54
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Teori Keluarga 1. Pengertian Keluarga Effendy (1995) mengutip dari Departemen Kesehatan (1988) menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Dalam Friedman (1998), Bailon dan Maglaya (1989) menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau lebih dengan adanya 5

BAB II Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEBIDANAN

Citation preview

BAB II

TINJAUAN TEORIA. Konsep Teori Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Effendy (1995) mengutip dari Departemen Kesehatan (1988) menyebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil di masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Dalam Friedman (1998), Bailon dan Maglaya (1989) menyatakan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang terdiri dari 2 orang atau lebih dengan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah dan hidup dalam satu rumah tangga serta di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga yang mana berinteraksi di antara sesama anggota keluarga dan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing untuk menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan.

Menurut Freeman (1981), dalam Effendy (1995) salah satu alasan keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebagai pasien yang perlu dirawat.

Dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat diantaranya adalah:

a. Setiap keluarga mempunyai cara yang unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya.

b. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga.

c. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan.

d. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.

Untuk dapat meningkatkan status kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga yang menjadi prioritas utama adalah keluargakeluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur, dengan masalah seperti tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

b. Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan.

c. Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, misalnya anak yang lahir prematur/BBLR.

d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota.

2. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Effendy (1995) terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dan sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

3. Bentuk Keluarga

Dalam Friedman (1998) mengutip dari Sussman (1974) dan Macklin (1988) membagi bentuk-bentuk keluarga menjadi dua yaitu:

a. Bentuk Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti

Karier ganda, suami, istri, dan anak hidup dalam rumah tangga yang sama.

a) Keluarga-keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama.

b) Keluarga-keluarga orang tua campuran atau orang tua tiri.

2) Pasangan Inti

Suami dan Istri saja tanpa anak, atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

a) Karier tunggal.

b) Keduanya berkarier.

(1) Karier istri terus berlangsung.

(2) Karier istri terganggu.3) Keluarga dengan orang tua tunggal.

Satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari perceraian, ditinggalkan atau pisah.

a) Bekerja/berkarier.

b) Tidak bekerja.

4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian.

5) Keluarga besar tiga generasi.

Mungkin menjadi ciri dari bentuk keluarga tertentu (1, 2, atau nomor 3 di atas) hidup dalam sebuah rumah tangga biasa.

6) Pasangan usia pertengahan atau lansia.

Suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah (anak sudah kuliah, bekerja ).

7) Jaringan keluarga besar, dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis dan dalam sistem tukar-menukar barang dan jasa.

b. Bentuk Kelurga Non Tradisional1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak.

2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, perkawinan atas dasar hukum umum.

3) Pasangan kumpul kebo, pasangan yang hidup bersama tanpa menikah.

4) Keluarga gay/lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin sama yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

5) Keluarga komuni, rumah tangga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara sama-sama menggunakan fasilitas, sumber-sumber, dan memiliki pengalaman yang sama; sosialisasi dari anak merupakan aktivitas kelompok.

Effendy (1995) menyatakan bahwa tipe/bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga inti (Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

b. Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara.

c. Keluarga berantai (Serial family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali, dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga berkomposisi, adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

e. Keluarga duda/janda (Single family), adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah 2 orang menjadi 1 tanpa pernikahan tapi membentuk suatu keluarga.

4. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Peranan ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan anak: anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

Friedman (1998) membagi struktur peran ke dalam 2 bagian yaitu peran formal dan peran informal. Peran formal bersifat eksplisif yang berkaitan dengan setiap posisi formal keluarga yang merupakan sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggota keluarga. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga adalah pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan dan tukang masak.

Sedangkan peran informal adalah sebagai berikut:

a. Pendorong

Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk didengar.

b. Pengharmonis

Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat di antara para anggota menghibur menyatukan kembali perbedaan pendapat.

c. Inisiator-Kontributor

Inisiator-kontributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok. Kantor dan Lehr (1975), dalam Friedman (1998) menyatakan tipe peran ini sebagai penggerak peran yang dicirikan oleh inisiasi tindakan.

d. Pendamai

Pendamai (compromiser) merupakan salah satu bagian dari konflik dan ketidaksepakatan. Pendamai menyatakan posisinya dan mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyelesaian setengah jalan.e. Penghalang

Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang ditolak tanpa alasan. Kantor dan Lehr (1975), dalam Friedman (1998) memberikan label kepada peran ini sebagai oposan.f. Dominator

Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan ia mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.g. Penyalah

Peran ini sebagai penghalang dan dominator. Penyalah adalah seorang yang suka memberitahu kesalahan, diktator, dan seorang bos yang mengetahui semuanya.

h. Pengikut

Seorang pengikut terus mengikuti dari gerakan kelompok, menerima ide-ide dari orang lain kurang lebih secara pasif, tampil sebagai pendengar dalam diskusi kelompok dan keputusan kelompok.

i. Pencari pengakuan

Pencari pengakuan berupaya mencari cara apa saja untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri, perbuatannya, prestasi, dan masalah-masalahnya.

j. Martir

Martir tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya berkorban anggota keluarga.

k. Keras hati

Orang yang memainkan peran ini mengumbar secara terus-menerus dan aktif tentang semua hal yang benar, tidak bedanya dengan komputer. Satir (1975), dalam Friedman (1998) menamakan peran informal ini super reasonable.

l. Sahabat

Sahabat seorang teman bermain keluarga yang mengikuti kehendak pribadi dan memaafkan perilaku keluarga tingkah lakunya sendiri tanpa melihat konsekuensinya. Nampak ia tidak selalu relevan.

m. Kambing hitam keluarga

Kambing hitam keluarga adalah masalah anggota keluarga yang diidentifikasi dalam keluarga. Sebagai korban atau tempat pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuhan, baik secara jelas maupun tidak. Kambing hitam berfungsi sebagai tempat penyaluran.

n. Penghibur

Penghibur senantiasa mengagungkan dan mencoba menyenangkan, tidak pernah tidak setuju, ia termasuk yang selalu mengiyakan.o. Perawat Keluarga

Perawat keluarga adalah orang yang terpanggil untuk merawat dan mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

p. Pioner keluarga

Pioner keluarga membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing, dan dalam pengalaman baru.

q. Distraktor

Distraktor bersifat tidak relevan dengan menunjukkan perilaku yang menarik perhatian, ia membantu keluarga menghindari atau melupakan persoalan-persoalan yang menyedihkan dan sulit.r. Koordinator keluarga

Koordinator keluarga mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan keluarga, yang berfungsi mengangkat keterikatan/ keakraban dan memerangi kepedihan.

s. Penghubung keluarga

Perantara keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu) mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga.t. Saksi

Peran dari saksi sama dengan pengikut kecuali dalam beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati, tidak melibatkan dirinya.

5. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga adalah hasil atau konseksuensi dari struktur keluarga. Menurut Friedman (1998) fungsi keluarga antara lain:

a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian)

Fungsi afektif ditujukan untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Keluarga harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan afeksi/kasih sayang dari anggotanya karena respon afektif dari seorang anggota keluarga memberikan penghargaan terhadap kehidupan keluarga.b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi sosialisasi menyatakan begitu banyak pengalaman belajar yang ada dalam keluarga dengan tujuan untuk mengajar anak-anak agar bagaimana berfungsi dan menerima peran-peran sosial dewasa seperti suami-ayah dan istri-ibu serta membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif dan juga sebagai penganugerahaan status anggota keluarga.c. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik keluarga yang dipenuhi oleh orang tua dengan menyediakan pangan, papan dan sandang, perlindungan terhadap bahaya, perawatan kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara individual).d. Fungsi Reproduksi

Menurut Leslie dan Horman (1989), dalam Friedman (1998) menyatakan salah satu dasar dari keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas keluarga antar generasi dan masyarakat yaitu menyediakan tenaga kerja (rekruit) bagi masyarakat.e. Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi tersedianya sumber-sumber dari keluarga secara cukup (finansial, ruang gerak dan materi) dan pengalokasian sumber-sumber tersebut yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan.

6. Tugas Perkembangan Keluarga

Teori perkembangan keluarga menguraikan perkembangan keluarga dari waktu ke waktu dengan membaginya ke dalam satu seri tahap perkembangan yang diskrit.Empat asumsi dasar tentang teori perkembangan keluarga, seperti yang diuraikan oelh Aldous (1978) dalam Friedman (1998) adalah:

a. Keluarga berkembang dan berubah dari waktu ke waktu dengan cara-cara yang sama dan dapat diprediksi.

b. Karena manusia menjadi matang dan berinteraksi orang lain, mereka memulai tindakan-tindakan dan juga reaksi-reaksi terhadap tuntutan lingkungan.

c. Keluarga dan anggotanya melakukan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh mereka sendiri atau oleh konteks budaya dan masyarakat.

d. Terdapat kecenderungan pada keluarga untuk memulai dengan sebuah awal dan akhir yang kelihatan jelas.

Dalam siklus kehidupan setiap keluarga terdapat tahap-tahap yang dapat diprediksi. Dalam Friedman (1998), Carter dan McGoldrick (1988) membuat model enam tahap perkembangan siklus kehidupan keluarga, yaitu:

Tahap I : Keluarga antara (dewasa muda yang belum kawin)

Tahap II: Penyatuan keluarga melalui perkawinan (pasangan yang baru menikah)Tahap III : Keluarga dengan anak kecil (masa bayi hingga usia sekolah)Tahap IV : Keluarga dengan anak remaja

Tahap V : Keluarga melepaskan anak dan pindah

Tahap VI: Keluarga dalam kehidupan terakhir

Friedman (1998) menyatakan bahwa formulasi tahap-tahap perkembangan kehidupan keluarga yang paling banyak digunakan adalah 8 tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall (1977). Dalam Friedman (1998) yang diadaptasi dari Duvall (1977), Duval dan Miller (1985) menyebutkan 8 tahap kehidupan keluarga:

Tahap I: Keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan)

Tahap II: Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai 30 bulan)

Tahap III: Keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 tahun hingga 6 tahun)

Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua 6 tahun hingga 13 tahun)

Tahap V: Keluarga dengan anak remaja (anak berumur 13 tahun hingga 20 tahun)

Tahap VI: Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tahap VII: Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)

Tahap VIII: Keluarga dalam masa pensiun dan lansia (juga menunjuk kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal dunia.

Tahap antara dari tipologi Carter dan McGoldrich ditambahkan pada model siklus kehidupan 8 tahap dari Duvall dan Miller untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang perubahan kehidupan keluarga. Tahap ini menunjuk ke masa di mana individu berumur 20 tahunan yang telah mandiri secara finansial dan secara fisik telah meninggalkan keluarganya namun belum berkeluarga. Tugas perkembangan pada tahap ini bersifat individual bukan berorientasi pada keluarga.(Feidman, 1998)

Tiga tugas perkembangan keluarga dalam tahap antara yang dicantumkan oleh Carter dan McGoldrich (1988), dalam Fiedman (1998) yaitu:

1. Pembedaan diri dalam hubungannya dengan keluarga asalnya.

2. Menjalin hubungan dengan teman sebaya yang akrab.

3. Pembentukan diri yang berhubungan dengan kemandirian pekerjaan dan finansial.

Tahap I: Keluarga PemulaPerkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim. Membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, dan keluarga berencana merupakan tiga tugas perkembangan yang penting dalam masa ini. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)

Tahap II: Keluarga yang sedang mengasuh anak.

Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 tahun. Setelah lahir anak pertama, keluarga mempunyai beberapa tugas perkembangan yang penting, yaitu membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga), rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)

Tahap III: keluarga dengan anak usia prasekolah

Siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.

b. Mensosialisasikan anak.

c. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.

d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas) (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988).Tahap IV: Keluarga dengan anak usia sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Mensosialisasikan anak-anak (termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, termasuk tugas perkembangan dalam tahap ini. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)

Tahap V: Keluarga dengan anak remaja

Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7 tahun dengan tugas perkembangan antara lain menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)

Tahap VI: Keluarga yang melepaskan anak usia muda

Permulaan dari tahap kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah.Tugas perkembangan tahap ini adalah memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari istri maupun suami. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)

Tahap VII: Orang tua usia pertengahan

Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini memiliki tugas perkembangan yaitu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, memperkokoh hubungan perkawinan. (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988)

Tahap VIII: Keluarga dalam masa pensiun dan lansia

Dalam Friedman (1998), yang mengutip dari Duvall dan Miller (1985) menyatakan bahwa tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah:

a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.

b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.

c. Mempertahankan hubungan perkawinan.

d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.

e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.

f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup) (Friedman, 1998 yang mengutip dari Carter dan McGoldrick, 1988).7. Model Konseptual Asuhan Keperawatan Keluarga

Meleis (1985), dalam Friedman (1998) menyatakan bahwa keperawatan telah beranjak dari suatu bidang pekerjaan yang didasarkan pada teknik ke disiplin ilmu dengan paradigma-paradigma atau kumpulan teori yang bersaing. Meskipun semua teori keperawatan diawali dengan teori-teori yang berorientasi pada individu dan menganggap keluarga hanya sebagai bagian dari konteks pasien, para ahli dan teori lainnya telah menguraikan dan mendefinisikan ulang teori keperawatan yang utama mereka cenderung meningkatkan fokus mereka pada keluarga (Friedman, 1998 yang mengutip dari Whall, 1986).

Friedman (1998) menyebutkan bahwa lima dari teori dan model keperawatan yang utama secara singkat diuraikan berkenaan dengan bagaimana keluarga dimasukkan dalam model tersebut dan relevansi model terhadap keperawatan keluarga.

a. Model Sistem dari Neuman

Pada publikasi Neuman tahun 1970-an tentang model sistemnya, ia tidak membahas keluarga. Dalam kompilasi akhir dari bab tentang model Neuman, disunting oleh Neuman (1982), model tersebut diperluas yang berhubungan dengan keluarga sehingga penerima asuhan keperawatan termasuk keluarga. Dua bab dari naskah yang terakhir ini menerapkan model dari Neuman untuk sistem. Keluarga dan terapi keluarga . Dalam bab ini keluarga diuraikan sebagai target yang tepat baik untuk pengkajian dan intervensi primer, sekunder dan tertier. Proses keperawatan digunakan sebagai penghubung antara teori keluarga dan praktik keperawatan (Fawcett, 1984 yang dikutip oleh Friedman, 1998)b. Model perawatan diri dari Orem

Teori Orem tentang perawatan diri, kurangnya perawatan diri. Sistem keperawatan berorentasi pada individu. Individu (klien) dianggap sebagai penerima asuhan keperawatan yang terutama. Keluarga dipandang sebagai faktor syarat dasar bagi anggota keluarga (klien), atau sebagai konteks utama dimana individu berfungsi. Perawat juga membantu pemberi perawatan yang tidak mandiri (anggota keluarga dewasa yang merawat individu yang tidak mandiri) dan dalam melaksanakan tugas ini mereka dianggap sebagai individu dari pada keluarga atau subsistem keluarga (Orem, 1983, yang dikutip oleh Friedman, 1998)

Dalam Friedman (1998), Chin (1985) mengatakan bahwa satu alasan mengapa terhadap kekurangan dari kemampuan penerapan model dan Orem pada keluarga sebagai unit adalah syarat-syarat perawatan diri bagi keluarga berbeda dengan untuk individu. Ia menyatakan bahwa fungsi universal dari keluarga menjadi dasar untuk syarat perawatan diri keluarga.

c. Model sistem terbuka dari King

Friedman (1998) yang mengutip dari Whall (1986) menyebutkan bahwa dalam buku King tahun 1981, keluarga sudah dibahas secara luas, King memandang keluarga sebagai sistem sosial dan konsep utama dalam modelnya. Keluarga diperlakukan baik sebagai konteks maupun klien. Dijelaskan bahwa Teori pencapaian tujuan bermanfaat bagi perawat bila terpanggil untuk membantu keluarga dalam memelihara kesehatan mereka atau mengatasi masalah atau keadaan sulit. King terus menguraikan modelnya sebagai perawat untuk membantu anggota keluarga menyusun tujuan untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan karena model tersebut berorientasi pada sistem dan interaksi dengan perluasan isi keluarga yang lebih jauh.

d. Model Adaptasi dari Roy

Dengan menguraikan model adapatasinya dan bagaimana keluarga dimasukkan, Roy menjelaskan bahwa keluarga dan juga individu, kelompok, organisasi sosial, serta komunitas dapat dijadikan unit analisis dan fokus perawatan , karena para perawat mengkaji orang sebagai sistem yang adaptif, mereka perlu mengkaji keluarga bila keluarga merupakan fokus perawatan Intervensi keperawatan mempertinggi stimuli (fokal, kontekstual dan residual) untuk meningkatkan adaptasi dari sistem keluarga (Roy, 1983, hal 275 dikutip oleh Friedman, 1998)

Dalam Friedman (1998), menurut Mc Cubbin dan Figley (1983), Roy mengatakan bahwa masalah keperawatan melibatkan mekanisme koping yang tidak efektif, yang menyebabkan respons yang tidak efektif, merusak integritas individu tersebut, gagasan ini dapat diperluas hingga ke unit keluarga, dimana pola koping keluarga yang tidak efektif menimbulkan masalah-masalah yang berhubungan dengan fungsi keluarga.

e. Model Proses Kehidupan dari Roger

Dalam teori Roger fokus dari keperawatan adalah pada proses kehidupan umat manusia. Pada tahun 1983, ia menegaskan bahwa model konseptualnya dapat diterapkan pada keluarga sama seperti pada individu. Bagi Roger, keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang energi keluarga yang tidak bisa dikurangi, bersifat 4 dimensi, negentropik yang menjadi fokus studi dalam keperawatan. (Friedman, 1998)

Dalam Friedman (1998), menurut Whall (1981) secara jelas memperlihatkan kongruensi dan aplikabilitas teori Roger untuk pengkajian keluarga yang mengilustrasikan hal ini dengan menggunakan konsep Roger tentang saling melengkapi, resonasi dan helicy untuk menguraikan sistem keluarga.

B. Keperawatan Kesehatan Keluarga

Menurut Bailon dan Maglaya (1978), dalam Friedman (1998), perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur.1. Keluarga sebagai Unit Pelayanan yang DirawatKeluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.(Effendy, 1995)

2. Alasan Keluarga sebagai Unit Pelayanan Dalam Effendy (1995), yang mengutip dari Freeman (1981) menyatakan alasan keluarga sebagai unit pelayanan adalah:

a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.

b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah masalah kesehatan dalam kelompoknya.

c. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

d. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien) keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.

e. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya kesehatan masyarakat.

3. Keluarga sebagai Pasien

Effendy (1995) menyebutkan bahwa dalam melihat keluarga sebagai pasien ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan oleh perawat, diantaranya adalah:

a. Setiap keluarga mempunyai cara unik dalam menghadapi masalah kesehatan para anggotanya.b. Memperhatikan perbedaan dari tiap-tiap keluarga, dari berbagai segi;

1) Pola komunikasi.

2) Pengambilan keputusan.

3) Sikap dan nilai-nilai dalam keluarga.

4) Kebudayaan.

5) Gaya hidup.

c. Keluarga daerah perkotaan akan berbeda dengan keluarga di daerah pedesaan.

d. Kemandirian dari tiap-tiap keluarga.

4. Penyakit dan Kemiskinan dalam KeluargaDalam memberikan asuhan perawat terhadap keluarga, lebih ditekankan kepada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial perekonomian yang rendah. Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan, dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Jelas kesemuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit (Effendy, 1995).5. Pengambilan Keputusan dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Effendy (1995) menyebutkan bahwa dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga atau anggota keluarga yang dituakan. Merekalah yang menentukan masalah dan kebutuhan keluarga.

Dasar pengambil keputusan tersebut adalah :

a. Hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

b. Kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing-masing anggota keluarga.

c. Hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan pelayanan terhadap keluarga/anggota keluarga yang bermasalah.

6. Beban Kasus dalam Asuhan Keperawatan Kesehatan KeluargaEffendy (1995) menyebutkan bahwa beban kasus keluarga (family case load) adalah jumlah dan macam kasus dalam keluarga yang dibina oleh seorang perawat dalam jangka waktu tertentu. Jumlah dan macam kasus dalam keluarga dapat berubah setiap saat, apakah itu kasus keluarga baru atau keluarga lama berkurang, keadaan ini sangat tergantung kepada masalah dan kebutuhan keluarga akan asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang melakukan asuhan perawatan kesehatan keluarga di suatu wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.

7. Keluarga Kelompok Resiko TinggiEffendy (1995) menyebutkan bahwa dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi:

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut:

1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.

2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.

3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan.

b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:

1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun).

2) Menderita kekurangan gizi/anemia.

3) Menderita hipertensi.

4) Primipara atau multipara.

5) Riwayat persalinan dengan komplikasi.

c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:

1) Lahir prematur/BBLR.

2) Berat badan sukar naik.

3) Lahir dengan cacat bawaan.

4) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.

5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.

d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:

1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan.

2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul cekcok dan ketegangan.

3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.

4) Salah satu orangtua (suami/istri) meninggal, cerai, atau lari meninggalkan keluarga.

8. Kesehatan Keluarga sebagai Tujuan Keperawatan Kesehatan KeluargaPeningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, agar keluarga tersebut dapat meningkatkan produktivitasnya, bila produktivitas keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.(Effendy, 1995)

9. Tujuan Perawatan Kesehatan KeluargaEffendy (1995) tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah:a. Tujuan umum:

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.b. Tujuan khusus:

1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya.

4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.

5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

10. Tugas-Tugas Keluarga dalam Bidang KesehatanUntuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada. (Effendy, 1995)

11. Perawatan sebagai Sarana Untuk dapat mencapai tujuan perawatan kesehatan keluarga, asuhan keperawatan yang diberikan merupakan sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal itu sangat tergantung kepada perawat yang memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada keluarga dalam mempengaruhi keluarga untuk lebih dapat mengenal dan melaksanakan tugas-tugasnya dalam bidang kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga, perawat tidak dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja secara tim dan bekerja sama dengan profesi lain untuk dapat mencapai tujuan asuhan perawatan keluarga. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat bekerjasama dengan dokter, penilik kesehatan, ahli gizi, pekerja sosial dan sebagainya yang bekerja sebagai tim untuk meningkatkan kesehatan keluarga. (Effendy, 1995)

12. Peranan Perawat dalam Memberikan Asuhan Perawatan Kesehatan KeluargaEffendy (1995) menyebutkan bahwa dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah:

a. Memberikan asuhan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

b. Pengenal/pengamat masalah dan kebutuhan kesehatah keluarga.

c. Koordinator Pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga.

d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan mudah menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.

e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat.

f. Penyuluh dan konsultan, perawat dan berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan perawatan dasar terhadap keluarga di samping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan keluarga.

13. HambatanHambatan yang Sering Dihadapi dalam Memecahkan Masalah Kesehatan Keluarga Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah:

a. Hambatan dari keluarga

1) Pendidikan keluarga yang rendah.

2) Keterbatasan sumber daya keluarga.

3) Kebiasaan yang melekat.

4) Sosial budaya yang tidak menunjang.

b. Hambatan dari perawat

1) Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi.

2) Kondisi alam.

3) Kesulitan dalam berkomunikasi.

4) Keterbatasan pengetahuan perawat tentang kultur keluarga (Effendy, 1995).14. Prinsip-Prinsip Perawatan KeluargaMenurut Effendy (1995) ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:

a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.

b. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama.

c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga.

d. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

f. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan kesehatan keluarga.

g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan.

h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan.

i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah.

j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk risiko tinggi.

15. Langkah-Langkah Dalam Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam melaksanakan asuhan perawatan kesehatan keluarga ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perawat, sebagai berikut:

a. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga dengan cara:

1) Mengadakan kontak dengan keluarga.

2) Menyampaikan maksud dan tujuan serta minat untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.

3) Menyatakan kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang dirasakan keluarga.

4) Membina komunikasi dua arah dengan keluarga.

b. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah kesehatan keluarga.

c. Menganalisa data keluaga untuk menentukan masalah-masalah kesehatan keluarga.

d. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga, berdasarkan sifat masalah kesehatan keluarga;

1) Ancaman kesehatan.

2) Keadaan sakit atau kurang sehat.

3) Situasi krisis.

e. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.

f. Menentukan/menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga dengan mempertimbangkan:

1) Sifat masalah.

2) Kemungkinan masalah untuk diubah.

3) Potensi menghindari masalah.

4) Persepsi keluarga terhadap masalah.

g. Menyusun rencana asuhan perawatan kesehatan dan perawatan keluarga sesuai dengan urutan prioritas

1) Menentukan tujuan yang realistis.

2) Merencanakan pendekatan dan tindakan.

3) Menyusun standar dan kriteria avaluasi.

h. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai dengan rencana yang disusun.

i. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukan.

j. Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan keperawatan yang baru. (Effendy, 1995)

517