Upload
vuongdieu
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Leasing
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan
nama leasing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah
bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang – barang modal
yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini maksud jika seorang
nasabah membutuhkan barang – barang modal seperti peralatan kantor
atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara kerdit dapat diperoleh di
perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai keinginan nasabah
sesuai dengan perjanjian yg telah disepakati kedua belah pihak.
Kata leasing berasal dari bahasa Inggris yaitu kata lease yang
berarti menyewakan. Leasing sebagai suatu lembaga pembiayaan dapat
dikatakan sebagai suatu kegiatan yang masih sangat muda atau baru
dilaksanakan di Indonesia pada awal tahun 1970-an dan baru diatur
untuk pertama kali dalam peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia sejak tahun 1974. Eksistensi prananta hukum leasing di
Indonesia sendiri sudah ada beberapa perusahaan leasing yang statusnya
sama sebagai suatu lembaga keungan non bank. Oleh karena itu, maka
yang dimaksudkan dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan
perusahaan dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-
2
barang modal untuk digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka
waktu tertentu dengan kriteria sebagai berikut :
a. pembiyaan perusahaan
b. pembayaran sewa dilakukan secara berkala
c. penyediaan barang-barang modal
d. disertai dengan hak pilih atau hak opsi
e. adanya nilai sisa yang disepakati.
Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha
yang berdiri sendiri. Keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh
melakukan kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti memberikan
simpanan dan kredit dalam bentuk uang. Oleh karena itu, perusahaan
leasing harus pandai – pandai dalam memberikan atau memilih sasarannya
jangan sampai bertentangan dengan jasa yang diberikan oleh lembaga
keuangan bank.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara
LESSOR (perusahaan leasing) dengan LESSEE (nasabah) di mana pihak
lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan oleh lessee dengan
imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu, sedangkan
pengertian sewa guna usaha sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan
No.1169/KMK.01/1991 adalah “Kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
3
untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala. Selanjutnya yang dimaksud dengan finance
leaseadalah kegiatan sewa guna usaha di mana lessee pada akhir kontrak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan
nilai sisa yg disepakati sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak
opsi untuk membeli objek sewa guna usaha”.
Pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan
usaha leasing dengan menyediakan berbagai barang modal, sedangkan
lessee adalah nasabah yang menginginkan barang modal tersebut.Secara
umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan
barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Istilah - Istilah dalam Leasing
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat)
pihak yang berkepentingan, yaitu :
a. Lessor
Lessor merupakan perusahaan leasing atau pihak yang memberikan
jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal. Lessor
dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang
telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan
mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor
bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta
4
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
b. Lessee
Lesseeadalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan
dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease
bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan dengan
cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak, lessee
memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki
hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai
sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut tanpa
risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
c. Supplier
Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, supplier
langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor
sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating
lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor dengan
pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara
tunai atau berkala.
5
d. Bank
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau
kreditor tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun
pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor,
terutama dalam mekanisme leverage lease di mana sumber dana
pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier dalam hal
ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit dari bank, untuk
memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai objek
leasing kepada lessee atau lessor.
2. Ciri - Ciri Leasing
Secara umum A.C.Goudsmit dan J.A.M.P. Keijser, ciri-ciri
leasing adalah sebagai berikut:
1. Leasing merupakan suatu cara pembiayaan. Tentunya masih
ada aspek- aspek lain pada leasing, namun segi pembiayaan
adalah suatu ciri utama, baik pada finance lease maupun
pada operating lease.
2. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa
kegunaan benda yang di-lease tersebut. Inilah perbedaan
pokok dengan sewa menyewa biasa. Sebelumnya dapat
dikatakan bahwa masa leasing dalam suatu finance lease
sama dengan kegunaan ekonomis benda yang di-lease.
6
3. Hak milik benda yang di-lease ada pada lessor. Hal ini
menimbulkan dampak tertentu antara lain yang penting
adalah di bidang akuntansi seperti penyusunan di bidang
hukum diantaranya dalam hal melaksanakan perjanjian
leasing apabila terjadi cedera janji atau wanprestasi dan
dalam hal kepailitan.
4. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda-benda yang
digunakan dalam suatu perusahaan. Pengertian benda-benda
yang digunakan untuk perusahaan harus diberi pengertian
yang luas, yakni benda-benda yang digunakan untuk
menjalankan perusahaan, jadi tidak hanya benda-benda
mesin yang hanya dapat digunakan untuk berproduksi,
tetapi bisa juga komputer dan kendaraan bermotor.
Dalam praktek leasing akhir-akhir ini, yang sering kali menjadi
objek leasing adalah sepeda motor tanpa adanya hak opsi dari pemakai
barang. Oleh karena itu lebih tepat kalau jual-beli sepeda motor ini
tergolong pembiayaan konsumen. Dari ciri-ciri leasing yang tersebut, ada
dua jenis leasing yaitu finance lease dan operating lease. Perbedaan antara
kedua jenis leasing ini adalah menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:
1. Finance lease adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana
lessor diminta untuk membiayai pengadaan barang modal
7
untuk lessee, sedangkan pada operating lesse perjanjian
menitikberatkan pada pemberian jasa.
2. Pada finance lease, risiko ekonomis atas objeknya berada
pada lessee karena lease wajib membayar kembali modal
yang disediakan lessor untuk membayar barang yang
bersangkutan ditambah bunga dan ongkos lain selama
kontrak berjalan apapun yang terjadi, sedangkan pada
operating lease risiko ekonomis atas barang modal yang di-
lease ada pada lessor.
3. Pada finance lease, lessee hanya memikul risiko berkenaan
dengan keadaan keuangan, kemampuan membayar serta
bonafiditas lesse, sedangkan pada operating lesse, lessor
menanggung risiko hilangnya atau rusaknya objek yang di-
lease.
4. Pada finance lease, jangka waktu kontrak sama dengan
masa kegunaan barang modal yang bersangkutan menurut
persetujuan lessor, sedangkan pada operating lesse jangka
waktu perjanjian pada umumnya tidak sama dengan masa
kegunaan barang modal yang bersangkutan.
5. Pada akhir masa finance lease, lesse mempunyai hak opsi
untuk membeli barang modal tersebut dari lessor dengan
harga yang disetujui terlebih dahulu, tetapi harga barang
modal pada finance lesse tak berarti jumlahnya, sedangkan
8
pada operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk
membeli.
6. Pada finance lease, pada prinsipnya dilarang mengakhiri
kontrak sebelum jangka waktu yang diperjanjikan berakhir,
kecuali diperjanjikan lain, sedangkan pada operating lease
jangka waktu leasing tidak tertentu dan dapat diakhiri oleh
lessee.
7. Pada finance lease, lessor pada umumnya memberikan
jasa-jasa untuk penggunaan, pengoperasian dan
pemeliharaan barang modal yang di-lease, sedangkan pada
operating lease hal ini tidak ada.
B. Jenis – Jenis Leasing
Secara umum jenis – jenis leasing dapat dibedakan menjadi
beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Capital Lease
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga
keuangan.Lessee yang akan membutuhkan suatu barang modal
menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang yang
dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan
supplier mengenai harga, syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain
yang berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut.
9
Lessorakan mengeluarkan dananya untuk membayar barang
tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut diserahkan
kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan barang
tersebut lesseeakan membayar secara berkala kepada lessor
sejumlah uang yang berupa rental untuk jangka waktu tertentu
yang telah disepakati bersama.Jumlah rental ini secara keseluruhan
akan meliputi harga barang yang dibayar oleh lessor ditambah
faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Direct finance lease
Transaksi ini terjadijika lessee sebelumnya belum pernah memiliki
barang yang dijadikan objek lease. Secara sederhana bisa dikatakan
bahwa lessor membeli suatu barang atas permintaan lessee dan
akan dipergunakan oleh lessee.
b. Sale and lease back
Sesuai dengan namanya,dalamtransaksiinilesseemenjual barang
yang telah dimilikinya kepadalessor. Atas barang yang sama ini
kemudian dilakukan suatu kontrak leasing antara lessee dengan
lessor. Dengan memperhatikan mekanisme ini, maka perjanjian ini
memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengandirect finance
lease.Di sini lessee memerlukan cash yang bisa dipergunakan
10
untuk tambahanmodal kerja atau untuk kepentingan lainnya. Bisa
dikatakan bahwa dengan sistem sale and leasebackmemungkinkan
lessor memberikan dana untuk keperluan apa saja kepada kliennya
dan tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai dengan nilai objek
barang lease.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian
menyewakan kepada lessee untuk jangka waktu tertentu.Dalam
praktik lesseemembayar rental yang besarnya secara keseluruhan
tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh
lessor.
Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak
memperhitungkan biaya-biaya tersebut karena setelah masa lease
berakhir diharapkan harga barang tersebut masih cukup tinggi. Di
sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi
lessee.
3. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang
menjual lease barang hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan
lease diakui dua macam pendapatan yaitu pendapatan penjualan
barang dan pendapatan bunga atas jasa pembelanjaan selama
jangka waktu lease.
11
4. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit
provider.Lessor tidak membiayai objek leasing hingga sebesar
100% dari harga barang melainkan hanya antara 20% hingga 40%.
Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit
provider.
5. Cross Border Lease
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang
dilakukan dengan melewati batas suatu negara.Dengan demikian
antara lessor dan lessee terletak pada dua negara yang berbeda.
Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross
border lease meliputi nilai jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti
Pesawat terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan Airbus.
C. Proses dan Mekanisme Transaksi Leasing
Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan
mekanisme yang harus dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan
sebaga berikut :
1. Lessee bebas memilih dan menentukan peralatan yang
dibutuhkan, mengadakan penawaran harga dan menunjuk
supplier peralatan yang dimaksudkan.
12
2. Setelah lessee mengisi formulir permohonan lease, maka
dikirimkan kepada lessor disertai dokumen lengkap.
3. Lessor mengevaluasi kelayakan kredit dan memutuskan
untuk memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi
yang disetujui lessee (lama kontrak pembayaran sewalease),
setelah ini maka kontrak lease dapat ditandatangani.
4. Pada yang sama, lessee dapat menandatangani kontrak
asuransi untuk peralatan yang di-lease dengan perusahaan
asuransi yang disetujui lessor, seperti yang tercantum dalam
kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan asuransi
terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian
peralatan akan ditandatangani lessor dengan supplier
peralatan tersebut.
5. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang di-lease ke
lokasi lessee.Untuk mempertahankan dan memelihara
kondisi peralatan tersebut, supplier akan menandatangani
perjanjian purna jual.
6. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan
menyerahkan kepada supplier.
7. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari
lesse), bukti pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada
supplier.
13
8. Lessor membayar harga peralatan yang di-lease kepada
supplier.
9. Lessee membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan
jadwal pembayaran yang telah dditentukan dalam kontrak
lease.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut
leaseagrement,dimana didalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja
bersyarat antara kedua belah pihak. Isi kontrak yang dibuat secara umum
memuat antara lain:
1. Nama dan alamat lease
2. Jenis barang modal yang diinginkan
3. Jenis atau jumlah barang yang di-leasekan
4. Syarat – syarat pembayaran
5. Syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6. Biaya – biaya yang dikenakan
7. Sangsi – sangsi apabila lessee ingkar janji
Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing
kepada pemohon (Lessee) akan dikenakan berbagai macam biaya yang
dibebankan terhadap lesse tidaklah sama.
14
D. Keunggulan dan Kelemahan Transaksi Leasing
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya
antara lain sebagai berikut :
1) Pembiayaan Penuh.
Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini
akan membantu cash flow terutama bagi perusahaan (lessee) yang
baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai berkembang.
2) Lebih Fleksibel.
Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing
lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan
dengan perbankan. Pembayaran angsuran secara berkala akan
ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan
dengan pendapatan yang dihasilkan objek yang di-lease. Artinya
pembayaran sewa baru dilakukan setelah barang modal yang di-lease
tersebut telah mulai produktif. Selain itu perusahaan leasing dapat
melakukan pengaturan pembayaran yang menggelembung (baloon
payment) pada awal atau akhir masa lease, pembayaran musiman
(khusus apabila lessee bergerak dalam bidang pertanian, perkebunan
15
atau peternakan) bahkan mungkin pula suatu tenggang waktu
pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee.
3) Sumber Pembiayaan Alternatif.
Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa
mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi
jaminan leasing tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang
lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari
pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta
pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing
itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit
tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.
4) Off Balance Sheet.
Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing
dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena
tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian
barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian
barang modal baru sah apabila disetujui Dewan Komisaris atau
bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan secara
cepat dan tepat dapat lebih mudah dilakukan oleh direksi. Di pihak
lain, tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan
mencantumkannya sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak
16
positif terhadap kondisi rasio keuangan perusahaan lessee karena
transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca lessee
sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off balance sheet
financing.
5) Arus Dana.
Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam
perencanaan arus dana karena pengaturan ini akan mempunyai
dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee. Di samping itu,
persyaratan pembayaran di muka yang relative lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan
kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
6) Proteksi Inflasi.
Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam
beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam
tahun-tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, khususnya
apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap,maka lessee akan
membayar dengan jumlah tetap atas sisakewajibannya yang berasal
dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7) Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi.
Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian
akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan
teknologi disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi. Dalam
suatu kontrak leasing objek leasing sering dimasukkan sebagai
17
perjanjian bahwa barang yang sedang disewa tersebut dapat
ditukarkan dengan barang yang serupa yang lebih canggih apabila di
kemudian hari terdapat penemuan-penemuan baru yang lebih unggul
daripada produk barang yang sama.
8) Sumber Pelunasan Kewajiban.
Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi
melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran
angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang
dihasilkan oleh adanya barang yang di lease. Sehingga kekhawatiran
para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan
mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
9) Kapitalisasi Biaya.
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya
penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan
sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal yang dapat
dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya
leasing.
10) Risiko Keusangan.
Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang
berjangka waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee
terhadap risiko keusangan sehingga lessee tidak perlu
mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11) Kemudahan Penyusutan Anggaran.
18
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap
akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan
lessee.
12) Pembiayaan Proyek Skala Besar.
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam
pembiayaan proyek yang seringkali menjadi masalah di antara
pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi melalui
perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang
dapat diterima dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang
dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.
Selain keunggulan – keunggulan yang telah disebutkan diatas,
leasing juga memiliki bebrapa kekurangan bagi para lessee atau pengguna
jasa leasing. Berikut adalah kekurangan – kekurangan leasing :
1) Denda
Sesuatu yang harus diingat, ketika anda menggunakan jasa
pembiayaan ini.Pastikan anda sanggup untuk membayar biaya
angsurannya di setiap bulan, dan tanamkan rasa disiplin untuk
membayar angsuran tepat waktu.Jika hal tersebut tidak bisa anda
lakukan maka bersiaplah untuk menghadapi denda.Perusahaan
pembiayaan akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak
membayar angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung
kerugian, denda yang diberlakukan bersifat harian dan akan terus
diakumulasikan sampai anda membayar angsuran berikut dendanya.
19
2) Penyitaan
Perusahaan pembiayaan sudah menanggung pembayaran mobil anda,
maka anda pun harus bertanggung jawab untuk melunasi sesuai
nominal ditambah bunga kepada perusahaan pembiayaan.Namun jika
anda tidak melakukan pembayaran cicilan secara terus menerus, maka
anda akan dihadapkan dengan sanksi yang lain.Pada awalnya mungkin
anda hanya akan dijatuhi denda setiap harinya setelah jatuh tempo
(biasanya 3 hari setelah jatuh tempo), namun selanjutnya anda akan
dikenai status kredit macet.Jika anda sudah berada di kondisi yang
demikian pihak perusahaan pembiayaan dapat menyita mobil anda,
biasanya jika sudah lewat 2 bulan dari jatuh tempo.
3) Penalti
Setelah anda dihadapkan dengan dua sanksi sebelumnya (denda harian
dan penyitaan), bukan berarti anda dapat melakukan pelunasan lebih
awal untuk pembelian mobil anda.Pelunasan lebih awal kepada
perusahaan pembiayaan justru tidak akan memberikan anda potongan
bunga ataupun harga.Tapi sebaliknya, tindakan tersebut dinilai
berpaling dari kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah
pihak (nasabah dan perusahaan), sehingga tindakan pelunasan itu
dinilai sebuah pelanggaran dan menghasilkan hukuman penalti. Sanksi
penalti ini sebenarnya sudah dijelaskan sebelumnya saat proses
pembiayaan dilakukan. Namun sebagai nasabah hanya menurut saja
apa yang dikatakan oleh pihak perusahaan pembiayaan.Kondisi
20
tersebut terjadi karena mungkin tiap perusahaan menganggap anda
sudah mengetahui informasi mengenai segala ketentuan di perusahaan
pembiayaan, atau juga petugas sebagai wakil perusahaan pembiayaan
tersebut lupa memberitahukan kepada anda tentang hal ini.Sebagai
masyarakat yang cerdas, kita sebagai nasabah pun harus mengerti dan
paham tentang aturan, kelebihan dan kekurangan yang didapatkan
ketika kita menggunakan jasa pembiayaan.
E. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Kontrak Leasing
Apabila terjadi kesepakatan antara pihak lessor,lessee dan supplier
telah tercapai, maka akan menimbulkan hak dan kewajiban di antara para
pihak. Perjanjian leasing juga sama seperti perjanjian-perjanjian lain pada
umumnya menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak
yang menandatangani perjanjian tersebut, karena setelah perjanjian leasing
ditandatangani oleh kedua belah pihak, yakni lessor dan lessee, maka
perjanjian tersebut berlaku sebagai undang-undang bagi mereka dan
melahirkan hak dan kewajiban bagi lessor dan lessee.
Secara umum mengenai hakdan kewajibanlessor dan lessee
yang berkenaan dengan tindakan leasing saat ini masih berpedoman pada
Pasal 1548-1580KUHPerdata sedangkansebagaidasar kontrakantara
parapihak dipergunakan Pasal 1338 KUHPerdata yang menganut asas
kebebasan berkontrak (fredoomofcontract).Pengaturan hak dan
kewajiban telah ditentukan dalam perjanjian pembiayaan leasing yang
21
telah dibuat antara pihak lessor dan lessee.Beberapa hak dan kewajiban
lessor menurut Sri Suyatmi dan Sudiarto adalah sebagai berikut:
a) Hak Lessor
1. Menerima pembayaran secara berkala dari lessee, sebagai imbalan
atas penyerahan kenikmatan ekonomis atas barang modal sesuai
dengan kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian.
2. Dapatmenarikkendaraansecarapaksadarikonsumen/lessee
apabilasetelah disomasi tidakmelakukanpembayaran
agsuranbunga dan denda keterlambatan.
3. Menentukan alokasi dari pembayaran yang diterima lessee.
4. Melakukan penyesuaian jumlah angsuran pokok pembiayaan.
5. Menetapkan jaminan atau biaya leasing di muka.
6. Berhak atas ganti rugi asuransi.
7. Meminta laporan-laporan sehubungan dengan penggunaan
barang modal tersebut, terutama terhadap barang-barang industri
berat,dan lessor setiap saat dapat mengadakan pemeriksaan atas
keadaan barang modal yang disewakan oleh lessee.
8. Dapat menghentikan secara sepihak perjanjian leasing tersebut
apabila terjadi kelalaian /cidera janji, baik dari
konsumen/lessee ataupun penjamin.
b) Kewajiban Lessor
22
1. Menyerahkan barang modal tersebut kepada lessee dalam keadaan
baik.
2. Memberi kenikmatan ekonomis atas barang modal tersebut kepada
lessee selama janngka waktu yang ditentukan.
3. Memberi jaminan kepada lessee, bahwa lessee dapat memakai
barang modal tersebut dengan bebas tanpa khawatir akan gangguan
dari pihak ketiga.
4. Menjamin barang tersebut bebas dari segala pembebanan hukum.
5. Menyerahkan uang sebagai biaya barang yang dibeli kepada
supplier.
Selain itu yang menjadi hak dan keajiban lessee adalah sebagai
berikut:
a) Hak Lesse
1. Mendapatkan barang dari supplier dan menikmati barang yang di-
lease- nya tersebut tanpa gangguan.
2. Memperolehhakpilih,yaituhakuntukmembeliatau memperpanjang
barang objek leasing.
3. Memakai barang leasing sesuai dengan kontrak yang dibuat antara
pihak lessor dan lessee.
b) Kewajiban Lessee
1. Membayar uang sewa secara berkala.
23
2. Menanggung segala risiko yang timbul dalam hal pemakaian
barang modaltersebut.Oleh karena itu lessee wajib untuk
mengasuransikan barang tersebut selama jangka waktu leasing agar
dapat terjamin keberadaannya.
3. Membayar pajak.
4. Melunasi seluruh biaya sewa apabila lesseemembeli barang leasing.
5. Menanggung biaya dan ongkos yang dikeluarkan oleh lessor
karena dirugikan, dilanggar atau diancam oleh lessee.
6. Menanggung biaya asuransi
Dari berbagai hak dan kewajiban yang disajikan di atas yang
palingmenonjol adalah hak darikreditur (lessor) atau lembaga
pembiayaan dan kewajiban debitur (lessee).Hak yang paling ditakuti
lessee adalah hak lessor untuk menarik kendaraan yangmenjadi objek
pembiayaan.Penarikan ini dilakukan karena lessee tidak melaksanakan
prestasinya.Dalam kontrak leasing kewajiban lessee yang paling utama
adalah melakukan pembayaran angsuran dan bunga setiap bulannya.
Apabila hal itu tidak diindahkan maka akibatnya objek perjanjian akan
ditarik oleh lessor baik secara sukarela maupun secara paksa.Olehkarena
itu diharapkan kepada para pihak khususnya lesseeuntuk dapat
melaksanakan prestasinya sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak.
24
Selain hak dan kewajiban lessor dengan lessee di atas supplier
sebagai penyedia barang juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi
dalam kontrak, kewajiban tersebut adalah sebagai berikut :
1) Menyerahkan barang kepada lessee.
Penyerahan adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual
kedalam kekuasaan kepunyaan si pembeli sewa.
2) Untuk barang yang harus dibalik nama, mengurus balik nama atas
barang yangdi-lease.
3) Khusus untuk kendaraan bermotor, supplier mempunyai kewajiban
memperpanjangSuratTanda Nomor Kendaraan (STNK) kendaraan
selama dalam masa leasing.
Hal di atas sesuai dengan ketentuan Pasal 1513 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang menyatakan ”Kewajiban utama sipembeli
ialah membayar harga pembelian, pada waktu dan tempat sebagaimana
ditetapkan menurut perjanjian” dan bilamana hal itu tidak ditetapkan
dalam perjanjian, maka menurut Pasal 1514 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata yang bunyinya adalah ”Jika pada waktu membuat
perjanjian tidak ditetapkan tentang itu, si pembeli harus membayar di
tempat dan waktu dimana penyerahan harus dilakukan.”
Dalam hal tidak ada ketentuan mengenai penyerahan, maka
penyerahan dilakukan di tempat dimana barang berada pada saat perjanjian
sewa guna usaha dibuat, atau pembayaran dilakukan di tempat dimana
25
perjanjian dibuat. Selain itu lessee mempunyai kewajiban antara lain
merawat barang yang di-leasing dengan biaya sendiri.
F. Sistem Pengendalian Intern
Berikut ini diuraikan beberapa pengertian sistem
secaraumum.Pengertian sistem menurut Mulyadi (2001: 5) adalah suatu
jaringanprosedur yangdibuat menurut pola yang terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokokperusahaan. Pengertian sistem menurut
James A. Hall(2001 : 5) adalahsekelompok dua atau lebih komponen yang
saling berkaitan atau sub sistem yangbersatu untuk mencapai tujuan yang
sama.
Menurut Marom (2000: 1) sistem adalah jaringan dari prosedur-
prosedur yang disusun secara menyeluruh, untuk melaksanakan berbagai
kegiatanatau fungsi pokok dalam suatubadan usaha.Pengertian sistem
menurut ZakiBaridwan (1998: 3) adalah suatu kerangka dari prosedur-
prosedur yang salingberhubungan yang disusun sesuai dengan suatuskema
yang menyeluruh, untukmelaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama
dari perusahaan.
Dari beberapa definisi atau pengertian sistemtersebutdi
atasdapatdisimpulkan bahwa sistem adalahterdiri dari unsur-unsur yang
membentukstruktur sistem dan tiap - tiap unsur struktur tersebut bekerja
dengan suatu polatertentu untuk memenuhi tujuan sistem. Tiap–tiap unsur
26
struktur sistem memilikifungsi tertentu dan bekerja dengan proses tertentu
dalam mencapai tujuan sistem.
Jadi setiap sistem terdiri dari struktur dan proses. Struktur
sistemmerupakan unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut,
sedangkan prosessistem menjelaskan cara kerja setiap unsur sistem
tersebut dalam mencapai tujuansistem. Setiap sistem merupakan bagian
dari sistem lain yang lebih besar danterdiri dari berbagai sistem yang lebih
kecil, yang disebut sub sistem.MenurutMulyadi (2001 : 5) pengertian
sistem secara umum dapat dirinci lebih lanjutsebagai berikut:
a. Setiap sistem terdiri dari unsur–unsur. Unsur–unsur suatu
sistem terdiridari subsistem yang lebih kecil, yang terdiri dari
kelompok unsur yangmembentuk subsistem tersebut.
b. Unsur–unsurtersebut merupakan bagian terpadusistem
yangbersangkutan.Unsur–unsur sistem berhubungan erat satu
dengan lainyadan sifat serta kerja sama antar unsur sistem
tersebut mempunyai bentuktertentu.
c. Unsur sistem tersebut bekerjasama untukmencapai tujuan
sistem.Setiap sistem mempunyai tujuan tertentu.Unsur sistem
tersebut bekerjasama satu dengan lainnya dengan proses
tertentuuntuk mencapai tujuan.
d. Suatusistem merupakan bagian darisistem lain yang lebih
besar.Jadisistem dibuat untukmenangani sesuatu yang
berulangkali atau yang secararutin terjadi.
27
Pengertian pengendalian intern dalam arti luas dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu pengendalian administratif dan pengendalian
akuntansi. Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi dan
semua cara serta prosedur – prosedur yang berhubungan dengan efisiensi
usaha dan ketaatan terhadap kebijakan pimpinan perusahaan. Pengendalian
akuntansi meliputi rencana organisasi dan semua cara serta prosedur –
prosedur yang berhubungan dengan pengamanan harta milik perusahaan
serta dapat depercayanya laporan keuangan.
Pada perusahaan yang mempunyai ruang lingkup usaha yang
cukupbesar, seorang pimpinan tidak akan mampu menangani setiap
operasiperusahaansecara langsung.Keterbatasan ini menuntut perusahaan
untuk memiliki strukturpengendalian internal. Perlindungan
danpengawasan yang dilakukan oleh strukturpengendalian internal
yangmemadai dapat mengurangi terjadinya penyelewenganbaik itu
yangbersifatadministratif maupun yang bersifat fisik.Kalaupun
terjadi,halini dapat diketahui dan diatasi dengan cepat oleh manajemen.
Sedangkan pengertian pengendalian intern dalamarti
sempitmerupakan arti dari pengendalian intern yang mula-mula
dikenalsebagai internalchek, yaitu pengecekan penjumlahan
baikpenjumlahan mendatar (cross footing)maupun penjumlahan menurun
(footing) yang dilakukan oleh dua orang atau lebihyang bekerja secara
independen dengan tujuan untuk memperoleh kebenaranangka.
28
Pengendalian sangat penting dalam perkembangan
operasiperusahaan,karena masalah-masalah yang timbul sangat
komplek.Dengan demikian,diperlukan suatu pengendalian internal yang
baik dan memadai.Sesuai denganperkembangan zaman dan
jugaperkembangan dunia usaha, istilah pengendalianinternal pun
mengalami perkembangan tidak hanya untuk mengawasi kecermatandan
pembukuan, tetapi mempunyai arti luas yaitu meliputi seluruh
organisasiperusahaan.
Adapun pengertian pengendalian intern menurut beberapa para
ahliadalah sebagai berikut:
Menurut Tunggal (2001 : 1) pengendalian intern meliputi organisasi
dansemua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam
suatuperusahaan untuk mengamankan kekayaan, memelihara kecermatan
dansampaiseberapa jauh dapat dipercayanya data akuntansi.
Pengertian sistem pengendalian intern menurutMulyadi(2001 : 163)adalah
gabungan suatu sistem yang meliputi struktur organisasi, metodedan
ukuran–ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaanorganisasi,
mengecekketelitian dan keandalan data akuntansi,mendorongefisiensi dan
mendorong dipatuhinyakebijakan manajemen.
Pengendalian internal yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia(2001 : 319.2) pengendalian intern dapat didefinisikan sebagai
suatuproses yang dijalankan oleh dewan komisaris , manajemen, personel
lainentitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentangpencapaian tiga golongan tujuan organisasi :
a.keandalan pelaporan keuangan,
29
b.efektivitas danefisiensi operasi, dan
c.kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yangberlaku.
Dari pengertian pengendalian intern tersebut di atas, terdapat
beberapakonsep dasarmenurut Mulyadi (2002 : 180)sebagai berikut :
a. Pengendalian intern merupakansistem yang terdiri dari kebijakan–
kebijakandan prosedur-prosedur yang spesifik.
b. Dalam pengendalian intern terdapat tujuan yang telah ditetapkan
terlebihdahulu.
c. Pengendalian internmerupakansuatu proses untuk mencapai
tujuantertentu.
d. Pengendalian intern dijalankan oleh setiap tingkatan organisasi,
bukanhanya pedoman, prosedur dan kebijakan perusahaan saja.
e. Pengendalian intern diharapkanmampumemberikan keyakinan
yangmemadai, bukan keyakinan mutlakbagi manajemen dan dewan
komisarissuatu entitas
f. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tiga golongan tujuan
yangsaling terkait, yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan
terhadaphukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan
efisiensi operasi.
Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian intern atau
kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh
sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang
untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.
30
Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan
penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan
melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan
lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan
intelektual seperti merek dagang).
Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan
perusahaan dapat menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan
manajemen, para pemilik atau pemegang saham, kreditur dan para
pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang dijadikan dasar
pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh
manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan.
Lebih rinci lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung
dimaksudkan untuk mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan
laporan keuangan yang tepat serta menjamin ditaatinya atau dipatuhinya
hukum dan peraturan, hal ini disebut Pengendalian Intern, atau dengan
kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur
yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi
keuangan yang handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan
yang berlaku.
Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian intern berkaitan
dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu
31
terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis, serta
kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik,
pengendalian intern merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu (misalnya memastikan pembayaran terhadap pihak
ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang benar-benar dilakukan).
Prosedur pengedalian intern mengurangi variasi proses dan pada
gilirannya memberikan hasil yang lebih dapat diperkirakan. Pengendalian
intern merupakan unsur kunci pada Foreign Corrupt Practices Act (FCPA)
tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley tahun 2002 yang mengharuskan
peningkatan pengendalian intern pada perusahaan-perusahaan
publikAmerika Serikat.
Tujuan pengendalian intern adalah menjamin manajemen
perusahaan/organisasi/entitas agar:
1. Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2. Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya
3. Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan
pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat
menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan
manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan
sebagai pedoman dalam perencanaan.
32
Internal Control menurut Committee of Sponsoring Organizations
of the Treatway Commission (COSO) adalah suatu proses yang dijalankan
oleh dewan direksi, manajemen, dan staff untuk membuat reasonable
assurancemengenai :
e. Efektifitas dan efisiensi operasional
f. Reliabilitas pelaporan keuangan
g. Kepatuhan atas hokum dan peraturan yang berlaku
Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway
Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen
pengendalian intern yang meliputi Lingkungan Pengendalian (Control
Environment),Penilaian Risiko (Risk Assesment), Aktivitas Pengendalian
(Control Procedure), Pemantauan (Monitoring), serta Informasi dan
Komunikasi (Information and Communication).
2. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para
manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada
di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen
tunggal dalam persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan)
dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau yang
konservatif), struktur organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta
praktik kepersonaliaan. Lingkungan pengendalian ini amat penting
33
karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern
yang lain.
Perbedaan pengendalian internal dan pengendalian manajemen:
1. Pengendalian internal
a. pengendalian manajemen terdiri dari pengendalian intern
dan ekstern
b. lebih menekankan pada tujuan perusahaan dan
menghubungkan pengendalian manajemen untuk mencapai
tujuan
c. meliputi produksi, transportasi dan riset perusahaan.
2. Pengendalian manajemen
a. mengendalikan terdiri dari pengendalian administratif dan
pengendalian akuntansi
b. menekankan pada pengendalian terhadap mengamankan
aktiva perusahaan dengan melakukan pecatatan akuntansi
memadai
c. meliputi akuntansi meningkatkan efektifitas dan efisiensi
dan taat pada hukum yang berlaku.
COSO memperkenalkan lima komponen pengendalian intern
sebagai pembaharuan dari pengendalian manajemen. Pengendalian
manajemen lebih menekankan terhadap prosedur, sementara
pengendalian intern lebih menekankan peran manusia/pelaku
dibandingkan serangkaian prosedur.
34
3. Penilaian Risiko (Risk Assesment)
Menurut COSO penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis
dan interaktif untuk mengidentitikasi dan menilai risiko terhadap
pencapaian tujuan. Risiko itu sendiri dipahami sebagai suatu
kemungkinan bahwa suatu peristiwa akan terjadi dan mempengaruhi
pencapaian tujuan entitas dan risiko terhadap pencapaian seluruh
tujuan dari entitas ini dianggap relative terhadap toleransi risiko yang
diterapkan. Oleh karena itu penilaian risiko membentuk dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola oleh organisasi.
Prinsip- prinsip yang mendukung penilaian risiko menurut COSO
sebagai berikut :
2. Organisasi menetapkan tujuan dengan kejelasan yang
cukup untuk memungkinkan identifikasi dan penilaian
risiko yang berkaitan dengan tujuan.
3. Organisasi mengidentifikasi risiko terhadap pencapaian
tujuan diseluruh entitas dan analisis risiko sebagai dasar
untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
4. Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan dalam
menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.
5. Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan yang
signifikan dapat mempengaruhi system pengendalian
internal.
35
4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Aktivitas pengendalian adalah tindakan – tindakan yang ditetapkan
melaui kebijakan - kebijakan dan prosedur – prosedur yang membantu
memastikan bahwa arahan manajemen untuk mengurangi risiko
terhadap pencapaian tujuan dilakukan. Aktivitas pengendalian
dilakukan pada semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam
proses bisnis dan atas lingkungan teknologi.
Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan
diterapkan dalam berbagai tindakan dan fungsi organisasi. Aktivitas
pengendalian meliputi kegiatan yang berbeda, seperti : otorisasi,
verifikasi, rekonsiliasi, analisis potensi kerja, menjaga keamanan harta
perusahaan dan pemisahan fungsi.
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan
menemukan kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian.
Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik dengan cara
penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha
pemantauan yang terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati
perilaku karyawan atau tanda-tanda peringatan yang diberikan oleh
sistem akuntansi.
36
Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat
terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur
korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal
adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem
pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan
penilaian atas pengendalian intern sebagai bagian dari audit atas
laporan keuangan.
5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang
penting dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang
lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan
monitoring diperlukan oleh manajemen sebagai pedoman operasional
dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-
peraturan yang berlaku pada perusahaan.
Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan.
Manajemen dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai
standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh
pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.
Ada 3 prinsip yang mendukung komponen informasi dan
komunikasi dalam pengendalian intern menurut COSO, yaitu :
37
1. Organisasi memperoleh atau menghasilkan dan menggunakan
informasi yang berkualitas dan relevan untuk mendukung fungsi
pengendalian internal.
2. Organisasi secara internal mengkomunikasikan informasi,
termasuk tujuan dan tanggung jawab untuk pengendalian internal
dalam rangka mendukung fungsi.
3. Organisasi berkomuniasi dengan pihan internal mengenai hal – hal
yang mempengaruhi fungsi pengendalian internal.