27
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Media Pembelajaran 1. Media Pembelajaran Kata “media” berasal dari bahasa Latin, medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar”. Dalam bahasa Arab media adalah pengantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gerlach dan Ely dalam Mursid (2016: 40), bahwa media alat atau perantara yang memberikan pengetahuan kepada siswa agar memiliki keterampilan atau sikap yang baik. Menurut Syaiful & Aswan (2014: 123) Media Pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar yang ikut membantu guru dalam memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda guru dapat membawa bendanya langsung ke depan hadapan anak didik dikelas. Media ini diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual, penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan tujuan instruksional dan kemampuan guru itu sendiri. Menurut para ahli AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan mediator menurut Fleming dalam Azhar Arsyad (2013: 3) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak yang mendamaikan. Dengan istilah mediator media menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran. Menurut Latuheru dalam Sundayana (2014: 5), bahwa media sebagai bentuk perantara yang menyampaikan atau menyebar ide dan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Media Pembelajaran 1. Media ...sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414181020.pdf2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran Menurut Sudjana dan Rivai

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    KAJIAN TEORITIK

    A. Media Pembelajaran

    1. Media Pembelajaran

    Kata “media” berasal dari bahasa Latin, medius yang secara harfiah

    berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar”. Dalam bahasa Arab media

    adalah pengantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

    pesan. Menurut Gerlach dan Ely dalam Mursid (2016: 40), bahwa media

    alat atau perantara yang memberikan pengetahuan kepada siswa agar

    memiliki keterampilan atau sikap yang baik.

    Menurut Syaiful & Aswan (2014: 123) Media Pembelajaran

    sebagai salah satu sumber belajar yang ikut membantu guru dalam

    memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media

    pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan

    bagi anak didik. Dalam menerangkan suatu benda guru dapat membawa

    bendanya langsung ke depan hadapan anak didik dikelas. Media ini diakui

    sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual, penggunaan ketiga jenis

    sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan

    tujuan instruksional dan kemampuan guru itu sendiri.

    Menurut para ahli AECT (Association Of Education and

    Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media

    sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan

    pesan atau informasi. Disamping sebagai penyampai atau pengantar,

    media yang sering diganti dengan mediator menurut Fleming dalam Azhar

    Arsyad (2013: 3) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan

    dalam dua pihak yang mendamaikan. Dengan istilah mediator media

    menunjukan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif

    antara dua pihak utama dalam proses belajar yaitu siswa dan isi pelajaran.

    Menurut Latuheru dalam Sundayana (2014: 5), bahwa media

    sebagai bentuk perantara yang menyampaikan atau menyebar ide dan

  • gagasan atau pendapat sehingga gagasan dan ide sampai kepada yang

    dituju dalam hal ini media di sekolah adalah guru sedangkan orang yang

    ditujunya adalah siswa. Kesimpulannya bahwa media pembelajaran

    menurut Bovee dalam Sundayana (2014: 6), sebuah alat yang berfungsi

    dan digunakan untuk pesan pembelajaran kepada peserta didik.

    Pembelajaran adalah proses komunikasi antara guru dan anak, bentuk

    komunikasi tidak akan berjalan apabila tidak adanya bantuan saran

    prasarana dalam pencapaian proses perkembangan anak, sarana prasarana

    disini dapat berupa alat peraga edukatif yang dapat memberikan stimulasi

    kepada anak ataupun dengan bantuan TV yang dapat dilihat dan didengar

    (audio visual) dapat juga berbentuk gambar-gambar bergerak.

    2. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran

    Menurut Sudjana dan Rivai fungsi pokok media pembelajaran

    dalam proses belajar mengajar adalah:

    a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang

    efektif dan aman digunakan untuk anak usia dini

    b. Media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keseluruhan

    mengajar, ini merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan

    oleh seorang guru, media ini bisa diciptakan sendiri dengan bahan-

    bahan yang aman, berwarna dan menarik perhatian anak sehingga

    anak senang menggunakan media tersebut

    c. Dengan pemakaian media pembelajaran harus melihat tujuan dari

    media tersebut misalkan dalam konsep pengenalan angka, huruf

    ataupun warna

    d. Media pembelajaran bukan alat hiburan, akan tetapi dijadikan sebagai

    pelengkap proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian

    peserta didik

    e. Melalui media pembelajaran atau alat peraga edukatif diharapkan anak

    cepat memahami segala sesuatu yang guru sampaikan

    Adapun Sanaky dalam Sundayana (2014: 9), menyebutkan media

    pembelajaran untuk merangsang siswa dalam belajar dengan cara:

  • 1) Menghadirkan objek sebenarnya barang yang real sehingga anak

    mudah memahaminya

    2) Membuat duplikat dari objek yang sebenarnya, membuat alat peraga

    edukatif bukan hanya satu tapi lebih dari satu

    3) Memberikan konsep abstrak ke konsep kongkrit, alat peraga yang

    menyerupai barang yang real dan sesungguhnya

    4) Memberikan kesamaan persepsi

    5) Memberikan suasana pembelajaran yang menarik agar anak tidak

    merasa tertekan mengikuti pembelajaran dikelas dan agar tujuan

    pembelajaran tercapai.

    3. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

    Penggunaan media dalam proses pembelajaran yaitu untuk

    meningkatkan kualitas prestasi pembelajaran, dengan kata lain proses

    pembelajaran menjadi efektif, interaktif dan efisien.

    Adapun kriteria pemilihan media pembelajaran menurut Azhar

    Arsyad dalam Saifuddin (2014: 142), adalah sebagai berikut:

    a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengembangkan

    kreativitas agar anak dapat memiliki potensi yang terampil dan

    memiliki bakat

    b. Tepat untuk mendukung isi pembelajaran yang sifatnya fakta, konsep,

    atau generalisasi yang berbeda. Pembelajaran dengan media yang

    bersifat fakta agar anak cepat menangkap dan memahami materi yang

    disampaikan guru

    c. Praktis, luwes dan bertahan, memilih media yang ada, mudah

    diperoleh atau mudah dibuat oleh guru, media sebaiknya mudah

    dibawa dan dipindahkan kemana-mana

    d. Guru terampil menggunakannya, guru harus lebih menguasai sebelum

    melakukan pembelajaran lewat bantuan media tersebut, nilai dan

    manfaat media yang dilakukan bergantung dengan guru yang

    menggunakannya

  • e. Pengelompokan sasaran, media bisa digunakan untuk kelompok besar

    dan kelompok kecil sehingga multifungsi dapat digunakan untuk

    banyak atau sedikitnya anak

    4. Manfaat Media Pembelajaran

    Manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam

    pembelajaran:

    a. Pesan dan informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih

    jelas dan menarik

    b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra

    c. Meningkatkan sikap aktif anak dalam pembelajaran

    d. Menimbulkan motivasi dalam belajar anak lebih bergairah mengikuti

    pembelajaran

    e. Adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan dan

    kenyataan

    f. Membiarkan anak belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan

    minatnya

    g. Memberikan stimulasi, pengalaman dan persepsi yang sama bagi

    siswa. (Latif, Zubaidah, Afandi, & Zukhairina, 2013: 166)

    Menurut Ega (2016: 12-16) manfaat media pembelajaran yang

    perlu guru ketahui yaitu manfaat umum dan manfaat praktis sebagai

    berikut:

    Manfaat umum, media pembelajaran yaitu pembelajaran lebih

    menarik dan menumbuhkan motivasi belajar siswa, materi pembelajaran

    lebih jelas maknanya, siswa juga memungkinkan untuk mengusai dan

    mencapai tujuan pembelajaran, metode yang digunakan lebih bervariasi

    sehingga siswa tidak bosan, siswa lebih aktif dalam sebuah kegiatan

    seperti mengamati, demonstrasi dan sebagainnya. Manfaat praktis, media

    pembelajaran yaitu meningkatkan proses belajar dan memperjelas

    penyajian pesan dan informasi, terjadinya interaksi langsung dan dapat

    memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-

  • peristiwa di lingkungan, interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan

    lingkungan.

    5. Alat Peraga Edukatif

    Alat peraga edukatif adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam

    pembelajaran anak di TK, bagian terpenting dalam pemenuhan kebutuhan

    anak. Ketersediaan alat peraga edukatif menunjang terselenggaranya

    pembelajaran anak secara aktif, efektif, dan menyenangkan sehingga anak-

    anak mengembangkan potensinya secara optimal sesuai aspek

    perkembangan anak seusianya.

    Mayke Sugianto dalam Mursid (2016: 45), mengemukakan bahwa

    alat permainan edukatif adalah alat permainan yang sengaja dirancang

    secara khusus untuk kepentingan pendidikan, kepentingan dalam

    melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak ataupun bagi

    guru. Alat peraga edukatif yang digunakan di taman kanak-kanak biasanya

    dirancang khusus sesuai dengan perkembangan anak dalam

    mengoptimalkan semua aspek perkembangan. Alat peraga edukatif

    dirancang untuk anak usia dini selalu dirancang dengan kebutuhan anak

    yang disesuaikan dengan rentang usia anak di taman kanak-kanak, untuk

    anak usia 4-5 tahun tentu berbeda dengan alat peraga edukatif anak usia 5-

    6 tahun. Contohnya puzzle untuk anak 4-5 tahun memiliki bentuk

    sederhana dengan potongan yang tidak terlalu banyak kepingannya. Untuk

    usia 5-6 tahun lebih banyak lagi jumlah kepingannya, jadi memang alat

    peraga edukatif dirancang untuk rentang usia tertentu. Selain itu alat

    peraga edukatif dirancang untuk memperhatikan keselamatan anak, alat

    peraga edukatif juga mendorong anak untuk beraktifitas yang bersifat

    membangun atau menghasilkan sesuatu.

    6. Syarat Pembuatan Alat Peraga Edukatif

    Menurut Hamalik dalam Prastiwi (2016: 26), syarat-syarat alat

    peraga edukatif adalah:

    a. Rasional, sesuai dengan akal dan mampu dipikirkan oleh kita, alat

    peraga yang masuk akal dan cepat dipahami oleh anak

  • b. Ilmiah, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

    c. Ekonomis, sesuai dengan kemampuan perekonomian yang kita miliki,

    hemat tidak terlalu mahal dan mengeluarkan biaya yang cukup besar

    d. Praktis, bisa digunakan di manapun dan kapanpun mudah dibawa

    kemana-mana, memudahkan guru dan anak

    Sedangkan menurut Rusefendi dalam Sundayana (2014: 18),

    beberapa persyaratan alat peraga edukatif antara lain:

    1) Tahan lama

    2) Bentuk dan warnanya menarik

    3) Sederhana dan mudah dikelola

    4) Ukurannya sesuai agar mudah dipegang oleh anak

    5) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, bentuk

    pengenalan angka mulai 1-10

    6) Sesuai konsep matematika agar anak mulai mengetahui angka dan

    bilangan

    7) Dapat memperjelas konsep matematika

    8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir

    kongkrit dan mudah dipahami

    9) Menjadikan siswa belajar aktif dan antusias dalam melakukan proses

    pembelajaran

    10) Alat peraga tersebut bisa berfaedah berlipat banyak sehingga anak

    dapat memecahkan masalah lewat alat perga edukatif tersebut

    Sebagai calon guru yang akan melaksanakan proses pembelajaran

    di tingkat taman kanak-kanak hendaknya kita mampu membuat alat peraga

    edukatif sebagai karya yang orisinal. Kemampuan tersebut diperlukan

    karena calon guru adalah pemegang kendali proses pembelajaran. Adapun

    syarat-syarat pembuatan alat peraga edukatif adalah: Pertama, syarat

    edukatif diantaranya yaitu pembuatan alat peraga edukatif disesuaikan

    dengan memperhatikan program kegiatan pembelajaran kurikulum yang

    berlaku, pembuatan alat peraga edukatif disesuaikan dengan didaktik-

    metodetik artinya alat peraga edukatif dapat membantu keberhasilan

  • proses belajar mengajar mendorong kretivitas dan aktivitas anak sesuai

    dengan tahapan perkembangannya. Kedua, syarat teknis diantaranya yaitu

    alat peraga edukatif dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana tidak

    menimbulkan kesalahan konsep, alat peraga edukatif hendaklah

    multiguna, alat peraga edukatif dibuat dengan menggunakan bahan yang

    mudah didapat dari lingkungan sekitar, mudah ditemukan dan berasal dari

    bahan bekas yang aman (tidak mengandung unsur yang berbahaya untuk

    anak. Selain itu juga alat peraga edukatif hendaknya awet dan tahan lama.

    Ketiga, syarat estetika diantaranya yaitu bentuknya yang elastis mudah

    dibawa anak, keserasian ukuran tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil,

    warna kombinasi warna serasi dan menarik.

    B. Limbah

    1. Pengertian Limbah

    Dalam kamus bahasa Indonesia Limbah adalah buangan yang

    dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik

    (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di situlah berbagai jenis

    limbah dapat kita temui. Ada sampah ada air kakus (black water) dan ada

    air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya. (Marliani, 2014:

    126), Sedangkan menurut Zamiel dalam Elvida (2012: 4), sampah

    merupakan sisa-sisa barang atau benda yang sudah tak terpakai yang

    akhirnya dibuang karena sudah dianggap tidak bermanfaat lagi, barang

    yang telah diambil bagian-bagian terpentingnya lalu dibuang dengan

    seenaknya.

    Menurut UU No. 18 tahun 2008, sampah ialah sisa kegiatan sehari

    hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat, sampah adalah

    semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan,

    industri dan pertanian, sampah berasal dari kegiatan rumah tangga dan

    tempat perdagangan dikenal dengan limbah municipal yang tidak

    berbahaya. (Setyowati, 2015: 73)

  • Menurut Iskandar (2006: 2), bahwa barang bekas adalah barang

    yang telah digunakan dan tidak dipakai kembali atau dapat dikatakan

    sebagai barang yang sudah diambil bagian utamanya. Sebagian orang

    mungkin menyepelekan barang bekas, sebenarnya apabila barang bekas

    dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembelajaran dan media pembelajaran

    atau memiliki nilai seni yang tinggi tentunya barang tersebut memiliki

    estetis dan nilai ekonomis sehingga ia menciptakan tanpa harus membeli

    barang baru, barang bekas sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk

    mendapatkan penghasilan dan memanfaatkan barang yang telah tidak

    dipakai. Barang bekas seringkali kita jumpai dimana-mana tidaklah sulit

    untuk mencari barang yang telah digunakan oleh orang lain ini semua

    memudahkan pendidik dalam mendapatkan media baru. Setidaknya kita

    dapat mengambil manfaat akan barang bekas yang kurang memiliki arti

    dalam kehidupan sehari-hari menjadi media yang penting dalam

    pengembangan potensi kreativitas anak. (Hanggara, 2011: 6)

    Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ‘barang’ diartikan

    sebagai benda yang berwujud sedangkan arti kata ‘bekas’ adalah sisa dari

    barang yang telah dipakai, jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda-

    benda yang pernah dipakai yang sisanya sudah tidak dimanfaatkan

    kembali, barang sisa memiliki kegunaannnya tidak sama seperti benda

    yang baru. (Siarni, et all., : 95)

    Dwi (2011: 4) mengatakan bahan sisa adalah merupakan sampah

    rumah tangga yang berasal dari segala macam kegiatan, seperti kegiatan

    memasak didapur, daun-daun yang berguguran, kardus-kardus susu dan

    kertas yang bertumpuk, kain perca bekas baju yang telah tidak dipakai,

    botol dan kaleng bekas minuman. Diperkuat dengan Montolalu (2005: 8)

    yang mengatakan beberapa contoh bahan sisa antara lain seperti kertas

    bekas (majalah, Koran, kantong beras dll), kardus/karton, bahan/kain,

    plastik dan kaleng, tali, tutup botol dan karet. (Elvida, 2012: 4)

  • 2. Jenis Limbah

    Menurut Hidayatullah Adronafis, limbah dipisahkan menurut

    jenisnya yaitu:

    a. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang

    dapat terurai secara alamiah. Misalnya adalah sisa makanan.

    b. Sampah anorganik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang

    sulit terurai secara alamiah sehingga penghancurannya membutuhkan

    penanganan lebih lanjut. Misalnya adalah plastik dan styrofoam.

    c. Sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yaitu sampah yang terdiri

    dari bahan-bahan berbahaya dan beracun. Misalnya adalah bahan

    kimia beracun yang sangat berbahaya jika dicium ataupun dipegang

    tanpa mengunakan alat pengaman.

    d. Kompos adalah sampah yang teruraikan secara alami, yaitu melalui

    pembusukan dengan bakteri yang ada di tanah, dan digunakan sebagai

    pupuk untuk mempercepat pertumbuhan pohon agar subur. (Hartono et

    al., 2009: 16)

    3. Pemanfaatan limbah

    Sardiman menjelaskan bahwa guru-guru perlu menyadari

    sepenuhnya bahwa lingkungan sangat efektif sebagai sumber dan media

    bermain atau belajar. Secara efektif sebagai sumber dan media atau

    belajar. Secara kreatif guru dapat menggunakan alat peraga dan alat bantu

    belajar yang berasal dari lingkungan sekitar dan memanfaatkan barang-

    barang bekas sebagai sarana belajar bagi anak. Menurut Sudono (2000: 8),

    Melalui pemanfaatan bahan alam dan bahan sisa limbah guru diharapkan

    mampu:

    a. menciptakan permainan baru dengan memanfaatkan bahan sisa dan

    bahan alam sebagai media belajar anak usia dini

    b. mengoptimalkan penggunaan bahan alam dan bahan sisa sebagai

    sarana bermain atau sumber belajar bagi anak agar lingkungan belajar

    lebih kaya

  • c. mengetahui aneka ragam bahan alam dan bahan sisa yang dapat

    dijadikan sebagai alat bermain atau sumber belajar.

    4. Pengelolaan limbah

    Hampir setiap hari kita selalu membuang sampah dan menemui

    banyaknya macam sampah seperti tempat sisa makanan yang berbentuk

    sterofoam, bungkus makanan, plastik, botol minuman hingga kaleng bekas

    yang telah dibuang bahkan berserakan disekitar kita. Agar sampah tidak

    menggunung kita perlu melakukan pengolaan sampah, agar sampah yang

    bisa layak pakai dapat dipergunakan kembali dengan cara 3R (Reduce,

    Reuse dan Recycle):

    a. Reduce mengurangi sampah dengan cara mengurangi penggunaan

    bahan-bahan yang merusak lingkungan, caranya yaitu:

    1) membawa tas belanja sendiri untuk mengurangi sampah kantong

    plastik

    2) Membawa bekal sendiri, membawa tepak makan yang berisi

    makanan tujuan ini yaitu mengurangi populasi sampah seperti

    plastik dan sterofoam yang berbentuk mangkok.

    b. Rause menggunakan kembali atau memakai kembali yaitu

    menggunakan kembali sampah atau barang bekas yang masih bisa

    dipakai, caranya yaitu:

    1) menggunakan buku tulis yang ketasnya masih kosong, tidak

    membuang-buang buku yang masih bisa digunakan

    2) menyumbangkan baju yang masih layak pakai, baju yang tidak

    layak pakai bisa digunakan untuk lap atau kain pel

    3) kaleng botol bekas bisa dihias dan digunakan untuk hiasan di

    rumah atau bisa juga dipergunakan untuk membuat alat peraga

    edukatif

    4) memanfaatkan kertas bekas dan kantong bekas sebagai

    pembungkus, memanfaatkan kain perca untuk dijadikan kerajinan.

    c. Recycle mendaur ulang atau mengolah sampah menjadi produk baru.

    Sampah anorganik seperti plastik, keleng dan kaca tidak mudah

  • hancur, sampah-sampah ini perlu melakukan penanganan khusus,

    caranya yaitu:

    a) mengumpulkan sampah kertas untuk di daur ulang di pabrik

    b) mengumpulkan sisa-sisa kaleng atau botol gelas untuk didaur ulang

    di pabrik menjadi kerajinan tangan. (Mahanal et al., 2009: 18).

    C. Kreativitas Anak Usia Dini

    1. Pengertian Kreativitas Anak Usia Dini

    Menurut Faidi (2013: 143) kreatif merupakan kata yang berasal

    dari bahasa Inggris, to create yang berarti berkreasi, menciptakan ataupun

    mewujudkan. Kreatif adalah cara berpikir yang mengajak kita keluar dan

    melepaskan diri dari pola umum yang sudah terpatri dalam ingatan.

    Sedangkan menurut Sudjana dalam Ahmadi, (2010: 122) kreativitas

    merupakan cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan

    belajar siswa dalam proses pembelajaran. Karena pada dasarnya kreativitas

    merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan masalah.

    Menurut Fidelis E Waruwu yang diterjemahkan oleh Monti P

    Satiadarma (2003: 109) kreativitas merupakan kemampuan seseorang

    untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya

    nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri berfikir kreatif maupun berfikir afektif,

    baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.

    Kreativitas sangat penting untuk dikembangkan sejak usia dini,

    seperti yang dikemukakan oleh Munandar dalam Susanto (2011: 111),

    Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas

    hidupnya. Dalam era modern ini kita harus kreatif, menyumbangkan ide-

    ide baru, penemuan-penemuan baru baik berupa produk atau gagasan baru

    yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah, atau sebagai

    kemampuan untuk melihat unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya yang

    berguna dan digunakan oleh kalangan masyarakat ataupun digunakan oleh

    para pendidik. Oleh karena itu untuk mencapai hal tersebut perlulah sikap

    dan perilaku kreatif yang dipupuk dan dibentuk sejak dini, agar anak didik

  • kelak tidak hanya menjadi konsumen, tetapi mampu menciptakan

    pekerjaan baru atas hasil ide kreatif yang telah ia berikan. Pengembangan

    kreativitas ini sangat penting karena dengan berkreativitas seseorang dapat

    mewujudkan atau mempopulerkan dirinya agar dikenal oleh banyak orang.

    Perlu adanya pendekatan yang dilakukan pada anak usia dini untuk

    merangsang dan mengembangkan kreativitas anak adalah dengan

    memanfaatkan barang bekas limbah rumah tangga sebagai sumber belajar

    atau sarana media pembelajaran.

    Pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi

    (person), proses (process), pendorong (press), dan produk (product),

    kreativitas dapat pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang

    mendorong individu berprilaku kreatif. Munandar dalam Susanto (2011:

    112), mengungkapkan keempat jenis definisi tentang kreativitas ini

    sebagai four P`s of creativity: person, process, press, product.

    Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari keempat P

    ini dengan kombinasinya. Keempat P ini saling berikatan, pribadi kreatif

    yang melibatkan diri dalam proses kreatif, serta dengan dukungan dan

    dorongan dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif.

    Guru Taman Kanak-kanak diharapkan dapat menggunakan bahan

    sisa sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kreativitas anak

    dalam pembelajaran, guru dengan menggunakan kreativitas agar kreatif

    dalam menciptakan pembelajaran melalui bahan sisa, untuk merangsang

    dan menghilangkan kejenuhan anak dalam pembelajaran hendaknya guru

    dapat menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan

    serta dengan metode yang bervariasi dengan menggunakan bahan sisa

    untuk meningkatkan kreativitas anak.

    Sedangkan anak usia dini menurut Santrock & Yussen, Solehuddin

    dalam Nurhayati (2011: 3), memandang usia lima tahun pertama pada

    masa kanak-kanak sebagai masa terbentuknya kepribadian dasar individu.

    Kepribadian orang dewasa, ditentukan oleh cara-cara pemecahan konflik

    atau sumber-sumber kesenangan awal dengan tuntutan realita pada masa

  • kanak-kanak, pada masa ini anak usia dini penuh dengan kejadian-

    kejadian yang unik yang mengikuti egoisentris pada masanya, sikap ini

    meletakan dasar bagi kehidupan seseorang dimasa dewasa.

    2. Indikator Kreativitas

    Menurut Yulia dan Bambang dalam Rika Afriani (2016: 12)

    terdapat 12 indikator kreatif pada anak usia dini:

    a. Anak berkeinginan untuk mengambil resiko berperilaku berbeda dan

    mencoba melakukan hal-hal yang baru dan sulit

    b. Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian

    c. Anak berpendirian tegas dan tetap, terang-terangan, dan berkeinginan

    untuk berbicara secara terbuka serta bebas

    d. Anak adalah nonkonfermis melakukan hal-hal dengan caranya sendiri

    e. Anak mengekspresikan imajinasi secara verbal

    f. Anak tertarik pada beberapa hal, rasa ingin tahu dan senang bertanya

    g. Anak menjadi terarah sendiri dan termotivasi sendiri; anak memiliki

    imajinasi dan menyukai fantasi

    h. Anak terlibat dalam eksplorasi yang sistematis dan yang disengaja

    dalam membuat rencana dari sesuatu kegiatan

    i. Anak menyukai untuk menggunakan imajinasinya dalam bermain

    terutama dalam bermain pura-pura

    j. Anak menjadi inovatif, penemu dan memiliki banyak sumber daya

    k. Anak bereksplorasi,bereksperimen dengan objek,contoh, memasukkan

    atau menjadikan sesuatu sebagai bagian dari tujuan

    l. Anak bersifat fleksibel

    Sedangkan menurut pendapat Hamzah B. Uno dan Nurdin

    Mohamad (2012: 252) ada beberapa indikator kreativitas belajar siswa:

    1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

    2) Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

    3) Memberikan banyak gagasan dan usulan terhadap sebuah masalah.

    4) Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu.

    5) Mempunyai dan memiliki rasa keindahan.

  • 6) Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak

    mudah terpengaruh oleh orang lain.

    7) Dapat bekerja sendiri

    8) Senang mencoba hal yang baru

    9) Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan

    Indikator kreativitas anak kreatif terlihat pada tindakan anak itu

    sendiri, beberapa kreativitas anak usia dini yang harus dikembangkan

    berdasarkan teori perkembangan seni dan kreativitas anak yaitu mampu

    menghasilkan suatu bentuk, mempunyai rasa ingin tahu yang besar,

    kemampuan menciptakan sendiri tanpa bantuan oranglain, menjawab

    pertanyaan dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam menyelesaikan

    tugasnya.

    Perkembangan kreativitas berdasarkan Peraturan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 137 tahun 2014

    tentang standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini.

    Tabel 2.1

    Pedoman indikator seni anak usia 5-6 tahun

    Lingkup Perkembangan Indikator tingkat pencapaian

    perkembangan usia 5-6 tahun

    SENI

    a. Tertarik dengan kegiatan

    seni

    1. Menyanyikan lagu dengan sikap yang

    benar

    2. Menggunakan berbagai macam alat

    musik tradisional maupun alat musik

    lain untuk menirukan suatu irama atau

    lagu tertentu

    3. Bermain drama sederhana

    4. Menggambar berbagai macam bentuk

    yang beragam

    5. Melukis dengan berbagai macam objek

    6. Membuat karya seperti bentuk

    sesungguhnya dengan berbagai bahan

    (kertas, plastisin, balok dll)

  • Tabel 2.2

    Pedoman indikator kognitif anak usia 5-6 tahun

    Lingkup Perkembangan Indikator tingkat pencapaian

    perkembangan usia 5-6 tahun

    KOGNITIF

    a. Belajar dan pemecahan

    masalah

    1. Menunjukan aktifitas yang bersifat

    eksploratif dan menyelidik

    2. Memecahkan masalah sederhana

    dalam kehidupan sehari-hari dengan

    cara yang fleksibel dan diterima sosial.

    3. Menerapkan pengetahuan dan

    pengalaman dalam konteks yang baru

    4. Menunjukan sikap kreatif dalam

    menyelesaikan masalah (ide, gagasan

    diluar kebiasaan)

    Peneliti mengacu pada standar tingkat pencapaian perkembangan

    anak usia 5-6 tahun dari kedua tabel tersebut peneliti akan menggunakan

    keduanya sebagai pedoman indikator perkembangan kreativitas anak usia

    5-6 tahun.

    Tabel 2.3

    Pedoman indikator kreativitas anak usia dini

    Lingkup perkembangan Indikator tingkat pencapaian

    perkembangan kreativitas anak usia 5-6

    tahun

    SENI/ KREATIVITAS

    a. Tertarik dengan kegiatan seni

    b. Belajar dengan pemecahan masalah

    1. Menggambar berbagai macam bentuk yang beragam

    2. Membuat karya seperti bentuk sesungguhnya dengan berbagai

    bahan (kertas, plastisin, balok dll)

    3. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan

    cara yang fleksibel dan diterima

    sosial

    4. Menunjukan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan

    diluar kebiasaan)

  • 3. Karakteristik Perkembangan Kreativitas Anak Usia Dini

    Hurlock dalam Nurjantara (2014: 11), mendeskripsikan bahwa

    karakteristik kreativitas terdiri dari beberapa unsur, yang di antaranya

    yaitu:

    a. Kreativitas merupakan proses, bukan hasil akhir, proses dari pembuatan

    produk.

    b. Proses itu mempunyai tujuan, yang mendatangkan keuntungan bagi

    orang itu sendiri ataupun untuk oranglain

    c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, dan

    karenanya unik bagi orang itu, baik berbentuk seni ataupun tulisan.

    e. Kreativitas merupakan suatu cara berpikir kreatif berfikir tentang hal

    yang menguntungkan untuk dirinya dalam pemecahan masalah

    dilingkungan sekitar

    f. Kemampuan untuk menciptakan gagasan atau ide-ide baru bergantung

    pada perolehan pengetahuan yang diterima.

    g. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang selalu dikembangkan

    sehingga berbentuk hasil karya

    Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Mursid (2016:

    100), adalah sebagai berikut:

    1) Bermain belajar dan benyanyi

    Prinsip pembelajaran bermain, belajar dan bernyanyi menurut Slamet

    Suyanto dalam Mursid (2016: 100), pembelajar ini harus dapat

    mengembangkan potensi perkembangan, sebelum pembelajaran

    dilakukan anak harus merasa senang, aktif dan bebas memilih sesuai

    dengan keinginannya, anak usia dini tidak bisa dipaksakan untuk

    melakukan pembelajaran dengan serius tetapi anak dibiarkan

    mengikuti pembelajaran lewat permainan atau dengan cara bermain

    2) Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

    Berorientasi ini harus berkembang sesuai tingkat perkembangannya,

    pembelajaran harus diminati anak agar anak merasa enjoy dan senang

    dalam mengikuti pembelajaran, selain itu juga harus berorientasi pada

  • konteks sosial budaya seperti dalam konteks keluarga, masyarakat dan

    faktor budaya lainnya.

    Sependapat dengan pandangan Solehudin dan Hatimah dalam

    Cyrus (2017: 35) bahwa karakteristik anak usia dini adalah:

    Anak bersifat unik, egosentris, anak bersifat aktif dan energik, anak

    yang memiliki rasa ingin tahu yang besar dan antusias dalam banyak hal,

    anak berjiwa petualang atau eksploratif, anak mengekspresikan perilaku

    secara spontan, anak senang dan kaya akan fantasi, anak masih mudah

    frustasi jika keinginannya selalu dikekang, anak masih kurang dalam

    mempertimbangkan sesuatu, anak memiliki daya perhatian yang pendek,

    anak bergairah untuk belajar dari pengalaman, anak semakin menunjukan

    minat terhadap teman.

    4. Ciri-Ciri Kreativitas

    Ciri-ciri kreativitas yang dikemukakan oleh Munandar dalam

    Susanto, (2011: 118), melalui penelitiannyan di Indonesia menyebutkan

    bahwa ciri-ciri dan sikap kreatif atau nonaptitude yaitu:

    a. Mempunyai daya imajinasi yang kuat

    b. Mempunyai inisiatif

    c. Mempunyai minat luas

    d. Mempunyai kebebasan berpikir dan mengemukakan pendapat

    e. Bersifat ingin tahu yang kuat

    f. Selalu ingin mendapatkan pengalaman baru yang menyenangkan

    g. Mempunyai kepercayaan diri yang kuat

    h. Penuh semangat

    i. Berani mengambil resiko

    j. Berani berpendapat dan memiliki keyakinan

    Sementara itu Slameto dalam Susanto (2011: 119), menyatakan

    bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan

    ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Hasrat keingintahuan yang cukup besar

    2) Bersikap terbuka dengan pengalaman baru

  • 3) Banyak akal, memiliki banyak cara

    4) Keinginan untuk menemukan dan meneliti

    5) Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit, suka terhadap

    tantangan

    6) Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

    7) Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas

    8) Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi

    jawaban lebih banyak

    9) Kemampuan membuat analisis dan sintesis

    10) Memiliki semangat bertanya yang tinggi

    11) Memiliki daya abstraksi yang cukup baik

    12) Memiliki latar belakang membaca yang luas

    Sund dalam Slameto (2015: 147-148) menyatakan bahwa individu

    dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai

    berikut:

    Hasrat keingintahuan yang cukup besar, bersikap terbuka terhadap

    pengalaman baru, panjang akal kreatif dalam segala hal, keinginan untuk

    menemukan sesuatu, cenderung mencari jawaban atas pertanyaannya, aktif

    dalam segala hal dan senang menyelesaikan tugas, berfikir fleksibel,

    menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh temannya dan cendurung

    memberi jawaban lebih banyak, kemampuan membuat analisis dan sitesis,

    memiliki semangat bertanya serta meneliti, memiliki daya abstraksi yang

    cukup baik, memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

    5. Mengembangkan Kreativitas dalam Pembelajaran

    Menurut Arief Budiman (2016: 234) Anak kreatif adalah anak

    yang selalu ingin tahu, penuh dengan ide-ide, serta pertanyaan dan

    pernyataannya mengesankan. Agar kecerdasan kreativitas anak muncul,

    orangtua hendaknya berusaha mendayagunakan otak anak-anak. Pola

    asuh yang dapat merangsang kreativitas anak adalah merangsang anak

    untuk melihat dan memperhatikan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.

  • Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan

    kreativitas usia dini dalam pembelajaran, diantarannya yaitu:

    a. Pembelajaran yang menyenangkan

    Dalam standar proses dikemukakan antara lain bahwa proses

    pembelajaran harus menyenangkan agar anak mudah mencapai tujuan

    dan membentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD).

    Proses belajar yang menyenangkan (joyfull teaching and learning)

    akan sangat bermanfaat hingga dewasa. Menurut Montessori

    mengemukakan bahwa masa usia dini merupakan fase absorbmind,

    yaitu masa menyerap pikiran, karena mereka akan mudah menyerap

    kesan, pengetahuan, keteladanan yang terjadi di lingkungan seperti

    sebuah spons yang menyerap air. Fase ini membuat anak akan mudah

    menyerap kesan apa pun yang terjadi termasuk kesannya terhadap

    aktivitas belajar. Jika para pendidik gagal memberikan kesan positif

    terhadap aktifitas belajar, maka anak akan membencinya sampai

    dewasa. Sebaliknya jika para pendidik berhasil menanamkan kesan

    positif, maka anak akan menyukai proses pembelajaran hingga

    dewasa.

    b. Belajar sambil bermain

    Dunia bermain adalah dunia anak, dalam setiap aktivitas anak selalu

    ada unsur bermain sulit sekali mencari pengganti kegiatan yang

    sepadan dengan bermain, termasuk pembelajaran di kelas. Bagi anak

    usia dini bermain jauh lebih efektif dan menyenangkan serta

    memudahkan mencapai tujuan pembelajaran dibandingkan dengan

    pembelajaran di kelas, oleh karena itu para pendidik anak usia sini

    harus mampu memilihkan jenis permainan yang paling tepat untuk

    setiap anak sebagai sarana pembelajaran

    c. Interaktif

    Dalam proses pengembangan kreativitas anak usia dini, perlu

    dipikirkan pendekatan pembelajaran yang paling tepat bagi mereka,

    hal ini perlu perubahan pola pikir, baik pola pikir guru maupun

  • peserta didik sehingga tercipta pembelajaran yang interaktif (student

    active learning) yang lebih menetapkan peserta didik sebagai pusat

    pembelajaran, dengan belajar aktif guru tidak lagi mendominasi

    pembelajaran

    d. Memadukan pembelajaran dengan perkembangan

    Memadukan pembelajaran dengan perkembangan anak usia dini akan

    memberikan kemudahan kepada para pendidik untuk pendidikan yang

    efektif, efisien, produktif dan akuntabel. Dengan demikian mereka

    bisa menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan berbagai

    potensi peserta didik secara optimal, oleh karena itu diperlukan guru

    pendidikan anak usia dini yang profesional, yang dapat memadukan

    pembelajaran dengan perkembangan dan memberikan solusi terhadap

    berbagai permasalahan.

    e. Belajar dalam konteks nyata

    Belajar dalam konteks nyata menjadi sangat penting bagi anak usia

    dini, karena mereka masih berada pada tahapan kognitif pra-

    operasional dan operasional kongkret. Dalam hal ini, penjelasan guru

    tentang sesuatu sifatnya abstrak, tanpa dibarengi pengetahuan tentang

    objeknya secara nyata akan dirasakan sulit oleh peserta didik. Oleh

    karena itu eksplorasi terhadap objek secara langsung dapat membantu

    proses belajar selain menyenangkan dapat lebih mengaktifkan

    multisensoris anak. (Mulyasa, 2014: 101)

    Kreativitas bukanlah suatu yang berdiri sendiri atau bukanlah

    semata-mata kelebihan dari seseorang, lebih dari itu kreativitas merupakan

    bagian dari buah usaha seseorang. Dengan demikian, perkembangan

    kreativitas, seperti halnya potensi-potensi lain perlu diberi kesempatan dan

    rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang, baik itu lingkungan

    sekolah maupun keluarga.

    Di lingkungan sekolah guru perlu mengetahui kreativitas yang

    dimiliki oleh anak didiknya agar dapat dikembangkan dengan bimbingan

    dan penyuluhan sesuai dengan kreativitas peserta didik masing-masing.

  • Adapun upaya yang harus dilakukan oleh guru untuk mengembangkan

    kreativitas belajar siswa, menurut Faidi (2013: 37) yaitu:

    1) Menciptakan lingkungan belajar yang menantang kemampuan berpikir

    siswa. Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru harus sering

    memberikan persoalan-persoalan yang memfasilitasi kemampuan

    berpikir siswa.

    2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan.

    3) Menciptakan situasi pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa

    (active learning) serta membangun situasi pembelajaran yang

    memungkinkan seluruh siswa beraktivitas secara optimal.

    4) Pengaturan kelas. Pengaturan fisik dalam kelas yang meliputi

    pengaturan tempat duduk dimana setiap anak dapat dengan mudah

    terlibat dalam diskusi kelas. Pengaturan ruang kelas menjadi peluang

    sumber yang mendukung para siswa untuk membaca, menjajaki, dan

    meneliti.

    5) Persiapan guru. Guru perlu mempersiapkan diri untuk menjadi

    fasilitator yang bertugas mendorong siswanya untuk mengembangkan

    ide, inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Dalam pengajarannya

    guru memberi waktu kepada siswa untuk memikirkan dan

    mengembangkan ide atau gagasan kratif dan mempersiapkan kegiatan

    kreatif yang dapat merangsang anak untuk bereksplorasi sesuai

    dengan apa yang di inginkannya.

    6) Sikap guru. Sikap terbuka menerima gagasan dan perilaku siswa serta

    tidak cepat memberikan kritik, celaan, dan hukuman.

    7) Metode pengajaran. Metode atau teknik belajar kreatif berorientasi

    pada pengembangan potensi berpikir siswa, yakni membuat teknik-

    teknik yang bervariasi yang mudah dipahami oleh anak.

    6. Dampak dari Sikap Orang Tua terhadap Kreativitas

    Menurut Munandar (2012: 95), sikap orang tua yang yang

    menunjang pengembangan kreativitas anak:

  • a. Menghargai pendapat anak dan mendorong untuk

    mengungkapkannya

    b. Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, dan berkakhayal

    c. Membiarkan anak mengambil keputusannya sendiri

    d. Mendorong anak untuk mempertanyakan segala hal

    e. Orangtua menghargai apa yang ingin dilakukan anak

    f. Menunjang dan mendorong kegiatan

    g. Menikmati keberadaanya bersama anak

    h. Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak

    i. Mendorong kemandirian anak dalam melakukan segala hal

    j. Melatih hubungan kerjasama yang baik dengan anak

    Menurut Amabile dalam (Munandar, 2012: 92), beberapa faktor

    yang mempengaruhi kreativitas anak adalah:

    1) Kebebasan

    Orangtua yang percaya dan memberikan kebebasan pada anak

    cenderung akan mempunyai anak yang kreatif, orang tua yang tidak

    selalu membatasi kegiatan anak, tidak terlalu otoriter, dan tidak

    terlalu cemas mengenai apa yang ingin dilakukan anak.

    2) Respek

    Anak yang kreatif biasanya mempunyai orangtua yang menyayangi

    anaknya, percaya atas kemampuan anaknya, memahami tentang

    keunikan anaknya, serta mendukung tentang apa yang disukai oleh

    anaknya.

    3) Kedekatan emosional yang sedang

    Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang

    mencerminkan rasa permusuhan, penolakan atau rasa tersisihkan.

    Tetapi terkait dengan emosional yang berlebihan juga tidak

    menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena

    kurangnya memberikan kebebasan kepada anak untuk tidak

    bergantung dengan oranglain dalam menentukan bakat dan

    minatnya.

  • 4) Prestasi bukan angka

    Orangtua kreatif menghargai prestasi anak, mereka mendorong anak

    untuk berusaha sebaik-baiknya dan menghasilkan karya-karya yang

    baik. Orangtua yang tidak terlalu menekankan anak untuk mencapai

    angka atau nilai yang tinggi

    5) Orangtua aktif dan mandiri

    Orangtua yang kreatif merasa percaya diri, aman tentang dirinya

    sendiri, tidak memperdulikan status sosial dan tidak terlalu

    terpengaruh oleh tuntutan sosial.

    6) Menghargai kreativitas

    Anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orangtua untuk

    melakukan hal yang kreatif.

    7. Faktor Pendukung dan Penghambat Kreativitas

    Menurut Rachmawati & Kurniati (2010: 33) Ada empat hal yang

    dapat diperhitungkan dalam pengembangan Kreativitas:

    a. Rangsangan Mental

    Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan

    mentaal yang mendukung. Pada aspek kognitif anak distimulasi agar

    mampu memberikan berbagai alternatif pada setiap stimulan yang

    muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk

    mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti

    percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lainnya. Pada aspek

    suasana psikologis distimulasi agar memiliki rasa aman, kasih sayang,

    dan penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan dan

    kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif dan

    berbuat sesuatu secara spontan.

    Hal ini berarti para pendidik harus siap untuk menerima apa pun karya

    anak dukungan mental bagi anak sangat diperlukan. Dengan adanya

    dukungan mental anak akan merasa dihargai dan diterima

    keberadaannya sehingga ia akan berkarya dan memiliki keberanian

    untuk memperlihatkan kemampuannya. Sebaliknya tanpa dukungan

  • mental yang positif bagi anak maka kreativitas anak tidak akan

    terbentuk

    b. Iklim dan Kondisi Lingkungan

    Cherry dan Ayan dalam Rachmawati & Kurniati (2010: 28)

    mengemukakan beberapa kondisi lingkungan yang harus diciptakan

    untuk menumbuhkan jiwa kreatif, sebagai berikut:

    1) Pencahayaan

    2) Sentuhan warna

    3) Seni dalam lingkungan

    4) Bunyi dan musik

    5) Aroma

    6) Sentuhan

    7) Citra rasa

    Ketujuh aspek lingkungan tersebut memberikan dampak

    diperlukan kondisi bersih dan sehat dalam lingkungan kita, penataan

    ruangan yang apik, tidak penuh dengan barang yang tidak perlu dan

    gambar yang mengganggu dan tidak indah, serta ventilasi yang cukup.

    c. Peran Guru

    Beberapa hal yang dapat mendukung peran guru dalam

    mengembangkan kreativitas siswa adalah sebagai berikut:

    1) Percaya diri

    Kepercayaan diri pada siswa dapat ditumbuhkan melalui sikap

    penerimaan dan menghargai perilaku anak. Kepercayaan diri

    merupakan syarat penting menghasilkan karya kreatif.

    2) Berani mencoba hal baru

    Untuk menumbuhkan kreativitas anak, mereka perlu dihadapkan

    pada berbagai kegiatan baru yang bervariasi. Kegiatan baru ini

    akan memperkaya ide dan wawasan anak tentang segala sesuatu.

    3) Memberikan contoh

    Seorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin dapat melatih anak

    didiknya menjadi kreatif.

  • 4) Menyadari keragaman karakteristik siswa

    Setiap anak adalah unik dan khas, masing-masing berbeda dengan

    satu sama lain

    5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berekspresi dan

    bereksplorasi

    Untuk mengembangkann kreativitas, guru sebaiknya memberikan

    kesempatan pada anak untuk berekspresi dan mengekspresikan

    kegiatan yang mereka inginkan

    6) Positif Thingking

    Anak yang aktif punya cara dan kehendaknya sendiri dalam

    mengerjakan tugas, tidak bisa langsung diberi cap anak nakal,

    guru harus memprioritaskan positive thinkingnya.

    d. Peran Orang Tua

    Utami munandar dalam Rachmawati & Kurniati (2010: 32)

    menjelaskan beberapa sikap orang tua yang menunjang tumbuhnya

    kreativitas, sebagai berikut:

    1) Menghargai pendapat anak dan mendorong anak untuk berbicara

    2) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, berkhayal

    3) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri

    4) Mendorong anak untuk banyak bertanya dan mandiri

    5) Meyakini bahwa orang tua menghargai apa yang dilakukan anak

    6) Menunjang dan mendorong kegiatan, memberi pujian pada anak

    7) Menikmati keberadaannya bersama anak

    8) Menjalin hubungan kerjasama yang baik pada anak

    D. Penelitian Relevan

    1. Skripsi dengan judul “Pengembangan Kreativitas Anak melalui

    Pemanfaatan Barang Bekas dari Botol Aqua Plastik Kelompok A” ditulis

    oleh Lilis Suryani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Surakarta Tahun 2013. Penelitian ini menganalis tentang

    pembelajaran untuk anak usia dini melalui pemanfaatan barang bekas

  • dari botol aqua plastik, Peningkatan kreativitas bagi anak usia dini dalam

    penelitian ini dibatasi pada anak usia 4-5 tahun di TK BA Aisyiyah

    Ngepungsari.

    2. Skripsi dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Dengan

    Menggunakan Bahan Sisa Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 2 Duri”

    ditulis oleh Elvida Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

    Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang Tahun 2012.

    Penelitian ini menganalis tentang membutuhkan imajinasi untuk

    menciptakan hasil karya yang direncanakan oleh guru.

    3. Sripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Alat

    Permainan Edukatif Pada Kelompok B di Kelompok Bermain Islam Dan

    Raudhatul Athfal Taqiyya Mangkubumen, Rt 02 / Rw 01 Ngadirejo,

    Kartasura, Sukoharjo” ditulis oleh Tutik jurusan Pendidikan Anak Usia

    Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhammadiyah Surakarta, 2012. Penelitian ini menganalis tentang

    meningkatkan kreativitas dengan menggunakan botol plastik bekas yang

    dibentuk sesuai keinginan dan kreasi anak yang dijadikan sebagai alat

    peraga edukatif

    Dapat disimpulkan dari 3 skripsi di atas terdapat persamaan dalam

    penelitian tersebut yaitu berupaya untuk meningkatkan kreativitas anak

    usia dini. Sedangkan perbedaan dari penelitian tersebut hanya terletak

    pada media yang digunakan. Selain itu penelitian yang ingin saya

    lakukan yaitu dengan memanfaatkan barang bekas berbasis limbah

    rumah tangga dengan media kardus, kain perca, botol bekas, sedotan dan

    stik es krim

    E. Kerangka Berfikir

    Kecerdasan kreativitas penting untuk ditingkatkan melalui pendidikan

    sejak usia dini karena anak dapat menghasilkan ide-ide baru dan penemuan

    baru yang akan di aplikasikan melalui kombinasi dengan bahan-bahan bekas

    berbasis limbah rumah tangga agar menghasilkan produk yang unik dan

  • kepuasan anak dalam menghasilkan kegiatan yang baik dan bermakna, perlu

    adanya dorongan dari lingkungan sekitar rumah dan sekolah agar anak

    berkembang pesat dalam kemampuan kreativitasnya, selain itu juga pola asuh,

    perlakuan dan penghargaan dapat meningkat kreativitas anak, guru atau

    orangtua harus memahami pentingnya hal itu.

    Perkembangan kreativitas anak tergantung dengan stimulasi dari

    lingkungan, jika guru pesat dalam menghantarkan anak sampai optimal dalam

    perkembangan kreativitasnya, jelas bahwa guru tersebut telah berhasil dalam

    menyampaikan sebuah pembelajaran untuk anak usia dini. Berdasarkan hasil

    observasi kemampuan kreativitas TK Budhi Sakti masih rendah, karena

    kebanyakan anak kurang termotivasi menuangkan ide atau gagasannya.

    Contoh lain pada saat kegiatan pembelajaran yaitu kurangnya guru

    dalam memanfaatkan limbah rumah tangga untuk meningkatkan kreativitas

    anak usia dini, kurangnya alat peraga edukatif, ada beberapa hasil karya

    sendiri namun dapat dihitung, membuat media harus mengikuti prosedur

    kurikulum sehingga media yang dibuat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan

    anak, perlunya keselarasan antara usia dan media yang digunakan

    Gambar 2.1 Skema Pengembangan Kreativitas

    F. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah pemanfaatan barang

    bekas atau barang sisa untuk mengembangkan kemampuan kreativitas anak

    usia dini agar berkembang sesuai dengan harapan orangtua, harapan yang di

    inginkan bersama, di dalam pembuatan alat peraga edukatif tersebut guru bisa

    mengembangkan bakat yang dimiliki oleh anak baik dari faktor genetik

    maupun faktor lingkungan. Selain itu anakpun akan tertarik dan senang

    mengikuti proses kegiatan pembelajaran di kelas.

    Pemanfaatan

    Limbah

    Peningkatan

    Kreativitas