahwa film tidak mempunyai gramatika, untuk itu ia

menawarkan kritik bahwa teknik yang digunakan dalam film dan gramatika pada sifat

kebahasaannya adalah tidak sama. Tidak cukup menggunakan kajian linguistik untuk

menganalisa sebuah film, karena film terdiri dari kode – kode yang beraneka ragam.

Penerapan Semiotik pada film, berarti perlu memperhatikan aspek medium film yang

berfungsi sebagai tanda, dalam hal ini pengambilan kamera (Shot) dan kerja kamera

(camera work), Efek kamera, efek suara, intonasi, kata, kalimat, intonasi, gerak tubuh

dan lainnya. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk menggunakan

konsep semiotika Fiske guna mengamati tanda- tanda yang mengandung bentuk –

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

bentuk penerimaan serta penolakan terhadap penyandang stutter sebagai pasangan

hidup dalam film “Thapki“ yang hendak diteliti.

2.3.2 Semiotika dalam Film

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di

dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Suatu tanda

menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna ialah hubungan antara suatu

objek atau ide dan suatu tanda. Konsep dasar ini mengikat bersama seperangkat teori

yang amat luas berurusan dengan simbol, bahasa, wacana, dan bentuk-bentuk non-

verbal, teori-teori yang menjelaskan bagaimana tanda berhubungan dengan maknanya

dan bagaimana tanda disusun. Secara umum, studi tentang tanda merujuk pada

semiotika (Sobur, 2009:15-16).

Film memiliki dua unsur utama di dalamnya yaitu gambar dan dialog. Film

disini dapat disebut sebagai citra (image) berbentuk visual bergerak dan suara dalam

dialog di dalamnya. Citra menurut Barthes merupakan amanat ikonik (iconic

massage) yang dapat dilihat berupa adegan (Scene) yang terekam. Kode – kode dalam

film terbentuk dari kondisi sosial budaya dimana film itu dibuat, serta sebaliknya

kode tersebut dapat berpengaruh pada masyarakatnya ketika seseorang melihat film,

ia memahami gerakan, aksen, dialog, dan lainya, kemudian disesuaikan dengan

karakter untuk memperoleh posisi dalam struktur kelas atau dengan

mengkonstruksikan apa yang dilihat dalam film dengan lingkungannya (Sobur

2009:127).

2.4 Teori Analisis Kultivasi

Analisis kultivasi adalah sebuah teori yang menjelaskan pembentukan jangka panjang

dari persepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia sebagai akibat dari konsumsi akan

pesan-pesan media. Seperti yang diungkapkan Gerbner, bahwa apa yang kita ketahui atau kita

pikir, sebenarnya tidak pernah kita alami sendiri secara pribadi. Kita mengetahuinya melalui

cerita-cerita yang kita lihat dan dengar di media. Teori ini menyatakan bahwa komunikasi

massa, terutama televisi mengkultivasi keyakinan tertentu mengenai kenyataan yang

dianggap umum oleh konsumen komunikasi massa.

Menurut teori kultivasi, ketika televisi menggambarkan suatu hal atau cerita, maka

yang lebih ditekankan adalah bagaimana cara untuk menyalurkan suatu sistem dan kesatuan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

pesan yang sama secara berulang-ulang. Televisi membuat masyarakat memberikan

perhatiannya pada isi atau pesan yang ditampilkan, seolah-olah televisi memberikan

kepercayaan (Windahl, Signitizer & Olson, 1992). Secara tidak langsung cara berpikir dan

pandangan kita terhadap sesuatu dipengaruhi oleh tayangan televisi.

2.4.1 Asumsi Dasar Teori Kultivasi

Secara skematis, Teori Kultivasi yang diungkapkan George Gerbner didasarkan

pada beberapa asumsi diantaranya:

Tabel 2.4.1 Asumsi Dasar Teori Kultivasi

Televisi adalah media yang unik yang memerlukan studi pendekatan yang spesifik pula.

Pesan-pesan televisi membentuk sistem yang koheren, membentuk cara berpikir, cara

bertindak, yang pada akhirnya menjadi budaya kita.

Sistem pesan (isi pesan misalnya) menciptakan tanda-tanda penanaman realitas.

Fokus analisa Kultivasi adalah kontribusi menonton televisi yang berlebihan terhadap

pola pikir dan perilaku.

Teknologi-teknologi baru lebih banyak menyimpangkan jangkauan pesan-pesan

televisi.

Fokus teori Kultivasi terletak pada pemantapan yang meluas dan konsekuensi-

konsekuensi yang sama.

2.5 Penerimaan Dan Penolakan Sosial

Chaplin (dalam Putra, 2014:04) menjelaskan bahwa penerimaan sosial adalah

pengakuan dan penghargaan terhadap nilai-nilai individual. Individual yang mendapatkan

penerimaan sosial akan merasa mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari individu lain

atau kelompok secara utuh. Penerimaan merupakan sikap terhadap diri seseorang maupun

kelompok yang diwujudnyatakan dengan pengakuan, penghargaan serta menciptakan rasa

nyaman. Penerimaan sosial dapat diartikan sebagai bentuk penerimaan terhadap hal-hal

tertentu atau terhadap seseorang maupun kelompok. Sebaliknya, penolakan sosial merupakan

sikap terhadap diri sesorang atau kelompok yang tidak menunjukan adanya pengakuan,

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

penghargaan serta rasa nyaman terhadap individu maupun kelompok lain tersebut.

Menurut Asher & Parker dalam Putra (2014), penerimaan sosial adalah suatu keadaan

dimana individu atau kelompok tertentu disukai dan diterima oleh individu atau kelompok

lain lain didalam lingkungan, dan setiap individu diterima oleh individu lain secara penuh dan

penerimaan semacam ini akan menimbulkan perasaan aman, sedangkan penolakan sosial

adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok tertentu ditolak dan tidak disukai oleh

individu maupun kelompok lain dalam suatu lingkungan sehingga menimbulkan

ketidaknyamanan bagi mereka yang ditolak.

Dengan merujuk pada defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa penerimaan sosial

merupakan suatu wujud tindakan nyata dari suatu individu atau kelompok terhadap individu

atau kelompok lainnya. Tindakan yang dimaksud mencerminkan adanya pengakuan,

penghargaan memberikan rasa nyaman serta menerima orang lain ataupun kelompok lagin

apa adanya. Demikian pula dengan penolakan sosal, yaitu tindakan nyata dari individu

maupun kelompok terhadap individu maupun kelompok lain, dimana tindakan yang

dimaksud mencerminkan adanya penolakan, kurangnya rasa hormat serta menciptakan

ketidaknyamanan serta tidak dapat menerima orang ataupun kelompok lain apa adanya.

Penerimaan sosial didasarkan pada keadaan individu atau kelompok lain baik secara

fisik, latar belakng sosial maupun mental. Artinya ketika melakukan penerimaan terhadap

pihak lain maka tindakan penerimaan tersebut dilakukan tanpa memandang kurang maupun

lebihnya keadaan pihak lain baik secara fisik, mental maupun latar belakang sosial,

sedangkan penolakan didasarkan pada paenilaian atau pertimbangan tertentu terhadap

keadaan fisik, mental maupun latar belakang sosial pihak lain yang tidak sesuai dengan

kriteria maupun pandangan tertentu dari pihak yang melakukan tindakan penolakan sosial.

2.5.1. Sikap Yang Ditampilkan

Andi Mappiere (dalam Putra, 2014:07) menjabarkan seseorang diterima di

dalam lingkungannya akan menampilkan sikap-sikap sebagi berikut :

Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam diri individu tanpa syarat,

pendapat atau penilaian. Lingkungan yang dimiliki individu atau dengan kata lain

keadaan individu diterima sepenuhnya.

Memandang sebagai orang yang berharga tanpa memandang latar belakang atau

keadaan individu.

Tidak memandang rendah. Lingkungan sosial percaya bahwa individu memiliki

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

keyakinan atas kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya.

Individu yang diterima tidak mendapatkan tekanan atau memiliki kebebasan.

Dengan kata lain individu akan merasakan bahwa lingkungannya memberikan

suatu independensi (mandiri).

2.5.2. Karakteristik

Seseorang yang diterima oleh kelompok sosialnya akan menunjukan

karakteristik sebagai berikut :

Merasa aman juga berada ditengah-tengah lingkungan. Individu akan merasa

nyaman ketika berada dilingkungan.

Dengan merasa diterima. Individu akan mendapatkan indentitas diri dan

mempunyai harga diri.

Akan merasa bebas. Dalam arti individu tidak merasa tertekan dan yakin bahwa

kelompok menerima keadaanya.

Akan lebih sering terlibat dan bergaul dengan lingkungan. Dalam arti individu

akan lebih terbuka tentang keberadaannya, karena lingkungan dapat menerima

keadaan individu.

2.5.3. Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Dan Penolakan Sosial

Ciri Kepribadian

Penerimaan sosial terjadi dari penilaian seseorang terhadap orang lain pada

kepribadiannya secara utuh. Biasanya seseorang dapat diterima atau mengalami

penolakan secara sosial karena baik – buruknya karakter yang dimiliki.

Ciri Non Kepribadian.

Kesan pertama ikut menentukan sejauh mana seseorang dapat diterima atau ditolak

oleh lingkungan sosialnya. Jika seseorang menunjukkan kesan positif maka ia akan

menerima suatu kelompok, dan sebaliknya.

Faktor Sugesti.

Sugesti disini adalah keadaan individu atau kelompok, baik datangnya dari diri sendiri

maupun orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya tarik. Sugesti

merupakan suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan

atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa keritik terlebih dahulu, dan

dikatakan pula seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu

diterima oleh orang lain di luarnya.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

Faktor Simpati.

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang lain. Simpati

timbul tidak atas dasar logis, melainkan berdasarkan penlilaian perasaan, bahkan

orang dapat tiba-tiba merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan

sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu ciri tertentu, melainkan karena

keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut.

2.5.4. Indikator

Penerimaan sosial berarti adanya sinyal dari orang lain yang ingin

menyertakan seseorang untuk tergabung dalam suatu relasi atau kelompok sosial.

Dengan demikian maka indikator dalam penerimaan maupun penolakan sosial; Karina

(2012) adalah sebagai berikut :

keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain

adanya kepercayaan yang diberikan kepada orang lain

kesamaan (similiarity) yang dirasakan terhadap orang lain

2.6 Stutter

Stutter adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau

dibicarakan, tetapi tidak bisa diucapkan karena pengulangan, perpanjangan atau penghentian

bunyi. Menurut Wingate’s stutter adalah gangguan kelancaran ekspresi verbal yang ditandai

dengan involunter, pengulangan atau perpanjangan yang terdengar atau tidak dalam bentuk

bunyi, suku kata, dan kata dari suku kata.

Stutter merupakan gangguan kelancaran berbicara yang ditandai pengulangan dan

perpajangan suara, kata, atau suku kata, blocking, serta penghindaran kata-kata yang dirasa

sulit dengan kata-kata yang lain, bahkan diikuti oleh gerakan anggota tubuh tertentu sehingga

menganggu kelancaran berbicara. Banyak stutter (orang yang mengalami) tidak mengetahui

latarbelakang terjadinya stuttering yang mereka alami serta banyak stresor-stresor yang dapat

memicu munculnya simptom stuttering tanpa mereka sadari sangat menganggu kehidupan

mereka sehari-hari (Fatmawati, 2011:02).

Stutter dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam literatur dijelaskan kemungkinan

faktor risiko sangat banyak, termasuk jenis kelamin, predisposisi genetik, stress emosional

dan fisik, reaksi personal, keluarga dan sosial serta perilaku keluarga. Pada umumnya para

penyandang stutter mempunyai hambatan dalam mengembangkan dirinya. Hal ini disebabkan

karena mereka mengalami permasalahan sosial. Kekurangan yang ada pada dirinya,

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

menjadikan mereka secara psikologis mengalami hambatan dalam bentuk rasa rendah diri,

kurang percaya diri, kurang dapat menerima kondisi diri, sehingga cenderung mengisolasi

diri. Hambatan-hambatan tersebut menimbulkan dampak kekurangmampuan mereka dalam

upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Hambatan-hambatan ini

seringkali diperburuk dengan masih adanya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap

para penyandang stutter (Fidhzalidar, 2015:519).

2.7. Penelitian Terdahulu.

Pokok bahasan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan representasi dalam film

merupakan hal yang sering diteliti atau didalami. Sekalipun telah banyak penelitian

mengenai representasi dalam media, namun bagi peneliti hal ini tidak menutup kemungkinan

untuk melakukan penelitian pada tema atau topik yang berhubungan dengan representasi.

Beberapa penelitian terdahulu yang peneliti jadikan acuan memberikan gambaran

serta pemahaman konsep yang cukup jelas bagi peneliti mengenai hal – hal yang

berhubungan dengan representasi dalam film, sehingga peneliti lebih mengenal dan

memahami bentuk – bentuk representasi dalam media, khususnya pada film. Penelitian

terdahulu yang peneliti gunakan memberi gambaran serta pemahaman tentang penyandang

stutter.

Media semakin berkembang, hal-hal yang disajikan oleh media terutama film, turut

mengalami perubahan. Sekalipun dengan tema yang sama (Representasi), namun apabila

diteliti pada waktu yang berbeda, tentunya akan ditemukan pula hal – hal yang berbeda.

2.7.1. Representasi Kekerasan Terhadap Anak (Analisis Semiotika Dalam Film

Alangkah Lucunya Negeri Ini).

Penelitian ini dilakukan oleh Vetriani Maluda pada tahun 2014. Melalui

penelitian ini ditemukan bahwa kekerasan fisik merupakan bentuk kekerasan yang

paling banyak ditonjolkan dalam film ini. Selain kekerasan fisik ada juga ancaman –

ancaman terhadap anak – anak yang dilakukan oleh Bang Jarot.

2.7.2. Representasi Kekerasan Anak Di Media (Studi Semiotika Kekerasan Pada

Anak Yang Direpresentasikan Dalam Film Slumdog Millionaire).

Penelitian ini dilakukan oleh Diyah Ayu Iswari pada tahun 2010. Melalui

penelitiannya ditemukan kekerasan terhadap anak-anak gelandangan di India yang

dilakukan oleh aparat penegak hukum, warga sipil, sesama anak gelandangan, preman

juga saudara. Dimana kehidupan anak-anak gelandangan sangat memprihatinkan, dari

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

umur yang sangat belia harus hidup sendiri dan menerima perlakukan yang tidak

manusiawi tanpa adanya perlindungan dari Negara. Salah satu penderitaan yang

mereka terima ialah mengalami kekerasan dari kekerasan simbolik hingga kekerasan

fisik.

2.7.3. Tingkat Kecemasan Sosial Pada Anak – Anak Penyandang Stutter.

Penelitian ini dilakukan oleh M. Gengki Fidhzalidar pada tahun 2015, dimana

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal – hal yang menyebabkan terjadinya

kecemasan sosial terhadap anak – anak penyandang stutter serta mengetahui seberapa

jauh tingkat kecemasan tersebut.

2.7.4. Stuttering (studi tentang latar belakang terjadinya stuttering dan stresor-

stresor pemicu munculnya simptom stuttering)

Penelitian ini dilakukan oleh Fidya Fatmawati pada tahun 2011. Penelitian ini

bertujuan untuk menggali hal – hal yang menjadi faktor utama penyebab terjadinya

stutter.

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Film - repository.uksw.edu · KAJIAN TEORI . 2.1 Film. Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke- 19. Film ... yang dibuat di atas

6

2.8 Kerangka Pikir

Semiotika yang dikaji oleh John Fiske antara lain membahas pertandaan dan makna

dari sistem tanda, ilmu tentang tanda, dan bagaimana makna dibangun dalam teks media, atau

studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang

mengkonsumsi makna dalam suatu objek yang peneliti akan teliti. Dari peta John Fiske di

atas diadaptasi bahwa sebuah tanda mengacu pada sesuatu di luar dirinya sendiri (objek), dan

ini dipahami oleh seseorang, dan ini memiliki efek di benak penggunanya (interpretant).

Fiske berpendapat bahwa realitas adalah produk yang dibuat oleh manusia. Dari ungkapan

tersebut diketahui bahwa Fiske berpandangan apa yang ditampilkan di layar kaca, seperti

film, adalah merupakan realitas sosial.

Dengan demikian maka kerangka pikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :

Film Thapki

Semiotika Model

John Fiske

Representasi tindakan

penerimaan dan

penolakan sosial

terhadap penyandang

stutter sebagai pasangan

hidup

Penyandang Stutter