Upload
phamphuc
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Kreativitas
2.1.1. Pengertian Kreativitas
Torrance (1988), mengemukakan kreativitas adalah proses merasakan dan
mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah),
menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya
lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Kreativitas menurut Rhodes (dalam Munandar, 1999) dapat didefinisikan
ke dalam empat jenis dimensi sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan
empat P (Four P’s Creativity), yang meliputi dimensi person, process, press dan
product.
a. Definisi kreativitas dalam dimensi Person.
Definisi pada dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas
yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut
kreatif.
b. Kreativitas dalam dimensi Process.
Definisi pada dimensi proses upaya mendefinisikan kreativitas yang
berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau
kreatif.
c. Definisi Kreativitas dalam dimensi Press.
Definisi dan pendekatan kreativitas yang menekankan faktor press atau
dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat
untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal
dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada
lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan
kreativitas serta inovasi. Kreativitas juga kurang berkembang dalam
kebudayaan yang terlalu menekankan tradisi, dan kurang terbukanya terhadap
perubahan atau perkembangan baru.
d. Definisi Kreativitas dalam dimensi Product.
Definisi pada dimensi produk merupakan upaya mendefinisikan kreativitas
yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik
9
sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi atau penggabungan yang
inovatif.
2.1.2. Karakteristik Anak Kreatif
Paul Torrance (dalam Suratno, 2005) menyebutkan ciri-ciri tindakan
kreatif anak adalah sebagai berikut :
a. Anak kreatif belajar dengan cara-cara yang kreatif.
Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada
anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh
pengalaman yang berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih
lama diingat. Melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi, dan permainan,
anak sering mengajukan pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian anak
menemukan, kadangkala cepat dan emosional, sementara pada saat yang lain
secara diam-diam saja.
b. Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang
membutuhkan usaha kreatif.
Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15 menit lebih lama bahkan lebih
dalam hal mengeksplorasi, bereskperimen, memanipulasi, dan memainkan alat
permainanya. Hal ini menunjukan anak yang kreatif tidak mudah bosan seperti
halnya anak yang kurang kreatif.
c. Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan.
Anak kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya dengan demikian anak
kreatif sering merasa lebih dari pada anak yang lain. Bentuk kelebihan anak
kreatif ditunjukan dengan peran anak dalam kelompok bermain. Anak kreatif
muncul sebagai pemimpin bagi kelompoknya karena itu anak kreatif pada
umumnya mampu mengorganisasikan teman-temannya secara menakjubkan.
Jika anak mampu mengorganisasikan teman-temannya maka anak akan
memiliki kepercayan diri yang luar biasa.
d. Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat
dari cara yang berbeda.
Anak kreatif merupakan anak yang suka belajar untuk memperoleh
pengalaman. Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan pengalaman yang
sama berkali-kali. Jika pengalaman pertama diperoleh mereka akan mencoba
dengan cara lain sehingga diperoleh pengalaman baru.
e. Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan permasalahan
dengan menggunakan pengalamannya.
Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru. Pengalaman yang
berkesan akan diperoleh secara langsung melalui eksperimen yang dilakukan.
Anak harus diberikan banyak bekal pengalamannya melalui eksperimennya
sendiri baik melalui kesenian, musik, drama kreatif atau cerita, maupun
menggunakan bahasa yang mengekspresikan kelucuan, suasana atau atmosfir
persoalan yang bebas dan dapat diterima oleh anak.
10
f. Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai
pencerita yang alami.
Anak kreatif suka bercerita, bahkan kadang-kadang bercerita tidak habis-
habisnya sehingga sering dicap sebagai anak cerewet. Pada hal melalui
aktivitasnya itu anak akan mengembangkan lebih lanjut fantasi-fantasinya,
khayalan-khayalan imajinatifnya sehingga akan memperkuat kekreatifan anak.
Anak kreatif memiliki kuriositas yang tinggi. Untuk memenuhi rasa
koriusitasnya diperlukan bekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih
banyak dibandingkan anak yang kurang kreatif. Pengetahuan dan pengalaman
itu akan lebih bermakna dan akan bertahan lama jika dapat diperoleh secara
langsung. Untuk itu diperlukan berbagai macam kegiatan eksperimen dan
eksplorasi yang dapat dilakukan anak. Guru, orang tua, dan orang-orang yang
dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi anak agar
kreativitas itu muncul sebagai kekuatan real yang sangat diperlukan bagi
kehidupannya kelak.
2.1.3. Pengembangan Kreativitas
Bakat kreatif akan tumbuh dan berkembang jika didukung dengan fasilitas
dan kesempatan yang memungkinkan. Menurut Suratno (2005) di dalam metode
pengembangan kreativitas anak, dapat dilihat dari beberapa aspek dengan
pendekatan 4P yaitu:
a. Pribadi
Kreativitas sesungguhnya merupakan keunikan individu (berbeda dengan
individu lain) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Masing-masing anak
mempunyai bakat dan kreativitas yang berbeda. Ooleh sebab itu orang tua dan
guru TK dapat menghargai keunikan pribadi masing-masing. Orang tua, guru,
dan orang–orang yang dekat dengan anak hendaknya jangan memaksa anak
supaya kreativitas tumbuh seperti yang diharapkan oleh mereka. Teatapi
hendaknya dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang cukup serta
memanifestasi mereka secara memadai
b. Press atau Pendorong
Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung oleh lingkungan dan kemauan
dari dalam dirinya yang kuat. Terdapat dua faktor pendukung kemauan
seseorang, antara lain:
11
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik yang tumbuh karena adanya kesadaran diri untuk
membangun pengetahuan dan pengalaman tanpa adanya paksaan. Motivasi
intrinsik menjadi pendorong utama bagi pengembangan kreativitas anak.
2. Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang tumbuh dari berbagai sumber seperti penghargaan atas
kreasi yang dihasilkan anak, dan pujian atas keberhasilan anak.
c. Proses
Kreativitas tidak dapat diwujudkan secara instan. Pemunculan kreativitas
diperlukan proses melalui pemberian kesempatan untuk bersibuk diri secara
kreatif. Yang penting dalam memunculkan kegiatan kreatif adalah pemberian
kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan eksperimen dalam
rangka mewujudkan atau melakukan berbagai kegiatan dalam rangka
mewujudkan atau mengekspresikan dirinya secara kreatif.
d. Produk
Produk kreatif dihasilkan oleh kondisi pribadi dan kondisi lingkungan
yang mendukung atau kondusif. Mengingat kondisi pribadi dan kondisi
lingkungan erat kaitannya dengan proses kreatif, maka lingkungan
memberikan dorongan dan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif
dalam berbagai kegiatan sehingga mampu menggugah minat anak untuk
meningkatkan kreativitas anak.
2.1.4. Faktor-faktor Yang Meningkatkan Kreativitas.
Kreativitas tidak berkembang secara otomatis, namun kreativitas perlu
diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang. Sebab
semua anak mempunyai potensi kreatif yang berbeda (Hurlock, 1993). Potensi
kreatif tersebut perlu dikembangkan sejak dini. Hurlock (2000) mengungkapkan
faktor yang dapat meningkatkan kreativitas yaitu:
a. Waktu
Anak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan ide atau gagasan
dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau orginal.
b. Kesempatan menyendiri
Hanya apabila tidak terdapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat
menjadi kreatif. Anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk
mengembangkan imajinasinya.
c. Dorongan
12
Terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang dewasa,
mereka memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif dan bebas dari
ejekan yang sering kali dilontarkan pada anak kreatif.
d. Sarana
Sarana untuk bermain dan sarana lainnya disediakan untuk merangsang
dorongan eksperimen dan eksploitasi yang penting untuk mengembangkan
kreativitas.
Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa ada banyak kondisi
yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak di antaranya dengan
menyediakan waktu, memberi kesempatan untuk menyendiri, dorongan atau
motivasi dan sarana.
2.2. Kreativitas dan Perkembangan Kognitif
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan
sudut pandang masing-masing. Guilford (1970) menyatakan bahwa kreativitas
mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif. Guilford
mengemukakan dua cara berpikir, yaitu cara berpikir konvergen dan divergen.
Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu
dengan pandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara
berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif
jawaban terhadap suatu persoalan. Perkembangan kreativitas sangat erat kaitannya
dengan perkembangan kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya
merupakan perwujudan dari pekerjaan otak
Clark (1988) dan Gowan (1989) melalui Teori Belahan Otak (Hemisphere
Theory) mengatakan bahwa sesungguhnya otak manusia itu menurut fungsinya
terbagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan
13
otak kanan (right hemisphere). Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir
konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada
cara berfikir menyebar (difergent thinking).
Menurut Mohammad Ali (2005) belahan otak bagian kiri berfungsi untuk
memproses informasi-informasi yang berkaitan dengan verbal dan menghendaki
proses berpikir secara analitis, abstrak, logis, dan operasi (kegiatan atau prosedur)
yang mengandung urutan serta mengatur kegiatan tubuh di bagian kanan. Belahan
otak bagian kanan berfungsi memproses informasi-informasi yang bersifat
nonverbal dan menghendaki penggunaan proses berpikir secara holistik, intuitif,
dan imajinatif serta mengontrol kegiatan tubuh bagian kiri. Hasil kerja belahan
bagian kanan di antaranya adalah kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang
baru misalnya musik dengan warna baru atau karya tulis dengan aliran baru. Pada
hakekatnya kedua belahan otak ini dalam memproses informasi-informasi yang
diterima oleh otak saling bekerjasama karena kedua belahan otak ini berhubungan
melalui syaraf-syaraf yang terdapat dalam corpuss callosum. Perbedaan fungsi
otak sebelah kiri dan kanan adalah cara-cara yang digunakan dalam mengolah dan
menyelesaikan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh kedua fungsi otak tersebut.
Bertitik tolak dari fungsi khusus dari belahan otak tersebut maka seseorang
yang kreatif menggunakan kegiatan otak di bagian kanan secara lebih dominan
dari belahan otak bagian kiri. Sebaliknya individu yang berpikir secara logis dan
rasional menggunakan fungsi otak bagian kiri secara lebih dominan apabila
dibandingkan dengan belahan otak bagian kanan.
14
2.3. Pendekatan Inquiry
2.3.1. Pengertian Pendekatan Inquiry
Menurut Suyanti (2010), yang menyatakan inquiry adalah suatu proses
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan
atau percobaan untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu.
Menurut Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono (2006) pendekatan inquiry merupakan
pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam pendekatan inquiry, siswa
dirancang untuk terlibat dalam melakukan inquiry. Pendekatan inquiry merupakan
pengajaran yang terpusat pada siswa. Hasan Nurdin, (2010) mengemukakan
secara umum, inquiry merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-
kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi
buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan
atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau
eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan
menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.
Berdasarkan pemahaman yang disampaikan oleh para ahli, dapat
disimpulkan bahwa secara umum, inquiry merupakan suatu proses untuk
memperoleh informasi melalui observasi atau eksperimen untuk memecahkan
suatu masalah.
15
2.3.2. Tujuan Pendekatan Inquiry
Tujuan utama pendekatan inquiry menurut Wina Sanjaya (2007) adalah
menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan
keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan
mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
2.3.3. Ciri Pendekatan Inquiry
Tiga ciri utama dalam Wina Sanjaya (2007) inquiry adalah:
a. Pendekatan inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal.
Artinya inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
bimbingan, siswa tidak hanya berperan sebagai materi melalui penjelasan guru
secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi tersebut.
b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan
menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga
diharapkan dapat menambahkan sikap percaya diri (self belief). Dalam proses
pendekatan inquiry, menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan
tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran
biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa.
c. Tujuan dari penggunaan inquiry adalah mengembangkan kemampuan berpikir
secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Dalam pendekatan inquiry, siswa tidak hanya dituntut agar menguasai
materi, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya jika
siswa bisa menguasai materi tersebut.
2.3.4. Syarat Pelaksanaan Inquiry
Menurut Nana Sudjana (2000), pendekatan inquiry dapat dilaksanakan
dalam proses bimbingan klasikal apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas (persoalan bersumber dari materi yang menantang siswa atau
problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa.
b. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan
situasi belajar yang menyenangkan.
16
c. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.
d. Adannya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan berdiskusi.
e. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.
f. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.
2.3.5. Tahapan Pendekatan Inquiry
Pendekatan inquiry memiliki aspek-aspek yang khas yang membedakan
dengan pendekatan lain. Berikut ini tahapan-tahapan pendekatan inquiry:
Tahapan inquiry menurut Wina Sanjaya (2007) adalah:
a. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.
b. Merumuskan masalah
Merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.
c. Merumuskan hipotesis
Cara yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan
merumuskan hipotesis pada siswa adalah dengan mengajukan berbagai
pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban
sementara atau memperkirakan kemungkinan jawaban dari suatu
permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data.
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga
membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data.
f. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan
yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang
relevan.
17
Secara sistematis menurut Nana Sudjana (2006) langkah-langkah kegiatan
menemukan (inquiry) dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah.
b. Mengamati atau melakukan observasi.
1. Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
2. Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau
objek yang diamati.
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lainnya.
d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiens yang lain.
1. Karya siswa disampaikan teman sekelas atau kepada orang banyak untuk
mendapatkan masukan.
2. Bertanya jawab dengan teman.
3. Memunculkan ide-ide baru.
4. Melakukan refleksi.
e. Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas,
dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dan sebagainya.
2.3.6. Karakteristik Inquiry Pada Anak Didik
Di dalam http://dita8.wordpress.com/tag/konsep/ dituliskan sifat-sifat
yang ingin dimunculkan dari para siswa dalam lingkungan IBL ini, menurut Neil
Postman dan Charles Weingartner, adalah:
a. Percaya diri terhadap kemampuan belajarnya.
b. Senang saat berusaha memecahkan masalah.
c. Percaya pada penilaian sendiri dan tidak sekedar bergantung pada penilaian
orang lain maupun lingkungan.
d. Tidak takut menjadi salah.
e. Tidak ragu dalam menjawab.
f. Fleksibilitas pandangan.
g. Menghargai fakta dan mampu membedakan antara fakta dan opini.
18
2.4. Teknik Home Room
2.4.1. Pengertian Teknik Home Room
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1977) home room adalah suatu
program pembimbingan siswa dengan cara menciptakan situasi atau hubungan
bersifat kekeluargaan. Home Room merupakan teknik bimbingan klasikal yang
bertujuan agar guru atau petugas bimbingan dapat mengenal siswanya secara
mendalam, sehingga dapat membantunya secara efektif. Pengelompokan siswa-
siswa dalam home room ini dapat berdasarkan tingkatan kelas yang sama maupun
merupakan gabungan dari berbagai tingkatan kelas. Jumlah anggota kelompok
dapat berupa kelompok kecil, maupun kelompok besar dalam satu kelas. Home
room dilaksanakan berdasarkan suatu jadwal tertentu dalam ruangan yang sudah
ditentukan. Kegiatan home room ini dilakukan dalam suatu situasi dan suasana
bebas tanpa adanya tekanan sehingga memungkinkan siswa-siswa untuk
melepaskan perasaannya dan mengutarakan pendapatnya yang tidak mungkin
tercetuskan pada pertemuan-pertemuan formal. Program home room dapat
dilakukan secara periodik dapat pula secara insidental sesuai dengan kebutuhan.
Yang perlu diperhatikan dalam home room ini adalah membuat suasana
kelas seperti suasana rumah. Hubungan antara anak dengan pembimbing dapat
diupayakan seperti hubungan antara anak dan orangtua. Dengan hubungan
semacam ini diharapkan para siswa secara bebas mengemukakan isi hati kepada
pembimbing. Pembimbing hendaknya memposisikan sebagai orang tua yang
penuh kasih sayang menampung keluhan, usulan, dan keinginan siswa. Secara
singkat dapat disebutkan bahwa home room cenderung berfungsi menyesuaikan.
19
2.4.2. Tujuan Teknik Home Room
Tujuan teknik home room dalam http://animenekoi.blogspot.com/2012/01/
strategi-pendekatan-dan-teknik.html adalah:
a. Mengidentifikasi masalah dan dapat membantu siswa mampu mengatasi
masalahnya.
b. Menjadikan peserta didik akrab dengan lingkungan baru.
c. Untuk memahami diri sendiri (mampu menerima kekurangan dan kelebihan
diri sendiri) dan memahami orang lain dengan (lebih) baik.
d. Untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
e. Untuk mengembangkan sikap positif dan kebiasaan belajar.
f. Untuk menjaga hubungan sehat dengan orang lain.
g. Untuk mengembangkan minat dan keterlibatan dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
h. Untuk membantu peserta didik dalam memilih bidang spesialisasi.
Home room sebagai teknik bimbingan klasikal dapat pula menampung dan
menangani berbagai masalah, sedangkan sifatnya preventif, kuratif, dan korektif.
2.5. Layanan Bimbingan dan Konseling di Lingkungan TK
Menurut Kadek Suranata dan Made Sulastri (2010), layanan bimbingan
dan konseling di TK bertujuan untuk membantu anak TK mencapai tugas-tugas
perkembangannya sebagai anak.Layanan bimbingan konseling di TK menfasilitasi
perkembangan dan pertumbuhan anak. Anak TK adalah pribadi yang mempunyai
berbagai macam potensi. Terganggu atau terhambatnya pengembangan potensi
anak akan mengakibatkan timbulnya masalah pada anak.
20
Fungsi pencegahan dalam layanan BK di TK, yaitu kegiatan bimbingan
dan konseling yang menghindarkan anak dari berbagai permasalahan yang akan
menganggu, menghambat, atau menimbulkan kerugian pada dirinya dan
masyarakat di masa datang. Kegiatan bimbingan dimaksud seperti bermain
peran, modeling, dan bimbingan kelompok. Tujuannya, adalah untuk mencegah
perilaku anak yang potensial menjadi masalah menjadi perilaku tidak bermasalah
di masa datang. Sedangkan fungsi pengembangan, yaitu kegiatan bimbingan dan
konseling yang akan menghasilkan tersalurkannya berbagai potensi, bakat, dan
minat anak TK. Singkatnya, kegiatan bimbingan di TK lebih ditekankan pada
fungsi pengembangan dan pencegahan.
Pelaksanaan kegiatan bimbingan di TK dipadukan dengan kegiatan belajar
secara keseluruhan. Pemaduan kegiatan bimbingan di TK, dilakukan guru dengan
cara melaksanakan bimbingan sekaligus melaksanakan kegiatan belajar. Sebagai
contoh pada saat guru melakukan kegiatan bimbingan dalam mewujudkan fungsi
pencegahan dengan cara bermain peranan, sekaligus tercakup di dalam kegiatan
tersebut, pelaksanaan kegiatan belajar anak TK dalam pengembangan bidang
sosial, moral, disiplin, dan kognitif yang menjadi program pengembangan anak di
TK.
Satu kegiatan bimbingan di TK dapat berfungsi sebagai pengembangan
dan pencegahan, misalnya ketika guru melaksanakan kegiatan BK dengan
bermain peran bisa mencegah tingkah laku anak yang suka mengambil barang
tanpa seizin yang punya. Pada saat bersamaan, kegiatan bermain peranan dapat
mewujudkan fungsi pengembangan. Dengan adanya kegiatan bermain peranan,
21
potensi yang dimiliki anak bisa tersalurkan melalui peran yang dilakoni anak.
Anak berimajinasi, berkreasi, mengembangkan tingkah laku berani tampil di
depan umum. Dengan demikian dalam satu kali kegiatan BK, menjangkau dua
fungsi BK, yaitu : fungsi pencegahan bagi anak yang menjadi sasaran layanan,
dan fungsi pengembangan bagi anak yang dengan adanya kegiatan bimbingan
dapat menyalurkan berbagai potensi dan kreativitasnya.
Di dalam menerapkan kegiatan bimbingan di TK, seorang guru TK atau
konselor haruslah memperhatikan beberapa saran yang dikemukakan oleh
Montesori (dalam Kadek Suranata dan Made Sulastri, 2010) tentang pembelajaran
di TK dengan ciri: singkat, sederhana, dan objektif. Singkat dimaksudkan
penggunaan kata-kata oleh guru waktu memberi bimbingan, artinya: agar guru
menggunakan tuturan bahasa sesingkat mungkin, agar membuang kata-kata yang
tidak berguna. Sederhana berhubungan dengan ciri pertama, artinya guru
hendaknya membuang hal-hal yang bukan merupakan kebenaran. Ini dicapai
dengan pemilihan kata-kata sehingga uraian guru menjadi
sederhana. Objektif yang dimaksud ialah bahwa dalam memberikan bimbingan
guru tidak memasukkan subjektivitas pribadinya.
22
2.6. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang berjudul “MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK
USIA DINI DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE
DISCOVERY-INQUIRY (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B di TK
Pertiwi 3 Bandung)” diteliti oleh Hernieka Lestary Wina, (2011), yang diperoleh
hasil adanya peningkatan kreativitas dari individual anak. Hal ini terungkap
dimulai dari proses pembelajaran yang semakin baik dan peningkatan kreativitas
dilihat berdasarkan lembar observasi peningkatan kreativitas anak disetiap
tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran sains melalui
Discovery-Inquiry dapat membantu anak mengembangkan potensi kreatifnya,
memahami konsep sains sederhana, memecahkan suatu masalah sederhana dan
mengelompokkan benda menurut cirinya.
2.7. Kerangka Berpikir
Penerapan layanan bimbingan dan konseling pada TK perlu ditekankan
tidak hanya diberikan kepada siswa yang mempunyai perilaku bermasalah,
melainkan juga harus diberikan kepada siswa yang sedang dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya. Apalagi dalam bidang kreativitas, yang bisa
dan perlu dipupuk sejak usia dini yang sangat berguna di kehidupan yang akan
datang dalam menghadapai persoalan hidup. Upaya yang penulis lakukan yaitu
peningkatan kreativitas melalui teknik home room dengan menggunakan
pendekatan inquiry. Melalui teknik home room dengan menggunakan pendekatan
inquiry, siswa diberi kesempatan untuk melihat, menemukan, dan memperoleh
23
informasi secara langsung terjun ke lapangan dalam susana menyenangkan,
bebas serta tanpa ada paksaan. Penggunaan metode inquiry ini dapat membangun
pengetahuan siswa sehingga konsep yang diperoleh akan tersimpan dalam memori
dan tidak mudah terlupakan oleh siswa.
2.8. Hipotesis Tindakan
Melalui teknik home room dengan menggunakan pendekatan inqury
mampu meningkatkan kreativitas siswa TK Pertiwi Banjaran.