16
9 Septyani Purwatresna,2013 Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II LANDASAN TEORETIS TENTANG PEMANFAATAN RITME UNTUK MENGOLAH KECERDASAN KINESTETIK SISWA A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD) Pada proses pembelajaran setiap pendidik perlu mengetahui perkembangan dari masing-masing peserta didik. Dengan mempelajari beberapa perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa keuntungan, yaitu mempunyai gambaran tentang anak dan remaja, membantu peserta didik untuk merespon sebagaimana mestinya pada perilaku dari seorang anak, membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal, serta dapat membantu memahami diri sendiri. Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun sampai 12 tahun, dimana usia tersebut terbagi lagi kedalam dua kategori, yaitu siswa kelas rendah (kelas I, II, III), dan siswa kelas tinggi (kelas IV, V, VI). Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, guru perlu mengetahui sifat- sifat serta karakteristik anak agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan anak didiknya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pimpinan sekolah dan guru harus mengenal betul perkembangan fisik dan mental serta intelektual anak didiknya. Dengan kata lain pengetahuan tentang perkembangan fisik, mental rohani dan intelektual anak SD tersebut merupakan modal utama dalam rangka pembinaan anak. Menurut Fauzi (1999) dalam Taufik (2008: 13), masa keserasian sekolah ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu: 1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah: a. Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah b. Sikap tunduk pada peraturan-perauran permainan yang radisional.

BAB II LANDASAN TEORETIS TENTANG PEMANFAATAN RITME …a-research.upi.edu/operator/upload/s_sdt_0800762_chapter_ii.pdf · A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD) Pada proses

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

9

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB II

LANDASAN TEORETIS TENTANG PEMANFAATAN RITME UNTUK

MENGOLAH KECERDASAN KINESTETIK SISWA

A. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Pada proses pembelajaran setiap pendidik perlu mengetahui

perkembangan dari masing-masing peserta didik. Dengan mempelajari beberapa

perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa keuntungan, yaitu

mempunyai gambaran tentang anak dan remaja, membantu peserta didik untuk

merespon sebagaimana mestinya pada perilaku dari seorang anak, membantu

mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal, serta dapat

membantu memahami diri sendiri.

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, masa usia sekolah

dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang berkisar antara enam tahun

sampai 12 tahun, dimana usia tersebut terbagi lagi kedalam dua kategori, yaitu

siswa kelas rendah (kelas I, II, III), dan siswa kelas tinggi (kelas IV, V, VI).

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak usia SD, guru perlu mengetahui sifat-

sifat serta karakteristik anak agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan

tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan anak

didiknya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pimpinan sekolah dan guru harus

mengenal betul perkembangan fisik dan mental serta intelektual anak didiknya.

Dengan kata lain pengetahuan tentang perkembangan fisik, mental rohani dan

intelektual anak SD tersebut merupakan modal utama dalam rangka pembinaan

anak.

Menurut Fauzi (1999) dalam Taufik (2008: 13), masa keserasian sekolah

ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu:

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 sampai umur 9

atau 10 tahun.

Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:

a. Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan

prestasi sekolah

b. Sikap tunduk pada peraturan-perauran permainan yang radisional.

10

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

d. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu

dirasakan menguntungkan, dalam hal ini ada kecenderungan untuk

merendahkan anak lain.

e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya

tidak penting.

f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8 tahun), maka menghendaki nilai

(angka rapot) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang

pantas diberikan nilai baik atau tidak.

2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, yaitu kira-kira umur 9 atau 10 sampai

kira-kira umur 12 atau 13 tahun.

a. Adanya minat dalam kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret; hal ini

menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-

pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata

pelajaran-mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli mengikuti teori

faktor, ditafsirkan sebagai mulai menonjolkan faktor-faktor.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun, anak membutuhkan seorang guru atau

orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi

keinginannya; setelah kira-kira umur 11 tahun pada umumnya anak

menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya

sendiri.

e. Pada masa ini anak mengandung nilai (angka rapot) sebagai ukuran yang

tepat mengenai prestasi sekolah.

f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya

untuk dapat bermain bersama-sama.

Sesuai dengan pernyataan di atas, awal masa kanak-kanak dapat dianggap

masa untuk belajar keterampilan. Pembelajaran seni tari tidak hanya mengajarkan

anak untuk menari namun anak bisa diajak mengembangkan keterampilan yang

mereka miliki, selain itu anak juga dapat mengolah kecerdasan fisik atau

kecerdasan kinestetik.

Perkembangan fisik dan intelektual anak usia enam sampai 12 tahun

cenderung lamban. Pertumbuhan fisik anak menurun terus, kecuali pada akhir

periode tersebut, sedangkan kecakapan motorik terus membaik. Pada umumnya

anak pada usia tersebut mengalami peningkatan minat yang besar dalam

melakukan aktivitas fisik, terutama untuk siswa kelas tinggi yang memiliki

semangat untuk mencari pengalaman baru, semangat untuk menguasai suatu

bentuk aktivitas tertentu dan semangat berkompetisi tinggi. Hampir seluruh

11

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

aktivitas anak atau siswa kelas tinggi didominasi oleh bermain. Aktivitas bermain

yang dilakukannya dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri atau berkelompok.

Dunia anak sebagian besar adalah bermain, fungsi bermain ini mempunyai

pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak. Sesuai kebutuhan peneliti

terhadap penelitian yang akan dilakukan dengan mengambil kelas IV yang

merupakan kelompok kelas tinggi, dengan melakukan observasi awal peneliti

melihat kondisi dan masalah yang ditemukan di sekolah, yaitu kelas IV di

SDNegeri Sukamanah 2 siswa kurang termotivasi dalam belajar, untuk itu penting

bagi guru untuk melakukan suatu cara baru untuk mengambangkan kemampuan

siswa juga mengolah kecerdasan kinestetiknya melalui pemanfaatan ritme. Ritme

dimanfaatkan dan diterapkan pada proses pembelajaran kelas IV SDNegeri

Sukamanah 2 untuk mengolah kecerdasan kinestetik siswa dan memotivasi siswa

melalui aktivitas-aktivitas bermain, salah satunya dengan memanfaatkan ritme

musik dan ritme gerak.

B. Pembelajaran Seni Tari

Kegiatan pembelajaran seni tari merupakan sebuah pendekatan pendidikan

dimana seni sebagai alat atau sarana untuk mencapai sasaran pendidikan. Seni

secara umum memberikan keseimbangan rasional dan emosional, intelektualitas

dan sensibilitas.

Secara umum tujuan pendidikan seni di sekolah tidak diarahkan kepada

keterampilan menari sepenuhnya melainkan lebih diarahkan kepada pemberian

pengalaman seni serta penanaman sikap, karena melalui penanaman sikap

dibidang seni diharapkan dapat memberikan konstribusi positif kepada capaian

tujuan pendidikan nasional.

Pembelajaran yang merupakan pengalaman dari interaksi antara individu

dengan individu serta individu dengan lingkungannya yang membawa perubahan

tingkah laku, memotivasi dan menyediakan fasilitas agar terjadi proses belajar

pada diri siswa. Pembelajaran seni tari itu sendiri merupakan proses interaksi

antar siswa dengan lingkungan, baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru

12

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maupun siswa dengan alam dan lingkungannya yang membawa perubahan

tingkah laku secara terencana oleh guru melalui komponen-komponen

pembelajaran, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode

pembelajaran, sumber belajar, dan media pembelajaran serta evaluasi

pembelajaran. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari

mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar, sedangkan dalam aspek

keterampilan dari tidak bisa menjadi bisa, dan dan dari tidak terampil menjadi

terampil, serta dari aspek sikap adalah dari ragu-ragu menjadi yakin, dari kurang

ajar menjadi terpelajar. Dari pernyataan tersebut merupakan kriteria keberhasilan

belajar yang ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu

yang belajar, karena tanpa adanya perubahan tingkah laku, belajar tersebut dapat

dikatakan tidak berhasil. Begitu pula pada pembelajaran seni tari, perubahan

tingkah laku individu ditandai dengan adanya kriteria keberhasilan belajar yang

diharapkan, melalui proses interaksi antara individu siswa dengan yang lainnya,

dan individu siswa dengan lingkungan sekitar.

Berbicara mengenai pembelajaran seni tari, banyak para ahli

mengemukakan pendapatnya mengenai definisi tari itu sendiri dalam

Sekarningsih dan Rohayani (2006: 4), yaitu:

1. Curt Sach ahli sejarah musik dan sejarah tari dari Jerman menyatakan bahwa:

“tari adalah gerak yang ritmis”.

2. Corrie Hartong menyatakan, “tari adalah gerakan-gerakan yang diberi bentuk

dan ritme dari badan di dalam ruang.

3. Andre Levinsonmenjelaskan bahwa “Tari adalah bentuk tubuh yang

berkesinambungan melewati ruang yang telah ditentukan sesuai dengan ritme

tertentu serta mekanisme yang sadar”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seni tari adalah cabang

seni yang dalam pengungkapannya melalui media tubuh yaitu dengan gerak yang

ritmis atau melalui ruang yang telah ditentukan sesuai dengan ritme tertentu.

Sejalan dengan itu J. Verkuyl dalam Sekarningsih dan Rohayani (2006: 4)

mengemukakan bahwa “tari adalah gerak-gerak tubuh dan anggota-anggotanya

yang diatur sedemikian rupa sehingga berirama”. Dari pengertian-pengertian

13

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut menjelaskan bahwa tari merupakan media komunikasi rasa yang didasari

oleh gerak ekspresif dengan substansi bakunya adalah gerak dan ritme.

Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritme memiliki potensi

menjadi gerak tari. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tari adalah gerak-

gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama

yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Gerak-gerak dalam tari

harus diungkapkan secara ritmis, sehingga memunculkan karakteristik tertentu

sesuai dengan kualitas ritme yang dimunculkan. Sebagai bentuk latihan, tari

digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama atau ritme

seseorang.

Pendidikan seni tari adalah bidang studi yang dapat dijadikan sebagai

media untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pembelajaran seni tari,

juga dapat melatih kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide. Berdasarkan

kepada hal-hal di atas, maka kegiatan pembelajaran seni tari di sekolah perlu

untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

Pelaksanaan pembelajaran seni tari perlu dilaksanakan dan dikembangkan

diberbagai tingkatan sekolah. Seperti halnya dengan objek penelitian yang akan

peneliti lakukan berfokus pada proses pembelajaran di tingkat sekolah dasar.

Minat serta bakat menari perlu dipupuk sejak dini sebagai modal untuk

meneneruskan dalam pengembangan kesenian, khususnya seni tari. Dapat kita

ketahui di sekolah dasar, proses pembelajaran seni tari masih kurang dilaksanakan

dan dikembangkan, bahkan ada pula sekolah yang tidak melaksanakan

pembelajaran seni tari dengan alasan berbagai hal.

1. Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar (SD)

Dalam pelaksanaannya, tujuan utama pembelajaran seni tari

memperkenalkan konsep metodologi pembelajaran, namun pengembangan bakat

dan pengalaman siswa merupakan orientasi yang dilaksanakan dalam

pembelajarannya. Menurut Karyati dkk (2006: 33):

Terdapat dua hal sebagai pertimbangan pelaksanaan pendidikan seni tari di

sekolah dasar, yaitu pertama tari diajarkan untuk memberikan pengalaman

14

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

seseorang mampu mempresentasikan diri dihadapan orang lain (sebagai

pengembagan kepribadian), tari diajarkan untuk memberikan pengalaman

seseorang mengungkapkan ide atau gagasan (pengalaman berkarya).

Menanggapi hal tersebut, pembelajaran seni tari perlu dilaksanakan di

sekolah dasar agar minat serta bakat menari anak dipupuk dan dipelihara sejak

dini, serta untuk mengantisipasi kecenderungan tidak mengenalnya anak-anak

sebagai generasi penerus dalam kesenian terhadap seni tradisi disebabkan

kurangnya pengetahuan dan pemahaman mereka akan kesenian tradisi.

Seperti halnya pembelajaran seni tari di SD Negeri Sukamanah 2 yang

dalam pelaksanaannya masih perlu dikembangkan untuk mencapai suatu tujuan

pembelajaran seni tari yang berorientasi pada pengembangan kemampuan siswa,

baik dari segi fisik maupun psikisnya serta kecerdasan kinestetik yang dimiliki

setiap siswa. Kemampuan siswa dalam bergerak masih membutuhkan sarana atau

wadah untuk siswa mengembangkannya agar tercipta suatu kecerdasan kinestetik

yang lebih terolah dan terlatih, maka dari itu pembelajaran seni tari di sekolah

dasar khususnya di SD Negeri Sukamanah 2 perlu dilaksanakan.

2. Tujuan Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar (SD)

Dalam pendidikan, tari atau gerak merupakan media yang digunakan

untuk mengembangkan sikap, pola pikir, dan motorik anak menuju ke arah

kedewasaannya. Dalam tari juga anak tidak dituntut untuk terampil menari saja,

melainkan siswa dituntut untuk berkreativitas dan merasakan pengalaman estetik

melalui kegiatan berolah tari dan kecerdasan kinestetik.

Adapun tujuan dari pembelajaran seni tari di sekolah dasar menurut

Karyati dkk (2006: 33), yaitu:

Tujuan pendidikan seni di sekolah dasar ditekankan pada dua hal;

pertama siswa diharapkan mendapatkan pengalaman seni secara praktik

dan apresiatif, yaitu untuk menumbuhkan kepekaan rasa, pikir dan

kecintaannya terhadap seni. Kedua adalah untuk memberikan kontribusi

dalam pengembangan kepribdian dan pertumbuhan siswa yaitu melalui

aspek kognitif, aspek apektif, dan aspek psikomotor.

15

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa tujuan dari pembelajaran seni

tari untuk memberikan pengalaman seni pada siswa khususnya untuk siswa usia

sekolah dasar baik secara teks maupun konteksnya. Tujuan pembelajaran seni tari

ditandai dengan keterampilan dan kemampuan siswa dalam tari baik teks atau

konteks setelah siswa melakukan proses pembelajaran.

Pembelajaran seni tari di sekolah dasar merupakan suatu alat untuk

memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengalami pengalaman estetis dalam

mengembangkan pribadinya. Guru sebagai pendidik dituntut untuk dapat lebih

kreatif dalam proses belajar mengajar, agar pembelajaran seni tari di sekolah dasar

khususnya SDN Sukamanah 2 mampu mendorong minat serta mengolah

kecerdasan kinestetik siswa.

Pada dasarnya dalam pembelajaran memuat dua unsur yaitu adanya

kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan belajar biasanya lebih ditekankan pada

siswa sedangkan kegiatan mengajar lebih kepada guru. Dalam pelaksanaan

pembelajaran seni tari di sekolah-sekolah, pengalaman belajar mencipta seni

disebut sebagai pembelajaran berkarya. Pada usia sekolah dasar tentunya siswa

mengenal apa yang dinamakan dengan menari. Walaupun pada kenyataannya

hasil karya yang dihasilkan oleh siswa masih dalam bentuk gerak yang sederhana

namun dengan demikian siswa telah melalui suatu proses dalam pembelajaran.

Siswa kelas IV SDN Sukamanah 2 yang terdiri dari 31 orang memiliki

permasalahan yang rata-rata pada kepekaannya terhadap suatu iringan tari kurang.

Maka dari itu perlu adanya suatu perlakuan yang dapat menanggulangi

permasalahan tersebut. Peneliti berpendapat dengan pemafaatan

ritme,permasalahan siswa kelas IV SD Negeri Sukamanah 2 yang memiliki

keterbatasan dalam kepekaan iringan tari pada pembelajaran seni tari dapat

dijadikan sebagai solusi untuk siswa mengolah kemampuannya, selain itu

kecerdasan siswa dapat terolah yaitu kecerdasan kinestetik.

C. Pemanfaatan Ritme

16

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dipandang dari segi nilai estetis, ritme memegang peranan penting dalam

pengorganisasian gerakan tari dan memberikan kejelasan terhadap bentuk

keseluruhan. Hawkins (2003: 75):

Ritme adalah salah satu elemen estetis dalam tari yang sangat kuat. Ia

sekaligus suatu pengorganisisr dan suatu alat pemahaman. Sebagai

pengorganisir, ritme dapat dikatakan sebagai kekuatan yang luar biasa

yang mengikat bersama-sama berbagai macam elemen tari ke dalam suatu

struktur kesatuan yang harmonis. Sebagai suatu alat pemahaman, struktur

ritme tari dengan pengulangannya dan pola-pola perkembangannya

memberikan suatu kerangka kerja yang membuat kejelasan dan petunjuk

bagi penonton terhadap maksud kesadaran estetis.

Ritme merupakan bagian dari salah satu unsur dasar tari, yaitu unsur

waktu. Di dalam tari, unsur waktu ritme merupakan faktor yang sangat penting,

karena keduanya saling berhubungan untuk menjadikan sebuah tarian lebih hidup.

Berbicara ritme dalam tari, berikut definisi ritme menurut Karyati dkk

(2006: 7) dalam tari: “Ritme dalam gerak tari menunjukkan waktu dari setiap

perubahan detail gerak. Oleh sebab itu, ritme lebih mengarah ukuran cepat atau

lambatnya setiap gerakan yang dapat diselesaikan oleh setiap penari”.

Terjadinya ritme atau irama disebabkan oleh suatu susunan peristiwa yang

secara teratur terjadi berulangkali, misalnya peristiwa suara atau bunyi yang

datangnya dari sumber bunyi dengan sasarannya berupa waktu. Dari hasil

pantauan pengamatan Delphie (2005: 34) terhadap irama, mengenal irama sebagai

berikut ini:

1. Struktur irama berkaitan dengan pendengaran manusia (auditory), dan susunan

peristiwa mempunyai ukuran waktu yang disebut dengan bunyi atau suara.

2. Struktur irama yang berkaitan dengan penglihatan (visually) terdiri atas

susunan peristiwa ruang.

3. Struktur irama berkaitan dengan pengamatan (perceptive) disebut susunan

peristiwa yang berkaitan dengan gerak-tubuh manusia. Peristiwa-peristiwa yag

terjadi akan meliputi penggunaan waktu dan ruang dimana aksen akan

memberikan susunan irama terhadap gerakan-gerakan yang terjadi pada tubuh

seseorang bersangkutan.

Dalam dunia pendidikan, lingkungan sekolah yang memungkinkan

terwujudnya banyak gerakan dengan teratur dan berirama, sangat berarti sekali

bagi kelancaran proses pendidikan di sekolah yang bersangkutan. Dari kalimat

17

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran seni tari yang mencakup kegiatan

menari, mencipta dan mengapresiasi dapat berjalan dengan menarik, serta dapat

membantu siswa untuk berkembang kearah kedewasaan dan bertingkah laku. Ada

beberapa hal yang harus dimiliki dalam menari dan mencipta tari, salah satunya

yaitu rasa irama. Rasa terhadap irama wajib dimiiki oleh setiap penari dan

pencipta tari, agar dapat menyelaraskan antara gerak dan ritme dengan meletakan

aksen-aksen gerak sesuai dengan kebutuhan tari. Adapun rasa irama itu sendiri

menurut Sekarningsih dan Rohayani (2006: 72), yaitu:

Rasa irama yaitu kemampuan membedakan frase-frase yang menjadi

bagian pokok dari musik pengiring. Artinya, seorang penari dituntut

memiliki kemampuan bergerak baik seirama dengan ketukan maupun di

sela-sela ketukan. Misalnya dengan cermat dan tepat mengenali irama

pukulan gendang ataupun aksen-aksen musik pengiringnya. Di samping

itu, seorang penari harus mampu pula melakukan irama gerak tari, yang

meliputi pengaturan cepat dan lambat (tempo), berat-ringannya gerak,

serta peletakan aksen-aksen gerak sesuai dengan kebutuhan tarian. Dengan

demikian, tarian akan kelihatan lebih dinamis dan enak dilihat karena ada

keselarasan atara gerak dengan iramanya, hal ini biasa disebut pula dengan

kemampuan wirahma.

Dari penjelasan di atas, maka dari itu ritme perlu dimanfaatkan pada

pembelajaran seni tari di sekolah khususnya di SDN Sukamanah 2 yang

cenderung dalam pelaksanaannya siswa kurang dapat menyelaraskan antara gerak

dengan ritme atau iringan tari, akibatnya kecerdasan kinestetiknya kurang terolah.

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan pada pembelajaran

seni tari di kelas IV SD Negeri Sukamanah 2, dalam pemberian materi peneliti

terlebih dahulu mengenalkan lagu atau iringan tari yang kemudian dilakukan

ritme lagunya oleh siswa untuk memudahkan siswa dalam melakukan suatu

gerakan yang sesuai dengan ritme tersebut.

D. Kecerdasan Kinestetik

1. Pengertian Kecerdasan Kinestetik

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi

individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki individu akan diubah menjadi

18

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kompetensi. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat

ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu siswa. Sebagai

pendidik atau guru perlu memahami bakat dan kemampuan setiap individu siswa,

agar dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan bakat dan kecerdasannya.

Siswa merupakan individu yang memiliki potensi dan kecerdasan yang

berbeda antara yang satu dengan yang lainnya serta memiliki pilihan untuk

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Keberhasilan dalam hidup seseorang

harus dipersiapkan, terutama keberhasilan anak untuk menghadapi masa depan.

Untuk menjamin keberhasilan tersebut tidak dapat hanya mengandalkan nilai

yang baik saja, namun harus didasari dari pengembangan dan pengolahan bakat

atau kecerdasan yang dimiliki individual anak. Gardner dalam Lwin et al (2008:

2) mengusulkan:

Kecerdasan memiliki tujuh komponen, yang dinamakan tujuh kecerdasan

ganda. Selain kecerdasan linguistik- verbal dan kecerdasan logis-matematis,

kecerdasan lain juga meliputi kecerdasan spasial-visual, kecerdasan ritmik-

musik, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan

intrapersonal.

Banyak diantara manusia yang telah dikondisikan untuk meyakini bahwa

kecerdasan adalah sesuatu yang dikaruniakan kepada kita sebagai makhluk-Nya.

Sementara manusia dapat menyangkal adanya banyak contoh orang yang

dilahirkan dengan karunia kecerdasan tertentu, penelitian juga telah membuktikan

bahwa sebagian besar kecerdasan seseorang dibina melalui latihan. Berkenaan

dengan hal di atas seseorang dalam mengungkapkan perasaannya melalui tari

diperlukan kecerdasan. Salah satunya yaitu kecerdasan kinestetik.

Kecerdasan kinestetik/gerak tubuh termasuk dalam kemampuan untuk

menyatukan tubuh dan pikiran dalam menyempurnakan pementasan fisik.

Berawal dari kontrol reflek dan gerakan-gerakan sukarelawan, kemajuan

kecerdasan kinestetik digunakan oleh tubuh dalam membedakan jalan

kecakapan. Dickinson (Juliati, 2008: 24).

Bedasarkan pernyataan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

kecerdasan kinestetik ditunjukan dengan adanya kemampuan dalam menggunakan

tubuh secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan.

19

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kecerdasan ini juga meliputi keterampilan fisik dalam bidang koordinasi,

keseimbangan, daya tahan, kekuatan, kelenturan dan kecepatan. Sama seperti

halnya dengan anak yang cerdas kinestetik membutuhkan penyaluran energi gerak

yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak begitu kuat dalam kecerdasan ini.

Jika anak-anak yang cerdas bahasa tidak bisa tinggal diam dalam kata-

kata, anak yang cerdas kinestetik tidak bisa diam dalam gerak. Dalam wadah yang

tepat, anak yang cerdas kinestetik akan menunjukkan kepiawaian gerak yang

lincah, indah, cermat, kuat, dan stabil.

Kecerdasan kinestetik merupakan suatu proses penyelarasan ide dan

pikiran anak yang akan diungkapkan ke dalam bentuk gerak sehingga maksud dari

ungkapan anak tersebut dapat dimengerti oleh orang lain. Kecerdasan kinestetik

juga melatih berbagai aspek motorik yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Berkaitan dengan hal tersebut, perkembangan siswa usia sekolah dasar

aspekperkembangan motorik lebih berkembang dari pada intelektualnya, hal

tersebut dapat dimanfaatkan untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran seni tari

agar dapat mengolah kecerdasan kinestetiknya secara optimal melalui

pemanfaatan ritme. Kecerdasan kinestetik merupakan tujuan dari hasil penelitian

yang akan dilakukan peneliti pada penelitian yang akan dilakukan di kelas IV SD

Negeri Sukamanah 2. Keberhasilan dari penelitian yang dilakukan peneliti adalah

terolahnya kecerdasan kinestetik siswa kelas IV SD Negeri Sukamanah 2 melalui

pemanfaatan ritme lagu atau iringan tari.

2. Aktivitas untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan kinestetik dapat diolah melalui gerak irama. Gerakan berirama

merupakan suatu keadaan gerak yang dilakukan secara teratur menurut irama

gerak maupun irama musik. Delphie (2005: 11) menjelaskan bahwa “…gerak

irama sangat diperlukan bagi setiap guru karena program berpola gerak dan

irama dapat membantu perkembagan fisik…” Dapat disimpulkan, gerak irama

merupakan salah satu aktivitas yang dapat mengolah kecerdasan kinestetik siswa

20

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada pembelajaran seni tari dengan mengolah pola-pola ritme menjadi gerakan-

gerakan yang baru yang diciptakan siswa itu sendiri.

Pemanfaatan ritme lagu atau iringan tari pada pembelajaran seni tari di

kelas IV SD Negeri Sukamanah 2 merupakan suatu cara atau aktivitas yang

mengarah kepada perkembangan fisik yang lebih terlatih, yaitu kecerdasan

kinestetik yang terolah. Hal tersebut dapat memotivasi siswa dalam proses

pembelajaran seni tari khususnya menari serta mendapatkan peningkatan hasil

belajar siswa. Setiap proses pembelajaran perlu ada rancangan atau langkah yang

harus disusun dan dibuat sebelum pendidik atau guru melakukan suatu proses

mengajar. Adapun konsep yang disusun peneliti sebagai guru yang akan

digunakan untuk pedoman pada saat penelitian proses pembelajaran di kelas IV

SD Negeri Sukamanah 2:

Bagan 2.1

Konsep Pembelajaran Seni Tari Melalui Pemanfaatan Ritme untuk

Mengolah Keserdasan Kinestetik Siswa

Siswa

Hasil

Kecerdasan kinestetik siswa terolah

dalam:

Kesesuaian gerak dengan irama

atau ritme iringan tari

Kreativitas siswa mengeksplorasi

Pembelajaran Seni Tari Melalui Pemanfaatan Ritme untuk Mengolah

Kecerdasan Kinestetik

Menganalisis

beberapa iringan

tari.

Mendemonstrasi-

kan hasil karya

tari

Pemahaman dan

implementasi

ritme.

Eksplorasi gerak

Pertemuan 1 Pertemuan 4 Pertemuan 2 Pertemuan 3

21

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bagan di atas merupakan gambaran umum dari konsep pembelajaran yang

akan peneliti lakukan pada proses pembelajaran seni tari di SD Negeri Sukamanah

2 Kabupaten Bandung. Pemaparan dari setiap pertemuan pada proses

pembelajarannya terdapat pada tabel 2.1. Adapun tabel tersebut adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1

Pembelajaran Seni Tari Melalui Pemanfaatan Ritme untuk Mengolah

Keserdasan Kinestetik Siswa

Pertemuan Materi Uraian Kegiatan

1

Menganalisis

beberapa iringan

tari.

Pada tahap ini siswa diharapkan dapat

menganalisis beberapa iringan tari yang

diberikan dengan pola ritme yang berbeda.

Adapun yang dianalisisnya yaitu lagu anak

menanam jagung, lagu anak naik delman,

lagu anak burung kutilang, lagu anak naik-

naik ke puncak gunung siswa diharapkan

dapat menganalisis ritme lagu dalam iringan

tari tersebut. Tahap ini bertujuan untuk

melatih kemampuan analisis siswa sehingga

22

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat memotivasi mengolah kecerdasan

kinestetik siswa secara optimal.

2

Pemahaman dan

implementasi

ritme.

Pada tahap ini diharapkan siswa dapat

mengidentifikasi hasil analisis kedalam

sebuah partitur yang akan menghasilkan

beragam gerak hasil karya siswa itu sendiri.

Pada tahap ini diharapkan siswa dapat lebih

memahami ritme gerak serta dapat

membedakannya dengan unsur waktu

lainnya, yaitu birama dan tempo. Selain itu

siswa mampu mengimplementasikan

pemahamannya ke dalam sebuah gerakan

tari.

3 Eksplorasi gerak

Pada tahap ini siswa diarahkan dan

dibimbing untuk mengeksplorasi gerak tari

dari hasil analisis lagu melalui pemanfaatan

ritme. Adapun pemanfaatan ritme tersebut

diberikan dengan berbagai pola ritme yang

bertujuan untuk siswa mengolah gerak dan

kecerdasan kinestetiknya, yaitu koordinasi

antara pikiran dengan tubuh.

4

Mendemonstrasi-

kan hasil karya

tari

Pada tahap ini siswa mendemonstrasikan

hasil karyanya secara kelompok dengan

diiringi lagu anak sebagai iringan tari.

Adapun iringan tari atau lagu yang

digunakan, yaitu: Lagu Naik Delman yang

memiliki birama 2/4, Naik-naik ke Puncak

Gunung yang memiliki birama 3/4, Burung

23

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kutilang yang memiliki birama 4/4.

E. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya sebagai relevansi pada

penelitian yang akan peneliti lakukan penelitian adalah dalan skripsi Asep

Nugraha (2008) dengan judul “Kreativitas Gerak Siswa Tunanetra Melalui

Stimulus Auditif pada Pembelajaran Gerak dan Irama di SMALB-A Negeri

Bandung” menyatakan bahwa konsep penelitian yang telah dilakukan adalah

untuk mengetahui kreativitas siswa tunanetra dalam menemukan,

mengembangkan, dan menyajikan gerak mengikuti irama musik pada siswa

tunanetra tingkat menengah luar biasa. Pemaparan penelitian yang disajikan

adalah hasil proses pembelajaran seni tari melalui rangsang auditif dengan pola-

pola irama pada siswa yang memiliki keterbatasan atau tunanetra di SMALB

melalui cara atau metode gerak dan irama. Pada penelitian ini, terlebih dahulu

siswa diberikan instruksi untuk melakukan gerak sehari-hari tanpa pembetulan,

kemudian dari gerak-gerak tersebut dilakukan stilasi sebagai eksplorasi gerak

siswa dengan pola-pola irama yang diberikan.

Adanya penelitian sebelumnya tersebut, meskipun terdapat kesamaan dari

penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan,

kesamaannya yaitu terdapat pada rangsang atau materi yang diberikan yaiti irama

atau ritme. Namun terdapat pula perbedaan yang dijadikan sebagai fokus dari

masing-masing penelitian baik yang terdahulu maupun penelitian yang akan

peneliti lakukan. Adapun perbedaannya yaitu dari objek yang akan diberikan

perlakuan peneliti berfokus pada kelas IV sekolah dasar, pemaparan dari hasil

yang disajikan berfokus pada bagaimana pengolahan kecerdasan kinsetetik siswa

kelas IV SD melalui pemanfaatan ritme lagu. Perbedaan lain yang dapat peneliti

simpulkan dari pemaparan penelitian terdahulu terlihat pula dari penggunaan

stimulus atau materi yang diberikan. Pada penelitian sebelumnya siswa diberikan

rangsangan atau stimulus dari pola-pola ritme baru yang dibuat sendiri, sedangkan

penelitian yang akan dilakukan peneliti mengambil dari ritme lagu yang sudah ada

24

Septyani Purwatresna,2013

Pemanfaatan Ritme Pada Pembelajaran Seni Tari

Untuk Mengolah Kecerdasan Kinestetik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sukamanah 2 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

karena menurut pemahaman peneliti bahwa siswa akan lebih mudah diberikan

rangsangan lagu yang sudah mereka kenal dan dengan sendirinya siswa akan

mengetahui bagaimana ritme lagu dari lagu-lagu tersebut, serta memudahkan

peneliti dalam memeberikan pemahaman tentang ritme itu sendiri. Dari proses

pemahaman ritme pada siswa peneliti hanya tinggal memberikan ritme lagu

dengan tepukan kemudian siswa menebak apa judul lagu tersebut, kemudian

siswa diberi lagu dan siswa melakukan tepukan lagu tersebut sesuai ritmenya.

Dari pemaparan tersebut siswa diharapkan dapat mengeksplorasi dan

mengungkapkan ide gerak sesuai kreativitas masing-masing dengan tujuan untuk

memotivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

dalam aspek pengolahan kecerdasan kinestetiknya.