Upload
volien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1. Definisi
Menurut Stoner (1996), manajemen sumber daya manusia adalah
fungsi manajemen yang berhubungan dengan rekrutmen, penempatan,
pelatihan, dan pengembangan anggota organisasi atau dapat dikatakan
sebagai fungsi manajemen yang dilakukan oleh manajer untuk merekrut,
menyeleksi, melatih, dan mengembangkan anggota organisasi.
2.1.2. Fungsi yang dimiliki Departemen Sumber Daya
Manusia
1. Perencanaan sumber daya manusia
Didesain untuk memastikan bahwa personel yang diperlukan akan
selalu terpenuhi secara memadai.
Hal tersebut dapat dicapai dengan analisis dua faktor, yaitu : faktor
internal seperti kebutuhan keterampilan yang ada sekarang dan yang
diharapkan, lowongan, dan perluasan departemen seperti
6
pengurangan. Faktor eksternal (dilingkungan) seperti pasar tenaga
kerja.
2. Rekrutmen
Berkaitan dengan mengembangkan cadangan calon karyawan sejalan
dengan rencana sumber daya manusia. Calon karyawan biasanya
diperoleh lewat iklan disurat kabar dan jurnal professional, agen
tenaga kerja, berita lisan yang tersebar, dan kunjungan kekampus
berbagai perguruan tinggi
3. Seleksi
Termasuk menggunakan formulir lamaran, daftar riwayat hidup,
wawancara, pengujian keterampilan, dan mencocokkan informasi
dari referensi untuk mengevaluasi dan menyaring calon karyawan
bagi manajer, yang akhirnya akan memilih dan menerima calon.
4. Sosialisasi (orientasi)
Didesain untuk membantu orang yang terpilih menyesuaikan diri
dengan mulus kedalam organisasi. Pendatang baru diperkenalkan
kepada para rekan sekerja, terbiasa dengan tanggung jawabnya, dan
diberi tahu mengenai budaya organisasi, kebijakan, dan harapan
yang bersangkutan dengan tingkah laku karyawan.
5. Pelatihan dan pengembangan
Keduanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan karyawan
dalam memberikan kontribusi pada efektivitas organisasi. Pelatihan
didesain untuk meningkatkan keterampilan dalam pekerjaan yang
7
sekarang; program pengembangan didesain untuk menyiapkan
karyawan sebelum dipromosikan.
6. Penilaian prestasi kerja
Membandingkan prestasi kerja seseorang dengan standar atau tujuan
yang dikembangkan untuk posisi orang tersebut. Prestasi yang
rendah mungkin menandakan perlunya tindakan korektif, seperti
pelatihan tambahan, demosi, atau PHK, bonus, atau promosi.
Walaupun supervisor langsung seorang karyawan melakukan
penilaian prestasi, departemen manajemen SDM bertanggung jawab
untuk bekerja dengan manajemen tingkat atas untuk menetapkan
kebijakan yang menajdi pedoman semua penilaian prestasi.
7. Promosi, transfer, demosi, dan PHK
Mencerminkan nilai seorang karyawan bagi organisasi. Karyawan
berprestasi tinggi dapat dipromosikan atau ditransfer untuk
membantu mengembangkan keterampilan mereka, sedangkan
karyawan berprestasi rendah mungkin didemosikan, ditransfer ke
posisi yang ke posisi yang kurang penting, atau bahkan PHK. Pilihan
apapun pasti akan mempengaruhi perencanaan sumber daya
manusia.
8
2.2. Motivasi
2.2.1. Definisi
Menurut Kanfer (1990), motivasi adalah suatu (hypothetical
construct), kita tidak dapat melihatnya ataupun merasakannya. Kita dapat
melakukan observasi dampak atau berdasarkan produk bahwa ada indikasi
adanya tingkatan dari motivasi.
Berdasarkan Finder (1998), motivasi melukiskan dalam bentuk (form),
arah (direction), intensitas (intensity) dan durasi (duration) dari bekerja
yang berkaitan dengan perilaku.
2.2.2. Teori Motivasi
Motivasi dapat dibagi menjadi 4 kategori umum :
1. Need based Theories
Yang menjelaskan motivasi bekerja dalam suatu waktu tertentu yang
membuat seorang pekerja itu merasa puas merupakan kebutuhan yang
penting dalam tempat bekerja.
9
Gambar 2.1. Hirarki kebutuhan Maslow’s
Maslow (1943) mengatakan bahwa hirarki kebutuhannya yang cukup
dikenal itu sebagai suatu penjelasan atas dorongan dari perilaku
manusia. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing
tingkatan pada hirarki kebutuhan Maslow :
a. Physiological Needs mewakili kebutuhan yang mendasar dan
memang dibutuhkan untuk bertahan hidup.
b. Safety Needs merupakan kebutuhan yang dapat membuat seseorang
merasa terlindungi.
c. Love Needs mewakili kebutuhan seseorang dalam bersosialisasi
dengan sesama dan merupakan keinginan untuk merasa memiliki.
d. Esteem Needs berhubungan dengan keinginan untuk merasakan
bahwa dirinya memiliki kemampuan dan keunggulan.
10
e. Self Actualization Needs adalah untuk menyadari suatu potensi dan
menjadi mampu untuk mengaktualisasi diri.
2. Job Based Theories
Dimana menempatkan sumber motivasi yang utama di dalam suatu
pekerjaan yang mana ada keterlibatan dari seorang pekerja.
Berdasarkan teori motivasi higienis (Motivation-Hygiene) Herzberg
(1968) dibagi menjadi dua bagian yang memiliki beberapa faktor di
dalamnya dan dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.2. Teori Motivasi-Higienis (Motivation-Hygiene)
3. Cognitive Based Theories
Pada teori melukiskan keputusan dan pilihan yang diambil oleh seorang
karyawan ketika mereka meng‐alokasikan usaha mereka.
4. The behavioral approach emphasizes principles of learning.
22.3. Dec
2.3.1.
D
dilakuka
maksud
2.3.2.
S
memilik
berpikir
kebutuh
1. I
A
cision Ma
Definis
Decision ma
an dalam m
d memindahk
Ration
Suatu gamba
ki dan mela
r menggun
han.
Gamba
dentifikasi m
Ada 5 masala
aking
si
aking dapat
membuat pilih
kan beberapa
nal Choice
aran yang sa
akukan dala
nakan semu
ar 2.3. Rational
masalah atau
ah yang pali
diartikan se
han di antar
a keinginan
e Decisio
angat menda
am mengam
ua informas
l Choice Decis
u kesempatan
ing diakui se
ebagai prose
ra satu atau
dari suatu ke
on Making
alam bagaim
mbil keputus
si yang p
sion Making Pr
n/peluang
ecara luas ole
es yang den
lebih alterna
eadaan peke
g Process
mana orang
san atas da
penting/sesua
rocess
eh suatu peru
11
ngan sadar
atif dengan
erjaan.
s
seharusnya
asar logika
ai dengan
usahaan :
12
• Pemegang saham (Stakeholder farming)
• Perceptual defense
• Model mental (Mental models)
• Kepemimpinan yang tegas (Decisive leadership)
• Fokus problem solusi (Solution-focused problems)
2. Memilih proses keputusan yang terbaik
3. Membentuk alternatif solusi
4. Memilih alternatif solusi
5. Mengimplementasikan alternatif yang telah dipilih
6. Mengevaluasi hasil dari keputusan
2.4. Reward Management
2.4.1. Definisi
Reward Managemen lebih ditekankan pada formulasi dan implementasi
dari strategi dan kebijakan yang tujuannya untuk memberikan imbalan kepada
orang secara wajar, dengan pantas dan secara konsisten sesuai dengan nilai
mereka kepada perusahaan.
2.4.2. Tujuan dari Reward Management
Strategis tujuan Reward Management adalah untuk membangun dan
melaksanakan kebijakan dalam memberikan imbalan, proses-proses dan latihan-
latihan sebagai syarat untuk mendukung prestasi dari tujuan bisnis perusahaan.
Secara spesifik adalah untuk :
13
• Membuat total imbalan yang atas dasar dari kepercayaan tentang apa nilai
dari perusahaan dan ingin dicapai.
• Memberikan orang suatu imbalan untuk nilai yang mereka ciptakan.
• Meluruskan praktek dari suatu imbalan dengan kedua hal yaitu tujuan bisnis
dan nilai dari seorang karyawan.
• Memberikan imbalan atas hal yang tepat untuk menyampaikan pesan pada
pesan yang tepat.
• Menfasilitasi daya tarik dan hal tetap memiliki keahlian dan orang yang
mampu/berkompeten yang dibutuhkan oleh perusahaan.
• Membantu dalam proses memotivasi orang dan memperoleh komitmen dan
perjanjian mereka dalam pekerjaan
• Mendukung pengembangan dari budaya kinerja .
• Membangun hubungan positif pekerjaan dan kontrak secara kejiwaan.
2.4.3. Pendukung utuk konsep dari Reward
Management
Banyak dukungan untuk pengembangan dari konsep Reward
Management dari para penulis di United States, di antaranya :
• Strategic pay (Lawler)
Lawler mengatakan bahwa ketika membangun kebijakan imbalan sangat
perlu untuk berpikir dan bertindak secara strategis mengenai imbalan
tersebut. Kebijakan imbalan seharusnya mengambil bagian dari tujuan, nilai
dan budaya perusahaan dan tantangan untuk lebih kompetitif secara
ekonomi global.
14
Bayaran upah yang baru akan membantu untuk membentuk
perilaku individu dan organisasi yang dibutuhkan perusahaan jika tujuan dari
bisnis akan bertemu. Kebijakan bayar upah dan latihan harus berjalan dari
strategi secara keseluruhan dan mereka akan membantu untuk menekankan
apa yang menjadi objek penting seperti kepuasan pelanggan dan bertahan
dan kualitas produk atau servis.
In Treat People Right Ed Lawler menekankan bahwa pentingnya
menciptakan kemenangan untuk keterkaitan satu sama lain atau “Virtuous
Spiral” di dalam kedua bagian antara pemberi kerja dan pekerja itu sendiri.
• The new pay (Schuster dan Zingheim)
Konsep upah yang baru dari Lawler dikembangkan oleh Schuster and
Zingheim yang mendeskripsikan dasar prinsip tersebut sebagai berikut:
Program total kompensasi seharusnya didesain untuk hasil dari
imbalan dan perilaku yang konsisten dengan kunci yaitu tujuan dari
perusahaan.
Upah dapat menjadi dorongan positif untuk perubahan organisasi.
Kepercayaan yang utama dari upah yang baru adalah suatu
pengenalan variabel upah itu sendiri (pada risiko)
upah yang baru menekankan pada imbalan dalam suatu tim yang
sama dengan imbalan secara individual, dengan para pekerja
berbagi secara finansial dalam kesuksesan suatu organisasi.
Upah adalah masalah hubungan dari pekerja – para pekerja
memiliki hak untuk mengambarkan apakah itu nilai, budaya dan
sistem imbalan dari perusahaan yang sesuai dengan yang ada.
15
• Dynamic Pay (Hofrichter dan Platten)
Flannery, Hofrichter dan Platten menguraikan secara rinci konsep dari
upah yang dinamik dan menyarankan 9 dari prinsip yang mendukung
strategi upah yang sukses antara lain :
1. Sejalan dengan antara kompensasi dengan budaya organisasi, nilai
dan tujuan strategis bisnis.
2. Berhubungan antara kompensasi dengan perubahan yang lain
dalam organisasi.
3. Program waktu kompensasi untuk dukungan yang terbaik dari
perubahan inisiatif yang lain.
4. Integritas upah dengan proses orang yang lainnya.
5. Demokratis proses pembayaran upah.
6. Kompensasi yang lebih transparan.
7. Mengukur hasilnya.
8. Menyaring, menyaring lagi dan menyaring beberapa kali lagi.
9. Lebih selektif. Jangan mengambil hati apapun yang kamu dengar
atau baca mengenai upah.
2.4.4. The Component Reward Management
16
Gambar 2.4. Total Reward and Engaged Performance
Konsep dari total reward menekankan pada pentingnya untuk
mempertimbangkan semua aspek dari reward sebagai suatu yang
semuanya digabungkan dan masuk akal. Masing-masing dari elemen dari
total reward tersebut adalah sebagai berikut: base pay, pay contingent on
performance, competence or contribution, employee benefits dan non
financial rewards, yang mana termasuk di dalamnya intrinsic rewards dari
lingkungan para karyawan dan pekerjaan itu sendiri adalah berhubungan
satu sama lain.
17
Pendekatan pada total reward bersifat holistic; reliance tidak
berada pada satu atau dua mekanisme reward saja atau membawa prosedur
operasional secara terpisah. Menurut Sandra O’Neil bahwa Total reward
menjangkau segala hal yang adalah nilai dari seorang karyawan didalam
hubungannya dengan pekerjaan.
2.4.5. Strategic Reward
Strategic Reward adalah proses melihat ke depan tentang apa yang
dibutuhkan oleh suatu organisasi untuk merangkai kebijakan suatu reward
dan dipergunakan disaat sekarang atau secara relatif untuk dipergunakan
pada masa yang akan datang.
Strategi imbalan diklarifikasikan sebagai apa yang diinginkan perusahaan
dalam jangka waktu panjang untuk membangun dan implementasi
kebijakan suatu imbalan, prakteknya dan proses yang akan lebih jauh
dalam mencapai tujuan dari perusahaan.
2.4.5.1. The Purpose of Reward Strategy
Tujuan dari strategi imbalan adalah untuk mendukung
perusahaan dan sumber daya manusia secara strategis dan sejalan
dengan kebijakan imbalan dan proses dari seluruh perusahaan juga
kebutuhan pribadi para pekerja.
Ada 4 pendapat yang sangat kuat untuk mengembangkan stratgis
imbalan :
18
1. Kita harus memiliki beberapa ide di mana sesuai dengan yang
kita inginkan atau bagaimana anda tahu bagaimana
mendapatkannya dan bagaimana anda tahu bahwa anda dapat
mencapainya (jika anda pernah melakukannya) ?
2. Membayar biaya di dalam kebanyakan perusahaan dari biaya
yang terhitung besar, jadi sangat tidak masuk akal dipikirkan
tentang bagaimana mereka seharusnya diatur dan invetasikan
dalam jangka panjang.
3. Dimungkinkan adanya hubungan yang positif antar imbalan
yang ada, dengan pengertian yang lebih luas dan kinerja, jadi
tidak seharusnya kita berpikir tentang bagaimana kita dapat
memperkuat hubungan tersebut.
4. Seperti Cox dan Purcell menulis bahwa manfaat yang
sebenarnya dalam strategi imbalan dalam hubungan yang
kompleks dengan kebijakan manajemen sumber daya manusia
and prakteknya.
2.4.5.2. Features of Reward Strategy
Mintzberg, Quinn dan James menyarankan bahwa strategi dapat
memiliki nilai yang berarti lain dari yang direncanakan atau sesuatu
yang sesuai dengan arahan, panduan, bagian dari aksi. Strategi dapat
juga merupakan :
19
• Pola, yang secara konsisten dalam perilaku di luar waktu yang
ada.
• Perspektif, suatu perusahaan merupakan jalan yang mendasar
dalam melakukan beberapa hal.
• Cara, spesifik manuver bermaksud untuk memperdayakan lawan
atau pesaing.
Berdasarkan saran dari Mintzberg, Quinn and James, fitur-fitur dari
strategi imbalan adalah sebagai berikut :
• The Reality of reward strategy
Retorik yang dikandung dalam prinsip-prinsip yang menuntun
tidak dapat membawanya ke dalam realitas/kenyataan.
• The Characteristics of reward strategy
Murlis mengatakan bahwa strategi imbalan akan memiliki
karakterisitik dengan perbedaan dan kondisi keduanya oleh
peninggalan strategi yang lalu dan realitas dari masa depan.
• Reward strategy and business strastegy
Satu dari fitur yang ada pada strategi imbalan adalah strategi
penghargaaan itu seharusnya sejalan dan sesuai dengan strategi
bisnis. Berdasarkan konsep ini, strategi imbalan sebagai suatu
aspek dari strategi sumber daya manusia yang ada untuk
memuaskan kebutuhan dari bisnis dan mendukung untuk
mencapai tujuan dari perusahaan.
20
• Reward strategy and HR strategy
Strategi imbalan hanya merupakan bagian (malaupun bagian
terpenting) dari strategi sumber daya manusia dalam suatu
perusahaan. Sangat penting untuk memastikan bahwa strategi
imbalan diikat dengan sumber daya manusia yang lain sehingga
mereka melengkapi dan memperkuat yang lain.
• Reward strategy and line management capability
Sumber daya manusia dapat berinisiatif memberikan kebijkan
yang baru dan praktek-praktek tetapi merupakan suatu barisan
yang memiliki tanggung-jawab yang utama untuk
mengimplementasikannya. Dengan kata lain, sumber daya
manusia diusulkan tetapi barisan ini menentukan.
• Reward strategy and employees
Semua karyawan, termasuk di dalamnya manajer aturan (line
manager) adalah pemegang saham (stakeholder) dalam strategi
imbalan. Itu dapat berdampak atas keinginan mereka dan untuk
lebih besar atau tingkat yang lebih kurang, sesuai dengan
kebutuhan mereka. Hubungan dengan pekerjaan dapat berupa :
Berbasis transaksi – para karyawan memiliki keahlian dan
usaha untuk pemberi pekerjaan yang akan dikembalikan di
mana oleh pemberi pekerjaan akan disediakan untuk para
karyawan yaitu gaji atau upah, yang merupakan konsep
ekonomis tradisional atas usaha untuk pertukaran.
21
Berbasis hubungan–hubungan yang tidak berwujud
dikembangkan yang akan mengambil tempat dalam
lingkungan pekerjaan dan berakibat dengan proses
kepemimpinan, komunikasi dan memberikan para karyawan
mengeluarkan pendapatnya dan bagaimana suatu pekerjaan
didesain dan bagaimana ekspektasi dari perilaku dan kinerja
disetujui.
Kontrak psikologis – hubungan yang saling menguntungkan
dan sering merupakan kepercayaan yang bersifat implisit
dari karyawan dan pemberi pekerjaan atas apa yang mereka
inginkan satu sama lain. Yang akan berdampak kuat terhadap
hubungan pekerjaan dan memiliki keduanya antara
karakteristik transaksi dan berhubungan.
2.4.5.3. Struktur dari Reward Strategy
Struktur dari strategi imbalan dapat dibentuk berdasarkan ke 4
hal berikut ini : A definiton of guiding principles, nilai-nilai yang
dipercaya seharusnya dapat diambil dalam membuat formula dan
mengimplementasikan strategi tersebut.
• A statement of intentions, inisiatif imbalan yang seharusnya
dimaksud untuk dipergunakan.
• Relational, alasan-alasan mengapa proposal itu dibuat.
Pemikiran seharusnya dibuat sesuai dengan kebutuhan
22
perusahaan yang akan dijadikan proposal, yang mengindikasikan
bagaimana mereka akan mempertemukan kebutuhan bisnis
dengan tata cara dari biaya dan manfaat yang juga disesuaikan
dengan kebutuhan para karyawan.
• Perencanaan (a plan) adalah bagaimana, kapan dan oleh siapa
inisiatif dari imbalan itu akan diimplementasikan. Perencanaan
seharusnya dibuat berdasarkan sumber daya secara terbatas dan
sesuai kebutuhan untuk komunikasi, keterlibatan dan pelatihan.
2.4.6. Kriteria untuk Reward Strategy yang efektif
Berdasarkan Brown, efektif strategi imbalan memiliki 3 komponen :
1. Strategi harus secara jelas mendefinisikan tujuannya dan dengan baik
didefinisikan hubungannya dengan objek dari suatu bisnis.
2. Harus didesain dengan baik untuk program upah dan imbalan,
disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan dan karyawannya,
dan konsisten dan terhubung satu dengan yang lainnya.
3. Diharapkan yang paling terpenting dan paling terabaikan,
kebutuhannya untuk menjadi lebih efektif dan mendukung sumber
daya manusia dan proses imbalan diperusahaan.
2.4.7. The Pyschological Contract
Dua tipe kontrak yang mendefinisikan hubungan dengan karyawan
adalah sebagai berikut :
23
• Transactional contracts
Yang dideskripsikan dengan jelas masa dari suatu perubahan. Hal ini
memiliki dasar hukum dan biasanya diungkapkan dalam masa
finansial dengan persyaratan kinerja yang spesifik. Atau disebut juga
dengan kontrak secara ekonomis /Economic contracts.
• Relational contracts
Yang kurang jelas didefinisikan atau tidak dapat didefinisikan secara
keseluruhan. Hal ini memiliki masa yang abstrak dan ditujukan
kepada keanggotaan perusahaan yang tujuannya terbuka. Dimana
persyaratan dari suatu kinerja dapat menjadi tidak lengkap atau
membingungkan.
2.4.7.1. Transactional contracts
Berdasarkan riset dari David Guest didefinisikan sebagai
expresses the combination of beliefs held by an individual and his or
her employer about what they expect of one another. Meskipun bukan
ide yang baru, sebelumnya ide ini telah didefinisikan oleh Ed Schein
pada tahun 1965, sebagai berikut : The notion of a psychological
contract implies that there is an unwritten set of expectation operating
at all the times between every member of an organization and the
various managers and others in that organization.
Definisi diatas dijelaskan oleh Rousseau dan Wade Benonzi
baru-baru ini. Mereka menyatakan bahwa : Psychological contracts
24
refer to beliefs that individual hold regarding promises made,
accepted and relied upon between themselves and another. Because
psychological contracts represent how people interpret promises and
commitments, both parties in the same employment relationship
(employer and employee) can have different views regarding specific
terms.
Dengan lebih ringkas kontrak secara psikologi didefiniskan
oleh Sims pada tahun 1994 sebagai berikut :
The set of expectations held by the individual employee that specify
what the individual and organization expect to give and receive from
one another in the course of their working relationship.
2.4.7.2. Karakteristik dari Pyschological Contract
Kontrak secara psikologis merupakan sistem kepercayaan yang
tidak memiliki batasan, di sisi lain, aksi dari para pekerja percaya apa
yang mereka harapkan dan apa respon yang mereka inginkan dari
pemilik pekerjaan dan di sisi lain, perilaku dari pemilik pekerjaan
mengharapkan sesuatu dari para pekerjanya. Kontrak secara
psikologis itu bersifat implisit/harus dipatuhi juga bersifat dinamis dan
dibangun diluar waktu.
Aspek-aspek dalam hubungan pekerjaan yang termasuk oleh kontrak
secara psikologis di dalamnya. Padangan dari sisi pekerja sebagai
berikut :
25
• Bagaimana dia diperlakukan dalam suatu masa yang wajar,
keadilan dan konsistensi.
• Keamanan dari pekerjaan.
• Ruang lingkup untuk mempertunjukkan
kemampuan/kompetensi.
• Karir yang diharapkan dan kesempatan untuk mengembangkan
keahlian.
• Keterlibatan dan pengaruh.
• Kepercayaan dalam perusahaan untuk menjaga apa yang telah
dijanjikan.
• Pengharapan yang akan dia (pekerja) atur secara baik.
Dari sisi pemberi pekerjaan, kontrak secara psikologis di
dalamnya termasuk seperti aspek-aspek dari hubungan pekerjaan
seperti :
• Kompetensi
• Usaha
• Pemenuhan
• Tanggung jawab
• kesetiaan
2.4.7.3. Mengembangkan dan memelihara kontrak
secara psikologis yang produktif
26
Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Pendekatan secara umum
Secara umum, langkah-langkah di bawah ini dapat
dipergunakan untuk membentuk dan mendefinisikan kontrak secara
psikologis, menghasilkan hubungan pekerjaan yang produktif dan
meningkatkan tanggung-jawab dari para pekerja. Sebagai berikut :
• Selama interview dalam pengerahan tenaga kerja, memberikan
gambaran buruk dalam pekerjaan seperti halnya hal-hal yang
menyenangkan dalam suatu pekerjaan pada situasi yang
ditunjukkan dalam situasi pekerjaan yang nyata.
• Pada program pelantikan dikomunikasikan kepada para pekerja
baru mengenai kebijakan perorangan, prosedur pekerjaan dan inti
dari suatu pekerjaan yang bernilai yang akan mengindikasikan
bagaimana suatu kinerja standar yang diharapkan dalam suatu
pekerjaan.
• Mengeluarkan dan memperbaharui buku pedoman bagi karyawan
dan lingkungan dalam perusahaan.
• Mengembangkan manajemen proses kinerja.
• Menganjurkan penggunaan dari rencana pengembangan diri.
• Menggunakan pelatihan dan program manajemen perkembangan
untuk mencapai nilai inti dan mengartikan kinerja yang diharapkan.
• Memastikan bahwa manajer dan pemimpin pelatihan suatu tim
mengerti peranan mereka mengatur hubungan dalam pekerjaan.
27
• Mendorong hubungan yang kuat antara manajer dan pemimpin tim
berikut para anggotanya, agar dapat mencapai tujuan yang saling
menguntungkan dan sesuai dengan yang diharapkan.
• Mengadaptasikan kebijkan umum yang transparan.
• Mengembangkan prosedur kerja perorangan yang termasuk di
dalamnya menangani keluhan, disiplin yang sama dengan
kesempatan, promosi dan redundansi juga memastikan bahwa
mereka melaksanakannya secara wajar dan konsisten.
Implikasi untuk Reward Management
Kebijakan dan proses manajemen imbalan dapat digunakan
untuk mengembangkan dan mendukung kontrak secara psikologis
yang produktif, dengan cara sebagai berikut :
• Membayar pekerja atas dasar kontribusi mereka kepada
perusahaan, daripada mempercayakan pada promosi yang menarik
sebagai imbalan untuk kesetiaan dan jasa yang dilakukannya.
• Memberikan imbalan pekerja berdasarkan atas pengembangan
kompetensi dan keahlian, selama dipergunakan untuk tujuan yang
baik.
• Memberikan upah yang sesuai kontrak (contigent) lebih sebagai
arti dari pesan yang disampaikan tentang nilai perusahaan, faktor
kesuksesan yang kritikal dan menjadi prioritas dan bagaimana
28
seseorang diharapkan berkontribusi pada area pekerjaan yang
spesifik daripada motivator secara langsung.
• Termasuk keduanya antara input (kompetensi) dan output (objek
tujuan yang akan dicapai)
• Mengembangkan tim sistem imbalan yang menegaskan pentingnya
kerja tim, fleksibilitas dan banyak keahlian.
• Mengenalkan pola berbagi keuntungan yang akan menekankan
rencana bahwa kita semua adalah satu kesatuan dan melibatkan
pekerja dalam analisa kinerja dan mengusulkan kemajuan.
• Mengkomunikasikan dengan para pekerja alasan untuk inovasi
imbalan dan bagaimana mereka dapat menghasilkan sesuatu untuk
dirinya sendiri.
• Melibatkan para pekerja dalam pembangunan proses imbalan yang
baru dan terstruktur.
• Memberikan pelatihan untuk semua karyawan (manajer dan para
pekerja yang sejajar) dalam kegiatan operasional dan implikasi dari
kebijakan imbalan dan prakteknya.
2.4.8. Financial Rewards
Imbalan secara finansial perlu benar-benar dipertimbangkan dari 3
sudut pandang:
1. Keefektifan dari uang sebagai motivator.
29
2. Alasan mengapa pekerja merasa puas atau tidak puas dengan imbalan
yang mereka raih.
3. Kriteria yang seharusnya dipergunakan ketika membangun sistem
imbalan secara finansial.
Berdasarkan teori motivasi dapat menghasilkan penjelasan berikut
ini mengenai hubungan antara uang dan motivasi, sebagai berikut :
• The ‘economic man‘ approach
Berdasarkan atas teori penguatan, orang akan termotivasi terutama
oleh imbalan berupa sesuatu yang bersifat ekonomis. Yang
diasumsikan bahwa mereka akan termotivasi untuk bekerja jika
imbalan dan hukuman akan dikaitkan langsung kepada hasil dari apa
yang mereka capai.
• Instrumental theory
Teori ini mengatakan bahwa uang dapat menyediakan arti dari
mencapai suatu tujuan, yang merupakan alat untuk memiliki hasrat
agar dapat memperoleh hasil dan hal tersebut dapat dipaksakan dan
akan bergantung pada 2 hal, yaitu :
1. Kekuatan atas kebutuhan
2. Tingkat kepada orang-orang yang memiliki kepercayaan diri
bahwa perilaku mereka dapat menghasilkan uang yang mereka
inginkan untuk memenuhi kebutuhan.
• Teori aplikasi dari pengharapan
30
Pada teori pengharapan dikatakan bahwa motivasi akan jadi kuat jika
individu mendapat harapan yang beralasan bahwa usaha mereka dan
kontribusinya akan menghasilkan imbalan yang bermanfaat. Teori ini
diikembangkan oleh Porter dab Lawler menjadi model pengharapan
yang menyarankan bahwa ada 2 faktor yang menjelaskan usaha orang-
orang yang dikaitkan pada pekerjaannya :
1. Nilai dari suatu imbalan kepada individu sejauh ini sebagaimana
mereka puas akan kebutuhan mereka untuk sisi keamanan,
imbalan secara sosial, otonomi dan aktualisasi diri.
2. Kemungkinan bahwa imbalan tergantung pada usaha, seperti
yang dirasakan oleh individu dengan kata lain harapannya
tentang hubungan antara usaha dan imbalan.
Berikut ini dua hal tambahan sebagai usaha yang bisa
mempengaruhi tugas dalam mencapai suatu imbalan adalah sebagai
berikut :
1. Kemampuan – karakteristik individu seperti kecerdasan, keahlian
tangan dan mengetahui bagaimana dalam bekerja.
2. Peranan dari persepsi – apa yang diinginkan individu untuk
dilakukan atau berpikir dia (pekerja) berkewajiban untuk
melakukannya suatu pekerjaan.
31
2.4.9. Non Financial Rewards
Imbalan tidak secara finansial lebih terfokus pada kebutuhan
kebanyakan orang, meskipun dari tingkat yang berbeda, untuk hal-hal
berikut :
• Imbalan
• Pengakuan
• Tanggung-jawab
• Pengaruh
• Perkembangan diri.
2.4.10. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkatan dari upah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan dari upah untuk tiap
individu tingkatan upah pemegang kerja individu akan dipengaruhi oleh 3
faktor sebagai tambahan untuk tarif dari pekerjaan mereka (pekerja) :
1. Harga pasar para pekerja seperti dijelaskan di atas.
2. Tingkat keahlian atau kompetensi yang mereka miliki sebagai
masukan untuk mereka.
3. Tingkatan kinerja mereka dalam pekerjaan sebagai keluaran dari
mereka dan kontribusi secara keseluruhan yang mereka buat untuk
kesuksesan dari perusahaan.
32
Gambar 2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi upah tiap individu
2.4.11. Developing reward process
Disain dan pengembangan dari proses manajemen imbalan adalah
masalah memilih secara optimum campuran dari imbalan dan manfaat dari
struktur yang paling tepat dan meyakinkan bermacam-macam proses yang
cocok atau membantu untuk merubah suatu budaya. Sangat tidak
diinginkan untuk menghilangkan satu set desain prinsip yang absolut.
Tetapi itu sangat mungkin untuk menyarankan cara untuk program
pengembangan agar dapat dikendalikan sebagai berikut :
• Analisa konteks yang ada seperti budaya kerja, keadaan dan
lingkungan perusahaan, tingkatan untuk mengatur imbalan dan
hubungan juga keefektifan dari praktek imbalan yang ada.
33
• Perrkiraan perubahan apa yang perlu dilakukan dari keterangan
analisis.
• Daftar dan evaluasi pilihan dan membuat pilihan sesuai dengan hasil
analisis.
• Kemudian faktor utama yang perlu dilakukan untuk melepaskan
analisis adalah
Budaya kerja dari suatu perusahaan dan karakterristiknya seperti ;
tipe, struktur, ukuran, lingkungan dalam, lingkungan luar, strategi
bisnis dan praktek manajemen.
Kerja dan karakteristik yang berhubungan dengan pekerjaan
seperti : kebutuhan pekerja dan pengharapan yang diekspresikan
dalam kontrak secara psikologis.
Faktor internal lainnya, ketidakmampuan dalam menjalankan
sistem imbalan yang ada diperusahaan.
Developing reward process dapat digambarkan sebagai berikut :
34
Gambar 2.6. Developing reward process
Keterangan gambar adalah sebagai berikut :
• Context
• Analisa budaya suatu perusahaan, struktur, lingkungan dalam dan
luar, rencana bisnis.
• Perkiraan rencana/kebutuhan untuk berubah.
• Mengadakan tinjauan diagnostik susunan imbalan saat ini untuk
menggambarkan kekuatan dan kelemahan dan area untuk berubah.
• Issues
Identifikasi persoalan-persoalan untuk dialamatkan sesuai dengan
analisis yang berhubungan dengan konteks dan tinjauan diagnostik.
35
• Plan
Rencana program pengembangan yang di dalamnya adalah :
Tempat untuk pembangunan
Objektif/tujuan untuk dicapai
Sumber daya untuk digunakan : konsultan dari dalam/luar
perusahaan, tim proyek dan anggaran financial.
Beban dan manfaat analisis
Daftar jam/waktu
Pengaturan untuk komunikasi, konsultasi dan pelatihan yang
dibutuhkan untuk mebangun kemampuan untuk memberikan yang
perubahan diperlukan secara efektif.
• Options
Daftar dan evaluasi pilihan-pilihan dan menentukan yang satu paling
tepat di dalam konteks dan objektif.
• Development process
Membangun alternatif yang lebih disukai,melibatkan para pekerja dan
menjaga mereka tetap diinformasikan.
• Test the process
Dimana mungkin dan diinginkan sekali, pilot tes proses tersebut dan
memodifikasi seperti yang diperlukan seperti posisi dari pembangunan
yang di dalamnya ada konteks pembelajaran suatu perusahaan untuk
menegaskan nilai dari pembelajaran bersama.
• Implement
36
Membangun dan eksekusi dari pelaksanaan rencana termasuk
pelatihan dan membangun kemampuan.
• Monitor
Mengawasi pelaksanaan dan menyetel dengan baik seperti yang
diinginkan.
• Evaluate
Evaluasi dampak dari proses baru dan membentuk kembali dan
menyesuaikan dengan baik seperti yang diperlukan.
• Communicate and involve
Komukasi dan keterlibatan seluruhnya untuk menyakinkan secara
transparan dan kredibilitas.
2.5. Developing Reward Strategy
Formulasi dari strategi perusahaan dapat dideskripsikan sebagai
suatu proses untuk mengembangkan dan mendefinisikan pengertian dari
petunjuk suatu strategi yang baik dalam menerapkan reward strategy pada
departemen sumber daya manusia. Dimana model of the reward strategy
development process yang dapat digambarkan sebagai berikut :
37
Gambar 2.7. A Model of the reward strategy development process
Pada prakteknya reward strategy jarang menjadi logis dan segaris
dengan proses yang digambarkan diatas. Gagasan ini dikembangkan oleh
Mintsberg, orang yang percaya bahwa formulasi strategi tidak perlu
rasional dan terus menerus. Dalam teorinya, dikatakan strategi adalah
proses secara sistematis : pertama kita berpikir, lalu kita memutuskan; kita
formulasikan lalu kita terapkan.
38
2.6. Uraian pekerjaan (Job description)
2.6.1. Definisi
Deskripsi pekerjaan disesuaikan dengan tujuan dari
pekerjaan, dimana dapat dicocokkan dalam struktur organisasi,
konteks yang tidak lebih dari yang merupakan fungsi pemberi
pekerjaan dan keadaan yang utama yang dapat dipertanggung
jawabkan terhadap pemberi pekerjaan.
2.6.2. Tujuan
Pernyataan singkat, kenapa pekerjaan itu ada. Kapan
mendefinisikan tujuan dari pekerjaan dengan mempertimbangkan :
• Bagian mana dalam perusahaan tujuan totalnya dapat
diselesaikan oleh pekerjaan ini ?
• Apa yang menjadi kontribusi yang unik dari pekerjaan ini yang
dapat melihat dengan jelas suatu pekerjaan dari pekerjaan yang
lain ?
• Bagaimana dapat kita meringkaskan tanggung jawab secara
keseluruhan dari pemberi pekerjaan ?
2.6.3. Principal accountabilities
Principal accountabilities (juga dikenal sebagai kunci area
hasil, tugas utama, kewajiban utama, aktivitas utama, kunci
39
tanggung jawab dan sebagainya) adalah pernyataan untuk
melanjutkan hasil akhir atau hasil yang diperlukan dari suatu
pekerjaan. Karakteristik utama dari Principal accountabilities
adalah :
• Menggunakan bersama, mereka mewakili semua hasil utama
yang diharapkan dari suatu pekerjaan.
• Mereka focus pada apa yang diperlukan (hasil) bukan
bagaimana suatu pekerjaan selesai dilakukan (detil usaha dan
tugas)
• Masing-masing pekerjaan jelas dari pekerjaan yang lain dan
mendeskripsikan spesifik area untuk hasil yang mana dapat
dicapai.
• Mereka menyarankan (tetapi perlu untuk tidak dinyatakan
secara tegas) ukuran atau tes-tes yang mana dapat menentukan
memperpanjang untuk tanggung jawab yang mana dapat
dipenuhi.
2.6.4. Konteks
Bagian konteks yang juga disebut ‘nature and scope’ didesain
untuk menambahkan rasa kedalam daftar nyata dari principal
accountabilities dengan mendeskripsikan aspek-aspek dari suatu
pekerjaan dan peranan dari suatu pekerjaan didalam konteks pada
suatu perusahaan. Konteks ini biasanya diekspresikan dalam
40
struktur cerita yang man mengikuti pertanyaan ditingkatkan pada
tingkat analisis, diantaranya :
• Dimana pekerjaan sesuai dengan aspek kunci yang lain dari
pekerjaan dalam suatu perusahaan atau unit bisnis.
• Otoritas pembuat keputusan.
• Bagaimana pekerjaan dibuat, diperiksa dan disetujui.
• Pengetahuan khusus, keahlian dan pengalaman yang
diperlukan.
• Tingkatan fleksibilitas diperlukan untuk mengambil alih tugas
yang berbeda atau menggunakan keahlian yang berbeda.
• Permintaan khusus dari suatu pekerjaan pada suatu area sebagai
kualitas total manajemen, kepemimpinan, pekerjaan tim,
keahlian perseorangan, perencanaan, manajemen krisis dan
sebagainya.
• Masalah utama bagi pemberi pekerjaan kemungkinan besar
adalah untuk menjaga pekerjaan mereka.
• Kondisi fisik.
• Pabrik, perlengkapan atau peralatan yang dipergunakan.
2.7. Grade structures
2.7.1. Definisi
Struktur grade terdiri atas rangkaian atau hirarki dari
grades, bands or levels kedalam grup mana dari suatu pekerjaan
41
yang dibandingkan secara luas dalam ukuran yang disediakan.
Yang mungkin saja berupa struktur tunggal dengan rangkaian dari
narrow grades (biasanya 8 sampai 12), atau secara relatif sedikit
broad bands (biasanya 4 sampai 5).
Grades, bands atau levels dapat didefinisikan dalam satu
atau lebih dari cara-cara berikut ini atau kombinasi dari cara
tersebut :
• Dengan arti, jarak dari nilai evaluasi suatu pekerjaan (job
evaluation points) – pekerjaan dialokasikan untuk grade, band
atau level jika nilai evaluasi pekerjaan mereka jatuh kedalam
batasan penilaian yang ada.
• Mendeskripsikan karakteristik dari kerja yang dimiliki dalam
suatu pekerjaan yang diposisikan dalam masing-masing grade
atau level. Definisi grade, band atau level dapat dibuat
berdasarkan aktivitas penting dan kompentensi atau
pengetahuan dan keahlian yang diperlukan pada nilai yang
berbeda dalam hirarki.
• Dengan referensi untuk mengukur pekerjaan atau peranan
bahwa telah ditempatkan dalam grade, band or job family
level.
2.7.2. Kriteria untuk struktur grade
Struktur grade seharusnya memiliki hal-hal sebagai berikut :
42
• Menjadi tepat/sesuai untuk budaya, karakteristik dan kebutuhan
dari perusahaan dan karyawannya.
• Menfasilitasi manajemen relativitas dan pencapaian dari modal,
keadilan, konsistensi dan transparansi dalam mengatur
gradings.
• Menjadi mampu untuk adaptasi untuk memberi tekanan untuk
peningkatkan dari perubahan tarif pasar dan kekurangan
keahlian.
• Menfasilitasi flexibilitas operasional dan melanjutkan
pengembangan.
• Menyediakan jangkauan seperti yang diperlukan untuk kinerja
yang bermanfaat, kontribusi dan peningkatkan keahlian dan
kompetensi.
• Menjelaskan imbalan, pengembangan samping dan kesempatan
berkarir.
• Membangun secara logika dan secara jelas sehingga dasarnya
bergantung kepada apa yang mereka operasikan dapat dibaca
dan dikomunikasikan kepada karyawan.
• Memungkinkan perusahaan untuk melatih kendali diluar dari
implementasi kebijakan pembayaran upah dan anggaran
belanja.
43
2.7.3. Tipe-tipe struktur grade and pay
Berikut ini tipe-tipe dalam struktur grade dan pay dengan
penjelasannya :
• Narrow graded structures
Sampai hampir baru-baru ini hampir semua tipe struktur
didalam sektor pribadi adalah struktur graded pay yang biasa,
seperti dilukiskan dibawah ini :
• Broadbanded pay structures
Struktur broadbanded adalah menggantikan struktur narrow
graded dalam beberapa organisasi. ‘Broadbanding’ artinya
bahwa nomor-nomor grades ditekan menjadi nomor kecil yang
secara relative jadi lebih lebar ‘bands’ didalam upah mana
yang akan diatur lebih flexible dari struktur graded yang biasa
dan meningkatkan perhatian kepada pasar relativitas. Dapat
dilukiskan sebagai berikut :
• Career family structures
Career family terdiri dari pekerjaan dalam fungsi atau jabatan
seperti pemasaran, operasional dan keuangan, yang mana
berhubungan dengan aktivitas dan pengetahuan dasar dan
keahlian yang diperlukan tetapi didalam tingkatan tanggung
jawab, pengetahuan, keahlian atau kompetensi yang
dibutuhkan. Dapat dilukiskan sebagai berikut :
• Job family structures
44
Struktur a job family terdiri atas struktur grade dan upah yang
terpisah untuk pekerjaan atau karir keluarga yang beda. Dapat
dilukiskan sebagaai berikut :
2.8. Performance management
Pada dasarnya untuk mengukur kinerja seorang buruh atas upah
yang akan diraihnya berdasarkan teori peformance management dibagi
atas 4 komponen :
1. Planning/contracting against agreed measures/outcomes.
2. Managing/coaching for performance management
3. Feedback and review
4. Reward and recognition
Dan bagaimana suatu imbalan diperoleh oleh seorang buruh akan
dapat diukur lewat model Performance Management sebagai berikut:
45
Gambar 2.8. A Model of Performance Management
Performance management di awal tahun 1990 seringkali hanya
dianggap sebagai suatu cara lain untuk mengambarkan a more
sophisticated performance appraisal system.
2.9. Kompensasi
Sistem kompensasi dalam organisasi harus dihubungkan dengan
tujuan dan strategi organisasi. Akan tetapi kompensasi juga menuntut
46
keseimbangan antara keuntungan dan biaya pengusaha dengan harapan
dari karyawan. Program kompensasi dalam organisasi harus memiliki
empat tujuan :
• Terpenuhinya sisi legal, dengan segala peraturan dan hukum yang
sesuai.
• Efektivitas biaya untuk organisasi.
• Keseimbangan individual, internal, eksternal untuk seluruh
karyawan.
• Peningkatan keberhasilan kinerja organisasi.
2.9.1. Jenis-jenis kompensasi
Imbalan dapat berbentuk intrinsik (internal) dan ekstrinsik
(eksternal). Imbalan intrinsik antara lain termasuk pujian yang
didapatkan untuk penyelesaian suatu proyek atau berhasil
memenuhi beberapa tujuan kinerja. Efek psikologis dan sosial yang
lain dari kompensasi juga merupakan gambaran dari jenis imbalan
intrinsik. Imbalan ekstrinsik bersifat terukur, memiliki bentuk
imbalan moneter maupun non-moneter. Kompnenan terukur dari
program kompensasi terdapat pada kedua jenis umum kompensasi
(Gambar 2.10).
De
diberikan
langsung
Gaji
kary
men
dide
dari
Gaji
dim
kine
ada
Gaji Po- Upah- GajiGaji Va- Bonus - Insenti- Kempe
Gambar
engan jenis k
oleh pengu
berupa :
i pokok mer
yawan, baisa
nggunakan d
efinisikan ber
i pekerjaanny
i variabel m
mana kompen
erja. Jenis pa
lah program
LANGSUNokok
ariabel
ifemilikan Saham
r 2.9. Kompon
kompensasi
usaha. Bent
rupakan kom
anya sebagai
dua kategori
rdasarkan ca
ya.
merupakan je
nsasi berhubu
aling umum
pembayaran
KOMP
NG
m
nen program ko
bersifat lang
uk paling u
mpensasi das
i gaji dan u
gaji pokok,
ra pemberian
enis lain dar
ungan langsu
dari gaji je
bonus dan in
PENSASI
TIDTunjanga- Asuransi- Libur pe- Dana pen- Kompen
ompensasi
gsung, imbala
umum dari
sar yang dit
upah. Banyak
harian atau
n gaji terseb
i gaji bersifa
ung dengan
nis ini untuk
nsentif.
DAK LANGSUani kesehatan
enggantinsiun
nsasi pekerja
47
an moneter
kompensasi
terima oleh
k organisasi
tetap, yang
ut dan sifat
at langsung,
pencapaian
k karyawan
UNG
48
Kompensasi bersifat tidak langsung biasanya terdiri dari tunjangan
karyawan.
2.9.2. Gaji variabel : insentif atas kinerja
Gaji variabel adalah kompensasi yang dikaitkan dengan
kinerja individu, kelompok ataupun kinerja organisasi. Dulunya
dikenal sebagai insentif, rencana gaji variabel merupakan upaya
untuk mengaitkan imbalan yang nyata yang diberikan karyawan
untuk kinerja yang melampaui harapan. Dasar filosofi dari gaji
variabel adalah berdasarkan beberapa asumsi dasar :
Beberapa pekerjaan memberikan kontribusi kepada
keberhasilan perusahaan dibandingkan yang lainnya.
Beberapa orang berkinerja lebih baik dibandingkan yang
lainnya.
Karyawan yang melaksanakan pekerjaannya dengan lebih
baik harus menerima kompensasi yang lebih juga.
Bagian dari total kompensasi karyawan harus diberikan untuk
memberikan imbalan bagi kinerja yang berada di atas
memuaskan.
2.9.3. Jenis-jenis Gaji Variabel (insentif)
Rencana gaji variabel dapat ditetapkan dengan memfokuskan
pada kinerja individual, kelompok ataupun kinerja organisasi.
49
Bentuk yang penting dari rencana gaji variabel adalah bahwa
insentif menaikkan tingkat kerja sama di dalam kelompok,
sedangkan insentif individual tidak demikian. Dibawah ini 3 jenis
gaji variabel (insentif) yang dijabarkan sebagai berikut :
Insentif individual
Sistem insentif individual berusaha menghubungkan usaha
individu dengan gaji. Kondisi yang dibutuhkan untuk digunakan
dalam rencana insentif ini adalah sebagai berikut :
• Mengidentifikasikan kinerja individual : Kinerja untuk
masing-masing individu dapat diukur dan diidentifikasikan
karena setiap karyawan memiliki tanggung jawab pekerjaan
dan tugas yang dapat dikategorikan secara terpisah dari
karyawan lainnya.
• Pekerjaan yang independen : Kontribusi individual yang
dihasilkan dari pekerjaan dan usaha individual diberikan oleh
pengusaha secara individu.
• Tingkat kompetisi individual yang diharapkan: Oleh karena
itu, individu pada umumnya mengejar insentif individual
untuk diri mereka sendiri, kompetisi antar karyawanpun akan
terjadi. Dengan demikian, kompetisi individual di mana
beberapa individu menang dan beberapa kalah, haruslah
diharapkan terjadi.
50
• Penekanan individu di dalam budaya organisasi : Budaya
organisasi haruslah yang memberi penekanan pada
perkembangan individu, kinerja, dan imbalan individu. Jika
perusahaan menekankan pada kerja kelompok dan kerja
sama, maka insentif individual akan bersifat kontra produktif.
Penghitungan sistem insentif individual dibagi menjadi 2 yaitu :
• Sistem tarif-bagian
Sistem individual yang paling dasar adalah sistem tarif bagian,
baik jenis yang lurus maupun yang berbeda.
Sistem bagian yang lurus, upah ditetapkan dengan
mengalikan jumlah unit yang dihasilkan (seperti hasil
jahitan garmen dan jumlah konsumen yang dikontrak)
dengan tarif bagian untuk setiap unit tadi.
Sistem tarif bagian yang berbeda adalah menggaji karyawan
dengan gaji dengan satu tarif bagian untuk unit-unit yang
diproduksi sesuai dengan standar. Disusun oleh Frederick
W. Taylor, pada akhir tahun 1800, sistem ini dirancang
untuk menstimulasi karyawan agar mencapai atau melebihi
standar produksi yang ditetapkan.
• Bonus
Kary
komp
pemb
gaji p
imba
baru,
mend
Insen
S
dalam pe
dan an
perusaha
dan tamp
perusaha
Gambar
VAKE
yawan indi
pensasi ta
bayaran seca
pokok karyw
alan kepada
, mengem
dapatkan ser
ntif kelompo
emakin ber
erusahaan me
ggota-anggo
an menetapk
paknya tuju
an. (Gambar
2.10. Mengap
GAJI ARIABEL ELOMPOK
ividual mu
ambahan d
ara satu kal
wan. Bonus j
pekerja untu
mbangkan
rtifikasi prof
ok
rkembangny
emiliki damp
otanya. Ad
kan program
uan-tujuan i
r 2.11)
pa Perusahaan
K
- M- Mkin- M- Mmem- M
ungkin me
dalam ben
li yang tidak
juga digunak
uk memberi
keterampil
fesional.
ya penggun
mpak terhadap
da beberap
m gaji variab
ini berhasil
menetapkan Pr
Meningkatkan pMenghubungkan
erja kelompokMeningkatkan kMembantu untuk
mpertahankan Meningkatkan s
enerima p
ntuk bonus
k menjadi b
kan untuk m
ikan kontrib
lan merek
naan kerja
p kompensa
pa alasan
bel kelompok
dicapai di
rogram Gaji V
produktivitasn pendapatan d
k.kualitas.k merekrut dan karyawan.emangat karya
51
embayaran
s, berupa
bagiand ari
memberikan
busi ide-ide
ka, atau
kelompok
si kelompk
mengapa
k atau tim,
i sejumlah
Variabel
dengan
n
awan.
52
Dua pendekatan utama dalam distribusi imbalan kelompok
adalah sebagai berikut :
• Imbalan yang sama besar untuk setiap anggota kelompok :
Dalam pendekatan ini, seluruh anggota kelompok menerima
hasil yang sama, meskipun tingkat jabatan, gaji saat ini atau
senioritasnya berbeda.
• Ukuran imbalan yang berbeda untuk setiap anggota
kelompok: Dengan menggunakan pendekatan ini, imbalan
individual bisa berbeda berdasarkan faktor-faktor seperti
kontribusi terhadap hasil kelompok, gaji sekarang, lama
pengalaman, dan tingkat keterampilan dari pekerjaan yang
dilakukan.
Insentif kelompok terlihat paling berhasil jika kriteria-
kriteria berikut ini diikuti :
• Ada ketergantungan yang signifikan di antara pekerjaan-
pekerjaan dari beberapa individu di dalamnya, dan kerja
kelompok dan kerja sama merupakan hal yang inti.
• Adanya kesulitan dalam mengidentifikasikan secara tepat
siapa yang bertanggung jawab untuk tingkatan kinerja yang
berbeda-beda.
• Manajemen ingin menciptakan atau mendorong terbentuknya
kelompok kerja dan kerja sama diantara para karyawannya.
53
• Imbalan dianggap telah dialokasikan secara adil dan merata.
• Input karyawan dikumpulkan juga dalam mendesain sebuah
rencana insetif kelompok.
Insentif organisasi
Konsep dasar di balik program insentif perusahaan ini
bahwa efisiensi keseluruhan tergantung kerja sama yang ada di
dalam perusahaan atau di seluruh pabrik. Tujuan program ini
adalah untuk menghasilkan kerja sama.
• Hasil kerja adalah pembagian dengan karyawan dari hasil
keuntungan atau produktivitas yang ternyata jauh lebih besar
dari yang ditargetkan.
• Pembagian keuntungan mendistribusikan sebagian
keuntungan perusahaan kepada karyawan. Tujuan program
pembagian keuntungan :
Meningkatkan produktivitas.
Merekrut atau melatih kembali para karyawan.
Meningkatkan kualitas produk/jasa.
Meningkatkan semangat karyawan.
• Program kepemilikan saham oleh karyawan, jenis pembagian
keuntungan yang umum adalah program kepemilikan oleh
saham karyawan (employee stock ownership plan – ESOP).
ESOPs dirancang untuk memberikan kepemilikan saham
54
kepada karyawan dari perusahaan di mana mereka bekerja,
dengan demikian akan meningkatkan loyalitas, komitmen,
dan usaha mereka.
2.9.4. Sifat dasar insentif agar berhasil
Menurut Heidjrachman Ranupandojo dkk. Menjelaskan,
berapa sifat dasar dari insentif yang harus dipenuhi agar sistem
upah insentif tersebut dapat berhasil, yaitu :
• Pembayarannya hendaknya sederhana, sehingga dapat
dimengerti dan dihitung oleh karyawan sendiri.
• Penghasilan yang diterima pekerja hendaknya langsung
menaikkan output dan efisiensi.
• Pembayarannya hendaknya dilakukan secepatnya mungkin.
• Standar kerja hendaknya ditentukan dengan hati-hati. Standar
kerja yang terlalu tinggi atau terlalu rendah sama tidak
baiknya.
• Besarnya upah normal dengan standar kerja per jam
hendaknya cukup merangsang pekerjaan untuk bekerja lebih
giat.
2.10. E-HRM
E-HRM didefinisikan sebagai suatu cara untuk meng-
implementasikan Sumber daya manusia secara strategis, kebijakan-
55
kebijakan, dan latihan-latihan dalam organisasi melalui dukungan yang
jelas dan langsung dengan penggunaan secara penuh dari teknologi
berbasis web. Dimana E-HRM ini dapat dipergunakan bukan hanya oleh
departemen sumber daya manusia namun dapat pula dipergunakan oleh
seluruh karyawan diluar departemen sumber daya manusia.
Tujuan dari e-HRM menurut Lepak dan Snell (1998) ada 4,
sebagai berikut :
1) Departemen sumber daya manusia diharapkan untuk fokus pada
pertanyaan-pertanyaan strategis.
2) Departemen ini dapat fleksibel pada saat pembuatan kebijakan dan
pelatihan-pelatihan.
3) Departemen sumber daya manusia seharusnya bekerja secara efisien
dan sadar akan biaya yang ada.
4) Departemen sumber daya manusia seharusnya berorientasi jasa
terhadap manajemen dan para pekerja.
4 hal diatas dapat dikatakan sebagai suatu awal yang baik, namun
dapat dijadikan 3 tujuan utama yaitu:
1. Meningkatkan orientasi strategis dari Manajemen sumber daya
manusia.
2. Mengurangi biaya/meng-efisiensi pendapatan.
3. Peningkatan jasa klien/menfasilitasi manajemen dan para pekerja.