Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Prosedur
Kata prosedur biasanya diidentifikasikan sebagai rangkaian aktivitas,
tugastugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan
proses-proses, yang dijalankan melalui serangkaian pekerjaan yang menghasilkan
suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akibat. Sebuah prosedur
biasanya mengakibatkan sebuah perubahan.
Menurut Cole yang diterjemahkan oleh Badriwan dalam jurnal Darma wijaya
dan Roy Irawan (2018:26) menerangkan bahwa : Prosedur merupakan suatu urutan-
urutan pekerjaan-pekerjaan kerani(clerical) biasanya melibatkan beberapa orang
dalam suatu bagian atau lebih disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang
seragam transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi. (Wijaya & Irawan, 2018)
Menurut Ardiyose (2013:734) menyatakan bahwa: “Prosedur adalah suatu
bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang
dalam satu atau beberapa bagian yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan
usaha atau transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara beragam”.
Menurut Mulyadi (2013:5) menyatakan bahwa: "Prosedur adalah suatu urutan
kegiatan krelikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
8
8
departement atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang".
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan prosedur adalah suatu tatacara kerja atau kegiatan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap
yang telah ditentukan yang menghasilkan suatu tujuan tertentu.
2.2. Pengertian Administrasi
administrasi berasal dari kata Yunani “Ad” dan “ministrate” yang berarti
pengabdian atau service atau pelayanan. Secara naluriah, manusia ingin selalu
bersama dalam suatu kelompok, hal ini retasa atau tanpak dalam usaha memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya yang tidak dapat dilaksanakan secara individual.
Kebutuhan yang menimbulkan tujuan bersama tersebut, menghendaki suatu
kerjasama dari kelompok manusia sebelum melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, diperlukan pemikiran pemikiran terlebih
dahulu agar proses pencapaian tujuan itu dapat dijalankan sesuai dengan yang telas
ditetapkan. Pendapat lain bahwa kata administrasi diambil dari kata “ad” dan
“ministro”. Ad mempunyai arti “kepada” dan “ministro” berarti “melayani”. Dengan
demikian, diartikan sebagai pelayanan atau pengabdian terhadap subjek tertentu.
Selain itu, kata administrate berasal dari bahasa Belanda, yang artinya lebih sempit
dan terbatas pada aktivitas ketata usahaan, yaitu kegiatan penyusunan dan pencatatan
keterangan yang diperoleh secara sistematis, yang berfungsi mencatat hal-hal yang
terjadi dalam organisasi sebagai bahan laporan bagi pimpinan, didalamnya
9
merupakan kegiatan kegiatan tulis menulis, mengirim, dan menyimpan keterangan
dan dikaitkan pula dengan aktivitas administrasi perkantoran yang hanya merupakan
salah satu bidang dari aktivitas administrasi yang sebenarny (Siswandi, 2017:1).
Menurut Herbert Simon dan Anton Anthoillah dalam Siswandi (2017:1)
menjelaskan bahwa administrasi adalah suatu kegiatan atau kelompok yang
mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan tujuan bersama.
Menurut Lester Robert Britel ED dalam Siswandi (2017:1) menjelaskan
pengertian administrasi sebagai berikut:
“The most comprehensive definition views management as an integrating
process by wich authorized individual create, maintain, an operate an organization
in tehe selection an accomplishment of it’s aims”.
Definisi paling komperhensif memandang manajemen sebagai proses integrasi
dimana individu mempunyai kewenangan menciptakan, memelihara, sebuah
organisasi beroprasi dalam pemilihan suatu prestasi dari tujuan tujuannya.
Menurut S.P. Siagian dalam siswandi (2017:2) mendefinisikan bahwa
administrasi sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau
lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu dari penguasaan, pengelolaan, untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pentingnya upaya pemikiran dan gagasan untuk membangun administrasi yang
sesuai dengan tuntutan perusahaan, bukanlah suatu yang baru untuk lingkungan
perkembangan perusahaan. Bagaimanapun, menuntut dan memacu upaya pemikiran
10
dan gagasan yang lebih mendasar. Administrasi dan penggunan administrasi sehingga
hasil yang diperoleh bukan hanya bermanfaat bagi pengelola administrasi, tetapi juga
untuk pimpinan organisasi tersebut sebagai bahan untuk mengadakan perbaikan
organisasi.
Administrasi menurut Khaerul umam dalam siswandi (2017:2) mengatakan
bahwa, ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran penalaran manusia yang disusun
bedasarkan dengan rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan kejelasan
tentang objek formal, yaitu pemikiran untuk menciptakan keteraturan dari berbagai
aksi dan reaksi yang dilakoni oleh manusia dan objek material, yaitu manusia yang
melakukan aktivitas administrasi dalam bentuk kerjasama menuju terwujudnya tujuab
tertentu.
Menurut rahmat dalam siswandi (2017:2) menyebutkan bahwa, administrasi
adalah jenis pekerjaan yang memanfaatkan aktivitas manusia dalam pola kerjasama
sebagai upaya mencapai tujuan dengan cara yang efektif dan efisien.
Bedasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa administrasi dalam
arti luas mengandung tiga unsur pokok, yaitu
1. Kelompok manusia,
2. Kerjasama,
3. Tujuan Tertentu
Dengan demikian administrasi dalam arti luas yaitu keseluruhan proses
kerjasama dalam setiap usaha dari dua orang atau lebih.
11
2.3. Pengertian Penjualan
Pengertian tentang istilah penjualan yang dianggap sama dengan istilah
pemasaran. Misalnya, seorang wiraniaga atau manajer penjualan membicarakan
pemasaran, tetapi sebenarnya masalah yang dibicarakan adalah penjualan. Kedua
istilah tersebut mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pemasaran meliputi kegiatan
yang luas, sedangkan penjualan hanyalah merupakan satu kegiatan saja di dalam
pemasaran. Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan
organisasi, dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa proses pemasaran itu dimulai
jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, tidak dimulai pada saat produksi
selesai, juga tidak berakhir dengan penjualan. Semua keputusan yang diambil di
bidang pemasaran harus ditujukan untuk menentukan produk dan pasarnya, harganya,
serta promosinya. Pengusaha harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
jika menginginkan usaha nya berjalan dengan baik, atau konsumen mempunyai
pandangan yang baik terhadap perusahaannya. Jaminan yang lebih baik atas barang
dan jasa dapat dilakukan sesudah penjulan. Jadi, jelas bahwa penjualan itu merupakan
suatu kegiatan didalam pemasaran. Pengertian penjualan ini cukup luas (Basu
Swastha 2017:8).
Transaksi penjualan yang dilakukan oleh penjual dan pembeli dapat dilihat
sebagai proses pertukaran pada gambar sebagai berikut:
12
Sumber : Data diolah
Gambar II.1 : Proses Pertukaran
Semakin pandai seseorang untuk menjual akan semakin cepat pula mencapi sukses
dalam melaksanakan tugas tugasnya, sehingga tujuan yang diinginkan akan segera
terlaksana. Dalam segala bidang dan tingkatan, taktik penjualan harus digunakan agar
pelayanan yang diberikan kepada orang lain dapat memberikan kepuasan. Dengan
kepuasan ini diharapkan mereka dapat menjadi langganan atau sahabat yang baik,
dalam melakukan penjualannya, penjual dituntut untuk memiliki bakat seni serta
keahlian untuk mempengaruhi orang lain. Bakat inilah yang sering tidak dimiliki oleh
setiap orang. Tidaklah mudah untuk mengarahkan kemauan calon pembeli dengan
cara mengemukakan berbagai alasan serta pendapatnya (Basu Swastha 2017:9).
Pengertian lain tentang penjualan yang dikemukakan oleh wiliam G. Nickels
dalam Basu Swastha (2017:10) yang menyebutnya dalam istilah penjualan tatap
muka (personal selling).
PENJUAL PEMBELI Barang / Jasa
Uang
13
Penjualan tatap muka adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka
yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan
hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain.
Jadi, penjualan tatap muka merupakan komunikasi orang secara individual
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan seluruh usaha pemasaran pada
umumnya, yaitu meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan
jangka panjang. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan tenaga tenaga penjualan atau
wiraniaga untuk melakukannya. Tugas tugas yang mereka lakukan cukup luwes
karena secara langsung dapat mengetahui keinginan, motivasi dan perilaku konsumen
dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung dapat
mengadakan penyesuaian seperlunya.
2.3.1. Jenis Jenis Penjualan
Menurut Basu Swastha (2017:8), Tugas tugas wiraniaga sering digolongkan
menurut jenis hubungan pembeli yang terlibat dalam penjualan. Dalam hal ini, jenis
jenis penjualan dikelompokkan menjadi:
1. Trade Seliing (Penjualan)
Trade selling dapat terjadi bila produsen dan besar mempersilahkan pengecer
untuk berusaha memperbaiki distributor produk produk mereka. Hal ini melibatkan
para penyalur dengan kegiatan promosi, peragaan, persediaan dan produk baru. Jadi
titik beratnya adalah pada “penjualan melalui” penyalur dari pada “penjualan ke”
pembeli akhir.
14
2. Missionary Selling (Penjualan Misionaris)
Dalam missionary selling, penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong
pembeli untuk membeli barang barang dari penyalur perusahaan. Di sini, wiraniaga
lebih cenderung pada “penjualan untuk” penyalur. Jadi, wiraniaga sendiri tidak
menjual secara langsung produk yang ditawarkan, misalnya penawaran obat kepada
dokter.
3. Technical Selling (Teknis Penjualan)
Technical Selling berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian saran dan
nasehat kepada pembeli akhir dari barang dan jasa nya. Dalam hal ini, tugas utama
wiraniaga adalah mengidentifikasikan dan menganalisis masalah masalah yang
dihadapi pembeli, serta menunjukan bagaimana produk atau jasa yang
ditawarkandapat mengatasi masalah tersebut.
4. New Business Selling (Penjualan Bisnis Baru)
New Business Seliing berusaha membuka transaksi baru dengan merubah salon
pembeli menjadi pembeli. Jenis penjualan ini sering dipakai oleh perusahaan
asuransi.
5. Responsive Selling (Respon Penjualan)
Setiap tenaga penjualan diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap
permintaan pembeli. Dua jenis penjualan utama disini adalah route driving dan
retailing. Pada pengebudi yang mengantarkan susu, roti, gas untuk keperluan rumah
tangga para pelayan di toko serba ada, toko pakaian, toko special, merupakan contoh
15
dari jenis penjualan ini. Jenis penjualan seperti ini tidak akan menciptakan penjualan
yang terlalu besar meskipun layanan yang baik dan hubungan yang menyenangkan
dapat menjurus kepada pembelian ulang.
2.3.2 Tahap Tahap Penjualan
Menurut Basu Swastha (2017:12), Salah satu aspek yang ada dalam penjualan
adalah penjualan dengan bertemu muka seperti yang dibahas sebelumnya, dalam hal
ini tahap tahap uang perlu ditempuh oleh pihak penjual meliputi, persiapan sebelum
penjualan, menentukan lokasi pembeli potensial, pendekatan pendahuluan,
pelaksanaan penjualan dan pelayanan purna jual. Skema dari tahap tahap tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Sumber : Data diolah
Gambar II.2 : Tahap Tahap Penjualan
1. persiapan sebelum penjualan
Tahap pertama dalam penjualan tatap muka adalah mengadakan persiapan
persiapan sebelum melakukan penjualan. Kegiatan yang dilakukan adalah
Persia
pan
Penentu
an
Lokasi
Pembeli
Penentu
an
Calon
Pembeli
Penjualan Kegiata
n Purna
Jual
• Perhatian
• Minat
• Keinginan
• Tindakan
16
mempersiapkan tenaga penjualan dengan memberikan perngertian tentang barang
yang dilaukakan. Selain itu, mereka juga lebih dulu harus mengetahui kemungkinan
tentang motivasi dan perilaku dalam segmen pasar yang dituju.
2. penentuan lokasi pembeli potensial
Dengan menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang, penjual dapat
menentukan karakteristik calon pembeli atau pembeli potensialnya. Penentuan calon
pembeli beserta karakteristiknya dapat dilakukan dengan segmentasi pasar.
Karakteristik calon pembeli adalah faktor lokasi yang menjadi sasaran kunjungan
bagi wiraniaga. Oleh karena itu, pada tahap kedua ini ditentukan lokasi dari segmen
pasar yang menjadi sasaranya. Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang
orang orang atau perusahaan yang secara logis melrupakan pembeli potensial dari
produk yang ditawarkan. Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan konsumen
manakah yang sudah menggunakan produk produk saingan.
3. pendekatan pendahuluan
Sebelum melakukan penjualan, penjual harus mempelajari semua masalah tentang
individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai pembelinya. Selain itu, perlu
juga mengetahui tentang produk atau merk apa yang sedang mereka gunakan dan
bagaimana reaksinya. Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan untuk
mendukung penawaran produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan
membeli, kesukaan dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagi pendekatan
pendahuluan terhadap pasarnya.
17
4. melakukan penjualan
Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon
konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui daya tarik atau minat mereka.
Jika minat mereka dapat diikuti dengan munculnya keinginan untuk membeli, maka
penjual tinggal merealisir penjualan produknya. Pada saat ini penjualan dilakukan.
5. pelayanan purna jual
Sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan dari pembeli telah
dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan pelayanan atau servis
kepada mereka. Biasanya keiatan ini dilakukan untuk penjualan barang narang
industry seperti instalasi atau barang konsumsi tahan lama seperti almari es, televise,
dan sebagainya bebrapa pelayanan yang diberikan oleh penjual susydah penjualan
dilakukan antara lain berupa:
a. Pemberian garansi
b. Pemberian jasa reparasi
c. Latihan trnaga trnaga operasional dan cara penggunaanya
d. Penghantaran barang kerumah
Dalam tahap terakhir ini penjual harus dengan berusaha mengatasi berbagai
macam keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan lain yang
juga perlu diberikan susudah penjualan adalah memberikan jaminan kepada pembeli
bahwa keputusan yang diambilnya tepat, barang yang dibelinya betul betul
bermanfaat dan hasil kerja produk tersebut memuaskan.
18
2.3.3. Faktor yang mempengaruhi kegiatan penjualan
Menurut Basu swasta (2017:129) dalam praktek, kegiatan penjualan itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut adalah:
1. kondisi dan Kemampuan penjual
Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan
jasa itu pada prinsipnya melibatkan dua pihak, yaitu penjual sebagai pihak pertama
dan pembeli sebagai [ihak kedua. Penjual harus dapat meyakinkan kepada
pembelinya agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.
Penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan, yakni:
a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan
b. Harga produk
c. Syarat penjualan, seperti pembayaran, penghantaran, pelayanan purna jual,
garansi dan sebagainya.
Masalah masalah tersebut biasanya menjadi pusat perhatian pembeli sebelum
melakukan pembelian. Selain itu, manajer perlu memperhatikan jumlah serta sifat
sifat tenaga penjualan yang akan dipakai. Dengan tenaga penjualan yang baik
dapatlah dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa pada para pembeli dalam
pembeliannya. Adapun sifat sifat yang dimiliki oleh seorang penjual yang baik antara
lain: sopan, pandai bergaul, pandai berbicara, mempunyai kepribadian yang menarik,
sehat jasmani, jujur, mengetahui cara cara penjualan dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
19
Pasar, sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam
penjualan, dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor faktor
kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industry, pasar penjual,
pasar pemerintah atau pasar internasional
b. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya
c. Daya Belinya
d. Frekuensi pembeliannya
e. Keinginan dan kebutuhannya
3. Modal
Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang yang dijual
tersebut belum dikenal oleh calon pembeli atau apabila lokasi pembeli jauh dari
tempat penjual. Dalam keadaan seperti ini, penjual harus memperkenalkan dulu
atau membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk melaksanakan maksud
tersebut diperlukan adanya sarana serta usaha, seperti: alat transport, tempat
peragaan baik didalam perusahaan maupun diluar perusahaan, usaha promosi dan
sebagainya. Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah
modal yang diperlukan untuk itu.
4. kondisi organisasi perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh bagian
tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang orang tertentu/ahli dibidang
20
penjualan, lain hal nya dengan perusahaan kecil dimana masalah penjualan
ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi fungsi lain. Hal ini disebabkan
karena jumlah tenaga kerjanya lebih sedikt, sistem organisasinya lebih sederhana,
masalah masalah yang dihadapi serta sarana yang dimilikinya juga tidak
sekompleks perusahaan besar, masalah penjualan ini ditangani sendiri oleh
pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.
5. Faktor Lain
Faktor faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah,
sering mempengaruhi penjualan, namun untuk melaksanakannya, diperlukan
sejumlah dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang bermodal kuat, kegiatan
ini secara rutin dapat dilakukan, Sedangkan bagi perusahaan kecil yang
mempunyai modal relative kecil, kegiatan ini lebih jarang dilakukan. Ada
pengusaha yang berpegang pada prinsip bahwa “paling penting membuat barang
yang baik”. Bilamana prinsip tersebut dilaksanakan, maka diharapkan pembeli
akan kembali membeli lagi barang yang sama, sebelum pembelian dilakukan,
sering pembeli harus dirangsang daya tariknya, misalnya dengan memberikan
bungkus yang menarik atau dengan cara promosi lainnya.
2.5 Sistem Pembayaran
Adapun sistem sistem pembayaran penjualan barang yang terdapat pada PT
Bina Kasih Abadi menggunakan dua sistem, yaitu pembayaran secara Tunai dan
sistem secara Kredit.
21
1. Penjualan Tunai
Penjualan tunai adalah penjualan barang secara tunai dicatat sebagai debit
pada akun kas dan kredit pada akun penjualan. Praktik biasanya penjualan secara
tunai dicatat dalam buku penerimaan kas.
Menurut jurnal AMIK BSI Chanifatul Chairiyah (2014:23), Penjualan secara
tunai itu berarti menjual barang dengan ketentuan uang langsung dibayarkan secara
cash atau lunas, sedangkan penjualan secara kredit itu berarti menjual barang dengan
memberi uang muka dahulu atau tidak menggunakan uang muka sama sekali dan sisa
pembayaran akan dibayar berangsur-angsur sampai dengan waktu yang ditentukan.
(Chairiyah, 2014)
Menurut Mulyadi (2013:455) mengatakan bahwa, “Penjualan tunai dilaksanakan
oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga
barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli.”
Berikut siklus penjualan tunai adalah sebagai berikut:
Sumber: Data diolah
Gambar II.3 :
Siklus Penjualan Tunai
22
Untuk penjualan tunai suatu siklus yang berulang terjadi dari kas ke persediaan
yang dibeli untuk dijual kembali dan kas kembali ke kas.
Aktivitas penjualan tunai biasanya banyak dijumpai dalam perusahaan
perdagangan retail. Tahapan penjualan tunai diawali dengan proses pembuatan faktur
penjualan oleh bagian penjualan. Dalam sebuah perusahaan yang sudah memiliki
sistem komputerisasi bagian penjualan sudah memiliki informasi persedian barang
dan harganya dari database persediaan yang di inputkan oleh bagian
persediaan/gudang yang terhubung kebagian penjualan. Laporan yang dihasilkan dari
penjualan tunai adalah laporan hasil penjualan per periode, statistik penjualan, jumlah
persediaan yang dikeluarkan dan berbagai laporan yang lainnya.
Dari definisi diatas dapat disintesiskan bahwa penjualan tunai adalah penjualan
yang dimana uang diterima langsung dari pembeli dan barang diserahkan kepada
pembeli.
2. Penjualan Kredit
Menurut Astiko (1996:5) dalam Jurnal Hasan Abdurrahman (2014:63),
menerangkan bahwa pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam,
dimulai dari arti kata “kredit” yang berasal dari bahasa yunani “credere” yang berarti
kepercayaan akan kebenaran dalam praktek sehari hari. Pengertian kredit adalah
kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman
dengan suatu janji, pembayaran akan dilaksanakan pada jangka waktu yang telah
disepakati. (Abdurahman & Riswaya, 2014)
Menurut mulyadi (2001:3) dalam jurnal asep ririh riswaya (2013:109),
penjualan kredit adalah penjualan yang dilaksanakan perusahaan dengan cara
mengirimkan harga sesuai order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu
tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. (Riswaya, 2013)
23
Menurut Mulyadi (2013:201) menyatakan bahwa, “Penjualan kredit
dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order
yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai
tagihan kepada pembeli tersebut”.
Pengertian Penjualan Kredit menurut L.M. Samryn (2014:250) adalah
“Penjualan kredit adalah penjualan yang direalisasikan dengan timbulnya tagihan atau
piutang kepada pihak pembeli".
Menurut pengertian diatas dapat disintesiskan bahwa penjualan kredit adalah
suatu transaksi antara perusahaan dengan pembeli, mengirimkan barang sesuai
dengan order serta perusahaan mempunyai tagihan sesuai jangka waktu tertentu yang
mengakibatkan timbulnya suatu piutang dan kas aktiva.
Sumber: Data diolah
Gambar II.4: Siklus Penjualan Kredit
Pada penjualan kredit siklus yang berulang terjadi dari kas ke persediaan lalu
ke piutang dan kembali ke kas.
24
Dari definisi diatas dapat disintesiskan bahwa penjualan kredit adalah
penjualan yang dilakukan oleh perusahaan mengirimkan barang sesuai dengan
pesanan customer dan melakukan pembayaran menggunakan tempo atau timbul nya
hutang.
2.5.1. Fungsi – Fungsi yang Terlibat Pada Prosedur Penjualan
Ada beberapa fungsi yang memegang peranan penting di dalam prosedur
penjualan kredit, fungsi tersebut menurut Mulyadi (2013:211) adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Penjual
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima surat order dari pembeli, mengedit
order dari pelanggan untuk menambahkan informasi yang belum ada pada surat
order tersebut (seperti spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi
kredit, menentukan tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan
dikirim dan mengisi surat order pengiriman
2. Fungsi Kredit
Fungsi ini berfungsi untuk memenuhi pesanan pembelian yang syaratnya kredit
dan memberikan otorisasi yang tercantum dalam surat perintah pengiriman
3. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan barang
yang dipesan oleh pelanggan, serta menyerahkan barang kefungsi pengiriman
4. Fungsi Pengiriman
25
Fungsi ini untuk mengirim barang-barang pada pembeli. Pengiriman ini hanya
boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang sah. Selain itu ini
juga berfungsi mengrim kembali barang-barang kepada penjual dalam transaksi
retur penjualan
5. Fungsi Billing
Fungsi ini membuat dan mengirim faktur penjualan kepada pelanggan serta
menyiapkan copy faktur bagi kepentigan pencatatan penjualan oleh bagian
piutang, bagian kartu persediaan, bagian biaya, bagian jurnal, bagian buku besar
dan laporan, menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), dan memeriksa kebenaran penulisan dan penghitungan-penghitungan
dalam faktur
6. Fungsi Piutang
Fungsi ini untuk mencatat piutang yang timbul dari transaksi penjualan kredit dan
membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur
7. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur penjualan
kepada pelanggan, serta menyediakan copy faktur penjualan bagi kepentingan
pencatatan transaksi penjualan
8. Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk meyerahkan barang atas dasar order
pengiriman yang diterimanya dari fungsi penjualan, serta menjamin bahwa ada
barang yang keluar dari perusahaan tanpa otorisasi dari yang berwenang