16
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan (Suma’mur, 1989). Menurut Daryanto (2001), keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sekarang ini teknologi sudah semakin maju maka keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko bahaya dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya. 2.1.1Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Suma’mur (1989) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional 2. Menjamin keselamatan kerja orang lain yang berada di tempat kerja 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien 4. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. 5. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif mungkin. 6. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 7. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai/tenaga kerja. 8. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi

pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat

kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi

oleh perusahaan (Suma’mur, 1989). Menurut Daryanto (2001), keselamatan kerja

adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan

kerja, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Sekarang ini teknologi sudah semakin

maju maka keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting,

mengingat risiko bahaya dalam penerapan teknologi. Keselamatan kerja merupakan

tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.

2.1.1Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Suma’mur (1989) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja

adalah sebagai berikut:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

nasional

2. Menjamin keselamatan kerja orang lain yang berada di tempat kerja

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien

4. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

5. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, selektif

mungkin.

6. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

7. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi

pegawai/tenaga kerja.

8. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

6

9. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

10. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.1.2 Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-

Undang Nomer 1 Tentang Keselamatan Kerja tahun 1970, yang dinyatakan berlaku

mulai tahun 1970. Selanjutnya dengan peraturan yang maju akan dicapai keamanan

yang baik dan realistis yang merupakan factor yang sangat penting dalam

memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan dalam bekerja pada tenaga kerja

yang bersangkutan dan hal ini dapat mempertingkat mutu pekerjaan, meningkatkan

produksi dan produktivitas kerja. Lalu, menurut penjelasan Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 2 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga

kerja juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program

pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudya perlindungan tenaga

kerja dan keluarganya dengan baik.Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang

bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawana juga harus ikut berperan

aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama (Lestari dan Effendi,

2005).

Berdasarkan Undang-undang no. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat

keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau

kejadian-kejadian lain yang berbahaya

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

7

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar, radiasi, suara dan

getaran

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun

psikis, keracunan, infeksi dan penularan

9. Memperoleh penanganan yang sesuai

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau

barang

15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamaman pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaannya bertambah tinggi

2.2 Pengertian Kecelakaan

Kecelakaan menurut Suma’mur (1989) adalah kejadian yang tak terduga dan

tidak diharapkan. Di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-

lebih dalam bentuk perencanaan. Peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diruang

lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan peristiwa kecelakaan disertai

kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai yang paling

berat.

2.2.1 Kecelakaan Kerja

Pada umumnya terjadinya kecelakaan kerja adalah merupakan hasil dari

tindakan dan kondisi tidak aman, dan kedua hal tersebut selanjutnya akan tergantung

pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai faktor inilah dalam kaitan urutan

tertentu akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Setiap perubahan pada urutan-

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

8

urutan, ataupun penghilangan salah satu faktor dalam rangkaian kecelakaan, biasanya

akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan tersebut.

Menurut Suma’mur (1989) kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat

berarti bahwa kecelakaan terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu

melaksanakan pekerjaan. Maka dalam hal ini terdapat 2 permasalahan penting, yaitu :

1. Kecelakaan yang adalah akibat langsung pekerjaan

2. Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan

Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga

meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan

atau transport ke tempat kerja lain. Kecelakaan-kecelakaan demikian termasuk pada

kecelakaan umum hanya saja menimpa tenaga kerja diluar pekerjaan. Sekalipun

kecelakaan akibat kerja meliputi penyakit akibat kerja, yang disebut terakhir ini tidak

akan dibicarakan disini melainkan pada ruang lingkup higene perusahaan dan

kesehatan kerja.

Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam waktu sekejap mata. Di dalam

setiap kejadian, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yakni faktor

lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan serta faktor manusia.

Gambar 2.1 Hubungan Antara Kecelakaan Kerja dengan beberapa faktor

Sumber: Bennet dan Rumondang

Gambar 2.1 menggambarkan hubugan kecelakaan kerja dengan berbagai

faktor, antara lain faktor manusia, lingkungan, peralatan dan bahaya. Faktor-faktor

tersebut adalah penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

9

2.2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Daryanto (2001) kecelakaan sering mempunyai lebih dari satu sebab.

Ada dua penyebab kecelakaan, yaitu kecerobohan dan kondisi tidak aman. Orang

yang terluka tidak selalu diakibatkan karena kecelakaan. Kecelakaan di tempat kerja

disebabkan oleh human yang lalai dalam bekerja secara aman dan selamat. Untuk

mengurangi perlu dilakukan perbaikan teknis. Sebab-sebab manusia biasanya

dikarenakan oleh deficiencies para individu seperti sikap yang ceroboh, tidak hati-

hati, tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, mengantuk, pecandu alkohol

atau obat bius, dan lain sebagainya. Para ahli mensinyalir 4 dari 5 kecelakaan,

penyebabnya adalah manusia. Oleh karena itu program keselamatan kerja harus lebih

banyak memusatkan kepada aspek manusianya. Di antara sebab-sebab teknis antara

lain adalah pencahayaan yang kurang, mesin-mesin yang kurang terpelihara, dan

suara bising yang berlebih-lebihan. Karyawan yang sering mengalami kecelakaan di

waktu bekerja disebut sebagai accident prone individuals.

2.2.3 Akibat yang ditimbulkan Kecelakaan Kerja

Daryanto (2002) menyatakan, akibat dari kecelakaan kerja itu sendiri

menyangkut hal berikut:

1. Kerugian bagi instansi

- Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit.

- Biaya pengobatan, penguburan jika korban sampai meninggal dunia.

- Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga

memperlambat kelancaran program.

- Mencari pengganti atau melatih tenaga baru.

- Mengganti/memperbaiki mesin yang rusak.

- Kemunduran mental para pekerja/siswa lain.

2. Kerugian bagi korban

Kerugian yang paling fatal bagi korban adalah jika kecelakaan itu sampai

mengakibatkan ia sampai cacat atau meninggal dunia, ini berarti hilangnya pencari

nafkah bagi keluarga dan hilangnya kasih sayang orang tua terhadap putra-putrinya.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

10

3. Kerugian bagi masyarakat dan Negara

Akibat kecelakaan maka beban biaya akan dibebankan sebagai biaya produksi

yang menyebabkan dinaikkannya harga produksi perusahaan tersebut dan merupakan

pengaruh dari harga pasaran.

2.2.4 Cara Mencegah Kecelakaan

Menurut Suma’mur (1989) dalam buku pedoman pencegahan kecelakaan kerja

terdapat berbagai cara yang umum digunakan untuk menin gkatkan keselamatan kerja

dalam industri dewasa ini diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Peraturan-peraturan, yaitu ketentuan yang harus dipatuhi mengenahi hal-hal

seperti kondisi kerja umum, perancangan, konstruksi, pemeliharaan, pengawasan,

pengujian dan pengoperasian peralatan industri, kewajiban-kewajiban para

pengusaha dan pekerja, pelatihan, pengawasan kesehatan, pertolongan pertama

dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi yaitu menetapkan standar-standar resmi, setengah resmi ataupun

tidak resmi, misalnya mengenai konstruksi yang aman dari jenis-jenis peralatan

industri tertentu, kebiasaan-kebiasaan yang aman dan sehat, ataupun tentang alat

pengaman perorangan.

3. Pengawasan, sebagai contoh adalah usaha-usaha penegakan peraturan yang harus

dipatuhi.

4. Riset Teknis, termasuk penyelidikan peralatan dan ciri-ciri bahan berbahaya,

penelitian tentang pelindungan mesin, pengujian masker pernapasan,

penyelidikan berbagai metode pencegahan ledakan gas dan debu, atau pencarian

bahan-bahan yang paling cocok serta perancangan tali kerekan dan alat-alat

kerekan lainnya.

5. Riset Medis, termasuk penyelidikan dampak fungsiologis dan patologis dari

faktor-faktor lingkungan dan teknologi, serta kondisi-kondisi fisik yang amat

merangsang terjadinya kecelakaan.

6. Riset Psikologis, sebagai contoh adalah penyelidikan pola-pola psikologis yang

dapat menyebabkan kecelakaan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

11

7. Riset Statistik, untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, berapa

banyak, kepada tipe orang yang bagaimana yang menjadi korban,dalam kegiatan-

kegiatan seperti apa, dan apa saja yang menjadi penyebab.

8. Pendidikan, meliputi pengajaran subyek keselamatan sebagai mata ajaran dalam

akademi teknik, sekolah-sekolah dagang atau kursus-kursus magang.

9. Pelatihan, sebagai contoh yaitu pemberian instruksi-istruksi praktis bagi para

pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal keselamatan kerja..

10. Persuasi,sebagai contoh yaitu penerapan berbagai metode publikasi dan imbauan

untuk mengembangkan “kesadaran akan keselamatan”

11. Asuransi, yaitu dengan cara penyediaan dana-dana untuk meningkatkan upaya-

upaya pencegahan kecelakaan, misalnya pabrik-pabrik yang telah mengadakan

standar pengamanan yang tinggi.

12. Tindakan-tindakan, pengamanan yang dilakukan oleh masing-masing individu.

2.3 Fungsi-fungsi Tubuh

Akibat dari kecelakaan tersebut sebagian besar dirasakan oleh operator itu

sendiri. Selain tanggung jawab manajemen, keselamatan dan kesehatan dalam bekerja

juga merupakan tanggung jawab operator itu sendiri. Operator harus memperhatikan

dan menaati aturan-aturan yang ada di perusahaan mengenai kesehatan dan

keselamatan saat bekerja Oleh karena itu perusahaan perlu mengetahui bagian-bagian

tubuh manusia manakah yang dapat memiliki kemungkinan cedera. Data tersebut

didapat berdasarkan data antropometri tubuh manusia.

Ridley (2003) mengemukakan pendapatkan tentang fungsi-fungsi tubuh

manusia. Tubuh manusia merupakan organisme rumit yang di dalamnya terdiri dari

banyak sekali organ yang terbungkus dalam struktur kaku (berupa kerangka) dan

diikat oleh berbagai macam otot. Organ-organ yang berbeda memiliki ketergantungan

satu sama lain dan memainkan peran khusus dalam menjalankan fungsi tubuh secara

efektif sebagai satu kesatuan. Akan tetapi, keefektifan setiap organ ini dapat

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

12

dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan substansi-substansi yang terdapat di lingkungan

sekitarnya termasuk dilingkungan kerja.

2.4 Kondisi Lingkungan Kerja yang Mempengaruhi Aktifitas Kerja Manusia

Menurut Sutalaksana, dkk. (1979) manusia sebagai makhluk “sempurna” tidak

luput dari kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dirinya sendiri (intern)

ataupun pengaruh luar (extern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah

kondisi lingkungan kerja, yang dalam hal ini akan berpengaruh secara signifikan

terhadap hasil kerja manusia tersebut.

1. Temperature

Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan

sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-

perubahan yang terjadi di luar tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk

menyesuakian diri dengan temperature luar adalah jika perubahan temperature luar

tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi

dingin.

2. Kelembapan (Humidity)

Kelembapan sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperature udara.

Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembapan tinggi akan menimbulkan

pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran. Pengaruh lainnya adalah semakin

cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

kebtuhan akan oksigen.

3. Siklus Udara (Ventilation)

Udara di sekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara

tersebut telah berkurang dan terus bercampur dengan gas-gas atau bau-bauan yang

berbahaya bagi kesehatan tubuh.

4. Pencahayaan (Lighting)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

13

Pencahayaan sangat mempengaruhi manusia untuk melihat obyek-obyek secara

jelas, cepat tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan

mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara

membuka lebar-lebar. Kemampuan mata untuk melihat obyek dengan jelas akan

ditentukan oleh ukuran obyek, derajat kontras antara obyek dengan sekelilingnya,

lumnisi (brightness) serta lamanya waktu untuk melihat obyek tersebut.

5. Kebisingan (Noise)

Kebisingan dalam suatu pabrik dikatakan juga sebagai sebuah polusi. Tidak

dikehendakinya kebisingan ini karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian

tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan dapat

menimbulkan kesalahan komunikasi. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi

yang bisa menentukan tngkat gangguan terhadap manusia, yaitu:

a. Lama waktu bunyi tersebut terdengar.

b. Intensitas, biasanya diukur dengan standar decibel (dB) yang menunjukkan

besarnya arus energi per satuan luas.

c. Frekuensi suara yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang

sampai di telinga kita setiap detik dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau

Herz (Hz).

6. Getaran Mekanis (Mechanical Vibration)

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh

alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh kita. Besarnya

getaran ini ditentuka oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu

berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi-frekuensi

alami di mana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan

menimbulkan gangguan-gangguan antara lain:

a. Mempengaruhi konsentrasi kerja

b. Mempercepat datangnya kelelahan

c. Gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf, otot-otot dan lain-

lain.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

14

7. Warna

Yang dimaksud disini adalah tembok ruangan dan interior yang ada disekitar

tempat kerja. Warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat

obyek, juga memberikan pengaruh yang lain pula terhadap manusia, seperti:

a. Warna merah bersifat merangsang

b. Warna kuning memberikan kesan luas, terang dan leluasa

c. Warna hijau atau biru memberikan kesan sejuk, aman dan menyegarkan

d. Warna gelap memberikan kesan sempit

e. Warna terang memberikan kesan leluasa dan lain-lain

2.5 Visual Display

Manusia dalam melakukan aktivitasnya tidak akan pemah lepas dari

penggunaan alat bantu yang dipakai dalam mempermudah dalam mencapai

tujuannya. Alat bantu yang digunakan tersebut bermacam-macam jenisnya

tergantung dari kebuluhan dan kekomplekan kerja yang dilakukan. Salah satu jenis

alat bantu dapat berupa display informasi. Menurut Sutalaksana, dkk. (1979) Display

pada sistem manusia-mesin digunakan untuk mempresentasikan informasi yang

diberikan oleh mesin mengenai kondisi operasi kerja yang sedang atau telah

berjalan. Mislanya speed meler,fuel display, layar monitor dan lain-lain. Display

juga digunakan untuk mempresentasikan mengenai kondisi lingkungan, misalnya

suhu udara" tekanan udara, kodisi cuaca dan sebagainya.

Pada dasarnya dalam merancang display terdapat tiga hal pokok yang harus

dipertimbangkan:

1. Visibility aspect, yaitu mengenai laralitas dari karakter atau simbol yang

diberikan harus dapat dibedakan dengan kondisi sekeliling. Dalam hal ini

disebut juga Desectbility aspect.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

15

2. Legibility aspect, yaitu ciri-ciri karakter atau simbol dapat dibedakan satu sama

lainnya. Dalam hal ini akan tergantung dari desain dan bentuk huruf, tanda

skala, kontras dan pencahayaan.

3. Reability aspect, yaitu kemampuan karakter atau simbol untuk dapat dibaca

dengan tepat

Berikut merupakan tipe-tipe display berdasarkan tujuan pembuatannya:

1. Display Umum

Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya display tentang

kebersihan dan kesehatan lingkungan, “Jagalah Kebersihan”.

2. Display Khusus

Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus (misalnya dalam industri

dan pekerjaan konstruksi), contohnya : “Awas Tegangan Tinggi”

Terdapat pula aturan-aturan penggunaan warna pada visual display. Indera mata

sangat sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga

pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan

lebih dari 5 warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang

memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan

penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan

bersamaan begitu pula warna kuning dan biru.

2.6 Human Error

Dari berbagai hal yang menyangkut permasalahan manusia dalam

berinteraksi dengan produk, mesin ataupun fasilitas kerja lain yang

dioperasikannya, manusia seringkali dipandang sebagai sumber penyebab segala

kesalahan, ketidak beresan maupun kecelakaan kerja (human error). Jadi, human

error dapat dikategorikan sebagai ketidaksesuaian kerja yang bukan hanya

disebabkan oleh kesalahan manusia, tapi juga karena adanya kesalahan pada

perancangan dan prosedur kerja. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia,

kemungkinan disebabkan oleh faktor pekerjaan yang berulang-ulang (repetitive work)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

16

dengan kemungkinan kesalahan sebesar 1% Sutalaksana, (1979). Adanya kesalahan

yang terjadi karena pekerjaan yang berulang ini sedapat mungkin harus dicegah atau

dikurangi, yang tujuannya untuk meningkatkan keandalan seseorang dengan

menurunnya kesalahan yang terjadi.

2.6.1 Klasifikasi Human Error

Error merupakan kejadian psikologis yang disebabkan oleh faktor-faktor

kejiwaan sehingga ada kemungkinan bahwa sebagian atau keseluruhan error terjadi

terjadi tidak teridentifikasi. Berdasarkan asal atau penyebab, error dibedakan sebagai

berikut:

1. Endogenous Error

Error terjadi dari proses-proses dalam diri operator. Penghilangan atau

penguranga faktor ini harus melibatkan faktor psikologis, neurologi dan fisiologi.

2. Exogenous Error

Error terjadi dari proses dan dari luar operator. Penghilangan atau pengurangan

error semacam ini harus mangakibatkan pemikiran dan perancangan secara teknis

dari objek dan lingkungan kerja.

2.6.2 Faktor yang mempengaruhi HumanError

Secara sistematis penyebab error yang terjadi berhubungan dengan faktor

situasional, faktor individu atau kombinasi dari kedua faktor tersebut.

1. Faktor Situasional

Factor situasional adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya human

error berkaitan dengan situasi tempat kegiatan atau pekerjaan berlangsung. Secara

umum faktor situasional ini meliputi faktor-faktor ruang kerja dan tata letak

peralatan, lingkungan, desain permesinan, alat-alat tangan, metode dalam

penanganan, transportasi dan pemeriksaan informasi perencanaan pekerjaan dan

instruksi pekerjaan.

2. Faktor-faktor Individual

Adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi seseorang. Faktor-faktor ini

juga dikenal sebagai faktor idiosyneoratic, yaitu faktor yang sifatnya khas setiap

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

17

orang. Faktor-faktor yang termasuk faktor individu antara lain kecakapan,

kepribadian, keterampilan, fisik, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pengalaman.

2.7 Metode Analisa Human Error

Untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan olehhuman

error,metode yang tepat dalam menganalisa terjadinya human error yaitu SHERPA.

Metode SHERPA merupakan salah satu metode untuk menganalisa terjadinya humanerror

dengan menggunakan input hirarki task level dasar. Untuk lebih jelasnya mengenai

metode SHERPA akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

2.7.1 SHERPA (Systematic Human Error Reduction and Prediction)

Untuk mengurangi terjadinya human error yang terjadi, ada metode yang

digunakan untuk menganalisa terjadinyahuman error tersebut, antara lain metode

SHERPA disebut juga PHEA (Prediction Human Error Analysis). Menurut

(Grasemi, M, dkk. 2013) SHERPA merupakan metode analisis terhadap human error

yang terdiri dari pertanyaan dan jawaban yang umum yang membedakan kesalahan

serupa pada setiap langkah dari pekerjaan tugas analisis. Task yang akan dianalisa

dibreakdown terlebih dahulu, kemudian dari setiap task level dasar akan diprediksi

human error yang terjadi. Metode analisahuman error, SHERPA memiliki beberapa

keunggulan dimana SHERPA hampir sama dengan metode SRK (Skill, Risk,

and Knowledge-based behaviour) yang tidak hanya dapat menganalisa malfungsi

model eksternal tetapi juga malfungsi internal manusia (misal kegagalan mendeteksi).

Kesalahan diidentifikasi didasarkan pada keterampilan, aturan, pengetahuan.

SHERPA lebih cocok diterapkan untuk error yang berhubungan dengan keahlian

dan kebiasaan manusia, lebih detail dan konsisiten dalam menganalisaerror.

Berikut langkah-langkah pengolahan data menggunakan metode SHERPA adalah

sebagai berikut.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

18

1. Langkah 1: Hierarchy Task Analisys. (HTA)

Dalam metode SHERPA langkah pengerjaan pertama adalah mem-

breakdowntask ke dalam level-level hingga level terendah seperti ditunjukkan

Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Contoh Pengerjaan HTA

2. Langkah 2: Human Error Identification (HEI)

Dalam Human Error Identification ini, error yang telah diuraikan dari step

HTA dijelaskan kembali. Penjelasannya lebih kepada bagaimana error tersebut

terjadi. Dalam proses ini error di kelompokkan ke dalam mode error.

Pengelompokkanya dilakukan dengan melihat tabel error mode seperti yang dapat

dilihat dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 Tabel Mode Error

Tipe Error Kode Mode Error

Kesalahan Pengoperasian

A1 Operasi terlalu lama/pendek

A2 Kehilangan waktu operasi

A3 Operasi dalam arahan yang tidak sesuai

A4 Operasi terlalu banyak/sedikit

A5 Operasi tidak berjalan lurus

A6 Operasi yang benar pada objek yang salah

Process Name

Task 1

Task 1.1 Task 1.2

Task 2 Task 3

Task 3.1

Level 0

Level 1

Level 2

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

19

A7 Operasi yang salah pada objek yang benar

A8 Menghilangkan operasi

A9 Operasi belum lengkap

A10 Pengerjaan yang salah pada objek yang salah

Kesalahan dalam

Pengecekan

C1 Mengabaikan Pengecekan

C2 Pemeriksaan belum lengkap

C3 Pemeriksaan yang sesuai pada objek yang

salah

C4 Pemeriksaan yang tidak sesuai pada objek

yang benar

C5 Kehilangan waktu untuk pemeriksaan

C6 Pengecakan yang tidak sesuai pada objek yang

tidak sesuai

Kesalahan dalam

Mendapatkan Kembali

Informasi

R1 Tidak didapatkannya informasi

R2 Mendapatkan informasi yang salah

R3 Informasi yang didapatkan tidak lengkap

Kesalahan dalam

Komunikasi

I1 Informasi tidak jelas

I2 Menyampaikan informasi yang salah

I3 Informasi yang disampaikan tidak lengkap

Kesalahan dalam

Penyeleksian

S1 Penghilangan penyeleksian

S2 Membuat kesalahan dalam penyeleksian

Sumber: Lane, at all (2008), Hierarchical Task Analysis to Medication Administration Errors

3. Langkah 3: Konsekuensi Analisis

Konsekuensi analisis merupakan, hasil atau konsekuensi yang didapatkan dari

terjadinya kesalahan (human error) tersebut.Masing-masing human error di

identifikasi konsekuensinya. Konsekuensi yang dihasilkan dapat merugikan

perusahaan maupun operator itu sendiri.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerjaeprints.umm.ac.id/37571/3/jiptummpp-gdl-harisgatot-50678-3-babii.pdf · 13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat

20

4. Langkah 4: Analisis Ordinal Probabilitas

Tahap selanjutnya adalah analisis ordinal probabilitas.Tiap jenis kosekuensi

yang terjadi dianalisis probabilitasnya. Level probabilitas dibagi menjadi tiga level

tingkat keparahan (level severity), yaitu Low (L), Medium (M) dan High (H). Seperti

yang ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Analisis Ordinal Probabilitas

Tingkat Bahaya Deskripsi Error

L

Level 0 Tidak ada kesalahan

Level 1 Error terjadi, namun tidak membahayakan

M

Level 2 Membutuhkan peningkatan pengawasan, tidak perlu ada

perubahan

Level 3 Meningkatkan pengawasan, perubahan sementara pada bagian

vital, namun tidak membahayakan

H

Level 4 Meningkatkan pengawasan, perubahan menyeluruh pada bagian

vital, diperlukan perawatan

Level 5 Meningkatkan penawasan dan perawatan, perubahan jangka

panjang, menimbulkan bahaya sekarat

Level 6 Menyebabkan kematian

Sumber: Lane, at all (2008), Hierarchical Task Analysis to Medication Administration Error