Upload
ngokhuong
View
248
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Anggaran
2.1.1 Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan sesuatu hal yang mendasar bagi keberlangsungan
sebuah perusahaan. Anggaran dapat menjadi tolak ukur apakah perusahaan
mampu bertumbuh dengan rencana – rencana kegiatan serta menjalankan strategi
guna mencapai visi misinya. Perusahaan dapat menentukan keputusan juga dari
anggaran tahun sebelumnya dimana perusahaan diharapkan dapat mencapai target
dengan mengevaluasi kegiatan berdasarkan rencana anggaran sebelumnya.
Pengertian anggaran dapat didefinisikan menurut beberapa ahli, yaitu :
a. Menurut Mulyadi (2001 : 488) Anggaran merupakan suatu rencana kerja
yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu
tahun.
b. Menururt M. Munanadar (2007:1) Anggaran adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka
(periode) tertentu yang akan datang.
Dari beberapa pendapat tersebut maka pengertian anggaran dapat
disimpulkan menjadi suatu rencana kerja yang telah disusun dengan aturan
tertentu untuk kegiatan perusahaan dalam jangka waktu kurang lebih satu tahun
dan akan datang.
2.1.2 Fungsi Anggaran
Menurut teori, anggaran memiliki fungsi-fungsi yang menunjang
keberlangsungan perusahaan menuju ke arah yang lebih baik. Perusahaan dapat
9
merencanakan adanya anggaran, bahkan hingga melakukan pengawasan.
Anggaran memiliki beberapa fungsi yang menguntungkan bagi perusahaan,
seperti menurut Nafarin (2007:27), anggaran memiliki tiga fungsi yaitu :
1. Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran teliti,
karena anggaran memberikan gambaran yang lebih nyata /jelas dalam unit dan
uang.
2. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba).
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengendalian/pengawasan ( controlling ).
Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan, dengan cara:
a. Membandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
b. Melakukan tindakan perbaikan bila dipandang perlu (atau bila terdapat
penyimpangan yang merugikan).
Dapat disimpulkan bahwa anggaran memiliki beberapa fungsi yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan yang menguntungkan untuk
perusahaan apabila fungsi tersebut dijalankan dengan sesuai. Perusahaan dapat
menjalankan pekerjaan sesuai dengan acuan dari perencanaan dan menghasilkan
kegiatan yang sesuai ketika pelaksanaan, apabila dibandingkan maka akan terjadi
kesesuaian antara rencana dan realisasinya.
10
2.1.3 Manfaat Anggaran
Anggaran memiliki beberapa manfaat yang berguna dalam perusahaan.
Manfaat anggaran yang utama dikemukakan menurut Supriyono (2014:18)
sebagai berikut :
a. Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan perusahaan,
misalnya koordinasi antara kegiatan penjualan dengan kegiatan produksi.
b. Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam menyusun
perencanaan, dimana manajemen melihat ke depan untuk menentukan tujuan
perusahaan yang dinyatakan di dalam ukuran finansial
c. Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan kegiatan
perusahaan.
d. Manajemen dapat memeriksa dengan seksama penggunaan sumber ekonomi
yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna atau berhasil guna.
e. Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang bersemangat
untuk memperoleh laba.
f. Pemakaian anggaran dapat mendorong dipakainya standar sebagai alat
pegukur prestasi suatu bagian atau individu di dalam organisasi perusahaan.
g. Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen di dalam pengambilan
keputusan.
Anggaran memiliki beberapa manfaat yang berguna bagi perusahaan.
Anggaran sangat menentukan untuk perusahaan guna penentuan keputusan dan
pengambilan strategi. Selain itu, anggaran mampu digunakan sebagai pengawas
11
kegiatan perusahaan, apakah perusahaan dapat menggunakan anggaran secara
efektif dan efisien atau tidak.
2.1.4 Proses Penyusunan Anggaran
Dalam menentukan anggaran itu sendiri, memerlukan penyusunan anggaran
dengan beberapa tahapan agar sesuai dengan teori. Teori penyusunan anggaran
menurut Nafarin (2013:9), proses penyusunan anggaran dibagi kedalam beberapa
tahapan antara lain:
1. Penentuan Pedoman Anggaran
Anggaran yang dibuat pada tahun yang akan datang sebaiknya disiapkan
beberapa bulan sebelum tahun anggran berikutnya dimulai. Dengan
demikian anggaran yang dibuat dapat digunakan pada awal tahun
anggaran.
2. Persiapan Anggaran
Manajer pemasaran sebelum menyusun anggaran penjualan (sales budget)
terlebih dahulu menyusun ramalan penjualan (sales forecast). Dalam tahap
persiapan anggaran ini, biasanya diadakan rapat atas bagian terkait saja.
3. Tahap Penentuan Anggaran
Pada tahap ini, semua manajer dan direksi mengadakan rapat meliputi
kegiatan :
a. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen
anggaran.
b. Mengoordinasikan dan menelaah komponen anggaran
c. Pengesahan dan pendistribusian anggaran
12
4. Pelaksanaan anggaran
Untuk kepentingan pengawasan, setiap manajer membuat laporan realisasi
anggaran. setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran
disampaikan pada direksi.
Proses penyusunan anggaran menurut teori dibagi menjadi empat,
penentuan pedoman anggaran, persiapan anggaran, tahap penentuan
anggaran, dan pelaksanaan anggaran. Dimana tahap persiapan anggaran dan
tahap penentuan anggaran menjadi penentu untuk tahap selanjutnya yaitu
pelaksaan anggaran.
2.1.5 Metode Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran dikelompokkan dalam beberapa metode. Dalam
pemilihan metode tergantung dengan kebijakan manajemen perusahaan
dimana setiap perusahaan memiliki metode-metode penyusunan yang
disesuaikan dengan keadaan managemen sehingga dapat memilih metode
yang paling efektif untuk diterapkan. Menurut Harahap (2008:20), metode
yang dapat dipergunakan dalam penyususnan anggaran adalah sebagai
berikut:
1. Otoriter atau Top Down
Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh
pimpinan dan anggaran ini dilaksanakan oleh bawahan tanpa adanya
13
keterlibatan bawahan dan penyusunannya. Metode ini ada baiknya
digunakan bila karyawan tidak mampu menyusun anggaran atau dianggap
terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada bawahannya. Hal ini
bisa terjadi dalam perusahaan yang karyawannya tidak memiliki cukup
keahlian untuk menyusun anggaran. Atasan bisa saja menggunakan jasa
konsultan atau tim khusus untuk melaksanakan.
2. Demokrasi atau Bottom Up
Dalam metode ini, anggaran disusun berdasarkan hasil keputusan
karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai atasan. Dimana
diserahkan sepenuhnya menyusun anggarann yang ditargetkan pada masa
yang akan datang. Metode ini digunakan jika karyawan sudah memiliki
kemampuan dalam menyusun anggaran dan tidak dikhawatirkan akan
menimbulkan proses yang lama dan berlarut.
3. Campuran antara Top Down dan Bottom Up
Metode terakhir ini merupakan campuran dari kedua metode
diatas, penyusunan anggaran dimulai dari atas dan selanjutntya diserahkan
untuk dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan bawahan. Jadi pedoman
dari atasan atau pimpinan dan kemudian dijabarkan oleh bawahan sesuai
dengan arahan dari atasan.
14
Metode penyusunan anggaran, dapat berupa top down, bottom up atau
keduanya. Metode tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan sebuah
perusahaan.
2.1.6 Tahap Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
1. Penentuan pedoman anggaran
Anggaran yang akan dibuat pada tahun akan datang sebaiknya disiapkan
disiapkan bebrapa bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai.
Sebelum penyusunan anggaran, terlebih dahulu manajemen puncak
melakukan dua hal yaitu:
a. Menetapkan rencana besar perusahaan, seperti tujuan, kebaikan
dan asumsi sebagai dasar penyusunan anggaran.
b. Membentuk panitia penyusun anggaran
2. Persiapan anggaran
Dalam persiapan anggaran bagian-bagian yang terkait dengan
anggaran mengadakan rapat untuk membuat suatu anggaran, dalam
pembuatan suatu anggaran ditentukan juga ramalan penjualan setelah
penyusunan ramalan penjualan bagian pemasaran bekerja sama dengan
manajer umum dan manajer keuangan untuk menyusun anggaran :
a. Anggaran Penjualan
b. Anggaran beban penjualan
c. Anggaran piutang usaha
15
Setelah itu manajer produksi bekerja sama dengan manajer keuangan
dan umum untuk menyusun :
a. Anggaran produksi
b. Anggaran biaya pabrik
c. Anggaran persediaan
d. Anggaran piutang usaha
Anggaran tersebut dibuat berdasarkan anggaran penjualan yang dibuat ole
manajer pemasaran. Manajer umum bekerja sama dengan manajer
keuangan menyusun :
Anggaran beban administrasi umum
Setelah itu manajer keuangan bekerja sama dengan manajer lainnya
menyusun:
a. Anggaran laba rugi
b. Anggaran neraca
c. Anggaran kas
3. Penentuan anggaran
Pada tahap penentuan anggaran semua manajer beserta direksi
mengadakan rapat kegiatan:
a. Perundingan untuk menyesuaikan rencana akhir setiap komponen
anggaran
b. Koordinasi dan peneelaahan komponen anggaran
c. Pengesahaan dan pendistribusian
16
4. Pelaksanaan anggaran
Untuk kepentingan pengawasan setiap manajer membuat laporan
realisasi aggaran setelah dianalisis kemudian laporan realisasi anggaran
disampaikan pada direksi.
Tahapan penyusunan anggaran dapat disimpulkan dengan penentuan
pedoman anggaran,persiapan anggaran, penentuan anggaran, pelaksanaan
anggaran.
2.1.7 Jenis-Jenis Anggaran
Nafarin (2013:31) berpendapat bawa anggaran dapat dikelompokkan
beberapa sudut pandang sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi dasar penyusunan, anggara terdiri dari:
a. Anggaran variable (variable budget), yaitu anggran yang disusun
berdasarkan interval (kisar) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu seri anggran yang dapat disesuaikan pada
tingkat aktivitas (kegiatan) yang berbeda.
b. Anggaran tetap (fixed badget), yaitu anggaran yang disusun
berdasarkan suatu tingkat kapasitas tertentu.
2. Dilihat dari segi penyusunan, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran periodik (periodic budget) adalah anggran yang disusun
untuk satu periode tertentu. Pada umumnya periodenya satu tahun
yang disusun setiap akhir periode anggaran.
17
b. Anggaran kontinu (continuous budget) adalah anggaran yang
dibuat untuk mengadakan perbaikan sehingga anggaran yang
dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3. Dilihat dari segi jangka waktu, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran jangka pendek (short-range budget) adalah anggaran
yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran
jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran
jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyususnan anggaran
jangka pendek.
b. Anggaran jangka panjang (long-range budget) adalah anggaran
yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran
jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal. Anggaran
jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran
jangka pendek.
4. Dilihat dari segi bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional
dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan disebut
anggaran induk (master budget).
a. Anggaran operasional (operasional budget) adalah anggaran untuk
menyususn anggaran laba rugi. Anggaran operasionalnya anatar
lain terdiri dari :
18
1. Anggaran penjualan
2. Anggaran baiaya pabrik
3. Anggaran biaya bahan baku
4. Anggaran biaya tenaga kerja langsung
5. Anggaran biaya overhead pabrik
6. Anggaran beban usaha
b. Anggaran keuangan (financial budget) adalah anggaran untuk
menyususn anggaran neraca. Anggaran keuangan terdiri dari:
1. Anggaran kas
2. Anggaran piutang
3. Anggaran persediaan
4. Anggaran utang
5. Anggaran neraca
5. Dilihat dari segi kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran komprehensif (comprehensive budget) adalah rangkaian .
dari berbagai jenis anggaran yang disusun secara lengkap. Anggaran
ini merupakan perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran
keuangan yang disusun secara lengkap.
b. Anggaran parsial (partially budget) adalah anggaran yang disusun
secara tidak lengkap atau anggaran yang hanya menyususn bagian
anggaran tertentu saja.
19
6. Dilihat dari segi fungsinya, anggaran terdiri dari:
a. Anggaran tertentu (appropriation budget) adalah anggaran yang
diperuntukkan bagitujuan tertentu dan tidak boleh digunakan untuk
manfaat lain.
b. Anggaran kinerja (performance budget) adalah anggaran yang disusun
berdasarkan fungsi kegiatan yang dilakukan dalam organisasi
(perusahaan), misalnya untuk menilai apakah biaya (beban) yang
dikeluarakan oleh masing-masing aktiva
2.2 Pengertian Beban
Berhubungan dengan perencanaan anggaran, maka beban menjadi tolok ukur
penting dan harus ada pengendalian disetip bebannya. Beberapa pengertian beban
antara lain :
a. Menururt Soemarso (2013:29) beban adalah aliran keluar terukur
dari barang atau jasa yang kemudian ditandingkan dengan
pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam
aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis dalam
menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh badan
pemerintah.
b. Menururt IAI (2007:19) beban adalah penurunan manfaat ekonomi
selasa suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan
penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.
Kesimpulan definisi beban adalah aliran keluar yang berupa penurunan
manfaat ekonomi yang berupa arus keluar yang mengakibatkan penurunan
ekuitas.
20
2.2.1 Jenis-Jenis Beban
Beban dikelompokan menjadi beberapa jenis beban. Berdasarkan pendapat
yang dikemukakan Soemarso (2013:226) beban dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Beban Penjualan (Selling expenses)
Beban penjualan adalah semua beban yang terjadi dalam hubungannya
dengan kegiatan menjual dan memasarkan barang seperti kegiatan promosi,
penjualan, dan pengangkutan barang-barang yang dijual.
2. Beban Administrasi dan Umum ( General and administrative expenses)
Beban yang bersifat umum dalam perusahaan misalnya beban gaji, beban
pemeliharaan
3. Beban lain-lain (Other Expense)
Beban-beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dan pasti dengan
kegiatan utama perusahaan. Contohnya adalah beban bunga
Kesimpulannya, jenis beban dapat dibedakan menjadi tiga yaitu beban
penjualan, administrasi dan umum, dan beban lain-lain
2.3 Pengertian Monitoring (pengawasan)
Pengendalian terhadap beban dapat dilakukan dengan monitoring atau
pengawasan pada setiap pos beban. Definisi beban menurut beberapa ahli
antara lain :
a. Geoge R. Tery (2006:395) berpendapat bahwa pengawasan yaitu
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, mengevaluasi prestasi
kerja dan apabila perlu menerapkan tindakan korektif sehingga hasil
pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
21
b. Menurut WHO, monitoring adalah suatu proses pengumpulan dan
menganalisis informasi dari penerapan suatu program termasuk
mengecek secara reguler untuk melihat apakah kegiatan/program itu
berjalan sesuai dengan rencana sehingga masalah yang dilihat/ditemui
dapat diatasi.
Kesimpulan yang didapat dari pengertin monitoring adalah suatu
proses guna mengevaluasi, menganalisis untuk melihat suatu kegiatan
perusahaan apakah sesuai dengan rencana atau tidak dan melihat suatu
permasalahan di dalamnya.
2.3.1 Fungsi Monitoring
Proses dasar dalam monitoring ini meliputi tiga tahap yaitu: (1)
menetapkan standar pelaksanaan; (2) pengukuran pelaksanaan; (3)
menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan dengan standar
dan rencana. Menurut Dunn (2003), monitoring mempunya empat
fungsi, yaitu:
a. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan
administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan
prosedur yang telah ditetapkan.
b. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber
dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu bagi pihak
tertentu (target) telah mencapai mereka.
c. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu “menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat
sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu
tertentu.
22
d. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang
membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan
mengapa antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok.
Fungsi monitoring terdapat empat macam yaitu ketaatan tentang
standar prosedur yang diterapkan, pemeriksaan, laporan untuk
menghitung perubahan dari implementasi dan penjelasan berisikan
informasi.
2.4 Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2010, h.66) analisis laporan keuangan adalah
Kegiatan yang dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara
pos-pos yang ada pada laporan keuangan dalam satu periode.
Menurut Kasmir (2010, h.104) Analisis rasio keuangan merupakan
kegiatan memandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Untuk itu, analisis
kinerja keuangan sangat perlu untuk mengerahui dan membandingkan
kondisi keuangan berdasarkan laporan keuangan yang akan membantu
melihat kemungkinan manajemen membuat kebijakan baru atau
memperbaiki kebijakan yang ada.
Kesimpulan pengertian laporan keuangan adalah kumpulan hasil
pos perusahaan guna melihat kebijakan manajemen untuk masa datang.
2.2 Tinjauan Pustaka
Berapa penelitian sebelumnya memiliki kaitan dengan penyusunan anggaran
dan pengendalian anggaran, antara lain :
23
Tabel 2.1
Penelitian Berkaitan dengan Penyusunan dan Pengendalian Anggaran
Judul Penulis Variabel Hasil
Evaluasi Proses
Penyusunan
Anggaran dan
Pengendalian
Biaya Pemasaran
pada Studi Kasus
PT.Indolakto
Laurensisus
Lusiano Michael,
Universitas
Sanata Dharma
Anggaran,
Pemasaran, Biaya
Membandingkan
penysusunan
anggaran dengan
teorinya. Pada
penelitian
tersebut terlihat
bahwa terdapat
selisih anggaran
yang tidak
menguntungkan
sebesar Rp
220.926.573 atau
3,31% yang
disebabkan oleh
realisasi anggaran
yang lebih besar
dibandingkan
dengan penjualan
perusahaan
tersebut
Evaluasi
Penyusunan dan
Pelaksanaan
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Periode 2011 –
Stella Insan
Hutami,
Universitas
Sanata Dharma
Kuangan Daerah,
Penganggaran
Sektor Publik,
Anggaran
Pendapatan dan
Belanja Daerah
Proses
penyusunan
anggaran
disesuaikan
dengan
Permendagri
Nomor 21 Tahun
24
2013 pada Dinas
Pekerjaan Umum,
Perumahan, dan
Energi Sumber
Daya Mineral
Daerah Istimewa
Yogyakarta
2011 namun pada
dasarnya peneliti
memiliki
kelemahan bahwa
tidak ada tahapan
yang rinci pada
awal rencana
kerja disusun.
Peranan
Anggaran
Sebagai Salah
Satu Alat
Perencanaan dan
Pengendalian
Pembangunan
Daerah
Farida Ulfa,
Universitas Islam
Negeri (UIN)
Malang
Anggaran, Fungsi
Anggaran,
Klasifikasi dan
Model Anggaran,
Struktur
Anggaran,
Perencanaan,
Siklus Perencaan
dan Pengendalian
Proses
penyusunan
anggaran
menggunakan
pendekatan
Bottom Up, yaitu
dengan dimulai
dari struktural
pemerintah yang
paling rendah
Sumber : Skripsi
25
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-101/MBU/2002
Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan
Usaha Milik Negara
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Menteri adalah Menteri yang lingkup tugas dan
kewenangannya meliputi bidang usaha PERUM dan
PERJAN. 2. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya dalam
Keputusan ini disingkat BUMN, adalah: a) Perusahaan
Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998; b) Perusahaan
Umum (PERUM) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998; c) Perusahaan Jawatan
(PERJAN) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2000. 3. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) adalah
penjabaran tahunan dari Rencana Jangka Panjang (RJP)
BUMN. 4. PUKK adalah Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. 5. RKAPUKK adalah Rencana Kerja Anggaran PUKK
tahunan.
Pasal 2 (1) Setiap BUMN wajib menyusun RKAP dan RKAPUKK. (2) RKAPUKK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan satu kesatuan dengan RKAP
Pasal 3 RKAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sekurang-
kurangnya memuat: a) Rencana Kerja Perusahaan; b) Anggaran Perusahaan; c)
Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan; d) Proyeksi
Keuangan Pokok Anak Perusahaan; e) Hal-hal lain yang
memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Pasal 4 (1) Rencana Kerja Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a, memuat penjelasan dan rincian tentang:
Misi Perusahaan; Sasaran Usaha; Strategi Usaha;
Tabel 2.2
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-101/MBU/2002
Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha
Milik Negara
26
(2) Program Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e, memuat penjelasan secara kualitatif dan
kuantitatif tentang: Pemasaran dan Penjualan; Pengadaan;
Produksi dan Kualitas Produk; Teknik dan Teknologi;
Keuangan dan Akuntasi; Sistem dan Organisasi;
Pengembangan Sumber Daya Manusia; Penelitian dan
Pengembangan; Pelestarian Lingkungan; Investasi.
(3) Program kegiatan investasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2 huruf j, meliputi : Program kegiatan investasi
didalam Perusahaan.Program penyertaan pada perusahaan
lain.
Pasal 5 (1) Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 huruf b memuat: a) Anggaran Pendapatan Usaha; b)
Anggaran Biaya Usaha; c) Anggaran Pendapatan dan
Biaya Lainnya; d) Anggaran Pengadaan; e) Anggaran
Teknik dan Teknologi; f) Anggaran Penelitian dan
Pengembangan; g) Anggaran Pengembangan Sumber
Daya Manusia; h) Anggaran Pelestarian Lingkungan; i)
Anggaran Investasi. (2) Dalam Anggaran Biaya Usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, termasuk juga anggaran biaya yang
diperlukan bagi penyelenggaraan PUKK. (3) Anggaran Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf i meliputi: Anggaran Investasi di dalam Perusahaan.
Anggaran Penyertaan pada perusahaan lain.
Pasal 6 Proyeksi Keuangan Pokok Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf c, memuat: A) Proyeksi Neraca; B)
Proyeksi Laba/Rugi; C) Proyeksi Arus Kas; D) Sumber dan
Penggunaan Dana.
Pasal 7 Proyeksi Keuangan Pokok Anak Perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, terdiri dari : A) Proyeksi
Neraca; B) Proyeksi Laba/Rugi.
27
Pasal 8 Hal-hal lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e
antara lain mengenai: A) Penghapusan Piutang; B)
Penghapusan Persediaan; C) Penghapusan Aktiva Tetap; D)
Penghapusan Aktiva Tetap Lainnya; E)Penarikan Kredit; F)
Pengagunan Aset; G) Pemberian Pinjaman; H) Kerjasama
Jangka Menengah/Panjang dengan Pihak Ketiga; I)Perubahan
Modal; J) Penunjukan Direksi dan Komisaris anak perusahaan;
K) Penghasilan Direksi dan Komisaris/Dewan Pengawas;
L)Pembagian tugas Direksi.
Pasal 9 (1) Rencana Kerja PUKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2, meliputi Program Kegiatan untuk melakukan
pembinaan usaha kecil dan koperasi, dirinci menurut
wilayah binaan yang diberikan dalam bentuk hibah,
pinjaman dan penyertaan pada usaha kecil dan koperasi. (2) Rencana Anggaran PUKK, memuat : a) Sumber dana yang
tersedia; b) Rencana penggunaan dana sesuai dengan
program kegiatan; c) Pengembalian pokok pinjaman dan
bunga yang diterima dalam tahun anggaran. (3) Sumber dana yang tersedia sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, terdiri dari : a) Saldo dana awal tahun
anggaran; b) Alokasi dana PUKK tahun anggaran; c)
Pengembalian pokok pinjaman dan bunga yang diterima
dalam tahun anggaran.
BAB II PENYUSUNAN RKAP DAN RKAPUKK
Pasal 10 Penyusunan RKAP serta RKAPUKK secara lebih rinci
dilakukan berdasarkan Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Keputusan ini.
BAB III PENYAMPAIAN DAN PENGESAHAN RKAP DAN RKAPUKK
Pasal 11 (1) Permohonan persetujuan atas RKAP dan RKAPUKK
Perusahaan Perseroan (PERSERO) disampaikan oleh
Direksi kepada RUPS selambat-lambatnya dalam waktu
60 (enam puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran
perusahaan.
(2) Permohonan persetujuan atas RKAP dan RKAPUKK bagi
Perusahaan Umum (PERUM) disampaikan oleh Direksi
28
kepada Menteri BUMN melalui Menteri yang
bersangkutan selambat-lambatnya dalam waktu 60 (enam
puluh) hari sebelum memasuki tahun anggaran
perusahaan.
(3) Permohonan persetujuan atas RKAP Perusahaan Jawatan
(PERJAN) disampaikan oleh Direksi kepada Menteri yang
bersangkutan dan Menteri BUMN selambat-lambatnya
dalam waktu 60 (enam puluh) hari sebelum memasuki
tahun anggaran perusahaan.
(4) Pengesahan atas RKAP dan RKAPUKK bagi Perusahaan
Perseroan (PERSERO) ditetapkan dalam RUPS dengan
ketentuan RUPS melimpahkan kewenangan pengesahan
RKAP dan RKAPUKK dimaksud kepada Komisaris
dalam hal PERSERO selama 2 (dua) tahun berturut-turut
dinyatakan sehat.
(5) RKAP dan RKAPUKK Perusahaan Umum (PERUM)
disahkan oleh Menteri BUMN dengan ketentuan
kewenangan untuk mengesahkan RKAP dan RKAPUKK
dimaksud dapat dilimpahkan kepada Menteri yang
bersangkutan.
(6) RKAP Perusahaan Jawatan (PERJAN) disahkan oleh
Menteri setelah mendapat persetujuan Menteri BUMN.
(7) Pengesahan atas RKAP dan RKAPUKK diberikan
selambat-lambatnya 30 hari setelah tahun anggaran
berjalan.
(8) Dalam hal permohonan persetujuan RKAP dan
RKAPUKK belum memperoleh pengesahan sampai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
maka RKAP dan RKAPUKK tersebut dianggap sah untuk
dilaksanakan sepanjang telah memenuhi ketentuan
mengenai bentuk, isi dan tata cara penyusunannya.
BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 12 (1) Dalam hal Pemerintah ingin memberikan penugasan
kepada BUMN dalam rangka pelaksanaan sebagian tugas
Pemerintah, maka penugasan tersebut wajib terlebih
dahulu dikaji oleh Direksi BUMN. (2) Dalam hal Penugasan dimaksud akan mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan, maka penugasan tersebut tidak
29
dimasukkan sebagai kegiatan usaha BUMN. (3) Seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka
pelaksanaan penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), sepenuhnya menjadi beban Pemerintah sebagai
pemberi penugasan.
Pasal 13 (1) BUMN yang melaksanakan penugasan Pemerintah, harus
secara tegas melakukan pemisahan dalam RKAP
mengenai rencana kerja untuk melaksanakan penugasan
Pemerintah dengan rencana kerja untuk pencapaian
sasaran usaha perusahaan. (2) Setiap penugasan Pemerintah harus memperoleh
persetujuan Menteri BUMN terlebih dahulu sebelum
dituangkan dalam RKAP.
Pasal 14 Penyampaian dan pengesahan RKAP dan RKAPUKK BUMN
yang didirikan dengan undang-undang tersendiri, dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur BUMN tersebut.
Pasal 15 Keputusan ini tidak berlaku bagi Perusahaan Perseroan
(PERSERO) yang menjual sahamnya melalui Pasar Modal.
BAB VI PENUTUP
Pasal 16 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka : 1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 196/KMK.016/1998
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara;
2. Kep. 210/M-PBUMN/1999 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Perusahaan Badan Usaha Milik
Negara, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17 Keputusan ini mulai berlaku untuk penyusunan RKAP dan
RKAPUKK tahun 2003
PEDOMAN PENYUSUNAN RKAP DAN RKAPUKK
A. RENCANA
KERJA :
1. Dalam menyusun Rencana Kerja harus secara tegas
dipisahkan antara Rencana Kerja untuk melaksanakan
30
Penugasan Pemerintah dengan Rencana Kerja untuk
Pencapaian Misi Perusahaan. Hal ini harus terlihat dalam
menyusun dan menguraikan Penugasan Pemerintah, Misi,
Sasaran Usaha, Strategi, Kebijakan dan Program Kegiatan. 2. Penugasan Pemerintah, Misi, Sasaran Usaha, Strategi dan
Kebijakan : a. Penugasan Pemerintah mencakup seluruh kegiatan
operasional BUMN yang ditugaskan oleh Pemerintah dalam
rangka menunjang sebagian atau seluruh program
Pemerintah; b. Misi adalah tujuan jangka panjang Perusahaan yang menjadi
alasan didirikannya Perusahaan. Misi Perusahaan mencakup
produk/jasa yang diusahakan, sasaran pasar yang dituju dan
kesanggupan untuk meningkatkan kemanfaatan kepada
semua pihak terkait; c. Sasaran Usaha adalah tujuan Jangka pendek Perusahaan
yang mengarah kepada dan mendukung tercapainya tujuan
jangka panjang Perusahaan. Sasaran Usaha harus
dinyatakan spesifik, dapat diukur, jelas jangka waktunya
serta secara rasional dapat dilaksanakan/dicapai; d. Strategi Usaha adalah berbagai cara yang akan ditempuh
perusahaan untuk mencapai sasaran usaha Perusahaan; e. Kebijakan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
menjadi pegangan manajemen dalam melaksanakan kegiatan
usaha Perusahaan.
3. Dalam RKAP melalui tahapan sebagai berikut:
a. Usulan Rencana Penugasan Pemerintah dari
Menteri menguraikan secara jelas mengenai ruang
lingkup, jangka waktu, sasaran serta anggaran
pendapatan dan biaya; b. Usulan Rencana Penugasan Pemerintah yang
telah disetujui oleh Menteri BUMN menjadi dasar
penyusunan Rencana Kerja Perusahaan untuk
melaksanakan Penugasan Pemerintah;
c. Direksi wajib mempunyai kajian atas penugasan
Pemerintah tersebut. 4. Sasaran Operasional, Strategi dan Kebijakan serta
31
Program Kerja disusun sebagai berikut:
a. Sasaran Operasional dalam melaksanakan Penugasan
Pemerintah dan Sasaran Operasional untuk Pencapaian
Misi Perusahaan dijabarkan secara kuantitatif dalam tolok
ukur keuangan, operasional dan administratif; b. Strategi dan Kebijaksanaan dalam melaksanakan
Penugasan Pemerintah dan dalam melaksanakan
Pencapaian Misi Perusahaan dijabarkan secara kualitatif
menurut bidang kegiatan usaha;
c. Program Kegiatan dalam melaksanakan Penugasan
Pemerintah dan melaksanakan kegiatan untuk Pencapaian
Misi Perusahaan dijabarkan secara kualitatif dan
kuantitatif menurut bidang kegiatan.
Yang dimaksud dengan bidang kegiatan sekurang-
kurangnya meliputi bidang-bidang: Pemasaran dan
penjualan; Pengadaan; Produksi dan Kualitas Produk;
Teknik dan Teknologi; Keuangan dan Akuntansi; Sistem
dan Organisasi; Sumber Daya Manusia; Penelitian dan
Pengembangan; Pelestarian Lingkungan; Investasi.
B.
ANGGARAN
PERUSAHAAN
1. Anggaran Perusahaan merupakan penjabaran program
kegiatan usaha dalam satuan uang berdasarkan
penerimaan/ pengeluaran secara tunai dari program
kegiatan untuk melaksanakan Penugasan
Pemerintah/Pemegang Saham dan kegiatan komersil. 2. Anggaran Perusahaan sekurang-kurangnya meliputi: a)
Anggaran Pendapatan Usaha; b) Anggaran Biaya
Usaha; c) Anggaran Pendapatan dan Biaya Lainnya; d)
Anggaran Pengadaan; e) Anggaran Teknik dan
Teknologi; f) Anggaran Penelitian dan Pengembangan;
g) Anggaran Pengembangan Sumber Daya Manusia; h)
Anggaran Pelestarian Lingkungan; i) Anggaran
Investasi di dalam Perusahaan; j) Anggaran Penyertaan. 3. Anggaran pendapatan usaha disajikan terinci menurut
jenis produk, wilayah usaha dan satuan usaha strategis.
Pada Anggaran Pendapatan disajikan pula menurut
satuan valuta yang diterima. 4. Anggaran biaya usaha termasuk biaya untuk
32
penyelenggaraan PUKK, disajikan terinci menurut jenis
biaya sesuai dengan jenis produknya, wilayahnya dan
satuan usaha strategisnya. 5. Anggaran pendapatan lainnya meliputi penerimaan
dari: a) Hasil deviden; b) Bunga; c) Royalti; d)
Pelepasan asset; e) Penerimaan piutang yang telah
dihapusbukukan; Hasil lainnya di luar kegiatan usaha
pokok
6. Anggaran biaya lainnya meliputi pengeluaran dari: a)
Bunga yang dibayarkan; b) Biaya lainnya di luar
kegiatan usaha pokok. 7. Anggaran pengadaan disajikan terinci menurut bahan
baku, bahan penolong, suku cadang, bahan lainnya dan
barang yang diperdagangkan. Dalam anggaran
pengadaan ini termasuk pula anggaran kegiatan yang
dilakukan secara sewa dan sub-kontrak. Dalam
anggaran pengadaan disajikan pula menurut satuan
valuta yang digunakan. 8. Anggaran sumber daya manusia disajikan terinci
menurut gaji, tunjangan, fasilitas lainnya dan
pendidikan/latihan. Dalam anggaran ini disajikan pula
menurut golongan kepegawaian dan jumlah pegawai
pada golongan yang bersangkutan. 9. Anggaran pelestarian lingkungan adalah anggaran yang
diperlukan untuk memelihara lingkungan, menghindari
atau memperbaiki kerusakan lingkungan, yang timbul
atau mungkin timbul sebagai akibat proses kegiatan
Perusahaan. 10. Anggaran investasi di dalam Perusahaan adalah
anggaran yang diperlukan untuk program investasi
yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan
usaha. Dalam hal program investasi yang akan
dilaksanakan lebih dari satu tahun anggaran, maka
dalam anggaran harus di sajikan: a) Anggaran seluruh
investasi sampai selesai; b) Anggaran investasi untuk
tahun yang bersangkutan; c) Realisasi investasi sampai
dengan awal tahun anggaran; d) ketiga hal di atas
dilengkapi pula dengan realisasi dan rencana
penyelesaian secara fisik yang disajikan dalam bentuk
33
presentase (%). 11. Anggaran penyertaan adalah anggaran untuk
penyertaan modal pada anak perusahaan maupun
perusahaan patungan yang disajikan menurut unit
Perusahaan dimana dilakukan penyertaan. Dalam
anggaran ini termasuk pula rencana penerimaan dari
hasil pelepasan penyertaan pada anak perusahaan dan
perusahaan patungan.
34
Tabel 2.3
Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0036.P/DIR/2016 Tentang Pedoman
Perencanaan dan Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT.PLN (Persero)
Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor : 0036.P/DIR/2016 Tentang
Pedoman Perencanaan dan Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT.PLN
(Persero)
BAB I Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
1.1.RKAP disusun untuk masa 1 (satu) tahun buku, sekurang – kurangnya memuat Visi dan Misi Perusahaan, Sasaran Utama, Strategi dan Program, Rencana Program Manajemen, Anggaran Perusahaan, Proyeksi Keuangan Perusahaan, Proyeksi Keuangan Anak Perusahaan, Rencana Kerja Program Kemitraan dan Partisipasi Pemberdayaan Lingkungan, Profil Risiko Perusahaan dan hal-hal lain yang memerlukan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
1.2.Divisi Anggaran menyusun draf RKAP berdasarkan usulan RKA Unit Induk,
RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan dengan memperhatikan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP).
1.3.Dalam menjalankan proses penyusunan dan konsolidasi RKAP, Kepala Divisi
Anggaran dapat dibantu oleh Tim RKAP yang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Direksi PLN.
1.4. RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan disusun
berdasarkan asumsi-asumsi yang diterbitkan oleh Direktur Keuangan 1.5.Masing-masing Unit Induk dan Divisi Umum Kantor Pusat menyusun RKA
yang terdiri dari Rekapitulasi LKAO (sesuai Formulir 1), Perincian LKAO (sesuai Formulir 2), Rekapitulasi LKAI (sesuai Formulir 3), Perincian LKAI
(sesuai Formulir 4), Proyeksi Posisi Keuangan (sesuai Formulir 5), Proyeksi Perhitungan Laba Rugi (sesuai Formulir 6) dan Proyeksi Arus Kas (sesuai Formulir 7).
1.6. Usulan RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat diajukan oleh Unit Induk
dan Divisi Umum kepada Direktur dan Kepala Divisi Pembina Unit sesuai Tabel 2 dengan ketentuan sebagai berikut :
1.6.1. General Manajer PLN Pembangkitan, PLN Transmisi, PLN Pusat
Penyaluran dan Pengatur Beban (P3B), PLN Distribusi, PLN Wilayah dan PLN Unit Induk Pembangunan menyusun dan mengajukan usulan RKA unitnya kepada Direktur Bisnis Regional terkait, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Pengembangan Regional terkait.
35
1.6.2. General Manager PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) menyusun dan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Perencanaan Korporat, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Perencanaan Sistem.
1.6.3. General Manajer PLN Pusat Penelittian dan Pengembangan dan PLN
Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan menyusun dan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Perencanaan Korporat, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Enjiniring dan Perencanaan Pengadaan.
1.6.4. General Manajer PLN Pusat Manajemen Konstruksi, PLN Pusat
Pemeliharaan Ketenagalistrikan dan PLN Pusat Sertifikasi menyusun dan mengajukan RKA unitnya kepada Direktur Pengadaan, dengan tembusan kepada Kepala Divisi Administrasi Konstruksi
1.6.5. General Manajer PLN Pusat Pendidikan dan Pelatihan mengajukan
RKA unitnya kepada Direktur Human Capital Management, dengan tembusan kepada Divisi Pengembangan Talenta.
1.6.6. Kepala Divisi Umum mengajukan RKA masing-masing Divisi dan
Satuan Kantor Pusat kepada Direktur Human Capital Management, untuk dikonsolidasikan menjadi RKA Kantor Pusat.
1.7. Prosedur verifikasi, validasi dan rekomendasi terhadap usulan RKA Unit
Induk dan RKA Kantor Pusat dilaksanakan dengan ketntuan sebagai berikut :
1.7.1. RKA PLN Pembangkitan, PLN Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban (P3B), PLN Transmisi, PLN Distribusi, PLN Wilayah dan PLN Unit Induk Pembangunan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Pengembangan Regional terkait untuk selanjutnya direkomendasi oleh Direktur Bisnis Regional terkait kepada Direktur Keuangan.
1.7.2. RKA PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) diverifikasi dan divalidasi
oleh Kepala Divisi Perencanaan Sistem untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.
1.7.3. RKA PLN Pusat Penelitian & Pengembangan dan PLN Pusat
Enjiniring Ketenagalistrikan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Enjiniring dan Perencanaan Pengadaan untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.
1.7.4. RKA PLN Pusat Manajemen Konstruksi, PLN Pusat Pemeliharaan
Ketenagalistrikan dan PLN Pusat Sertifikasi diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Administrasi Konstruksi untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Pengadaan kepada Direktur Keuangan.
36
1.7.5. RKA PLN Pusat Pendidikan & Pelatihan diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi Pengembangan Talenta untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Human Capital Management kepada Direktur Keuangan.
1.7.6. RKA Kantor Pusat diverifikasi dan divalidasi oleh Kepala Divisi
Umum untuk selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Human Capital Management kepada Direktur Keuangan.
1.7.7. Dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud
pada butir 1.7.1. sampai dengan butir 1.7.6., Kepala Divisi Pembina berkoordinasi dengan Kepala Divisi atau Satuan Teknis terkait sesuai
Tabel 3, guna melakukan klarifikasi dan meminta pertimbangan atas program kerja maupun nilai anggaran yang akan direkomendasikan
dalam RKA Unit Induk dan Kantor Pusat.
1.8. Proses pengusulan, verifikasi, validasi, sinkronisasi dan pengesahan RKAP Anak Perusahaan adalah sebagai berikut:
1.8.1. Direksi Anak Perusahaan menyusun usulan RKAP Anak Perusahaan
yang merupakan konsolidasi dari program dan anggaran semua entitas yang berada di bawah kendali Perseroan dan/atau laporan keuangannya terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Anak Perusahaan.
1.8.2. Usulan RKAP Anak Perusahaan diusulkan oleh Direksi Anak
Perusahaan yang telah disetujui oleh Dewan Komisaris Anak Perusahaan dan ditujukan kepada Direksi PLN selaku Pemegang Saham Anak Perusahaan melalui Direktur Perencanaan.
1.8.3. Usulan RKAP Anak Perusahaan diverifikasi dan divalidasi oleh
Kepala Divisi Transaksi Tenaga Listrik dan Kemitraan Bisnis bersama dengan Kepala Divisi lain yang ditugaskan oleh Direksi untuk melakukan proses verifikasi dan validasi tersebut.
1.8.4. Usulan RKAP Anak Perusahaan yang sudah diverifikasi dan divalidasi
selanjutnya direkomendasikan oleh Direktur Perencanaan Korporat kepada Direktur Keuangan.
1.8.5. Usulan RKAP Anak Perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir
1.8.4. selanjutnya dibahas bersama oleh Kepala Divisi Transaksi Tenaga Listrik dan Kemitraan Bisnis dengan Kepala Divisi Anggaran dan Tim RKAP untuk sinkronisasi program dan anggaran dengan target-target PLN.
1.8.6. RKAP Anak Perusahaan selanjutnya disahkan melalui mekanisme RUPS
Anak Perusahaan berdasarkan Anggaran Dasar masing-masing Anak
Perusahaan
1.9. Usulan RKA Unit Induk dan Kantor Pusat serta RKAP Anak Perusahaan sebagaimana dimaksud pada butir 1.7. dan 1.8. di atas, selanjutnya dibahas
oleh Kepala Divisi Pembina (sesuai Tabel 2) bersama dengan Kepala Divisi Anggaran dan Tim RKAP untuk sinkronisasi program dan anggaran dengan
37
target-target PLN.
1.10. Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas dituangkan ke dalam Berita Acara Verifikasi & Validasi RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan sebagai dasar usulan RKAP.
1.11. Kepala Divisi Anggaran melakukan konsolidasi terhadap semua usulan
RKA Unit Induk, RKA Kantor Pusat dan RKAP Anak Perusahaan menjadi draf RKAP.
1.12. Draf RKAP sebagaimana dimaksud pada butir 1.11. di datas diajukan
kepada Direksi Perusahaan untuk mendapat Persetujuan Direksi. 1.13. Draf RKAP yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi selanjutnya
disampaikan kepada Dewan Komisaris guna mendapatkan rekomendasi dan persetujuan.
1.14. Apabila draf RKAP tidak mendapat persetujuan dari Direksi, selanjutnya
Kepala Divisi Anggaran akan melakukan pembahasan kembali sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 1.9. di atas.
1.15. Draf RKAP yang sudah mendapatkan rekomendasi dan persetujuan dari
Dewan Komisaris selanjutnya diajukan kepada Kementerian BUMN guna mendapatkan pengesahan sebagai RKAP.
1.16. Apabila draf RKAP tidak mendapat rekomendasi dan persetujuan dari
Dewan Komisaris, selanjutnya Kepala Divisi Anggaran dapat melakukan pembahasan kembali sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir
1.9. di atas. 1.17. Mendahului pengesahan RKAP, Direktur Keuangan dapat menerbitkan
pagu indikatif AO/AKO dan AI/AKI dari masing-masing Unit Induk dan Kantor Pusat sesuai Berita Acara Verifikasi & Validasi sebagaimana dimaksud pada butir 1.10. di atas.
1.18. Berdasarkan alokasi pagu indikatif AO/AKO dan AI/AKI sebagaimana dimaksud pada butir 1.17. di atas, Unit Induk dan Kantor Pusat
menyesuaikan kembali RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat, selanjutnya diusulkan kembali sesuai tahapan sebagaimana dimaksud pada butir 1.6. serta butir 1.7. di atas.
1.19. Direktur Keuangan menetapkan RKA Unit dan Kantor Pusat dalam bentuk
SKAO (AO/AKO) dan SKAI (AI/AKI), Proyeksi Laporan Keuangan, Proyeksi Neraca Unit setelah RKAP disahkan oleh RUPS.
1.20. Direktur Keuangan dapat menetapkan nilai SKAO/SKAI yang lebih rendah
dari usulan RKA Unit sebagaimana dimaksud pada butir 1.18. baik nilai AO/AKO maupun nilai AI/AKI dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan PLN.
1.21. Alur proses mekanisme penyusunan RKAP adalah sesuai Bagan Alur
Proses 1. 1.22. Seluruh proses penyusunan RKAP, mulai dari pengusulan RKA oleh Unit
38
dan Kantor Pusat, proses verifikasi dan validasi RKA Unit dan Kantor Pusat
oleh Divisi Pembina, Divisi Anggaran dan Tim RKAP, penyusunan draft RKAP dan penerbitan SKAO dan SKAI oleh Divisi Anggaran dilakukan
melalui Aplikasi SIP2A. 1.23. Prosedur dan tata cara pengoperasian Aplikasi SIP2A mengacu pada
panduan yang terdapat pada portal http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
BAB II PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN ANGGARAN
2.1. Anggaran Operasi.
2.1.1. LKAO merupakan bagian dari RKA Unit dan Kantor Pusat disusun
dengan memperhatikan: a) Proyeksi penjualan Perusahaan.b) Skala
prioritas Perusahaan. C)Kemampuan pendanaan Perusahaan. D)
Efektifitas dan efisiensi program.e)Rasio-rasio dan/atau
benchmarking dengan perusahaan peers.
2.1.2. Penyusunan LKAO harus berorientasi pada pencapaian target Key
Performance Indicator (KPI) dalam rangka peningkatan pendapatan,
penurunan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik dan
peningkatan profitabilitas Perusahaan. 2.1.3. LKAO setidaknya meliputi komponen:
2.1.3.1.Pendapatan usaha yang meliputi:
2.1.3.1.1.Pendapatan penjualan tenaga listrik yang dituangkan dalam
format sesuai Formulir 8, disusun berdasarkan proyeksi
volume penjualan pada masing-masing golongan tarif,
dikalikan dengan tarif tenaga listrik yang berlaku, dan
jumlah pendapatan dalam satuan Rupiah penuh.
Bersamaan dengan perencanaan pendapatan penjualan
tenaga listrik juga disajikan rencana penambahan
pelanggan dan pertambahan daya tersambung yang
dituangkan dalam format sesuai Formulir 9.
Di samping pengelompokan pendapatan penjualan tenaga listrik berdasarkan golongan pelanggan, pendapatan
penjualan tenaga listrik juga dikelompokkan berdasarkan Unit Induk dan Anak Perusahaan yang melakukan
transaksi penjualan tenaga listrik. Total pendapatan penjualan tenaga listrik dari kedua jenis pengelompokan
ini harus sama.
Rencana penjualan agar mempertimbangkan estimasi saldo piutang usaha pada awal tahun, aging schedule dan
target piutang usaha pada akhir tahun.
2.1.3.1.2. Pendapatan subsidi listrik hanya diperhitungkan pada anggaran konsolidasi berdasarkan golongan pelanggan
yang berdasarkan ketentuan yang berlaku masih berhak
39
mendapatkan subsidi listrik dan dituangkan ke dalam
format sesuai Formulir 10. Rencana pendapatan subsidi listrik agar mempertimbangkan estimasi saldo piutang subsidi pada awal tahun, perhitungan subsidi listrik dalam APBN tahun berjalan dan estimasi piutang subsidi listrik pada akhir tahun.
2.1.3.2.Beban operasi meliputi :
2.1.3.2.1.Neraca energi. RKA Unit Induk menyajikan neraca energi yang menggambarkan sumber perolehan energi listrik dalam satuan MWh dan meliputi : a. Energi listrik yang diproduksi sendiri baik dari pembangkit milik sendiri maupun pembangkit sewa. B) Pemakaian sendiri energi listrik untuk pembangkit. C) Energi listrik yang diterima dari Unit Induk lainnya. D) Energi listrik yang dibeli dari Independent Power Producer (IPP) dan dari excess power. E) Susut jaringan yakni volume energi listrik yang hilang dalam mata rantai pasokan tenaga listrik mulai dari transmisi sampai dengan titik penyerahan pelanggan. F) Energi yang siap dijual dan/atau dikirimkan ke Unit Induk lainnya.
2.1.3.2.2. Biaya bahan bakar.
a) Pertumbuhan penjualan b) Ketersediaan pembangkit c)
Rencana Operasi Tahunan (ROT) d) Kebijakan stok bahan
bakar dan harga energi primer e) Optimalisasi fuel mix
dengan biaya terendah
Anggaran bahan bakar disusun sesuai dengan mekanisme sebagaimana dimaksud pada Bagan Alur Proses 2 dan hasilnya dituangkan ke dalam format sesuai Formulir 13. Penyusunan rencana kebutuhan bahan bakar agar memperhitungkan saldo awal dan target saldo akhir per jenis bahan bakar, sehingga dapat menggambarkan
rencana volume pembelian per jenis bahan bakar. Di samping volume bahan bakar, rencana kebutuhan
bahan bakar juga menyajikan konsumsi bahan bakar per kWh yakni specific fuel consumption (SFC) untuk
pembangkit berbahan bakar minyak dan SGC untuk gas serta tara kalor (heat rate) untuk pembangkit berbahan
bakar batubara.
Khusus untuk energi panas bumi, air dan energi lainnya
40
disajikan dalam volume produksi per masing-masing jenis energi primer tersebut.
2.1.3.2.3. Pembelian tenaga listrik dan sewa pembangkit.
RKA Unit Induk menyajikan perincian rencana pembelian
tenaga listrik baik dari IPP maupun excess power yang meliputi nama produsen, lokasi, kapasitas pembangkit,
jenis bahan bakar, batas minimum take or pay (TOP), rencana volume pembelian tenaga listrik, harga satuan dan
jumlah harga. RKA Unit Induk menyajikan perincian anggaran sewa
pembangkit yang meliputi nomor kontrak (jika ada), nama
penyedia mesin sewa, lokasi, kapasitas (MW), batas
minimum take or pay (TOP), jenis bahan bakar, SFC atau
tara kalor, rencana volume produksi, harga satuan sewa
per kWh dan jumlah anggaran sewa. Penyusunan anggaran pembelian tenaga listrik dan sewa pembangkit dilakukan dengan mempertimbangkan : a) Pertumbuhan penjualan b) Ketersediaan pembangkit c) Efisiensi energi primer (fuel mix) d) Rencana Operasi Tahunan (ROT) e) Power Purchase Agreement (PPA) e) Kontrak sewa mesin pembangkit.
Anggaran pembelian tenaga listrik dan anggaran sewa
pembangkit disusun sesuai mekanisme sebagaimana
dimaksud pada Bagan Alur Proses 3 dan hasilnya
dituangkan ke dalam format sesuai Formulir 14, Formulir
15, Formulir 16 dan Formulir 17, dengan menempatkan
skema sewa pembangkit pada prioritas terakhir dalam
memenuhi pasokan tenaga listrik.
2.1.3.2.4.Biaya pemeliharaan.
Anggaran pemeliharaan setidaknya harus dikelompokkan ke dalam fungsi dan unsur dengan mempertimbangkan : a) Ketersediaan dan optimalisasi pemanfaatan material gudang b) Rasio biaya pemeliharaan per aset c) Optimalisasi asset d) Benchmarking biaya pemeliharaan dengan bisnis sejenis e) Prognosa tahun berjalan. Anggaran biaya pemeliharaan disusun melalui mekanisme sebagaimana dimaksud pada Bagan Alur Proses 4 dan dituangkan ke dalam format biaya pemeliharaan sesuai Formulir 18.
2.1.3.2.5.Biaya kepegawaian Penyusunan Anggaran biaya kepegawaian dilakukan dengan mempertimbangkan : a) Jumlah dan mutasi
41
pegawai b)Rasio biaya kepegawaian per pegawai c) Kebijakan perusahaan tentang remunerasi dan fasilitas pegawai.
Anggaran biaya kepegawaian disusun melalui mekanisme sebagaimana dimaksud pada Bagan Alur Proses 5 dan dituangkan ke dalam format biaya kepegawaian sesuai Formulir 19.
2.1.3.2.6. Biaya penyusutan.
Biaya penyusutan dihitung dengan mempertimbangkan
besarnya biaya penyusutan tahun sebelumnya, rencana tambahan aset dan penarikan aset dalam tahun berjalan
serta mengacu pada kebijakan akuntansi yang berlaku dan dituangkan ke dalam format biaya penyusutan sesuai
Formulir 20.
2.1.3.2.7. Biaya administrasi.
Anggaran biaya administrasi dikelompokkan atas biaya administrasi niaga dan administrasi umum. Anggaran biaya administasi disusun dengan
mempertimbangkan : a) Realisasi tahun sebelumnya
b)Prognosa tahun berjalan c) Jumlah dan mutasi
pelanggan d) Nilai penjualan tenaga listrik dan saldo
piutang usaha e) Rasio biaya administrasi niaga per
pelanggan dan rasio biaya administrasi umum per
pegawai.
Anggaran biaya administrasi disusun melalui mekanisme sebagaimana dimaksud pada Bagan Alur Proses 6 dan dituangkan ke dalam format biaya administrasi sesuai Formulir 21
2.1.3.2.8. Biaya bunga dan beban keuangan.
Anggaran biaya bunga disusun berdasarkan jadwal
pembayaran bunga, saldo outstanding pinjaman dan
tingkat bunga dari masing-masing perjanjian pinjaman.
Anggaran biaya bunga termasuk unsur bunga yang
terkandung dalam kontrak pembelian tenaga listrik dengan
IPP, capital leased maupun kontrak sewa Build Operate
and Tranfer (BOT), di samping itu beban hedging juga
dikelompokkan ke dalam anggaran ini. Anggaran biaya
bunga dan beban keuangan disusun dan dituangkan ke
dalam format sesuai Formulir 22.
2.1.3.3.Pendapatan (beban) di luar usaha.
Anggaran pendapatan di luar usaha terdiri dari pendapatan bunga, pendapatan denda, hasil penjualan aktiva tetap,
42
pendapatan dari pihak ketiga, penjualan dokumen lelang,
penagihan kembali piutang yang sudah dihapusbukukan, pendapatan sewa, penjualan limbah dan pendapatan lainnya.
Beban di luar usaha terdiri dari beban pensiunan, biaya
penelitian dan pengembangan, biaya teknik dan teknologi,
biaya tanggung jawab sosial, biaya pimpinan, cadangan untuk biaya bencana alam, beban operasional Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL), cadangan biaya tidak terduga lainnya, biaya pengosongan rumah dinas, beban untuk pihak
ketiga dan biaya pengelolaan limbah B3.
Pendapatan (beban) di luar operasi disusun dan dituangkan ke dalam format sesuai Formulir 23.
2.1.3.4. Beban pajak.
Dalam hal terdapat selisih positif antara pajak tangguhan dengan kewajiban pembayaran pajak penghasilan badan, maka dianggarkan sebagai penerimaan.
2.1.4. Direktur Keuangan menetapkan SKAO Sementara untuk memenuhi keperluan AO/AKO paling lama untuk 3 (tiga) bulan pertama tahun berikutnya paling lambat tanggal 20 Desember berdasarkan realisasi tahun sebelumnya.
2.1.5. Direktur Keuangan Perusahaan menetapkan SKAO sebagaimana
dimaksud pada butir 1.19. di atas, untuk kebutuhan AO/AKO selama 1 (satu) tahun :
2.1.5.1. Penggunaan SKAO (AO/AKO) sepenuhnya menjadi
tanggung jawab General Manager atau Kepala Divisi Umum termasuk perencanaan teknis dan finansial,
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, proses konstruksi dan manajemen persediaan.
2.1.5.2. Berdasarkan penetapan SKAO (AO/AKO), Unit Induk
menyusun kembali rincian AKO dalam 1 (satu) tahun anggaran pada Aplikasi SIP2A dan dituangkan dalam
mata uang Rupiah serta dalam nilai valuta asing (jika ada) paling lambat 1 (satu) minggu setelah penetapan SKAO
(AO/AKO).
2.1.6. Perubahan (revisi) terhadap SKAO dapat dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :
2.1.6.1. Usulan perubahan (revisi) SKAO (AO/AKO) diusulkan oleh General Manager atau Kepala Divisi Umum dengan mengikuti mekanisme pengusulan RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada butir 1.6. di atas.
43
2.1.6.2. Prosedur verifikasi, validasi dan rekomendasi usulan perubahan (revisi) SKAO (AO/AKO) mengikuti mekanisme verifikasi, validasi dan rekomendasi RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada butir 1.7. di atas.
2.1.6.3. Direktur Keuangan dapat menyetujui perubahan (revisi)
SKAO (AO dan/atau AKO) yang diusulkan oleh General Manager dan Kepala Divisi Umum berdasarkan
rekomendasi sebagaimana dimaksud pada butir 2.1.6.2. dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
perusahaan.
2.1.6.4. Perubahan (revisi) SKAO (AO/AKO) seperti yang dimaksud pada butir 2.1.6.1. sd. 2.1.6.3. diatas, dilakukan melalui Aplikasi SIP2A dengan prosedur dan tata cara mengacu pada panduan yang terdapat pada portal http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
2.1.7. Anggaran Operasi yang ditetapkan pada masing-masing pos
anggaran tidak diperkenankan digunakan untuk pos anggaran lainnya.
2.1.8. Realisasi penggunaan SKAO (AO/AKO) bulan ke n dilaporkan
oleh General Manager dan Kepala Divisi Umum secara tertulis
kepada Direktur Keuangan dan ditembuskan kepada Direktur Pembina selambat-lambatnya tanggal 20 bulan ke n+1 dengan
format laporan yang akan disusun oleh Kepala Divisi Anggaran.
2.2. Anggaran Investasi.
2.2.1. LKAI disusun dengan mengikuti format sesuai Formulir 3 dan
Formulir 4 dengan memperhatikan :
2.2.1.1. RUPTL dan RJP Perusahaan.
2.2.1.2. Keputusan Direksi.
2.2.1.3. Program prioritas Perusahaan.
2.2.1.4. Penugasan oleh Pemerintah.
2.2.1.5. Kemampuan keuangan Perusahaan.
2.2.2. Penyusunan LKAI harus memperhatikan hal sebagai berikut :
2.2.2.1. Setiap program investasi harus diberikan identifikasi :
(1) program investasi murni atau investasi lanjutan;
(2) mata uang yang digunakan;
(3) nilai anggaran murni dan anggaran lanjutan dalam
nilai ekuivalen Rupiah; dan
44
(4) sumber pendanaan dari masing-masing program.
2.2.2.2. Setiap program investasi dinyatakan layak berdasarkan KKP yang meliputi kajian Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Finansial (KKF) dengan menggunakan metode penilaian Net Present Value (NPV) atau Internal Rate of Return (IRR) serta dilengkapi dengan kajian risiko.
2.2.2.3. Pendanaan dari program investasi dapat bersumber dari
APLN, APBN dan SLA.
2.2.2.4. Program investasi berupa penambahan pembangkit, transmisi dan gardu induk baru hanya dapat dilaksanakan apabila telah tercantum dalam LKAI dan berdasarkan notifikasi dari Kepala Divisi Perencanaan Sistem untuk
dimulai pelaksanaannya.
2.2.2.5. Penyusunan anggaran investasi rutin konstruksi Unit Induk Pembangunan mengacu pada butir 2.1.3.
2.2.3. Direktur Keuangan menerbitkan SKAI (AI/AKI) kepada Unit Induk dan Kantor Pusat dengan ketentuan sebagai berikut :
2.2.3.1. Telah melalui prosedur sebagaimana dimaksud pada butir
1.6., 1.7. dan 1.20.
2.2.3.2. SKAI sekurang-kurangnya memuat nomor SKAI, kegiatan investasi, jumlah AI/AKI dan Investasi Murni dan/atau Investasi Lanjutan.
2.2.3.3. Penggunaan SKAI sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari General Manager dan Kepala Divisi Umum termasuk perencanaan teknis dan finansial, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa, proses konstruksi dan manajemen persediaan.
2.2.3.4. Unit Induk dan Kantor Pusat tidak diperkenankan
menandatangani kontrak sebelum SKAI (AI/AKI) terbit, kecuali program kegiatan / pekerjaan yang telah disetujui Rapat Direksi.
2.2.3.5. Penerbitan SKAI Rutin Konstruksi dilaksanakan
bersamaan dengan penerbitan SKAI Non Rutin atau dapat juga melalui penerbitan SKAI yang terpisah.
2.2.4. Perubahan (revisi) SKAI (AI/AKI) adalah sebagai berikut:
2.2.4.1. Usulan perubahan (revisi) SKAI (AI/AKI) diusulkan oleh
General Manager atau Kepala Divisi Umum dengan mengikuti mekanisme pengusulan RKA Unit dan RKA Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada butir 1.6.
2.2.4.2. Prosedur verifikasi, validasi dan rekomendasi usulan
45
perubahan (revisi) SKAI (AI/AKI) mengikuti mekanisme verifikasi, validasi dan rekomendasi RKA Unit Induk dan RKA Kantor Pusat sebagaimana dimaksud pada butir 1.7.
2.2.4.3. Direktur Keuangan dapat menyetujui perubahan (revisi)
SKAI (AI dan/atau AKI) yang diusulkan oleh General
Manager dan Kepala Divisi Umum berdasarkan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada butir 2.2.4.2.
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan
perusahaan.
2.2.4.4. Direktur Keuangan dapat menyetujui perubahan AKI Unit Induk dan AKI Kantor Pusat sepanjang jumlah keseluruhan AKI secara konsolidasi masih dalam batas jumlah keseluruhan AKI yang ditetapkan dalam RKAP.
2.2.4.5. Dalam hal perubahan AI/AKI mengakibatkan pagu
jumlah keseluruhan AI/AKI dalam RKAP menjadi terlampaui, maka perubahan nilai AI/AKI baru dapat ditetapkan oleh Direktur Keuangan setelah disetujui oleh Direksi.
2.2.4.6. Perubahan (revisi) SKAI (AI/AKI) seperti yang dimaksud
pada butir 2.2.4.1. sampai dengan 2.2.4.3. diatas, dilakukan melalui Aplikasi SIP2A dengan prosedur dan tata cara mengacu pada panduan yang terdapat pada portal http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.
2.2.5. Unit Induk tidak diperkenankan menggunakan sisa AI/AKI untuk penambahan program baru di luar LKAI yang sudah ditetapkan tanpa melalui proses revisi anggaran.
2.2.6. Realisasi penggunaan SKAI (AI/AKI) bulan ke n dilaporkan oleh
General Manager dan Kepala Divisi Umum secara tertulis kepada
Direktur Keuangan dan ditembuskan kepada Direktur Pembina selambat-lambatnya tanggal 20 bulan ke n+1 dengan format
laporan yang akan disusun oleh Kepala Divisi Anggaran. 2.3. Alokasi Kas Bulanan (AKB).
2.3.1. Berdasarkan penetapan SKAO sebagaimana dimaksud pada butir
2.1.4., 2.1.5. dan butir 2.1.6. serta penetapan SKAI sebagaimana dimaksud pada butir 2.2.3. dan butir 2.2.4., General Manager dan
Kepala Divisi Umum menyusun kembali rencana disburse bulanan dalam bentuk AKB dengan ketentuan sebagai berikut :
2.3.1.1. Perincian AKB dalam 1 (satu) tahun anggaran dimasukan
ke dalam Aplikasi SIP2A dan dituangkan dalam mata uang Rupiah dan dalam nilai valuta asing (jika ada) paling lambat 1 (satu) minggu setelah penetapan SKAO/SKAI.
46
2.3.1.2. Total AKB tidak melebihi penetapan pagu AKO dan AKI
yang ditetapkan dalam SKAO dan SKAI.
2.3.1.3. Rencana disburse bulanan didasarkan pada proyeksi
progres kegiatan dengan memperhatikan akurasi rencana
pembayaran dan realisasi pembayaran pada periode
sebelumnya. 2.3.2. Realisasi pembayaran bulan ke n dilaporkan oleh Unit Induk dan
Kantor Pusat melalui Aplikasi SIP2A paling lambat tanggal 21 bulan ke n+1
2.3.3. PRK yang akan dibayar bulan berikutnya diajukan kepada Divisi
Aggaran melalui Aplikasi SIP2A paling lambat tanggal 23 setiap bulannya
2.3.4. Revisi AKB dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
2.3.4.1. Permintaan perubahan (revisi) AKB diusulkan oleh General Manager atau Kepala Divisi Umum kepada Kepala Divisi Anggaran disertai dengan argumentasi perubahannya.
2.3.4.2. Kepala Divisi Anggaran dapat menyetujui atau menolak
usulan perubahan (revisi) AKB sepanjang tidak melampaui batas maksimum AKB yang sudah disetujui berdasarkan
SKAO dan SKAI yang sudah diterbitkan dan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan Perusahaan.
2.3.4.3. Perubahan (revisi) AKB seperti yang dimaksud pada butir
2.3.4.1. dan 2.3.4.2. diatas, dilakukan melalui Aplikasi SIP2A dengan prosedur dan tata cara mengacu pada panduan yang ada pada portal http://intranetpln/sites/olqr/sip2a.