Upload
lekhanh
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Internet dan Electronic Banking
2.1.1 Internet
Menurut Randall & Latulipe (1995), Internet berasal dari kata Interconnection
Networking, dimana secara sederhana didefinisikan sebagai “A global network of
computer network”, jaringan komputer universal yang terbentuk dari jaringan-
jaringan kecil tersebar diseluruh penjuru dunia yang saling berhubungan satu dengan
lainnya. Nielsen (1995) mendeskripsikan Internet sebagai sistem komunikasi dua
arah dengan kemampuan untuk pengiriman pesan keberbagai individu, Internet
merupakan perpaduan antara karakteristik one-to-one connection (telepon) dan one-
to-many connection (radio, televisi). Sedangkan Engst, Low & Simon (1995)
menggambarkan Internet sebagai suatu pikiran dengan banyak partisipan dan
dihubungkan dengan perangkat keras, perangkat lunak, serta jumlah informasi global
yang sangat banyak.
Ellsworth & Ellsworth (1995) mendefinisikan Internet sebagai “ Internet is a
large interconnected network of computer networks linking people and computers all
over the world via phone lines, satellites and other communications system”, jaringan
luas yang saling berhubungan dari banyak jaringan komputer di seluruh dunia yang
6
7
menghubungkan manusia lewat saluran telepon, satelit dan sistem komunikasi
lainnya.
Internet merupakan inovasi radikal dalam bidang komputer dan komunikasi.
Perkembangan Internet membawa dampak perubahan yang radikal pula dalam segala
bidang bisnis, terutama dalam transaksi pembayaran on-line yang erat hubungannya
dengan bidang perbankan.
2.1.2 Electronic Banking
Dengan berkembang pesatnya teknologi informasi, transaksi perbankan
semakin banyak dilakukan secara elektronik, yang dikenal sebagai e-banking. Selain
bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan perbankan kepada nasabah,
kapan dan dimanapun mereka berada, biaya yang dibebankan kepada nasabahpun
lebih murah.
Matriks kerangka strategi usaha Hartman (2000) memberikan panduan bagi
pengelola bank berbasis e-banking dalam mengetahui keberadaan posisi strategi e-
banking yang dikembangkan;
8
OPERATIONAL BREAKTHROUGH 3 EXCELLENCE STRATEGIES 4
Reengineering Market Creation Business Leveraging Strength New Business Model Criticality Efficiency Focused Shift Industry Dynamics High Risk High Risk
NEW RATIONAL FUNDAMENTALS EXPERIMENTATION
Cost Saving New Market Segments Webification Business Model Shift Experience Building New Revenue Source 1 Low Risk Low Risk 2 Practice Innovation
Gambar 2-1 Kerangka Startegi Usaha, Sumber : Hartman (2000)
Pada kuadran 1 dan 2, peranan e-banking masih dalam tahap inovasi dan
belum signifikan, lebih merupakan suatu kelebihan yg baik untuk dimiliki (nice to
have). Pada kuadran 3 dan 4 peranan e-banking memiliki fungsi kritis sehingga harus
dimiliki dan harus diimplementasikan secara efektif. Perbankan pada kuadran 3 harus
memiliki aplikasi e-banking karena ketergantungannya yang tinggi untuk bersaing
dengan para kompetitor, dan pada kuadran 4 perbankan harus membangun sistem
yang dapat membedakan dari kompetitor lainnya.
Kuadran 1 dan 3 bertujuan untuk melakukan efisiensi (cost and benefit) pengadaan
dan penetapan aplikasi yang bermanfaat, sedangkan kuadran 2 dan 4 merupakan
usaha meningkatkan sumber pendapatan perusahaan.
Menurut Redhead & Povey (1998) e-banking bertujuan untuk memberikan
kemudahan akses dan service bagi nasabah. Baik pihak Bank maupun nasabah saling
9
memperoleh keuntungan dengan diperkenalkannya sistem e-banking, karena pihak
Bank dapat menawarkan jasanya dengan biaya yang lebih rendah, dan nasabah dapat
mengakses pelayanan bank setiap saat dan dari lokasi manapun.
Aplikasi-aplikasi e-banking yang kompleks serta canggih memungkinkan
transaksi yang dilakukan nasabah tidak hanya seputar transfer uang, tetapi dapat pula
melakukan pembayaran (listrik, telpon, dan lain-lain) serta pemesanan barang dan
transaksi saham, hal ini dimungkinkan karena bank yang bersangkutan telah
mempunyai jaringan on-line serta real time dengan berbagai rekanan bisnis dimasing-
masing bidang. Melalui e-banking, perbankan secara signifikan telah menciptakan
segmen pasar yang memungkinkan konsumen (nasabah) memakai produk dan jasa
perbankan dimana dan kapan saja.
Dengan adanya e-banking, nasabah tidak harus mengunjungi kantor cabang
bank untuk melakukan transaksi perbankan, bahkan setelah makin berkembangnya
pemakaian internet, komunikasi menjadi semakin tanpa batas. E-banking juga
memungkinkan terobosan strategi seperti virtual banking, jalur perbankan tanpa
adanya kantor bank secara phisik.
2.2 Self Service Terminal
Pertumbuhan cepat bidang teknologi dan perangkat keras berbasis komputer
ditunjang dengan jaringan komunikasi dengan akses berkecepatan tinggi,
memungkinkan dunia perbankan juga semakin meningkatkan jasa pelayanan terhadap
10
nasabahnya melalui Self Service Terminal, yang dapat melayani kebutuhan nasabah
tanpa terikat pada jam kerja kantor Bank.
Urutan perkembangan Self Service Terminal di Indonesia adalah:
• Mesin ATM – merupakan Self Service Terminal pertama yang dikenal luas
oleh pengguna jasa perbankan di Indonesia.
• Phone Banking – dikenal juga dengan Call Centre dimana transaksi perbankan
dilakukan melalui telepon berdasarkan instruksi digital.
• Internet Banking – amat popular akhir-akhir ini, dan menjadi pilihan utama
nasabah karena efektivitas dan efisiensi penggunaannya. Dipelopori oleh
Bank Papan Sejahtera (1996) dan Bank Lippo (1997) disusul Bank
International Indonesia dan Bank Bali (1998) serta BCA (2000), namun sejak
akhir tahun 2001 fasilitas Internet Banking BCA menjadi yang terbanyak
dipergunakan.
• Kiosk – Electronic Kiosk yang menyediakan jasa pelayanan perbankan non-
cash (diluar penarikan uang tunai) dan berbasis Internet (web based) dengan
Tombol sentuh (touch screen) serta dapat beroperasi sepanjang waktu.
Disiapkan dilokasi yang mudah dan sering dikunjungi banyak orang. Pada
Elektronik Kiosk dapat dilakukan transaksi yang agak sulit dikembangkan di
ATM yang konvensional, misalnya, pembelian tiket bioskop (dapat melihat
preview-nya), melakukan transfer ke bank lain (dapat memasukkan informasi
beneficiary karena dilengkapi dengan virtual keyboard) dan lainnya.
11
Kiosk yang dikembangkan Bank Bali dan Bank Niaga menyediakan pula
beberapa Self Service Terminal yang dapat dioperasikan sendiri oleh nasabah
seperti, Pass Book Printer (mencetak transaksi di buku tabungan), Phone
Banking dan juga mesin ATM sekaligus dilokasi Kiosk tersebut
Kiosk kurang mendapat minat dari nasabah sampai saat ini, kemungkinan
disebabkan kurangnya customer communication & education (keterangan
yang lengkap dan pelatihan penggunaan) atas fungsi-fungsi peralatan di
Kiosk, dan juga karena preferensi nasabah yang mungkin lebih menyukai
interaksi langsung dengan staff Bank pada saat melaksanakan transaksi
perbankan non-tunai ini.
• Mobile Banking – dikembangkan dengan beberapa konsep keunggulan seperti
simpel, efisien, menghindari antrian pelayanan dikantor bank dan ATM.
Mobile Banking menawarkan fasilitas jasa perbankan melalui jaringan
telepon, yang memungkinkan nasabah mendapat fasilitas pelayanan
perbankan non cash dengan transaksi seperti pengecekan saldo, pemindah
bukuan rekening, pembayaran produk dan jasa, bahkan pemesanan barang,
yang dilakukan melalui instruksi yang dikirimkan secara SMS dengan telepon
genggam. Fasilitas yang digunakan saat ini di Indonesia dioperasikan dengan
menggunakan SIM Tool Kit (harus diganti dengan kartu mobile phone khusus
bank yang bersangkutan, seperti BCA, HSBC, Bank Buana dan Panin) dan
Plain SMS (tetap memakai kartu mobile phone nasabah, seperti Bank Bali dan
Bank Mandiri).
12
Dengan semakin banyak serta beraneka ragam fasilitas jasa pelayanan perbankan
yang dapat diakses nasabah kapan dan dari manapun, Internet Banking diperkirakan akan
merupakan pilihan utama selain mesin ATM masih menduduki ranking pertama Self Service
Terminal perbankan
2.3 Anjungan Tunai Mandiri ( ATM )
Mesin ATM yang masuk dan mulai beroperasi di Indonesia sejak tahun 1988
ini semula hanya memberikan service perbankan sebagai mesin penarik uang tunai
dan informasi saldo rekening, tetapi sejalan dengan perkembangan teknologi
perangkat keras maupun lunak, jaringan komunikasi serta persaingan penjualan
produk dan jasa yang dilakukan dunia perbankan untuk memberikan pelayanan yang
lebih efektif serta efisien, mesin ATM juga ikut berkembang dengan penambahan
fasilitas transaksi pemindah bukuan dana serta berbagai pembayaran produk dan jasa.
Guna mempermudah pelayanan terhadap nasabah secara menyeluruh,
beberapa bank melakukan kerja sama dengan membangun fasilitas ATM gabungan,
dipelori oleh jaringan ATM bersama dibawah penanganan oleh Lintas Arta pada
tahun 1989, saat ini semakin banyak jenis fasilitas ATM gabungan yang ditawarkan.
Sumber data Bank Indonesia mencatat jumlah perkiraan pengoperasian mesin
ATM gabungan per awal tahun 2002 sebagai berikut:
• Jaringan ALTO 2200 ATM
• Jaringan ATM Bersama 1200 ATM
13
• Jaringan LINK 3500 ATM
Ada beberapa duplikasi dalam keanggotaan jaringan gabungan seperti Bank
Bali dan Universal (merger ke Bank Permata) memiliki sekitar 450 unit mesin ATM
tergabung dalam jaringan ALTO juga di jaringan ATM Bersama, dan BRI merupakan
anggota jaringan ATM Bersama sekaligus jaringan LINK dengan 500 unit ATM.
Dengan jaringan besar ATM BCA yang mencapai 2300 unit mesin, BNI sekitar 1800
unit mesin, Bank Mandiri dengan 1200 unit mesin, BII 700 unit mesin , Danamon
700 unit, beserta Bank-bank lainnya, maka total populasi mesin ATM di Indonesia
telah mencapai lebih dari 10.000 unit mesin di tahun 2002, dimana terjadi
pertumbuhan sekitar 1250 unit mesin ATM atau sekitar 12.5% dari populasi pada
akhir tahun 2001.
Diperkirakan untuk tahun 2003 akan terjadi peningkatan jumlah popolasi mesin ATM
sebesar 15% bila ditinjau dari rencana pengembangan beberapa Bank dengan jaringan
luas dan jumlah nasabah yang besar.
2.4 Internet Banking
Electronic Banking berbasis Internet yang dikenal sebagai Internet Banking
muncul sebagai aplikasi e-business bagi kegiatan dunia perbankan. Bank
menggunakan fasilitas Internet untuk menawarkan produk jasa pelayanan perbankan
dengan cara yang lebih efisien. Internet Banking adalah bentuk E-commerce yang
dilakukan oleh pihak bank (Minoli & Minoli, 1998).
14
Menurut Graham (1999) ada tiga level pencakupan Internet Banking yaitu:
• Informasi (tidak ada interaksi antara web server dengan jaringan internal
bank)
• Komunikasi (interaksi nasabah dibatasi pada fasilitas e-mail, pengecekan
rekening)
• Transaksi (transaksi nasabah dilaksanakan melalui web) – ada resiko yang
berbeda antar jenis bisnis.
Internet Banking dimulai sejak Bank Wells Fargo menampilkan rekening
koran nasabahnya di situs Web pada tahun 1996. Ada dua jenis banking yang
berkaitan dengan Internet, pertama adalah Bank yang mempunyai gedung/kantor dan
membangun situs Web serta menawarkan servicenya melalui Internet, kedua adalah
Bank yang seutuhnya dibangun didalam Internet, virtual, tanpa kantor bank, dengan
sistem utama yaitu server yang terdaftar sebagai bank, seperti netbank
(www.netbank.com) atau compubank (www.compubank.com).
Evolusi dari perbankan dapat dilihat dari tahun ke tahun sebagai berikut:
15
Gambar 2-2 Evolusi Perbankan Sumber : Anthony L. (2000), Nomura International Internet Banking Report
2.4.1 Kelebihan dan kekurangan Internet Banking
Dari kedua tabel perbandingan antara Internet Banking dengan
Traditional Banking dibawah ini dapat ditarik kesimpulan adanya kelebihan dan
kekurangan pada fasilitas Internet Banking.
16
Tabel 2-1 Perbandingan servis perbankan dengan dan tanpa Internet Banking
Sumber : Fitzsimmons (2000, hal. 243)
Tabel 2-2 Kelebihan dan Kekurangan Internet Banking
Sumber : Fitzsimmons (2000, hal. 243)
Perbandingan dan pengukuran beberapa unsure pelayanan yang dilakukan
dengan Internet dan dilakukan secara tradisional, memberikan gambaran akan
kelebihan serta kekurangan transaksi secara Internet.
17
Kelebihan Internet Banking antara lain:
1. Nasabah dapat mengakses melalui computer dan modem dari lokasi manapun
2. Jasa pelayanan tersedia 7 hari seminggu dan 24 jam sehari (sepanjang waktu).
3. Transaksi serta konfirmasi pelaksanaannya dapat segera didapat
4. Waktu proses sebanding dengan waktu proses transaksi melalui mesin ATM
5. Jenis transaksi yang dapat dicakup sangat luas, dan dapat terus dikembangkan
Beberapa kekurangan Internet Banking diantaranya:
1. Nasabah harus dapat menggunakan komputer dan mengerti cara mengakses
Internet
2. Perlu ada Computer dan Internet akses atau pergi ke Warnet untuk dapat
melakukan transaksi Internet Banking
3. Perlu mendaftar dan mengeset data sebelum dapat melakukan transaksi
4. Beberapa Bank memungut biaya pendaftaran untuk fasilitas Internet Banking.
Tujuan utama pengembangan Internet Banking selain efektifitas, adalah
efisiensi baik bagi pihak Bank maupun nasabah. Hasil riset Goldman Sachs dan
Boston Consulting Group (2000) menunjukkan biaya transaksi lewat Internet
Banking adalah yang terendah dibandingkan dengan transaksi langsung di kantor
cabang Bank, lewat telepon, lewat PC Banking bahkan juga lewat mesin ATM.
18
Gambar 2-3 Perbandingan biaya transaksi finansial Sumber: Goldman Sachs dan Boston Consulting Group (2000)
Electronic Financial Lanscape Around the World
2.4.2 Kesempatan berkembang Internet Banking
Keberhasilan maupun kegagalan Internet Banking dalam mencapai sasaran
yang diharapkan pihak perbankan, bergantung dari respon nasabah atas fasilitas yang
ditawarkan tersebut. Tujuan utama Bank mengembangkan Internet Banking adalah
agar dapat meningkatkan service dan kualitas layanan kepada nasabah. Apabila
nasabah menanggapi dengan baik bahkan merasa antusias atas fasilitas layanan ini,
pihak Bank dapat segera memperluas fasilitas jaringan Internet Banking mereka.
Sebaliknya apabila sebagian besar nasabah tidak antusias atas fasilitas yang dianggap
sangat efisien serta mempunyai efektivitas tinggi ini, maka pihak Bank akan gagal
memperoleh kesempatan dan keuntungan yang ditawarkan lewat keunggulan Internet.
19
Wenninger (2000) mengatakan bahwa transaksi bisnis perbankan akan
mengarah ke transaksi secara elektronik. Internet Banking akan memproses
pembayaran untuk nasabah pembeli dan merealisasikan pembayaran kepada nasabah
penjual, tetapi sangat kecil kemungkinan dapat berhubungan secara independen
kepada nasabah pembeli dan penjual sekaligus.
Penting bagi Bank saat ini untuk memiliki situs Web dan jaringan Internet
Banking, tetapi sifat Internet sebagai jaringan publik, bebas di akses setiap orang,
sehingga harus diantisipasi resiko terhadap para hacker/pengacau dan pelaku kriminal
Internet.
2.4.3 Pertumbuhan Internet Banking di Indonesia
Internet Banking mulai dikenal di Indonesia sejak 1996 berupa situs Web
statis oleh Bank Papan Sejahtera, dan diikuti oleh Bank Lippo pada tahun 1997. Bank
Bali dan BII memperkenalkan Internet Banking dengan transaksi aktif mulai tahun
1998, dan Internet Banking BII boleh dikatakan sebagai pelopor penggunaan
transaksi Internet Banking oleh cukup banyak nasabah yang dipengaruhi trend
penggunaan Internet dan juga cukup banyaknya fasilitas on-line yang ditawarkan.
Internet Banking BCA yang dikenal sebagai Klik BCA mulai banyak dibicarakan
sejak awal tahun 2000, sehubungan dengan jumlah nasabah BCA yang mencapai
jutaan, transaksi Klik BCA sejak tahun 2001 merupakan Internet Banking yang paling
banyak dipakai, jauh melebihi BII dan Bank lainnya terutama setelah BCA
melakukan perbaikan sekuriti transaksi yang sempat di hack / ditembus oleh pakar
20
sistem jaringan komputer. Info internal pertumbuhan Internet Banking BCA
menunjukan kenaikan yang amat signifikan yaitu 29.000 pengguna di tahun 2000
berkembang menjadi 217.000 pengguna di tahun 2001 dan rata-rata 9.700 transaksi
perbulan menjadi 566.000 transaksi perbulan pada tahun 2001. Internet Banking BII
juga bertumbuh pesat, dengan rata-rata transaksi 150.000 per bulan diawal 2001
menjadi rata-rata 280.000 transaksi di tahun 2002.
Bank-Bank lain seperti Bank Universal, Bank Niaga juga mengembangkan
Internet Banking mereka untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para
nasabahnya. Bank Universal yang merger bersama Bank Bali kedalam Bank Permata
menggunakan backbone Internet Banking Bank Bali yang telah beroperasi cukup baik
selama ini. Bank BNI dan Mandiri juga mulai mengembangkan jaringan Internet
Banking mereka. Proses pertumbuhan Internet Banking dengan fasilitas-fasilitas
transaksi yang ditawarkan sampai awal tahun 2002 dapat dilihat pada tabel dibawah;
Tabel 2.3 Perkembangan proses/transaksi Internet Banking di Indonesia
Sumber: Penelitian oleh Nurlizah (2001): Thesis Pasca Sarjana Bina Nusantara
21
Berdasarkan survei yang dilakukan Suharti (2001) dalam thesisnya berjudul
“Impact of Personal Characteristics, Motivation and Trust on the Effectiveness of
Internet Banking in Jakarta” (pengaruh kareakteristik pribadi, motivasi, dan
kepercayaan terhadap efektivitas Internat Banking di Jakarta), menghasilkan
kesimpulan bahwa Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan Gaya hidup tidak
mempunyai pengaruh terhadap penggunaan Internet Banking. Sedangkan tingkat
Motivasi dan Tingkat Kepercayaan nasabah mempunyai pengaruh terhadap
penggunaan Internet Banking.
Karakter pribadi : Umur, Pendidikan, J.Kelamin, Pekerjaan, Pendapatan, Gaya hidup
Motivasi
Efektivitas e-banking
Penggunaan
Persepsi
Kepercayaan
Karakter pengguna
Gambar 2-4 Model penelitian Suharti (2001) –
Pengaruh Karakteristik terhadap keefektifan e-banking Sumber : Thesis Pascasarjana Bina Nusantara
22
Hasil survei yang dilakukan Fonny (2001) dalam thesis berjudul “Analisis
Faktor Yang Mempengaruhi Transaksi Yang Sering Dipilih dan Jumlah Transaksi
Melalui Internet Banking” diperoleh hasil 48,2% pengguna Internet Banking
berpendidikan Strata-1, 43% pengguna berpenghasilan antara 1-4 juta rupiah per
bulan, 49,4% akses Internet Banking dilakukan dari kantor. Sedangkan transaksi
berupa transfer dana dan informasi saldo mencapai 82.8%, dan transaksi pembayaran
rekening 14.3%. Kesimpulan dari survei tersebut bahwa faktor Kepercayaan dan
Penghasilan seseorang mempengaruhi aspek Transaksi yang dipilih serta Jumlah
transaksi, sedangkan faktor Demografi, Akses, Keamanan data dan Kenyamanan,
tidak mempengaruhi aspek Transaksi yang dipilih serta Jumlah Transaksi.
Demografi: Usia, J. Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Lokasi akses, Lokasi Bank/ATM, Penghasilan
Kepercayaan
Akses
Keamanan Data
Transaksi perbankan melalui Internet Banking
Transaksi yang sering dipilih
Jumlah Transaksi
Kenyamanan
Faktor yang mempengaruhi
Gambar 2-5 Model penelitian Fonny (2001) –
Faktor yang mempengaruhi Transaksi perbankan melalui Internet Banking Sumber : Thesis Pascasarjana Bina Nusantara
23
Sedangkan Christina (2002) dengan thesisnya berjudul “Analisis Pengaruh E-
Banking Terhadap Loyalitas dan Tingkat Kepuasan Nasabah” menyimpulkan bahwa
Keamanan bertransaksi serta Pelayanan yang Luas dan Cepat berpengaruh secara
signifikan terhadap Loyalitas Nasabah, sedangkan Kemudahan dalam bertransaksi
berpengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kepuasan nasabah.
Hasil survei yang dilakukan mencatat 58.3% Internet Banking dipakai oleh Karyawan
dan 18.3 % oleh Profesional dan Usahawan. Pengaksesan Internet Banking 54.2%
dilakukan dari Kantor, dan 80.8% responden Tidak mengakses Internet Banking tiap
hari. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan nasabah memilih Internet Banking
adalah:
• 56.7% disebabkan dapat diakses Kapan dan Dimana saja
• 23.3% karena faktor Kecepatan
• 15.8% karena faktor Efisiensi (murah)
• 3.3% karena Nyaman
• 0.8% karena faktor Aman
24
Keamanan Bertransaksi
Kemudahan Bertranssaksi
Jaminan Kerahasiaan
Ketepatan dan Keakuratan dalam memperoleh Informasi
Loyalitas Nasabah
Tingkat Kepuasan Nasabah
Pelayanan yang Luas dan Cepat
Faktor yang mempengaruhi e-banking di BCA, Bank Bali, Lippo Bank dan BII
Gambar 2-6 Model penelitian Christina (2002) – Analisis Pengaruh E-banking terhadap Loyalitas dan Tingkat Kepuasan Nasabah
Sumber : Thesis Pascasarjana Bina Nusantara
2.5 Konsep Kepuasan Pelanggan
Sebaik apapun usaha yang dilakukan, organisasi dalam hal ini Bank tidak
akan pernah dapat memuaskan semua pelanggannya yaitu Nasabah, karena setiap
orang mempunyai persepsi dan keinginan serta kebutuhan masing-masing.
Model Kano dibawah ini memperlihatkan secara dibawah sadar, pelanggan
mengharapkan pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs), apabila kebutuhan dasar
tidak dipenuhi, mereka akan sangat kecewa, tetapi untuk memenuhi kepuasaan
pelanggan tidak dapat dilakukan hanya dengan pemenuhan kebutuhan dasar, masih
25
ada kebutuhan ekspektasi yang tidak mutlak harus dipenuhi tetapi sangat penting
untuk dapat disediakan untuk memuaskan pelanggan.
Customer satisfaction
Fully achieved
Basic needs
Very satisfiedExciting experiences
Expected needs
Degree of
achievement
Very dissatisfied
Spoken
Unspoken
Did not do at all
Unspoken
Gambar 2.7 Model Kano Kepuasan Pelanggan Sumber: Bergman, Bo and Klefsjo (1994, hal 282),
Quality: from Customer Needs to Customer Satisfaction
Untuk mengidentifikasi sektor pasar dari pelanggan, dapat dikelompokan
berdasarkan faktor geografi, demografi, kebiasaan hidup dan perilaku konsumen,
sehingga dapat diantisipasi produk dan jasa apa yang dibutuhkan masing-masing
kelompok tersebut.
26
Tabel 2-4 Perbedaan konsumen berdasarkan segmentasi
Sumber : Kotler (1997) - Marketing Management
2.5.1 Pola Perilaku Konsumen
Pola perilaku konsumen adalah sesuatu yang komplek dan sukar untuk
dipelajari. Dibutuhkan suatu model atau pola untuk dapat menanganinya. Kotler
(1997) membuat model pola perilaku konsumen dalam membuat keputusan, sebagai
berikut:
Gambar 2-8 Model Perilaku Konsumen Sumber: Kotler (1997), Marketing Management
Menurut Kotler (1997, hal 171-172), secara bawah sadar perhatian konsumen
akan terinspirasi oleh cara pemasaran, situasi dan lingkungan. Para pemasar harus
mengerti karakteristik dari pelanggan, keadaan sosial, kebudayaan, dan kepribadian
27
kelompok pelanggan, agar dapat mengetahu perilaku konsumen dan proses keputusan
membeli mereka.
Ambrose dan Johnson (1998) memperkenalkan perilaku konsumen dalam
business melalui Internet dengan model gambar 2.9, dimana dasar perilaku pembelian
adalah “kepercayaan”. Model ini menggambarkan hubungan antara pembeli dan
penjual dengan membangun kepercayaan dan motivasi konsumen, yang sangat
penting dalam bisnis Internet.
Gambar 2-9 Model Perilaku Konsumen Sumber: Ambrose & Johnson (1998)
A Trust-based model of buying behavior n electronic retailing
Metode penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai konsumen
dilakukan dengan dua cara pendekatan, melalui observasi dan komunikasi (Loudon &
Della Bitta, 1984, hal. 64). Untuk mengetahui karakteristik konsumen, dilakukan
28
penelitian secara Demographic (statistik dari umur, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan lokasi tempat tinggal), Consumer activity (kapan membeli, lokasi
pilihan ) dan Cognitive measures ( pengetahuan, kebiasaan, persepsi, motivasi dan
proses menerima informasi).
2.5.2 Ekspektasi dan Kepuasan Pelanggan
Ekspektasi pelanggan dalam hal Internet Banking adalah ideal, merupakan
harapan berdasarkan tingkat keinginan nasabah, sehingga kondisi terbaik yang
diinginkan nasabah adalah tanpa batas.
Oliver (1999) menggambarkan jenjang tingkatan harapan, dari Intolerate
(tidak dapat ditoleransi) yang paling rendah, sampai Ideal dijenjang tertinggi, yang
merupakan tingkatan harapan yang sukar dijangkau.
Zona Toleransi
Zona Tak Berpengaruh
Ideal
Excellence
Desired
Deserved
Needed
Adequate
Minimum tolerable
Intolerable
Gambar 2.10 Jenjang Harapan Sumber: Oliver (1999), Saticfaction
29
Jenjang Ideal adalah harapan yang sukar dipenuhi, tingkat Excellence atau
istimewa adalah tingkatan harapan yang diinginkan nasabah. Tingkatan Desire
merupakan ekspektasi nasabah misalnya fasilitas ATM, suku bunga khusus, dll.
Tingkat Deserved adalah harapan sesuai dengan kontribusi yang diberikan nasabah,
sedangkan tingkatan Needed merupakan kebutuhan yang paling mendasar, seperti
dapat menyimpan dan menarik uang simpanan.
Dalam buku “Quality: from Customer Needs to Customer Satisfaction”,
Bergman and Klefsjo (1994, p269) menjelaskan Grönroos’ Service Quality Model
dibawah ini. Model ini menggambarkan hubungan antara pengetahuan atas jenis
servis yang ditawarkan dengan harapan dari nasabah.
Expected service Experienced quality
Environment
Availability
Customer contacts
Attitudes
Functional quality
ADB system
Knowledge Machines
Technical solution
Technical quality
Image
Experienced service
Gambar 2-11 Grönroos’ Service Quality Model
WHAT HOW ?
Sumber: Bergman, Bo and Klefsjo (1994, hal. 270), Quality: From Customer Needs to Customer Satisfaction
30
Pengetahuan nasabah ini bergantung pada dua dimensi, kualitas secara tehnik
yaitu servis apa yang ditawarkan, dan kualitas secara fungsional yaitu bagaimana
memanfaatkan jenis servis tersebut.
Kotler (2000) mendefinisikan kepuasan sebagai “perasaan senang atau kecewa
seseorang, akibat membandingan hasil suatu produk/jasa dengan apa yang
diharapkannya”
Beberapa metode untuk mendeteksi dan mengukur kepuasan pelanggan:
• Sistem Kritik dan Saran
• Survei Kepuasan Pelanggan
• Analisis pelanggan yang hilang
• Ghost Shopping, metode memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk
mencoba dan menganalisa produk perusahaan dengan produk pesaing.
Tingkat kepuasan pelanggan Internet Banking berbeda dengan pelanggan
produk lainnya, gambar model Lee (1999) atas kepuasan pelanggan terhadap servis
On-line Internet menjelaskan faktor-faktor yang mengkontribusi kepuasan pelanggan
Internet servis.
31
Dalam Internet Banking, faktor web site store-front harus diganti Internet Banking,
sedangkan pricing attractiveness/harga yang menarik, dan logistic support tidak
termasuk
Gambar 2-12 Model Kepuasan Pelanggan On-line Internet Servis Sumber: Lee (1999, hal. 83) A Comprehensive Model of Internet Consumer Satisfaction
Variabel yang relevan dalam pengukuran kepuasan pelanggan Internet
Banking:
• Kecepatan pelayanan (speed of service)
• Kecepatan transaksi (response time)
• Pengetahuan produk (product knowledge)
• Pengetahuan tehnis (technical knowledge)
• Kemampuan untuk mengatasi masalah (ability to solve problem)
32
2.6 Kualitas Sistem Internet Banking
Dalam jaringan sistem Internet Banking yang berbasis Internet, diperlukan
beberapa variabel kualitas sistem yang dapat menunjang keberhasilannya.
Menurut Lee (1999), variable dalam kualitas sistem Internet Banking adalah:
1. Security (keamanan) – unsur yang paling utama karena Internet adalah akses
publik. Elemen keamanan harus mencakup Authentication (pengecekan
identifikasi sebelum transaksi), Integrity (data dan informasi tidak berubah
saat dalam transmisi pengiriman), Privacy (data pelanggan dijaga dari
penyalah gunaan)
2. Keandalan Sistem – mempengaruhi kepercayaan nasabah, Bank harus
membuat standar prosedur untuk melindungi transaksi dari kesalahan sistem.
3. Kecepatan Transaksi – kecepatan sangat penting karena nasabah
mengharapkan transaksi dapat diselesaikan secepat mungkin.
4. Kemudahan penggunaan – sistem harus mudah dipelajari karena latar
belakang nasabah tidak memungkinkan semua nasabah mengerti
pengoperasian sistem tehnologi yang sukar.
5. Kualitas isi situs Internet – format harus baik, lengkap, dapat diakses dalam
waktu singkat dan dapat diandalkan.