13
7 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Belajar Secara umum, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan nilai perubahan sikap itu bersifat konstan dan membekas. Menurut Slameto (2003:23) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kegiatan belajar, ada beberapa faktor yang terkait agar kegiatan individu benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961:187) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan ( imprinting), dan hambatan (Morgan, 1961:188-194). Uraian faktor-faktor tersebut antara lain: a) Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara satu dengan lainnya. b) Motivasi. Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal. c) Variabilitas. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu masalah, tergantung pada stimulus belajar. d) Kebiasaan. Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan. e) Kepekaan. Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh dan merupakan penentu keberhasilan belajar pula. f) Pencetakan (imprinting) atau merekam. Dalam hal ini, pencetakan berarti semacam proses “memperlihatkan” sesuatu (yang dipelajari) pada kesan atau otak. g) Hambatan. Dalam proses belajar, hambatan tentu terjadi. (Mulyati, 2005:3-4) Menurut Oemar Hamalik (1983:15) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9663/2/T1_152012001_BAB II.pdfc) Variabilitas. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah

  • Upload
    lephuc

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Kajian Pustaka

1. Belajar

Secara umum, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung

dalam interaksi yang aktif di lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan dan pemahaman, ketrampilan dan nilai perubahan sikap itu bersifat konstan

dan membekas. Menurut Slameto (2003:23) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam kegiatan belajar, ada beberapa faktor yang terkait agar kegiatan individu

benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961:187) memaparkan kesamaan

pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang merupakan proses mental dalam

memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi,

variabilitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan (Morgan,

1961:188-194). Uraian faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Asosiasi. Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan di dalam otak, antara

satu dengan lainnya.

b) Motivasi. Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal.

c) Variabilitas. Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat dilakukan

untuk memecahkan suatu masalah, tergantung pada stimulus belajar.

d) Kebiasaan. Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk

menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan.

e) Kepekaan. Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh

dan merupakan penentu keberhasilan belajar pula.

f) Pencetakan (imprinting) atau merekam. Dalam hal ini, pencetakan berarti semacam

proses “memperlihatkan” sesuatu (yang dipelajari) pada kesan atau otak.

g) Hambatan. Dalam proses belajar, hambatan tentu terjadi. (Mulyati, 2005:3-4)

Menurut Oemar Hamalik (1983:15) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang

8

baruberkat pengalaman latihan.Selanjutnya oleh (Winkel, 2004:53) mengemukakakn

bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

yang aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap.Perubahan itu bersifat secara relatif

konstan. Hilgard (1962:252) learning as the process by which an activity organates or is

changed through responding to a situation (belajar sebagai proses dimana suatu kegiatan

organisasi diubah melalui menanggapi situasi).

Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar

berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori

belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar sehingga

membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Seseorang dianggap

telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Fungsi teori

dalam konteks belajar adalah (1) memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu

informasi belajar; (2) memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan

pengajaran; (3) mendiagnosis masalah-masalah dalam kegiatan belajar mengajar; (4)

mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang; dan (5) mengkaji faktor eksternal yang

memfasilitasi proses belajar. Fungsi teori belajar sebagai pisau analitis berbagai fakta dan

fenomena belajar. (Agus Suprijono, 2011:15).

Dari berbagai penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu proses dimana seseorang melakukan aktivitas belajar dalam proses ke arah

perubahan yang lebih baik dengan mencari konsep, berpikir, bertindak, dan memberikan

makna tentang apa yang telah dipelajari dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Hasil Belajar

Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian hasil dari suatu

proses pembelajaran. Gagne (Hamzah, 2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar

merupakan kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri

atau variabel bawaanya melalui perlakuan pengajaran tertentu.

Menurut Nana Sudjana (1990:22) mendefinisikan hasil belajar sebagai kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Howard

Kongsley (Nana Sudjana 1990:22) membagi tiga macam hasil belajar, yakni: (a)

9

ketrampilan dan kebiasaaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan cita-cita. Untuk

menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan

kemampuan pada ranah-ranah:

a) Ranah Kognitif

Yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran yang

terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

b) Ranah Afektif

Yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang

berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian

sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.

c) Ranah Psikomotorik

Yaitu kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani yang terdiri dari persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kommpleks, penyesuaian pola

gerakan, dan kreativitas.(http://octavianinur.wordpress.com/2013/11/07definisi-belajar-

mengajar-dan-dan-pembelajaran-menurut-para-ahli) diakes pada tanggal 15 Meret 2016

pukul 10.25 WIB.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap, apresiasi, dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne (Agus Suprijono, 2011:5-6),

hasil belajar berupa:

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,

baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan

spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan

masalah maupun penerapan aturan.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing.

Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-

sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan

intelektual merupakan kemampuan melakukan aktifitas kognitif yang khas.

c) Strategi kognitif yaitu kecapakan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya

sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan

masalah.

10

d) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam

urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap

objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-

nilai. Sikap merupakan kemapuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang

dikategorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagai mana dilihat secara fragmentaris

atau terpisah, melainkan komprehensif.

3. Prinsip-Prinsip Mengajar.

Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru

berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan

bimbingan, dan pembinaan menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses

pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi amnesia dewasa yang sadar akan

tanggung jawab terhadap diri sendiri, berpribadi, dan bermoral. Ada beberapa pendapat

tentang prinsip-prinsip mengajar, antara lain:

a. Perhatian

Di dalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada

pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila pada siswa ada

minat dan bakat. Perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah

ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya serta

penyajian pelajaran yang menarik dapat merangsang siswa berpikir. Usaha ini

mengakibatkan siswa dapat membanding-bandingkan, membedakan, dan

menyimpulkan pengetahuan yang diterimanya.

b. Aktivitas

Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswas sendiri,

kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian

dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Dalam berbuat siswa dapat

menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari

pelajaran yang disajikan oleh guru.

11

c. Appresiasi

Setiap guru mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan

pengetahuan yang telah dimiliki siswa, ataupun pengalamannya. Dengan demikian

siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya

dengan pelajaran yang akan diterimanya.

d. Peragaan

Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran

yang diberikan. Juga membantu siswa untuk membentuk pengertian di dalam

jiwanya. Di samping itu belajar dengan mengguankan bermacam-macam mediaakan

lebih menarik perhatian siswa, lebih merangsang siswa untuk berpikir.

e. Repetisi

Guru mengajar menjelaskan sesuatu unit pelajaran, perlu diulang-ulang. Ingatan

siswa itu tidak setia, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang

dijelaskan untuk siswa agar dapat memecahkan masalah.

f. Kolerasi

Guru di dalam kelas wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan diantara setiap

mata pelajaran. Namun hubungan itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi terus

dipikirkan sebab akibatnya. Ada hubungan antara kolerasi, hubungan itu dapat

diterima akal, dapat dimengerti, sehingga memperluas pengetahuan siswa itu sendiri.

g. Konsentrasi

Di dalam konsentrasi pelajaran banyak mengandung situasi yang problematik,

sehingga dengan metode pemecahan soal siswa terlatih memecahkan soal sendiri.

Pelajaran yang saling berhubungan, menyebabkan siswa memperoleh kesatuan

pelajaran yang bulat, tidak terpisah-pisah lagi seperti subject-matter.

h. Sosialisasi

Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa selain

sebagai individu juga mempunyai segi sosial yang perlu dikembangkan.Waktu siswa

berada di kelas, ataupun di luar kelas, dan menerima pelajaran bersama, alangkah

baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Bekerja di

dalam kelompok dapat juga meningkatkan cara berpikir mereka sehingga dapat

memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar.

12

i. Individualisasi

Siswa merupakan makhluk individu yang unik. Masing-masing mempunyai

perbedaan khas, seperti perbedaan inteligensi, minat dan bakat, hobi, tingkah laku,

watak maupun sikapnya.Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan,

sosial ekonomi, dan keadaan orang tuanya. Guru harus menyelidiki dan mendalami

perbedaan siswa secara individu ini, agar dapat melayani pendidikan sesuai dengan

perbedaan itu. Siswa akan berkembang dengan kemampuannya masing-masing.

j. Evaluasi

Semua kegiatan belajar mengajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberikan

motivasi bagi guru maupun siswa, mereka akan lebih giat belajar, meningkatkan

proses berpikirnya. Guru harus memiliki pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan,

kegunaan dan macam-macam bentuk evaluasi. Mengenal fungsi evaluasi, macam-

macam teknik dan prosedur penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang

efektif, dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar.

Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa, achievmentnya, prestasinya, hasil

rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi hasil umpan balik bagi guru sendiri.Dengan

melihat umpan balik, guru dapat melihat dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam

perencanaan maupun teknik penyajiannya.

4. Pembelajaran Sejarah

Mata pelajaran sejarah adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan atau

peristiwa-peristiwa penting dimasa lampau dalam kehidupan sosial, politik, ekonomi dan

budaya. Menurut Moh. Ali (1963:323) pengajaran sejarah perlu disempurnakan agar dapat

berfungsi secara lebih efektif, yaitu penyadaran warga negara dalam melaksanakan tugas

kewajibannya dalam rangkapembangunan nasional. Fungsi sejarah adalah dengan

mempelajari sejarah pendidikan nasional dengan benar-benar, akan menuju ke arah

pembaharuan integral.

Secara etimologis makna kata sejarah adalah tumbuh, hidup, dan berkembang dan

bergerak secara terus menerus dan akan terus berjalan sepanjang masa. Dengan demikian,

dengan beberapa penjelasan di atas, sejarah dapat dirumuskan secara lebih memadai

sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang telah dialami manusia di waktu

yang lampau dan yang telah meninggalkan jejak-jejaknya di waktu sekarang, dimana

13

tekanan perhatian diletakkan terutama pada aspek peristiwanya sendiri. Dalam hal ini

terutama yang bersifat khusus dan segi-segi urutan perkembangannya yang kemudian

disusun dalam suatu ceritera sejarah (I G Widja, 1988:7-9).

5. Model Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah belajar yang meliputi berbagai cara untuk siswa aktif

sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam

waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran (Silberman, Melvin.

2007:1). Pembelajaran aktif secara tidak langsung menganjurkan untuk menciptakan

inovasi dalam proses pembelajaran supaya lebih menyenangkan dan mudah diterima.

Hal ini harus diperhatikan mengingat cara belajar dan memahami setiap orang

berbeda, namun dalam belajar siswa didik harus aktif untuk menggali pengetahuan.

Karakteristik pembelajaran aktif sebagai berikut:

1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi.

2) Suasana atau kondisi mendukung untuk mengembangkan keterbukaan dan

penghargaan terhadap semua gagasan peserta didik.

3) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan

mengerjakan berbagai hal yakni membaca, melihat, mendengar, melakukan

esperimen dan berdiskusi yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

Semua strategi pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Guru faham

betul kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran aktif ini untuk meminimalis

kekurangan. Guru juga harus pintar-pintar memilih dan mempraktekkan strategi

pembelajaran. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran aktif:

b. Kelebihan.

1) Meningkatkan ketrampilan peserta didik diantaranya ketrampilan berfikir,

ketrampilan memecahkan masalah, dan ketrampilan komunikasi.

2) Meningkatkan keterlibatan aktif peserta didik.

3) Meningkatkan ingatan peserta didik pada konsep yang dipelajari.

4) Meningkatkan rasa memiliki proses pembelajaran.

5) Mengurangi ceramah guru.

6) Meningkatkan gairah belajar di kelas.

14

7) Melibatkan aktivitas berfikir tingkat tinggi.

c. Kekurangan.

1) Tidak bisa menyelesaikan silabus.

2) Tidak bisa mengontrol kelas.

3) Peserta didik tidak melakukan apa yang diinginkan guru.

4) Peserta didik banyak yang tidak menyukai.

5) Peserta didik susah diajak bekerja di dalam tim.

6) Peserta didik terkesan ikut-ikutan dalam mengerjakan tugas.

6. Metode Pembelajaran Quiz Team

Salah satu upaya untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada mata pelajaran

sejarah yaitu dengan menggunakan tipe belajar aktif quiz team. Dalvi (2006:53)

menyatakan bahwa tipe “Quiz Team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa

untuk bertanya maupun menjawab”.

Tipe Quiz Team diawali dengan menerangkan materi pelajaran secara klasikal, lalu

siswa dibagi ke dalam kelompok besar.Semua anggota kelompok bersama-sama

mempelajari materi tersebut melalui lembar kerja. Semua anggota kelompok bersama-sama

mempelajari materi tersebut melalui lembar kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut,

saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami

materi tersebut.Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan

adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa

akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai

yang tinggi dalam pertandingan.

Adapun alternatif prosedur pembelajaran “belajar aktif” untuk meningkatkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di kelas dapat dikembangkan ke dalam 8 tahap,

sebagai berikut:

a) Orientasi: Guru mendeskripsikan ruang lingkup materi, mengemukakan tujuan,

menyampaikan prosedur pembelajaran, dan menyampaikan alternatif bahan sumber

belajar.

b) Pembentukan kelompok: Guru mengidentifikasi karakteristik siswa, menetapkan jumlah

kelompok dan jumlah anggotanya, serta menetapkan dan menginformasikan

keanggotaan kelompok.

15

c) Penugasan: Guru menyampaikan kisi-kisi materi dan memberikan tugas (pertanyaan)

sesuai dengan topik dan indikator kompetensi yang harus dikuasai siswa; menugaskan

setiap kelompok siswa untuk mendiskusikan, mencari sumber guna menyelesaikan

tugas (pertanyaan) yang diberikan sesuai dengan topik yang dibahas masing-masing

kelompok dan menyusunnya dalam bentuk bahan presentasi.

d) Eksplorasi: Siswa bersama kelompoknya mencari bahan sumber, mendiskusikan dan

menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, mendukung dan membantu teman yang

mengalami kesulitan.

e) Presentasi materi dalam kelas: Guru mengundi kelompok yang harus presentasi,

mengundi satu orang yang harus mewakili kelompok untuk presentasi materi kelompok,

menanyakan kepada seluruh siswa tentang kejelasan inti materi yang telah

dipresentasikan, memberi kesempatan kepada anggota lain dari kelompok penyaji untuk

memperjelas penyajian materi.

f) Pengecekan Pemahaman dan Pendalaman Materi: Guru menunjuk 2-4 orang secara acak

di luar kelompok penyaji untuk mempresentasikan ulang materi sesuai pemahamannya

dengan bergantian. Memonitor tingkat pemahaman siswa terhadap materi, memberi

kesempatan setiap siswa terhadap materi, memberi kesempatan setiap siswa untuk

berpendapat atau hanya bertanya kepada kelompok penyaji.

g) Refleksi dan Umpan Balik: guru menjelaskan kembali beberapa pertanyaan yang belum

terjawab dengan benar dan jelas oleh kelompok penyaji, memberikan rangkuman materi

untuk mempertegas pemahaman siswa, memberi kesempatan setiap siswa untuk

bertanya, menjawab dan menanggapi pertanyaan siswa.

h) Evaluasi Formatif: Guru memberikan beberapa pertanyaan singkat untuk dikerjakan

setiap siswa dengan cepat secara tertulis.

7. Langkah-langkah MetodeQuiz Team

a) Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.

b) Bagilah siswa menjadi tiga kelompok yaitu A, B, dan C.

c) Sampaikan kepada siswa format penyampaian pelajaran kemudian mulai penyampaian

materi. Batasi penyampaian materi maksimal 10 menit.

d) Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan

dengan materi yang baru saja disampaikan.

16

e) Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka.

f) Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika

kelompok B tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada

kelompok C.

g) Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa

menjawab, lemparkan kepada kelompok B.

h) Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk kelomok B untuk jadi

kelompok penanya. Lakukan seperti proses untuk kelompok A.

i) Setelah kelompok Bselesai dengan pertanyaannya, lanjutkan penyampaian materi

pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C sebagai kelompok penanya.

j) Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada

pemahaman siswa yang keliru.

8. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Quiz Team

Silberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan

model Quiz Team adalah sebagai berikut:

a) Guru memilih topik yang biasa disajikan dalam tiga segmen.

b) Siswa dibagi dalam tiga kelompok besar.

c) Guru menjelaskan scenario pembelajaran.

d) Guru menyajikan materi pembelajaran.

e) Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B, tim C,

tim D, dan tim E menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka.

f) Tim A memberikan kuis kepada tim B, jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan, tim

C segera menjawabnya.

g) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C, dan mengulang

proses tersebut.

h) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B

sebagai pemandu kuis.

i) Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran

dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.

9. Kelebihan dan Kelemahan MetodeQuiz Team

17

Dari pembahasan mengenai pembelajaran aktif di atas, dapat ditemukan banyak

kelebihan dan kelemahan dalam penerapan Metode Quiz Team, antara lain:

Kelebihan

a. Dapat meningkatkan keseriusan.

b. Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkudngan belajar.

c. Mengajak siswa untuki terlibat penuh pada proses pembelajaran.

d. Meningkatkan proses belajar

e. Membangun kreativitas diri.

f. Meraih makna belajar melalui pengalaman.

g. Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar.

h. Menambah semangat dan minat belajar siswa.

Kelemahan

a. Memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi.

b. Hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa

menjawab soal Quiz. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan

kesempatandiskusi yang singkat.

c. Waktu yang diberikan sangat terbatas jika Quiz dilaksanakan oleh seluruh tim dalam

satu pertemuan.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, diperlukan modifikasi dalam pembuatan

rencana pelaksanaan pembelajaran dimana untuk penyajiankuis dilakukan per tim dalam

tiap pertemuan, pembuatan soal dilakukian di rumah sehingga memungkinkan siswa

berdiskusi di luar kelas. Agar tidak didominasi oleh siswa pintar, maka tiap siswa

diwajibkan mencari jawaban kuis dan guru mencatatnama setiap siswa yang menjawab

dengan alasan menambahkan nilai sehingga seluruh siswa dapat termotivasi untuk ikut

menjawab.(http://miratriani.blogspot.co.id/2012/07/metode-team-quiz-dan-talking-

stick_3243.html?m=1) diakses tanggal 15 Maret 2016 pukul 11.40 WIB.

B. Penelitian Yang Relevan

Dalam skripsi Tika Vigustina dengan judul “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Sejarah Dengan Model Pembelajaran Quiz Team Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Kristen

Satya Wacana Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2012-2013. Dari analisis data yang telah

diambil masing-masing mempunyai varian yang berbeda yaitu pada siklus I hasil belajar yang

18

telah dicapai dari siswa sejumlah 32 anak rata-rata adalah 78,10 sedangkan untuk melakukan

siklus II hasil belajar lebih meningkat rata-rata adalah 92,48. Dari hasil belajar siswa tersebut

menunjukkan terdapat perbedaan meningkat.Minat belajar siswa cenderung meningkat

dibandingkan siklus I.

Penelitian yang dilakukan Nurul Latifah (2012).Penelitian ini berjudul Efektifitas

Metode Pembelajaran Aktif TipeQuiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV Terhadap

Hasil Belajar IPA di SD Negeri 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten

Temanggung.Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IV di SD Negeri 1

Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Kesimpulan dari hasil analisis

dan pembahasan dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata- rata tes

kelompok eksperimen yaitu dari 75,32 meningkat menjadi 86,93 dan kelompok kontrol

rata-rata nilainya 74,83 hanya meningkat menjadi 77,25 dan pengujian dilakukan dengan

Independent Sampels T-test yang menunjukkan nilai signifikansi adalah 0,000 artinya

perbedaan rata-rata nilai kedua kelompok sangat signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa

dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran aktif tipe quiz teamefektif

terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo

Kabupaten Temanggung.

C. Kerangka Berpikir

Pemilihan strategi pemecahan masalah dengan menggunakan metodeQuiz Team

adalah:

1. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IIS SMA Kristen Satya Wacana

Salatiga.

3. Dalam proses pembelajaran ini siswa secara efektif dan efisien memperoleh

pengetahuan secara mendalam melalui keterlibatannya secara aktif dalam diskusi

kelompoknya.

19

Gambar 1. Kerangka Berpikir

D. Hipotesa Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir di atas dapat

dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Penggunaan metode Quiz Team dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IIS SMA Kristen Satya Wacana Salatiga tahun

pelajaran 2016-2017 dalam pembelajaran sejarah”.

Kondisi Awal

Guru melakukan

pembelajaran dengan

teknik ceramah,

presentasi, tanya jawab,

metode Quiz Team.

Siklus I: Aktivitas

siswa dan hasil

belajar rendah

Tindakan Guru menerapkan

metode pembelajaran

Quiz Team

Siklus II:

Penggunaan

metode

pembelajaran

Quiz Team

dengan

presentasi, kuis,

dan tanya jawab

di kelas.

Kondisi Akhir

Dengan Menggunakan metode

Quiz Team hasil belajar

sejarah siswa SMA kelas X IIS

tahun pelajaran 2016-2017

meningkat.