54
8 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islam 1. Pengertian Pendidikan secara bahasa dan istilah Pengertian pendidikan menurut bahasa Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan terdiri dari didik, sebagaimana dijelaskan Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik. 1 Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu kepada cara mendidik. Selain kata pendidikan, dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata pengajaran, sebagaimana dijelaskan Poerwadarminta berarti cara mengajar atau mengajarkan, kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yang berarti member pengetahuan. 2 Pengertian Pendidikan menurut Istilah Ditinjau dari segi istilah, pendidikan Islam adalah system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1991), cet. 1, h. 323 2 Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. XII, h. 250

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan secara bahasa dan istilah

Pengertian pendidikan menurut bahasa

Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan terdiri dari didik, sebagaimana

dijelaskan Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara dan

sebagainya) mendidik.1

Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan lebih mengacu

kepada cara mendidik. Selain kata pendidikan, dalam bahasa Indonesia terdapat

pula kata pengajaran, sebagaimana dijelaskan Poerwadarminta berarti cara

mengajar atau mengajarkan, kata lain yang serumpun dengan kata tersebut adalah

mengajar yang berarti member pengetahuan.2

Pengertian Pendidikan menurut Istilah

Ditinjau dari segi istilah, pendidikan Islam adalah system pendidikan yang

dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka,1991), cet. 1, h. 323 2 Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet.

XII, h. 250

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

9

dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai

corak kepribadiannya. Nur Uhbiyati menyatakan, Pendidikan Islam adalah

“suatau system pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang di

butuhkan oleh hamba Allah ”. oleh karena itu Islam mempedomani seluruh aspek

kehidupan manusia muslim baik di dunia maupun di akhirat.3

Sedangkan menurut Drs. Ahmad Marimba: pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan

pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian utama dengan

istilah kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama

Islam.4

Adapun menurut Dr. Ali Ashraf, pendidikan Islam, kata saya dalam kata

pengantar crisis in muslim education-(krisis dalam pendidikan Islam)-adalah

pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa, sehingga

dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan

begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan mereka diatur

oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.5

2. Dasar-dasar Pendidikan Islam

Dalam menetapkan sumber pendidikan Islam dikemukakan tiga dasar

utama dalam pendidikan Islam, adalah:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT, yang telah diwahyukan kepada Nabi

Muhammad SAW bagi pedoman manusia, merupakan petunjuk yang lengkap

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia yang universal yang mana ruang

lingkupnya mencakup ilmu pengetahuan yang luas dan nilai ibadah bagi yang

membacanya yang isinya tidak dapat dimengerti kecuali dengan dipelajari

kandungan yang mulia itu.6

3Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam , (Bandung: Pustaka Setia, 1999), cet. 1, h. 12

4 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), cet. 2, h. 5

5 Dr. Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam(Putaka Firdaus1996), cet. 3 h.23

6 Manna Al-Qothan, Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an, (Mesir: Mansyurat Al-Asyrul Hadits.

T.t), h. 21

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

10

Pengertian Al-Qur’an ini lebih lengkap dikemukakan oleh Abdul Wahab

Kholaf, menurutnya, Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan oleh

Malaikat Jibril kepada Rosulullah SAW dengan menggunakan lafadz Arab dan

makna yang benar, agar ia menjadi hujjah bagi Rosul, bahwa ia benar-benar

Rosulullah SAW, menjadi undang-undang bagi manusia, sebagai petunjuk dan

sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah SWT bagi

pembacanya.7

b. As-Sunnah

Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

termuat dalam tiga dimensi yaitu berisi ucapan, pernyataan, dan persetujuan Nabi

atas peristiwa yang terjadi. Semua contoh yang ditujukan Nabi merupakan acuan

yang dapat diteladani oleh manusia dalam aspek kehidupan.

Posisi hadits sebagai sumber pendidikan utama bagi pelaksanaan

pendidikan Islam, yang dijadikan referensi teoritis maupun praktis. Acuan tersebut

dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu:

1) Sebagai acuan syari’ah: yang meliputi muatan-muatan pokok ajaran

Islam secara teoritis.

2) Sebagai acuan operasional-aplikatif: yang meliputi cara Nabi

memainkan perannya sebagai pendidik yang professional, adil dan

selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.

Proses pendidikan Islam yang ditujukan Nabi merupakan bentuk

pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan universal, sesuai dengan

potensi yang dimiliki manusia, kebiasaan, masyarakat, serta kondisi alam dimana

proses pendidikan tersebut berlangsung.8

c. Ijtihad

Melakukan ijtihad di bidang pendidikan Islam perlu karena media

pendidikan merupakan sarana utama dalam membangun pranata kehidupan social,

7 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Al-Majelis Al-A’la Al-Indonesia Li

Al- Dakwah Al-Islamiyah, 1972), cet. IX, h. 23 8 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasr Pemikiran Pendidikan Islam,(Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2001), cet. 1, h.97

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

11

dalam arti maju mundurnya kebudayaan manusia berkembang secara dinamis

sangat ditentukan dari dinamika system pendidikan yang dilaksanakan.

Dalam dunia pendidikan, sumbangan ijtihad dalam keikutsertaanya menata

system pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan untuk perumusan system

pendidikan yang dialogis dan adaptik, baik karena pertimbangan perkembangan

zaman maupun kebutuhan manusia dengan berbagai potensi diperlukan upaya

maksimal. Proses ijtihad, harus merupakan kerjasama yang utuh diantara

mujtahid.9

3. Tujuan Pendidikan Islam

Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita

berbicara tentang tujuan hidup, yaitu tujuan hidup manusia. Di mana manusia

diciptakan untuk menjadi khalifah, manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah

SWT tidak dapat memegang peranan tanggung jawab sebagai khalifah kecuali

kalau ia dilengkapi dengan potensi-potensi yang membolehkan berbuat demikian.

Tujuan pendidikan Islam ditinjau dari segi historis memiliki dinamika

seirama dengan kepentingan dan perkembangan masyarakat di mana pendidikan

itu dilaksanakan. Contoh sederhana bahwa tujuan pendidikan Islam pada masa

Rasulullah SAW berbeda jauh dengan tujuan pendidikan Islam pada masa modern

sekarang ini. Perkembangan inilah yang menyebabkan tujuan pendidikan Islam

secara khusus mengalami dinamika seirama dengan perkembangan zaman, namun

tanpa melepaskan diri pada nilai-nilai Ilahiah dan tujuan umumnya, yaitu sebagai

ibadat.

Akibat dinamikanya ini, para ahli muslim mencoba untuk memberikan

definisi khusus terhadap pendidikan Islam. Antara lain adalah Muhammad Fadhil

Al-Jumaly yang memberikan batasan bahwa tujuan pendidikan Islam itu adalah

membina kesadaran atas diri manusia itu sendiri dan atas sistem sosial yang

Islami. Sikap dan rasa tanggung jawab sosialnya, juga terhadap alam ciptaan-Nya

serta kesadarannya untuk mengembangkan dan mengelola alam ini bagi

kepentingan dan kesejahteraan umat manusia. Dan yang penting lagi ialah

terbinanya ma’rifat kepada Allah Pencipta alam semesta dengan beribadah

9Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasr Pemikiran Pendidikan Islam), cet. 1, 100

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

12

kepada-Nya dengan cara mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-

Nya.10

Dalam versi yang lain, Ibn Khaldun menyebutkan bahwa tujuan

pendidikan Islam berupaya bagi pembentukan aqidah/keimanan yang mendalam.

Menumbuhkan dasar-dasar akhlak karimah melalui jalan agamis yang diturunkan

untuk mendidik jiwa manusia serta menegakkan akhlak yang akan

membangkitkan kepada perbuatan yang terpuji. Upaya ini sebagai perwujudan

penyerahan diri kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan

kemanusiaan pada umumnya.11

Sedangkan dalam undang-undang nasional RI No. 2 Tahun 1989

disebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional bertujuan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi pekerti luhur, memiliki

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan yang

kebangsaan”

Dari berbagai rumusan di atas, terdapat beberapa tujuan yang asasi bagi

pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Tujuan umum, yakni tidak dapat dicapai kecuali setelah melalui proses

pengajaran, pengalaman, penghayatan dan keyakinan akan kebenaran.

b. Tujuan akhir, yaitu insan kamil yang mati dan akan menghadap

tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. Dalam

arti bahwa mati dalam keadaan muslim merupakan ujung dari takwa

sebagai akhir dari proses hidup yang pasti berisikan kegiatan

pendidikan.

10

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, h. 105 11

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, h. 106

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

13

c. Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik

diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu

kurikulum pendidikan formal.

d. Tujuan operasional yaitu tujuan praktis yang hendak dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu, yang menuntut kemampuan dan

keterampilan tertentu yang lebih ditonjolkan pada sifat penghayatan

dan kepribadian.12

Jelaslah bahwa tujuan pendidikan Islam lebih berorientasi kepada nilai-

nilai luhur dari Tuhan yang harus diinternalisasikan ke dalam diri individu anak

didik melalui proses pendidikan.

4. Metode Pendidikan Islam

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata, yaitu kata “meta” yang

berarti melalui dan kata “hodos” yang berarti jalan, dengan demikian metode

berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.13

Jalan mencapai tujuan ini bermakna ditempatkan pada posisi sebagai cara

untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi

pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya. Dengan pengertian tersebut

berarti metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan

mengemban suatu gagasan.

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam,

dapat berarti bahwa metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama

pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek dan sasaran, yaitu

pribadi Islami. Selain itu metode dapat pula berarti sebagai cara untuk memahami,

menggali dan mengembangkan ajaran Islam sehingga terus berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman. Demikianlah ilmu pendidikan Islam merangkum

metodologi pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan cara

sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pendidikan tersebut.

12

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, h. 112 13

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet.

Ke-1, h. 91

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

14

Ada beberapa metode dalam pendidikan Islam yang dikemukakan para

ahli, di antaranya ialah:

a. Keteladanan

Metode teladan atau pemberian contoh merupakan teknik pendidikan yang

efektif karena memberikan cukup besar pengaruh dalam mendidik, sehingga dapat

menterjemahkan dengan tingkah laku, tindak tanduk, ungkapan rasa dan pikiran,

sehingga menjadi dasar dan arti suatu metode. Dengan demikian, suatu

metodologi akan berubah menjadi suatu gerakan. Karena itulah, maka Allah

mengutus Nabi Muhammad SAW menjadi teladan untuk manusia. Dalam diri

beliau Allah menyusun suatu bentuk sempurna, yang mengandung nilai

paedagogis bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti ayat yang menyatakan:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S. Al-

Ahzab: 21)

b. Metode Permisalan

Mendidik dengan menggunakan metode pemberian perumpamaan atau

metode imtsal tentang kekuasaan Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang hak dan

hal-hal yang bathil, misalnya sebagai yang digambarkan Allah SWT dalam

firman-Nya sebagai berikut:

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

15

Artinya: “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air

di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih

yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api

untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih

arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar

dan yang bathil. adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak

ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia

tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-

perumpamaan”. (Q.S. Ar-Ra’d: 17)

c. Metode Motivasi

Yaitu cara memberikan pelajaran dengan memberikan dorongan (motivasi)

untuk memperoleh kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan,

sedangkan bila dalam keadaan tidak sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk

yang benar maka akan mendapat kesusahan. Metode ini juga disebut sebagai

metode targhieb dan tarhieb (hadiah dan ancaman). Yang memberikan dorongan

untuk selalu berbuat baik dalam hal-hal yang bersifat positif.14

Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8 sebagai

berikut:

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat (balasan)nya (7). Dan barangsiapa yang mengerjakan

kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya

pula (8)”. (Q.S. Al-Zalzalah: 7-8)

d. Metode Instruksional

Yaitu metode yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri orang yang beriman

dan bersikap serta bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagaimana

seharusnya mereka bersikap dan bertingkah dalam kehidupan sehari-hari.

14

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-2, h.

110

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

16

e. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab sering digunakan oleh Rasulullah SAW dan para Nabi

dalam mengajarkan agama kepada umatnya. Bahkan para ahli pikir dan filosofpun

banyak mempergunakan metode tanya jawab ini. Oleh karenanya, metode ini

adalah yang paling tua dalam dunia pendidikan dan pengajaran di samping metode

ceramah. Namun efektifitasnya lebih besardaripada metode-metode yang lain,

karena dengan tanya jawab, pengertian dan pemahaman seseorang dapat lebih

dimantapkan, sehingga segala bentuk kesalah pahaman, kelemahan daya tangkap

terhadap pelajaran dapat dihindari.15

Dalam Al-Qur’an disebutkan pada surat An-Nahl ayat 43 sebagai berikut:

Artinya: “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki

yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang

yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Q.S. An-

Nahl: 43)

f. Metode Kisah-kisah

Kisah atau cerita sebagai metode pendidikan ternyata mempunyai daya

tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk

menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan.

Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik

pendidikan. Ia menggunakan berbagai jenis cerita; cerita sejarah factual yang

menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang ditampilkan oleh contoh-

contoh tersebut, cerita drama yang melukiskan fakta yang sebenarnya tetapi bisa

15

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islm, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-4, h. 70

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

17

diterapkan kapan dan di saat apapun.16

Metode ini juga dicontohkan dalam Al-

Qur’an surat Al-Qashash ayat76:

Artinya: “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku

aniaya terhadap mereka, dan kami telah menganugerahkan kepadanya

perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh

sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata

kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". (Q.S. Al-

Qashash: 76)

5. Ruang Lingkup Pendidikan

H. M. Arifin mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam

mencakup kegiatan-kegiatan kependidikan secara konsisten dan

berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi.

a. lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia

sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

b. lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang

sejahtera.

c. lapangan hidup ekonomi. agar dapat berkembang menjadi sistem

kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.

d. lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan

makmur di bawah ridlo dan ampunan Allah swt.

e. lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan

dinamis sesuai ajaran Islam.

f. lapangan hidup seni budaya, agar menjadikan hidup manusia penuh

keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai-nilai moral

agama.

16

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), cet.

Ke-1, h. 97

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

18

g. lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat

untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan

oleh iman.17

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup

materi pendidikan Islam meliputi kegamaan, kemasyarakatan, seni budaya dan

ilmu pengetahuan. Dengan demikian materi pendidikan Islam yang diberikan di

sekolah berperan untuk pengembangan potensi kreatifitas peserta didik dan

bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah

swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi. Berbudi pekerti luhur,

mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, agama, bangsa dan negara.

Oleh karena itu, pendidikan Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu

pendidikan non-Islam. Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya

mengembangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif

dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika

kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.

B. Sejarah Pendidikan Islam

Sejarah pendidikan Islam di mulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia,

yaitu kira-kira pada abad keduabelas Masehi. Ahli sejarah umumnya sependapat,

bahwa agama Islam mula-mula masuk ialah ke pulau Sumatera bagian Utara di

daerah Aceh.18

Setengah ahli sejarah mengatakan, bahwa agama Islam masuk ke

daerah Aceh pada abad kedua belas Masehi. Setengah mereka berpendapat,

bahwa Islam telah masuk ke Aceh sebelum abad kedua belas Masehi. Alasannya

ialah karena pada abad kedua belas Masehi itu telah banyak ahli-ahli agama yang

termasyhur di Aceh. Hal itu menunjukan, bahwa Islam telah masuk ke Aceh

sebelum abad keduabelas, karena tidak mungkin Islam baru masuk, lalu lahir

orang-orang ahli dalam Islam itu.

17

H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), cet. Ke-1, h. 30 18

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia(Jakarta: Hidakarya Agung

1979) cet ke-2 h.10

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

19

Pendapat ini dikuatkan lagi dengan keterangan setengah ahli sejarah,

bahwa orang Arab/Islam telah mengenal pulau Sumatera dalam abad kesembilan.

Oleh sebab itu banyak diantara mereka itu datang ke Sumatera dan ke pulau-pulau

Indonesia yang lain untuk berniaga. Sungguhpun mereka datang ke Indonesia

dengan maksud hendak berniaga, tetapi mereka tidak lupa memegang Al-Qur’an

ditngan kanannya. Dalam melaksanakan usaha perniagaan mereka menyiarkan

agama Islam kepada penduduk negeri. Dengan berangsur-angsur penduduk negeri

tertarik kepada agama Islam, lalu mereka memeluk agama itu. Sebab itu tidak

heran, bahwa agama Islam telah masuk kedaerah Aceh sebelum abad

keduabelas.19

Umumnya ahli sejarah mempastikan masuk Islam ke daerah Aceh itu

dengan pertama, perjalanan Marco Polo. Dalam perjalanannya pulang dari

Tiongkok, ia singgah di Aceh pada tahun 1292 Masehi. Menurut keterangannya,

di Perlak telah didapatnya rakyat yang beragama Islam. Pelak adalah pelabuhan

besar di Aceh pada masa itu, yang menghadap ke Selat Malaka. Begitu juga

dengan kedua, perjalanan Ibnu Bathutha, pengembara Maghribi yang masyhur (th.

725 H/. = 1325 M.). dalam perjalananya pulang dari Tiongkok , ia singgah di

Pase. Pada masa itu Pase telah menjadi kerajaan Islam di bawah perintah Raja

bernama Al-Malikuz-Zahir.

Dengan keterangan tersebut ahli sejarah menetapkan dengan pasti, bahwa

agama Islam masuk ke Indonesia ialah dari Aceh. Dan dari sanalah Islam

memancarkan cahayanya ke Malaka dan Sumatera Barat (Minangkabau). Dari

Minangkabau Islam berkembang ke Sulawesi, Ambon dan sampai ke pilipina.

Kemudian Islam tersiar ke Jawa Timur, dari sana ke Jawa Tengah dan ke Banten,

sampai ke Lampung dan Palembang dan keseluruh pulau Indonesia.

Di Sumatera berdiri kerajaan Islam di Pasei, Perlak, Samudera dan

bersama pada tahun 1514-1904 M., dan kerajaan Islam Aceh pada tahun 1500-

1546 M. Di Jawa berdiri kerajaan Islam Demak pada tahun 1546 M, dan

19

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ke-2. h.11

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

20

kemudian kerajaan Islam Banten pada tahun 1550-1757 M, dan kerajaan Islam

Pajang pada tahun 1568-1586 M dan kerajaan Islam Mataram pada tahun 1575-

1757 M.20

C. Pendidikan Islam Padamasa K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad

Dahlan

1. Pendidikan Islam Padamasa K.H. Hasyim Asy’ari

Zaman Mataram adalah zaman keemasan bagi pendidikan dan pengajaran

agama Islam di tanah Jawa. Karena pada masa itu pendidikan dan pengajaran

agama Islam telah mempunyai organisasi yang teratur dalam pemerintahan

kerajaan Islam. Pada permulaan penjajahan Belanda pada zaman Kompeni (tahun

1610 M) politik Belanda adalah membiarkan saja usaha pendidikan dan

pengajaran Islam menurut pengajaran sistem Mataram itu.

Lambat laun politik membiarkan itu diubahnya dengan berangsur-angsur,

sejak perjanjian gianti (tahun 1755), mulai tampak usaha Belanda hendak

melumpuhkan pengaruh Islam di Jawa, di mulainya dari daerah-daerah yang

sudah dikuasainya, yaitu di luar Yogyakarta dan Surakarta. Tanah Lungguh untuk

penghulu , Naib, Kiyai, Anom, Kiyai Sepuh, semuanya dihapuskan dan dijadikan

tanah gubernemen. Begitu juga diusahakan oleh penjajah Belanda untuk

menghapuskan tanah lungguh untuk para bangsawan di Yogyakarta sendiri. Hal

itu telah menggerakkan Dipoegoro (tahun 1825-1830 M), serta para alim ulama

tampil ke muka memimpin masyarakat untuk memerangi Belanda.21

Dengan demikian maka pendidikan Islam pun makin lama, makin mundur

oleh pendidikan Barat. Sedangkan tekanan halus dari pemerintah penjajah tidak

sedikit pengaruhnya untuk melemahkan pendidikan dan pengajaran Islam. Tetapi

meskipun demikian pendidikan dan pengajaran Islam tetap tegak berdiri di

Pondok Pesantren menghadapi gelombang dan taupan pengaruh pendidikan Barat.

Untunglah pada tahun 1900 M nur dan cahaya pendidikan dan pengajaran Islam

mulai terang benderang kembali dengan berdirinya Pondok Pesantren baru yang

20 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia cet ke-2 h.11

21 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia cet ke-2 h.227

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

21

membawa jiwa baru, semangat baru dan cara baru. Pondok-pondok itu didirikan

oleh Ulama besar Indonesia yang kembali dari Mekkah sesudah menunaikan

ibadah Haji dan bermukim disana bertahun-tahun lamanya menuntut ilmu Agama

dan bahasa Arab. Beliau-beliau itulah pembangun dan pembaru pendidikan

pesantren, yang tidak sedikit bilangannya.22

K.H. Hasyim Asy’ari membawa perubahan baru dalam pendidikan Islam

dari Makkah dengan membuka Pesantren Tebuireng di Jombang yang terkenal

sampai sekarang. Dalam Pesantren Tebuireng beliau mengajarkan ilmu-ilmu

agama dan bahasa Arab, mulai dari tingkatan rendah sampai tingkatan tinggi,

sehingga mengeluarkan alim ulama yang tidak sedikit bilangannya. Perubahan itu

berjalan lancar dan tak ada gangguan dari Belanda, karena hanya semata-mata

perubahan dalam ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab saja dan tidak mencampuri

politik pemerintah. Padahal dalam ilmu Agama itu telah termaktub soal-soal

politik, sehingga akhirnya menggerakan umat Islam merebut kemerdekaan dari

penjajahan Belanda. Kemudian lahir perubahan baru dalam pendidikan Islam di

daerah-daerah lain.23

Pesantren Tebuireng didirikan pada tanggal 26 Rabiul Awal tahun 1899

M. Pondok Pesantren Tebuireng pada mulanya sederhana saja, sedangkan jumlah

santrinya yang pertama hanya28 orang. Kemudian makin lama, makin bertambah

ramai, akhirnya dibanjiri oleh murid-murid dari seluruh pulau Jawa dan daerah

lain.

Selain mengembangkan ilmu di pesantren Tebuireng maka K.H. Hasyim

Asy’ari membangun perkumpulan Nahdlatul Ulama, bahkan ia sebagi Syehul

Akbar dalam perkumpulan itu. Dengan usaha dan pengaruhnya Nahdlatul Ulama

menjadi bersemarak dan menjadi perkumpulan ulama yang terbesar di Indonesia.

Nahdlatul Ulama didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H. (31 Januari

1926 M) di Surabaya. Menurut K.H. Hasyim Asy’ari Ahl al-Sunnah adalah

”ulama dalam bidang Tafsir Al-Qur’an, Sunnah Rosul, dan Fiqih yang tunduk

pada tradisi Rosul dan KhulafaurRasyidin.” beliau selanjutnya menyatakan bahwa

22

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, cet ke-2h.229 23

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, cet. Ke-2 h.231

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

22

sampai sekarang ulama tersebut termasuk ”mereka yang mengikuti mazhab

Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali.” doktrin ini diterapkan dalam NU yang

menyatakan sebagai pengikut, penjaga, dan penyebar faham Ahl al-Sunnah wa al-

jama’ah. NU menerima doktrin ini dengan sepenuh hati karena sesuai dengan

tujuan-tujuan NU.24

Maksud perkumpulan NU ialah memegang teguh salah satu mazhab

Imam empat, yaitu: pertama, Syafi’i kedua, Maliki ketiga, Hanafi keempat,

Hanbali. Dan mengerjakan apa-apa yang menjadikan kemaslahatan untuk agama

Islam.

Untuk mencapai maksud itu, maka diadakan ikhtiar:

a. Mengadakan perhubungan diantara ulama-ulama yang bermazhab tersebut

diatas

b. Memeriksa kitab-kitab sebelum dipakai untuk mengajar, supaya diketahui

apakah kitab itu termasuk kitab-kitab Ahli Sunah Waljama’ah atau kitab-

kitab Ahli Bid’ah

c. Menyiarkan agama Islam berasaskan pada mazhab tersebut diatas dengan

jalan apapun yang baik

d. Berikhtiar memperbanyak madrasah-madrasah yang berdasarkan agama

Islam

e. Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-masjid, surau-

surau dan pondok-pondok, begitu juga hal ihwalnya anak-anak yatim dan

orang-orang fakir miskin

f. Mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan

dan perusahaan yang tidak dilarang oleh syariat agama Islam.25

Demikianlah maksud dan tujuan NU sebagi tersebut dalam Anggaran

Dasar Rumah Tangga tahun 1926 (yaitu sebelum menjadi partai politik).

24

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama ,(Yogyakarta: LKiS 2001), cet 1, h. 46 25

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, cet. Ke-2 h.239-241

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

23

2. Pendidikan Islam padamasa K.H. Ahmad Dahlan

Melihat peranan Islam dalam masyarakat desa, maka pemerintah Hindia

Belanda menyadarai bahwa ternyata Islam merupakan agama yang membawa

ancaman bagi kedudukannya. Tentu saja sebagai penguasa yang ingin

mempertahankan kekuasaannya, maka pemerintah kolonial berkeinginan

menciptakan stabilitas sosial pedesaan dan menghentikan kegiatan yang

mencerminkan pelbagai bentuk keresahan sosial yang dipimpin oleh Islam.

Untuk kepentingan tersebut maka pertama-tama yang dilakukan Belanda

ialah melakukan pembatasan bagi jemaah haji. Pada tahun 1825 dikeluarkan

ketentuan bahwa orang yang akan naik haji harus membayar kepada pemerintah

kolonial sebanyak 100 gulden untuk dapat memperoleh surat izin berangkat.26

Pelbagai peristiwa sejarah yang terjadi di Jawa telah menimbulkan

lahirnya gerakan-gerakan yang mengarah ke corak kebangsaan. Pusaran

kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905 telah mendorong bangsa terjajah

di Asia untuk melihat kenyataan bahwa superioritas orang kulit putih terpatahkan

oleh orang kulit berwarna; maka munculah organisasi-organisasi di Jawa. Pada

tahun sekitar 1905 lahirlah jamiat al-khair di Jakarta yang bergerak untuk

kepentingan sosial orang Arab dan Sumatera Barat, yang beberapa tahun

kemudian memulai berkecimpung dalam dunia pendidikan. Kemudian muncul

pula organisasi yang didirikan kaum terpelajar, seperti Budi Utomo (1908),

Sarekat Dagang Islam (1911), Muhammadiyah (1912) Dan lain-lainya.

Sesungguhnya keadaan sosio-kultural dan politik yang ada di Jawa selama

akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah mendorong tumbuhnya pemikiran

baru pada pemimpin Islam untuk melakukan pembaharuan yang bersifat

fundamental dan metodis. Hal itu tampak nyata dari mula berdirinya

Muhammadiyah, yang diawali dengan gerakan-gerakan praktis dalam bidang

keagamaan dan pendidikan.27

Pemikiran Dahlan ini merupakan suatu pembaharuan pendidikan Islam

dan pendidikan sekuler sesuai dengan tuntutan sosio-kultural Jawa yang harus

26

MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta:Dunia Pustaka, 1987), h.

66 27

MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, h. 73-74

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

24

menghadapi tantangan pengaruh sistem pendidikan Barat, sebagai salah satu

kompleksitas masyarakat. Modernisme Dahlan dalam mencanangkan suatu

integrasi gagasan-gagasan dan lembaga-lembaga modern dengan dijiwai syariat

Islam, telah mendorong mengalirnya gagasan Barat dalam pendidikan, sedang

sebagian yang lain sebagai usaha mengalirkan nilai Islam kesistem pendidikan

model Barat. Dualisme ini merupakan hal yang baru pada waktu menjelang

berdirinya Muhammadiyah, dan pemikiran pola gagasan pendidikan Dahlan itu

sangat menarik anggota Budi Utomo. Akhirnya dua orang anggota organisasi ini,

Mas Radji dan Raden Sosrosoegondo, mendesak Dahlan agar secepatnya

merealisasi cita-cita tersebut. Demikianlah maka pada tahun 1911 Dahlan di

tempat kediamannya, Kauman mendirikan sekolah agama yang menggunakan

metode pendidikan Barat yang menggunakan kursi, bangku dalam bentuk klasikal.

28

Perkumpulan Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada

tanggal 8 Zulhijah 1330 H. Atau 18 Nopember 1912 M. Berpusat di Yogyakarta.

Maksud dan tujuannya ialah untuk menegakan dan menjunjung tinggi Agama

Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Usaha untuk mencapai maksud dan tujuan itu ialah dengan:

a. Mengadakan dakwah Islam

b. Memajukan pendidikan dan pengajaran

c. Menghidup-suburkan masyarakat tolong menolong

d. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf

e. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda supaya kelak

menjadi orang Islam yang berarti

f. Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan

Islam berlaku dalam masyarakat.

(Anggaran Dasar Muhammadiyah Desember 1950).

28

MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, h. 114

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

25

Menurut keterangan tersebut, nyatalah bahwa Muhammadiyah

mementingkan pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan Islam, baik

pendidikan di sekolah/madrasah atau pendidikan dalam masyarakat.29

29

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, ke-2 h.268-269

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

26

BAB III

BIOGRAFI K.H. HASYIM ASY’ARI DAN K.H. AHMAD DAHLAN

A. K.H.HASYIM ASY’ARI

1. Sejarah Ringkas K.H. Hasyim Asy’ari

K.H.Hasyim Asy‟ari nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim

Asy‟ari ibn Abd al-Halim. Karena peran dan prestasi yang dicapainya ia

mempunyai banyak gelar, seperti pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang

dikenal dengan Jaka Tingkir, Sultan Hadi Wijoyo ibn Abdullah ibn Abdul Aziz

ibn Abd al-Fatih ibn Maulana Ishaq dari Raden Ain al-Yaqin yang disebut dengan

Sunan Giri.1

Ia lahir di Desa Gedang, Jombang Jawa Timur, pada hari selasa kliwon, 24

Dzulqoidah 1287 H. bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871, dan wafatpada

tanggal 35 juli 1947 pukul 03.45 dini hari, bertepatan dengan tanggal 7 Ramadhan

Tahun 1366 dalam usia 79 tahun.

2. Latar Belakang Pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari

Semasa hidupnya, ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri,

terutama pendidikan di bidang ilmu-ilmu al-Quran dan literatur agama lainnya.

Setelah itu Ia melanjutkan pendidikannya pada berbagai pondok pesantren

khususnya pada Pulau Jawa, seperti Pondok Pesantren Shona, Siwalan Buduran,

Langitan, Tuban, Demangan, Bangkalan, dan Sidoarjo. Selama pondok Pesantren

Sidoarjo, Kiai Ya‟qub yang memimpin Pondok Pesantren tersebut melihat

1Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta:Raja

Grapindo Persada 2005), h.113

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

27

kesungguhan dan kebaikan budi pekerti K.H. Hasyim Asy‟ari, hingga ia

menjodohkan dengan putrinya, Khadijah. Pada tahun 1892, tepatnya ketika

Hasyim Asy‟ari berusia 21 tahun menikah dengan Khadijah putri K.H. Ya‟qub.

Setelah melangsungkan pernikahannya itu, K.H.Hasyim Asy‟ari bersama

istrinya segera melakukan ibadah haji ke tanah suci Makkah. Sekembalinya dari

Makkah, K.H.Ya‟qub selaku mertuanya menganjurkan kepada K.H.Hasyim

Asy‟ari agar menuntut ilmu di Makkah. Hal ini terjadi karena didorong oleh

keadaan pada waktu itu yang melihat ketinggian reputasi keilmuan seseorang

ditandai oleh pengalamannya menimba ilmu ditanah suci Makkah selama

bertahun-tahun. Seorang ulama belum dianggap cukup ilmunya bila belum

menuntut ilmu ditanah suci Makkah.

Di saat KH. Hasyim Asy‟ari bersemangat belajar, tepatnya ketika telah

menetap tujuh bulan di Makkah, isterinya meninggal dunia pada waktu

melahirkan anaknya yang pertama sehingga bayinya pun tidak terselamatkan.

Sungguhpun demikian, hal ini tidak mematahkan semangat belajarnya untuk

menuntut ilmu.2

Dalam perjalanannya menuntut ilmu di Makkah itu, Hasyim Asy‟ari

berjumpa dengan beberapa tokoh yang kemudian dijadikannya sebagai guru-

gurunya di Mekkah yang terkenal adalah sebagai berikut:

a. Syeh Mahfuzh al-Tirmasi, putra Kiai Abdullah yang

memimpinpesantren Tremas. Dikalangan para Kiai di Jawa, Syeh

Mahfuzh lebih terkenal sebagai ahli hadits Bukhori. Dari gurunya ini,

Hasyim Asy‟ari mendapatkan ijazah untuk mengajar kitab Shahih

Bukhori.

b. Syaikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Syaikh Akhmad Khatib ini

menantu Syaikh Shalih Kurdi, seorang hartawan yang mempunyai

hubungan baik dengan pihak penguasa Mekkah

2 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari., (Jakarta: Lekdis, 2005), h. 16-17

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

28

c. KH. Hasyim Asy‟ari berguru kepada sejumlah tokoh di Mekkah, yakni

Syaikh al-Allamah Abdul Hamid Al-Darustani dan Syaikh Muhammad

Syauaib al-Maghribi.

Di antara ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh KH. Hasyim Asy‟ari

selama di Mekkah adalah ilmu Fiqih dengan konsentrasi mazhab Syafi‟I dan ilmu

alat (nahwu, sharaf, mantiq, balaghah, dan lain-lain)

Delapan tahun lamanya ia bermukim di tanah suci menuntut ilmu agama

dan bahasa Arab. Kemudian ia kembali ke Indonesia. Dadanya telah penuh

dengan Ilmu Agama, sehingga ia menjadi seorang kiyai (ulama besar). Kemudian

ia membuka pesantren untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya, yaitu:

Pesantren TebuIreng di Jombang.3

Sebagai pemimpin pesantren, KH. Hasyim Asy‟âri melakukan

pengembangan institiusi pesantrennya, termasuk mengadakan pembaharuan

sistem dan kurikulum belajar. Jika pada saat itu pesantren hanya mengembangkan

sistem halaqah, maka KH. Hasyim Asy‟âri memperkenalkan sistem belajar

madrasah dan memasukkan kurikulum pendidikan umum, di samping pendidikan

keagamaan. Patut diketahui bahwa sistem madrasah dan memasukan kurikulum

pendidikan umum di dalam pesantren ini merupakan sesuatu yang relatif baru

dalam dunia pendidikan pesantren pada saat itu. Sedangkan perannya sebagai

pemimpin informal, KH. Hasyim Asy‟âri memberikan bantuan pengobatan

kepada masyarakat yang membutuhkan, termasuk juga kepada keturunan

Belanda.4

3. Karya-karya K.H. Hasyim Asy’ari

a. Adab al-alim wa al-muta’alim fima yahtaj ilaihi al-muta’alim fi ahwal

ta’alum wa ma yatawaqof alaih al-muallim fi maqomat ta’limih

(akhlaq Guru dan Murid)5

3 H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia., (Jakarta: Hidakarya

Agung, 1979),cet ke-2 h. 234 4 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 29-30

5 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama, (LKiS Yogyakarta, 2000), h. 41

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

29

b. Ziyadat ta’liqat, radda fiha manzhumat al-syaikh Abdul Allah bin

Yasin al-fasurani allati bihujubiha ala ahl jamiyyah Nahdlatul al-

Ulama.

c. Al-tambihat al-wajibat liman yashna al-maulid al-munkarat.

d. al-Risalat al-jami’at, sharh fiha ahwal al-mauta wa asyrath al-sa’at

ma’ bayan mafhum al-sunah wa al-bid’ah.

e. Al-Nur al-mubin fi mahabbah sayyid al-mursalin, bain fihi ma’na al-

mahabbah Lirosul Allah wa ma yata’allaq biha man ittiba’iha wa ihya

al-sunnatih.

f. Hasyiyah ‘ala fath al-Rahman bi syarh risalatt al-wali Ruslan li syaikh

al-isl;am Zakariya al-Anshori.

g. Al-Durr al-muntatsirah fi al-masail al-tis’I ‘asyrat, sharh fiha masalat

al-thariqat wa al- wilayah wa ma yata’allaq bihima minal-umur al-

muhimmah li-ahl al-thariqah.

h. al-Tibyan fi al-nahy ‘an muqati’ah al-ikhwan, bain fihahammiyat

shilat al-rahim wa dharur qath’iha.

i. ar-risalat al-tauhidiyah, wahiya risalah shaghirah fi bayan aqidah ahl

al-sunnah wa al-jama’ah. al-qolaid fi bayan ma yajib min al-‘aqaid.

4. Kontribusi pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari terhadap masyarakat

Banyak aktivitas yang dilakukan Hasyim Asy‟ari dalam hubungannya

dengan pendidikan Islam. Aktivitas Hasyim Asy‟ari tersebut antara lain:

a. Mengajar

Mengajar merupakan profesi yang ditekuni Hasyim Asy‟ari dari sejak

kecil. Sejak masih di pondok pesantren ia sering dipercaya oleh gurunya

menngajar santri-santri yang baru masuk. Bahkan, ketika di Makkah ia membantu

ayahnya mengajar dipondok ayahnya, Pondok Nggedang.

b. Mendirikan Pondok Pesantren

Kehidupan Kiai Hasyim Asy‟ari banyak tersita untuk membina santri-

santrinya itu. Biasanya ia mengajar sejam sebelum dan sejam setelah shalat lima

waktu. Ia terbiasa mengajar sampai larut malam. Pada bulan Ramadhan ia

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

30

mengajar hadis Bukhori dan Muslim yang diikuti oleh santri dari berbagai

pesantren untuk mendapat ijazahnya. Demikianlah kerja rutin Hasyim Asy‟ari.

Seluruh waktunya untuk aktivitasnya agama dan ilmu.

c. Mendirikan Organisasi

Untuk berjuang untuk mewujudkan cita-citanya termasuk dalam bidang

pendidikan, diperlukan adanya wadah berupa organisasi. Untuk tujuan tersebut,

maka pada tahun 1926 ia bersama dengan K.H. Abdul Wahab Hasbullah dan

sejumlah ulama lainnya di Jawa Timur mendirikan Jamaah Nahdlatul Ulama

(NU). Sejak awal berdirinya Hasym Asy‟ari dipercaya memimpin organisasi itu

sebagai Rois Akbar. Jabatan ini di pegangnya beberapa periode kepengurusan.

Pada tahun 1930, dalam muktamar NU ke-3 Kiai Hasyim Asy‟ari

menyampaikan pokok-pokok pikiran mengenai organisasi NU. Pokok-pokok

pikiran inilah yang kemudian dikenal dengan qonun asasi (Undang-undang dasar

Jamiah NU). Intisari dari qonun asasi itu mencakup: (1) Latar belakang berdirinya

Jamiah NU, (2) hakikat dan jati diri NU, (3)potensi umat yang diharapkan akan

menjadi pendukung NU, (4) perlunya ulama bersatu (ijtihad), saling mengenal

(ta‟aruf), rukun bersatu (ittihad), dan saling mengasihi satu sama lain (ta‟aluf)

didalam satu wadah yang dinamakan NU, dan (5) keharusan warga NU bertaqlid

pada salah satu madzhab yang empat.6

B. K.H. AHMAD DAHLAN

1. Sejarah Ringkas K.H. Ahmad Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan lahir dikampung kauman, Yogyakarta, pada tahun

1868 M dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya adalah K.H. Abu Bakar,

seorang khatib Masjid besar kesultanan Yogyakarta. Ibunya bernama siti Aminah,

putri K.H. Ibrahim, penghulu kesultanan Yogyakarta.7

Silsilah keturunannya adalah sebagai berikut: Muhammad Darwis putra H.

Abu Bakar, putra K.H. Muhammad Sulaiman, putra Kyai Murtadla, putra Kyai

Ilyas, putra Demang Jurang Juru Kapindo, putra Demang Jurang Juru Sapisan,

6 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, h. 121-123.

7 H. Suja, Muhammadiyah dan Pendirinyaa, cet. Ke-2, h. 6.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

31

putra Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribik, putra Maulana Fadlullah, putra

Maulana Ainul Yaqin , putra Maulana Ishaq dan putra Maulana Ibrahim.

Dengan terdapatnya nama Maulana Ibrahim dalam garis keturunan

Muhammad Darwis, dapat dikatakan bahwa Darwis lahir dalam suatu lingkungan

keislaman yang kukuh, mengingat peranan Maulana Ibrahim sebagai salah satu

Wali Sanga, sangat besar dalam Islamisasi di pulau Jawa.

Kampung Kauman sebagai tempat kelahiran dan tempat Muhammad

Darwis dibesarkan dengan demikian merupakan lingkungan keagamaan yang

sangat kuat, yang berpengaruh besar terhadap perjalanan hidup Muhammad

Darwis di kemudian hari. Kauman kemudian secara popular menjadi nama dari

setiap daerah yang berdekatan letaknya dengan Masjid.

Kauman berasal dari kata bahasa Arab qoum. Istilah ini mengandung

makna “pejabat keagamaan” atau abdi dalem santri. Kampong tempat masjid itu

diberi nama kauman karena daerah itu merupakan para abdi dalem santri dan

ulama yang bertugas memelihara Masjid itu.8

Kauman berkembang bersama fungsinya masjid Agung kesultanan

Yogyakarta. Secara operasional fungsi masjid dikelola oleh para ulama yang

diberi wewenang sultan untuk memeliharanya dan untuk mudahnya

melaksanakan tugas mereka maka dibangunlah tempat tinggal disekitar masjid.

Karena para ulama tersebut merupakan keluarga pertama yang bermukim di

kauman. Hubungan pertalian dan keluarga antar para ulama semakin erat karena

perkawinan diantara anak-anak mereka, mereka itu saling berbesan, sehingga

penghuni kauman terus berkembang bersama berkembangnya pertalian keluarga.

Di kampung kauman sendiri terdapat suatu usaha pengrajin batik yang sangat

maju. Akibat dari majunya usaha batik, maka daerah itu menjadi sangat makmur,

sehingga kampong kauman merupakan daerah padat penduduk yang makmur.

Akibat dari pembentukan kehidupan sosial daerah kauman, serta

kemakmuran ekonomi dan ketinggian martabat karena jabatan, maka kauman

berkembang sebagai suatu perkampungan yang tertutup dari luar dengan batas-

8 Weinata Sairin Mth., Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, (Jakarta, P;ustaka Sinar

Harapan, 1995), Cet. Ke-1, h. 38.

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

32

batastata nilai yang khusus yaitu ketaatan yang tinggi terhadap keyakinan

beragama, dan secara fisik daerah tersebut dibatasi oleh pagar-pagar tembok atau

bangunan permanen yang yang memisahkannya dengan daerah luar.

Muhammad Darwis dibesarkan dalam lingkungan masyarakat kauman,

karena itu ia sangat dipengaruhi oleh tradisi social daerah tersebut. Pengaruh itu

Nampak dari kebiasan-kebiasannya yang ulet dalam memperdalam pengetahuan

keagamaan sejak mulanya. Hal ini dimulai dari pendidikan yang ditempuh serta

anggapan yang melatarbelakangi pendidikan tersebut.

Di masyarakat kauman khususnya ada pendapat umum bahwa barang

siapa yang memasuki sekolah gubernur dianggap kafir atau Kristen. Anggapan ini

sesungguhnya bukan hanya dilandasi oleh pola fikir apriori yan menggambarkan

kebencian terhadap penjajah melainkan pula dilandasi oleh kesadaran bahwa

penjajah Belanda adalah musuh umat Islam daerah kesultanan Yogyakarta.

Karena tu, maka dapat dipahami bahwa prasangka terhadap model-model

kehidupan yang berkaitan dengan system kehidupan penjajah dianggap sebagai

suatu sikap kompromi dengan bagian dari identitas penjajah, termasuk dalam

system pendidikan.9 Oleh karena itu, ketika menginjak usia sekolah, Muhammad

Darwis tidak disekolahkan melainkan diasuh dan dididik mengaji Al-Qur‟an dan

dasar-dasar ilmu Agama Islam oleh Ayahnya sendiri di rumah. Pada usia delapan

tahun ia telah lancer membaca Al-Qur‟an hingga khatam.

2. Latar belakang pendidikan K.H. Ahmad Dahlan

Muhammad Darwis dalam mengecap pendidikan tidak secara formal,

bahkan Muhammad Darwis tidak menuntut ilmu dalam system pendidikan

colonial namun tidak berarti Darwis tidak menuntut pengetahuan. Sebagai

alternative, oleh ayahnya ia dididik sendiri melalui cara pengajian, yaitu

pendidikan dasar keagamaan yang diberikan secara individual dengan menirukan

kalimat-kalimat atau bacaan yang diajarkan oleh ayahnya.

Pada abad ke-19 memang berkembang suatu tradisi mengirim anak kepada

guru untuk menuntut ilmu. Pada masa itu menurut Steenbrink ada lima kategori

9 MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta:Dunia Pustaka, 1987), h.

77.

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

33

guru: guru ngaji Al-Qur‟an, guru kitab, guru tarekat, guru ilmu gaib dan guru

yang tidak menetap disuatu tempat.10

Dari kelima kategori tersebut Darwis belajar

Al-Qur‟an kepada ayahnya sendiri, sedang ia mengaji kitab kepada guru yang lain

seperti ia belajar fiqih (hukum Islam) kepada K.H. Muhammad Shaleh, dan

Nahwu (sintaksis bahasa Arab) kepada K.H. Muhsin. Keduanya adalah kakak Ipar

Muhammad Darwis sendiri. Ia juga berguru kepada K.H. Muhammad Nur, dan

K.H. Abdul Hamid dalam berbagai ilmu.

Dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut maka Darwis telah memasuki

suatu system pendidikan Islam tradisional yang berlangsung pada zaman itu, dan

dengan demikian maka dasar-dasr pemikiran keilmuan yang sesuai dengan system

pengetahuan tersebut telah dikuasai.

Pada tahun 1889 M, ia dikawinkan dengan siti Walidah, putri dari K.H.

Muhammad Fadil, kepala penghulu kesultanan Yogyakarta. Jadi siti Walidah itu

masih sepupu Muhammad Darwis.11

Dari pernikahannya ini Muhammad Darwis

memperoleh empat orang putra dan dua orang putri. Walaupun Muhammad

Darwis pernah menikah dengan empat wanita lainnya yaitu Nyai Abdullah, Nyai

Rum, Nyai Aisiyah, dan Nyai Solihah, namun pernikahannya dengan siti Walidah

inilah yang paling lama, bahkan siti Walidah menjadi pendamping Muhammad

Darwis hingga wafat

Beberapa bulan setelah pernikahannya, atas anjuran ayah bundanya,

Muhammad Darwis menunaikan ibadah haji. Ia tiba di Makkah pada bulan Rajab

1308 H / 1890 M. setelah menunaikan umrah ia bersilaturahmi dengan para ulama

Indonesia maupun Arab yang telah dipesankan ayahnya. Ia juga rajin belajar

menambah ilmu, antara lain kepada K.H. Mahfudz Termas, K.H. Nahrowi

Banyumas, K.H. Muhammad Nawawi Banten, dan juga kepada para ulama Arab

di Masjidil Haram. Ia juga mendatangi ulama mazhab Syafi‟I Bakri Syata‟, dan

mendapat ijazah dengan nama Ahmad Dahlan. Setelah musim haji selesai ia

pulang, dan tiba di Yogyakarta pada minggu pertama bulan Sapar 1309 H / 1891

M. selain berganti nama ia juga mendapat tambahan ilmu. Muhammad Darwis

10

MT. Arifin, Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, h. 78. 11

Yunus Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan, Amal dan Perjuangannya, (Jakarta,

Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968), h. 5.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

34

lalu membantu ayahnya mengajar santri-santri remaja. Akhirnya juga dipercaya

mengajar para santri dewasa maupun tua, dan kemudian mendapat sebutan

sebagai K.H. Ahmad Dahlan.12

Ahmad Dahlan pada masa itu disebut sebagai kyai sekaligus sebagai

ulama. Yaitu orang yang saleh dan menekuni serta memiliki wawasan keilmuan

tentang agama Islam. Istilah tersebut searti dengan istilah intelektual. Karena ilmu

yang berkaitan dengan agama Islam sangat luas, maka biasanya para kyai

mempunyai kesenangan atau mempunyai minat untuk mendalami salah satu dari

beberapa cabang ilmu. Tatkala bermukim di Makkah, Dahlan tertarik untuk

mendalami ilmu falaq. Itulah sebabnya masyarakat mengenal Dahlan sebagai

ulama falaq.

Pada tahun 1896 M, K.H. Abu Bakar wafat. Jabatan khotib Masjid besar

oleh kesultanan Yogyakarta lalu dilimpahkan kepada K.H. Ahmad Dahlan dengan

gelar Khatib Amin, yang diberi tugas:

a. Khutbah Jum‟at saling berganti dengan kawannya delapan orang khatib.

b. Piket diserambi masjid dengan kawannya enam orang sekali dalam

seminggu.

c. Menjadi dewan Agama Islam Kraton.

Semua tugas yang dilimpahkan kepadanya dijalankan dengan baik. Pada

kesempatan tersebut ia menggunakan waktunya untuk menyalurkan ilmunya

dalam setiap tugas piketnya. Para petugas piket yang lain tidak menggunakan

waktu untuk mendakwahkan agama Islam. Padahal sepanjang hari banyak orang

yang datang dan beristirahat diserambi masjid besar. Mereka itu kebanyakan

bukan umat yang dapat mengaji di surau-surau karena desakan ekonomi. Khatib

Amin tekun dan sabar memberikan pelajaran Islam kepada mereka, dengan

berbagai ajaran Islam yang menyentuh kehidupan sehari-hari.

Pekerjaan K.H. Ahmad Dahlan sebagai Khatib Masjid besar tidak banyak

menyita waktu. Giliran khutbahnya rata-rata dua bulan sekali, dan piketnya di

serambi Masjid besar itu hanya sekali dalam seminggu. Ia mendapat gaji tujuh

gulden sebulannya. Ia juga berdagang batik ke kota-kota di Jawa. Ia pernah diberi

12

H. Suja, Muhammadiyah dan Pendirinya, op. cit., h. 2-4.

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

35

modal untuk berdagang oleh orang tuanya, namun sebagian uangnya dibelanjakan

untuk membeli kitab-kitab Islam. Dalam perjalanan dagangnya tersebut ia lalu

singgah bersilaturahmi dengan para alim setempat, membicarakan perihal agama

Islam dan masyarakatnya. Ada yang sepikiran, ada pula yang berlainan.

Perjalanan demikian di maksudkan untuk mempelajari sebabnya kemunduran

kaum muslimin dan bagaimana upaya mengatasinya.

3. Karya-karya K.H. Ahmad Dahlan

Karya-karya K.H. Ahmad Dahlan mencakup ketujuh belas ayat al-Qur‟an

dalam bangunan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan ini menyemangati dan

menginisasikan perjuangan Muhammadiayah; menjadi pedoman pendiri dan para

pengikut Muhammadiyah, lalu diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.

Ajaran-ajaran K.H. Ahmad Dahlan dipandang sebagai benih dan menjadi lentera

pengembangan pendidikan dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Semangat

ini selalu dihidupkan oleh warga Muhammadiyah diwariskan dari generasi ke

generasi, agar tidak berhenti memperjuangkan dunia pendidikan yang bersendikan

kepada al-Qur‟an, sunnah Rasulullah, kebangsaan, keilmuan, dan keindonesiaan.

Kelompok Ayat 1.

Membersihkan hati “takutlah menjadi hawa nafsunya sebagi

sesembahannya?” QS al-Jatsiyah: ayat 23, cinta kepada selain Allah itu sama

dengan mencintai Allah ketimbang yang lain” QS at-Taubah ayat 24 dan al-

Baqarah ayat 165. Hawa nafsu ibarat berhala musyrik karena menyesatkan,

membuatnya tidak suka berfikir kebenaran, akibatnya membahayakan baginya.

Maka tafakkur,muhasabah, muraqabah, dan hanya tunduk kepada al-Qur‟an dan

sunnah Rasul, bertakwa kepada Allah, membuang semua kebiasan buruk berupa

amalan, keinginan, perasaan, kepercayaan, pendapat, dan semua yang ada di hati

merupakan jalan membersuhkan jiwa dan melawan hawa nafsu.13

Kelompok Ayat 2

13

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI Uhamka,

2009). Cet 1. h. 441-442

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

36

Menggempur hawa nafsu mencintai harta benda QS al-Fajr ayat 17-23,

agar siapapun memikirkan akibat yang akan diterima di hadapan Allah bila

manusia lupa menjalankan perintah surat al-Ma‟un.

Kelompok Ayat 3

Orang yang mendustakan agama. Sebelumnya dijelaskan cara mempelajari

al-Qur‟an. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, dimulai membaca satu, dua, tiga ayat

dengan benar, memahami artinya satu demi satu, lalu memahami tafsir dan

keterangan-keterangan didalamnya, mendalami makna yang tersurat-tersirat. Bila

isinya berupa larangan, sesegera mungkin ditinggalkan. Bila di dapati perintah

wajib, sesegera mungkin dilaksanakan sungguh-sungguh.

Orang yang mendustakan agama adalah orang yang menghambakan hawa nafsu,

mencintai harta benda berlebihan, tidak memperhatikan nasib anak yatim dan

enggan membantu orang miskin. Orang itu akan dimasukkan ke neraka, walaupun

telah mengaku melaksanakan shalat dengan baik, QA al-Ma‟un ayat 1-7.14

Kelompok ayat 4

Beragama lurus kepada Allah sebagai kecenderungan ruhani untuk

berpaling meninggalkan nafsu, menjadi suci, bersatu dari tawanan benda-benda,

naik ketingkat kesempurnaan ruhani. Jiwanya menghadap Allah dan berpaling

dari yang lainnya, bersih tanpa terpengaruh apapun hanya tertuju kepada Allah.15

Kelompok ayat 5

Pembebasan kemiskinan penderitaan, diskriminasi. Ayat ini

menggoncangkan hati K.H. Ahmad Dahlan untuk melakukan perubahan besar

dalam dirinya, sekaligus mengorbankan hartanya untuk perubahan besar dalam

dirinya, sekaligus mengorbankan hartanya untuk perubahan dan pembaharuan.

Harta bisa menjadi fitnah atau batu ujian dalam kehidupan dunia akhirat, bisa

14

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 441-442 15

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 442

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

37

menjadi perusak agama, akhlak pribadi, runah tangga, masyarakat dan Negara.

Harta juga bisa menimbulkan kebaikan dan alat untuk mencapai kebahagiaan.16

Kelompok ayat 6

Surat al-Ashr dianggap sangat penting diajarkan sampai 7 bulan kepada

kaum laki-laki tiap jam. 07.00 pagi kepada „Aisyiyah jam 08.00 pagi, setelah

dzuhur kepada para pemudi. Mereka disuruh menulis dan menghapalkannya.

Isinya secara umum adalah pandai mengatur waktu dengan benar, dimulai dengan

memperhatikan waktu sebagai awal dan akhir pekerjaan agar manusia dapat

mencari kenikmatan dunia akhirat.17

Kelompok ayat 7

Iman, Islam dengan benar, bebas dari syirik, bid‟ah, dan khurafat. Iman

akan diuji, iman dihanti mempengaruhi perasaan pikiran, kemauan serta sifat-sifat

utama: melimpahkan budi luhur, mendorong berani berkurban jiwa raga harta

membela agama Allah. Orang mukmin harus sabar, teguh, kuat menerima ujian

dan cobaan.18

Kelompok ayat 8

Beramal shaleh, senantiasa memperhatikan hidup dalam iman, Islam dan

ihsan.19

Kelompok ayat 9

Saling menasihati dalam kebenaran, QS al-Ashr ayat 1-3, bagian-bagian

pentung dalam dirinya, bersama lingkungannya, dan sesamanya. Saling

menasehati dalam kebenaran ini diartikan sebagai upaya untuk melakukan kritik

yang konstruktif, bukan untuk mencari kesalahan orang lain, dalam usaha

16

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 447 17

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 448 18

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 449 19

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 450

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

38

memperbaiki kehidupan, agar manusia tidak tersesat, dan membahayakan bagi

kehidupan manusia, individual maupun kolektif.20

Kelompok ayat 10

Wasiat kepada kesabaran disamping iman dan amal shaleh selama tujuh

buah surat al-Ashr ini dibacakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam setiap

pertemuan dengan siapapun.21

Kelompok ayat 11

Berjihad dengan harta benda dan jiwa demi kemerdekaan Indonesia dari

penjajahan, penindasan, kebodohan dan kemerosotan moral. Jihad adalah

perjuangan meraih sukses hidup di dunia-akhirat dengan selalu menguji kesabaran

dan pahit getirnya perjuangan. Perjuangan yang sungguh-sungguh belum tentu

berhasil, dilakukan tanpa henti, simultan apalagi bila tanpa adanya upaya

secukupnya. Oleh karena itu, jihad dalam hal ini bila tidak seluruhnya dibenarkan,

sekali waktu juga harus dengan menggunakan jiwa raga dan persenjataan bila

perlu.22

Kelompok ayat 12

Masuk dan berada dalam Islam secara penuh. Penyerahan total manusia

kepada Allah itu menjadi syarat mutlak bagi kehidupan umat beragama secara

mutlak seperti yang telah dilakukan nabi Ibrahim, Muhammad dan para sahabat

besar terdahulu.23

Kelompok ayat 13

Berbuat kebajikan kepada seluruh isi alam. Berbuat kebajikan, al-birr,

berarti iman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan beberapa nabi. Al-Birr,

juga berarti memberikan harta yang dicintainya kepada sanak kerabat, anak yatim,

20

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 452 21

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 454 22

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 455 23

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 457

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

39

fakir miskin, ibn sabil para peminta-minta, pembebasa budak. Mendirikan shalat,

membayar zakat, menepati janji, sabar dan lapang dada dari kesempitan.24

Kelompok ayat 14

Perbuatan manusia diikuti oleh balasan kebajikan maupun keburukan

diakherat, al-Qari‟ah, ketika dimaknai “hari kiamat” memberikan konteks bahwa

di ujung kehidupan dunia ini ada lagi kehidupan dunia ini ada lagi kehidupan

yang abadi sebagai tempat menerima sebagai tempat menerima upah kebajikan

maupun keburukan ketika hidup di dunia.25

Kelompok ayat 15

Beramal merupakan kelanjutan dari perbuatan lisan dan pemahaman.

Pemahaman tentang kebenaran, termasuk iman, dimulai dari kesadaran diri

sehubungan dengan perintah-perintah Allah yang harus dikerjakan dan larangan-

larangan Allah yang harus ditinggalkan.26

Kelompok ayat 16

Menjaga diri dari api neraka, tidak boleh lupa melaksanakan kewajiban

dan meninggalkan laranganya baru menyuruh orang lain. Jika hanya pandai

menyuruh tanpa bisa melaksanakannya sendiri, sebenarnya ia lupa diri mengikuti

kesenangan duniawi dan hawa nafsu.27

Kelompok ayat 17

Surat al-Hadid ayat 16. Sudah waktunya mengingat Allah dengan khusyu‟

dalam dzikir, fakir, dan tindakan K.H. Ahmad Dahlan terbebani dengan

pertanyaan-pertanyan yang diajukan oleh al-Qur‟an tersebut dan dicoba dengan

menjatuhi zaman yang terjadi saat beliau hidup.28

24

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 458 25

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 458-459 26

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 459 27

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 460 28

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 461

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

40

4. Kontribusi pendidikan K.H. Ahmad Dahlan terhadap masyarakat

Banyak aktivitas yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan dalam hubungannya

dengan pendidikan Islam. Aktivitas K.H. Ahmad Dahlan tersebut antara lain:

1. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut

mestinya.

Umumnya masjid-masjid dan langgar-langgar di Yogyakarta menghadap

Timur dan orang-orang shalat menghadap kearah Barat lurus. Padahal kiblat yang

sebenarnya menuju ka‟bah dari tanah Jawa haruslah miring ke Utara kurang-lebih

24 derajat dari sebelah Barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falak

itu. Orang tidak boleh menghadap kiblat menuju barat lurus, melainkan harus

miring ke Utara kurang-lebih 24 derajat. Oleh sebab itu, K.H. Ahmad Dahlan

mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supaya menuju kearah kiblat yang

betul. Perubahan yang diadakan oleh K.H. Ahmad Dahlan itu mendapat

tanmtangan keras dari pembesar-pembesar masjid dan kekuasaan kerajaan.

2. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan populer bukan saja

di pesantren.

Melainkan ia pergi ketempat-tempat lain dan mendatangi berbagai

golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa K.H. Ahmad Dahlan adalah bapak

Mubalig Islam di Jawa Tengah. Sebagaimana Syekh M. Jamil Jambek sebagai

bapak Mubaligh di Sumatera Tengah.29

3. Membebaskan masyarakat Islam dari khurafat, bid‟ah, dan tahayul

K.H. Ahmad Dahlan hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Zaman itu merupakan zaman peralihan artinya, kebiasan hidup pada abad ke-19

yang sudah berlalu, ternyata masih berlaku. Pandangan dan kebiasaan pada abad

29

Hamdani Ihsan dan H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka

Setia 2007). H. 276

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

41

ke-20 yang merupakan zaman baru, sudah mulai tampak dan berkembang dalam

masyarakat.30

Pada tahun 1902, ketika K.H. Ahmad Dahlan berusia 34 tahun, ia

berangkat untuk kedua kalinya ke Makkah. Ketika itu beliau hanya bermukim dua

tahun. Tetapi, waktu pendek itu beliau pergunakan dengan secermat-cermatnya.

Kepergiannya ke Tanah Suci itu untuk memperkuat pendiriannya dalam

pembaharuan pengalaman agama Islam.\Diyakini, bahwa selama tinggalnya di

kota suci Makkah itulah Ahmad Dahlan bertemu dengan ide-ide pembaruan Islam

yang dipelopori Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.31

Pada tahun 1904 K.H. Ahmad Dahlan pulang ketanah air. Hati dan

pikirannya penuh semangat untuk segera membebaskan masyarakat Islam

Indonesia dari berbagai hambatan, seperti kebekuan, kemandekan, dan

kemunduran yang merugikan. 32

4. Mengajar

K.H. Ahmad Dahlan mendirikan persyerikatan Muhammadiyah secara

bertahap dan berencana. Mula-mula K.H. Ahmad Dahlan mempraktikan dahulu

apa yang selalu dikemukakannya. K.H. Ahmad Dahlan selalu menganjurkan agar

pengajaran agama meninggalkan cara lama dan memulai cara baru dan para Kiai

giat mendatangi murid dan tidak hanya menunggu datangnya santri di pesantren

atau suraunya. K.H. Ahmad Dahlan memberi contoh langsung mengajar dasar

agama Islam diberbagai sekolah negeri, seperti Sekolah Guru (Kweekschool) di

Jetis, Yogyakarta, dan sekolah Pamong Praja atau Osvia (Opleiding School Voor

Inlandsche Ambtenaren).

30

Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan

Perjuangan,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya 1999), h. 14 31

Abuddin Nata,Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,(Jakarta: Raja

Grapindo Persada) h. 99 32

Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo , K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan

Perjuangan, h. 37

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

42

K.H. Ahmad Dahlan sengaja mengajar para pemuda dan terutama para

pelajar karena mereka di masa depan akan menjadi pemimpin bangsa.33

5. Mendirikan Organisasi

Dalam membahas gerakan pembaruan pendidikan Islam di Jawa dan

Indonesia pada umumnya, gagasan utama K.H. Ahmad Dahlan tidak dapat

dipisahkan dari motivasi didirikannya Muhammadiyah, terutama dengan gagasan

pembaruan organisasi tersebut. Dalam usaha yang dilakukan Dahlan untuk

memasukan pendidikan keagamaan kedalam sekolah sekuler Barat bersamaan

dengan usaahanya memasukan materi pengajaran umum ke pesantren serta

usahanya untuk merintis lembaga pendidikan madrasah. Melalui usaha-usahanya

itu Dahlan mencita-citakan terbentuknya integrasi aqidah dan intelektual dalam

diri anak didik.

Gagasan pembaruan Pendidikan Dahlan itu erat kaitanya dengan gagasan

Muhammadiyah yang lahir dari persoalan adanya kenyataan tentang problematika

pendidikan di kalangan orang pribumi yaitu terjadinya keterbelakangan

pendidikan yang akut karena adanya dualisme model pendidikan yang masing-

masing memiliki akar dan kepribadian yang bertolak belakang. Di satu pihak,

pendidikan Islam yang berpusat di pesantren mengalami kemunduran karena

terisolasi dari perkembangan pengetahuan dan perkembangan masyarakat modern,

di pihak lain sekolah model Barat bersifat sekuler dan a-nasional, mengancam

kehidupan batin para pemuda pribumi karena di jauhkan dari agama dan budaya

negerinya.

Melihat kenyataan itu Dahlan berusaha untuk melakukan reformulasi

gagasan tentang pendidikan dan melakukan reformulasi teknik dalam bidang

pendidikan. Keinginan Dahlan dalam bidang pendidikan berkembang selama

mengajar di pondoknya setelah pulang dari Makkah pada tahun 1905, kemudian

di dorong dengan berdirinya organisasi Muhammadiyah. Gagasan Dahlan tentang

pembaruan bidang pendidikan sangat didorong oleh ajaran agama. Sebagaimana

33

Mardanas Safwan dan Sutrisno Kutoyo, K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup dan

Perjuangan, h. 41

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

43

telah kita ketahui, ayat Al-Qur‟an yang pertama kali diwahyukan Allah kepada

Muhammad dimulai dengan kata “Iqra”, yang artinya “bacalah”.34

Upaya mewujudkan visi, misi dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut

diatas dilaksanakanlah lebih lanjut melalui organisasi Muhammadiyah yang

didirikannya. Salah satu program unggulan organisasi ini adalah bidang

pendidikan.35

Dari sudut pandang keagamaan sesungguhnya pendirian Muhammadiyah

yang dipetik dari gagasan asli Dahlan adalah:

1. Pendidikan Moral/ akhlaq, yaitu sebagai usaha menanamkan karakter

manusia yang baik berdasarkan Al-Qur‟an dan Sunnah

2. Pendidikan individual, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan

kesadaran individual yang utuh, yang berkesimbangan antara

perkembangan mental dan jasmani, antara keyakinan dan intelektual,

antara perasaan dengan akal fikiran, serta antara dunia dengan akhirat.

3. Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan

kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.36

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi K.H. Ahmad Dahlan mendirikan

Muhammadiyah ini:

1. Umat Islam tidak memegang tuntunan Al-Qur‟an dan hadits sehingga

menyebabkan perbuatan syirik, bid‟ah, khurafat semakin merajalela

serta mencemarkan kemurnian ajarannya.

2. Keadaan umat Islam sangat menyedihkan akibat penjajahan

3. Kegagalan institusi pendidikan Islam untuk memenuhi tuntutan

kemajuan zaman merupakan akibat dari mengisolasi diri

4. Persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat lemahnya organisasi

Islam yang ada

5. Munculnya tantangan dari kegiatan misi Zending yang dianggap mengancam

masa depan umat Islam.37

34

Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Departemen Agama RI, I982), h. 359. 35

Abuddin Nata,Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja

Grapindo Persada) h. 103 36

MT Arifin, Gagasan Pembaruan Muhammadiyah, op. cit. h. 205-206. 37

Hasbullah, dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada). Edisi revisi

h. 270-271

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

44

BAB IV

PERBANDINGAN KONSEP PENDIDIKAN ISLAM MENURUT K.H.

HASYIM ASY’ARI DAN K.H. AHMAD DAHLAN

A. Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad

Dahlan

1. Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari

Pemikiran kependidikan seseorang atau suatu aliran dipengaruhi secara

kuat oleh pandangannya tentang manusia. Meskipun semua pemikir atau semua

aliran mengakui peranan sentral manusia dalam proses pendidikan, tetapi satu

sama lain cenderung memperlihatkan perbedaan dalam memandang siapakah

manusia itu. Atas dasar pandangan masing-masing mengenai aspek yang satu ini,

setiap pemikiran kemudian memberikan tekanan dan corak yang berbeda pula

dalam memandang dan merumuskan aspek-aspek lain dalam pendidikan,

termasuk aspek peserta didik.1 Untuk berusaha menjawab asumsi diatas ternyata

yang ditemukan dalam konsep K.H. Hasyim Asy’ari adalah sama-sama

menyajikan tentang Ulama. Mereka sama-sama berpendapat bahwa ulama sebagai

simbol manusia secara umum dijadikan tipologi makhluk terbaik (khair al-

bariyyah), sehingga derajatnya setingkat lebih rendah di bawah nabi. Alasan yang

1 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari., (Jakarta: Lekdis, 2005), h. 60-

61

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

45

paling mendasar adalah karena ulama sangat dekat (taqwa) dan yang paling takut

(khasyyah) kepada Allah SWT. Selain itu, K.H. Hasyim Asy’ari memaparkan

tingginya penuntut ilmu dan ulama dengan mengetengahkan dalil bahwa Allah

mengangkat derajat orang yang berilmu dan beriman.2

Pemikiran pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dapat dimasukan kedalam

garis mazhab Syafi’iyyah. Bukti kuat untuk menunjukan hal itu adalah K.H.

Hasyim Asy’ari sering kali mengutip tokoh-tokoh Syafi’iyyah, ternasuk imam

Syafi’i sendiri, ketimbang tokoh-tokoh mazhab lain. Menurut Abd al- Muidz

Khan, dengan mengungkapkan ide-ide tokoh mazhab yang dianutnya, hampir

dapat dipastikan itu memberi pengaruh terhadap pemikiran kependidikannya.3

Bagi K.H. Hasyim Asy’ari, keterpengaruhan dirinya terhadap tokoh-tokoh

mazhab Syafi’iyyah agaknya dimungkinkan oleh faktor pengalaman pendidikan,

terutama sebelum keberangkatannya ke Makkah. Sebagaimana tergambarkan

didalam biografi K.H. Hasyim Asy’ari, ia pada mulanya memperoleh pendidikan

keagamaan dari ayahnya, Abd al-Wahid, dan beberapa kyai pesantren di Jawa.

Beberapa kyai itu merupakan penganut mazhab Syafi’i. Dengan demikian, K.H.

Hasyim Asy’ari menganut mazhab Syafiiyah itu sangat dimungkinkan.

Kecenderungan lain dalam pemikiran K.H. Hasyim Asyari adalah

mengetengahkan nilai-nilai estetika yang bernafaskan sufistik. Kecendrungan

kedua tokoh ini dapat terbaca dalam gagasannya, misalnya dalam tujuan menuntut

ilmu dan aspek lainnya. Untuk sekedar meyakinkan hal itu dapat dikemukakan

bahwa bagi k.H. Hasyim Asyari, keutamaan ilmu yang sangat istimewa adalah

bagi orang yang benar-benar Lillahi Taala. Kemudian, ilmu dapat diraih jika jiwa

orang yang mencari ilmu tersebut suci dan bersih dari segala sifat yang jahat dan

aspek-aspek keduniawian.

Kecendrungan ini merupakan wacana umum bagi literatur-literatur kitab

kuning yang tidak bisa dihindari dari persoalan-persoalan sufistik yang secara

umum merupakan bentuk replikasi atas prinsip-prinsip sufisme al-Ghazali.

2 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 65-66

3 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 60-61

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

46

Terbukti bahwa konsep-konsep yang ditawarkan al-Ghazali terutama dalam

karyanya, Ihya’ Ulum al-Din. 4

Bagi K.H. asyim Asy’ari, ilmu pengetahuan itu lebih ditekankan pada

klasifikasi ilm’ fardlu ’ain. Yang menurutnya terbagi ke dalam empat macam.

Pertama, ilmu pengetahuan dzatiyah ketuhanan, yakni suatu ilmu pengetahuan

yang mampu meyakinkan bahwa Allah itu ada (maujud), dahulu (qadim), dan

kekal (baqi). Kedua, ilmu pengetahuan shifatiyah ketuhanan, suatu ilmu

pengetahuan yang mampu meyakinkan bahwa Allah itu berkuasa (qudrah),

berkehendak (iradah), mengetahui (’ilm), hidup (hayat), mendengar (sama),

melihat (bashar), dan bicara (kalam). Ketiga, ilmu pengetahuan fiqh, yaitu ilmu

pengetahuan yang mampu memberi pemahaman tentang tata cara ibadah secara

eksoterik. Keempat, ilmu ahwal dan maqamat serta Ilmu pengetahuan tentang

kondisi jiwa. Ilmu terakhir agaknya lebih merujuk pada ilmu tashawuf.

Sungguhpun sistem klasifikasi ilmu pengetahuan ini relatif berbeda,

namun agaknya sebagaimana pengakuan K.H. Hasyim Asy’ari klasifikasi itu

merujuk pada pendapat Imam al-Ghazali. Dengan demikian, yang menjadi sumber

rujukan dalam pembagian ilmu pengetahuan oleh K.H. Hasyim Asy’ari adalah

Imam al-Ghazali. 5

2. Pendidikan Islam Menurut K.H. Ahmad Dahlan

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

kehidupan manusia. John Dewey mengatakan, bahwa pendidikan sebagai salah

satu kebutuhan, fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang

mempersiapkan dan membukakan serta membukakan disiplin hidup. Pernyataan

ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhananya suatu

komunitas tersebut akan ditentukan aktivitas pendidikan didalamnya. Sebab

pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia.6

Pengertian pendidikan, banyak sekali para ahli yang memberi batasannya,

tetapi paling tidak, secara umum, berarti pendidikan suatu proses pengubahan

4 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 61-63

5 Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 64

6 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Raja Grapindo Persada

1996),cet. 2, h. 67

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

47

sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses

perbuatan,dan cara-cara mendidik. Secara khusus, penggunaan istilah pendidikan

Islam dalam konteks ini berarti proses pentransferan nilai yang dilakukan oleh

pendidik, yang meliputi proses pengubahan sikap dan tingkah laku serta kognitif

peserta didik, baik secara kelompok maupun individual kearah kedewasaan yang

optimal melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga diharapkan peserta

didik mampu mempungsikan dirinya sebagai hamba maupun khalifah fil ard

dengan tetap berpedoman pada ajaran Islam.7

Secara terminologis, menurut Mohammad Labib an-Najihi, pemikiran

pendidikan Islam adalah aktivitas pikiran yang teratur dengan mempergunakan

metode filsafat. Pendekatan tersebut dipergunakan untuk mengatur,

menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem yang

integral.

Dengan berpijak pada devinisi diatas, yang dimaksud dengan pemikiran

pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan qolbu yang dilakukan

secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam

pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan

yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik

secara paripurna. Melalui upaya ini diharapkan agar pendidikan yang ditawarkan

mampu berapresiasi terhadap dinamika peradaban modern secara adaptik dan

proporsional, tanpa harus melepaskan nilai-nilai Illahiyah sebagai nilai dari warna

dan nilai kontrol. Melalui pendekatan ini dimungkinkan akan menjadikan

pendidikan Islam sebagai sarana efektif dalam mengantarkan peserta didik sebagai

insan intelektual dan insan moral secara kaffah.8

Pendidik adalah orang yang mampu memahami kitab-kitab keagamaan

yang sulit dan mampu mengajarkan kepada pihak lain.9

7 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah,2009), cet. 1 h. 3

8 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, cet. 1, h. 3-4

9 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, cet. 1, h. 13

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

48

Format pembaharuan dalam Islam perserikatan Muhammadiyah dalam

bidang pendidikan Islam, tercermin dan dapat dilihat dari ide-ide dasar yang

merupakan cita-cita penyelenggaraan pendidikan, seperti yang dituturkan

pendirinya yaitu konsepsi kyai intelek dan intelek kyai kepada beberapa muridnya

ia menegaskan dengan kata-kata:

”Dadiyo Kyai sing kemajuan, lan kanggo Muhammadiyah”Yang artinya,

jadilah ulama yang berpikir maju, dan jangan berhenti untuk kepentingan

pengabdian kepada organisasi Muhammadiyah.

Konsep tentang kyai intelek dan intelek kyai sebagai tujuan yang hendak

dicapai dari produk pendidikan Muhammadiyah, mengandung maksud bahwa

pendidikan diarahkan dalam pembentukan manusia muslim yang sempurna baik

budi pekertinya, patuh dan alim dalam melaksanakan ajaran agamanya, luas

dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan dan bersedia berjuang

untuk kemajuan masyarakatnya.

Sebagi organisasi dakwah dan pendidikan, persyarikatan Muhammadiyah

mengharapkan agar dapat membentuk manusia muslim yaitu manusia yang

beridentitas Islam dengan ciri khas dapat mengamalkan ajaran Islam yang

bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Tujuan penyelenggaraan pendidikan dikalangan persyarikatan

Muhammadiyah adalah mernanamkan semangat Islam (spirit of Islam) dalam

nuansa wawasan keilmuan (science). Sehingga hasil dari pendidikan

Muhammadiyah adalah manusia-manusia yang berhati penuh dengan iman dan

taqwa.10

B. Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan Ahmad

Dahlan

1. Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari

Kurikulum secara garis besarnya dapat diartikan dengan seperangkat

materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan

10

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI Uhamka,

2009). Cet 1. h. 358-359

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

49

tujuan pendidikan yang akan dicapai. Oleh karena itu materi kurikulum akan

selalu mengalami perubahan dari masa kemasa. Bahkan untuk setiap bangsa yan

mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda, akan memiliki kurikulum

pendidikan yang berbeda pula. Menurut K.H. Hasyim Asy’ari materi-materi ilmu

pengetahuan yang dipelajari secara hirarkis adalah sebagai berikut: al-Qur’an,

tafsir, hadist, Ulumul Hadist, Ushul Fiqih, Nahwu, dan Sorrof. Penyajian materi

demikian sesungguhnya selaras dengan perkembangan pemikiran kependidikan

kontemporer. Sayyid Naquib al- Attas, misalnya, memaparkan bahwa ilmu

pengetahuan terbagi menjadi dua: Pertama, adalah ilmu dasar untuk pembinaan

jiwa, dan ilmu perlengkapan yang digunakan untuk kepentingan dirinya didunia

guna memenuhi tujuan-tujuannya yang pragmatis. Materi al-Qur’an, Hadist, dan

ilmu keagamaan lainnya merupakan materi inti dalam pembentukan jiwa dan

kepribadian manusia yang merupakan jenis pengetahuan yang pertama. Sayyid

Naqaib al-Attas, penggagas islamisasi ilmu pengetahuan dari Malaysia,

menyatakan: ”the holy Qur’an, the Sunnah, The Shariah, Ilmu al-Ladunni and

Hikmah are the essential ellements of the first kind of knowledge”. Kitab suci al-

Qur’an, al-Hadist, Syariah, ilmu al-Ladunni, dan hikmah adalah unsur-unsur

esensial dari pengetahuan macam pertama itu. Bahkan ditegaskan” the holy

Qur’an, the knowledge, par ekselence. Al-Qur’an adalah pengetahuan paling baik.

Jika dilahat dari aspek kandungan dalam kontek pemikiran kependidikan K.H.

Hasyim Asyari, secara esensial dapat disimpulkan bahwa peserta didik harus

mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kesatuan aksi yang menjunjung

tinggi nilai-nilai ahlak yang luhur secara integratif. 11

Bagi K.H. Hasyim Asy’ari, kurikulum yang penting dan mulia haruslah

didahulukan ketimbang kurikulum lainnya. Ini artinya bahwa peserta didik dapat

melakukan kajian terhadap kurikulum secara hirarkis.

Dalam pada itu, K.H. Hasyim Asy’ari memprioritaskan kurikulum al-

Qur’an daripada lainnya. Mengedepankan kurikulum al-Qur’an ini agaknya tepat.

Sebab, sebagaimana pendapat Muhammad Faisal Ali Sa’ud, kurikulum al-Qur’an

merupakan ciri yang membedakan antara kurikulum pendidikan Islam dengan

11

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 76-77

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

50

kurikulum pendidikan lain. Hal ini dikuatkan oleh Muhammad Fadhil al-Jamili

bahwa ”al-Qur’an al-Karim adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filsafat

pendidikan dan pengajaran bagi umat Islam. Sudah seharusnya kurikulum

pendidikan Islam disusun sesuai dengan al-Qur’an al-Karim, dan ditambah

dengan al-Hadits untuk melengkapinya.12

2. Kurikulum Pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan

Pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para ahli sangat bervariasi,

tetapi dari beberapa definisi itu dapat ditarik benang merah, disatu pihak ada yang

menekankan pada isi pelajaran atau mata kuliah, dan dilain pihak lebih

menekankan pada proses pengalaman belajar.

Pengertian yang lama tentang kurikulum lebih menekankan pada isi

pelajaran atau mata kuliah, dalam arti sejumlah mata pelajaran disekolah atau

perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tungkat

juga keseluruhan mata pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan.

Menurut al-Syaibany terbatas pada pengetahuan yang dikemukakan oleh guru atau

institusi pendidikan dalam bentuk pelajaran atau kitab karya ulama terdahulu,

yang dikaji begitu lama oleh peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya.13

Definisi yang tercantum dalam undang-undang Sisdiknas No. 2/ 1989. Definisi

kukrikulum yang tertuang dalam undang-undang sisdiknas no 20/2003

dikembangkan kearah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.14

Dengan

demikian, ada tiga komponen yang termuat dalam kurikulum, yaitu tujuan, isi dan

bahan pelajaran, serta cara pembelajaran, baik yang berupa strategi pembelajaran

maupun evaluasinya.

Pendidikan yang dikembangkan persyarikatan Muhammadiyah tidak

hanya menitik beratkan segi-segi moral dan keagamaan saja, akan tetapi juga

12

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 101-102 13

Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agam Islam Di Sekolah, Madrasah,

Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 1-2. 14

Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agam Islam Di Sekolah, Madrasah,

Perguruan Tinggi, h. 2

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

51

mengembangkan kecerdasan, intelektual. Oleh karena itu, muatan kurikiulum

dalam sekolah Muhammadiyah lebih memberikan muatan yang lebih besar

kepada ilmu-ilmu umum, sedangkan dalam aspek keagamaan minimal alumni

sekolah Muhammadiyah dapat melaksanakan shalat lima waktu, dan shalat-shalat

suanatnya, membaca kitab suci al-Qur’an dan menulis huruf Arab mengetahui

prinsip-prinsip akidah dan dapat membedakan bid’ah, khurafat, syirik dan muslim

yang muttabi’ dalam pelaksanaan ibadah.

Jalur pendidikan yang dikembangkan warga Muhammadiyah meliputi

jalur sekolah atau madrasah dan jalur luar sekolah. Jalur sekolah yang terdiri dari

Madrasah Muallimin Muhammadiyah dan sekolah umum dengan menambah

pelajaran agama Islam berkisar antara 10-15 % dalam kurikulumnya.

Sedangkan jalur luar sekolah diselenggarakan kursus-kursus yang khusus

memberikan pelajaran agama Islam, seperti kursus Mubalighin, Wustho

Muallimin, Zu’ama, Zaimat dan majlis-majlis taklim.

Lembaga pendidikan madrasah yang sebelumnya merupakan pondok

pesantren Muhammadiyah memberikan pelajaran agama dan ilmu umum secara

bersama-sama. Adapun pendidikan agama yang diajarkan terutama yang

bersumber dari kitab-kitab fiqih dari madzhab Imam Syafi’i, ilmu tasawuf

karangan Imam Ghazali, tauhid dari kitab Risalah Tauhid dan kitab Tafsir Jalalain

dan tafsir al-Manar. Sedangkan pengetahuan umum meliputi ilmu sejarah, ilmu

hitung, menggambar, bahasa Melayu, bahasa Belanda dan bahasa Inggris.15

C. Metode Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H.

Ahmad Dahlan

1. Metode Pendidikan Islam Menurut K.H. Hasyim Asy’ari

Metode belajar bagi peserta didik yang ditawarkan oleh K.H. Hasyim

Asyari adalah metode hapalan. Metode ini lebih diprioritaskan ketimbang dengan

metode lain, seperti diskusi. Sebagaimana dikatakan oleh kiayi H. Hasyim Asyari

bahwa hapalan adalah sangat penting dalam peroses pembelajaran, sebab ilmu

15

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 370-371

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

52

didapat bukan dari catatan-catatan di buku, karena hal demikian mempunyai

dampak yang kurang baik. Agaknya penekanan metode belajar pada hapalan ini

selain sebagai salah satu karakteristik tradisi Syafiiyah juga menjadi salah satu ciri

umum dalam pendidikan tradisi Islam. Menurut Asma Hasan Fahmi, hal ini ”

disebabkan karena keterpengaruhan dalam masa yang sangat panjang dengan apa

yang terjadi pada masa Islam yang pertama, dimana orang berpegang lebih

banyak kepada hapala daripada tulisan, karena sedikitnya orang yang mengetahui.

Sebagai mana diketahui bahwa orang arab sangat terkenal daya hapalan dan daya

ingat sebagai akibat dari latihan dan peraktek sepanjang hidup mereka”.

Metode hapalan memang kurang memberi kesempatan kepada akal untuk

mendaya gunakan secara maksimal dalam penajaman proses berfikir. Namun,

disisi lain, hapalan sesunggunya menantang kemampuan memori akal untuk selalu

aktif dan konsentrasi denga pengetahuan yang didapat.16

Setelah menyimak kurikulum Pendidikan Islam, agaknya perlu diketahui

bagaimana cara menerapkan pendidikan itu sendiri, hingga materi kurikulum yang

dapat diberikan dapat ditransferkan kepada anak didik. Materi yang baik bukan

merupakan jaminan bagi keberhasilan pendidikan. Dapat saja materi kurikulum

yang baik akan berakibat buruk bagi anak didik, jika dalam pelaksanaan

pendidikan digunakan metode yang keliru.17

Metode dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pelajaran

kepada anak didik. Muhammad al-Toumy al-Syaibany mengemukakan beberapa

pendapat para ahli pendidikan Islammengenai definisi metode ini.

Muhammad Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai jalan yang

kita ikuti untuk memberi paham kepada murid-murid dalam segala macam

pelajaran, dalam segala mata pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat

untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas, dan kita terapkan dalam kelas selama

kita mengajar dalam kelas itu. Prof. Abd al-Rahim Ghunaimah menyebut metode

sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikansesuatu kepada anak

didik. Adapun Edgar Bruce Wesley mendefinisikan metode sebagai kegiatan yang

16

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari, h. 82-84 17

Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grapindo

Persada 1996),cet. 2, h. 52

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

53

terarah bagi guru yang menyebabkan proses belajar mengajar, hingga pengajaran

menjadi berkesan (Mohammad al-Toumy al-Saibany).18

Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyodorkan pembagian metode

dalam pendidikan Islam, yakni metode yang umumnya pernah digunakan dalam

pendidikan Islam, antara lain:

a. Metode induksi (pengambilan kesimpulan)

b. Meode Perbandingan (Qiyasiyah)

c. Metode Kuliah

d. Metode Dialog dan Perbincangan

e. Metode Halaqah

f. Metode Riwayat

g. Metode Mendengar

h. Metode Membaca

i. Metode Imla’

j. Metode Hapalan

k. Metode Pemahaman

l. Metode Lawatan untuk menuntut ilmu.

Uraian diatas menunjukan bahwa metode pendidikan Islam memiliki sifat

yang luwes, sesuai dengan kebutuhan anak didik dan lingkungan zamannya.

Namun demikian, yang menjadi pertimbangan pokok, adalah sumbernya tak dapat

dilepaskan dari falsafah pendidikan Islam. Metode pendidikan Islam disusun atas

dasar pertimbangan sumber.19

2. Metode pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan

Sejauh ini penulis tidak menemukan metode pendidikan menurut Dahlan.

Pendidikan Islam memiliki dampak yang sangat besar dalam menciptakan dan

menemukan metode pengajaran. Hal ini bisa dibuktikan, dari munculnya metode

ceramah dan metode munadharah (dialogis) dalam pengajaran yang diciptakan

para ulama muslim; dan dengan metode ini bisa dilakukan penyesuaian tingkat

kemudahan materi pelajaran, agar sesuai dengan kemampuan intelektualitas

18

Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, h. 52-53 19

Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, h. 53

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

54

murid.20

Pendidikan Islam memiliki dampak yang sangat besar dalam

menciptakan dan menemukan metode pengajaran. Hal ini bisa dibuktikan, dari

munculnya metode ceramah dan metode dialogis dalam pengajaran yang

diciptakan para Ulama muslim dan dengan metode ini bisa dilakukan penyesuaian

tingkat kemudahan materi pelajaran, agar sesuai dengan kemampuan

intelektualitas murid. Pertama Ibnu Kholdun dan al-Abdari, yang termasuk filosof

muslim, telah menciptakan langkah-langkah pengajaran yang harus dilakukan

para guru. Langkah tersebut diantaranya adalah guru hendaknya menguasai materi

pelajaran yang akan diajarkan secara sempurna, sehingga dapat menjelaskan

berbagai perbedaan pendapat kepada murid, kemudian menjelaskan pendapat

dirinya dalam masalah yang berbeda-beda tadi. Baru setelah itu, ia harus

memberikan peluang kepada muridnya untuk bertanya dan berdialog sebagaimana

yang mereka inginkan.

Metode dialog itu merupakan hasil penting dari hasil pendidikan Islam.

Metode tersebut telah tersebar di berbagai pendidikan Islam, karena ia dianggap

sebagai sarana yang paling penting untuk menciptakan suasana yang

menyenangkan, menciptakan kebebasan dalam berpikir dan berpendapat,

kebebasan dalam berkomunikasi, memperluas wawasan, cekatan dalam berpikir

dan teguh pendirian. Metode tersebut diatas, telah ditunjukkan oleh tokoh-tokoh

Islam dengan memberikan pengetahuan yang mudah dalam satu pelajaran, dengan

memperhatikan perbedaan-perbedaan kemampuan dan kecendrungan individu

diantara anak. Damun demikian, materi yang mudah tadi juga harus

mempertimbangkan kesesuaian dengan kecendrungan anak, sangat bertalian

dengan kehidupannya, dan memperjelas pemahaman anak terhadap

lingkungannya. 21

20

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 60-61 21

Athiyah al-Abrasyi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Titian Ilahi

Press, 1996), cet.ke- 1, h. 52-54.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

55

D. Relevansi pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Ahmad Dahlan

pada masa sekarang

Pendidikan Islam pada periode sebelum Indonesia merdeka ditandai

dengan munculnya dua model pendidikan, yaitu pertama, pendidikan yang

diberikan oleh sekolah-sekolah Barat yang sekuler dan tidak mengenal ajaran

agama; dan kedua, pendidikan yang diberikan oleh pondok pesantren yang hanya

mengenal agama saja.

Hasil penelitian Steenbrink menunjukan bahwa pendidikan kolonial

tersebut sangat berbeda dengan pendidikan Islam Indonesia yang tradisional,

bukan saja dari segi metode, tetapi lebih khusus dari segi isi dan tujuannya.

Pendidikan yang dikelola oleh Belanda khususnya berpusat pada pengetahuan dan

ketrampilan duniawi, yaitu pendidikan umum. Adapun lembaga pendidikan Islam

lebih menekankan pada pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi

penghayatan agama. 22

Pada tingkat permulaan, isi pendidikan Islam meliputi belajar membaca

al-Qur’an, praktik sholat, pelajaran ketuhanan, fiqih, dan ushul fiqih. Menurut

Mahmud Yunus, bahwa isi pendidikan Islam pada pondok pesantren meliputi

pengajian al-Qur’an, ilmu nahwu, sharaf, fiqih dengan kitab ajurmiah, matan bina,

fathul qorib, dan sebagainya.

Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah melestarikan dan

mempertahankan nilai-nilai Ilahi dan insani sebagaimana terkandung dalam kitab-

kitab ulama terdahulu. Fungsi tersebut melekat pada setiap komponen aktivitas

pendidikan Islam. Hakikat tujuan pendidikan Islam adalah terwujudnya

penguasaan ilmu agama Islam sebagaimana tertuang dalam kitab-kitab ulama

terdahulu serta tertanamnya perasaan beragama yang mendalam dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bersamaan dengan lahirnya madrasah-madrasah berkelas yang muncul

sejak tahun 1909. menurut penelitian Mahmud Yunus, pendidikan Islam yang kali

pertama memiliki kelas dan memakai bangku, meja, dan papan tulis ialah

madrasah Adabiah di padang. Madrasah Adabiyah merupakan madrasah pertama

22

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam,(Jakarta: Amzah 2009), cet. 1, h.12

Page 49: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

56

di Minangkabau, bahkan di seluruh Indonesia, yang didirikan oleh Syeh Abdullah

Ahmad pada tahun 1909.23

Hasil penelitian Wirjosukarto menunjukan bahwa Pondok Muhammadiyah

yang berdiri sekitar tahun 1920 telah menggunakan system penyelenggaran

pendidikan modern yang berbeda dengan pondok pesantren lama. Perbedaan

tersebut dapat dilihat dari enam aspek, yaitu pertama, cara mengajar dan belajar,

untuk pesantren lama menggunakan system sorogan dan weton yang hasilnya

dianggap kurang efisien, sedangkan dipondok Muhammadiyah dipergunakan

system klasikal dengan cara-cara Barat yang hasilnya lebih efisien. Kedua, bahan

pelajaran, pada pesantren lama hanya masalah agama semata dan kitab-kitab

karya pembaru tidak digunakan, ssedangkan dipondok Muhammadiyah bahan

pelajaran tetap agama, tetapi juga diajarkan ilmu pengetahuan umum, kitab-kitab

agama dipergunakan secara luas, baik karya ulama klasik maupun ulama modern.

Ketiga, rencana pelajaran, pada pesantren lama belum ada rencana pelajaran yang

teratur dan integral, sedangkan di pondok Muhammadiyah sudah diatur dengan

rencana pelajaran sehiongga efisiensi belajar terjamin. Keempat, pendidikan

diluar waktu-waktu belajar, pada pesantren lama waktu belajar terlalu bebas dan

kurang terpimpin, sedangkan dipondok Muhammadiyah diselenggarakan dalam

asrama yang terrpimpin secara teratur. Kelima, pengasuh pada pesantren lama

para pengasuh diliputi oleh alam pikiran lama, sedangkan dipondok

Muhammadiyah terdiri atas para ulama yang menganut alam pikiran modern.

Keenam, hubungn guru dan murid, pada pesantren lama lebih bersifat otoriter dan

kurang demokratis, sedangkan dipondok Muhammadiyah diusahakan suasana

hubungan antara guru dan murid lebih akrab, bebas dan demokratis.

Untuk membangun upaya tarbiyah (pendidikan ummat manusia) tersebut,

khususnya dinegara Indonesia ini. Maka langkah awal yang digagas Dahlan

adalah gigih membina angkatan muda untuk turut bersama-sama melaksanakan

upaya membangun system pendidikan muda Muhammadiyah tersebut, dan juga

untuk meneruskan dan melangsungkan cita-citanya membangun dan memajukan

bangsa ini dengan membangkitkan kesadaran akan ketertindasan dan

23

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, cet. 1, h.13-14

Page 50: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

57

ketertinggalan ummat Islam di Indonesia. Strategi yang dipilihnya untuk

mempercepat dan memperluas gagasannya tentang gerakan pendidikan

Muhammadiyah ialah dengan mendidik para calon pamongpraja (calon pejabat)

yang belajar di OSVIA Magelang dan para calon guru yang belajar di Kweekscool

Jetis Yogyakarta, karena ia sendiri diizinkan oleh pemerintah colonial untuk

mengajarkan agama Islam dikedua sekolah tersebut. Dengan mendidik para calon

pamongpraja tersebut diharapkan akan dengan segera memperluas gagasannya

tersebut, karena mereka akan menjadi orang yang mempunyai pengaruh luas

ditengah masyarakat. Demikian juga dengan mendidik para calon guru yang

diharapkan akan segera mempercepat proses transformasi ide tentang gerakan

dakwah Muhammadiyah, karena mereka akan mempunyai murid yang banyak.

Oleh karena itu, Dahlan juga mendirikan sekolah guru yang kemudian dikenal

dengan Madrasah Muallimin (Kweekscool Muhammadiyah) dan Madrasah

Muallimat (Kweekscool Istri Muhammadiyah). Dahlan mengajarkan agama Islam

dan tidak lupa menyebarkan cita-cita pembaharuannya. 24

Disamping itu K.H. Hasyim Asy’ari yang telah memperkenalkan pola

pendidikan madrasah di lingkungan pesantren Tebuireng Jombang. Pesantren ini

didirikan pada tahun 1899 yang pengajarannya lebih menitikberatkan pada ilmu-

ilmu agama dan bahasa Arab dengan system sorogan dan bandungan ditingkatkan

dengan menggunakan system klasikal yang terkenal dengan system madrasah.

Dengan demikian posisinya yang sangat sentral dalam jaringan pesantren

di Pulau Jawa maka pembaruan yang terjadi di pesantren Tebuireng tersebut cepat

menyebar kepesantren-pesantren lain, seperti di Kediri, Kudus, Cirebon, dan

Banten. Terlebih-lebih setelah pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama pada

tahun 1926 apa yang dilakukan K.H.Hasyim Asy’ari dijadikan model bagi usaha

perkumpulan dalam bidang pendidikan.25

24

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet 1. h. 504-505 25

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, cet. 1, h.14-16

Page 51: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

58

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika dilahat dari aspek kandungan dalam kontek pemikiran kependidikan

K.H. Hasyim Asyari, secara esensial dapat disimpulkan bahwa peserta didik harus

mampu mengaplikasikan pengetahuan dengan kesatuan aksi yang menjunjung

tinggi nilai-nilai ahlak yang luhur secara integratif.

Konsep pendidikan Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah

mengajarkan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab, mulai dari tingkatan rendah

sampai tingkatan tinggi,ini di buktikan dengan di bangunnya pondok Pesantren

Tebuireng yang menghasilkan para ulama besar.

Sedangkan konsep pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah

memasukan pendidikan agama Islam ke dalam sekolah-sekolah yang didirkannya.

Ide Dahlan direalisasikan ketika pada tahun 1911 ia membuka sekolah agama di

Kauman dengan metode Barat, yaitu menggunakan kursi, bangku serta kertas,

walaupun penggunaan metode ini bukanlah yang pertama kali. Namun demikian

atas ide Ahmad Dahlan tersebutlah lembaga pendidikan pada waktu itu mulai

mengikuti metode yang diterapkannya, serta memasukan pendidikan agama Islam

sebagai salah satu mata pelajaran yang harus diikuti oleh setiap peserta didik. Hal

tersebut berlangsung hingga sekarang, dimana lembaga-lembaga pendidikan

umum maupun agama menerapkan metode yang diprakarsai oleh K.H. Ahmad

Dahlan yaitu menggunakan kursi serta meja sebagai sarana penunjang belajar.

Page 52: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

59

B. Saran-saran

1. Penulis menyarankan agar pendidikan agama tidak hanya diutamakan di

pesantren-pesantren tetapi pendidikan agama juga harus mempunyai

kontribusi yang cukup bagi sekolah-sekolah.

2. Untuk para pendidik hendaknya selalu berperan aktif dan bisa menjadi

tauladan dalam menanamkan nilai-nilai religius yang tinggi terhadap para

peserta didik seperti yang telah dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari

maupun K.H. Ahmad Dahlan yang telah melahirkan ulama-ulama besar.

Page 53: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

60

DAFTAR PUSTAKA

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah,2009), cet. 1

al-Abrasyi, Athiyah, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta:

Titian Ilahi Press, 1996), cet.ke- 1

Al-Qothan, Manna, Mabahis Fi Ulum Al-Qur’an, (Mesir: Mansyurat Al-Asyrul

Hadits. T.t)

Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta, Departemen Agama RI, I982)

Arifin, H. M., Ilmu Pendidikan Isalm, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-4

Arifin, H. M., Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991),

cet. Ke-1

Arifin, MT., Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta:Dunia Pustaka,

1987)

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian,

Ashraf, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, (Pustaka Firdaus1996)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka,1991)

Hasbullah, dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta:Raja Grafindo Persada).

Edisi revisi

Ihsan, Hamdani dan Ihsan, H.A. Fuad, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung:

CV Pustaka Setia 2007)

Jalaluddin dan Said, Usman, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Raja Grapindo

Persada 1996),cet. 2

Khalaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: Al-Majelis Al-A’la Al-

Indonesia Li Al- Dakwah Al-Islamiyah, 1972), cet. IX

Khuluq, Lathiful, Fajar Kebangunan Ulama, (LKiS Yogyakarta, 2000)

Mauloeng, Lexy J., Metodologi Pendekatan Kualitatif,(Bandung: Remaja

Rosdakarya,2001)

Page 54: BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Pendidikan Islamrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21742/2... · Hadits merupakan cara yang diteladankan Nabi dalam dakwah Islam yang

61

Muhaimin, Pengembangan kurikulum Pendidikan Agam Islam Di Sekolah,

Madrasah, Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1997), cet. Ke-1

Nata, Abuddin,Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia,

(Jakarta: Raja Grapindo Persada)

Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-dasr Pemikiran Pendidikan Islam,(Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2001), cet. 1

Poerwardarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka,

1991)

Ridjaluddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI

Uhamka, 2009). Cet 1.

Safwan, Mardanas dan Kutoyo, Sutrisno, K.H. Ahmad Dahlan Riwayat Hidup

dan Perjuangan,(Jakarta: Mutiara Sumber Widya 1999)

Sairin Mth, Weinata., Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, (Jakarta, P;ustaka

Sinar Harapan, 1995), Cet. Ke-1

Salam, Yunus, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan, Amal dan Perjuangannya,

(Jakarta, Depot Pengajaran Muhammadiyah, 1968)

Suja, Muhammadiyah dan Pendirinyaa, cet. Ke-2

Suwendi, Konsep Kependidikan KH. M Hasyim Asy’ari., (Jakarta: Lekdis,

2005)

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004)

Syakib, Arsalan Al Amir, Mengapa Kaum Muslimin Mundur,(Jakarta: Bulan

Bintang, 1954)

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), cet.

Ke-2

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia., (Jakarta:

Hidakarya Agung, 1979),cet ke-2