27
3 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, ergon dan nomos. Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan, kaidah, atau prinsip (wikipedia). Ergonomi juga bisa di masukkan dalam penerapan ilmu-ilmu biologi tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya. Sedangkan Sritomo (1996) mendefinisakan Ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktifitas rancang bangun (design) ataupun perancangan ulang (redesign). Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip pekerjaan yang harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. 2.1.2 Manfaat Ergonomi Semua yang berhubungan dengan manual material handling dapat diselesaikan dengan ergonomi. Luasnya cakupan ergonomi juga dapat digunakan menyelesaikan perangkat keras yang berhubungan dengan operator. Meliputi perkakas kerja, kursi kerja, pegangan alat kerja, sitem pengendali, alat peraga, jalan / lorong, pintu, jendela, dan lain-lain. Menurut Eko Nurmianto (2005) ergonomi juga berperan penting dalam desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat, pergantian shift kerja, peningkatan variasi pekerjaan, dan sebagainya. Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan dalam meningkatkan faktor keselamatan kerja, misalnya desain sistem kerja yang tidak membuat nyeri tulang belakang operator. Hal berguna untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 …eprints.umm.ac.id/45481/3/BAB II.pdfperkakas kerja, kursi kerja, pegangan alat kerja, sitem pengendali, alat peraga, jalan / lorong, pintu,

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

2.1.1 Definisi Ergonomi

Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, ergon dan nomos.

Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan, kaidah, atau prinsip (wikipedia).

Ergonomi juga bisa di masukkan dalam penerapan ilmu-ilmu biologi tentang

manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai

penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjaannya.

Sedangkan Sritomo (1996) mendefinisakan Ergonomi sebagai disiplin

keilmuan yang berkaitan dengan perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang

memperhatikan aspek-aspek manusia sebagai pemakainya. Penerapan ergonomi

pada umumnya merupakan aktifitas rancang bangun (design) ataupun perancangan

ulang (redesign). Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip pekerjaan yang harus

disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia.

2.1.2 Manfaat Ergonomi

Semua yang berhubungan dengan manual material handling dapat

diselesaikan dengan ergonomi. Luasnya cakupan ergonomi juga dapat digunakan

menyelesaikan perangkat keras yang berhubungan dengan operator. Meliputi

perkakas kerja, kursi kerja, pegangan alat kerja, sitem pengendali, alat peraga, jalan

/ lorong, pintu, jendela, dan lain-lain.

Menurut Eko Nurmianto (2005) ergonomi juga berperan penting dalam

desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam istirahat,

pergantian shift kerja, peningkatan variasi pekerjaan, dan sebagainya. Disamping

itu ergonomi juga memberikan peranan dalam meningkatkan faktor keselamatan

kerja, misalnya desain sistem kerja yang tidak membuat nyeri tulang belakang

operator. Hal berguna untuk mengurangi ketidaknyamanan visual dan postur kerja.

4

2.1.3 Tujuan Ergonomi

Ergonomi memiliki tujuan untuk mempelajari batasan interalsi tubuh

manusia dengan pekerjaannya. Ergonomi bisa juga mengurangi kelelahan karena

pekerjaan yang dilakukan. Tarwaka (2004) menjelaskan beberapa tujuan dari

ergonomi adalah sebagai berikut :

• Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik

dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

• Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak

sosial, mengeloa dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah produktif.

• Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek teknis,

ekonomis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga

tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.1.4 Aspek Ergonomi

Peranan manusia dalam hal ini akan didasarkan pada kemampuan dan

keterbatasan yang berkaitan dengan aspek pengamatan fisik maupun psikis.

Demikian juga peranan atau fungsi mesin/peralatan yang menunjang operator

dalam melakukan tugas yang ditentukan. Mesin/peralatan kerja berfungsi

menambah kemampuan manusia, tidak menimbulkan stress tambahan akibat beban

kerja dan membantu melaksanakan kerja-kerja tertentu yang dibutuhkan tetapi

berada diatas kapasitas atau kemampuan yang dimiliki manusia (Sritomo

Wignjosoebroto ,2003).

1. Sikap dan posisi kerja meliputi :

a. Mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan sikap dan

posisi membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau

jangka waktu lama.

5

b. Operator tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan maksimum

yang bisa dilakukan.

c. Operator tidak seharusnya duduk atau berdiri pada saat bekerja untuk

waktu yang lama dengan kepala, leher, dada atau kaki berada dalam

sikap atau posisi miring.

d. Operator tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau

periode waktu yang lama dengan tangan atau lengan berada dalam

posisi diatas level siku yang normal.

2. Anthropometri dan dimensi ruang kerja

Data anthropometri sangat berpengaruh bagi perancangan peralatan

maupun fasilitas dalam sistem kerja. Anthropometri pada dasarnya

menyangkut ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia saja tetapi juga

dapat memiliki karakteristik lain seperti berat, umur, suku bangsa dan lain-

lain.

3. Energi yang dikonsumsikan

Aspek ini sering sekali kurang diperhatikan oeh perancangan sebuah sistem

kerja. Semakin besar energi yang dikeluarkan maka akan semakin cepat

operator merasa lelah. Pada umumnya jenis kelelahan yang mengganggu

adalah kelelahan mental. Hal ini dapat membuat operator merasa tidak

nyaman pada lingkungan kerjanya dan tidak mampu lagi berfikir jernih.

4. Efisiensi ekonomi gerakan dan pengaturan fasilitas kerja

Perancangan sebuah fasilitas kerja harus diatur sedemikian rupa agar

operator yang bekerja merasa enak dalam melakukan pekerjaannya. Maksud

dari pengaturan dan perancangan fasilitas kerja ini adalah untuk jangka

waktu yang cukup lama, maka sebelum operator mulai beradaptasi pada

6

lingkungan kerja yang efisien tersebut haruslah diberi pelatihan dan

keterampilan tertentu agar pekerjaan yang dilakukan benar-benar efisien.

5. Energi kerja yang dikonsumsikan

Aplikasi prinsip ergonomi dan ekonomi gerakan dalam tahap perancangan

dan pengembangan sistem kerja secara umum akan dapat meminimalkan

energi yang harus dikonsumsikan dan meningkatkan efisiensi output kerja

itu sendiri. Dengan pendekatan yang ergonomis maka diharapkan bisa

menghasilkan rancangan yang “fit to the user” dan bukan sebaliknya.

2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs)

2.2.1 Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)

MSDs merupakan sesuatu kondisi dimana bagian dalam tubuh mengalami

gangguan, bagaian tubuh ini meliputi kerja antara otot dan tulang. MSDs umumnya

tidak terjadi secara langsung, melainkan penumpukan aktivitas kecil secara

bertahap dalam waktu yang lama. Hal ini diakibatkan oleh beban kerja yang terjadi

pada saat melakukan pekerjaan dan dapat menimbulkan cedera yang dimulai dari

nyeri, pegal – pegal, dan rasa sakit pada bagaian tubuh tertentu.

Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dan

World Helath Organization (WHO), MSDs merupakan gangguan yang disebabkan

ketika seseorang melakukan aktivitas kerja dan kondisi pekerjaan yang signifikan

sehingga mempengaruhi adanya fungsi normal jaringan halus pada sistem

Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tendon, otot.

2.2.2 Keluhan Musculoskeletal Disorders MSDs

Benezech dan L’Epee (1983) menyatakan bahwa telah banyak ahli medis

meneliti operator pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan

untuk mengalami beberapa keluhan, antara lain adalah :

• Algias merupakan penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang

posturnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa

barang, pengantar barang dan penerjun payung.

7

• Osteo articular deviations merupakan penyakit pada pemain violin

(violinist) dan operator kerja bangku, bungkuk (kifosis) pada buruh

pelabuhan (stevadoring) dan pembawa / pemikul keranjang, datarnya

telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan pemangkas rambut.

• Rasa nyeri pada otot dan tendon merupakan rusaknya achiles pada para

penari, tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis

pada pemoles kaca, pemain piano dan tukang jagung.

• Iritasi pada cabang saraf tepi merupakan penyakit saraf ulnar bagi para

pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji,

penjilid dan buku, pemotong kaca dan pengendara sepeda.

Beberapa pekerjaan tersebut diatas sekarang sering dijumpai dan gejalanya

tidak menutup kemungkinan untuk kondisi kerja baru yang lain sejalan dengan

perubahan teknologi. ( As cited in Eko Nurmianto 2005).

2.2.3 Kerja Otot Statis dan Dinamis

Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem gerak tubuh. Otot dapat

bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rythmic). Pada kerja otot dinamis,

kontraksi dan relaksasi terjadi silih berganti sedangkan pada kerja otot statis otot

menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu (Tarwaka, 2010).

Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan

dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot

terganggu. Otot yang bekerja statis tidak memperoleh oksigen dan glukosa dari

darah dan harus menggunakan cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak

dapat diangkut keluar akibat peredaran darah yang terganggu sehingga sisa

metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan statis

menyebabkan kehilangan energi yang tidak perlu (Eko Nurmianto, 2003)

Keluhan muskulosletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat

sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama,

akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan

tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang dinamakan dengan keluhan

8

muskulosletal disorders (MDSS) atau keluhan pada sistem muskulosletal. Secara

garis besar keluhan otot dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu (Tarwaka,2010):

1. Keluhan sementara (reversible)

Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun

demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan

2. Keluhan menetap (persistent)

Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja

telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Keluhan otot skeletal pada ummnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan

akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang

panjang.

Salah satu faktor yang menyebabkan keluhan moskuloskeletal adalah sikap

kerja yang tidak alamiah. Di Indonesia, postur kerja yang tidak alami ini lebih

banyak disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun

kerja denga ukuran tubuh pekerja maupun tingkah laku pekerja itu sendiri. Postur

kerja yang tidak alami tersebut juga dapat disebabkan oleh hal-hal berikut

(Petter,2005) :

1. Peregangan Otot Yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya

sering dikeluhkan oleh para pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut

pengarahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong,

menarik, dan menahan beban yang berat. Peragangan otot yang berlebihan

ini terjadi karena pengarahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan

optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat

mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan

terjadinya cedera otot skeletal.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-

menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-

angkut dansebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan

9

akibat beban kerja secar terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan

untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya

pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala

terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat

gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot

skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik

tuntutan tugas, alat kerja dan satasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan pekerja.

Di Indonesia, sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan

oleh tidak adanya kesesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan

ukuran tubuh pekerja. Sebagai negara berkembang, sampai saat ini

Indonesia masih tergantung pada perkembangan teknologi negara-negara

maju, khususnya dalam pengadaan peralatan industri. Mengingat bahwa

dimensi peralatan tersebut didesain tidak berdasarkan ukuran tubuh orang

Indonesia, maka pada saat pekerja orang Indonesia harus mengoperasikan

peralatan tersebut, terjadilah sikap kerja tidak alamiah.

Hal tersebut disebabkan karena didalam mendesain mesin-mesin

tersebut hanya didasarkan antropometri dari populasi pekerja negara yang

bersangkutan, yang pada kenyataannya ukuran tubuhnya lebih besar dari

pekerja Indonesia. Sudah dapat dipastikan, bahwa kondisi tersebut

akanmenyebabkan sikap paksa pada waktu pekerja mengoperasikan mesin.

Apabila hal ini terjadi dalam kurun waktu yang lama, maka akan terjadi

akumulasi keluhan yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya

cedera otot.

10

4. Faktor Penyebab Sekunder

a. Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak,

Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka

jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekan langsung dari

pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat

menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

b. Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan

kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat

dan akhirnya timbul rasa nyeri pada otot.

c. Mikroklimat

Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan

kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan

pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan

menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara

yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang

terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam

tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan

lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi pasokan

energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke

otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai

oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat

terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri pada otot (Tarwaka, 2010).

2.2.4 Kelelahan

Pada dasarnya kelelahan menggambarkan tiga fenomena yaitu perasaan

lelah, perubahn fisiologis tubuh dan pengurangan kemampuan melakukan kerja

(Barnes, 1980). Kelelahan merupakan suatu pertanda yng bersifat sebagai

11

pengaman yang memberitahukan tubuh bahwa kerja yang dilakukan telah melewati

batas maksimal kemampuannya. Kelelahan pada dasarnya merupakan suatu

keadaan yang mudah dipulihkan dengan beristirahat. Tetapi jika dibiarkan terus-

menerus akan berakibat buruk dan dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Ada

2 (dua) jenis kelelahan yakni kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot

merupakan suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat konstraksi tulang.

Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu

kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar

(Suma’mur, 2009). Sedangkan kelelahan umum adalah suatu perasaan yang

menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelembanan pada setiap

aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk

bekerja yang disebabkan oleh karena : monotoni, intensitas an lamanya kerja fisik,

keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi,

Grandjean dalam Tarwaka (2004).

2.2.5 Pemindahan Bahan Secara Manual

Manual Material Handling berhubungan dengan pemindahan bebandimana

pekerja menggunakan gaya otot untuk mengangkat, menurunkan,mendorong,

menarik, membawa, menggenggam, objek (Swedish Nasional Board of

Occupational Safety and Health (1998) didalam Prastowo dkk,2006). Pengertian

pemindahan beban secara manual, menurutAmericanMaterial Handling Society

(AHMS) bahwa material handling dinyatakansebagai seni dan ilmu yang meliputi

penanganan (handling), pemindahan(moving), Pengepakan (packaging),

penyimpanan (storing) dan pengawasan(controlling) dari material dengan segala

bentuknya (Wignjosoebroto,1996). Lifting berarti menaikkan beban dari posisi

yang rendah keposisiyang lebih tinggi yang menunjukkan / menyatakan

penggunaan gaya harusmelebihi / melampaui gaya grafitasi beban. Pemindahan

bahan secaramanual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan

menimbulkankecelakaan dalam industri. Faktor yang berpengaruh terhadap

timbulnyanyeri punggung (back injury) , adalah arah beban yang akan diangkat

danfrekuensi aktivitas pemindahan. Beberapa pertimbangan / parameter yang harus

12

diperhatikan untuk mengurangi timbulnya nyeri punggung(Nurmianto,1996) antara

lain:

• Beban yang harus diangkat.

• Perbandingan antara berat beban dan orangnya.

• Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya.

• Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan

mempunyai jarak CG (Center of Gravity ) yang lebih jauh dari tubuh,

danbisa menggangu jarak pandangnya.

Batasan beban yang boleh diangkat:

• Batasan angkat secara legal (legal limitations )

Beberapa batasan angkat secara legal dari beberapa Negara. Batasan angkat

ini dipakai sebagai batasan angkat secara internasional.(Nurmianto, 1996)

o Pria dibawah usia 16 tahun maksimum beban angkatnya adalah

14kilogram.

o Pria usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum

bebanangkatnya adalah 18 kilogram.

o Pria usia lebih dari 18 tahun tidak ada batasan angkat

o Wanita usia antara 16 tahun sampai 18 tahun maksimum

bebanangkatnya adalah 11 kilogram.

o Wanita lebih dari 18 tahun maksimum beban angkatnya adalah

16kilogram.

• Batasan angkat dengan menggunakan biomekanika (Bio

mechanicallimitations).

Nilai dari analisa biomekanika adalah tentang postur atau posisi

aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi.

Sedangkankriteria keselamatan kerja adalah dasar pada beban (copreesion

load)pada intervertabraldisk antara lumbar nomor lima dan schrum nomor

satu.

• Batasan angkat secara fisiologi (Physiological limitations).

Metode pengangkatan ini dengan mempertimbangkan rata-rata

bebanmetabolisme dari aktivitas angkat yang berulang (repetitive

13

lifting)sebagaimana dapat juga ditemukan jumlah komsumsi oksigen. Hal

iniharuslah benar-benar diperhatikan terutama dalam rangka

untukmenentukan batas angkat. Kelelahan kerja yang terjadi dari aktivitas

yangberulang akan meningkatkan resiko rasa nyeri pada tulang

belakangkarena akumulasi dari asam laktat yang menumpuk secara

berlebihan

• Batasan angkat secara psiko-fisik (Phycho-physical limitations ).

Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berbahaya

untukmedapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian yang

berbeda.Penanganan material secara manual memiliki beberapa keuntungan

sebagai berikut:

o Fleksibel dalam gerakan sehingga memberikan kemudahan

pemindahan beban pada ruang terbatas dan pekerjaan yang tidak

beraturan.

o Untuk beban ringan akan lebih murah bila dibandingkan dengan

menggunakan mesin.

o Tidak semua material dapat dipindahkan dengan alat

2.2.6 Resiko Kecelakaan Kerja Pada Manual Material Handling

Kegiatan Manual Material Handling (MMH) melibatkan koordinasi sistem kendali

tubuh seperti tangan, kaki, otak, otot dan tulangbelakang. Bila koordinasi tubuh

tidak terjalin dengan baik akanmenimbulkan resiko kecelakaan kerja pada bidang

MMH. Faktor yangmenjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja MMH menurut

(Heran, Dkk(1999) dalam Mustolih, 2007) dibagi menjadi dua faktor yaitu:

1. Faktor Fisik (Physical Factor)

Faktor ini bila dijabarkan terdiri dari suhu, kebisingan, bahan

kimia,radiasi, gangguan penglihatan, postur kerja, gangguan sendi

(gerakandan perpindahan berulang), getaran mesin dan alat, permukaan

lantai.

2. Faktor Psikososial (Physichosocial Factor)

Faktor ini terdiri dari karakteristik waktu kerja seperti shift kerja,

peraturan kerja, gaji yang tidak adil, rangkap kerja, stress kerja,konsekuensi

14

kesalahan kerja, istirahat yang pendek dan terganggu saatkerja. Kedua

faktor tersebut diatas berpengaruh terhadap kecelakaankerja pada

musculoskeletal. Untuk faktor fisik (Physical Factor) yangmenjadi faktor

beresiko terhadap gangguan musculoskeletal adalah postur/sikap kerja dan

gangguan sendi akibat pekerjaan yang berulang.Sedangkan diantara faktor

Psikososial yang menjadi penyebab utama adalah rendahnya pengawasan

dalam aktivitas produksi dan terbatasnyakeleluasan para pekerja.

2.2.7 Faktor Resiko Sikap Kerja Terhadap Musculoskeletal Disorders

Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan

antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan danlain-lain. Sikap

kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalamsistem kerja yang ada. Jika

kondisi sistem kerjanya yang tidak sehat akanmenyebabkan kecelakaan kerja,

karena pekerja melakukan pekerjaan yangtidak aman. Sikap kerja yang salah,

canggung dan diluar kebiasaan akanmenambah resiko cidera pada bagian

muskuloskeletal (Bridger, 1995).

• Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang

seringdilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan. Berat tubuh

manusiaakan ditopang oleh satu ataupun kedua kaki ketika melakukan

posisiberdiri. Aliran beban berat tubuh mengalir pada kedua kaki

menujutanah. Hal ini disebabkan oleh faktor gaya gravitasi bumi.Kestabilan

tubuh ketika posisi berdiri dipengaruhi oleh posisi keduakaki. Kaki yang

sejajar lurus dengan jarak sesuai dengan tulang pinggulakan menjaga tubuh

dari tergelincir. Selain itu perlu menjaga kelurusanantara anggota tubuh

bagian atas dengan anggota tubuh bagian bawah.Sikap kerja berdiri memiliki

beberapa permasalahan sistemmuskuloskeletal. Nyeri punggung bagian

bawah (low back pain)menjadi salah satu permasalahan posisi sikap kerja

bediri dengan sikappunggung condong ke depan. Posisi berdiri yang terlalu

lama akanmenyebabkan penggumpalan pembuluh darah vena, karena aliran

darah berlawanan dengan gaya gravitasi. Kejadian ini bila terjadi

padapergelangan kaki dapat menyebabkan pembengkakan.

15

• Sikap Kerja Duduk

Penelitian pada Eastman Kodak Company di New York

menunjukanbahwa 35% dari beberapa pekerja mengunjungi klinik

mengeluhkanrasa sakit pada punggung bagian bawah (Bridger, 1995). Ketika

sikapkerja duduk dilakukan, otot bagian paha semakin tertarik dan

bertentangan dengan bagian pinggul. Akibatnya tulang pelvis akanmiring ke

belakang dan tulang belakang bagian lumbar akanmengendor. Mengendornya

bagian lumbar menjadikan sisi depaninvertebratal disk tertekan dan

sekelilingnya melebar atau merenggang.Kondisi ini akan membuat rasa nyeri

pada punggung bagian bawah danmenyebar pada kaki.

Gambar 2.1. Kondisi invertebratal disk bagian lumbar pada saat duduk

(Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))

Ketegangan saat melakukan sikap kerja duduk seharusnya dapat

dihindari dengan melakukan perancangan tempat duduk. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa posisi duduk tanpa memakaisandaran akan menaikan

tekanan pada invertebaratal disk sebanyak 1/3hingga 1/2 lebih banyak daripada

posisi berdiri (Kroemer Dkk, 2000). Sikap kerja duduk pada kursi memerlukan

sandaran punggung untuk menopang punggung. Sandaran yang baik adalah

sandaran punggungyang bergerak maju-mundur untuk melindungi bagian

lumbar.Sandaran tersebut juga memiliki tonjolan kedepan untuk menjaga

ruanglumbar yang sedikit menekuk. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

tekanan pada bagian invertebratal disk.

16

• Sikap Kerja Membungkuk

Salah satu sikap kerja yang tidak nyaman untuk diterapkan

dalampekerjaan adalah membungkuk. Posisi ini tidak menjaga kestabilantubuh

ketika bekerja. Pekerja mengalami keluhan rasa nyeri padabagian punggung

bagian bawah (low back pain) bila dikukan secaraberulang dan periode yang

cukup lama.

Gambar 2.2. Mekanisme rasa nyeri pada posisi membungkuk

(Sumber: Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh.Otot

bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbarmengalami

penekanan. Pada bagian ligamen sisi belakang dariinvertebratal disk justru

mengalami peregangan atau pelenturan.Kondisi ini akan menyebabkan rasa

nyeri pada punggung bagianbawah. Sikap kerja membungkuk dapat

menyebabkan “slipped disks”,bila dibarengi dengan pengangkatan beban

berlebih. Prosesnya samadengan sikap kerja membungkuk, tetapi akibat

tekanan yang berlebih menyebabkan ligamen pada sisi belakang lumbar rusak

dan penekananpembuluh syaraf. Kerusakan ini disebabkan oleh keluarnya

materialpada invertebratal disk akibat desakan tulang belakang bagian lumbar.

• Pengangkatan Beban

Kegiatan ini menjadi penyebab terbesar terjadinya kecelakaan

kerjapada bagian punggung. Pengangkatan beban yang melebihi kadar dari

17

kekuatan manusia menyebabkan penggunaan tenaga yang lebih besar pula atau

over exertion.

Gambar 2.3. Pengaruh Sikap Kerja Pengangkatan yang salah

(Sumber : Anatomy, Posture, and Body Mechanics, (Bridger, 1995))

Adapun pengangkatan beban akan berpengaruh pada tulang

belakangbagian lumbar. Pada wilayah ini terjadi penekanan pada bagian

L5/S1(lempeng antara lumbar ke-5 dan sacral ke-1). Penekanan pada daerahini

mempunyai batas tertentu untuk menahan tekanan. Invertebrataldisk pada

L5/S1 lebih banyak menahan tekanan daripada tulangbelakang. Bila

pengangkatan yang dilakukan melebihi kemampuantubuh manusia, maka akan

terjadi disk herniation akibat lapisanpembungkus pada invertebratal disk pada

bagian L5/S1 pecah.

• Membawa Beban

Terdapat perbedaan dalam menetukan beban normal yang dibawa oleh

manusia. Hal ini dipengaruhi oleh frekuensi dari pekerjaan yangdilakukan.

Faktor yang paling berpengaruh dari kegiatan membawabeban adalah jarak.

Jarak yang ditempuh semakin jauh akanmenurunkan batasan beban yang

dibawa.

• Kegiatan Mendorong Beban

Hal yang penting menyangkut kegiatan mendorong beban adalah

tanganpendorong. Tinggi pegangan antara siku dan bahu selama mendorong

beban dianjurkan dalam kegiatan ini. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan

18

tenaga maksimal untuk mendorong beban berat danmenghindari kecelakaan

kerja bagian tangan dan bahu.

2.2.8 Penanganan Resiko Kerja Manual Material Handling

Pencegah terjadinya kecelakaan kerja terutama pada bagian musculoskeletal

adalah mengurangi dan menghilangkan pekerjaan yang beresiko terhadap

keselamatan kerja. Dibawah ini beberapa tindakan untukmengurangi resiko

gangguan musculokeletal pada pekerjaan manualmaterial handling :

• Perencanaan ulang pekerjaan

o Mekanisasi

Penggunaan sistem mekanis untuk menghilangkan pekerjaan yang

berulang. Jadi dengan penggunaan peralatan mekanis mampu

menampung pekerjaan yang banyak menjadi sedikit pekerjaan.

o Rotasi pekerjaan

Pekerja tidak hanya melakukan satu pekerjaan, namun beberapa

pekerjaan dapat dilakukan oleh pekerja tersebut. Tujuan dari langkahini

adalah pemulihan ketegangan otot melalui beban kerja yangberbeda-

beda.

o Perbanyakan dan pengayaan kerja

Sebuah pekerjaan sebisa mungkin tidak dilakukan dengan

monoton, melainkan dilakukan dengan beberapa variasi. Tujuan dari

langkahini adalah untuk menghindari beban berlebih pada satu bagian

ototdan tulang pada anggota tubuh.

o Kelompok kerja

Pekerjaan yang dilakukan beberapa orang mampu membagi

bebankerja pada otot secara merata. Hal ini disebabkan anggota

kelompokbebas melakukan pekerjaan yang dilakukan.

• Perancangan tempat kerja

Prinsip yang dilaksanakan adalah perancangan kerja dengan

memperhatikan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Tempat kerja menyesuaikan

dengan bentuk dan ukuran pekerja agar aktivitas MMH dilakukan dengan leluasa.

19

Kondisi lingkungan seperti cahaya, suara,lantai dan lain-lain juga perlu perhatian

untuk menciptakan kondisi kerja yang nyaman.

• Perancangan peralatan dan perlengkapan

Perancangan peralatan dan perlengkapan yang layak mampumengurangi

penggunaan tenaga yang berlebihan dalam menyelesaiakan pekerjaan.

Menyediakan pekerja dengan alat bantu dapat mengurangisikap kerja yang salah,

sehingga menurunkan ketegangan otot.

• Pelatihan kerja

Program ini perlu dilakukan terhadap pekerja, karena pekerjamelakukan

pekerjaan sebagai kebiasaan. Pekerja harus mengetahui mengenai pekerjaan yang

berbahaya dan perlu mengetahui bagaimanamelakukan pekerjaan yang aman.

Untuk melakukan kegiatan manualmaterial handling (MMH) dengan aman, maka

dalam melaksanakanpelatihan kerja MMH perlu memahami pedomannya. Empat

prinsipyang dipegang selama melakukan manual material handling (MMH),

menurut (Alexander,1986, didalam Mustolih, 2007) yaitu :

o Berusaha untuk menjaga beban pengangkatan selalu dekat dengantubuh

(mencegah momen pada tulang belakang).

o Berusaha untuk menjaga posisi pinggul dan bahu selalu dalam

posisisegaris (mencegah gerakan berputar pada tulang belakang).

o Menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mudah jatuh.

o Berpikir dan merencanakan metode dalam aktivitas MMH yang sulitdan

berbahaya.

2.3 Nordic Body Map (NBM)

Nordic Body Map adalah sebuah metode pengukuran rasa sakit yang

dialami pekerja selama dia bekerja. Metode ini merupakan metode yang subjektif.

Dalam artian keberhasilan dari metode ini tergantung pada saat dilakukan penelitian

dan kemampuan peneliti saat menggunakannya. Contoh kuisioner Nordic Body

Map ditunjukkan pada gambar berikut :

20

Gambar 2.4 Kuisioner Nordic Body Map

(Sumber : Eko Nurmianto (2005))

Responden yang mengisi kuesioner diminta untuk menunjukkan ada atau

tidaknya gangguan pada bagian-bagian tubuh tersebut. Kuesioner Nordic Body

Map ini diberikan kepada seluruh pekerja yang terdapat pada stasiun kerja. Setiap

responden harus mengisi ada atau tidaknya keluhan yang diderita. Pada

sederhananya responden cukup menjawab Sakit atau Tidak Sakit pada kolom yang

disediakan. Namun beberapa kasus juga menggunkan skala likert pada Nordic Body

Map. Skala ini berupa empat pilihan jawaban yang terdiri dari Tidak Sakit, Sedikit

Sakit, Terasa Sakit, dan Sangat Sakit.

Setelah proses pengisian oleh pekerja selesai, peneliti akan merekapitulasi

hasil dari Nordic Body Map. Setelah mengetahui hasilnya maka peneliti akan

dihadapkan pada dua keputusan yaitu postur kerja aman dan postur kerja tidak

21

aman. Jika postur kerja aman, maka penelitian pun berakhir pada kuisioner ini. Dan

jika postur kerja tidak aman, maka penelitian akan dilanjutkan ke tahap berikutnya

untuk mengetahui tindakan lanjutan apa yang seharusnya diambil.

Keuntungan dari Nordic Body Map ini adalah metodenya sederhana,

memerlukan biaya yang murah, dan waktu pengerjaan relatif cepat. Dengan

keuntungan itu kita juga mendapatkan hasil laporan yang meliputi keseluruhan

tubuh.

2.4 Quick Exposure Check (QEC)

Quick Exposure Check adalah suatu metode yang digunkanan untuk menilai

gangguan otot. Metode ini menilai pada bagaian punggung, bahu / lengan,

pergelangan tangan, dan leher. Penilaian pada QEC dilakukan pada kondisi tubuh

statis dan kerja dinamis. Kemudian untuk memperkirakan tingkat risiko dari postur

tubuh dengan melibatkan unsur penggulangan gerakan, tenaga/beban dan lama

tugas untuk area tubuh yang berbeda (Li dan Buckle, 1998).

Metode ini berbentuk kuisioner yang diisi oleh dua pihak, peneliti dan

operator kerja. Contoh kuisioner dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

22

Gambar 2.5 Kuesioner Pengamat pada Quick Exposure Cek

(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)

23

Gambar 2.6 Kuesioner Operator pada Quick Exposure Cek

(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)

Pertanyaan diatas diisi oleh peneliti dan operator kerja. Peneliti mengisi

bagaian yang bisa diamati dan operator kerja mengisi bagian yang dirasakan oleh

operator kerja itu sendiri.

24

Kemudian peneliti membuat rekapitulasi hasil dari wawancaranya dan

dimasukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Tabel rekapitulasi pada Quick Exposure Cek

(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)

Pada tabel diatas menunjukan bahwa adanya pengelompokan setiap bagaian

tubuh antara kuisioner peneliti dan kuisioner operator kerja. Hasil rekapitulasi

digunakan untuk mencari exposure score . Exposure score dapat dicari dengan cara

memasukkan hasil rekapitulasi pada tabel 2.1 .

Berdasarkan hasil penghitungan nilai exposure score, maka tahap

selanjutnya adalah menghitung nilai exposure level dengan menggunakan rumus

pada Persamaan 1 (Rezia et al. 2014).

Keterangan :

E% = Exposure level

25

X = Total skor yang didapat untuk paparan risiko cidera untuk punggung,

bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher yang diperoleh dari

penghitungan kuesioner.

Xmax = Total maksimum skor untuk paparan yang mungkin terjadi cidera

untuk punggung, bahu/lengan, pergelangan tangan dan leher. Xmax

konstanta untuk beberapa pekerjaan seperti pekerjaan statis nilai Xmax

yang mungkin terjadi adalah 162 dan untuk pekerjaan manual handling

(mendorong atau menarik benda dan mengangkat atau membawa benda),

nilai Xmax yang mungkin terjadi adalah 176.

Hasil dari exposure level akan dicocokan dengan tabel berikut :

Tabel 2.2 Total Exposure Score

(Sumber : Li, G dan Burkle, P 1998)

2.5 Antropometri

Antropometri berasal dari kata anthropos (manusia) dan metricos

(pengukuran).antropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan

dengan karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan, serta

penerapan dari data tersebut untuk penanganan desain. (Nurmianto, 1991)

Data mengenai perancangan fasilitas kerja, maupun lokasi dan perpindahan

kendali, ditentukan oleh karakteristik tubuh manusia. Antropometri membicarakan

ukuran tubuh manusia dan aspek-aspek segala gerakan manusia maupun postur dan

gaya-gaya yang dikeluarkan. Dengan bantuan dasar-dasar antropometri, maupun

aspek-aspek pandangan dan medan visual, dapat membantu mengurangi beban

kerja dan memperbaiki untuk kerja dengan cara menyediakan tata letak tempat kerja

yang optimal, termasuk postur kerja yang baik serta landasan yang dirancang

dengan baik.

Antropometri merupakan bagian dari ergonomi yang secara khusus

mempelajari ukuran tubuh yang meliputi dimensi linier, berat, isi, meliputi juga

26

ukuran, kekuatan, kecepatan dan aspek lain dari gerakan tubuh. Antropometri yang

berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas, antara lain: (digilib.petra.ac.id)

• Perancangan areal kerja.

• Perancangan peralatan seperti mesin, perkakas.

• Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi meja komputer.

• Perancangan lingkungan kerja fisik

Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

mengakomodasikan dimensi, tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan

produk hasil rancangan tersebut.

2.5.1 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya

Menurut Sritomo (2003, h61), manusia pada umumnya akan berbeda-beda

dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Disini akan ada beberapa faktor

yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang

perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut antara lain:

• Umur

Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh bertambah besar

seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya

sampai sekitar umur 20 tahunan.

• Jenis kelamin(sex)

Dimensi ukuran tubuh laki-laki pada umumnya akan lebih besar

dibandingkan dengan wanita, kecuali bagian tubuh tertentu seperti

pinggul.

• Suku/bangsa (ethnic)

Setiap suku, bangsa atau etnik akan memiliki karakteristik yang

berbeda.

• Posisi tubuh

Dalam kaitannya dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu:

o Pengukuran dimensi struktur tubuh (structural body dimension)

Tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak

(tetap tegak sempurna). Hal ini dikenal sebagai static

anthropometry. Dari data yang diperoleh diadakan pengolahan

27

statistik. Dimensi tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain

meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam posisi berdiri maupun

duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada saat berdiri/duduk,

panjang lengan dan sebagainya.

o Pengukuran fungsional dimensi tubuh (fungsional body dimension)

Pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat

berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan

dengan kegiatan yang harus diselesaikan. Hal ini dikenal sebagai

dynamic anthropometry. Anthropometri dalam posisi tubuh

melaksanakan fungsinya yang dinamis akan banyak diaplikasikan

dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.

Pengukuran anthropometrik pada hakekatnya adalah

pengukuran jarak anatara dua titik pada tubuh manusia yang

ditentukan jarak-jarak tersebut mungkin berupa garis penghubung

terpendek atau mungkin berupa garis penghubung dipermukaan kulit

atau lebih besar dari itu.

2.5.2 Pengukuran Dimensi

• Antropometri Statis

Adalah pengukuran dimensi tubuh manusia dalam keadaan diam atau

dalam posisi yang dibakukan. Misalnya tinggi badan, panjang lengan, tinggi

siku, tebal paha, dan lain sebagainya.

• Antropometri dinamis

Adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan

bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi

selama manusia melakukan pekerjaannya, misalnya ketika memutar stir

mobil, merakit komponen, dan lain sebagainya.

Aplikasi dari dari kedua jenis data tersebut dilakukan secara bersamaan

dalam rangka mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan

fasilitas akomodasi

28

2.5.3 Perancangan Produk atau Alat

Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa,

menilai, memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik secara fisik maupun

nonfisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan

informasi yang ada.

Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik, dengan demikian

langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti metode Merris Asimow

yang menerangkan bahwa perancangan teknik adalah suatu aktivitas dengan

maksud tertentu menuju ke arah tujuan pemenuhan kebutuhan manusia. Dari

definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus di perhatikan dalam perancangan,

antara lain :

• Aktivitas untuk maksud tertentu.

• Sasaran pada pemenuhan kebutuhan kebutuhan manusia.

• Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.

Dalam membuat suatu rancangan produk atau alat perlu mengetahui

karakteristik perancangan dan perancangnya. Beberapa karakteristik perancangan

adalah sebagai berikut (Nurmianto, 1998).

• Berorientasi pada tujuan.

Variform yaitu suatu anggapan bahwa terdapat sekumpulan solusi

yang mungkin tidak terbatas, tetapi harus dapat memilih salah satu ide yang

akan diambil.

o Pembatas yaitu membatasi solusi pemecahan antara lain.

o Hukum alam, seperti ilmu fisika, ilmu kimia dan lain-lain.

o Ekonomis, pembiayaan atau ongkos dalam merealisir rancangan

yang telah dibuat.

o Pertimbangan manusia sifat, keterbatasan dan kemampuan manusia

dalam merencanakan dan memakainya.

o Faktor-faktor legalisasi,mulai dari model, bentuk sampai dengan

hak cipta.

o Fasilitas produksi, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

menciptkan suatu produk

29

o Evolutif, berkembang terus mengikuti perkembangan zaman

Sedangkan karakteristik perancangan merupakan karakteristik yang harus

dimiliki oleh seorang perancang, antara lain :

• Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi masalah.

• Mempunyai majinasi untuk meramalkan masalah yang mungkin akan

timbul.

• Berdaya cipta

• Mempunyai keahlian dibidang matematika, fisika, kimia tergantung dari

jenis rancangan yang dibuat.

• Dapat mengambil keputusan yang terbaik berdasarkan analisa dan prosedur

yang benar.

• Terbuka terhadap kritik dan saran yang diberikan oleh orang lain.

Prosedur perancangan yang merupakan tahapan umum teknik perancangan

dikenal dengan sebutan NIDA, yang merupakan kepanjangan dari need,

idea, decision, and action. Artinya tahap pertama seorang perancang

menetapkan dan mengidentifikasikan kebutuhan (need), sehubungan

dengan alat atau produk yang harus dirancang. Kemudian dilanjutkan

dengan pengembangan ide-ide (idea) yang melahirkan berbagai alternatif

untuk memenuhi kebutuhan tadi. (Nurmianto, 1991)