18
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Menurut Siahaan dalam (Kemala, 2015) Pajak atas bumi dan atau bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan”. Menurut Setiawan dalam (Rahman, 2017) Pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan. Yang membayar pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas bangunan”. Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian pajak bumi dan bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan oleh wajib pajak pribadi atau badan.

BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2)

2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2

Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak atas bumi dan/atau

bangunan yang dimiliki, dikuasai dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau

badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan.

Menurut Siahaan dalam (Kemala, 2015) “Pajak atas bumi dan atau bangunan

yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan”.

Menurut Setiawan dalam (Rahman, 2017) “Pajak yang dikenakan atas bumi dan

bangunan. Yang membayar pajak bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau

badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi dan memperoleh manfaat atas

bangunan”.

Dari beberapa pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian

pajak bumi dan bangunan adalah pungutan atas tanah dan bangunan oleh wajib pajak

pribadi atau badan.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.1.2 Subjek dan Wajib PBB-P2

Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 yang dimaksut subjek pajak

bumi dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak

bumi dan bangunan.

Sedangkan menurut peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 16 tahun

2011 pasal 5 yang dimaksud dengan subjek pajak bumi dan banguan adalah orang

pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau

memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasahi, dan/atau

memperoleh manfaat atas bangunan.

Dari bebrapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa subjek pajak

adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atau memperoleh

manfaat atas bangunan.

Yang dimaksud wajib pajak bumi dan bangunan menurut undang-undang

nomor 28 tahun 2009 orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak,

pemotangan pajak dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban

perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajak daerah.

Sedangkan yang dimaksud dengan wajib pajak bumi dan bangunan menurut

peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 16 tahun 2011 pada pasal 2 orang

pribadi atau badan yang kepememiliki, pengusaha, dan/atau pemanfaatan dan/atau

bangunan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa wajib pajak

bumi dan banguan adalah orang pribadi atau badan yang mewajibkan membayar atau

melapora hak atas tanah dan bangunan.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.1.3 Objek Pajak Bumi dan Banguan

Menurt peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 16 tahun 2011 yang

dimaksud objek pajak bumi dan banguan adalah bumi dan/atau yang dimiliki,

dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan

yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Sedangkan yang dimaksud objek pajak bumi dan bangunan menurut undang-

undang nomor 28 tahun 2009 tanah atau bangunan yang dimiliki wajib pajak.

Menurut Qanun nomor 4 tahun 2012 (Wicaksono & Pamungkas, 2017)

menjelaskan bahwa yang menjadi objek pajak bumi dan bangunan yang dimiliki,

dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, perkebunan,

perhutanan, dan pertambangan. Berikut juga dijelaskan yang termaksud dalam

pengertian bangunan adalah :

1. Jalan lingkungan yang letak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik,

dan emplasmen, yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan

tersebut.

2. Jalan tol

3. Kolam renang

4. Pagar mewah

5. Tempat olaraga

6. Galangan kapal, dermaga

7. Tanaman mewah

8. Tempat penampungan/kilang mimyak, air dan gas

Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa objek pajak

adalah tanah atau bangunan atas kepemilikin wajib pajak pribadi atau badan.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.1.4 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009 pasal 77 ayat 4 Siahaan

(2016:561) besarnya nilai jual objek pajak tidak kena pajak (NJOPTKP) ditetapkan

paling rendah sebesar Rp. 10.000.000,00 untuk setiap wajib pajak. Hal ini berarti

setiap daerah diberi keleluasaan untuk menetapkan besar NJOPTKP yang dipandang

sesuai dengan kondisi daerah masing-masing, dengan ketentuan minimal

Rp.10.000.000,00 besarnya NJOPTKP ditetapkan dengan peraturanda daerah

kabupaten/kota.

NJOPTKP merupakan suatu batas NJOP dimana wajib pajak tidak terutang

pajak, maksudnya adalah seorang wajib pajak memiliki objek pajak yang nilainya

dibawah NJOPTKP, maka wajib pajak tersebut dibebaskan dari pembayaran pajak.

Selain itu, bagi setiap wajib pajak yang memiliki objek pajak yang nilainya melebihi

NJOPTKP, maka perhitungan NJOP sebagai dasar perhitungan pajak terutang

dilakukan dengan dengan terlebih dahulu mengurangkan NJOP dengan NJOPTKP.

2.1.5 Dasar Pengenan Pajak Bumi dan Bangunan

Dasar hukum pemunutan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan

pada suatu kabupaten/kota menurut Siahaan, (2016:560) adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Bumi dan Bangunan

Pedesaan dan Perkotaan dan retribusi daerah.

2. Peraturan daerah Kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak bumi dan

bangunan edesaan dan perkotaan.

3. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

pajak bumi dan bangunan pedesaan dan Perkotaan pada kabupaten/kota

dimaksud.

Dasar pengenaan pajak bumi dan badan adalah nilai jual objek pajak (NJOP).

NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi

secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan

melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan

baru, atau NJOP pengganti. Menurut Siahaan, (2016:560) penetapan NJOP dapat

dilakukandengan tiga alternatif sebagai berikut :

1. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, yaitu suatu

pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara

membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan

dan fungsinya sama diketahui harga jual.

2. Nilai perolehan baru, yaitu suatu pendekatan/metode penetuan nilai jual suatu

objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang kurang dengan

penyusutan berdasarkan kondisi pisik objek pajak tersebut

3. Nilai jual penganti, yaitu suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu

objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut,

2.1.6 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Tarif pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan ditetapkan paling

tinggi sebesar 0.3% dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang

bersangkutan Menurut Siahaan, (2016:562). Hal ini dimaksudkan untuk memberi

keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif pajak yang

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota diberi

kewenangan untuk menetapkan besar tarif pajak yang mungkin berbeda dengan

kota/kabupaten lainya, tidak lebih dari 0.3%.

2.1.7. Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Menurut Siahaan, (2016:562) tarif pajak bumi dan bangunan pedesaan dan

perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar

pengenaan pajak setelah dikurangin NJOPTKP. Nilai jual untuk bangunan sebelum

diterapkan tarif pajak dikurangi terlebih dahulu dengan NJOPTKP sebesar Rp.

10.000.000 secara umum perhitungan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan

perkotaan adalah sesuai dengan rumus berikut :

Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak X (NJOP – NJOPTKP)

= Tarif Pajak X (NJOP Bumi + (NJOP Banguna –NJOPTKP)

2.1.8. Masa dan Saat Terhutang PBB-P2

Masa pajak dan saat terhutang pajak bumi dan bangunan menurut peraturan

Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta nomor 16 tahun 2011 tentang pajak bumi

dan bangunan pedesaan dan perkotaan, bahwa masa pajak dan saat terhutang adalah

sebagai berikut :

1. Tahun pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender.

2. Saat yang menetukan pajak terhutang adalah menurut keadaan objek pajak

pada tanggal 1 januari.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.1.9. Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

Menurut Siahaan (2016:565) pemungutan pajak bumi dan bangunan pedesaan

dan perkotaan tidak dapat diborongkan, yang dimaksud diborongkan adalah bahwa

seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat diserahkan pada pihak ketiga.

Melainkan kerja sama pada pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak antara lai :

1. Pencetakan formulir perpajakan.

2. Pengiriman surat-surat kepada wajib pajak.

3. Penghimpunan data objek dan subjek pajak.

Sedangkan kegiatan yang tidak boleh diketahui oleh pihak ketiga yaitu :

1. kegiatan penghitungan besarnya pajak yang terhutang.

2. pengawasan penyetoran pajak.

3. Penagihan pajak.

2.1.0 Pembayaran dan Penagihan PBB-P2

Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta pasal 14 undang-undang

nomor 16 tahun 2011 tentang pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan,

bahwa pembayaran pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan (PBB-P2)

sebagai berikut :

1. Pajak yang terhutang harus dilunasi selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak

tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak.

2. Pajak yang terhutang yang menyebak jumlah pajak yang harus dibayar

bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka

waktu palim lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

3. Gubernur atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

mengangsur atau menundah pembayaran pajak dengan dikenakan bunga

sebesar 2% setuap bulan.

4. Pajak yang terhutang dibayar ke Bank Pemerintah, bank daerah, unit pelayanan

perbendaharaan daerah (BPKD), bank swasta atau tempat pembayaran lain

yang ditunjuk oleh gubernur.

Penagihan pajak seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo

pembayaran apabila :

1. Wajib pajak atau penanggung pajak akan meninggalkan Indonesian untuk

selama-lamanya.

2. Wajib pajak atau penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki

atau dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan usaha

yang dikerjakan Indonesia.

3. Terdapat tanda-tanda bahwa wajib pajak atau penanggung pajak atau

membubarkan kegiatan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha

atau memindahtangankan usaha yang dimiliki atau melakukan perubahan

bentuk lainnya.

4. Kegiatan usaha akan dibubarkan atau ditutup oleh gubernur.

5. Terjadi penyitaan atas barang wajib pajak atau penanggung jawab pajak oleh

pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepelitan.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.2. Pajak Daerah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa

penerimaan adalah proses, cara, menerima, penyambutan.

Menurut Mardiasmo dalam (Suleman, 2019) kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menurut Undang-Udang Nomor 34 Tahun 2004 perubahan atas Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan Retribusi Daerah adalah

iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tampa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

perundang-undangan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan

pembangunan daerah.

Dari beberapa pendapat diatas makan penulis dapat menyimpulkan pajak

daerah adalah penerimaan pemasukan ke kas, untuk membiayai penyelenggaran

pemerintahan daerah atau pembangunan suatu daerah

2.2.1. Fungsi Pajak Daerah

Dalam Undang-undang nomor 28 tahun 2009 yang mengatur tentang paja daerah

dan retribusi daerah, berdasarkan fungsi pajak secara umum, maka dapat diambil

secara garis besar fungsi pajak daerah, yaitu :

1. Fungsi anggaran (budgetair), yaitu sebagai sumber penghimpunan dana melalui

kas daerah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran atau pembangunan

daerah.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2. Fungsi pengaturan (Reguler), yaitu pajak yang berfungsi sebagai alat untuk

mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

2.2.2. Jenis-Jenis Pajak Daerah

Menurut Andi (2018:490) pajak daerah meliputi pajak provinsi dan pajak

kabupaten/kota sebagai berikut.

Jenis pajak provinsi terdiri dari :

1. Pajak kendaraan Bermotor.

2. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

4. Pajak Rokok.

5. ajak Air Tanah.

Sedangkan Jenis Pajak Kabupaten/kota meliputi :

1. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

2. Pajak Air Tanah.

3. Pajak Hiburan.

4. Pajak Sarang Burung Walet.

5. Pajak Penerangan Jalan.

6. Pajak Reklame.

7. Pajak Hotel.

8. Pajak Parkir.

9. Pajak Restoran.

10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2).

11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan (BPHTB).

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.3. Konsep Dasar Perhitungan

2.3.1. Koefisien Korelasi

Konsep yang sangat erat kaitannya dengan koefisien determinasi (R2) adalah

Koefisien korelasi (r). Menuru (Prawoto, 2016:11) mengatakan bahwa R2 adalah

koefisien yang menjelaskan hubungan anatara variabel dependen (Y) dengan variabel

independen (Y) dalam suatu model. Sedangakan koefisien korelasi (r) mengukur

derajat keeratan antara dua variabel.

Tabel II.1

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,800 – 1,000

0,600 – 0,799

0,400 – 0599

0,200 – 0399

0,000 – 0,199

Sangat Kuat

Kuat

Cukup Kuat

Rendah

Sangat Rendah

Sumber: Riduwan dan Kuncoro dalam Gunawan (2016:186)

1. Buka program SPSS, klik variable view, selanjutnya, pada bagian name tulis x

dan y, pada decimals ubah semua menjadi angka 2, pada bagian label tuliskan

PBB-P2 dan pajak daerah.

2. Setelah itu, klik data view, dan masukan data PBB-P2 dan pajak daerah atau data

yang akan dimasukan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

3. Selanjutnya, dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze, klik correlate dan

bivariate.

4. Muncul kotak dialog dengan nama bivariate correlations, masukkan variabel

PBB-P2 (x) dan pajak daerah (y) pada kota variabels, selanjutnya, pada kolom

correlation coefficient, pilih pearson, lalu untuk kolom test of significant, pilih

two-tailed, dan centang pada flag significant correlations, terakhir klik ok untuk

mengakhiri perintah.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

Kriteria pengujiannya adalah, Jika nilai signifikansi >0,05 maka keputusannya

adalah H0 tidak diterima atau tidak ada hubungan kuat antara PBB-P2terhadap Pajak

daerah, sebaliknya Jika nilai signifikansi <0,05 maka keputusannya adalah H1

diterima atau ada hubungan yang kuat antara pajak bumi dan bangunan pedesaan dan

perkotaan (PBB-P2) terhadap pajak daerah.

2.3.2. Analisis Determinasi

Untuk menilai seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Y maka

digunakan koefisien determinasi (KD) yang merupakan koefisien korelasi yang

biasanya dnyatakan dengan presentase (%). Dalam (Gunawan, 2017:186) Besar

kecilnya sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat ditentukan dengan

rumus koefisien determinasi.

1. Buka program SPSS, klik variable view, selanjutnya, pada bagian name tulis x

dan y, pada decimals ubah semua menjadi angka 2, pada bagian label tuliskan

PBB-P2 dan pajak daerah.

1. Setelah itu, klik data view, dan masukan data PBB-P2 dan pajak daerah atau data

yang akan dimasukan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2. Selanjutnya, dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze, klik regression, dan

klik linear.

3. Muncul kota dialog dengan nama linear regression, masukan variabel PBB-P2

(x) di kotak indenpendet(s) dan variabel pajak daerah (y) dikotak dependent,

4. selanjutnya klik statistics, klik Rsquared change, klik continue.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

5. terakhir klik ok untuk mengakhiri perintah.

Kriteria pengujiannya adalah, Jika nilai signifikansi >0,05 maka keputusannya

adalah H0 tidak diterima atau tidak ada pengaruh yang signifikan antara PBB-P2

terhadap Pajak daerah, sebaliknya Jika nilai signifikansi <0,05 maka keputusannya

adalah H1 diterima atau ada pengaruh yang signifikan antara PBB-P2 terhadap pajak

daerah.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2.3.3. Uji Persamaan Regresi

Menurut Sugiyono dalam Wahyuddin (2017:118), dinyatakan bahwah Regresi

sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel

independen dengan satu variabel dependen.

1. Buka program SPSS, klik variable view, selanjutnya, pada bagian name tulis x

dan y, pada decimals ubah semua menjadi angka 2, pada bagian label tuliskan

PBB-P2 dan pajak daerah.

2. Setelah itu, klik data view, dan masukan data PBB-P2 dan pajak daerah atau data

yang akan dimasukan.

3. Selanjutnya, dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze, klik regression, dan

klik linear.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

2. Muncul kota dialog dengan nama linear regression, masukan variabel PBB-P2

(x) di kotak indenpendet(s) dan variabel pajak daerah (y) dikotak dependent,

3. selanjutnya klik statistics, klik Rsquared change, klik continue.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI · BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) 2.1.1 Definisi Pajak PBB-P2 Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 pajak

4. terakhir klik ok untuk mengakhiri perintah.

Jika nilai signifikansi >0,05 maka keputusannya adalah H0 tidak diterima atau

pajak bumi dan bangunana pedesaan dan perkotaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap pajak daerah. Sedangkan, Jika nilai signifikansi <0,05 maka keputusannya

adalah H1 diterima atau pajak bumi dan bangunana pedesaan dan perkotaan secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap pajak daerah.