69
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kohesi dan Koherensi Paragraf Pada Karangan Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Karangsalam Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2003-2004 karya Marsinah dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2004 . Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kohesi dan koherensi yang terdapat pada karangan siswa. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa 87,57% dari seluruh paragraf karangan siswa kelas VI SDN 3 Karangsalam yang diteliti memiliki hubungan yang kohesif. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan, meliputi; referensi, subsitusi, elipsis, dan konjung.0si. Penanda kohesi leksikal ditandai dengan repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan ekuivalensi. Penanda koherensi yang ditemukan meliputi, kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal, perian, posesif dan kronologis. 2. Penelitian dengan judul Kajian Morfologik Nomina Dalam Novel “Sampai Maut Memisahkan Kita” Karya Mira W. Penelitian ini cara pengambilan datanya dari novel “Sampai Maut Memisahkan Kita” karya Mira W. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Data penelitian ini diambil dari novel “Sampai Maut Memisahka Kita” Karya Mira W. Nomina tersebut dianalisis dengan kajian morfologik. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa 100% pada nomina atau kata benda yang dikelompokkan sesuai dengan jenisnya masing- masing. Jenis nomina tersebut diantaranya yaitu nomina bernyawa (45), nomina tak bernyawa (16), nomina tak terbilang (1), nomina konkret (4), nomina abstrak (18), nomina reduplikasi (2), dan nomina kolektif (25). 9 Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian dengan judul Analisis Kohesi dan Koherensi Paragraf Pada

Karangan Siswa Kelas VI SD Negeri 3 Karangsalam Kecamatan Susukan

Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2003-2004 karya Marsinah dari

Universitas Muhammadiyah Purwokerto pada tahun 2004 .

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur kohesi dan koherensi

yang terdapat pada karangan siswa. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa 87,57%

dari seluruh paragraf karangan siswa kelas VI SDN 3 Karangsalam yang diteliti

memiliki hubungan yang kohesif. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan,

meliputi; referensi, subsitusi, elipsis, dan konjung.0si. Penanda kohesi leksikal

ditandai dengan repetisi, sinonim, antonim, hiponim, dan ekuivalensi. Penanda

koherensi yang ditemukan meliputi, kausalitas, kontras, aditif, rincian, temporal,

perian, posesif dan kronologis.

2. Penelitian dengan judul Kajian Morfologik Nomina Dalam Novel “Sampai

Maut Memisahkan Kita” Karya Mira W. Penelitian ini cara pengambilan

datanya dari novel “Sampai Maut Memisahkan Kita” karya Mira W.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Data penelitian ini

diambil dari novel “Sampai Maut Memisahka Kita” Karya Mira W. Nomina tersebut

dianalisis dengan kajian morfologik. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa 100%

pada nomina atau kata benda yang dikelompokkan sesuai dengan jenisnya masing-

masing. Jenis nomina tersebut diantaranya yaitu nomina bernyawa (45), nomina tak

bernyawa (16), nomina tak terbilang (1), nomina konkret (4), nomina abstrak (18),

nomina reduplikasi (2), dan nomina kolektif (25).

9

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

10

B. Kajian Teori

1. Kelas kata

a. Pengertian Kelas Kata

Hadiwidjoyo (1999:56) kelas kata adalah jenis atau golongan kata. Mengenai

jenis kata memang dapat sangat memudahkan orang memilih kata yang akan

digunakan dalam pengungkapan. Usaha menggolong-golongkan kata dalam bahasa

indonesia bukanlah hal yang baru. Setiap pakar bahasa atau para ahli bahasa

mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengani jenis kata yang dikelompokan

dalam bahasa Indonesia. Sakri (dalam Hadiwidjoyo, 1999:57-58) membedakan

delapan golongan kata, terbagi dalam dua gugus, yaitu gugus kata perkara (kata

benda, kata cacah, kata kerja, dan kata sifat) dan kata sarana (kata depan, kata tokok,

kata hubung, dan kata piah).

b. Kriteria Penggolongan/ Kelas Kata Nomina

Kelas kata dibagi menjadi empat, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, dan

kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas dalam

penelitian adalah kata Benda atau Nomina. Muslich (2008:110), nomina adalah kata

dari semua benda dan segala sesuatu yang dibendakan. Misalnya: tuhan, angin, meja,

rumah, batu, mesin dan lain-lain. Disisi lain Alwi, dkk. (2003:213) dari segi semantis

nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau

pengertian. Dengan demikian, kata seperti guru, meja, kucing, dan kebangsaan adalah

nomina. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nomina adalah kata

yang mengacu pada nama benda atau yang dibendakan. Misalnya: meja, batu, mesin,

kucing dan sebagainya. Sedangkan contoh yang dibendakan yaitu pekerjaan,

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

11

kebangsaan, pemikiran dan kerakyatan. Keraf (1980:65) kata ganti menurut sifat dan

fungsinya debedakan atas:

1) Kata Ganti Orang atau Pronomina Personalia

Pronomina adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang

dibendakan. Bila diperhatikan dengan cermat ata benda yang terdapat dalam kalimat-

kalimat biasanya digunakan untuk menggantikan kata ganti orang yang asli, selalu

atau biasanya menggantikan kedudukan orang I dan orang II. Jarang terjadi pada

orang III. Mudah dipahami, mengingat dalam hubungan percakapan atau percakapan

sehari-hari. Orang pertama selalu berusaha untuk menghilangkan kehadiran orang II,

terutama bila orang II itu kedudukannya lebih tinggi dari orang I. Pronomina

berfungsi sebagai nominal yang menggantikan benda-benda atau orang. Djajasudarma

(1993:36) pronomina dalam bahasa indonesia dibedakan menjadi:

a) Pronomina persona I : tunggal : aku, saya;

jamak : kami (ekslusif), kita (inklusif)

b) Pronomina persona II : tunggal : engkau, kamu

jamak : kamu sekalian, kalian

c) Pronominal persona III : tunggal : ia, dia

jamak : mereka

2) Kata Ganti Empunya atau Pronomina Possessiva

Kata ganti empunya adalah segala kata yang menggantikan kata ganti orang

dalam kedudukan sebagai pemiliki: -ku, -mu, -nya, kami, kamu, mereka (Keraf,

1980:67). Sebanarnya pembagian ini dalam bahasa Indonesia tidak perlu, sebab yang

disebut kata ganti empunya itu sama saja dengan kata ganti orang dalam fungsinya

sebagai pemilik. Dalam fungsinya sebagai pemilik ini, kata-kata ini mengambil

bentuk-bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata-kata yang

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

12

diterangkannya. Bentuk-bentuk ringkas ini yang diletakkan di belakang sebuah kata

disebut bentuk enklitis. Bentuk enklitis ini dipakai juga untuk menunjukan fungsi kata

ganti orang, bila kata agnti orang itu menduduki jabatan obyek atau mengikuti suatu

kata depan. Contoh:

Bajuku = baju aku

Bajumu = baju kamu

Bajunya = baju n + ia dan lain lain

3) Kata Ganti Penunjuk atau Pronomina Demonstrativa

Kata ganti penunjuk adalah kata-kata yang menunjuk dimana terdapat sesuatu

benda (Keraf, 1980:68). Dalam Kata yang digunakan untuk penunjukan yaitu sana,

sini, situ, di sana, di situ, di sini, ke sana, ke sini, ke situ. Kata sana, sini dan situ

termasuk golongan kata ganti tempat yang jauh dari pembicara dan lawan bicara. Kata

sini menggantikan tempat yang dekat dengan pembicara, dan kata situ menggantikan

tempat yang dekat dengan lawan bicara. Di samping itu, juga menggantikan tempat

yang tidak begitu jauh dari pembicara dan lawan bicara (Ramlan, 1993:22).

4) Kata Ganti Penghubung atau Pronomina Relativa

Djajasudarma (1993:38) menyatakan pronomina relatif adalah kata agnti yang

menghubungkan unsur nomina (pronomina), di dalam bahasa Indonesia. Kata ganti

penghubung ialah kata yang menghubungkan anak kalimat dengan suatu kata benda

yang terdapat dalam induk kalimat (Keraf, 1980:68). Kata ganti penghubung dalam

bahasa Indonesia yang umum diterima adalah yang. Dalam bahasa Indonesia kata

yang mula-mula tidak mempunyai fungsi relatif sebagai dirasakan sekarang. Dahulu

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

13

yang hanya berfungsi sebagai penentu atau penunjuk. Lambat-laun fungsi itu sudah

tidak dirasakan lagi. Walaupun demikian masih dalam pemakaian sehari-hari Contoh:

Yang buta dipimpin

Yang lumpuh diusung

Ia berkata kepada sekalian yang hadir

Yang besar harus memberi contoh kepada yang kecil

Kata yang sebenarnya terjadi dari kata: ia (sebagai penunjuk) dan ng sebagai

penentu. Ia sebenarnya adalah kata ganti orang III tunggal yang juga dipergunakan

sebagai penunjuk. Dengan demikian fungsi yang sejak dari awal perkembangannya

hingga sekarang dapat diurutkan menjadi tiga. Ketiga tersebut yaitu (i) sebagai

penunjuk, (ii) sebagai penentu (penekan) dan, (iii) sebagai penghubung dan pengganti.

Selain kata penghubung yang, terdapat lagi satu kata ganti penghubung yang lain,

yang menggantikan suatu keterangan atau tempat ialah tempat (Keraf, 1980:69).

Contoh:

Rumah tempat kami tinggal

Lemari tempat saya menyimpan buku

Sumur tempat saya meninba air

5) Kata Ganti Penanya atau Pronomina Interrogativa

Kata ganti penanya adalah kata yang menanyakan tentang benda, orang atau

sesuatu keadaan (Keraf, 1980:70). Kata ganti penanya digunakan untuk menanyakan

sesuatu hal yang dianggap penting. Fungsi dari kata ganti penanya ini untuk

memperoleh informasi dari mitra tutur. Kata ganti penanya ini digunakan sesuai

dengan kebutuhan untuk hal yang dipertanyakan. Djajasudarma (1993:37) kata ganti

penanya dalam bahasa Indonesia ialah

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

14

a) Siapa : untuk menanyakan orang atau jabatan, asal (keterangan tentang

orang)

b) Apa : menanyakan benda, persitiwa, profesi

c) Mana : untuk menanyakan lokasi, biasanya bergabung dengan preposisi:

dimana, ke mana, dari mana.

Kata ganti penanya digunakan untuk bertanya atau menanyakan orang, benda,

sifat, keadaan, waktu atau tempat. Selain digunakan sebagai kata ganti penanya. Kata

ganti penanya juga dapat dipakai lagi dengan bermacam-macam penggabungan

dengan kata depan (Keraf, 1980:70) antara lain sebagai berikut: mengapa, berapa,

buat apa, dengan siapa, untuk siapa, kepada siapa, dari mana, ke mana. Kata depan

merupakan kata yang menghubungkan kata benda dengan bagian kalimat. Selain itu

dari kata-kata tersebut ada pula kata ganti penanya yang lain yang bukan menanyakan

orang atau benda tetapi menanyakan keadaan, perintah dan sebagainya: mengapa,

berapa, bagaimana, bilamana, kenapa (pengaruh bahasa jawa) dan betapa.

6) Kata Ganti Tak Tentu atau Pronomina Indeterminativa

Keraf (1980:70) Kata ganti tak tentu adalah kata-kata yang menggantikan atau

menunjukan benda atau orang dalam keadaan yang tidak tentu atau umum. Kata ganti

tak tentu ini digunakan untuk menunjukan keadaan. Fungsi kata ganti tak tentu ini

untuk memperoleh informasi dengan keadaan yang sebenarnya. Kata ganti ini sering

digunakan dalam setiap paragraf untuk menanyakan atau menunjukan suatu keadaan.

Keadaan tersebut didapatkan dari perorangan atau lebih.

Masing-masing siapa-siapa seseorang para

Setiap orang barang sesuatu barang siapa

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

15

Kata barang dalam bahasa Melayu lama masih mempunyai peranan yang

cukup penting; dalam bahasa Indonesia tidak terlalu produktif lagi;

Barang siapa melanggar peraturan itu harus ditindak dengan tegas. Barang siapa yang dikerjakannya pasti berhasil. Berilah aku barang sedikit.

c. Penggolongan Nomina: Orang, Buah, Ekor

Alwi, dkk (2003:282-283) bahasa Indonesia memiliki sekelompok kata yang

membagi-bagi nomina maujud dalam kategori tertentu. Mausia, misalnya disertai oleh

penggolongan orang, binatang oleh penggolongan ekor, dan surat oleh penggolongan

pucuk. Penggolong seperti itu semata-mata didasarkan pada konvensi masyarakat

yang memakai bahasa itu. Manusia dan Binatang memiliki kedudukan khusus dengan

adanya pengolongan orang dan ekor. Berikut ini adalah beberapa kata penggolong

dalam bahasa Indonesia.

Orang untuk manusia Ekor untuk binatang Buah untuk buah-buahan atau hal lain yang ada diluar golongan manusia dan binatang Batang untuk pohon, rokok, atau barang lain yang berbentuk bulat panjang Bentuk untuk cincin, gelang, atau barang lain yang dapat dibengkokkan atau dilenturkan Bidang untuk tanah, sawah, atau barang lain yang luas dan datar Belah untuk mata, telinga, atau benda lain yang berpasangan helai untuk kertas, rambut, kain, atau benda lain yang tipis dan halus Bilah untuk pisau, pedang, atau benda lain yang tajam Utas untuk benang, tali, atau benda lain yang kecil dan panjang Potong untuk baju, celana, atau bagian/potongan suatu barang Tangkai untuk Bunga, pena, atau benda lain yang bertangkai Butir untuk kelereng, telur, atau benda lain yang bulat dan kecil Pucuk untuk surat atau senapan Carik untuk kertas Rumpun untuk padi, bambu, atau tumbuhan lain yang berkelompok Keping untuk uang logam Biji untuk mata, jagung, kelereng, padi Kuntum untuk bunga Patah untuk kata Laras untuk senapan Kerat untuk roti, daging

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

16

d. Subkategorisasi Nomina

Selain digunakan sebagai kata ganti. Nomina dalam jenisnya dibagi menjadi

tiga. Ketiga jenis nomina tersebut dikelompokan sesuai dengan jenisnya masing-

masing. Kridalaksana (1994:69-70) subkategorisasi nomina dilakukan dengan

membedakan tiga macam. Pertama, nomina bernyawa dan tak bernyawa. Kedua,

nomina terbilang dan tak terbilang. Ketiga, nomina kolektif dan bukan kolektif.

Dibawah ini penjelasan mengenai ketiga subkategorisasi nomina tersebut.

1) Nomina bernyawa dan tak bernyawa

Nomina bernyawa adalah nomina yang menyatakan nama diri. Misalnya

Martha, Savitri, Hermin, Sis, dan sebagainya; nomina untuk kekerabatan, misalnya

nenek, kakek, ibu, bapak, adik; nomina yang menyatakan orang atau yang

diperlalukan seperti orang, misalnya tuan, nyonya, nona. Nomina tak bernyawa adalah

nomina nomina yang tidak menyatakan nama diri. Misalnya nama lembaga seperti:

DPR, MPR, UUD. Nama yang menyatakan bahasa seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa

Sunda, dan Bahasa Jawa. Menyatakan waktu seperti: Senin, Selasa, Januari, Oktober,

1983, pukul 8, sekarang, dulu, besok, kini. Nama konsep geografis (termasuk tempat),

seperti: Bali, Jawa, utara, selatan, hilir, mudik, hulu.

2) Nomina terbilang dan tak terbilang

Nomina terbilang ialah nomina yang dapat dihitung seperti kantor, kampung,

kandang, buku, wakil, sepeda, meja, kursi, pensil, orang. (catatan: cairan dna biji-

bijian, dan tepung-tepungan harus dihitung dengan mempergunakan takaran).

Sedangkan nomina tak terbilang ialah nomina yang tidak dapat didampingi oleh

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

17

numeralia seperti udara, kebersihan, kesucian, kemanusiaan. Nomina terbilang jika

terdapat dalam kalimat akan dengan mudah dipahami. Nomina tak terbilang jika

dalam kalimat penggunaanya tidak dapat terlihat, tapi itu merupakan nomina.

3) Nomina kolektif dan bukan kolektif

Nomina kolektif mempunyai ciri dapat disubsitusikan dengan mereka atau

dapat diperinci atas anggota atau atas bagian-bagian. Nomina kolektif dibagi menjadi

dua yaitu nomina dasar dan nomina turunan. Nomina kolektif terdiri atas nomina

dasar seperti: tentara, puak, keluarga, dan nomina turunan seperti: wangi-wangian,

tepung-tepungan, minuman. Nomina yang tidak dapat diperinci atas bagian-bagiannya

termasuk nomina bukan kolektif. Di bawah ini adalah contoh nomina kolektif.

Asinan cairan hadirin keluarga

Aubade catatan Jemaah kepulauan

Senada dengan pendapat Kridalaksana, Chaer (2011:87-88) berpendapat ada

tiga macam kata benda. Tiga kata benda tersebut yaitu kata benda yang jumlahnya

dapat dihitung, kata benda yang jumlahnya tak terhitung, dan kata benda yang

menyatakan nama khas. Dalam Chaer (2011:87-88) nomina terhitung dan tidak

terhitung dipisah dalam pembagiannya. Disisi lain Kridalaksana (1994:70)

menyebutkan nomina terbilang dan tidak terbilang menjadi satu aspek. Dalam

Kridalaksana nomina kolektif dan bukan kolektif termasuk dalam kategorisasi nomina

terbilang dan tidak terbilang. Nomina yang menyatakan nama khas (Chaer, 2011:88)

termasuk dalam nomina bernyawa. Dari kedua pendapat tersebut maka ada dua

subkategori kata benda benda bernyawa dan tak bernyawa serta kata benda terbilang

dan tak terbilang. Dalam dua macam subkategorisasi nomina tersebut ditempatkan

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

18

sesuai dengan jenisnnya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mempermudah

mengenai pembagian jenis nomina.

e. Aturan Penggunaan Kata Benda (Nomina)

Secara umum kata benda dapat digunakan sebagai subjek, objek atau

keterangan di dalam kalimat. Tetapi secara khusus penggunaannya tergantung dari

jenis kata kerja atau kata sifat yang menjadi predikat di dalam kalimat itu (Chaer,

2011:88-90). Nomina tersebut digunakan sesuai dengan tataran kalimat-kalimatnya.

Nomina yang digunakan dalam setiap kalimat menduduki fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi tersebut bisa berupa fungsi subjek maupun objek. Di bawah ini adalah aturan

penggunaan kata benda (nomina).

1) kata benda orang dapat digunakan:

(a) sebagai pelaku perbuatan baik dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Ayah membaca Koran.

- Penyakitnya sudah diperiksa dokter.

(b) sebagai sasaran perbuatan, baik dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Hasan dimarahi buguru karena sering terlambat.

- Polisi telah menangkap pencuri itu.

(c) sebagai penyerta atau yang berkepentingan dari suatu perbuatan dalam fungsi

subjek atau objek.

Contoh: - Adik dibelikan ayah sepasang sepatu baru.

- Pak Hamid membacakan murid-murid cerita baru.

2) Kata benda yang menyatakan „hewan‟ dapat digunakan:

(a) sebagai pelaku perbuatan baik dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Anjing itu menggonggong saya.

- Tanaman kami habis dimakan keong.

(b) sebagai sasaran perbuatan baik dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Jangan kau pukuli saja kuda itu.

- Koala, beruang Australia, kini dijaga kelestariannya.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

19

3) kata benda yang menyakan „tumbuhan‟ digunakan sebagai sasaran perbuatan

baik dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Ibu membeli pepaya.

- Kangkung ditanam orang dirawa-rawa

4) kata benda yang menyatakan „alat atau perkakas‟ dapat digunakan:

(a) sebagai alat perbuatan dalam fungsi keterangan.

Contoh: - Adik menulis dengan pensil.

- Dengan pisau dikupasnya manga itu.

(b) sebagai „tempat terjadinya perbuatan‟ dalam fungsi keterangan.

Contoh: - Kami duduk di kursi.

- Buku-buku itu disimpan ayah di dalam lemari.

5) Kata benda yang menyatakan „benda alam‟ dapat digunakan:

(a) sebagai pelaku keadaan dalam fungsi subjek.

Contoh: - Matahari bersinar dengan terang.

- Kota kami terendam banjir sehari semalam.

(b) sebagai sasaran perbuatan baik dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Sungai ini akan kami bendung.

- Para ahli akan meneliti pulau itu.

(c) sebagai „tempat perbuatan‟ dalam fungsi keterangan.

Contoh: - Penduduk di desa mandi dan mencuci di sungai.

- Dia berasal dari desa di kaki Gunung Galunggung.

6) Kata benda yang menyatakan „hal atau peristiwa‟ dapat digunakan sebagai:

(a) sasaran perbuatan dalam fungsi objek maupun subjek.

Contoh : - Polisi terus meneliti kasus kecelakaan lalu lintas itu.

- Pengembangan bahasa sedang digiatkan pemerintah

(b) pelaku atau penyebab terjadinya perbuatan baik dalam fungsi subjek maupun

objek.

Contoh : - Peraturan baru itu menguntungkan pegawai baru

- Kami dirugikan benar oleh pembongkaran itu.

7) Kata benda yang menyatakan „bahan‟ dapat digunakan:

(a) sebagai pelaku perbuatan keadaan dalam fungsi subjek.

Contoh: - Semen ini sudah mengeras.

- Gula ini akan mencair bila dipanaskan.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

20

(b) sebagai sasaran perbuatan keadaan dalam fungsi subjek maupun objek.

Contoh: - Kakak membeli semen dua sak.

- Terigu ini dibeli ibu tadi pagi.

(c) sebagai „bahan perbuatan atau pekerjaan‟ dalam fungsi keterangan.

Contoh: - Patung-patung ini terbuat dari semen putih.

- Ayah menambal ember yang bocor itu dengan dempul.

8) Kata benda yang menyatakan „zat‟ dapat digunakan:

(a) sebagai pelaku perbuatan dalam fungsi subjek maupun objek. Contoh: - Air telah menghanyutkan segala isi desa itu.

- Pohon besar itu roboh ditumbang angin.

(b) sebagai „sasaran perbuatan dalam fungsi subjek maupun objek. Contoh: - Semua makhluk hidup memerlukan air. - Kami ingin menghirup udara segar di daerah itu.

9) Kata benda yang menyatakan nama khas dapat digunakan sebagai tempat berlakunya perbuatan atau kejadian.

Contoh: - Dia dilahirkan di Jakarta. - Minggu depan kami akan berangkat ke TimorTimur.

10) Kata benda yang menyatakan lembaga atau badan hukum dapat digunakan:

(a) sebagai pelaku perbuatan dalam fungsi subjek maupun objek Contoh: - Pemertintah akan melebarkan jalan ini. - Masalah itu sudah dibahas oleh kabinet.

(b) sebagai sasaran perbuatan dalam fungsi subjek maupun objek. Contoh: - Perusahaan itu diminta memberi ganti rugi kepada para

korban. - Gubernur telah banyak membantu yayasan itu.

f. Ciri-Ciri Pronomina

Nomina sering juga disebut dengan kata benda. Nomina dapat dilihat dari tiga

segi. Ketiga segi tersebut diantaranya segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk.

Dari segi semantis, dikatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia,

binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Dari segi sintaktisnya, nomina

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Alwi, 2003:213).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

21

1) Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung menduduki fungsi

subjek, objek atau pelengkap. Kata pemerintah dan perkembangan dalam kalimat

pemerintah akan memantapkan perkembangan adalah nomina. Kata pekerjaan

dalam kalimat Ayah mencarikan saya pekerjaan adalah nomina.

2) Nomina tidak dapat diingkari dengan kata tidak. Kata pengingkarnya ialah bukan.

Untuk mengingkarkan kalimat Ayah saya guru harus dipakai kata bukan: Ayah

saya bukan guru.

3) Nomina umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun

dengan diantarai oleh kata yang. Dengan demikian, buku dan rumah adalah

nomina karena dapat bergabung menjadi buku baru dan rumah mewah atau buku

yang baru dan rumah yang mewah.

g. Nomina Sebagai Pembangun Kesinambungan Topik

Nomina merupakan kata dari semua benda atau segala sesuatu yang

dibendakan. Nomina dalam paragraf mempunyai fungsi sebagai pembangun

kesinambungan topik. Nomina dikatakan sebagai pembangun kesinambungan topik

jika kalimat-kalimatnya mempunyai hubungan. Kesinambungan topik meliputi unsur

kohesi dan koherensi. Unsur kohesi dan koherensi meliputi beberapa aspek. Jika

sebuah paragraf yang mengandung aspek leksikal dan di dalamnya terdapat nomina

yang membangun paragraf maka paragraf tersebut menjadi berkesinambungan.

Misalnya, penggunaan nomina sebagai pronomina dan penunjukan tempat. Sebagai

contoh kata Hartono dalam paragraf diubah menjadi kata dia. Hartono merupakan

nomina, dan kata dia merupakan pronomina dari Hartono.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

22

h. Nomina sebagai pembangun kohesi dan koherensi

Kohesi dan koherensi merupakan cara untuk membangun kesinambungan

topik. Kohesi selalu berhubungan dengan koherensi, sering juga tidak terlihat

perbedaan nyata antara kohesi dan koherensi. Alwi dkk (2003:427) berpendapat

bahwa Kohesi merupakan hubungan perkaitan antar proposisi yang dinyatakan secara

eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang

membentuk wacana. Kohesi dibagi menjadi dua yaitu kohesi leksikal dan kohesi

gramatikal. Koherensi adalah keterkaitan semantis antara bagian-bagian wacana

(Baryadi, 2002:29). Nomina dalam aspek kohesi dan koherensi berperan sebagai

pembangun. Misalnya nomina sebagai kohesi leksikal subsitusi kata gelar dengan

titel. Satuan lingual nomina gelar yang telah disebut digantikan oleh satuan lingual

nomina pula yaitu kata titel.

i. Nomina Sebagai pembangun Kohesi Leksikal

Kohesi leksikal termasuk dalam aspek keutuhan wacana. Kohesi leksikal ialah

hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis (Sumarlam, 2003:34). Salah satu

pendukung kohesi leksikal yaitu nomina. Nomina merupakan kata yang mengacu pada

manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian (Alwi dkk, 2003:213). Nomina

dalam hal ini yaitu berperan sebagai pembangun yang terdapat pada antar kalimat.

Jika nomina terdapat pada wacana yang di dalamnya mengandung aspek leksikal

maka nomina tersebut sebagai pembangun. Pembangun nomina dalam leksikal

terdapat berbagai macam di antaranya yaitu sinonim, antonim, hiponim, repetisi,

kolokasi dan ekuivalensi.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

23

j. Nomina Sebagai Pembangun Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal merupakan salah satu kohesi dalam aspek keutuhan wacana.

Kohesi gramatikal merupakan keterikatan antara bagian-bagian wacana secara

gramatikal (Baryadi, 2002:17-18). Kohesi gramatikal mempunyai beberapa tiga

macam sub di antaranya yaitu referensi, subsitusi, elipsis. salah satu pendukung kohesi

gramatikal yaitu nomina. Nomina dalam hal ini berperan sebagai pembangun kohesi

gramatikal. Pembangun nomina tersebut terdapat pada antar kalimat. Sebagai contoh

Jika terdapat sebuah nomina dalam paragraf yang di dalamnya mengandung aspek

gramatikal maka nomina tersebut sebagai pembangun. Pembangun nomina dalam

kohesi gramatikal tersebut bisa berupa referensi yang berkaitan dengan kata ganti.

Mulyana (2005:18) Kata ganti dapat berupa kata ganti orang pertama, kedua, dan

ketiga. kata ganti orang (pronomina persona) pertama, yakni (saya, aku), kata ganti

orang kedua (kamu, engkau, anda, kalian), dan kata ganti orang ketiga (dia, mereka).

2. Pengertian Wacana

Istilah “wacana” berasal dari bahasa sanskerta wac/wak/vak, artinya „berkata‟,

„berucap‟ Douglas (dalam Mulyana, 2005:3). Bentuk ana yang muncul di belakang

adalah sufiks (akhiran), yang bermakna „membedakan‟ (nominalisasi). Jadi, kata

wacana dapat diartikan sebagai „perkataan‟ atau „tuturan‟. Kata wacana berasal dari

vacana “bacaan” dalam bahasa sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke

dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru, wacana atau wacana atau “wicara,

kata, ucapan”. Kata wacana dalam bahasa Jawa Baru itu kemudian diserap ke dalam

bahasa Indonesia menjadi wacana “ucapan, percakapan, kuliah” Poerwadarmita

(dalam Baryadi, 2002:1).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

24

Chaer (2007:267) wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam

hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai

satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan,

pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis)

atau pendengar (dalam wacana lisan). Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau

terbesar, berarti wacana itu dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang

memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan

gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi jika dalam wacana itu sudah terbina yang

disebut kekohesian, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada

dalam wacana tersebut. Dari ketiga pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan wacana adalah perkataan atau tuturan yang merupakan satuan

bahasa yang lengkap dan tertinggi. Contoh:

(2) Dilarang merokok

Contoh kalimat (2) di atas berisi wacana “Dilarang merokok”. Wacana di atas

bisa terdapat di SPBU dan Bus efisiensi. Jika wacana dilarang merokok terdapat pada

area SPBU, itu menandakan pada semua orang yang berada di area tersebut untuk

tidak merokok karena bisa menyebabkan kebakaran. Sebaliknya jika wacana tersebut

berada di Bus efisiensi maka asap rokok yang berada di Bus tersebut akan mengkristal

karena terkena pendingin ruangan (AC). Pengkristalan tersebut akan menyebabkan

gangguan pernafasan pada penumpang.

3. Pengertian Paragraf

Ramlan (1993:1) paragraf adalah bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa

lisan merupakan bagian dari suatu tuturan. Paragraf terdiri dari sejumlah kalimat, atau

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

25

dengan kata lain merupakan kumpulan dari sejumlah kalimat meskipun ada juga yang

hanya terdiri dari satu kalimat atau satu kata, misalnya kalimat penutup pada surat

yang sering hanya berupa kata terima kasih. Paragraf dapat dijelaskan sebagai bagian

dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang

mengungkapkan suatu informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya. Disisi lain,

sakri (1992:1) menyatakan paragraf disebut juga sebagai alinea. Kata paragraf diserap

ke dalam bahasa Indonesia dari kata Inggris paragraph, sedangkan kata alinea berasal

dari bahasa Belanda dengan ejaan yang sama. Kata Belanda itu berasal dari kata latin

a linea, yang berarti „mulai dari baris baru‟. Dari kedua pendapat di atas peneliti

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan paragraf adalah kumpulan dari sejumlah

kalimat yang saling berkaitan satu sama lain untuk mengungkapkan suatu informasi

dengan satu ide pokok sebagai pengendali, jika kalimat-kalimat tidak saling berkaitan,

maka pembaca akan sulit memahami isi atau informasi paragraf tersebut.

4. Macam-Macam paragraf

Berdasarkan tujuannya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga. Paragraf

tersebut yaitu paragraf pembuka, penghubung, dan penutup (Akhadiah, 1995:145-

146). Paragraf pembuka, penghubung, dan penutup mempunyai fungsi tersendiri.

Fungsinya yaitu untuk memperoleh paragraf yang baik dalam merangkaikannya.

Paragraf tersebut dibangun berdasarkan kalimat-kalimat. Menurut Keraf (2004:71-74)

berdasarkan sifat dan tujuannya, alinea-alinea dapat dibedakan atas:

a. Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah

yang akan diuraikan. Sebab itu paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

26

perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada masalah yang

akan dikaruniakan. Paragraf pembuka ini jangan terlalu panjang supaya tidak

membosankan. Paragraf pembuka (awal) mempunyai dua kegunaan, yaitu selain

supaya dapat menarik perhatian pembaca, juga berfungsi menjelaskan tentang tujuan

dari penulisan itu (Akhadiah, 1995:146). Keraf (2004:71) berpendapat bahwa alinea

pembuka merupakan alinea yang digunakan untuk mrmbuka atau menghantarkan

karangan itu, atau menghantarkan pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Dalam

alinea pembuka harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup

menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan. Kedua

pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa paragraf pembuka dan aliena pembuka

yaitu sama, bahwa sebelum menulis sebuah paragraf harus mempunyai pokok bahasan

supaya pembaca mengerti isi dari makna paragraf tersebut.

b. Paragraf Penghubung

Masalah yang akan diuraikan terdapat dalam paragraf penghubung. Paragraf

penghubung berisi inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh sebab itu secara

kuantitatif paragraf inilah yang paling panjang, dan antara paragraf dengan paragraf

harus saling berhubungan secara logis (Akhadiah, 1995:146). Keraf (2004:73) alinea

penghubung adalah semua alinea yang terdapat antara alinea pembuka dan alinea

penutup. Dalam alinea penghubung, inti persoalan yang akan dikemukakan penulis

terdapat dalam alinea ini. Sebab dalam membentuk alinea penghubung harus

diperhatikan agar hubungan antara alinea dengan alinea itu teratur, serta disusun

secara logis. Dari pendapat di atas bahwa paragraf penghubung dan alinea

penghubung yaitu sama bahwa paragraf penghubung harus berisi inti persoalan yang

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

27

akan kemukakan, persolan tersebut ditulis dengan pertanyaan sehingga memperoleh

suatu paragaf yang saling berhubungan.

c. Paragraf Penutup

Paragraf penutup mengakhiri sebuah karangan. Biasanya paragraf ini berisi

kesimpulan dari paragraf penghubung. Dapat juga paragraf penutup berisi penegasan

kembali mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam paragraf penghubung.

Paragraf penutup yang berfungsi mengakhiri sebuah karangan tidak boleh terlalu

panjang (Akhadiah, 1995:146). Keraf (2004:73) alinea penutup adalah alinea yang

dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain

alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam

alinea-alinea penghubung. Dari kedua pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa

paragraf penutup dan alinea penutup mempunyai arti yang sama yaitu paragraf atau

alinea yang mengakhiri sebuah kalimat yang di dalamnya berisi rincian-rincian

kalimat yang akhirnya sampai pada kesimpulan.

5. Syarat Paragraf Yang Baik

Seperti halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus mempunyai syarat-

syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut yaitu untuk mendukung kepaduan paragraf.

Paragraf dikatakan baik jika kalimat-klimatnya mempunyai keterkaitan satu sama lain.

Untuk mengembangkan paragraf yang baik melalui beberapa tahapan. Akhadiah

(1999:148-153) dalam mengembangkan paragraf ada tiga persyaratan yaitu kesatuan,

kepaduan, dan kelengkapan.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

28

a. Kesatuan

Setiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi

paragraf ialah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam

pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak

berhubungan dengan topik atau gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap

mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas dari

topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan

mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan (Akhadiah, 1999:148). Sementara

Sakri (1992:2) mengemukakan bahwa kesatuan artinya seluruh uraiannya terpusat

pada satu gagasan saja. Dari pendapat di atas terbukti bahwa paragraf harus

mempunyai kesatuan supaya mempunyai keruntutan dan tidak terlepas dari topik yang

dibicarakan.

Contoh:

(3) Setiap Negara pada dasarnya harus mampu menghidupi keluarganya

sendiri dari kondisi, posisi, dan potensi wilayahnya masing-masing. Tetapi

tidak setiap wilayah kondisinya memungkinkan, posisinya

menguntungkan, atau mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan

kesejahteraan kepada rakyat yang bermukim di wilayah itu, sehingga

harus mencukupinya dari tempat lain yang hampir selalu menyangkut

kepentingan negara lain. Untuk itu dibinalah hubungan internasional yang

memungkinkan terbukanya peluang bagi setiap negara untuk mencukupi

kebutuhannya dari negara lain melalui jalan damai. Namun, untuk

mencukupi kebutuhan ini tidak jarang pula ditempuh jalan kekerasan.

Oleh sebab itu, masalah utama setiap negara selain meningkatkan

kesejahteraan negaranya, juga mempertahankan eksistensinya yang

meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan bangsa, dan keutuhan

wilayahnya.

b. Kepaduan

Syarat paragraf yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf ialah koherensi atau

kepaduan. Satu paragraf merupakan kumpulan atau tumpukan kalimat yang masing-

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

29

masing berdiri sendiri atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang

mempunyai hubungan timbal balik. Pembaca dapat dengan mudah dengan mudah

memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya

loncatan pikiran yang membingungkan. Urutan pikiran yang teratur, akan

memperlihatkan adanya kepaduan. Jadi, kepaduan atau koherensi dititikberatkan pada

hubungan antara kalimat dengan kalimat (Akhadiah, 1999:150). Pendapat lain juga

diungkapkan oleh Sakri (1992:2) bahwa paragraf harus mempunyai kesetalian, artinya

kalimat di dalamnya berhubungan sesamanya dengan bermakna bagi pembaca.

Dengan diperolehnya kalimat-kalimat yang saling berhubungan maka pembaca dapat

dengan mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena

loncatan pikiran yang membingungkan.

Contoh:

(4) Pengajaran bahasa sebagai proses belajar-mengajar di dalam lingkungan

lembaga kependidikan formal, memiliki tiga peranan pokok yang

berhubungan dengan pembinaan bahasa. Pertama, pengajaran bahasa

merupakan proses yang memungkinkan pelajar memiliki kegairahan dan

keterampilan menggunakan bahasa yang diajarkan. Kedua, pengajaran

bahasa merupakan jalur penyebarluasan penggunaan bahasa dan sarana

peningkatan mutu penggunaan bahasa yang diajarkan, tertutama

dikalangan generasi muda. Ketiga, pengajaran bahasa merupakan salah

satu jalur yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana evaluasi pembinaan dan

pengembangan bahasa dan sumber data tambahan bagi pembinaan dan

pengembangan bahasa selanjutnya.

c. Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang

cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu

paragraf dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas

dengan pengulangan-pengulangan (Akhadiah, 1999:152). Sakri (1992:2) bahwa

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

30

paragraf harus memiliki isi yang memadai yakni memiliki sejumlah rincian yang

terpilih dengan patut sebagai pendukung gagasan utama paragraf. Dari kedua

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf yang mengandung kelengkapan

merupakan paragraf yang seluruh kalimat-kalimatnya mempunyai keselarasan untuk

mendukung gagasan utama paragraf dan kejelasan topik. Paragraf yang mempunyai

keselarasan maka pembaca mampu memahami isi paragraf tersebut.

Contoh:

(5) Masalah kelautan yang dihadapi dewasa ini ialah tidak adanya peminat

atau penggemar jenis binatang laut, seperti halnya penggemar penghuni

darat atau burung-burung yang indah. Tidak ada penyediaan dana untuk

melindungi ketam kenari, kima, atau tiram mutiara sebagaimana halnya

untuk panda dan harimau. Jenis makhluk laut tertentu, tiba-tiba punah

sebelum manusia sempat melindunginya. Tiram raksasa di kawasan

Indonesia bagian barat kebanyakan sudah punah. Sangat sukar

menemukan tiram hidup dewasa ini, padahal rumah tiram yang sudah mati

mudah ditemukan. Demikian juga halnya dengan kepiting kelapa dan

kepiting begal yang biasa menyebar dari pantai barat Afrika sampai bagian

barat Laut Teduh, kini hanya dijumpai di daerah kecil yang terpencil. Dari

mana dana diperoleh untuk melindungi semuanya ini?

6. Topik dan Kesinambungan Topik

Topik berasal dari bahasa Yunani topoi, yang artinya „tempat‟. Secara

mendasar, topik diartikan sebagai pokok pembicaraan. Dalam wacana, topik menjadi

ukuran kejelasan wacana. Topik (topic) adalah perihal yang dibicarakan dalam

wacana Poedjasoedarmo (dalam Baryadi, 2002:54). Hal ini berarti topik menjiwai

seluruh bagian wacana. Topiklah yang menyebabkan lahirnya wacana dan

berfungsinya wacana dalam proses komunikasi verbal karena suatu wacana akan lahir

jika ada yang dibicarakan dan dapat digunakan sebagai alat komunikasi jika

mengandung sesuatu yang dibicarakan. Topik memiliki kedudukan yang sentral dalam

wacana. Karena kedudukannya itu, topik selalu diacu dan dipertahankan oleh kalimat-

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

31

kalimat sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan kesinambungan topik.

Dengan begitu yang dimaksud dengan kesinambungan topik adalah keterkaitan antara

topik kalimat satu dengan topik kalimat yang lainnya dalam rangka mempertahanka

topik utama paragraf. Tentang kesinambungan topik, itu dapat diuraikan terkait

dengan penelitian ini, berikut ini diuraikan.

a. Cara Menciptakan Kesinambungan Topik

Cara menciptakan kesinambungan topik yaitu ada empat cara. Pertama

kesinambungan topik diciptakan dengan pronomina, pronomina sebagai konstituen

yang terganti bersifat koreferensial, yaitu memiliki referen yang sama (Baryadi,

2002:63). Kedua yaitu kesinambungan topik diciptakan dengan pengulangan. Ketiga

yaitu kesinambungan topik diciptakan dengan ekuivalensi leksikal yaitu menulis

kembali ungkapan yang dinilai sama. Keempat yaitu kesinambungan topik diciptakan

dengan pelesapan, yaitu melesapkan topik yang sudah disebut. Pelesapan

menimbulkan konsituen zero (Ø), suatu konstituen yang tidak terwujud secara

formatif, tetapi maknanya dapat dipahami karena zero berkoferensi dengan topik yang

sudah disebut (Baryadi, 2002:63).

1) Kesinambungan topik diciptakan dengan pronomina

Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain

(Alwi, 2003:249). Dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki

posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, objek, dan dalam macam

kalimat tertentu juga predikat. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah acuannya dapat

berpindah-pindah karena bergantung kepada siapa yang menjadi pembicara/penulis,

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

32

siapa yang menjadi pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan. Pronomina

yang digunakan sebagai kata ganti orang atau partisipan wacana secara berganti-ganti

pada sebuah wacana. Partisipan itu sebagai pembicara (persona pertama), pendengar

(persona kedua), atau yang dibicarakan (persona ketiga). Kesinambungan topik yang

diciptakan dengan pronomina untuk memperoleh suatu paragraf yang mempunyai

keterkaitan antara topik satu dengan lainnya.

Contoh:

(6) Liliani mulai melibatkan diri ke dalam narkotika sejak masih duduk

dikelas terakhir sekolah dasar. Sejak ia mulai meningkat remaja, tekanan

batin yang dialaminya semakin terasa menyiksa. Dia dianggap tidak ada,

diacuhkan, diajak bicarapun tidak, bahkan dimarahi pun tak pernah dia

rasakan, apalagi sampai pukul.

Pada contoh paragraf (6) di atas tampak bahwa kesinambungan topik

diciptakan dengan pronomina. Paragraf tersebut, diciptakan dengan pronomina karena

pada paragraf di atas terdapat kata liliani yang digantikan menjadi ia, dia, dan nya

yang menunjuk pada liliani. Kata liliani yang terdapat pada kalimat pertama. Ia, dia,

dan nya terdapat pada kalimat kedua dan ketiga. Dari penggunaan pronomina yang

terdapat pada paragraf di atas akan memperoleh kesinambungan topik.

2) Kesinambungan topik diciptakan dengan pengulangan kata

Pengulangan atau reduplikasi adalah proses penurunan kata dengan

perulangan, baik secara utuh maupun secara sebagian (Alwi, 2003:238). Baryadi

(2002:25) pengulangan merupakan kohesi leksikal yang berupa pengulangan

konstituen yang telah disebut. Pengulangan juga merupakan salah satu cara untuk

mempertahankan hubungan yang kohesif antarkalimat. Hal ini bertujuan untuk

memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Senada dengan Alwi dan

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

33

Baryadi, Ramlan (1993:30) ialah adanya unsur pengulang yang mengulang unsur yang

terdapat pada kalimat di depannya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

repetisi atau pengulangan adalah pengulangan antarkalimat yang sudah disebutkan

sebelumnya. Pengulangan tersebut digunakan untuk memperoleh suatu

kesinambungan topik dalam paragraf.

Contoh:

(7) Latihan adalah salah satu aspek human capital. Latihan dapat dilakukan

di dalam maupun di luar pekerjaan. Latihan yang dilakukan di luar

pekerjaan umumnya bersifat formal. Latihan yang dilakukan di luar

pekerjaan dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan pegawai baik

secara horizontal maupun vertical.

Pada contoh paragraf (7) di atas topik pada kalimat pertama diulang pada

kalimat-kalimat berikutnya. Dalam contoh yang demikian kesinambungannya

diciptakan dengan pengulangan. Kata yang diulang pada kalimat-kalimat di atas

adalah kata Latihan yang terdapat pada kalimat pertama, kedua, dan ketiga.

Pengulangan tersebut terletak pada awal kalimat disetiap kalimatnya. Pengulangan

tersebut termasuk dalam pengulangan anafora yaitu pengulangan kata atau frasa

pertama pada kalimat berikutnya yang terdapat pada kata latihan.

3) Kesinambungan topik diciptakan dengan ekuvalensi leksikal

Ekuvalensi merupakan hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, 2003:44). Dalam hal

ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukan

adanya hubungan kesepadanan. Ekuivalensi memiliki nilai kebenaran yang sama satu

dengan yang lain sehingga saling dapat menggantiakan. Oleh karena itu ekuivalensi

akan menghasilkan kata yang sebanding atau kekerabatan dengan kata yang lain pada

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

34

sebuah paragraf. Kesinambungan topik yang diciptakan dengan ekuivalensi leksikal

untuk memperoleh suatu paragraf yang didalamnya terdapat kata yang memiliki

kesepadanan yang sama sehingga memperoleh suatu paragraf yang mempunyai

kepaduan atau kesinambungan.

Contoh:

(8) Rudyard Joseph Kipling lahir dari orang tua berkebangsaan Inggris di

Bombay, india, 3 Desember 1865. Selama lima tahun yang dihabiskan

Kipling muda bersama orang tuanya, dua pengaruh menonjol sebagai

pembentuk karirnya yang menyeluruh. Dari ayahnya Jhon Lockwood

Kipling, seniman dan guru seni. Rudyard tak ragukan lagi menerima

kehalusan perasaan dan minatnya dalam seni. Dari “ayah-ayah” penduduk

asli yang merawati ia dan adiknya, Kipling muda memperoleh minatnya

yang kekal pada negeri kelahirannya.

Pada contoh paragraf (8) di atas, terdapat cara menciptakan kesinambungan

topik dengan ekuvalensi kelsikal. Pada paragraf pertama berhubungan dengan

paragraf kedua, ketiga dan keempat. Topik pada kalimat pertama disebut dengan

konstituen yang secara leksikal berekuivalen pada kalimat selanjutnya. Konstituen

Rudyard Joseph Kipling secara leksikal berekuivalen dengan Kipling muda pada

kalimat kedua dan keempat serta Rudyard pada kalimat ketiga. Ketiga kata tersebut,

memiliki nilai kebenaran yang sama satu dengan yang lain sehingga saling

menggantikan.

4) Kesinambungan topik diciptakan dengan pelesapan

Pelesapan adalah kohesi gramatikal yang berupa pelesapan (zero) konstituen

yang telah disebut (Baryadi, 2002:24). Pelesapan menimbulkan konstituen zero (ø),

satu konstituen yang tidak terwujud secara formatif, tetapi maknanya dapat dipahami

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

35

karena zero berkoferensi dengan topik yang sudah disebut. Sementara Ramlan

(1993:24) yang dimaksud dengan pelesapan ialah adanya unsur kalimat yang tidak

dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya. Dari kedua pendapat di atas

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pelesapan adalah makna yang dinyatakan

tersurat atau konstituen zero yang terletak pada kalimat berikutnya. Kesinambungan

topik yang diciptakan dengan pelesapan akan tercipta makna yang tersurat. Tetapi

dengan makna yang tersurat itu akan menjadikan paragraf yang berkesinambungan

karena satu sama lain saling berkaitan. Pelesapan ini adalah pelesapan yang berbentuk

nomina.

Contoh)

(9) ROAST BEEF

Bahan:

i. 11/4 daging has dalam

ii. 1,4 kg lemak sapi yang dipotong kecil-kecil

iii. 250 gram mentega/margarin

Cara pembuatannya:

a. Daging dikeringkan dengan kertas, kemudian bungkus Ø dengan daun

papaya

b. Bubuhi Ø dengan garam agar bisa lunak

c. Diamkan Ø semalam di lemari es

d. Lelehkan lemak sapi dalam penggorengan, lalu masukkan daging ke

dalamnya

e. Jangan Ø dibolak balik dahulu, biarkan Ø sampai berwarna kecoklat-

coklatan

f. Setelah itu angkatlan Ø

Pada contoh paragraf (9) di atas kesinambungan topik diciptakan dengan

pelesapan. Pelesapan tersebut yaitu melesapkan kata daging pada kalimat (a) sampai

dengan kalimat (f). Contoh di atas yaitu melesapkan topik yang sudah disebut.

Pelesapan menimbulkan suatu konstituen zero (ø) yang tidak terwujud secara formatif,

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

36

tetapi maknanya dapat dipahami karena zero berkoferensi dengan topik yang sudah

disebut. Kata yang dilesapkan pada paragraf tersebut yaitu kata daging.

7. Kesinambungan Topik

Kesinambungan topik dapat diciptakan dengan pronomina, pengulangan kata,

ekuivalensi leksikal dan pelepasan. Di atas sudah dijelaskan bagaimana cara

menciptakan kesinambungan topik dengan pronomina, pengulangan kata, ekuivalensi

leksikal, dan pelesapan. Keempat cara tersebut untuk memperoleh suatu topik dalam

paragraf atau wacana yang berkesinambungan. Selain kesinambungan topik dapat

diciptakan dengan empat cara. Kesinambungan topik juga berkaitan dengan kohesi

dan koherensi. Tanpa kohesi dan koherensi wacana tersebut tidak berkesinambungan,

karena dalam wacana harus dibangun unsur kohesi dan koherensi sebagai aspek

keutuhan wacana. Kohesi dan koherensi merupakan penghubung bentuk dan makna

bagian-bagian wacana sehingga membentuk wacana yang utuh (Baryadi, 2002:39). Di

bawah ini adalah penjelasan dari kohesi dan koherensi.

8. Kohesi

Kohesi merupakan aspek formal dalam bahasa, maka dengan demikian kohesi

merupakan wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan

tuturan (Tarigan, 2010:93). Kohesi diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara

struktural membentuk ikatan sintaktikal. Anton M. Moeliono (dalam Mulyana,

2005:26) menyatakan bahwa wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-

kalimat yang kohesif. Konsep kohesif pada dasarnya mengacu pada hubungan bentuk.

Artinya, unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun

suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Untuk memperoleh wacana

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

37

yang baik dan utuh, maka kalimat-kalimatnya harus kohesif. Hanya dengan hubungan

kohesif suatu unsur dalam wacana dapat diinterpretasikan. Alwi, dkk. (2003: 427)

kohesi merupakan hubungan perkaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit

oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk

wacana. Dari ketiga pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan kohesi adalah kepaduan bentuk dalam sebuah kalimat-kalimat yang bersifat

kohesif, artinya kalimat-kalimat yang disusun mempunyai keterkaitan satu sama lain

sehingga membentuk suatu wacana yang padu.

Unsur-unsur kohesi wacana dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kohesi

gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi leksikal atau perpaduan leksikal adalah

hubungan leksikal antar bagian-bagian wacana untuk mendapatkan keserasian struktur

secara kohesif. Kohesi gramatikal merupakan keterkaitan antara bagian-bagian

wacana secara gramatikal. Unsur kohesi gramatikal terdiri dari reference (referensi),

substitution (subsitusi), ellipsis (elipsis), dan conjuction (konjungsi). Unsur kohesi

leksikal terdiri atas sinonim (persamaan), antonim (lawan kata), hiponim (hubungan

bagian atas isi), repetisi (pengulangan), kolokasi (sanding kata), dan ekuivalensi

(Mulyana, 2005:27-29).

a. Kohesi Gramatikal

Kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi yang melibatkan

penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa (Rani, 2004:97). Kohesi gramatikal digunakan

untuk menghubungkan ide antarkalimat satu dengan yang lainnya. Hubungan

gramatikal dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk bahasa yang digunakan. Baryadi

(2002:17-18) kohesi gramatikal adalah keterikatan antara bagian-bagian wacana

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

38

secara gramatikal. Dari kedua pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan kohesi gramatikal adalah bagian dari kohesi untuk memperoleh

suatu aspek keutuhan wacana atau keterkaitan secara gramatikal. Kohesi gramatikal

dibagi menjadi tiga. Ketiga kohesi gramatikal tersebut yaitu referensi (penunjukan/

pengacuan), subsitusi (penyulihan) dan, elipsis (pelesapan). Piranti kohesi gramatikal

digunakan untuk menghubungkan ide antarkalimat (Rani, 2004:97).

1) Referensi (penunjukan)

Referensi (penunjukan) merupakan bagian kohesi gramatikal yang berkaitan

dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau kelompok

kata atau satuan gramatikal lainnya (Ramlan dalam Mulyana, 2005:27). Referensi

merupakan perilaku pembicara atau penulis. Jadi yang menentukan referensi suatu

tuturan adalah pihak pembicara sendiri, sebab hanya pihak pembicara yang paling

mengetahui hal yang diujarkan dengan hal yang dirujuk oleh pengujarnya. Pendengar

atau pembaca hanya dapat menerka hal yang dimaksud oleh pembicara dalam

ujarannya itu. Terkaan itu hanya bersifat relatif, bisa benar, bisa pula salah (Hamid

Hasan Lubis, 1993:29). Baryadi (2002:18) berpendapat bahwa referensi merupakan

salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang menunjuk

satuan lingual yang mendahului atau mengikutinya. Dari kedua pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan referensi (penunjukan) adalah bagian dari

kohesi gramatikal sebagai penunjukan kelompok kata.

Dalam konteks wacana, penunjukan (referensi) terbagi atas dua jenis, yaitu

penunjukan eksoforik (di luar teks) dan penunjukan endoforik (di dalam teks).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

39

Referensi endoforik terbagi dalam dua pola, yaitu anafora dan katafora. Referensi

eksoforik adalah interpretasi terhadap kata yang terletak diluar teks yaitu pada konteks

situasi. Referensi ini membawa kita keluar teks, seperti, misalnya, tampak pada

bentuk demonstratif itu di dalam kalimat itu bukan saya. Referensi yang eksoforik

tidak berfungsi kohesif karena tidak memadukan dua elemen bersama-sama ke dalam

teks. Ia mengacu kepada lingkungan, konteks situasi, yang menjadi lokasi

berlangsungnya suatu percakapan. Sebagai pengacuan yang situasional, eksoforik

tidak sama arti dengan referensial. Satuan-satuan leksikal memiliki arti referensial jika

satuan satuan itu menamai sesuatu, entah objek, kelas objek, objek, proses, dan

sebagainya. Sebaliknya, sebuah satuan eksoforik tidak menamai sesuatu, ia Cuma

menandai bahwa pengacuan mesti dilakukan kepada konteks situasi (Kris Budiman,

1999:29).

Referensi endoforik yaitu interpretasi terletak di dalam teks itu sendiri.

Referensi ini merupakan referensi intratekstual yang mengacu kepada sesuatu yang

teridentifikasikan di dalam teks di sekelilingnya. Referensi endoforik termasuk

kategori umum untuk menamakan pengacuan ke dalam teks (Kris Budiman, 1999:32).

Referensi endoforik dibagi menjadi referensi endoforik anaforik dan referensi

endoforik katafora. Referensi endoforik anafora adalah hubungan antara bagian yang

satu dengan bagian lainnya dalam teks. Referensi endoforik katafora adalah mengacu

kepada anteseden yang akan disebutkan sesudahnya. Baik referensi yang bersifat

anafora maupun katafora menggunakan pronomina persona, pronomina demonstratif

atau penunjuk, dan pronomina (Rani dkk, 2004:99-100).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

40

a) Referensi persona (Kata Ganti)

Menurut Rani (2004: 100) referensi persona adalah diektis yang mengacu pada

orang secara berganti-ganti. Kata ganti meliputi kata ganti diri I tunggal (saya, aku),

kata ganti diri I jamak (kami, kita), kata ganti diri II tunggal (kamu, engkau, anda),

kata ganti diri II jamak (kalian, kamu sekalian), kata ganti diri III tunggal (dia, ia,

beliau), kata ganti diri III jamak (mereka). Disisi lain Alwi (2003:249) pronomina

persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang. Pronomina

persona dapat mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama), mengacu pada

orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua), atau mengacu pada orang yang

dibicarakan (pronomina persona ketiga). Di antara pronomina itu, ada yang mengacu

pada jumlah satu atau lebih dari satu. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa referensi persona adalah kata ganti yang menunjuk pada kata ganti pertama,

kata ganti orang kedua, kata ganti orang ketiga. Contoh:

(10) Saya melihat bebek-bebek parjan berada di parit yang menuju ke

sawah. Mereka berebutan ikan-ikan kecil dan cacing. Saya sangat

senang melihat pemandangan itu (Esti, 2004: 4).

Contoh paragraf (10) di atas terdapat frasa bebek –bebek parjan. Paragraf di

atas menyatakan jumlah nomina lebih dari satu. Frasa bebek-bebek parjan digantikan

menjadi kata mereka pada kalimat kedua. Dari contoh paragraf hubungan keduanya

saling menggantikan tanpa menyulitkan hubungan antarkalimat. Hubungan itu

diciptakan untuk memperoleh makna yang lain tapi acuannya tetap sama.

b) Referensi Demonstratif

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

41

Rani (2004:102) referensi demonstratif merupakan kata deiktis yang dipakai

untuk menunjuk (menggantikan) nomina. Lycos (dalam Rani, 2004:102) menjelaskan

bahwa pronomina demonstratif, seperti juga dalam pronomina persona terdapat

komponen ketertentuan, yaitu yang ini dan yang itu. Selain itu, dalam pronomina

demonstratif tedapat juga komponen berjarak dan tidak berjarak dalam hal

demonstratif, baik menuju sesuatu yang dekat maupun yang jauh. Mulyana (2005:18)

bahwa referensi demonstratif ialah kata ganti penunjuk: ini, itu, di sana, di situ. Dari

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa referensi demonstratif adalah kata ganti

yang digunakan sebagai penunjukan. Referensi demonstratif dibedakan menjadi dua,

yaitu pengacuan demonstratif tempat dan pengacuan demonstratif waktu. Referensi

demonstratif yang menyatakn tempat yaitu ini, itu, di sana, di sini, dan ke sana.

Referensi demonstratif yang menyakatan waktu yaitu, setiap dan saat. Contoh:

(11) Jauh di seberang sana, saya lihat pegunungan dari timur ke barat. Benar-

benar amat menyenangkan bila saya berada di sawah mengantar

makanan dan minuman para pekerja (Esti, 2003).

Contoh paragraf (11) di atas penggunaan kohesi gramatikal referensi

demonstratif dengan kata sana. Kata sana pada kalimat di atas mengacu pada tempat

yang jauh dari pembicara. Dengan kata lain Esti berada di sawah yang jauh dari

pegunungan Serayu ketika menuturkan kalimat itu. Kata sana yang terdapat pada

kalimat pertama, dan kata di sawah yang terdapat pada kalimat kedua. Kedua kata

tersebut merupakan pengganti untuk menunjukan tempat.

c) Referensi Komparatif

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

42

Referensi komparatif ialah deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya.

Kata yang termasuk katagori referensi demonstratif antara lain: sama, persis, identik,

serupa, segitu, selain, berbeda, dan sebagainya (Rani, 2004:104). Disisi lain Mulyana

(2005:18) referensi komparatif merupakan penggunaan kata yang bernuansa

perbandingan. Sumarlam (2003:27) referensi komparatif (perbandingan) adalah salah

satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang

mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak,

perilaku, dan sebagainya. Kata-kata yang biasa digunakan untuk membandingkan

misalnya seperti, bagai, bagaikan, laksana, sama dengan, tidak berbeda dengan,

persis seperti, dan persis sama dengan. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan

yang dimaksud dengan referensi komparatif adalah bagian dari kohesi gramatikal

yang digunakan untuk menunjukan perbandingan. Contoh:

(12) Ibu bangun pagi-pagi sekali. Setelah melakukan shalat subuh, ibu segera

memasukan tempe yang telah jadi ke dalam karung plastic untuk dibawa ke

pasar. Tidak berbeda dengan ibu yang bekerja sangat keras, saya

menyiapkan makan pagi setelah sembayang. Aku telah terbiasa

melakukannya sejak aku kelas lima (Priatin, 2003: 1).

Contoh paragraf (12) di atas terdapat pengacuan komparatif. Pengacuan

komparatif ialah deiktis yang menjadi bandingan bagi antesedennya. Pengacuan

komparatif tersebut terletak pada frasa tidak berbeda dengan pada kalimat kedua.

Kata tidak berbeda dengan pada paragraf tersebut membandingkaan antara aktivitas

Sang Ibu dengan Puji Priatin yang harus bekerja keras. Frasa tersebut merupakan frasa

yang digunakan untuk membandingkan isi paragraf tersebut.

2) Subsitusi (penggantian)

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

43

Subsitusi adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur lain yang

acuannya tetap sama, dalam hubungan antar bentuk lain yang lebih besar dari pada

kata, seperti frase atau klausa Halliday, Hasan dan Quirk (dalam Rani, 2004:105).

Subsitusi merupakan hubungan leksikogramatikal, yakni hubungan tersebut ada pada

level tata bahasa dan kosakata; dengan alat penyulihnya berupa kata, frase, atau kalusa

yang maknanya berbeda dari unsur subsitusinya. Secara umum, pengganntian itu

dapat berupa kata ganti orang, tempat dan sesuatu hal. Kridalaksana (dalam Tarigan,

2009:96) yang dimaksud dengan subsitusi yaitu proses atau hasil penggantian unsur

bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur

pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. Disisi lain, subsitusi

(penyulihan) ialah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian

kata/frasa tertentu (yang telah disebut) dengan kata/frasa lain dalam paragraf untuk

memperoleh unsur pembeda (Tugiati, 2004:46). Dari ketiga pendapat di atas peneliti

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan subsitusi adalah penggantian unsur lain

untuk memperoleh unsur pembeda tetapi acuannya tetap sama.

Di bawah ini contoh dari subsitusi:

(13) Setelah empat lima kali mendatangi desa, akhirnya dr. Rien merasa

diterima oleh masyarakat setempat. Ia pun mulai berani sedikit-sedikit

berbicara tentang kesehatan, kebersihan, dan keluarga berencana.

Contoh paragraf (13) di atas kalimat-kalimat dibangun berdasarkan unsur gramatikal

substusi. Subsitusi merupakan penggantian unsur lain yang maknanya lebih besar

untuk memperoleh unsur pembeda. Subsitusi di atas adalah kata ia, dan kalimat

pertama terdapat kata dr. Rien yang disubsitusikan menjadi ia. kata ia pada kalimat

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

44

(13) berfungsi sebagi penanda hubungan penggantian, menggantikan dr. Rudi yang

tercantum pada kalimat (2). Walaupun penggunaan subsitusi di atas menggunakan

kata dan frasa tetapi keduanya saling berkesinambungan tanpa menyulitkan bacaan

paragraf tersebut.

3) Elipsis (pelesapan)

Elipsis adalah adanya unsur kalimat yang tidak dinyatakan secara tersurat pada

kalimat berikutnya. Sekalipun tidak dinyatakan secara tersurat, kehadiran unsur

kalimat itu dapat diperkirakan (Ramlan, 1993:24). Chaer (2007:270) Elipsis yaitu

penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain. Dengan

elipsis, karena tidak diulangnya bagian yang sama, maka wacana itu tampak menjadi

lebih efektif, dan penghilangan itu sendiri menjadi alat penghubung atau kalimat di

dalam wacana itu. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu

unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuan

pemakaian elipsis ini, salah satunya yang terpenting, ialah untuk mendapatkan

kepraktisan bahasa, yaitu agar bahasa yang digunakan menjadi lebih singkat, padat

dan mudah dimengerti dengan cepat (Mulyana, 2005:28). Dari kedua pendapat di atas

maka peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan ellipsis yaitu pelesapan

atau penghilangan dengan sengaja pada kalimat dengan kalimat berikutnya agar

bahasa yang digunakan menjadi lebih singkat sehingga struktur gramatikal atau

kalimatnya memenuhi pola yang berlaku.

Di bawah ini contoh dari elipsis:

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 37: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

45

(14) Teman saya yang duduk di pojok itu namanya Ali; dia berasal dari

Yogyakarta. ø Yang duduk di ujung sana itu namanya Ahmad; dia berasal

dari berasal dari Jakarta. Ø Teman saya yang duduk di sebelah gadis

berbaju merah itu namanya Nurdin; dia berasal dari Medan.

Contoh paragraf (14) di atas kalimat-kalimatnya dibangun berdasarkan unsur

gramatikal pelesapan (elipsis). Elipsis merupakan penghilangan bagian kalimat yang

sama yang terdapat kalimat yang lain. Kalimat (a) dilesapkan pada kalimat (b) dan

kalimat (c). Pelesapan tersebut yaitu frasa teman saya. Dengan demikian kalimat

tersebut berbunyi teman saya yang duduk di pojok itu namanya Ali; dia berasal dari

Yogyakarta. Teman saya yang duduk di ujung sana itu namanya Ahmad; dia

berasal dari Jakarta. Temna saya yang duduk di sebelah gadis berbaju merah itu

namanya Burdin.

b. Kohesi Leksikal

Secara umum kohesi leksikal berupa kata atau frasa bebas yang mampu

mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau mengikuti.

Kohesi leksikal merupakan hubungan leksikal antara bagian-bagian wacana untuk

mendapatkan keserasian struktur secara kohesif (Mulyana, 2005:29). Kata-kata yang

memiliki hubungan leksikal itu merupakan hubungan penanda hubungan leksikal.

Tujuan digunakan aspek leksikal itu diantaranya ialah untuk mendapatkan efek

intensitas makna bahasa, kejelasan informasi, dan keindahan bahasa lainnya. Disisi

lain (Ramlan, 1993:30) hubungan leksikal adalah hubungan yang disebabkan oleh

adanya kata-kata yang secara leksikal memiliki pertalian. Dari kedua pendapat di atas

peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kohesi leksikal adalah bagian

dari kohesi sebagai penanda hubungan yang memiliki pertalian dan keserasian dalam

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 38: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

46

wacana. Unsur kohesi leksikal terdiri dari: sinonim, antonim, hiponim, repetisi,

kolokasi, dan ekuivalensi.

1) Sinonim (padan kata)

Sinonim (Ramlan, 1993:36) merupakan satuan bahasa, khususnya kata atau

frase, yang bentuknya berbeda tetapi maknanya sama atau mirip. Pendapat lain juga

dikemukakan oleh Baryadi (2002:27) sinonim adalah kohesi leksikal yang berupa

relasi makna leksikal yang mirip antara konstituen yang satu dengan konstituen yang

lain. Sinonim merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan

wacana. Sinonim juga berfungsi menjalin hubungan makna yang sepadan antara

satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana. Dari pendapat di atas

terbukti bahwa sinonim merupakan salah satu kohesi leksikal yang mempunyai

kesamaan makna agar mendukung kepaduan dalam wacana. Sinonim dapat dibedakan

menjadi lima macam, yaitu sinonim morfem (bebas) dengan morfem (terikat), sinonim

kata dengan kata, sinonim kata dengan frasa atau sebaliknya, sinonim frasa dengan

frasa, sinonim klausa kalimat dengan klausa/kalimat (Baryadi, 2003: 38).

a) Sinonim Morfem (bebas) dengan Morfem (terikat)

Morfem adalah bentuk yang sama, yang terdapat berulang-ulang dalam satuan

bentuk yang lain (Chaer, 2007:1479). Yang dimaksud dengan morfem bebas adalah

morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan (Chaer,

2007:151). Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan

bagus adalah termasuk morfem bebas. Sebaliknya yang dimaksud dengan morfem

terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 39: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

47

muncul dalam pertuturan. Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang

harus dikemukakan, salah satunya yaitu klitika. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat

yang kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat

dipisahkan. Klitika -ku dalam konstruksi bukuku bisa dipisah menjadi buku baruku.

Menurut posisinya, klitika biasanya dibedakan atas proklitika dan enklitika. Yang

dimaksud dengan proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti,

seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enklitika adalah

klitika yang berposisi di belakang kata yang dilekati, seperti -lah, -nya, dan -ku pada

konstruksi dialah, duduknya, dan nasibku (Chaer, 2007:151-153)

Contoh:

(15) Sudah tiga hari kamu tidak masuk sekolah. Padahal tidak memberi tahu

kepada bapak dan ibu gurumu. Mengapa akhir-akhir ini kamu sering

membols? (Sogono, 2001: 3).

Pada contoh pararaf (15) di atas terdapat sinonim morfem bebas dan morfem

terikat. Morfem bebas pada paragraf diatas terdapat pada kalimat pertama pada kata

kamu. Morfem terikat pada paragraf di atas terdapat pada kalimat kedua pada kata

mu. Jadi morfem bebas kamu bersinonim dengan morfem terikat mu. Sinonim

tersebut mendapat bentuk klitika.

b) Sinonim Kata dengan Kata

Kata yaitu satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah

deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer,

2007:162). Relasi sinonim bersifat dua arah karena ujaran A bersinonim dengan

ujaran B, maka satuan ujaran B itu bersinonim dengan satuan ujaran A. Secara

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 40: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

48

konkret kata betul bersinonim dengan kata benar, kama kata benar itu pun bersinonim

dengan kata betul. Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama

persis sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor. pertama, faktor tempat

atau wilayah. Misalnya, kata saya dan beta adalah dua buah kata yang bersinonim.

Namun, kata saya dapat digunakan di mana saja, sedangkan kata beta hanya cocok

untuk wilayah Indonesia bagian timur, atau dalam konteks masyarakat yang berasal

dari Indonesia bagian timur. Kedua, faktor sosial. Umpamanya, kata saya dan aku

adalah dua buah kata yang bersinonim. Tetapi, kata saya dapat digunakan oleh siapa

saja dna kepada siapa saja; sedangkan kata aku hanya dapat digunakan terhadap orang

yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah

kedudukan sosialnya. Ketiga, faktor keformalan. Misalnya kata uang dan duit adalah

dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam

formal dan tak formal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tak formal

(Chaer, 2007:297-298).

Contoh:

(16) (a) Aku sangat suka belajar dengan Karlina. (b) Dia siswa yang pandai di

kelasku. (c) Dia pintar mengerjakan soal matematika. (d) Dia sering

membantu aku mengerjakan PR matematika (Sukarsih, 2003: 5).

Pada contoh paragraf (16) di atas terdapas sinonim kata dengan kata. Kalimat

(b) kata pandai bersinonim dengan kata pintar pada kalimat (c). Kedua kata tersebut

mempunyai hubungan sinonim kata dengan kata. Sinonim kata dengan kata tersebut

terdapat pada antar kalimat. Contoh paragraf di atas mempunyai hubungan yang

berkesinambungan secara leksikal.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 41: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

49

c) Sinonim Kata dengan Frasa atau Sebaliknya

Kata yaitu satuan bahasa yang memiliki satu pengertia; atau kata adalah

deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti (Chaer,

2007:162). Sinonim kata dengan frasa yang terjadi antarkalimat akan membentuk

kepaduan wacana yang didukung oleh aspek leksikal. Misalnya terdapat frasa hujan

dan badai pada kalimat pertama dengan kata musibah pada kalimat berikutnya. Selain

itu, kepaduannya juga didukung adanya pemakaian kata musibah itu dengan realisasi

peristiwa yang digambarkan secara rinci melalui ungkapan yang terdapat pada

paragraf tersebut. Dalam sejarah studi linguistik istilah frase banyak digunakan

dengan pengertian yang berbeda-beda. Tetapi frase itu pasti terdiri lebih dari sebuah

kata. Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat

nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi

sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2007:222).

Contoh:

(17) Hari minggu itu, orang-orang bekerja Bakti memperbaiki saluran air

yang menuju ke sawah. Telah banyak rerumputan yang tumbuh di parit

itu, ini mengganggu jalannya air (Mariah, 2003:2).

Pada contoh paragraf (17) di atas terdapat sinonim kata dan frasa yang terjadi pada

kalimat-kalimat di atas. Walaupun kata dan frasa mempunyai makna tersendiri tetapi

keduanya memiliki hubungan sinonim. Sinonim kata dengan frasa yang terjadi

antarkalimat akan membentuk kepaduan wacana yang didukung oleh aspek leksikal.

Frasa saluran air pada kalimat pertama bersinonim dengan kata parit pada kalimat ke

dua. Frasa saluran air terdapat pada kalimat pertama dan air terdapat pada kalimat

kedua.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 42: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

50

d) Sioninim Frasa dengan Frasa

Frase adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat

nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi

sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2007:222). Aspek leksikal sinonim frasa dengan

frasa berperan dalam aspek keutuhan wacana. Sinonim frasa dengan frasa yang terjadi

antarkalimat akan membentuk kepaduan wacana yang didukung oleh aspek leksikal.

Kepaduannya didukung olek aspek leksikal sinonim misalnya dalam terdapat frasa

pandai bergaul pada kalimat pertama dengan frasa beradaptasi dengan baik pada

kalimat ketiga. Kedua ungkapan itu mempunyai makna yang sepadan.

Contoh:

(18) Pak Martaji belajar membuat besek sejak masih anak-anak. Pekerjaan

mengayam itu juga dia ajarkan kepada Karim, anaknya. Karena Karim

pandai, dia bisa membuat anyaman lain yang lebih mahal kalau dijual

(Wasis, 2003:2).

Pada contoh paragraf (18) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal

sinonimi. Sinonim tersebut terdapat pada frasa membuat besek pada kalimat pertama

dengan frasa pekerjaan menganyam pada kalimat kedua. Kalimat pertama dan kedua

mempunyai hubungan sinonim. Sinonim merupakan kata atau frasa yang bentuknya

berbeda tetapi maknanya sama atau mirip. Sinonim tersebut merupakan sinonim frasa

dengan frasa yang terjadi dalam paragraf.

e) Sinonim Klausal Kalimat dengan Klausal/Kalimat

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 43: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

51

Kalimat merupakan susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang

lengkap (Chaer, 2007:240). Yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar atau

intonasi final. Konstituen dasar itu biasanya berupa klausal. Jadi, pada sebuah klausal

diberi intonasi final, maka akan terbentuklah kalimat itu. Kalusal adalah satuan

sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam

konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat;

dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan (Chaer,

2007:231). Sinonim klausal kalimat dengan klausal/kalimat yang terjadi antarkalimat

akan membentuk kepaduan wacana yang didukung oleh aspek leksikal. Dari kepaduan

wacana secara leksikal tersebut akan menjadikan paragraf lebih efisien.

Contoh:

(19) Bapak dan Ibuku berjualan di pasar desa. Bapakku menjual alat-alat

rumah tangga. Ibuku menjual tempe yang dibuatnya. Mereka berdagang

di tempat itu sejak aku belum lahir (Priatin, 2003: 6).

Pada contoh paragraf (19) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal sinonim.

Sinonim pada paragraf di atas menunjukan ketidaksengajaan Priatin menulis

paragrafnya dengan menggunakan hubungan sinonim klausa. Kalusal merupakan

satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata . Hal tersebut terdapat pada kalimat

pertama dengan berjualan di pasar desa dan pada kalimat terakhir dengan berdagang

di tempat itu. Penggunaan sinonim klausal kalimat tersebut untuk mempertahankan

hubungan sinonim klausal kalimat dalam paragraf.

2) Antonim (lawan kata)

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 44: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

52

Kata antonim berasal dari kata yunani kuno, yaitu onoma yang artinya „nama‟

dan anti yang berarti melawan. Secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda

yang lain. Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain;

atau satuan lingual yang maknanya berlawanan/beroposisi dengan satuan lingual yang

lain. Antonim disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi makna mencakup

konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya kontras makna saja.

Oposisi makna atau antonim juga merupakan salah satu aspek leksikal yang mampu

mendukung kepaduan makna wacana secara semantis. Baryadi (2002:28) antonim

adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal yang bersifat kontras atau

berlawanan antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain. Disisi lain

Verhar (dalam Chaer, 2013:88) mendefinisikan antonim sebagai ungkapan (biasanya

berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dapat

dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Dari kedua pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa antonim adalah bagian dari kohesi leksikal yang maknanya

berlawanan. Oposis dalam penelitian ini meliputi oposisi mutlak, oposisi hubungan,

dan opisisi kutub.

Di bawah ini contoh dari antonim:

(20) Bapak dan Ibu Guru SD 3 Karangsalam sedang mengikuti rapat di

kantor. Anak-anak semuanya dibubarkan (Karlina, 2003: 20).

Pada contoh paragraf (20) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal

antonim. Antonim merupakan relasi makna yang bersifat kontras antara konstituen

satu dengan konstituen yang lain. kata bapak berantonim dengan ibu. Kata bapak

dan ibu tersebut berada dalam satu kalimat. Antonim pada pragraf tersebut tergolong

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 45: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

53

oposisi hubungan. Oposisi hubungan adalah opisisi makna yang bersifat saling

melengkapi.

3) Hiponim (hubungan bagian atau isi)

Baryadi (2002:26) hiponim adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna

leksikal yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang

lain. Relasi makna tersebut terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki

makna umum dengan konstituen yang memiliki makna khusus. Konstituen yang

bermakna umum disebut superordinat dan konstituen yang bermakna khusus disebut

hiponim. Disisi lain menurut Ramlan (1993:37) hiponim sama dengan sinonim,

sebenarnya juga merupakan pengulangan, hanya dalam hiponim unsur pengulangan

mempunyai makna yang mencakupi makna unsur terulang, atau sebaliknya makna

unsur terulang mencakup makna unsur pengulang. Unsur hiponim yang mencakupi

makna unsur yang lain disebut superordinate, dan unsur yang lain disebut subordinat.

Hiponim adalah satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) maknanya dianggap merupakan

bagian dari makna yang lain (Tugiati, 2004:53). Dari ketiga pendapat di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hiponim adalah pengulangan yang

mencakupi makna unsur terulang yang dianggap merupakan bagian dari makna yang

lain.

Di bawah ini contoh dari hiponim:

(21) Setelah ibu dan aku menyalami nenek. Kami duduk-duduk di depan

rumah nenek. Aku sangat senang berada di depan rumah nenek sebab

banyak jenis bunga yang ditanam di halaman rumah. Ada mawar,

melati, kenikir, dan kenanga (Kodrat, 2003: 2).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 46: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

54

Pada contoh paragraf (21) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal

hiponim. Dalam aspek hiponim ada yang menjadi hipernim atau superordinatnya.

Hiponim merupakan bagian dari makna yang lain. Kalimat-kalimat di atas yang

merupakan hipernim atau superordinatnya adalah bunga. Sementara itu mawar,

melati, kenikir, dan kenanga adalah hiponimnya.

4) Repetisi (pengulangan)

Repetisi atau pengulangan di sini bukanlah proses reduplikasi yang merupakan

salah satu proses morfologis, misalnya rumah menjad rumah-rumah dan berjalan

menjadi berjalan-jalan, melainkan pengulangan sebagai penanda hubungan antar

kalimat. Repetisi adalah kohesi leksikal yang berupa pengulangan konstituen yang

telah disebut (Baryadi, 2002:25). Pendapat lain juga dikemukakan oleh Sumarlam

(2004:34) repetisi merupakan pengulangan satual lingual (bunyi, suku kata, atau

bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks

yang sesuai. Repetisi juga disebut sebagai pengulangan satuan lingual yang dianggap

penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Dari kedua

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan repetisi adalah

pengulangan kata atau frasa dengan bentuk yang sama yang terdapat pada antar

kalimat. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau

kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi

anafora, repetisi episfora, repetisi simploke, repetisi simploke, repetisi epanalepsis

(Sumarlam, 2003:34).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 47: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

55

a) Repetisi Epizeuksis

Repetisi epizeuksis adalah pengulangan satuan lingual (kata) yang

dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut (Sumarlam, 2003:34). Pengulangan

ini digunakan untuk menyatakan kata atau frasa yang diulang pada kalimat secara

berturut-turut. Tujuan pemakaian repetisi epizeuksis yaitu untuk mengulang kata atau

frasa dalam paragraf. Pengulangan epizeuksis juga merupakan pengulangan yang

sering digunakan dalam setiap kalimat-kalimat. Di dalam isi paragraf juga mempunyai

kata atau frasa yang dianggap penting sehingga mengalami pengulangan epizeuksis.

Contoh:

(22) Nenek sangat memanjakan adikku. Apapun diperbolehkan bila yang

meminta adikku. Adikku boleh banyak memakan gula kelapa, boleh

bermain di parit, boleh meminta jajan, boleh tidak mandi, boleh tidak

sembahyang. Nenek bilang aku tidak boleh seperti adik, karena aku

sudah besar (Soiman, 2003:2).

Pada contoh paragraf (22) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal repetisi.

Kohesi leksikal repetisi dalam paragraf ini yaitu repetisi epizeuksis. Repetisi

epizeuksis terjadi bila dalam paragraf tersebut terdapat kata yang dianggap penting

dan diulang secara berturut-turut. Terlihat pada kata boleh diulang secara berturut-

turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu dalam

paragraf yang ditulis Soiman tersebut. Penggunaan pengulangan epizeuksis di atas

menjadikan paragraf lebih padu.

b) Repetisi Tautotes

Repetisi tautotes adalah pengulangan satuan lingual (sebuah kata/frasa)

beberapa kali dalam sebuah kontruksi (Sumarlam, 2004:35). Pengulangan ini

digunakan untuk menyatakan kata atau frasa beberapa kali dalam sebuah kontruksi.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 48: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

56

Tujuan pemakaian repetisi tautotes yaitu untuk mengulang beberapa kata atau frasa

dalam paragraf. Pengulangan tautotes juga merupakan pengulangan yang sering

dilibatkan dalam paragraf. Di dalam isi paragraf juga mempunyai kata atau frasa yang

sebagai pengulangan. Contoh:

(23) Pak Martaji seorang pengrajin bamboo. Membuat besek adalah pekerjaan

setiap hari, dia juga mahir membuat kepang dan membuat tampah. Besek-

beseknya dijual di Sokaraja untuk bungkus gethuk goreng (Wasis,

2003:1).

Pada contoh paragraf (23) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal repetisi.

Kohesi leksikal repetisi dalam paragraf ini yaitu repetisi tutotes. Repetisi tautotes

terjadi bila dalam paragraf tersebut terdapat kata yang diulang beberapa kali dalam

sebuah kontruksi. Terlihat pada kata membuat yang diulang beberapa kali dalam

kontruksi yang ditulis wasis. Penggunaan pengulangan tautotes di atas menjadikan

paragraf lebih efisien.

c) Repetisi Anafora

Repetisi anafora adalah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa

pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya (Sumarlam, 2003:35). Pengulangan

ini digunakan untuk menyatakan kata atau frasa yang pengulangannya pada awal

kalimat dilanjutkan pada kalimat berikutnya yang terletak pada awal kalimat. Tujuan

pemakaian repetisi anafora yaitu untuk mengulang kata frasa dalam paragraf.

Pengulangan tautotes juga merupakan pengulangan yang digunakan dalam kalimat-

kalimat. Di dalam paragraf juga mempunyai kata atau frasa yang pengulangannya

terletak diawal kalimat. Contoh:

(24) Berkali-kali jala dilemparkan ke air sungai. Berkali-kali pula jala hanya

menangkap ranting dan daun bamboo. Rupanya tadi sing ada orang

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 49: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

57

menebang bamboo, kemudian ranting dan daunnya di buang di sungai

(Kodrat, 2003: 4).

Pada contoh paragraf (24) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal repetisi.

Kohesi leksikal repetisi dalam paragraf ini yaitu repetisi anafora. Repetisi anafora

terjadi bila dalam paragraf tersebut terdapat kata yang pengulangannya diawal kalimat

pada kalimat berikutnya. Terlihat pada frasa berkali-kali pada kalimat pertama

diulang pada kalimat kedua dalam paragraf yang ditulis kodrat. Penggunaan

pengulangan anafora di atas menjadikan paragraf tersebut lebih efisien.

d) Repetisi epistrofa

Repetisi episfora adalah pengulangan satuan lingual kata/frasa pada akhir baris

atau akhir kalimat secara berturut-turut (Sumarlam, 2003:35). Pengulangan ini

digunakan untuk menyatakan kata atau frasa yang diulang pada akhir kalimat. Tujuan

pemakaian pengulangan epistrofa yaitu untuk mengulanga kata atau frasa dalam

paragraf. Pengulangan epistrofa juga merupakan pengulangan yang sering digunakan

dalam setiap kalimat-kalimat. Di dalam isi paragraf juga mempunyai kata atau frasa

yang diulang pada akhir kalimat sehingga mengalami pengulangan epistrofa.

Dibawah ini contoh dari repetisi episfora:

(25) (a) Musim panen sekarang sangat menyenangkan. (b) Bapakku di sawah.

(c)Ibuku di sawah. (d) Kakaku di sawah. (e) Semuanya bekerja

memanen dan mengusung padi ke rumah (Karlina, 2003: 3)

Pada contoh paragraf di atas (25) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal

repetisi. Kohesi leksikal repetisi dalam paragraf ini yaitu repetisi epistrofa. Repetisi

epistrofa terjadi bila dalam paragraf tersebut mengalami pengulangan yang terletak

pada akhir kalimat. Terlihat pada kata sawah diulang secara berturut-turut pada

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 50: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

58

kalimat kedua ketiga dan keempat. Penggunaan pengulangan epistrofa di atas

menjadikan paragraf tersebut lebih padu.

e) Repetisi simploke

Repetisi simploke adalah pengulangan satuan lingual kata/frasa pada awal dan

akhir beberapa kalimat berturut-turut (Sumarlam, 2003:36). Pengulangan ini

digunakan untuk menyatakan kata atau frasa yang diulang pada awal kalimat dan

akhir kalimat. Tujuan pemakaian repetisi simploke yaitu untuk mengulang kata atau

frasa yang terdapat dalam paragraf. Pengulangan simploke juga merupakan

pengulangan yang sering digunakan dalam setiap kalimat-kalimat. Di dalam isi

paragraf juga mempunyai kata atau frasa yang merupakan pengulangan simploke.

Contoh:

(26) Di sungai keluarga kami mandi. Di sungai keluarga jasman, tetanggaku

mandi. Di sungai orang-orang di desaku mandi (Kodrat, 2003 : 2)

Pada paragraf (36) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal repetisi. Kohesi

leksikal repetisi dalam paragarf ini yaitu repetisi simploke. Repetisi simploke terjadi

bila dalam paragraf tersebut kata yang mengalami pengulangan pada awal kalimat dan

akhir kalimat. Terlihat pada frasa di sungai dan diakhiri dengan kata mandi.

Penggunaan pengulangan simploke di atas menjadikan paragraf tersebut menjadi lebih

padu.

f) Repetisi Mesodiplosis

Repetisi mesodiplosis adalah pengulangan satuan lingual kata/frasa ditengah-

tengah baris atau kalimat secara berturut-turut (Sumarlam, 2004:36). Pengulangan ini

digunakan untuk menyatakan pengulangan pada tengah-tengah kalimat secara

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 51: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

59

berturut-turut. Tujuan pemakaian repetisi mesodiplosis sebagai pengulangan kata atau

frasa yag terdapat dalam paragraf. Pengulangan simploke juga merupakan

pengulangan yang sering digunakan dalam setiap kalimat-kalimat. Di dalam isi

paragraf juga mempunyai kata atau frasa yang pengulangannya terletak pada tengah

kalimat sehingga mengalami pengulangan mesodiplosis. Contoh:

(27) Bibi Sarti berjualan makanan kecil di pasar. Dia membuat makanan itu

sendiri. Dia bisa membuat meniran. Dia bisa membuat kue kukus. Dia

juga bisa membuat serabi (Priatin, 2003: 3).

Pada contoh paragraf (27) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal repetisi.

Kohesi leksikal repetisi dalam paragraf di atas yaitu repetisi mesodiplosis. Repetisi

mesodiplosis terjadi bila dalam paragraf t terdapat kata atau frasa yang diulang

ditengah-tengah kalimat. Terlihat pada frasa bisa membuat yang diulang pada tengah-

tengah kalimat dalam paragraf yang ditulis Priatin. Penggunaan pengulangan

mesodiplosis di atas menjadikan paragraf tersebut lebih padu.

g) Repetisi epanalepsis

Repetisi epanalepsis adalah pengulangan satuan lingual kata atau frasa pada

awal kalimat yang di ulang pada akhir kalimat yang bersangkutan (Sumarlam,

2003:37). Pengulangan ini digunakan untuk menyatakan kata atau frasa yang diulang

pada awal dan akhir kalimat dalam satu kalimat. Tujuan pemakaian repetisi

epanalepsis yaitu untuk mengulang kata atau frasa dalam paragraf. Pengulangan

epanalepsis juga merupakan pengulangan yang sering digunakan dalam setiap

kalimat-kalimat. Di dalam isi paragraf juga mempunyai kata atau frasa yang diulang

pada kalimat yang bersangkutan sehingga mengalami pengulangan epanalepsis.

Dibawah ini contoh dari repetisi epanalepsis:

(28) Ibuku sangat terampil membuat tempe, kalau salah membuat tempe

tentu bukan ibuku. Aku ingin juga seperti ibuku kelak. Aku bisa

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 52: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

60

menjual banyak tempe bila dijual di kota, bukan seperti ibuku yang

hanya menjual di pasar desa (Priatin, 2003: 2).

Pada paragraf (28) di atas kepaduaannya didukung oleh kohesi leksikal repetisi.

Kohesi leksikal repetisi dalam paragraf ini yaitu repetisi epanalepsis. Repetisi

epanalepsis terjadi bila dalam paragraf tersebut terdapat kata yang diulang pada awal

dna akhir kalimat yang bersangkutan. Terlihat pada kata ibuku di awal dan di akhir

kalimat tersebut. Penggunaan pengulangan epanalepsis di atas menjadikan paragraf

tersebut lebih efisien dan padu.

h) Repetisi Anadiplosis

Repetisi anadiplosis adalah pengulangan kata/frasa terakhir dari kalimat

menjadi kata/frasa pertama pada kalimat berikutnya (Sumarlam, 2003:37).

Pengulangan ini digunakan untuk menyatakan kata yang terletak pada akhir kalimat

menjadi pengulangan pertama pada kalimat berikutnya. Tujuan pemakaian repetisi

anadiplosis yaitu untuk mengulanga kata atau frasa dalam paragraf. Pengulangan

anadiplosis juga merupakan pengulangan yang sering digunakan dalam setiap kalimat-

kalimat. Di dalam isi paragraf juga mempunyai kata atau frasa yang diulang dari akhir

kalimat menjadi awal kalimat sehingga mengalami pengulangan anadiplosis.

(29) Pak Martaji, sekeluarga membuat besek. Membuat besek itulah yang

menjadi sumber penghasilan mereka (Wasis, 2003: 3).

Pada contoh paragraf (29) di atas kepaduannya didukung oleh kohesi leksikal

repetisi. Kohesi leksikal repetisi dalam paragarf ini yaitu repetisi anadiplosis. Repetisi

anadiplosis terjadi bila dalam paragraf tersebut terdapat kata yang mengalami

pengulangan pada akhir kalimat menjadi awal kalimat pada kalimat berikutnya.

Terlihat pada kalimat pertama frasa membuat besek berada diakhir kalimat dan

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 53: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

61

diulang diawal kalimat kedua. Penggunaan pengulangan anadiplosis di atas

menjadikan paragraf tersebut lebih padu.

5) Kolokasi (sanding kata)

Kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang berdekatan

antara konstituen yang satu dengan konstituen yang lain (Baryadi, 2002:28). Kolokasi

atau pendamping ini kemudian membentuk suatu makna tertentu. Kolokasi merupakan

pertalian kata yang satu sama lainnya saling mengharapkan kemunculannya.

Kemunculan kata atau frasa akan membentuk kombinasi yang menghasilkan makna

baru. Disisi lain (Sumarlam, 2003:43) bahwa kolokasi atau sanding kata merupakan

asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara

berdampingan. Kedua pendapat di atas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan

kolokasi ialah penggunaan kata atau farasa yang digunakan secara berdampingan.

Dibawah ini contoh dari kolokasi:

(30) Agar batu bata yang saya cetak baik hasilnya. Saya mencontoh cara Ayah. Pertama membuang batu atau kerikil dari tanah bahan batu bata. Setelah bersih dari batu, tanah dicampur dengan air dan diinjak-injak sampai halus. Setelah betul-betul campur ditinggal istirahat. Setelah istirahat campuran dicetak (Saunan, 2003: 4).

Pada contoh paragraf (30) di atas kepaduannya didukung aspek leksikal kolokasi.

Kolokasi yang disebut sebagai sanding memiliki peranan kepaduan wacana. Kolokasi

di atas ditandai dengan hadirnya kata atau frasa yang ada dalam satu paragraf.

Kolokasi tersebut yaitu dalam jaringan pembuatan batu bata, seperti batu bata, cetak

batu, kerikil, tanah, dan air. Pemakaian makna yang berdekatan pada paragraf di atas

menjadikan paragraf tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 54: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

62

6) Ekuivalensi (kesepadanan)

Ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan lingual tertentu

dengan satuan lingual lain dalam sebuah paradigma (Sumarlam, 2003:44). Dalam hal

ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukan

adanya hubungan kesepadanan, misalnya hubungan makna antara kata membeli,

dibeli, membelikan, dibelikan, dan pembeli, semuanya dibentuk dari bentuk asal yang

sama yaitu beli. Demikian pula belajar, mengajar, pelajar, pengajar, dan pelajaran

yang dibentuk dari bentuk asal ajar juga merupakan hubungan ekuivalensi. Tugiati

(2004:53) menyatakan ekuivalensi adalah hubungan kesepadanan antara satuan

lingual dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah wacana atau karangan. Dalam

hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan

adanya hubungan kesepadanan. Ekuivalensi juga akan menghasilkan kata yang

sebanding atau kekerabatan dengan kata yang lain pada sebuah paragraf. Dibawah ini

contoh dari ekuivalensi:

(31) Apabila nira yang direbus sudah hampir kental, aku menyiapkan

cetakannya. Aku belum bisa mencetak gula. Pekerjaan mencetak ibuku

yang melakukannya. Gula dicetak di atas tampah. Cetakan gula

biasanya dari bambu yang tidak terlalu besar yang dipotong-potong

(Yuniati, 2003: 4).

Pada contoh paragraf (31) di atas adanya hubungan kesepadanan. Kesepadanan

tersebut terdapat pada kalimat kelima, ketiga dan keempat. Kesepadanan paragraf di

atas menjadi lebih padu karena mempunyai kesamaan dalam hubungan kata.

Hubungan kesepadanan di atas yaitu hubungan makna antara kata cetakan, mencetak,

dan dicetak. Kata cetakan pada kalimat kelima, mencetak pada kalimat ke tiga,

dicetak pada kalimat ke empat.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 55: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

63

9. Koherensi

Kohesi selalu berhubungan dengan koherensi. Diantara keduanya juga tidak

terlihat perbedaan yang nyata. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila dalam

sejumlah pustaka pengertian kohesi dan koherensi sering disamakan. Tetapi kedua

istilah tersebut harus dibedakan karena keduanya memiliki perbedaan. Moeliono

(dalam Tutut Tugiati, 2004:54) mendefinisikan koherensi sebagai keterpautan makna

dalam wacana. Sebuah wacana disebut memiliki koherensi apabila kalimat-kalimat

yang ada di dalamnya memiliki keterpautan makna. Ini hanya bisa terjadi apabila

hubungan antar kalimat di dalam paragraf menunjukkan kesetalian dan keruntutan

yang logis. Disisi lain Keraf (2004:43) berpendapat bahwa koherensi atau kepaduan

yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-

unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. Dari kedua pendapat

tersebut secara sederhana dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan koherensi

adalah kepaduan atau keterpautan kalimat yang membentuk wacana. Koherensi

dibedakan menjadi delapan jenis yaitu koherensi rincian, oherensi temporal,koherensi

perian, koherensi posesif, koherensi Kausalita, koherensi kontras, koherensi aditif dan,

koherensi kronoligis. Berikut adalah penjelasan dan contoh dari delapan koherensi

tersebut.

a. Koherensi Rincian

prinsip penafsiran rincian berkaitan dengan menghadirkan kalimat-kalimat

yang berfungsi sebagai penjelas. Tugiati (2004:56) menyatakan koherensi rincian

adalah paragraf koheren yang ditunjang dengan kalimat-kalimat penjelas yang

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 56: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

64

berfungsi merinci gagasan utama. Dengan adanya sebuah paragraf yang mengandung

rincian maka paragraf itu menjadi lebih baik, karena setiap kalimat yang dituliskan

terdapat kata-kata yang merincikan satu sama lain. Hal ini bertujuan memperjelas

kata-kata penjelas pada sebuah wacana. Kata-kata penjelas yang terdapat pada antar

kalimat masih berhubungan atau satu lingkup dengan kata kunci. Contoh:

(32) Hasil panen ayah ada 15 karung yang beratnya 1 ton lebih. Hasil panen

itu separohnya dijual seharga Rp. 750.000,-. Hasil penjualan gabah

dipergunakan untuk membeli termos, baju, sepatu, dan kursi. Sisanya

untuk keperluan sehari-hari (Darsono, 2003: 5).

Pada contoh paragraf (32) di atas kalimat-kalimatnya mempunyai hubungan koherensi

rincian. Adanya koherensi rincian dalam paragraf akan menjadikan paragraf menjadi

lebih padu. terlihat bahwa kalimat pertama yang merupakan kalimat pokok dirinci

dengan menghadirkan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas tersebut

yaitu kalimat kedua, ketiga, dan keempat. Kalimat ketiga berisi pada kata termos,

baju, sepatu dan kursi.

b. Koherensi Temporal

Prinsip penafsiran temporal berkaitan dengan pemahaman mengenai waktu.

Berdasarkan konteksnya dapat menafsirkan kapan atau berapa lama waktu terjadinya

suatu situai (peristiwa, keadaan, proses). Koherensi temporal dapat dimulai dari

proposisi yang menunjukkan tahap awal dan dilanjutkan oleh tahap berikutnya. Jika

dalam paragraf terdapat koherensi temporal yang menunjukan keterangan waktu

secara berurutan dan teratur, paragraf tersebut menjadi lebih baik dan padu. Temporal

adalah koherensi antar kalimat yang memberikan keterangan waktu atau runtun waktu

pada suatu paragraf. Di bawah ini adalah contoh dari koherensi temporal

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 57: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

65

(33) Pak Hadi adalah orang yang rajin di desa Karangsalam. Mulai tahun

1999, dia membuka usaha peternakan ayam potong. Waktu itu ayam

yang dipelihara hanya 500ekor. Sekarang dia memperluas lahan

peternakannya dengan membuat kandang lagi. Ayam yang dipelihara

pun sudah berjumlah 2000 ekor (Putu, 2003: 2).

Pada contoh paragraf (33) di atas kalimat kedua memiliki koherensi temporal

dengan penggunaan keterangan waktu. Penggunaan koherensi temporal dalam

paragraf menjadi lebih padu. Keterangan waktu di atas terdapat pada kalimat kedua

dan kalimat keempat. Terdapat pada frasa mulai tahun 1999 dan sekarang. Frasa

mulai tahun 1999 pada kalimat pertama dan kata sekarang terdapat pada kalimat

keempat.

c. Koherensi Perian

Koherensi perian adalah koherensi antarkalimat yang memberikan ide pokok

dengan kalimat-kalimat yang berfungsi memperjelas gagasan supaya paragraf menjadi

koheren. Koherensi perian biasanya bersifat deskripsif karena hanya menggambarkan

runtutan peristiwa. Dalam kalimat-kalimat yang dituliskannya terdapat gagasan pokok

di dalam paragraf. Kepaduan antara kalimat satu dengan kalimat lain akan

berkesiambungan sehingga menjadi kalimat yang runtut dan padu. Kalimat-kalimat

penjelas akan mengacu pada satu pokok bahasan dalam sebuah paragraf atau wacana.

Contoh:

(34) Kambing yang sehat tubuhnya tegap, mata bersinar, dan bulunya

mengkilap. Kakinya tidak bengkok waktu berdiri. Biasanya kambing

yang seperti itu baik sekali untuk diternakan (Esti, 2003: 3).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 58: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

66

Pada contoh paragraf (34) di atas memiliki hubungan koherensi perian. Koherensi

perian tersebut terdapat pada kalimat pertama dan kedua. Kalimat pertama dan kedua

memiliki penghadiran kata, frasa, dan kalimat yang memerikan ciri kambing yang

sehat. Antara rincian dan perian mempunyai perbedaan. perbedaannya yaitu rincian

menjelaskan benda, benda yang ada pada paragraf rincian, sedangkan perian

menjelaskan mengenai ciri-ciri yang ada pada paragraf perian.

d. Koherensi Posesif

Suatu paragraf akan menjadi koheren dengan hadirnya hubungan milik.

Hubungan milik umumnya untuk memperjelas jati diri suatu bagian yang ada dalam

sebuah paragraf. Hubungan posesif akan menghadirkan kata, frasa, atau kalimat yang

menegaskan kepemilikan yang muncul sesudah kata gagasan pokok. Kalimat-kalimat

hubungan posesif ini tertuju pada satu gagasan pokok. Koherensi posesif dapat

ditandai dengan kata, ku, -nya, kami.

(35) Ibuku membuat gula merah dan nira kelapa yang bapakku ambil dari

pohon-pohon kelapa di kebun kami. Gula merah ibuku sangat bersih

dan kering, sehingga penampung mau membayar lebih mahal dari gula

yang dibuat oleh ibu Gatot, teman sekelasku yang agak basah dan

kurang bersih (Yuniati, 2003: 1).

Pada contoh paragraf (35) di atas memiliki hubungan koherensi posesif. Koherensi

posesif terdapat pada kalimat pertama dan kedua. Paragraf di atas didominasi oleh

hadirnya koherensi posesif. Koherensi posesif di atas dinyatakan dengan ibuku,

bapakku, kebun kami, ibu Gatot, dan teman sekolahku. Penggunaan koherensi

posesif dalam paragraf di atas adanya hubungan milik dan menjadikan paragraf

tersebut lebih padu.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 59: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

67

e. Koherensi Kausalitas

Kausalitas merupakan hubungan sebab dan akibat dari dua kondisi yang

berhubungan. Salah satu bagian kalimat menjawab pertanyaan: “Mengapa sampai

terjadi begini?”, atau kalimat yang satu bermakna sebab dan kalimat lainnya menjadi

akibat. Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukan

penyebab terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.

Hubungan kausaliatas dalam wacana tentu perlu aspek-aspek koherensi yang baik.

Koherensi kausalitas adalah koherensi kausalitas yang ditandai dengan penggunaan

konjungsi yang menunjukan hubungan sebab akibat, seperti oleh sebab itu, maka,

dengan demikian dan sebagainya.

(36) Di desa tempat tinggal saya tidak ada orang yang menanam tomat.

Harga tomat di warung cukup mahal. Oleh sebab itu, ayah berencana

akan menanam tomat. Rencananya tanaman tomat akan ditanam di

ladang (Eko, 2003: 4).

Pada contoh paragraf (36) di atas paragrafnya dibangun oleh koherensi kausalitas.

Paragraf yang ditulis eko tersebut memiliki hubungan kausalitas. Hubungan kasualitas

tersebut terdapat pada kalimat kedua. Kalimat ketiga di atas berkoherensi dengan

kalimat sebelumnya yang ditandai dengan konjungsi oleh sebab itu. Frasa oleh sebab

itu terdapat pada kalimat kedua.

f. Koherensi Kontras

kontras menunjukan adanya hal yang dipertentangkan atau dilawankan.

Pengontrasan yang dimaksudkan untuk memperjelas gagasan dengan cara

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 60: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

68

memaparkan keadaan yang sebaliknya. Hubungan pertentangan terjadi ada dua ide

yang menunjukkan kekontrasan dalam paragraf. Untuk menyatakan adanya hubungan

pertentangan dapat digunakan konjungsi pertentangan. Misalnya konjungsi

pertentangan akan tetapi, tetapi, sebaliknya, dan namun. Dengan demikian yang

dimaksud dengan koherensi kontras adalah kepaduan antar kalimat yang di dalamnya

terdapat hubungan yang dipertentangkan atau dilawankan. Contoh:

(37) Setiap pagi, setiap, pukul 06.30 saya menengok kandang ayam. Ayam-ayam kelihatan sehat-sehat. Akan tetapi waktu aku menengok ke kandang yang lain, ayam disitu banyak yang sakit. (d) Aku terkejut dan hampir saja menangis (Sumarni, 2003: 4)

Pada contoh paragraf (37) di atas mempunyai hubungan koherensi yang dikontraskan.

Kalimat yang dikontraskan pada paragraf di atas yaitu kalimat kedua. Pengontrasan

pada paragraf menunjukan adanya hubungan yang dipertentangkan. Tampak bahwa

kalimat kedua dan ketiga dikontraskan sehingga paragraf tersebut memiliki koherensi

kontras. Koherensi kontras di atas melalui penggunaan konjungsi akan tetapi.

g. Koherensi Aditif

Aditif berkenaan dengan dengan penambahan, penambahan tersebut untuk

memperjelas gagasan yang akan disampaikan. Penambahan tersebut terletak pada

sebuah kalimat-kalimat yang menunjukan keakditifan. Koherensi aditif ini juga

digunakan kata konjungsi. Konjungsi aditif ini bertujuan untuk menghubungkan

bagian yang bersifat menambahkan informasi yang terjadi dalam sebuah paragraf.

Dengan demikian yang dimaksud dengan koherensi aditif adalah kepaduan antar

kalimat yang di dalamnya terdapat penambahan kasus, atau ide agar memperjelas

gagasan yang disampaikan. Contoh:

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 61: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

69

(38) Agar tempe tidak busuk, kebersihan harus diperhatikan membuatnya.

Ragi harus baru. Di samping itu setelah tempe dibungkus, jangan terlalu

lama ditimbun. Kalau terlalu lama, akan panas yang menyebabkan

tempe akan mudah membusuk (Yuniati, 2003: 3).

Pada contoh paragraf (38) di atas susunan kalimat-kalimatnya menggunakan

koherensi aditif. Koherensi aditif di atas terdapat pada kalimat kedua. Penggunaan

aditif dalam paragraf yaitu untuk menambahakan kasus atau ide dalam paragraf.

Kalimat kedua dan ketiga di atas berkoherensi aditif yang ditandai oleh konjungsi di

samping itu. Konjungsi di samping itu terdapat pada klaimat kedua.

h. Koherensi Kronologis

Koherensi kronologis sering ditunjukan oleh konjungsi yang menyatakan

hubungan waktu. Urutan waktu di sini yaitu menceritakan suatu peristiwa yang

disampaikan secara runtut dari awal hingga akhir. Koherensi kronologis yang

digunakan dalam setiap paragraf akan menjadikan paragraf tersebut menjadi lebih

jelas dan padu. Koherensi ini sering ditunjukkan oleh konjungsi yang menyatakan

hubungan temporal (lalu, kemudian, itu), penanda kala (dulu, sekarang), dan penanda

aspek (akan, belum, sudah). Bagian-bagian wacana didomonasi oleh koherensi

kronologis atau hubungan rangkaian waktu (Baryadi, 2002:32).

(39) Setelah pulang sekolah, saya meletakkan tas. Selanjutnya saya berwudlu

untuk mengerjakan shalat dhuhur. Sehabis shalat, saya makan siang

ditemani kakak. Kemudian saya tidur siang (Wasis, 2003: 4).

Pada contoh paragraf (39) di atas didominasi oleh konjungsi yang menunjukan

hubungan temporal. Hubungan termporal tersebut terdapat pada kalimat kedua dan

ketiga. Hubungan temporal tersebut yaitu ditandai dengan pemakaian frasa shalat

dhuhur dan sehabis shalat. Frasa shalat dhuhur pada kalimat kedua, dan frasa sehabis

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 62: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

70

shalat pada kalimat ketiga. dari penggunaan frasa di atas maka paragraf tersebut

mempunyai hubungan temporal.

10. Topik dalam Wacana

a. Topik Wacana

Menurut Mulyana (2005:39-40) topik berasal dari bahasa yunani topoi, yang

artinya „tempat‟. Anton M. Moeliono (dalam Mulyana, 2005:39-40) menjelaskan

bahwa wujud topik bisa berbentuk frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan

atau pembahasan. Dalam wacana, topik menjadi ukuran kejelasan wacana. Topik yang

jelas akan menyebabkan struktur dan isi wacana menjadi lebih jelas. Sebaliknya topik

yang tidak jelas, atau bahkan tulisan tanpa topik, menyebabkan tulisan menjadi kabur

dan sulit dimengerti maksudnya. Ada dua jenis topik yang perlu dibedakan, yakni

topik dalam kalimat, dan topik dalam wacana.

1) Topik kalimat

Topik kalimat merupakan kalimat utama dalam sebuah paragraf. Setiap

kalimat harus berisi keterangan mengenai topik kalimat. Topik kalimat dan kalimat

penjelas harus saling mendukung atau dengan kata lain setiap kalimat harus saling

berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu topik tertentu. Kalimat

utama bersifat umum. Maka dari itu, kalimat utama membutuhkan kalimat penjelas

yang bersifat khusus agar pembaca memahami makna paragraf tersebut. Hocket

(dalam Mulyana, 2005:40) membedakan topic dan comment dari suatu kalimat. Topic

is usually also subjek and comment is predicate. Subjek is the topic constituen of the

sentence. Contoh:

(40) Partono berlari

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 63: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

71

Partono sebagai topik (subjek)

Berlari sebagai komen (predikat)

(41) Ani menulis surat

Ani sebagai topik (subjek)

Menulis sebagai komen (predikat)

2) Topik wacana

Topik merupakan salah satu unsur yang penting dalam wacana. Topik dalam

wacana sangat diperlukan dalam satu penggal wacana. Pemilihan topik yang

dibicarakan dalam sebuah percakapan lebih lanjut mempunyai keaitan erat dengan

koherensi wacana. Topik yang sesuai dengan topik sebelumnya merupakan salah satu

upaya untuk menciptakan koherensi wacana. Topik wacana adalah proposisi yang

menjadi bahan utama pembicaraan atau percakapan. Dalam suatu dialog, pembicara

dapat berbicara tentang „satu topik‟ tertentu, atau „dua topik‟ yang berbeda. Satu topik

yang dibagi dan dibicarakan oleh dua atau banyak pembicara disebut sebagai „topik

tunggal‟, yaitu dialog yang hanya membicarakan satu topik. Dibawah ini adalah

contoh topik wacana:

(42) Ade : Saya ke Parangtritis, kemarin.

Joko : Ramai, ya?

Ade : Luar biasa. Ngga seperti biasanya. Orang berjubel di pantai.

Tapi setelah agak sore, sepi. Semua pulang.

Joko : Emang kenapa?

Ade : Hunjan!

Pada percakapan (42) di atas, Ade dan Joko berbagi dan berbicara tentang satu

topik, „pergi ke Parangtritis‟. Joko hanya mengikuti pembicaraan Ade. Topik ini bisa

berubah bila masing-masing pembicara menceritakan pengalamannya. Dalam konteks

ini, akan muncul „topik ganda‟‟. Dibawah ini adalah contoh dialog bertopik ganda.

(43) Ade : Kemarin saya ke Parangtritis. Indah tapi panas!

Joko : Saya juga pergi. Tapi kepangandaran.

Ade : Parangtritis ramai sekali.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 64: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

72

Joko : Pangandaran, apalagi. Luar biasa. Penuh orang!

Pada percakapan (43) topik besarnya adalah „rekreasi‟. Namun, masing-

masing pembicara saling berbagi cerita dan pengalaman sendiri-sendiri. Terlihat pada

percakapan ade dan joko yang membicarakan pengalamnya. Joko selalu mengimbangi

cerita Ade dengan cara menceritakan kisah banding. Hal ini yang menyebabkan

percakapan mereka tetap berjalan lancar dan koheren.

11. Topikalisasi

Topikalisasi ialah pemilihan dan penandaan topik, yaitu sesuatu yang

dibicarakan Wedhawati (dalam Mulyana, 2005:41) . Dalam wacana, topikalisasi

adalah proses saling mendukung antarbagian untuk membentuk gagasan utama. Untuk

dapat mengikuti proses dan mengetahui hasil akhir proses, diperlukan kecermatan

dalam memahami setiap paragraf atau bagian wacana agar dapat ditentukan makna

tunggal (kesatuan makna) sebagai gagasan utamanya. Proses topikalisasi wacana

dapat dengan mudah dikenali dan dipahami. prosesTopikalisasi dalam wacana ada dua

yaitu topikalisasi antarkalimat dan topikalisasi antarparagraf (Mulyana, 2005: 41-42).

a. Topikalisasi antarkalimat

Topikalisasi antarkaimat terjadi apabila sebuah topik atau gagasan utama

terdapat dalam suatu kalimat, dan kalimat-kalimat lainnya berfungsi sebagai

pendukungnya. Misalnya, topik “ucapan terimaksih”. Proposisi ini merupakan

gagasan utama (topik) yang perlu diperjelas sejumlah kalimat agar gagasan itu

menjadi jelas dan informatif (Mulyana, 2005:42).

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 65: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

73

(44) Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimaksih

kepada pihak-pihak yang berjasa dalam penyusunan skripsi ini.

Gagasan utama kalimat di atas adalah „ucapan terimaksih‟. Kalimat ini perlu

diperjelas dengan informasi mengapa perlu mengucapkan terimaksih, pihak siapa

yang dimaksud, dan apa peranan mereka. Di bawah ini adalah kalimat pendukung

yang menjawab pertanyaan dari kalimat di atas.

(45) a. Kepada Bapak Suwardi, M.Hum, yang telah menyisihkan waktu dalam

kesibukannya bersedia membimbing dengan penuh kesabaran.

(45) a. Mas Boy, yang selalu memberikan hal yang terbaik bagi saya.

Kalimat penjelas di atas menuju pada informasi inti sebagai gagasan atau topik

utama dalam suatu paragraf. Proses ini saling melengkapi dan menyebabkan bagian-

bagian dalam wacana menjadi utuh sebagai suatu kesatuan makna.

b. Topikalisasi antarparagraf

Topikalisasi antarparagraf terjadi apabila topik utama berada di dalam satu

paragraf, sedangkan paragraf lainnya menjadi pendukungnya (Mulyana, 2005:42). Di

bawah ini adalah contoh topikalisasi antarparagraf.

(46) Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan berbagai pihak.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa

terimaksih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rector UNY,

Dekan FBS, dan Kajur PBSI yang telah memberikan kesempatan dan

kemudahan kepada penulis.

Ucapan terimaksih, rasa hormat juga saya sampaikan kepada

kedua pembimbing, yakni Prof. Drs. Soeparno dan Dr. Susilo Supardo,

M.Hum. Beliau berdua adalah tempat penulis mencari bimbingan dan

pencerahan selama menulis skripsi ini.

Kepada teman sejawat, Haris, Ting, Budi Chil, Wiwin Black,

rasa terimakasih juga penulis sampaikan atas segala dorongan dan

semangat yang terus-menerus diberikan kepada penulis. Juga atas

pinjaman komputernya. Kepada Nicky, Jonbas, serta Nocky atas

pengumpulan datanya. Karena kalianlah saya dapat menyelesaikan studi

dengan baik.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 66: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

74

Akhirnya, ucapan terimakasih yang terbesar kepada mba’-mba’

saya yang memberikan bantuan finansial dan dukungan moral, dan

ponakan-ponakan saya yang imut, dengan kasih sayang dan cinta

merekalah saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Topik atau gagasan utama pada kutipan empat paragraf di atas berada pada

paragraf pertama, yaitu „ucapan terimaksih‟. Paragraf berikutnya menjadi pendukung

atau penjelas bagi gagasan itu. setelah menyampaikan terimaksih kepada para pejabat

di lingkungan kampus (paragraf pertama), disusul paragraf kedua yang berisi ucapan

terimaksih kepada pembimbing skripsi. Paragraf ketiga pada teman-teman sejawat,

dan paragraf terakhir kepada keluarga penulis skripsi. Masing-masing paragraf

bergerak menuju gagasan utama yang terdapat pada paragraf pertama. Proses seperti

inilah yang menyebabkan sejumlah paragraf dalam struktur wacana dapat

berhubungan dan bertalian dalam kesatuan makna yang utuh.

12. Laporan

a. Pengertian Laporan

Laporan merupakan bentuk komunikasi yang dapat dilakukan secara tertulis

atau lisan mengenai sesuatu hal tertentu sesuai dengan tujuan penulisannya. Laporan

adalah suatu keterangan mengenai suatu persitiwa atau perihal yang ditulis

berdasarkan berbagai data, fakta, dan keterangan yang melingkupi peristiwa atau

perihal tersebut. Laporan juga merupakan salah satu bentuk untuk menyampaikan

informasi, misalnya informasi tentang suatu kegiatan. Biasanya laporan dibuat oleh

seseorang atau sekelompok orang untuk melaporkan kegiatan yang telah selesai

dilaksanakan (Puji, dkk. 2007:41). Ada beberapa syarat dalam membuat laporan,

yaitu:

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 67: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

75

1) Isi laporan harus benar, artinya sesuai dengan kenyataan yang dijumpai di

lapangan.

2) Isi laporan tidak boleh direkayasa.

3) Laporan hendaknya ditulis dengan kalimat-kalimat yang singkat, jelas dan mudah

dipahami.

Laporan yang baik harus ditulis secara ringkas dengan bahasa yang baik, jelas

serta lugas. Selain itu, bahasa laporan ditulis secara sederhana, alur ceritanya menarik,

bisa juga diselingi humor, dengan begitu pembaca akan penasaran untuk

menyelesaikan membaca atau menyimak laporan yang didengar. Dalam laporan

perjalanan juga disertai fakta yang akurat dan meyakinkan. Penulisan pada laporan

harus bersifatjelas serta tidak menimbulkan salah pengertian bagi pembacanya. Oleh

karena itu, laporan yang dibuat harus dapat dipertanggungjawabkan.

b. Macam-Macam Laporan

1) Ditinjau dari Cara Penyampaian

a) Laporan lisan, disampaikan secara lisan, biasanya dilakukan hal-hal yang perlu

segera disampaikan. Laporan lisan dapat dengan tatap muka, lewat telepon,

wawancara dan sebagainya.

b) Laporan tertulis, disampaikan secara lengkap dalam bentuk tulisan.

2) Ditinjau dari Bahasa yang digunakan

a) Laporan yang ditulis secara popular, yang menggunakan kata-kata sederhana,

kadang-kadang diselingi dengan kalimat humor atau lucu.

b) Laporan yang ditulis secara ilmiah, sebagai hasil peneliti. Biasanya isinya singkat

tetapi padat dan sistematis serta logis

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 68: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

76

3) Ditinjau dari isinya

a) Laporan kegiatan, misalnya pelaksanaan perkemahan, pelaksanaan ujian SKU,

SKK, Pramuka Garuda.

b) Laporan perjalanan, misalnya laporan wisata, pengembaran, penjelajahan dan

sebagainya.

c. Laporan perjalanan

Laporan perjalanan biasanya berupa tuturan yang melukiskan suatu

pengalaman selama dalam perjalanan. Laporan perjalanan adalah laporan yang dibuat

oleh seseorang atau sekelompok orang tertentu setelah melakukan perjalanan,

misalnya ekspedisi, penelitian atau sekedar jalan-jalan untuk disampaikan kepada

orang lain. Laporan dibuat ketika seseorang telah melakukan suatu kegiatan. Oleh

karena itu, laporan perjalanan biasanya berbentuk paparan atau narasi. Ada beberapa

hal yang penting yang dimuat dalam laporan perjalanan, yaitu:

1) Apa yang dilaksanakan dalam perjalanan.

2) Siapa yang melakukan perjalanan.

3) Kapan perjalanan itu dilakukan.

4) Mengapa perjalanan itu dilakukan.

5) Dimana perjalanan itu dilakukan.

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015

Page 69: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1 ...repository.ump.ac.id/5184/3/DWI KURNIASIH BAB II.pdf · kata tugas. Dari keempat jenis penggolongan kata tersebut, yang dibahas

76

Peta Pikir

Penggunaan Kata Nomina pada Laporan Perjalanan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Tahun Pelajaran

2013-2014

Nomina

Jenis Nomina

Subkategorisasi

Nomina

Laporan Kunjungan Siswa

Topik dalam Wacana Kesinambungan Topik

T.antar Kalimat T. antar paragraf Kohesi Koherensi

K. Gramatikal K. Leksikal

Tautotes

Anavora

Referensi

Epistrofa

Eksoforik

Endoforik

Ref.persona

Ref. demons

Ref. Komparatif

Subsitusi

Elipsis

Sinonim

Antonim

Hiponim

Repetisi

Kolokasi

Ekvivalensi

Rincian

Temporal

Perian Epizeukasis

Simploke

mesodiblosis

Epanalepsis

Anadiblosis

Anafora

Katafora

76

Penggunaan Kata Nomina…, Dwi Kurniasih, FKIP UMP, 2015