18
11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP IPS adalah mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta nama mata pelajaran Ilmu Sosial lainnya. Sejak tahun 1970-an istilah IPS di Indonesia mulai muncul sebagai hasil persetujuan dari lembaga- lembaga pendidikan dan secara sah mulai dipakai dalam lembaga pendidikan nasional dalam kurikulum 1975, dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada semua tingkat pendidikan mulai dari dasar dan menengah Sapriya (2016: 7). Menurut Sapriya, (2016: 19) IPS merupakan mata pelajaran sosial “sosial Studies” yang ada di semua jenjang pendidikan baik dari tingkat sekolah dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Suatu program pendidikan dan bukan sub- disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak dapat ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan, berikut merupakan pengertian IPS menurut Gunawan (2016: 7). Berdasarkan uraian dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan, IPS merupakan mata pelajaran Ilmu Sosial dan program pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tiinggi. Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia IPS menjadi salah satu

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

  • Upload
    vocong

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

11

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP

IPS adalah mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi,

dan Ekonomi serta nama mata pelajaran Ilmu Sosial lainnya. Sejak tahun 1970-an

istilah IPS di Indonesia mulai muncul sebagai hasil persetujuan dari lembaga-

lembaga pendidikan dan secara sah mulai dipakai dalam lembaga pendidikan nasional

dalam kurikulum 1975, dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu

nama mata pelajaran yang diberikan pada semua tingkat pendidikan mulai dari dasar

dan menengah Sapriya (2016: 7).

Menurut Sapriya, (2016: 19) IPS merupakan mata pelajaran sosial “sosial

Studies” yang ada di semua jenjang pendidikan baik dari tingkat sekolah dasar

sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Suatu program pendidikan dan bukan sub-

disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak dapat ditemukan baik dalam nomenklatur

filsafat ilmu, ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan, berikut

merupakan pengertian IPS menurut Gunawan (2016: 7). Berdasarkan uraian dari

pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan, IPS merupakan mata

pelajaran Ilmu Sosial dan program pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai

perguruan tiinggi. Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia IPS menjadi salah satu

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

12

matapelajaran wajib, dalam pelaksanaanya IPS lebih menekankan siswa belajar

lingkungan sosial, misalnya adat istiadat daerah, sejarah sebuah tempat, proses

terjadinya hujan, dan letak geografis dari sebuah tempat.

Mata pelajaran IPS memakai Pendekatan korelasi untuk Penggolongan materi,

artinya materi pelajaran disusun dan dikembangkan berpatokan pada beberapa

disiplin ilmu secara khusus kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata

peserta didik yang sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir, karakteristik atau

pengelompokan usia, kebiasaan bersikap dan berperilaku. Adapun tujuan mata

pelajaran IPS SMP menurut Supriya (2016:200-201) sebagai berikut:

1) Memahami rancangan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungan sekitarnya.

2) Mempunyai kecakapan awal untuk berfikir yang masuk akal dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan

sosial.

3) Mempunyai kesadaran terhadap komitmen, nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi, berkompetensi dan bekerja

sama dalam masyarakat majemuk ditingkat nasional dan global.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat diuraikan bahwa tujuan IPS mengarahkan

peserta didik untuk berfikir logis dan kritis, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi,

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

13

menanamkan komitmen pada diri peserta didik sehingga peserta didik mempunyai

kesadaran dan kemampuan dalam kehidupan di lingkungan tempat dimana ia tinggal.

Penelitian ini dalam penerapannya menggunakan Standar Kompetensi dan

Kompetensi dasar yang sesuai digunakan oleh guru dan mengikuti alur

pencapaiannya. Untuk itu SK dan KD yang akan peneliti gunakan adalah SK 5, KD

5.1 dan 5.2, berikut peliti paparkan dalam bentuk tabel:

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata pelajaran IPS kelas VIII

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

5. Memahami usaha persiapan

kemerdekaan Repubik Indonesia

5.1 Mendeskripsikan proses

terbentuknya Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan peristiwa-

peristiwa sekitar proklamasi

5.2 Menjelaskan proses persiapan

Kemerdekaan Indonesia

Sumber: BSNP

2.1.2 Motivasi Belajar

Kurangnya motivasi dalam belajar peserta didik akan berdampak terhadap

penurunan hasil dari belajar peserta didik tersebut, maka dari itu motivasi dalam

belajar mempunyai peran penting dalam ketercapaian hasil belajar peserta didik.

Menurut Slavin (2011:99) bahwa motivasi sebagai proses yang timbul dalam diri

seseorang yang mengaktifkan, mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku

seseorang dari waktu ke waktu. Dalam pengertian yang sederhana, motivasi

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

14

merupakan suatu usaha pencapaian terhadap tujuan dengan mencoba melangkah dan

tetap melangkah ke arah yang dituju. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono

(2009: 80) motivasi dipandang sebagai suatu dorongan yang mengarahkan mental

untuk menggerakkan perilaku manusia, termasuk perilaku dalam belajar.

Tujuan tertentu yang diperoleh manusia melalui dorongan berupa energi yang

timbul dari diri manusia tersebut untuk melakukan aktivitas tertentu merupakan

motivasi menurut Sani (2013:49). Begitu juga dengan pendapat Santrok (2014:165),

mengartikan motivasi sebagai proses seseorang dalam mempertahankan perilaku,

mengarahkan perilaku dan memberikan energi terhadap perilaku seseorang. McDonal

dalam (Sardiman, 2014: 73) menyatakan bahwa motivasi adalah munculnya “feeling”

akibat adanya perubahan energi pada diri individu. Motivasi dapat diartikan sebagai

dorongan yang menciptakan kegiatan belajar dan memberikan tujuan pada kegiatan

belajar supaya keinginan yang dimiliki subyek belajar dapat terpenuhi, (Sardirman

2014:75)

Motivasi juga dapat dikatakan sebagai Pendorong mental seseorang yang

memberikan energi untuk mengaktifkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai sesuatu hal

yang abstrak atau tidak bisa digambarkan atau tidak dapat dinilai yang mempengaruhi

kinerja atau aktivitas menjadi lebih terarah sehingga memberikan sebuah hasil yang

lebih baik. Individu maupun kelompok ketika mempunyai tujuan yang ingin dicapai

dalam hidupnya pasti mereka mempunyai usaha agar apa yang diinginkan dapat

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

15

dimilikinya, usaha seseorang tersebut secara tidak langsung didorong oleh keinginan

atau motivasi yang ada pada diri sendiri maupun kelompok.

Motivasi belajar menurut Nashar (2004:42), merupakan pencapaian prestasi

atau hasil belajar oleh peserta didik yang didorong melalui kecenderungan peserta

didik ketika melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah tujuan yang ingin

dicapai oleh subyek belajar melalui kegiatan belajar yang didorong oleh daya

penggerak didalam diri siswa (Keke 2008: 4). Sedangkan menurut pendapat Sani

(2013:49) Motivasi belajar merupakan sesuatu yang berperan memotivasi siswa atau

individu dalam belajar. Tanpa motivasi dalam belajar, seseorang peserta didik tidak

dapat mempunyai keinginan untuk belajar dan akhirnya tidak akan mencapai

keberhasilan dalam belajar. Pengaruh dari motivasi belajar sangat penting bagi

kecercapaianya hasil belajar, karena peserta didik tidak akan mampu mencapai hasil

yang baik jika keinginan atau dorongan yang membantu untuk semangat belajar tidak

ada.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diambil simpulan bahwa

motivasi belajar merupakan proses internal yang menggerakkan dan mengarahkan

perilaku manusia termasuk perilaku belajar untuk mendapatkan pengetahuan untuk

mendapatkan suatu perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman yang

menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Keberhasilan maupun kegagalan

dalam belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi pada diri peserta didik, oleh sebab itu

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

16

peserta didik, ketertarikan dalam belajar dan dorongan yang dimiliki oleh peserta

didik. Memberikan motivasi belajar bukan sekedar mendorong dengan paksaan atau

memerintah peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik, namun

merupakan upaya yang dibentuk dengan rasa atau ajakan yang membuat keinnginan

dalam diri peserta didik untuk belajar itu terbangun.

Santrok (2014: 169) membagi motivasi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik

dan motivasi ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul

dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai minat sendiri (tujuan itu

sendiri), sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari pengaruh

luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang lain (sarana untuk mencapai

tujuan). Sardiman (2014:89-91) mengartikan motivasi intrinsik sebagai gejala-gelaja

yang menjadikan aktif atau mempunyai fungsi tidak perlu adanya pengaruh dari luar,

karena sudah ada sesuatu yang mendorong dari dalam diri setiap manusia untuk

melakukan kegiatan. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu gejala-gelaja aktif yang

bertujuan dan mempunyai fungsi karena adanya rangsangan dari luar.

Sani (2013:49) mendeskripsikan motivasi ekstrinsik sebagai motivasi untuk

melakukan kegiatan yang mempunyai tujuan, karena adanya pengaruh dari luar diri

seseorang, misalnya: tuntutan, imbalan atau hukuman. Adapun faktor yang

mempengarui motivasi ekstrinsik adalah: 1) karakteristik tugas, 2) perilaku guru, dan

3) pengaturan pembelajaran. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang

timbul akibat adanya keinginan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

17

berdasarkan tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya seorang peserta didik belajar

dengan giat untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Jenis-jenis motivasi tersebut, mempuyai masing masing fungsi, dimana dalam

motivasi intrinsik seseorang melakukan sesuatu berdasarkan tujuannya tanpa

rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi entrinsik didorong oleh pengaruh luar, jadi

tujuan dilakukannya agar mendapat tujuan lainnya juga. Namun pada intinya motivasi

tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, apakah tujuan itu baik atau tidak, motivasi

akan baik kalau tujuan yang diharapkan baik dan sebaliknya.

Selain jenis-jenis motivasi belajar, terdapat juga faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar salah satunya adalah strategi pembelajaran. Strategi

pembelajaran yang digunakan guru juga berpengaruh bagi motivasi belajar peserta

didik, apakah strategi pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru, atau

berpusat pada peserta didik, dan bersifat interaktif. Pengunaan strategi berpusat

kepada guru ini menekankan guru sebagai sumber belajar, sedangkan dalam strategi

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didiklah yang menjadi sumber

belajarnya dimana peserta didik aktif menciptakan pengetahuan dan guru hanya

berperan sebagai fasilitator. Begitu juga dengan interaktif, strategi ini menekankan

kepada diskusi sesama peserta didik sehingga mampu memberikan opini atau

pendapatnya dalam diskusi tersebut, dan hasil dari diskusi menjadi pengetahuan baru

dari peserta didik. dari semua stretegi yang ada ini, gurulah yang dapat

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

18

menentukannya ingin menggunakan strategi yang seperti apa untuk perkembangan

motivasi belajar dari peserta didik tersebut.

2.1.3 Hasil Belajar

Dimyati dan Mujiono (2009: 3) mengatakan bahwa Hasil belajar sebagai

sebuah interaksi kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik. Sedangkan

Suprihatiningrum (2014: 37) mendefinisikan hasil belajar sebagai penampilan siswa

(leaner’s performance) yang diperoleh melalui kemampuan siswa sebagai akibat

perbuatan belajar. Definisi-definisi tersebut dapat di ambil simpulan mengenai hasil

belajar, yang merupakan tampilan dari sebuah kemampuan siswa dalam berinterkasi

ketika belajar dan mengajar kemudian menghasilkan nilai yang disebut sebagai hasil

dari belajar. Hasil dari belajar dapat diperoleh melalui sistem penilaian yang

dilakukan secara berkesinambungan atau terus-menerus.

Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar merupakan pengalaman proses belajar

yang diterima siswa dan kemudian menghasilkan kemampuan dalam belajar yang

disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar terlihat sebagai proses perubahan

pengtahuan, sikap, dan ketrampilan yang diukur dari tingkah laku peserta didik

setelah menghadapi kegiatan pembelajaran (Hamalik 2010:155). Berdasarkan

pendapat beberapa ahli tersebut mengenai hasil belajar dapat diambil simpulan bahwa

hasil belajar merupakan hasil dari suatu perubahan dalam proses belajar mulai dari

awal hingga ahir siswa menerima hasil belajar. Perubahan yang dimaksud adalah

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

19

adanya peningkatan atau pengembangan yang lenih baik dibandingkan dengan

sebelummnya misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dapat membedaka hal yang

baik maupun buruk dan sebagainya.

Hasil belajar dilalui melalui proses pembelajaran yang melibatkan dua aspek

yaitu guru dan peserta didik. Proses tersebut akan memberikan perubahan pada

peserta didik sebagai dari hasil pembelajaran. Hasil belajar sangat penting bagi pesrta

didik karena peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilanya dalam

menangkap materi dalam belajar. Selain bermanfaat bagi peserta didik, hasil belajar

juga mempunyai manfaat bagi guru yaitu dapat mengukur keberhasil guru dalam

menyampaikan pembalajan, dari hasil belajar juga guru dapat melihat peserta didik

yang sudah tuntas KKM yang ditentukan dan peserta didik yang belum tuntas KKM,

dengan hasil ini memberikan petunjuk kepada guru agar lebih memperhatikan peserta

didik yang belum tuntas KKM.

2.1.4 Model Belajar Numbered Heads Together (NHT)

Model belajar Numbered Heads Together merupakan salah satu model belajar

kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai cara belajar

peserta didik dalam sebuah kelompok dengan pemberian tugas-tugas yang terstruktur

untuk didiskudikan peserta didik dalam kelompok (Taniredja, 2011:55).

Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan prosedur model pembelajaran

kooperatif yang dapat memungkinkan guru mengelola suasana kelas menjadi lebih

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

20

efektif, sehingga pembelajaran kooperatif itu tidaksekedar membagi peserta didik

dalam kelompok dengan asal-asalan, pernyataan tersebut menurut pendapat Taniredja

(2011: 56)

Tujuan dari pembelajaran kooperatif mempunyai perbedaan dengan kelompok

konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana ketercapaian seseorang

diperoleh dari ketidaktercapaian orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran

kooperatif adalah membuat keadaan dimana ketercapaian seseorang ditentukan dan

dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Taniredja dkk ,2011: 60). Adapun ciri-

ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Taniredja (2011: 59) adalah (1) belajar

dengan teman didalam kelompok, (2) selama proses pembelajaran tatap muka

bersama teman, (3) saling berdiskudi dan menghargai pendapat di antara anggota

kelompok, (4) saling belajar dari teman sendiri didalam kelompok, (5) melakukan

kegiatan belajar didalam kelompok kecil, (6) saling menyatakan pendapat, (7)

keputusan berada pada kelompok, dan (8) siswa aktif.

Berdasarkan uraian tersebut maka maksud dari pembelajaran kooperatif dalam

penelitian ini adalah siswa belajar didalam sebuah kelompok kecil dengan bekerja

sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru untuk memecahkan sebuah

masalah sehingga keputusan berada didalam kelompok tersebut. Pembelajaran

kooperatif ini lebih menekankan pada kesadaran peserta didik untuk saling membantu

mencari dan mengolah informasi. Mempertahan pola pikir yang masuk akal dan

berbagai ketrampilan yang berguna untuk menjalin hubungan dalam kelompok,

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

21

melatih ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikap sopan santu terhadap

teman, mengkritik ide orang lain merupakan tujuan dari pembelajaran kooperatif

(Sani, 2013: 131).

Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) atau kepala

bernomor merupakan pengembangan bembelajaran tipe (TGT). Model ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan. Ciri-ciri khusus pembelajaran kelompok melalui

penyelesaian tugas dengan saling membagi ide/gagasan, setiap kelompok harus

memastikan bahwa anggotanya memahami dan menguasai tugas agar semua peserta

didik memahami konsep secara seksama. Model pembelajaran ini

mengakomondasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok, kebersamaan

kolaborasi, dan kualitas interaksi dalam kelompok serta memudahkan penilaian

(Tampubolon, 2013: 94).

Menurut Hamdani (2010: 89), NHT adalah suatu metode belajar dengan cara

siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor pada setiap

siswaa, kemudian pelaksanaanya dengan siswa dpanggil oleh guru secara acak.

Model pembelajaran kooperatif NHT salah satu model belajar yang membagi siswa

kedalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok mempunyai kesempatan

untuk menyatakan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru

mengenai materi yang terkait, serta mempertimbangkan jawaban yang tepat dari tugas

yang didapat. Selain itu model pembelajaran NHT dapat mendorong siswa dalam

mencari, mengolah, dan memaparkan informasi dari berbagai sumber yang ahirnya

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

22

akan dipresentasikan di depan kelas, sehingga model pembelajaran ini diharapkan

cocok diterapkan pada pembelajaran yang menekankan interaksi dan menuntut

keaktifan siswa (Mustasyir, 2014: 4). Berikut adalah Langkah-langkah model belajar

Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90):

a) Guru membagi siswa kedalam kelompok kemudian memberikan nomor

kepada siswa yang berbeda-beda dalam kelompoknya.

b) Guru memberikan materi untuk dipelajari dan dikerjakan siswa didalam

kelompok.

c) Peserta didik dalam kelompok bersama-sama menentukan jawaban yang tepat

dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat memahami dan

mengerjakannya.

d) Guru memanggil salah satu siswa dan siswa yang nomornya terpanggil harus

memaparkan hasil kerja sama mereka.

e) Siswa yang lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk

nomor lain sampai semua soal terselesaikan.

f) Kesimpulan.

1. Kelebihan belajar Numberes Heads Together

Berikut adalah kelebihan model belajar Numberes Heads Together menurut

(Hamdani 2010: 90).

a) Siswa menjadi lebih siap dalam belajar.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

23

b) Siswa dapat bersungguh- sungguh ketika mendiskusikan tugas.

c) Siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai.

2. Kelebihan belajar Numberes Heads Together

Berikut adalah kelemahan model belajar Numberes Heads Together menurut

(Hamdani 2010: 90).

a) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.

b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil semua.

2.2 Penelitian Yang Relevan

Model pembelajatan Numbered Heads Together pernah diteliti dan diuji

sebelumnya oleh peneliti lain. Penelitian ini dilakukan oleh H.A. Melati pada tahun

2011 dengan judul “ Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Sungai

Ambawang Melalui Pembelajaran Model Advance Organizer Berlatar Numbered

Heads Together (NHT) Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. Penelitian

dilakukan di kelas XI yang berjumlah 25 orang, hasil dari penelitian menunjukan

adanya peningkatan dari aktivitas dan hasil belajar siswa. Kondisi awal sebelum

dilakukan tindakan menunjukan hasil belajar 50% belum tuntas dengan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) sebesar 62, pada siklus I menunjukan peningkatan hasil

belajar 17 siswa memperoleh nilai ketuntasan ≤ 67 dengan presentase 68%,

meningkat lagi pada siklus II 22 siswa tuntas KKM dengan presentase 88%.

Sedangkan untuk aktivas belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu visual

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

24

activities 24%, oral activities 28%, writing activities 28% dan mental activites 8%,

perlakuan tindakan pada siklus I menghasilkan visual activities dilakukan oleh 22

siswa(88%), oral activities 49,33% yang bertanya kepada guru dilakukan 5 siswa

(20%), bertanya kepada teman dilakukan oleh 20 siswa (80%), mengeluarkan

pendapat dilakukan oleh 12 siswa (48%), writing activities dilakukan oleh

23siswa(92%)dan mental activites dilakukan 2 siswa (8%). Pada siklus II mengalami

peningkatan lagi menjadi visual activities dilakukan oleh 25 siswa(100%), oral

activities 78,67% yang bertanya kepada guru dilakukan 14 siswa (56%), bertanya

kepada teman dilakukan oleh 25 siswa (100%), mengeluarkan pendapat dilakukan

oleh 20 siswa (80%), writing activities dilakukan oleh 24 siswa (96%) dan mental

activites dilakukan 6 siswa (24%). Dirinci, penelitian melati menunjukan bahwa

aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat karena implementasi NHT. Maka di

penelitian ini dimungkinkan juga demikian, walaupun objek dan mata pelajarannya

berbeda.

Peneliti lain juga pernah meneliti model belajar tipe Numbered Heads Together

(NHT) yaitu Agni Era Hapsari pada tahun 2016 yang berjudul “ Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbantuan Media

Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa”. Penelitian

dilakukan dikelas XI berjumlah 30 siswa, penelitian ini relevan terlihat pada kondisi

sebelum dilakukan tindakan, aktivitas belajar siswa tinggi hanya 6 siswa atau 20%, 6

siswa dengan presentase 20% sedang, dan 18 siswa presentase 60% aktivitas rendah.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

25

Sedangkan kondisi awal dari prestasi belajar siswa yang lenbih dari KKM 75 ada 6

siswa dengan presentase 20%, nilai tertinggi 80 dan terendah 50 dengan rentang nilai

0 - 100. Terjadi peningkatan aktivitas belajar pada siklus I yaitu skor tinggi 12 siswa

dengan presentase 40%, skor sedang 9 siswa dengan presentase 30% dan skor rendah

dari 9 siswa presentase 30%. Sedangkan untuk prestasi belajarnya tertinggi 85,

terendah 60 dan 9 siswa dengan presentase 30% nilai masih dibawah KKM. Pada

perlakuan di siklus ke II terjadi peningkatan lagi skor tinggi 24 siswa dengan

presentase 80%, skor sedang 6 siswa dengan presentase 20% dan skor rendah dari 0

siswa dengan presentase 0%. Sedangkan untuk prestasi belajarnya tertinggi 95,

terendah 77. Penelitian milik Agni Era Hapsari mempunyai perbedaan dengan

penelitian penulis yaitu terletak pada jenjang sekolah, matapelajaran, variabel Y1 dan

Y2, persamaan hanya terletak pada variabel X.

Beberapa penelitian tersebut telah menunjukan terjadinya peningkatan terhadap

hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT). Untuk mengetahui pemahaman siswa pada

penilitian ini, peneliti akan menggukan kartu soal benar salah, soal akan ditulis pada

sebuah kartu. Peneliti menggunakan tipe soal benar salah karena pada tipe ini semua

pokok bahasan dapat terwakili sehingga siswa dapat memahami semua materi.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

26

2.3 Kerangka Berfikir

Kondisi awal yang terjadi di SMP Kristen 04 Salatiga pada mata pelajaran IPS

terdapat 57% peserta didik yang belum mencapai KKM dalam matapelajaran IPS

dikarenakan motivasi belajar yang masih rendah. Maksud dari penelitian ini adalah

peneliti akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar mencapai presentase 80% dan

pemberian toleransi terhadap 3 peserta didik karena diangap lamban dalam menerima

materi dan berada pada lingkungan belajar kurang baik. Penelitian dilakuka dengan

tindakan kelas menggunakan model belajar Numbered Heads Together (NHT)

sebagai alat untuk membatu ketercapaian proses dalam pembelajaran. Melalui model

NHT ini semua peserta didik akan ikut ambil bagian sehingga tidak ada peserta didik

pasif di kelas. Pembelajaran akan lebih menyenangkan karena model ini membuat

pembelajaran tidak monoton sehingga suasana kelas akan terkondisi dengan baik

karena setiap pembelajaran akan diselingi game. Adapun gambaran dalam kerangka

pikir ini adalah sebagai berikut:

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

27

Gambar 1, kerangaka berfikir

Motivasi dan

hasil belajar

rendah

Guru menggajar

menggunakan model

konvensional dan siswa

kurang menyukai

belajar mandiri

Kondisi awal

Siklus 1 ( hasil

penelitian

kurang)

Model belajar

NHT

Tindakan

Siklus 2 ,3…(

hasil penelitian

meningkat)

Motivasi dan

hasil belajar

Meningkat

Kondisi ahir

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16991/2/T1_162014016_BAB II... · 2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP . IPS adalah mata

28

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Hasil belajar

Ho : π HB< 70

H1 : π HB≥ 70

2. Motivasi belajar

Ho : π MB≤ 3

H1 : πMB > 3