20
10 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Perilaku Agresi 1.1.1. DefinisiPerilaku Agresi Menurut Buss (dalam Sarah, 2005) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja yang dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (secara fisik dan verbal) yang dimaksudkan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss & Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah dan permusuhan. Selanjutnya Buss & Werren (2000) juga mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk dari impuls yang dapat menimbulkan tingkah laku agresif adalah kemarahan, emosi, sakit hati, serta keinginan melukai atau merugikan orang lain. Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mengemukakan agresi merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai orang lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu.Hal senada juga diungkapkan oleh (Krahe, 2005) bahwa definisi agresi disajikan berdasarkan fokusnya terhadap tiga aspek yaitu akibat merugikan/menyakitkan, niat, dan harapan untuk merugikan, dan

BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Perilaku Agresi 1.1.1 ......perilaku agresif adalah suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    1.1. Perilaku Agresi

    1.1.1. DefinisiPerilaku Agresi

    Menurut Buss (dalam Sarah, 2005) mendefinisikan perilaku agresif

    sebagai suatu perilaku yang dilakukan secara sengaja yang dapat dilakukan

    secara langsung atau tidak langsung (secara fisik dan verbal) yang

    dimaksudkan untuk menyakiti makhluk hidup lain. Buss & Perry (1992)

    mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu kecenderungan perilaku

    yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan

    verbal, amarah dan permusuhan. Selanjutnya Buss & Werren (2000) juga

    mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk dari impuls yang dapat

    menimbulkan tingkah laku agresif adalah kemarahan, emosi, sakit hati,

    serta keinginan melukai atau merugikan orang lain.

    Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mengemukakan agresi

    merupakan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau

    melukai orang lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu.Hal

    senada juga diungkapkan oleh (Krahe, 2005) bahwa definisi agresi

    disajikan berdasarkan fokusnya terhadap tiga aspek yaitu akibat

    merugikan/menyakitkan, niat, dan harapan untuk merugikan, dan

  • 11

    keinginan orang yang menjadi sasaran agresi untuk menghindari stimuli

    yang merugikan itu.

    Buss (dalam Indarsih, 2003) mengemukakan manusia dalam kaitan

    kehidupannya tidak terlepas dari perilaku agresif. Perilaku agresif sudah

    mulai nampak sejak individu tersebut memasuki masa kanak-kanak.

    Menurut Indarsih (2003) bentuk-bentuk perilaku agresif yang diarahkan ke

    luar maupun ke dalam adalah merupakan gejala umum tingkah laku

    agresif. Contoh perilaku diarahkan ke luar maupun ke dalam diri seseorang

    seperti bertindak kasar sehingga menyakiti orang lain, berkelahi, membuat

    onar di sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, mengabaikan perintah

    dan melanggar perintah. Sedangkan bentuk perilaku agresif yang diarahkan

    ke dalam antara lain kecenderungan putus asa, dan rasa tidak aman

    sehingga menarik diri dari kegiatan, cenderung tidak tertarik pada

    kesenangan yang sifatnya berkelompok, apatis terhadap kegiatan sekolah

    ataupun masyarakat.

    Teori belajar mengungkapkan bahwa perilaku agresif merupakan

    perilaku yang dilakukan serta memiliki tujuan untuk melukai korban,

    dalam hal itu di dahului oleh observasi terhadap model (contoh agresi).

    Motif utama perilaku agresif sendiri adalah keinginan untuk menyakiti

    orang lain atau melukai orang lain yang tidak disadari yang tidak

    memperdulikan realitas, tidak terpengaruh oleh waktu, tidak menyensor

    diri sendiri dan bekerja atas dasar prinsip kesenangan serta amoral untuk

  • 12

    mengekspresikan perasaan-perasaan negatif atau keinginan untuk

    mengekspresikan perasaan-perasaan negatif .

    Berdasarkan pendapat diatas, penulis merasa tertarik dengan

    pendapat Buss & Perry sehingga penulis menyimpulkan perilaku agresif

    dengan berdasarkan definisi yang dibuat oleh Buss & Perry (1992) bahwa

    perilaku agresif adalah suatu kecenderungan perilaku yang dilakukan

    secara sengaja untuk menyakiti orang lain secara fisik dan verbal, amarah

    dan permusuhan.

    1.1.2. Jenis-jenis perilaku Agresi

    Secara umum Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi

    sebagai berikut:

    1. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) adalah

    perilaku agresi yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan dilakukan

    semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau

    menyakiti.

    2. Agresi instrumental adalah perilaku agresi yang dilakukan oleh

    individu sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.

    Berkowitz (1995), membedakan agresi menurut sasarannya kedalam

    duajenis, yaitu:

    1. Agresi Instrumental, yaitu agresi yang dilakukan oleh individu

    sebagai alat atau cara untukmencapai tujuan tertentu.

  • 13

    2. Agresi Impulsif, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai

    pelampiasan keinginan untukmelukai, menyakiti dan juga

    menimbulkan efek kerusakan, kematian pada korban.

    Buss & Perry (1992), berpendapat bahwa ada empat bentuk pola agresi

    yang biasa dilakukan oleh individu, yaitu :

    1. Agresi fisik

    Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik, seperti

    memukul, menendang dan lain-lain.

    2. Agresi verbal

    Agreesi yang dilakukan secara verbal kepada lawan, seperti

    mengumpat, menyebarkan cerita yang tidak menyenangkan tentang

    korban kepada orang lain, memaki, mengejek, membentak, dan

    berdebat.

    3. Agresi Benci

    Agresi yang semata-mata dilakukan sebagai pelampiasan keinginan

    untuk melukai, menyakiti atau agresi yang tanpa tujuan selain untuk

    menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran

    atau korban.

    4. Agresi instrumental

    Agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau

    cara untuk mencapai tujuan tertentu.

  • 14

    1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresi

    Menurut Davidoff (dalam Mutadin, 2002)perilaku agresif remaja

    dipengaruhi oleh beberapa faktor:

    1. Faktor Biologis

    Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku

    agresif yaitu:

    a. Gen

    Tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak

    yang mengatur perilaku agresi. Ada hubungan antara faktor genetik

    atau keturunan terhadap perilaku agresif manusia.

    b. Sistem otak

    Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata dapat

    memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan

    agresi.

    c. Kimia darah

    Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan

    faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi. Pada

    wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan

    yaitu estrogendan progresteronmenurun jumlahnya akibatnya banyak

    wanita melaporkan bahwa perasaan wanita menjadi mudah

    tersinggung, gelisah, tegang dan bermusuhan. Selain itu banyak wanita

  • 15

    yang melakukan pelanggaran hukum (melakukan tindakan agresi) pada

    saat berlangsungnya siklus haid ini.

    2. Faktor lingkungan

    Yang mempengaruhi perilaku agresif remaja yaitu:

    a. Kemiskinan

    Remaja yang besar dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku

    agresi remaja secara alami mengalami penguatan. Hal yang sangat

    menyedihkan adalah dengan berlarut-larut terjadinya krisis ekonomi

    dan moniter yang menyebabkan pembengkakan kemiskinan yang

    semakin tidak terkendali. Hal ini berarti potensi meledaknya tingkat

    agresi semakin besar.

    b. Anonimitas

    Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia

    menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain

    tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung

    menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri). Jika seseorang

    merasa anonim cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena

    merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati

    dengan orang lain.

  • 16

    c. Suhu udara yang panas

    Suhu suatu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap

    tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. Pada tahun 1968,

    US Riot Comision pernah melaporkan bahwa dalam musim panas,

    rangkaian kerusuhan dan agresivitas massa lebih banyak terjadi di

    Amerika Serikat dibandingkan dengan musim-musim lainnya.

    3. Kesenjangan generasi

    Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak

    dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi

    yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan

    komunikasi antara orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu

    penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.

    4. Amarah

    Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system

    saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang

    sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang

    mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak. Pada saat amarah ada

    perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar

    sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut

    disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.

  • 17

    5. Peran belajar model kekerasan

    Menyaksikan adegan kekerasan dapat menyebabkan terjadinya

    proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif

    untuk terciptanya perilaku agresif.

    6. Frustasi

    Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam

    mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau

    tindakan tertentu. Frustasi ini kemudian melahirkan agresi, karena

    agresi bisa meringankan emosi negatif (Bushman, Baumeister, &

    Philips, 2001 dalam Davidoff).

    7. Proses pendisiplinan yang keliru

    Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras

    terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat

    menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan

    disiplin seperti ini akan membuat remaja menjadi seorang penakut,

    tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi

    hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada

    akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi kepada

    orang lain.

    Menurut Willis (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

    agresif adalah sebagai berikut :

  • 18

    1. Kondisi pribadi anak

    Adalah kondisi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu ,

    lemahnya kontrol diri terhadap lingkungan, kurang mampu

    menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kurangnya dasar

    keagamaan.

    2. Kondisi lingkungan keluarga

    Lingkungan keluarga yang kurang memberi kasih sayang dan

    perhatian sehingga anak mencarinya dalam kelompok sebaya,

    keluarga yang lemah dan keluarga yang kurang harmonis.

    3. Kondisi lingkungan masyarakat

    Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, terbelakang pendidikan

    pada masyarakat, kurangnya pengawasan terhadap anak jalanan,

    pengaruh norma-norma baru yang ada diluar.

    4. Kondisi lingkungan sekolah, seperti kurangnya perhatian guru.

    (Pearche, 1987dalam Willis, 1981) menyatakan bahwa perilaku

    agresif diperoleh dari belajar dengan perantara model dan akibat

    timbal balik dengan keadaan sosialnya dan seseorang belajar

    melakukan tindak agresi dengan melalui imitasi dan pemberian

    penguat.

  • 19

    1.1.4. Aspek-Aspek Perilaku Agresif

    Buss dan Perry (1992) mengemukakan bahwa ada tiga aspek untuk

    mengukur kecenderungan perilaku agresif, diantaranya :

    1. Agresi fisik dan verbal

    Agresi fisik adalah perilaku yang bertujuan untuk menyerang,

    melukai dan melanggar hak orang lain yang dilakukan secara fisik.

    Sedangkan agresi verbal adalah perilaku yang bertujuan untuk

    menyerang, melukai dan melanggar hak orang lain berupa perkataan atau

    ucapan.

    2. Kemarahan

    Reaksi emosional akut ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang

    merangsang termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri,

    serangan lisan, kekecewaan atau frustasi, dan dicirikan oleh reaksi darurat

    pada sistem syaraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian

    simpatik, dan secara implikit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah,

    baik yang bersifat somatik atau jasmaniah maupun yang verbal atau lisan.

    3. Permusuhan

    Kecenderungan ingin menimbulkan kerugian, kejahatan,

    gangguan atau kerusakan pada orang-orang lain, kecenderungan

    melontarkan rasa kemarahan pada orang lain.

  • 20

    1.2. Perhatian Orang Tua

    1.2.1. Pengertian Perhatian Orang Tua

    Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam

    masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental,

    oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam

    mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal

    maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih

    dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak

    kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat

    menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-

    anak terperosok atau tersesat jalannya.

    Seperti yang dikemukakan oleh Verbeek(1978)perhatian orang

    tua merupakan hal yang penting, dalam hal ini perhatian diberikan oleh

    orang tua yang dinyatakan dalam sikap-sikap terbuka atau terarah dan itu

    pun dilakukan secara sadar. Memperhatikan berarti menolong seseorang

    berkembang dan ini merupakan suatu proses, suatu cara menjalin relasi

    dengan seseorang.

    Menurut Crowd (dalam Mugiyati, 2003) bahwa memberikan

    perhatian berarti memberi petunjuk pada pikiran-pikiran anak kearah ide-

    ide yang utama atau mendorong anak untuk mengatakan sesuatu dengan

    keyakinan dan kenyataan yang ada.

  • 21

    Seperti yang diterangkan oleh Kartono (2000) bahwa keluarga

    merupakan lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses

    sosialisasi dan sivilisasi pribadi anak. Dengan demikian perlu adanya

    perhatian dari keluarga karena perhatian keluarga memberikan pengaruh

    pada pembentukan watak dan kepribadian anak sertamenjadi unit sosial

    terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak,

    sehingga dalam hal ini perhatian orang tua sangat diperlukan dalam

    perkembangan anak.

    Remaja tumbuh mulai dari keluarga dan dari orang tualah yang

    dekat dengan anak. Dalam hal ini orang tua haruslah menjadi pemimpin

    yang baik, yaitu pemimpin yang berada di muka, pemimpin yang berada

    ditengah-tengah serta pemimpin yang mengawasi dari belakang. Dengan

    bertindak sebagai pemimpin orang tua tidaklah hanya sebatas mengawasi,

    tetapi remaja perlu adanya teladan, dorongan dan perhatian dari orang

    tua.

    Perhatian orang tua merupakan salah satu bagian terpenting dalam

    proses perkembangan psikologis remaja dimana pada akhirnya juga akan

    mempengaruhi perilaku remaja tersebut. Jadi perhatian orang tua perlu

    ditunjukkan dengan respon-respon yang memuaskan karena hal itu dapat

    merangsang remaja untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang

    berlaku (Mugiyati, 2003) dan sebaliknya akan menjadi masalah jika

    perhatian itu ditunjukkan dengan respon-respon yang kurang memuaskan,

  • 22

    mencela atau mengancam pada anak yang melanggar standar moral yang

    akibatnya anak merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung

    sehingga anak lebih suka kmelakukan hal-hal yang melanggar nilai-nilai

    moral untuk menarik perhatian orang tua (Kartono, 1998).

    Kartono (dalam Dewi, 2002) perhatian merupakan reaksi umum

    dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktifitas,

    daya konsentrasi dan pembatasan. Suryabrata (2000) mengartikan

    perhatian adalah pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada satu objek,

    juga banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang

    dilakukan.

    1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua

    Menurut Ahmadi (1982) hal-hal yang mempengaruhi perhatian orang tua

    antara lain

    1. Pembawaan

    Pembawaan merupakan tipe-tipe pribadi yang dimiliki oleh setiap

    orang tua, tipe-tipe kepribadian yang berbeda pada orang tua akan

    berbeda pula sikapnya dalam memberikan perhatian kepada anak.

    2. Kebutuhan

    Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai

    suatu tujuan yang harus dicurahkan.

  • 23

    3. Kewajiban

    Kewajiban mengandung unsur tanggung jawab yang harus dipenuhi

    oleh orang tua

    4. Keadaan Jasmani

    Tidak hanya kondisi psikologis tetapi kondisi fisiologis juga ikut

    mempengaruhi perhatian orangtua, kondisi fisiologis yang tidak sehat

    akan berpengaruh pada usaha orangtua dalam mencurahkan

    perhatiannya.

    5. Suasana Jiwa

    Keadaan batin, perasaan atau pikiran yang sedang berlangsung yang

    dapat mempengaruhi perhatian orangtua. Hal ini bisa bersifat

    membantu atau sebaliknya bisa juga menghambat usaha orangtua

    dalam memberi perhatian.

    6. Suasana Sekitar

    Merupakan suasana dalam keluarga itu sendiri, misalnya ada

    ketegangan diantara anggota keluarga akan mempengaruhi perhatian

    orang tua.

    1.2.3. Aspek-aspek Perhatian Orang Tua terhadap Anak

    Aspek-aspek perhatian orang tua terhadap anak menurut Kartono

    (dalam Mugiyati, 2003) antara lain :

  • 24

    1. Memantau kegiatan anak

    Orang tua memantau kegiatan anak baik didalam maupun diluar

    rumah, agar dapat memahami apa saja yang dilakukan oleh anak.

    2. Membangkitkan Semangat Belajar

    Orang tua harus bisa memotivasi anak untuk rajin belajar, agar anak

    dalam belajar juga semangat karena itu merupakan tugas dan

    tanggungjawab anak sebagai siswa.

    3. Pemenuhan Kebutuhan

    Memenuhi kebutuhan anak baik secara materi maupun psikologis

    merupakan suatu wujud dari perhatian orang tua.

    4. Dorongan Kepada Anak untuk Memenuhi Peraturan

    Orang tua harus sabar dalam mengarahkan anak-anaknya untuk

    tidak melanggar aturan-aturan yang telah ada. Karena anak remaja

    yang sedang mengalami pergolakan di dalam hatinya, biasanya

    cenderung ingin melakukan sesuatu yang belum pernah

    dilakukannya.

    5. Memahami dan mengajak berkomunikasi

    Hal ini sangat penting, karena dengan memahami dan mengajak

    anak untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Keakraban

    dapat menjadikan saling mengerti danmemahami keinginan antara

    orang tua dan anak.

  • 25

    1.3. Pengertian Remaja

    Menurut Santrock (2002), remaja (adolescene) diartikan sebagai

    masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang

    mencakup perubahan kognitif dan sosial emosional.Selanjutnya Papalia &

    Olds (dalam Santrock, 2002) berpendapat bahwa masa remaja merupakan

    masa antara kanak-kanak dan dewasa dimulai pada usia 12 atau 13 tahun

    dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun.

    1.3.1. Tugas Perkembangan Remaja

    Pikunas (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas

    perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir

    remaja, yaitu :

    1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-

    hal yang berkaitan dengan fisiknya

    2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-

    figur otoritas

    3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi

    interpersonal, belajar membina relasi dengan teman sebaya

    dan orang dewasa, baik secara individu maupun dalam

    kelompok

    4. Menemukan model untuk identifikasi

  • 26

    5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan

    sumber-sumber yang ada pada dirinya

    6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-

    prinsip yang ada

    7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang

    kekanak-kanakan.

    Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (dalam

    Agustiani, 2006) adalah:

    1. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman

    seusia dari kedua jenis kelamin

    2. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial

    3. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif

    4. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan

    orang dewasa lainnya

    5. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga

    6. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi

    7. Menemukan set dari nilai-nilai dan system etika sebagai

    petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi

    8. Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku sosial

    secara bertanggung jawab

  • 27

    1.4.Hubungan Perhatian Orang Tua Dengan Perilaku Agresif Remaja

    Secara umum tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan

    diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Remaja tidak

    hanya akan mempertanyakan siapa dirinya tetapi juga harus menyesuaikan

    diri dengan tuntutan-tuntutan lingkungan (dalam Agustiani 2006). Pada

    masa-masa transisi seperti inilah banyak menimbulkan konflik, frustasi

    dan tekanan-tekanan yang dapat memungkinkan remaja akan mudah

    bertindak agresif.

    Menurut Kartini Kartono (1992), anak-anak yang kurang

    mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua akan merasa tidak

    aman, merasa kehilangan tempat berlindung dan berpijak. Sehingga anak

    akan mengembangkan reaksi kompensatoris negatif dalam bentuk dendam

    dan sikap bermusuh terhadap dunia luar. Seperti contohnya melakukan

    tindakan yang agresif untuk menarik perhatian dan mengganggu orang

    tuanya.

    Menurut Mugiyati (2003) bahwa dalam aspek perhatian orang tua

    yang salah satunya adalah memahami dan mengajak berkomunikasi, hal

    ini sangat penting karena hanya dengan memahami dan mengajak anak

    untuk berkomunikasi akan terjalin keakraban. Jika kurang adanya

    komunikasi antara orang tua dan anak, maka orang tua tidak akan tahu

    dan tidak akan dapat memahami apa yang menjadi keinginan anaknya.

  • 28

    Hal ini bisa menimbulkan anak berperilaku agresif pada orang tua, orang

    lain atau bahkan pada benda di sekelilingnya (Mugiyati, 2003).

    1.5. Temuan Penelitian Yang Relevan

    Ada berbagai macam penelitian yang relevan dengan penelitian

    ini. Penelitian yang dilakukan oleh Karunianti, Korri, Eddy(2005) dengan

    judul “Hubungan Interaksi Orang Tua dan Anak dengan Intensi Agresi

    Pada Remaja Awal”. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada

    hubungan yang signifikan antara tingkat interaksi orang tua dan anak

    dengan intensi agresi pada remaja awal yang ditunjukkan dengan rxy

    sebesar 0,60 dengan p>0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak

    ada hubungan yang signifikan antara interaksi orang tua dan anak dengan

    intensi agresi.

    Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sholikah, Sholikah, (2007)

    Hubungan Antara Pola Komunikasi Remaja Terhadap Orang Tua dengan

    Perilaku Agresif remaja pada Pelajar di SMK Karya Nugroho Boyolali.

    Dari hasil penelitian ini didapatkan p value = 0,011 (p value < 0,05). Hal

    ini berartiterdapat hubungan yang signifikan antara pola komunikasi

    remaja terhadap orangtua dengan perilaku agresif remaja pada pelajar

    SMK Karya Nugraha Boyolali.

    Penelitian R, Ester Lina (2006) ditunjukkan bahwa terdapat

    hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap perhatian

  • 29

    orangtua dengan kecenderungan perilaku agresif pada remaja di SMP N

    10 Salatiga dengan r=-0,245 dan p