Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pajak Hotel
2.1.1. Definisi Pajak
Menurut Sabil (2017), “Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan menjadi salah satu
kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya.”
Menurut Suharyadi (2019), “Pajak masih menjadi salah satu penerimaan
negara yang paling besar yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan
juga meningkatkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Menurut Waluyo dalam Suleman (2019) Pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Mardiasmo (2016) Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Rochmat Soemitro dalam Murifal (2019) Pajak ialah iuran rakyat
kepada negaranya berdasarkan Undang-Undang atau peralihan kekayaan dari
sektor swasta kepada sektor publik yang bisa dipaksakan dan yang langsung
dapat ditunjuk serta digunakan untuk membiayai kebutuhan atau kepentingan
umum.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pajak
adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (yang
dapat dipaksakan) yang terutang berdasarkan undang-undang dengan tidak
8
mendapatkan jasa timbal balik dari Negara secara langsung yang digunakan untuk
kesejahteraan umum.
2.1.2. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara dalam membiayai seluruh pengeluaran, termasuk pengeluaran
untuk pembangunan.
Menurut Resmi (2014) terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan.
2. Fungsi Regulerend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
2.1.3. Asas Pemungutan Pajak
Asas-asas pemungutan pajak merupakan dasar dan pedoman yang digunakan
oleh pemerintah saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak.
Menurut Mardiasmo (2016), mengemukakan bahwa pemungutan pajak didasarkan
pada:
9
1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
2.1.4. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dalam perpajakan di Indonesia merupakan sebuah
mekanisme yang digunakan untuk menghitung besarnya pajak yang harus dibayar
wajib pajak ke negara. Menurut Mardiasmo (2016), menyatakan bahwa macam-
macam sistem pemungutan pajak yaitu:
1. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib
pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
10
3. Withholding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk memotong
atau memungut pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2.1.5. Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa
terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta
rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Pengenaan pajak hotel sendiri tidak mutlak ada pada seluruh daerah
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan
yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak
suatu jenis pajak kabupaten atau kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada
suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu
menerbitkan peraturan daerah tentang pajak hotel. Peraturan ini akan menjadi
landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan
pajak hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
2.1.6. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel
Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum
yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar
hukum pemungutan pajak hotel antara lain:
11
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah.
3. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang pajak hotel.
2.1.7. Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Hotel
1. Objek Pajak Hotel
Menurut peraturan daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2016 tentang
pajak daerah, objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
Yang termasuk objek pajak hotel yang dimaksud antara lain:
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas jangka pendek. Dalam pengertian rumah
penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh) atau lebih
yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan. Fasilitas penginapan atau
fasilitas tinggal jangka pendek antara lain: losmen, motel, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, dan rumah penginapan.
b. Pelayaanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tempat
tinggal jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.
Pelayanan tersebut antara lain: telepon, faksimili, teleks, fotokopi, pelayanan
cuci, seterika, transportasi sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan
untuk umum. Fasilitas olahraga dan hiburan antara lain: pusat kebugaran (fitness
center), kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik, yang disediakan atau
dikelola hotel.
d. Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
12
2. Bukan Objek Pajak Hotel
Tidak termasuk objek pajak hotel sebagaimana dimaksud pada Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2010 adalah:
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah.
b. Jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya.
c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan
dan panti sosial lainnya yang sejenis, dan
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang
dapat dimanfaatkan oleh umum.
2.1.8. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pajak Daerah, subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahan hotel. Secara
sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati fasilitas dan
pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan wajib pajak hotel adalah orang
pribadi atau Badan yang mengusahakan hotel yang bertindak sebagai wajib pajak
yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak) dan
melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya.
2.1.9. Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau
13
jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga)
bulan kalender, yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor,
dan melaporkan pajak yang terutang. Saat terutangnya pajak ditetapkan pada saat
terjadinya pelayanan di hotel, pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya
pelayanan, dan pembayaran menggunakan bill atau bukti pembayaran lainnya.
2.1.10. Dasar Pengenaan, Tarif dan Cara Perhitungan Pajak Hotel
1. Dasar pengenaan pajak hotel
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2016 tentang
Pajak Daerah, dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada hotel. Contoh pembayaran, misalnya
seseorang menginap di hotel ”KALIANA” dan melakukan pembayaran atas:
Jasa sewa kamar Rp.1.500.000,00
Jasa laundry Rp. 100.000,00
Jasa telepon Rp. 50.000,00+
Jumlah pembayaran Rp. 1.650.000,00
2. Tarif pajak hotel
Tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% dan sudah ditetapkan oleh peraturan
daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan (Perda Kabupaten Bogor
Nomor 2 Tahun 2016 tentang pajak daerah). Hal ini bermaksud untuk
memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk menetapkan tarif
pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah
kabupaten atau kota. Dengan demikian, setiap daerah kabupaten atau kota
diberi kewenangan untuk menetapkan tarif pajak yang mungkin berbeda
14
dengan daerah kabupaten atau kota lainnya asalkan tidak melebihi tarif yang
telah ditentukan 10%.
3. Perhitungan pajak hotel
Besarnya pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak hotel dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak
hotel dapat di rumuskan sebagai berikut:
Pajak terutang = tarif pajak x jumlah pembayaran yang dilakukan kepada
hotel.
Berdasarkan pembayaran yang dilakukan oleh subjek pajak kepada hotel
“KALIANA” pada point a , maka besarnya pajak yang terutang dapat dihitung yaitu
sebesar:
10% x Rp. 1.650.000,00 = Rp. 165.000,00
2.2. Pendapatan Asli Daerah
2.2.1. Definisi Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah dalam
membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil
ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut Marihot dalam (sabil, 2017)
“Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, dijelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang
15
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat digunakan
sebagai alat pembiayaan pemerintah daerah dalam mengelola kegiatan pemerintah
daerah yang ditujukan untuk pembangunan daerah.
Menurut Nurcholis dalam Sabil (2017) “Pendapatan Asli Daerah adalah
pendapatan yang diperoleh dari daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah, laba perusahaan dan lain-lain yang sah”.
Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 diatas sumber-sumber Pendapatan Asli
Daerah (PAD) baik itu kabupaten/kota terdiri dari :
1. Hasil Pajak Daerah
Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahaan daerah, yang terdiri dari :
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Parkir
2. Hasil Retribusi Daerah
Yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau Badan kepada
daerah dengan imbalan langsung dan tidak dapat dipaksakan dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah, yang terdiri dari :
a. Retribusi Jasa Umum
1) Merupakan kewenangan daerah.
16
2) Memberikan manfaat khusus bagi yang membayar retribusi tersebut.
3) Tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.
4) Dapat dipungut secara efektif dan efisien sebagai sumber PAD
potensial.
5) Jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang
membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat
yang tidak mampu.
b. Retribusi Jasa Usaha
1) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya
harta yang dimiliki atau dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan
secara penuh oleh pemerintah daerah.
c. Retribusi Perizinan Tertentu
1) Perizinan tertentu termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan
kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.
2) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum.
2.3. Konsep Dasar Perhitungan
Pada perhitungan ini penulis menggunakan metode perhitungan dengan aplikasi
IBM SPSS Statistics 21.
2.3.1. Koefisien Korelasi
Menurut Quadratullah (2014) analisis korelasi adalah alat statistik yang
digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linear antara variabel yang satu
17
dengan yang lainnya. Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan kuatnya
hubungan antara dua variabel.
Selain itu, analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
suatu variabel bebas atau beberapa variabel bebas secara bersamaan terhadap
variabel terikat. Apabila terdapat hubungan antar variabel maka perubahan yang
terjadi pada satu variabel akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel
tersebut, bisa merupakan suatu hubungan kebetulan atau memang hubungan yang
sebenar-benarnya atau signifikan. Sebagai Acuan untuk melihat apakah ada
hubungan antara pajak hotel dan Pendapatan Asli Daerah bisa dilihat pada tabel
berikut :
Tabel III.1
Acuan Interpretasi Koefisien Korelasi
Internal Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah/tidak ada hubungan
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Cukup
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,00 Sangat Kuat/signifikan
Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) yaitu analisis korelasi
yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel. Korelasi
yang terjadi antara dua variabel dapat berupa korelasi positif maupun negatif.
Pengukuran asosiasi menggunakan nilai numeric untuk mengetahui tingkat hubungan
antar variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang lain
mempengaruhi variabel lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel
tersebut disebut independent. Kuat atau lemahnya hubungan diukur diantara range 0
sampai dengan 1.
18
Atau
Dimana :
n = banyaknya pasangan data X dan Y
Σx = total jumlah dari variabel X
Σy = total jumlah dari variabel Y
Σx2= kuadrat dari total jumlah variabel X
Σy2= kuadrat dari total jumlah variabel Y
Σxy= hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan variabel Y
2.3.2. Koefisien Determinasi
Menurut Quadratullah (2014) koefisien determinasi dilambangkan dengan r2.
Nilai ini menyatakan proporsi variabilitas sebagai variasi variabel dependent (Y)
yang dapat diterangkan oleh variabel independent (X). Nilai koefisien determinasi
dinyatakan dalam kuadrat dari nilai koefisien korelasi r2
x 100% = n% dapat
diartikan sebagai persentase variasi nilai variabel dependent (Y) dapat diterangkan
oleh variabel independent (X) sebesar n%, sedangkan sisanya sebesar (100-n)%
diterangkan oleh galat (error) atau pengaruh variabel yang lain. Sedangkan untuk
r =𝑛 𝑥𝑦 − ( 𝑥) ( 𝑦)
*𝑛 𝑥2 − ( 𝑥)2+*𝑛 𝑦2 − ( 𝑦)2+
rxy = 𝑥𝑦
( 𝑥2)( 𝑦2)
19
analisis korelasi dengan jumlah variabel dependent lebih dari satu, terdapat koefisien
determinasi penyesuaian yang sangat sensitif dengan jumlah variabel. Biasanya
untuk analisis korelasi berganda yang sering dipakai adalah koefisien determinasi
penyesuaian (koefisien determinasi sederhana tidak memperhatikan jumlah variabel
independent).
Rumus untuk menghitung koefisien determinasi adalah:
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
2.3.3. Regresi
Menurut Quadratullah (2014) analisis regregi merupakan alat analisis statistik
yang memanfaatkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuannya adalah
membuat perkiraan (prediksi) yang dapat dipercaya untuk nilai suatu variabel (biasa
disebut variabel terikat atau variabel dependent atau variabel respons), jika nilai
variabel lain yang berhubungan dengannya diketahui (biasa disebut variabel bebas
atau variabel independent atau variabel variabel prediktor. Analisis regresi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu analisis regresi sederhana (analisis regresi yang hanya
melibatkan satu variabel dependent dan satu variabel independent) dan analisis
regresi berganda (analisis regresi yang melibatkan satu variabel dependent dan dua
atau lebih variabel independent). Sementara itu, ditinjau dari bentuk fungsionalnya,
analisis regresi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu analisis regresi linear dan analisis
KD = r2
x 100%
20
regresi nonlinear. Regresi linear sederhana dipengaruhi untuk mengetahui pengaruh
antara satu variabel independent terhadap satu variabel dependent. Persamaan
umumnya adalah:
Dimana :
Y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Y = a + bX