38
16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pengertian Pemasaran Pemasaran (marketing) berasal dari kata market (pasar). Menurut Morissan (2014:2) pasar dapat dipahami sebagai “tempat sekelompok penjual dan pembeli bertemu untuk melaksanakan kegiatan transaksi tukar menukar barang”. Pasar merupakan tempat konsumen dengan kebutuhan dan keinginan bersedia dan mampu untuk terlibat dalam pertukaran guna memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Adapun Kotler dan Keller dalam Swastha Dharmmesta (2014:3) menjelaskan bahwa “pemasaran adalah suatu proses kemasyarakatan yang melibatkan individu-individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran secara bebas produk dan jasa nilai dengan pihak lain”. Pemasaran merupakan kegiatan dalam rangka penciptaan yang tidak hanya kegunaan tempat/ place, kegunaan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan kegunaan waktu, tetapi juga penciptaan kegunaan pemilikan. Kotler dan Amstrong dalam Morissan (2014:3) menyatakan “Marketing is managing profitable customer relationship”. William J. Stanton dalam Morissan (2014:2) menyatakan bahwa “pemasaran adalah sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan keinginan dan jasa, baik kepada konsumen saat

BAB II LANDASAN TEORI - Bina Sarana Informatika · 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pengertian Pemasaran Pemasaran (marketing) berasal dari kata market (pasar).Menurut Morissan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 16

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pemasaran

    Pengertian Pemasaran

    Pemasaran (marketing) berasal dari kata market (pasar). Menurut Morissan

    (2014:2) pasar dapat dipahami sebagai “tempat sekelompok penjual dan pembeli

    bertemu untuk melaksanakan kegiatan transaksi tukar menukar barang”. Pasar

    merupakan tempat konsumen dengan kebutuhan dan keinginan bersedia dan

    mampu untuk terlibat dalam pertukaran guna memenuhi kebutuhan dan keinginan

    tersebut.

    Adapun Kotler dan Keller dalam Swastha Dharmmesta (2014:3)

    menjelaskan bahwa “pemasaran adalah suatu proses kemasyarakatan yang

    melibatkan individu-individu dan kelompok untuk mendapatkan apa yang mereka

    butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran secara

    bebas produk dan jasa nilai dengan pihak lain”. Pemasaran merupakan kegiatan

    dalam rangka penciptaan yang tidak hanya kegunaan tempat/place, kegunaan

    barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan kegunaan waktu, tetapi juga

    penciptaan kegunaan pemilikan. Kotler dan Amstrong dalam Morissan (2014:3)

    menyatakan “Marketing is managing profitable customer relationship”.

    William J. Stanton dalam Morissan (2014:2) menyatakan bahwa

    “pemasaran adalah sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk

    merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

    barang-barang yang memuaskan keinginan dan jasa, baik kepada konsumen saat

  • 17

    ini maupun konsumen potensial”. Selain itu, Asosiasi Pemasaran Amerika dalam

    Morissan (2014:2) menyatakan bahwa pemasaran merupakan proses sosial dan

    manajerial.

    Pemasaran juga dapat diartikan sebagai (Priansa, 2017:31) berikut:

    1. Pemasaran dianggap sebagai proses perancanaan konsep harga, promosi, dan

    pendistribusian ide-ide barang ataupun jasa untuk menciptakan pertukaran

    barang atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu dan

    tujuan organisasi.

    2. Pemasaran merupakan fungsi organisasi dan satu set proses untuk

    menciptakan, mengomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada konsumen

    dan membangun hubungan konsumen yang memberikan keuntungan bagi

    organisasi dan pihak-pihak yang berkepetingan terhadap organisasi.

    3. Pemasaran merupakkan sekumpulan aktivitas dan fungsi manajemen yang

    didalamnya bisnis dan organisasi lainya menciptakan pertukaran nilai di antara

    bisnis perusahaan dan para konsumenya.

    Pengertian pemasaran yang paling populer adalah penjualan. Pada

    dasarnya, kegiatan pemasaran mencakup sejumlah kegiatan seperti riset

    pemasaran, penentuan harga, atau perencanaan produk, membujuk, promosi, serta

    publikasi. Namun begitu, pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan seperti

    menjual dan mempromosikan sesuatu. Pemasaran suatu konsep yang menyangkut

    suatu sikap mental, suatu cara berfikir yang membimbing seseorang untuk

    melakukan sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasan-

    gagasan, karier, tempat, jasa, hiburan, kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan-

    yayasan sosial dan keagamaan (Morissan, 2014:3-4).

  • 18

    Strategi Pemasaran

    Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

    berkembang dengan cara meningkatkan laba perusahaan. Tujuan tersebut hanya

    dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan melakukan strategi pemasaran

    yang mantap untuk dapat menggunakan kesempatan atau peluang yang ada. Di

    samping itu, strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan dikembangkan

    sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar tersebut. Dengan

    demikian, strategi pemasaran harus dapat memberi gambaran yang jelas dan

    terarah tentang apa yang akan dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap

    kesempatan atau peluang pada beberapa pasar sasaran (Assauri, 2015:168).

    Assauri (2015:169) menjelaskan bahwa pada dasarnya “strategi pemasaran

    adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang

    memberikan panduan tentang kekuatan yang akan dijalankan untuk dapat

    tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan”.

    Prativa (2013:7) menjabarkan bahwa “strategi pemasaran adalah logika

    pemasaran, dan berdasarkan itu, unit bisnis diharapkan untuk mencapai sasaran-

    sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran perusahaan terdiri dari pengambilan

    keputusan tentang biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan

    alokasi pemasaran dalam hubungannya dengan keadaan lingkungan yang

    diharapkan dalam kondisi persaingan”.

    Budiarto (2013:14) menyebutkan bahwa “strategi pemasaran adalah alat

    untuk mencapai tujuan pemasaran yang merupakan suatu cara bagaimana sebuah

    perusahaan dapat merebut mind share pelanggan”.

  • 19

    Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis faktor

    lingkungan/eksternal dan internal perusahaan melalui analisis keunggulan,

    kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaaan. Faktor

    lingkungan/eksternal merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh

    pinpinan perusahaan berupa keadaan pasar atau persaingan, perkembangan

    teknologi, keadaan ekonomi, peraturan dan kebijakan pemerintah, keadaan sosial

    budaya dan keadaan politik. Sementara faktor internal merupakan faktor yang

    dapat dikendalikan oleh perusahaan yang terkait dengan pelaksanaan fungsi

    perusahaan, yang meliputi keuangan/pembelanjaan, pemasaran, produksi serta

    organisasi dan sumber daya manusia atau biasa dikenal dengan marketing mix.

    Hasil penilaian atau evaluasi ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan

    strategi yang akan dijalankan pada masa yang akan datang (Assauri, 2015:169-

    170).

    Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

    Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam menentukan strategi

    pemasaran, suatu perusahaan perlu memperhatikan faktor internal dari perusahaan

    tersebut salah satunya mengenai marketing mix. Menurut Selang (2013:72)

    “bauran pemasaran merupakan salah satu strategi pemasaran untuk

    menyampaikan informasi secara luas, memperkenalkan suatu produk barang dan

    jasa, merangsang konsumen untuk memberi bahkan menciptakan preferensi

    pribadi terhadap image suatu produk”. Oleh karena itu bauran pemasaran

    dianggap sebagai salah satu unsur strategi yang paling potensial di dalam

    memasarkan produk.

  • 20

    Sementara menurut Assauri (2015:198) “bauran pemasaran merupakan

    strategi yang dijalankan perusahaan berkaitan dengan penentuan bagaimana

    perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu, yaitu

    sasaran pasarnya”. Dalam bauran pemasaran (marketing mix) terdapat 4 (empat)

    komponen atau variabel pemasaran untuk dapat mencapai sasaran pasar yang

    dituju sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan (Assauri, 2015:198)

    sebagai berikut:

    1. Strategi Produk (Product)

    Untuk meraih keunggulan yang kompetitif atas pesaing, perusahaan harus

    mampu mengadaptasi produknya agar dapat memperluas pasar. Pembeli baru

    mau membeli suatu produk kalau memang merasa tepat untuk membeli

    produk yang bersangkutan.Menurut Tjiptono dalam Selang (2013:73)

    keunggulan produk termasuk ke dalam pertimbangan utama para pembeli

    sebelum membeli serta kesuksesan suatu produk dapat diukur dengan

    parameter jumlah penjualan produk. Oleh karena itu, suatu produk harus

    mampu menyesuaikan diri terhadap pembeli, bukan pembeli yang

    menyesuaikan diri terhadap produk.

    2. Strategi Harga (Price)

    Selang (2013:73) menjelaskan bahwa “harga adalah sejumlah uang (ditambah

    beberapa produk) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi

    dari produk dan pelayanannya”. Bagi sebagian besar masyarakat, harga masih

    menjadi pertimbangan utama sebelum ia membeli barang atau jasa. Bagi

    perusahaan yang penting bagaimana menetapkan harga yang pantas,

    terjangkau oleh masyarakat dan tidak merugikan perusahaan.

  • 21

    3. Strategi Tempat (Place)

    Lokasi atau tempat seringkali ikut menentukan kesuksesan perusahaan, karena

    lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial sebuah perusahaan. Menurut

    Tjiptono dalam Selang (2013:73) keputusan pemilihan lokasi berkaitan

    dengan komitmen jangka panjang terhadap aspek-aspek yang sifatnya kapital

    intensif, maka perusahaan benar-benar harus mempertimbangkan dan

    menyeleksi lokasi yang responsif terhadap situasi ekonomi, demografi,

    budaya, dan persaingan di masa mendatang. Menurut Tull dan Kahle dalam

    Swastha Dharmmesta (2014:31) perusahaan juga harus menentukan intensitas

    dan persoalan di mana barang atau jasa dapat tersedia.

    4. Strategi Promosi (Promotion)

    Suatu barang baru tidak selalu langsung dikenal oleh konsumen. Mungkin

    juga barang sudah lama tetapi mulai dilupakan orang. Oleh sebab itu perlu

    dilakukan promosi karena promosi itu kegiatannya memperkenalkan dan

    mengingatkan kembali akan suatu produk, penjualnya maupun pembuatnya.

    Menurut Tjiptono dalam Selang (2013:73) “promosi adalah suatu bentuk

    komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha

    menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk, dan/atau meningatkan

    pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima,

    membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang

    bersangkutan”. Terhadap strategi promosi dikenal pula dengan jenis promosi

    yang sering digunakan yang biasa disebut dengan bauran promosi. Yang mana

    terhadap bauran promosi tersebut akan dijelaskan lebih lanjut di sub

    berikutnya.

  • 22

    Bauran Promosi (Promotion Mix)

    Putri (2014:47) menjelaskan bahwa “bauran promosi (promotion mix)

    adalah kombinasi spesifik dari metode-metode promosi yang digunakan untuk

    sebuah produk”. Menurut Kotler dan Keller dalam Susanto & Sunardi (2017:2-3),

    bauran promosi (promotion mix) merupakan ramuan sekaligus penerapan 6

    (enam) alat promosi utama perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran:

    1. Pemasangan iklan (advertising). Menurut Kotler & Keller dalam Fathoni,

    Hidayat, & DH (2013:3) “advertising (iklan) adalah semua bentuk terbayar

    dari presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa melalui sponsor

    yang jelas”.

    2. Penjualan personal (personal selling). Menurut Priansa (2017:40) “personal

    selling dapat diartikan sebagai hubungan antara dua orang atau lebih secara

    bertatap muka untuk menimbulkan hubungan timbal balik dalam rangka

    membuat, mengubah, dan menggunakan atau membina hubungan komunikasi

    antara produsen dengan konsumen”.

    3. Promosi penjualan (sales promotion). Menurut Shimp dalam Susanto &

    Sunardi (2017:3) “sales promotion diperlukan untuk meningkatkan penjualan

    atau jumlah konsumen agar segera membeli setiap produk atau jasa yang di

    tawarkan”.

    4. Hubungan masyarakat (public relations). Menurut Kotler dalam Putri

    (2014:48) hubungan masyarakat adalah meliputi berbagai program yang

    dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau

    produk individualnya. Salah satu caranya dengan ikut serta atau mengadakan

  • 23

    acara-acara tertentu yang sifatnya tidak murni profit orientasi dengan instansi

    lain seperti bakti sosial atau penggalangan dana.

    5. Pemasaran langsung (direct marketing). Menurut Suyanto dalam Krussell &

    Paramita (2016:31), direct marketing merupaka sistem pemasaran yang

    menggunakan saluran langsung untuk mencapai konsumen dan menyerahkan

    barang dan jasa kepada konsumen tanpa melalui perantara pemasaran.

    Hubungan langsung dengan pelanggan yang ditargetkan secara tepat dengan

    tujuan mendapatkan tanggapan sesegera mungkin untuk menciptakan

    hubungan baik dengan pelanggan. Meliputi telemarketing, catalog, pasang

    poster, iklan via internet dll.

    6. Pemasaran interaktif (interactive marketing). Menurut Kotler & Keller dalam

    Krussell & Paramita (2016:31), pemasaran interaktif adalah aktivitas dan

    program yang didesain untuk meningkatkan kesadaran konsumen,

    memperbaiki citra, dan membuat penjualan akan suatu barang dan jasa.

    Menurut Sunardi (2017:3), pemasaran interaktif dapat berupa aktivitas secara

    online maupun acara khusus melalu mensponsori kegiatan atau program yang

    dirancang untuk menciptakan interaksi setiap hari atau interaksi yang

    berkaitan dengan merek. Kegiatan khusus tersebut dapat memperkenalkan

    merek suatu perusahaan kepada publik.

  • 24

    2.2 Komunikasi Pemasaran Terpadu

    Pengertian Komunikasi

    Bernard Berelson dan Gary A. Steiner dalam Mulyana (2017:68)

    menjabarkan bahwa “komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi,

    keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,

    gambar, figut, grafik, dan sebagainya”. Sementara, Gerald R. Miller dalam

    Mulyana (2017:68) menjelaskan bahwa “komunikasi terjadi ketika suatu sumber

    menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk

    mempengaruhi perilaku penerima”.

    Komunikasi yang terjadi antara perusahaan dan konsumen disebut

    komunikasi kepada konsumen. Jika dibandingkan dengan komunikasi individu,

    komunikasi kepada konsumen yang lebih rumit dan kompleks karena melibatkan

    konsumen dalam jumlah yang besar. Komunikasi kepada konsumen merupakan

    pertukaran ide, gagasan, masukan, informasi, dan kritik yang memiliki tujuan

    tertentu, disajikan secara personal ataupun interpersonal melalui simbol-simbol

    atau sinyal-sinyal sehingga pesan dari perusahaan ataupun dari konsumen dapat

    dipahami dengan efektif (Priansa, 2017:1-2).

    Dalam pemasaran, diperlukan adanya komunikasi antara konsumen dan

    perusahaan. Keterampilan untuk berkomunikasi dalam berbagai bentuk

    komunikasi kepada konsumen akan menentukan tingkat keberhasilan perusahaan

    dalam mencapai tujuannya. Komunikasi kepada konsumen yang buruk akan

    menyebabkan citra perusahaan buruk. Oleh karena itu, pimpinan dan pegawai

    perlu melaksanakan kegiatan komunikasi kepada konsumen secara baik.

  • 25

    Pengertian Komunikasi Pemasaran

    Kotler dan Keller dalam Wicaksono, Suyadi, & Hidayat (2014:2)

    menyatakan bahwa “komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan

    perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan

    konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung tentang produk dan merek

    yang mereka jual”. Sementara Uyung Sulaksana dalam Priansa (2017:95-96)

    menyatakan bahwa “komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran informasi

    tentang perusahaan dan hal-hal yang akan ditawarkan kepada sasarannya”. Selain

    itu, menurut Sutisna dalam Chrismardani (2014:178), “komunikasi pemasaran

    merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen

    sasaran mengenai keberadaan produk di pasar”.

    Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi

    pemasar atau perusahaan. Tanpa komunikasi pemasaran, konsumen ataupun

    masyarakat tidak akan mengetahui keberadaan produk dan jasa. Kebanyakan

    orang mungkin menempatkan komunikasi pemasaran berada dibawah periklanan

    dan promosi, tetapi pada perkembangannya saat ini, komunikasi pemasaran

    muncul sebagai suatu bentuk komunikasi yang lebih kompleks dan berbeda. Saat

    ini banyak perusahaan mulai menyadari perlunya upaya mengintegrasikan

    berbagai kegiatan komunikasi pemasaran yang selama ini dilakukan secara

    terpisah-pisah. Perusahaan harus menggabungkan semua kegiatan yang ada dalam

    komunikasi pemasaran agar tujuan tercapai (Priansa, 2017:93).

  • 26

    Pengertian Komunikasi Pemasaran Terpadu

    Telah disebutkan sebelumnya bahwa pada saat ini perusahaan mulai

    menyadari perlunya komunikasi pemasaran terpadu (Integrated Marketing

    Communication/IMC). Adapun tokoh pertama yang mencetuskan istilah IMC

    adalah Levitt pada tahun 1962. Dalam perkembangannya, Don Schultz, salah

    seorang profesor dari Northwestern University, mengembangkan konsep IMC

    pada tahun 1993. Konsep IMC menurut Schultz merupakan sebuah strategi dalam

    proses bisnis dengan membuat perencanaan, membangun, mengeksekusi dan

    mengevaluasi pelaksanaan program atau sasaran lain yang relevan dengan audiens

    eksternal dan internal (Priansa, 2017:100).

    Kotler dan Amstrong dalam Fathoni, Hidayat, & DH (2013:3-4)

    menjelaskan bahwa “komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated Marketing

    Communication (IMC) adalah sebuah konsep dimana suatu perusahaan

    mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi untuk

    mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan

    perusahaan dan produknya”.

    Sementara, menurut Du Plessis, Jooste dan Strydom dalam Resmi & Roni

    (2015:3) “pemasaran terpadu (IMC = intergrated marketing consept) adalah

    konsep perencanaan dari komunikasi pemasaran yang komprehensif yang

    menggabungkan dan mengevaluasi berbagai disiplin ilmu komunikasi strategis

    misalnya, periklanan umum, personal selling, promosi penjualan, pemasaran

    langsung, hubungan masyarakat, sponsor dan lain-lain, untuk memberikan

    kejelasan, konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimum”.

  • 27

    Menurut Burgmann dalam Darmawangsa & Ardani (2015:2166),

    “komunikasi pemasaran terpadu adalah strategi komprehensif pengkomunikasian

    produk dengan menggabungkan elemen komunikasi yang bervariasi seperti

    periklanan, repon langsung, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat”. Hal

    tersebut juga diungkapkan oleh Paul Smith bahwa komunikasi pemasaran terpadu

    juga merupakan sebuah konsep pemasaran yang menerapkan 6 (enam) strategi

    pemasaran secara bersama. Pada intinya, IMC mengintegrasikan semua alat-alat

    promosi sehingga alat-alat tersebut dapat bekerja bersama-sama secara harmonis

    (Sagiyanto, 2014:3).

    Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung

    kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. IMC menganggap seluruh

    sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan dengan

    produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan merupaan jalur yang potensial

    untuk menyampaikan pesan pada masa datang. IMC menggunakan semua bentuk

    komunikasi yang relevan dan yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon

    pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau calon

    pelanggan, kemudian berbalik pada perusahaan untuk menentukan dan

    mendefinisikan bentuk metode yang perlu dikembangkan bagi program

    komunikasi yang persuasif (Priansa, 2017:100-102). Penerapan komunikasi

    pemasaran terpadu juga bertujuan untuk membangun sebuah merek perusahaan di

    benak konsumen atau pelanggan agar menjadi lebih dipertimbangkan oleh

    konsumen dan lebih dikenali (Kartikasari, 2014).

  • 28

    Ciri-ciri Komunikasi Pemasaran Terpadu

    Integrated marketing cummunication (IMC) memiliki sejumlah ciri yang

    melekat. Terence A. Shimp menyatakan bahwa ciri dari IMC (Chrismardani,

    2014:182) adalah sebagai berikut:

    1. Mempengaruhi perilaku

    Tujuan IMC adalah untuk memengaruhi perilaku khalayak sasarannya. IMC

    membutuhkan usaha-usaha komunikasi yang diarahkan kepada peningkatan

    beberapa bentuk repons dari perilaku konsumen. Dengan kata lain, tujuannya

    adalah menggerakkan orang untuk bertindak.

    2. Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan (prospect)

    Proses di awali dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik

    kepada perusahaan merek untuk menentukan metode yang paling tepat dan

    efektif dalam mengembangkan program komunikasi persuasif.

    3. Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan “kontak”

    IMC menggunakan seluruh bentuk komunikasi dan seluruh “kontak” yang

    menghubungkan merek atau perusahaan dengan pelanggan konsumen, sebagai

    jalur penyampaian pesan yang potensial. Ciri utama dari elemen IMC ketiga

    ini adalah merefleksikan penggunaan bentuk komunikasi apa pun, asalkan hal

    tersebut merupakan yang terbaik dalam upaya menjangkau khalayak.

    4. Berusaha menciptakan sinergi

    Dalam definisi IMC terkandung kebutuhan akan sinergi (kesinambungan).

    Semua elemen komunikasi (iklan, tempat pembelian, promosi penjualan,

    event, dan lain-lain) berbicara dengan satu suara; kooordinasi merupakan hal

    yang sangat penting untuk menghasilkan citra merek yang kuat dan utuh, serta

  • 29

    membuat konsumen melakukan aksi. Kegagalan dalam mengoordinasi semua

    elemen komunikasi dapat menghasilkan pengulangan upaya yang sia-sia atau

    lebih buruk lagi dapat memberikan pesan yang kontradiktif mengenai merek.

    5. Menjalin hubungan

    Karakteristik IMC yang kelima adalah kepercayaan bahwa komunikasi

    pemasaran yang sukses mebutuhkan terjalinnya hubungan antara merek dan

    pelanggannya. Dapat dikatakan bahwa pembinaan hubungan adalah kunci dari

    pemasaran modern dan bahwa IMC adalah kunci dari terjalinnya hubungan

    tersebut. Suatu hubungan merupakan “pengait” yang tahan lama antara merek

    dan konsumen. Ia membangkitkan pembelian yang berulang, bahkan loyalitas

    terhadap merek.

    2.3 Brand Awareness

    Brand awareness atau kesadaran merek merupakan langkah awal untuk

    membangun sebuah merek produk. Kesadaran merek dapat berupa kemampuan

    konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan

    anggota dari kategori produk. Aaker dalam Wicaksono et al., (2014:4)

    menjelaskan bahwa “brand awareness atau kesadaran merek sebagai kesanggupan

    seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu

    merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu”. Sementara Rangkuti

    dalam Santoso (2013:2) mengatakan bahwa “brand awareness merupakan

    kemampuan seorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan

    tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata kunci”.

    Sedangkan Durianto dalam Santoso (2013:2) menjelaskan bahwa “brand

  • 30

    awareness (kesadaran merek), menunjukan kesanggupan konsumen (atau calon

    pembeli) dalam mengingat kembali (recognize) atau mengenali (recall) bahwa

    suatu merek merupakan suatu bagian dari kategori produk tertentu”.

    Brand awareness memiliki beberapa tingkatan dari yang paling rendah

    yakni Unaware of Brand hingga yang tertinggi yakni Top of Mind. Awareness

    membutuhkan jangkauan yang sifatnya terus menerus (continuum ranging)

    sehingga timbul keyakinan bahwa produk tersebut dapat terwakili oleh tingkatan

    awareness yang berbeda. Brand awareness akan menunjukkan adanya perbedaan

    tingkat kesadaran pada masing-masing individu. Adapun keterangan mengenai

    tingkatan brand awareness (Arum, 2015:14) yakni:

    1. Unaware of Brand atau tidak sadar akan brand adalah tingkat paling rendah

    dalam piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya

    suatu brand.

    2. Brand Recognition atau pengenalan brand adalah tingkat minimal brand

    awareness, di mana pengenalan suatu brand muncul lagi setelah dilakukan

    pengingatan kembali melalui bantuan yang biasa disebut aided recall.

    3. Brand Recall atau pengingatan kembali akan brand yang merupakan

    pengingatan tanpa menggunakan bantuan yang biasa disebut unaided recall.

    4. Top of Mind atau puncak pikiran adalah nama brand yang disebutkan pertama

    kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen,

    atau brand tersebut merupakan brand utama dari berbagai brand yang ada

    dalam benak konsumen.

    Untuk dapat menentukan brand awareness, maka dimensi yang dapat

    digunakan untuk melakukan pengukuran adalah kemampuan dari konsumen untuk

  • 31

    dapat mengenali (brand recognition) dan mengingat (brand recall) bahwa sebuah

    brand atau merek merupakan anggota dari sebuah kategori produk tertentu. Dari

    beberapa pengertian dimensi di atas dapat disimpulkan bahwa brand recognition

    merupakan kemampuan konsumen untuk mampu mengenali sebuah brand kerika

    diberikan sebuah tanda yang merefleksikan brand tersebut. Dengan kata lain,

    brand recognition adalah kemampuan konsumen untuk membedakan sebuah

    brand yang satu dengan brand lain. Sedangkan brand recall merupakan

    kemampuan konsumen untuk mengenali dengan cepat sebuah brand ketika

    berbicara sebuah kategori produk atau ketika berada di tempat pembelian. Dengan

    kata lain, brand recall adalah kemampuan konsumen untuk ‘memanggil’ sebuah

    brand dari dalam memori (Mandagie, 2015:11).

    Berbeda dengan Aaker, Keller membagi brand awareness ke dalam dua

    model yaitu brand recognition dan brand recall (Arum, 2015:14). Brand

    recognition berkaitan tentang pengalaman konsumen dengan brand yang mampu

    membantu konsumen untuk membedakan produk tertentu yang sudah dilihat atau

    didengar sebelumnya. Sedangkan brand recall menyangkut kemampuan

    konsumen untuk mengingat sebuah brand dalam memorinya. Macdonald & Sharp

    menyatakan bahwa brand awareness merupakan indikator domunan untuk

    konsumen memilih produk yang memuaskan pada produk low-involvement, biasa

    dan keputusan pembelian berulang. Ketika konsumen membeli produk baru atau

    yang masih dianggap asing, mereka dapat menggunakan brand awareness sebagai

    isyarat untuk membedakan kualitas dari sebuah produk, dengan kata lain brand

    awareness bertindak sebagai sertifikasi (Arum, 2015:14).

  • 32

    Brand awareness menjadi sangat penting tercipta untuk dapat membangun

    ekuitas sebuah merek karena awareness konsumen terhadap sebuah brand akan

    memengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Brand

    awareness juga dianggap menjadi hal yang sangat penting untuk dapat terbentuk

    pertama kali sebagai langkah untuk terciptanya percobaan (trial) dan pembelian

    ulang (repeat purchase) karena melalui adanya kesadaran merek (awareness)

    maka akan tercipta keingintahuan terkait sebuah produk. Dengan kata lain, brand

    awareness yang berada dalam dimensi persepsi dapat memberikan dan

    menciptakan brand loyalty (trial and repeat purchase) yang berada dalam dimensi

    pelaku (Mandagie, 2015:11).

    2.4 Periklanan

    Pengertian Periklanan

    Swastha dalam Sunarti (2017:2) mendefinisikan periklanan sebagai “suatu

    alat untuk membuka komunikasi dua arah antara penjual dengan pembeli,

    sehingga keinginan mereka dapat terpenuhi dengan cara yang efisien dan efektif”.

    Sementara, Suhandang dalam Mawara (2013:5) menyebutkan bahwa

    periklanan adalah “segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang atau jasa

    secara non-personal oleh suatu sponsor tertentu, yakni si pemasang iklan

    (pengiklan) dan yang membayar jasa atas penyiaran iklan, yang memerlukan

    pembayaran”.

    Adapun menurut Sulistyowati, Lubis, & Listyorini (2014:3), periklanan

    merupakan “semua bentuk terbayar presentasi nonpribadi dan promosi ide,

    barang, atau jasa dengan sponsor tertentu”. Sementara Shimp dalam Sulistyowati,

  • 33

    Lubis, & Listyorini (2014:3) menyatakan bahwa “periklanan yang kuat

    merupakan deposito dalam bank ekuitas merek. Periklanan membuat konsumen

    sadar (aware) akan merek- merek baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur

    dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif. Selain

    itu, periklanan memberi nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi persepsi

    konsumen.”

    Peran dan Manfaat Periklanan

    Peran iklan terhadap konsumen merupakan dasar dalam mengiklankan

    sebuah produk yakni untuk mempengaruhi sikap khalayak atau sikap dari

    konsumen. Meskipun periklanan tidak dapat merubah nilai dan sikap konsumen

    yang telah berakar dalam, akan tetapi periklanan dapat merubah sikap negatif

    seseorang terhadap produk menjadi positif. Iklan juga sebagai salah satu alat

    informasi yang berpengaruh dalam pembentukan sikap konsumen. Promosi

    melalui iklan dari suatu produk yang efektif dapat menampilkan keunggulan atau

    manfaat secara baik, serta dapat menimbulkan sikap yang positif terhadap produk

    tersebut dan sebaliknya, jika promosi kurang baik maka akan menimbulkan sikap

    negatif terhadap produk tersebut. Sikap konsumen merupakan hal terpenting

    untuk mempengaruhi seorang konsumen dalam mengingat atau melakukan

    keputusan pembelian. Konsumen selalu mengingat apa yang sering mereka

    pergunakkan, yang mereka pandang sangat perlu, dan yang selalu mereka

    rasakkan. Sebaliknya, konsumen cenderung melupakkan informasi yang jarang

    digunakan, tidak penting, atau tidak pernah dirasakkan. Jadi kegiatan periklanan

    bukan didasarkan pada informasi saja, melainkan juga pada penjelasan dari

    pandangan atau sikap konsumen mengenai informasi itu (Suhandang, 2016:164).

  • 34

    Sementara itu, periklanan diyakini sebagai salah satu faktor yang penting

    dalam penyampaian informasi perusahaan, sehingga periklanan yang telah

    dilakukan tentu mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun perusaan

    menjadi sedemikian rupa. Periklanan merupakkan kegiatan yang terkait pada dua

    bidang kehidupan manusia sehari-hari yakni ekonomi dan komunikasi. Dalam

    bidang ekonomi, periklanan bertindak sebagai salah satu upaya marketing yang

    strategis bagi perusahaan, yaitu upaya memperkenalkan barang baru atau jasa

    untuk dapat meraih keuntungan sebanyak mungkin. Dalam hal ini, periklanan

    merupakkan suatu kekuatan yang menarik yang ditunjukkan kepada sejumlah

    pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan oleh perusahaan atau penjual agar dapat

    mempengaruhi penjualan barang atau jasa dengan cara yang menguntungkan.

    Sementara, dalam komunikasi, periklanan merupakan salah satu jenis teknik

    komunikasi massa untuk menyiarkan informasi tentang barang atau jasa yang di

    tawarkan oleh si pemasang iklan (perusahaan atau penjual barang maupun jasa)

    dengan membayar ruang atau waktu yang disediakkan di media massa tersebut.

    Dengan adanya pengiklan perusahaan dapat memperkenalkan barang, jasa, atau

    gagasan kepada publik dan juga menjangkau konsumen lebih luas dan mudah.

    Jadi periklanan merupakkan salah satu teknik untuk memperluas pasar dan

    meningkatkan penjualan sehingga menguntungkan perusahaan atau penjual

    (Suhandang, 2016:165). Menurut Terence A. Shimp dalam (Purnama, 2013:5)

    “secara umum periklanan dihargai karena dikenal sebagai pelaksana beragam

    fungsi komunikasi yang penting bagi perusahaan yaitu: sebagai informing

    (memberi informasi), persuading (mempersuasi), reminding (mengingatkan),

  • 35

    adding value (memberikan nilai tambah), serta assisting (mendampingi) upaya-

    upaya lain dari perusahaan”.

    Proses Komunikasi Periklanan

    Untuk membangun komunikasi yang efektif dalam sebuah iklan, pengirim

    pesan harus tahu sasaran (target audiens) dan apa yang diinginkan, sehingga

    pesan yang akan disampaikan dapat mencapai sasaran tersebut dengan tepat.

    Abdullah (2017:113) menjelaskan bahwa “proses terjadinya periklanan dan

    bentuk komunikasinya dapat terjadi jika seseorang bersikap terbuka terhadap

    suatu iklan sehingga perusahaan dapat memanfaatkan keterbukaan itu dengan

    menambah periklanan atau mengarahkan calon pembeli untuk membeli. Biasanya

    calon pembeli yang demikian ini mempunyai sangkut paut dengan produknya”.

    Adapun proses komunikasi periklanan sebagai (Suhandang, 2016:14) berikut:

    1. Pengirim Pesan

    Proses komunikasi selalu dimulai dari pihak yang berkepentingan untuk

    membangun komunikasi yang berfungsi sebagai sender (pengirim pesan).

    Komunikasi bisa dilakukan oleh orang per orang dan bisa juga oleh

    perorangan kepada organisasi, atau oleh suatu organisasi ke organisasi yang

    lain.

    2. Encoding

    Untuk menyampaikan gagasan dengan encoding (pengkodean) pesan dalam

    bentuk simbolis dengan mencapai tujuan komunikasi untuk memberikan

    informasi, permintaan, dan saran yang ingin disampaikan kepada penerima

    dengan maksud tertentu.

  • 36

    3. Pesan

    Sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada penerima berupa

    informasi seperti mengenalkan merek kepada konsumen, pengenalan produk

    baru, meningkatkan jumlah target konsumen.

    4. Media

    Media sebagai alat untuk menyampaikan suatu pesan yang di publikasikan

    untuk mendapatkan perhatian oleh si penerima pesan/konsumen.

    5. Decoding

    Jika pesan diterima positif oleh konsumen maka hal ini akan memberikan

    pengaruh positif pada perilaku konsumen yang akan mendorong untuk

    membeli produk yang diiklankan.

    6. Penerima

    Pesan yang disampaikan kepada penerima pesan harus benar-benar mengena,

    sehingga pesan yang dikirim penyampaian pesan oleh penerima pesan dapat

    diterima dengan baik tanpa ada bias atau ganguan lainya, oleh karena itu bagi

    pengirim pesan harus benar-benar mengetahui karakteristik audien dan isi

    pesanya harus jelas sehingga komunikasi yang dibangun itu mencapai tujuan

    penyampaian pesan.

    Strategi Kreatif Iklan

    Suhandang (2016:170), sebagai kalangan praktisi periklanan, menilai

    bahwa “kreativitas dalam periklanan bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-

    tiba, tetapi merupakan suatu proses kreatif”. Kemungkinan paling besar untuk

    dapat memproduksi iklan yang kreatif dan sukses adalah melakukan sejumlah

  • 37

    langkah, strategi atau pendekatan (approach) yang terorganisasi dengan baik yang

    dikenal dengan strategi kreatif periklanan.

    Salah satu pendekatan paling popular dalam proses kreatif iklan adalah

    model proses kreatif yang dikembangkan oleh James Webb Young yang terdiri

    dari empat langkah (Suhandang, 2016:170) yaitu:

    1. Keterlibatan diri (immersion), yaitu upaya melibatkan diri ke dalam masalah

    yang ada dengan cara mengumpulkan bahan mentah dan segala informasi

    yang diperlukan melalui riset latar belakang (background research) dan

    mencerna masalah tersebut (digestion) yang merupakan upaya untuk

    memikirkan dan memahami masalah.

    2. Proses inkubasi (incubation) yang diartikan James Webb Young sebagi

    putting the problem out of your conscious mind and turning the information

    over the subconscious to the work (meletakan masalah di luar pikiran sadar

    dan mengubah informasi ke dalam pikiran bawah sadar untuk melakukan

    pekerjaan).

    3. Iluminasi, yaitu upaya memunculkan ide atau gagasan.

    4. Verifikasi, yaitu kegiatan mempelajari ide atau gagasan untuk menentukan

    apakah ide atau gagasan itu sudah bagus dan atau mampu menyelesaikan

    masalah.

    Model proses kreatif yang dikemukakan James Webb Young tersebut

    mirip dengan pandangan yang sudah ada sebelumnya dari Graham Wallas,

    seorang sosiolog Inggris, yang terdiri atas empat langkah (Suhandang, 2016:171)

    yaitu :

  • 38

    1. Persiapan, yaitu kegiatan mengumpulkan informasi latar belakang yang

    diperlukan untuk memecahkan masalah melalui riset dan studi.

    2. Inkubasi, yaitu proses pengembangan ide atau gagasan.

    3. Iluminasi, upaya mencari pemecahan masalah

    4. Verifikasi, yaitu upaya memperbaiki ide atau gagasan dan menentukan jika ide

    atau gagasan tersebut merupakan solusi yang tepat.

    Model proses kreatif empat langkah tidak banyak memberikan penjelasan

    bagaimana informasi tersebut diproses atau digunakan oleh tenaga kreatif karena

    proses tersebut adalah unik pada masing-masing individu. Namun model proses

    kreatif tersebut memiliki arti penting bagi mereka yang terlibat dalam proses

    kreatif karena menawarkan suatu cara yang terorganisasi dan sistematis dalam

    mengatasi masalah yang ada. Persiapan atau pengumpulan latar belakang

    informasi adalah langkah pertama dalam proses kreatif. Pemasang iklan dan

    perusahaan iklan memulai langkah pertama dalam pekerjaan kreatif dengan

    mengembangkan pemahaman yang menyeluruh mengenai barang dan jasa yang

    akan dipromosikan, memahami target konsumen, serta tingkat persaingan yang

    ada.

    Strategi kreatif periklanan diwujudkan guna menghasilkan karakteristik

    pesan yang kuat. Adapun tujuannya adalah agar pesan yang disampaikan melalui

    beberapa media dapat menarik beberapa khalayak. Strategi kreatif dalam

    rancangan periklanan mencakup beberapa pendekatan di antaranya pendekatan isi

    pesan, what to say, dan how to say. Sehingga iklan yang disampaikan kepada

    masyarakat dapat dipahami, menarik, dan menumbuhkan efek yang kuat. Strategi

    kreatif yang diterapkan menggunakan perpaduan media. Tujuan diadakannya

  • 39

    pemilihan media adalah untuk efektivitas komunikasi dan efisiensi biaya, untuk

    mencapai tujuan media yang sudah ditentukan, maka paduan media ditentukan

    berdasarkan pertimbangan (Setiawan, 2015:19) berikut:

    1. Media habit yaitu media yang menjadi kebiasaan target audiens dalam,

    membaca, melihat, dan mendengar.

    2. Efektivitas media yaitu media yang tepat dalam mengkomunikasikan isi/pesan

    yang ingin disampaikan, dilihat dari karakteristik medianya.

    3. Biaya relatif (efisiensi biaya) yaitu biaya yang bisa dicapai berdasarkan

    kemampuan yang ada dan pertimbangan dampak yang diperoleh.

    Proses Perancangan Iklan

    Kini dalam dunia perdagangan maupun komunikasi yang semakin global,

    dan persaingan usaha yang semakin ketat, penentuan pemasangan iklan pun harus

    lebih cermat, harus melakukan pendekatan-pendekatan persuasif yang sistematis.

    Dalam hal ini, perencanaan dan perancangan iklan disodorkan Berkowitz dalam

    bentuk rumus 4-W, (Suhandang, 2016:59-60) yaitu:

    1. WHO: Siapa saja khalayak sasaranya?

    2. WHAT: Apa tujuan penurunan/pemasangan iklan tersebut?

    3. WHEN: Kapan iklan iklan dimaksud akan diturunkan/dipasang

    (dikampanyekan)?

    4. WHERE: Di mana iklan dimaksud akan diturunkan/dipasang?

    Agar sebuah iklan tepat mengenai sasaranya dan berhasil meraih tujuanya

    perlu dipertimbangkan pula pemikiran WHY dan HOW untuk melengkapinya.

    Dengan demikian rumus penentuan program perancangan iklan menjadi 5W+1H,

    yakni:

  • 40

    1. WHAT: Apa tujuan penurunan/pemasangan iklan tersebut?

    2. WHO: Siapa khalayak yang akan dijangkaunya ?

    3. WHEN: Kapan iklan tersebut akan di turunkan/dipasang?

    4. WHERE: Di mana iklan tersebut akan diturunkan /dipasang?

    5. WHY: Mengapa harus demikian ?

    6. HOW: Bagaimana tentang pembiayaannya atau entuk naskah atau produk

    (iklan) yang akan digunakan?

    Didasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dirumuskan tadi, program

    perencanaan pun akan meliputi kegiatan:

    1. Pengenalan (penelitian) terhadap khalayak sasaran

    Menurut Suhandang (2016:60), langkah pertama dalam merencanakan

    program pembuatan iklan adalah mengenali khalayak sasaran iklan yang

    dimaksud, yaitu meneliti kelompok calon pembeli (produk yang ditawarkan)

    yang langsung akan dikenai iklan tersebut. Melalui penelitian dan pengkajian,

    pengusaha akan mengetahui tentang profil khalayak sasaranya yang mencakup

    gaya hidup, sikap, dan nilai-nilai pemikiranya, sehingga lebih memudahkan

    pembuatan model iklan.

    Penelitian dapat mengunakan observasi tidak langsung atau bisa juga

    mengunakan survey. Demikian pula alat penelitian bisa menggunakan

    wawancara atau angket tergantung berapa besar populasi atau sampel yang

    menjadi sasaran iklan yang dimaksud. Dari hasil penelitian itu bisa diambil

    kesimpulan untuk menentukan teknik dan strategi pembuatan iklan, terutama

    dalam menetapkan tujuan iklan.

  • 41

    2. Penetapan tujuan pemasangan iklan

    Menurut Suhandang (2016:61), keputusan membuat iklan biasanya

    dipercayakan kepada lembaga lain yang lebih professional, yaitu lembaga

    periklanan. Jadi, tujuan akhir yang hakiki dari penyusunan iklan adalah

    kegiatan komunikasi untuk menjangkau khalayak tertentu, agar mereka dapat

    membantu memperluas serta membantu menyebarka informasi dan

    mempergunakanya selama mungkin.

    Selain itu tujuan pemasangan iklan juga untuk membentuk kesadaran

    khalayak untuk mengetahui segala sesuatu tentang barang atau jasa tertentu

    yang ditawarkan, menciptakan perasaan khalayak sedemikian rupa sehingga

    menyukai dan memilih barang atau jasa yang ditawarkan, dan mendorong

    khalayak agar berpikir dan bertindak (membeli) serta menggunakan barang

    atau jasa yang ditawarkan.

    3. Penyusunan naskah iklan

    Penyusunan naskah iklan, hal tersebut mencakup pesan untuk

    memperkenalkan keistimewaan barang atau jasa yang dianggap penting bagi

    para calon pembeli dalam membuat keputusan untuk mencoba dan membeli

    barang atau jasa tersebut guna dimiliki atau dipakainya. Kiat demikian sering

    mengandalkan teknik-teknik persuasi yang melibatkan daya cipta humor,

    kekhawatiran, kedukaan, keindahan, latar belakang suara, dan ilustrasi dalam

    visualisasi.

  • 42

    4. Penyediaan anggaran biaya

    Setelah menyusun tujaun pemasangan iklan dan naskah yang akan

    digunakan, perusahaan harus menentukan banyaknya biaya yang akan

    dikeluarkan. Menentukan jumlah anggaran yang ideal sangatlah sulit, sebab

    tidak ada ukuran pasti dalam dalam menentukan besarnya biaya bagi suatu

    iklan agar berhasil. Hanya beberapa metode saja yang bisa digunakan untuk

    menyusun anggaran biaya bagi iklan yang diharapkan dapat mencapai

    tujuannya dengan memuaskan, diantaranya adalah dua metode (Suhandang,

    2016:63) berikut.

    a. Sesuai kemampuan ( All You Can Afford)

    Umunya perusahaan-perusahaan kecil akan menentukan anggaran biaya

    pemasangan iklannya dengan segala cara sesuai dengan kemampuannya,

    setelah semua butir anggaran lain terpenuhi, perusahan tersebut baru

    mengalokasikan dana untuk pembiayaan iklan.

    b. Perpaduan Tujuan dan Tugas

    Cara terbaik dalam menentukan suatu anggaran biaya periklanan adalah

    mnegaitkan tujuan dengan tugas yang perlu dibiayainya, di mana suatu

    perusahaan mengambil langkah-langkah yakni menentukan tujuan iklan,

    membuat out-line tugas-tugas penyelesaiannya, dan menentukan biaya

    yang diperlukan masing-masing langkah penyelesaian yang dimaksud.

    Metode tersebut diambil sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan

    dalam menyelesaikan serta memenuhi kebutuhan tujuan yang telah

    ditentukannya.

  • 43

    Kekuatan metode penyusunan anggaran biaya lainnya dapat

    diintegrasikan ke dalam cara tersebut. Misalnya, kalau ongkosnya melebihi

    kemampuan perusahaan, maka tujuan harus diolah kembali dan tugasnya pun

    harus direvisi. Kesulitan metode ini adalah perlu adanya pertimbangan untuk

    menentukan tugas guna mencapai tujuan (Suhandang, 2016:66).

    5. Penentuan jadwal pemasangan iklan

    Langkah berikutnya merupakan jadwal pemasangan iklan. Dalam hal

    ini harus melihatkan usaha mencapai keseimbangan antara jangkauan

    (konsumen yang bisa diraih) dan frekuensi penyajian iklannya. Jangkuan

    tersebut terkait dengan berbagai ragam orang yang bisa diraih melalui pesan

    iklannya. Selain dari itu, frekuensi pemasangan iklan merupakan hal yang

    sangat penting dalam upaya memperoleh konsumen yang ingatkan pesan

    iklannya. Sejauh ini ita mengenal ada beberapa medium yang bisa digunakan

    untuk menyajikan iklan dengan frekuensi penyajian sesering mungkin, di

    antaranya surat kabar, majalah, radio, film, televisi, dan papan pengumuman

    (billboard). Meskipun demikian, frekuensi penayangan iklan hendaknya

    dijaga agar tidak mengakibatkan terjadiya rasa bosan atau tercapainya point of

    diminishing return (titik atau masa di mana orang merasa muak dan jemu

    terhadap suatu pesan) pada khalayak.

    Faktor lain yang tidak kalah penting dalam menyusun jadwal

    pemasangan iklan adalah waktu, kapan tepatnya iklan itu disuguhkan kepada

    khalayak. Dalam hal in bukan hanya pengaturan waktu yang didasarkan pada

    jam dan hari, melainkan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi

  • 44

    khalayak yang berkesempatan bisa melihat atau menikmati iklan yang

    disajikan.

    6. Pemilihan media yang akan digunakan

    Setiap pemasang iklan harus bisa memutuskan dimana iklannya akan

    ditempatkan. Keputusan dimaksud berhubungan erat dengan khalayak

    sasarannya, jeins produk, persediaan dana, dan tujuan kampanye. Hal tersebut

    penting sekali untuk mengetahui media mana yang bisa digunakan untuk

    menjangkau khalayak sasaranya. Jadi, riset pasar diperlukan untuk

    menunjukannya. Misalnya, televisi mana yang penontonnya bisa dijadikan

    sasaran iklan tersebut. Dalam menentukan dimana menempatkan iklannya,

    suatu perusahaan harus memilih beberapa media yang bisa digunakan secara

    tunggal atau bersama-sama (dipadukan) untuk memperoleh hasil (pengaruh)

    yang maksimal. dalam hal ini para pemasang iklan ataupun pengusaha harus

    bisa memilih media efektif bagi pencapaian tujuan iklannya.

    Media Periklanan

    Media periklanan berkaitan dengan kegiatan dalam mencari, memperoleh,

    memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi, baik dalam

    bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, dan serta grafik maupun dalam

    bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala

    jenis saluran yang tersedia. Roesady Ruslan dalam Priansa (2017:191)

    menyatakan bahwa “media periklanan merupakan prioritas utama sebagai alat

    untuk tujuan publikasi dan sebagai upaya pesan-pesan atau informasi secara luas

    mengenai efektivitas organisasi kepada publik sasaran”. Sedangkan Kotler dan

    Armstrong dalam Priansa (2017:191) menyataakan bahwa “media periklanan

  • 45

    merupakan wahana yang digunakan untuk menghantarkan pesan iklan kepada

    pemirsa yang dituju”.

    Menurut Widyatama dalam Arindita (2013:5-6), pada dasarnya media

    periklanan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

    1. Media Lini Atas (Above the Line Media)

    Juwitasari & Gitasiswhara (2015:885) menjelaskan bahwa “media above the

    line merupakan media yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk

    mempromosikan dan memperkenalkan produk kepada pasar”. Adapun Jefkins

    dalam Erlita (2016:201) menyatakan bahwa “media above the line adalah

    media utama yang digunakan dalam kegiatan. Iklan media above the line

    adalah media yang bersifat massa. Massa yang dimaksud adalah bahwa

    khalayak sasaran berjumlah besar, antara satu sama lain tidak saling kenal dan

    menerpa pesan iklan secara serempak. Beberapa media yang termasuk

    kategori above the line yaitu; surat kabar, majalah, tabloid, televisi, film, dan

    radio (Arindita, 2013:5-6).

    2. Media Lini Bawah (Below the Line Media)

    Jefkins dalam Erlita (2016:201) menjelaskan bahwa “media lini bawah

    merupakan media pendukung kegiatan periklanan di media utama”.

    Sementara, Tjiptono dalam Astuti (2015:17-18) menjelaskan bahwa “media

    lini bawah adalah media-media yang digunakan untuk mengiklankan produk”.

    Pada dasarnya, iklan media below the line adalah iklan yang menggunakan

    media khusus. Media-media khusus yang tergabung dalam below the line

    yaitu; leaflet, poster, spanduk, baliho, panel pada bus, sticker, shop sign,

    flyers, serta event (Arindita, 2013:5-6).

  • 46

    Selain yang disebutkan di atas, terdapat pula Media Through The Line.

    Menurut Pujiyanto dalam Nisa (2015:162), “through the line merupakan media

    periklanan yang komunikasinya menggunakan pendekatan selektif media yang

    dipilih dengan sangat hati-hati berdasarkan pendekatan menyeluruh pada target

    human insight”. Contoh media yang digunakan dalam through the line adalah

    follow up advertising, pop up, dan ambient yang memanfaatkan lingkungan

    sekitar.

    Telah disebutkan sebelumnya bahwa media above the line adalah media

    yang bersifat massa atau lebih dikenal dengan media massa. Erlita (2016:201)

    menerangkan bahwa “media massa merupakan seperangkat alat yang bersifat

    mekanik ataupun elektrik yang dimaksudkan sebagai saran komunikasi untuk

    mengirimkan pesan kepada audiens dalam jumlah besar. Adapun berbagai media

    massa yang sering digunakan dalam iklan (Priansa, 2017:191-193) yaitu sebagai

    berikut:

    1. Surat kabar

    Surat kabar merupakan media cetak yang terbit setiap hari secara teratur.

    Tulisannya dalam bentuk berita, artikel, feature, dan tajuk. Informasi yang

    disampaikan lengkap dengan menjawab rumusan 5W dan 1H (What, Who,

    When, Where, Why, dan How). Kelebihan surat kabar adalah harga murah,

    informasi lengkap, selalu aktual, cepat menjangkau khalayak, serta mudah

    dibawa dan disimpan. Kekurangannya adalah isi pesan singkat, penyajian

    gambar kurang menarik, pesan hanya bisa disampaikan kepada khalayak yang

    dapat membaca.

  • 47

    2. Majalah

    Majalah merupakan media yang digunakan untuk menghasilkan gagasan,

    feature dan publisitas bergambar untuk bahan referensi pada masa

    mendatang. Kelebihannya adalah majalah menyajikan informasi yang tidak

    hanya menjawab lengkap 5W dan 1H, tetapi juga secara tuntas dengan

    bahasan berbagai isi, dicetak dengan kertas yang menarik dan berkualitas

    sehingga mampu menampilkan gambar-gambar yang lebih menarik. Adapun

    kekurangannya adalah pesan tidak dengan segera diperoleh khalayak,

    harganya mahal, dan biaya produksi lebih mahal daripada surat kabar.

    3. Radio

    Media elektronik ini dapat menyampaikan pesan melalui indra pendengaran.

    Kelebihannya adalah isi pesan cepat diterima khalayak, pesan mempunyai

    kekuatan membujuk secara emosional, harganya tidak terlalu mahal, bisa

    menjangkau wilayah yang sulit, dan proses produksinya sederhana.

    Kekurangannya adalah isi pesan cepat beralu, harus dibuat semenarik

    mungkin agar pendengar tertarik untuk mendengarkannya, dan umpan balik

    membutuhkan waktu yang lama.

    4. Televisi

    Televisi merupakan media yang mampu menyajikan pesan dalam bentuk

    suara, gerak, pandangan, dan warna secara bersamaan sehingga mampu

    menstimulus indra pendengaran dan pengelihatan. Kelebihannya, media ini

    mampu menampilkan suatu kejadian secara terperinci, memiliki efek persuasi

    yang sangat kuat, dan jumlah pemirsanya lebih banyak. Kekurangannya

    adalah biaya produksi mahal, waktu yang dibutuhkan untuk proses produksi

  • 48

    sampai selesai sangat lama, khalayak heterogen, dan peralatan peliputan

    mahal.

    Selain yang disebutkan, dikenal pula adanya new media. Bruno Schivinski

    dalam Swara (2014:34) menjelaskan yang dimaksud dengan new media adalah

    “media komunikasi yang mengacu pada konten yang bisa dikases kapan saja, di

    mana saja, pada setiap perangkat digital, serta memiliki kemampuan untuk

    dilakukannya interaksi antara pemberian informasi dan penerima informasi, dan

    dimungkinkannya partisipasi kreatif dari berbagai pihak”.

    Media baru (new media) disebut juga media digital. Media digital ialah

    media yang kontennya berbentuk gabungan teks, suara, data dan beragam jenis

    gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarkan melalui jaringan

    berbasis kabel optic broadband, satelit dan sistem transmisi gelombang mikro.

    Keberadaan media baru ditandai dengan apa yang disebut konvergensi media.

    Secara struktural, konvergensi media berarti integrasi dari tiga aspek, yakni

    telekomunikasi, data komunikasi, dan komunikasi massa dalam satu medium.

    Contoh dari new media adalah internet, media sosial yang dalam penggunaannya

    memerlukan internet seperti Instagram, Twitter, Youtube, ataupun blog serta surat

    elektronik (Gultom, 2017:4-5).

    New media muncul dari inovasi-inovasi media lama yang kurang relevan

    lagi dengan perkembangan teknologi di masa sekarang. Apa yang disebut media

    lama adalah media massa konvensional seperti televisi, film, majalah, buku,

    bukan serta merta mati begitu saja melainkan berporses dan beradaptasi dalam

    media baru. Dalam fungsinya, new media mencakup semua fungsi komunikasi

    massa, dengan fungsi utamanya sebagai surveillance, yaitu memberikan informasi

  • 49

    kepada khalayak (Thiananda, 2015). Adapun perbedaan yang paling ditekankan

    antara media massa dan new media adalah pada fitur cara komunikasi antara

    peberi informasi dan penerima informasi. Sumber dari media massa adalah

    beberapa korporasi pemilik kanal di televisi yang menyebarkan informasi ke

    khalayak luas. New media bisa bersumber dari siapa saja. Siapapun bisa menjadi

    sumber penyebaran informasi dari new media. New media juga memungkinkan

    terjadinya sebuah komuniksi dua arah antara sumber dan penerima informasi

    dapat bertukar balik informasi. Hal inilah yang membuat new media kini lebih

    diminati daripada media massa (Swara, 2014:37).

    Perkembangan media periklanan juga berimbas kepada cara promosi

    perusahaan. Salah satu bentuk promosi yang dikatakan efektif dan masih banyak

    digunakan pemilik bisnis adalah word-of-mouth atau pemasaran dari mulut ke

    mulut. Goyette dalam Utami (2015:11) mendefinisikan word-of-mouth (WOM)

    sebagai “percakapan non-komersial dan informal yang biasanya dilakukan setelah

    individu melakukan pembelian sehingga sering juga dilihat sebagai post-purchase

    behavior”. Seiring berkembangnya teknologi dan penggunaan internet yang

    menyebabkan lahirnya new media, word-of-mouth bergeser menjadi electronic

    word-of-mouth, yang selanjutnya disebut sebagai e-WOM. E-WOM merupakan

    komunikasi antara pemberi dan penerima pesan yang dilakukan melalui internet

    mengenai penilaian terhadap suatu produk. Komunikasi menggunakan e-WOM

    lebih persisten dan lebih mudah diakses karena sebagian besar informasi

    ditampilkan melalui internet yang diarsipkan sehingga informasi tersebut dapat

    tersedia dalam waktu yang lama. Komunikasi e-WOM dapat menghubungkan

    antara satu konsumen ke konsumen lainnya (contoh: email), namun ada juga yang

  • 50

    dapat menghubungkan satu konsumen dengan banyak konsumen (contoh:

    website). Sedangkan Cheung dan Tadani menyatakan bahwa media yang biasanya

    digunakan dalam penyebaran e-WOM antara lain: forum diskusi online, situs

    ulasan konsumen online, blog, social networking sites, dan situs belanja online

    (Utami, 2015:10-13).

    2.5 Pengertian Teoritis Judul Karya

    Penulis memberikan judul tugas akhir ini yaitu, “Perancangan Kreatif

    Komunikasi Pemasaran Terpadu Guna Meningkatkan Brand Awareness MTZ

    Cheesecake Sebagai Cheesecake In A Jar dengan Kualitas Premium, Harga

    Terjangkau, serta Kemarsan yang Higienis dan Praktis”. Adapun judul tersebut

    berkaitan dengan beberapa teori yakni perancangan kreatif, komunikasi

    pemasaran terpadu serta brand awareness.

    MTZ Cheesecake, selaku cliemt, menyatakan bahwa produknya kurang

    dikenal oleh masyarakat. Kemampuan seseorang untuk mengingat, mengenali

    atau mengetahui sebuah produk tertentu dikenal dengan istilah brand awareness.

    Pernyataan client pun didukung oleh fakta yang penulis dapatkan dari hasil riset

    bahwa sebagian besar responden memang tidak mengetahui mengenai cheesecake

    in a jar serta tidak mengetahui adanya MTZ Cheesecake. Apabila dilihat dari

    tingkatan brand awareness, maka MTZ Cheesecake tergolong ke dalam tingkatan

    unaware of brand dan brand recognition, di mana masyarakat tidak menyadari

    adanya MTZ Cheesecake tetapi terdapat beberapa responden yang mengenali

    brand MTZ Cheesecake dengan bantuan kata tertentu seperti kata ‘cheesecake in

    a jar’.

  • 51

    Terhadap permasalahan tersebut, penulis sebagai mahasiswa periklanan,

    tertarik untuk membantu bisnis MTZ Cheesecake dengan membuat iklan guna

    meningkatkan brand awareness MTZ Cheesecake. Namun, untuk dapat

    memproduksi iklan yang kreatif dan sukses perlu dilakukan perancangan dan

    strategi yang terorganisasi dengan baik yang dikenal dengan perancangan kreatif

    periklanan. Dalam perancangan kreatif tersebut, penulis melakukan beberapa

    langkah yakni langkah persiapan dengan mengumpulkan informasi latar belakang

    kondisi pasar, target audience dan media habit dari responden yang diperlukan

    untuk pembuatan iklan melalui riset berbentuk kuesioner, langkah berikutnya

    adalah mengembangkan ide atau gagasan disesuaikan dengan tujuan periklanan,

    pesan yang ingin disampaikan melalui iklan serta hasil riset, serta langkah terakhir

    adalah mempelajari ide atau gagasan yang telah dibuat untuk menentukan apakah

    ide atau gagasan tersebut mampu menyelesaikan masalah.

    Agar ide dan gagasan yang telah dibuat dalam perancangan kreatif dapat

    berjalan secara efektif dan memberikan efek langsung kepada target audience,

    diperlukan adanya perpaduan atau pengintegrasian beberapa elemen komunikasi

    seperti periklanan, promosi penjualan dan hubungan masyarakat, yang mana hal

    tersebut dikenal dengan istilah komunikasi pemasaran terpadu (integrated

    marketing communication). Penerapan komunikasi pemasaran terpadu sangat

    berguna untuk membangun sebuah brand di benak masyarakat agar lebih

    dipertimbangkan untuk dibeli oleh masyarakat. Dalam komunikasi pemasaran

    terpadu diperlukan adanya perpaduan media yang mana media tersebut dipilih

    berdasarkan beberapa pertimbangan berdasarkan media habit dari responden riset,

    efektivitas media, jangkauan media, target audience, tujuan periklanan serta

  • 52

    biaya/budget yang disediakan oleh client. Adapun media dapat berbentuk media

    periklanan (above the line, below the line, through the line, maupun new media),

    media promosi penjualan, personal selling, pemasaran langsung, hubungan

    masyarakat dan pemasaran secara interaktif. Nantinya semua media saling

    terintegrasi dan berhubungan antara media yang satu dengan media lainnya

    sehingga semakin efektif untuk menghubungkan masyarakat dengan suatu brand

    dan membuat masyarakat mengenal suatu brand tertentu.

    Dengan adanya perencanaan kreatif yang matang dalam penyusunan suatu

    ide atau gagasan untuk periklanan serta adanya komunikasi pemasaran terpadu

    yang mengintegrasikan seluruh media, diharapkan dapat meningkatkan brand

    awareness dari MTZ Cheesecake. Dalam judul pun dituliskan mengenai brand

    character dari MTZ Cheesecake yakni cheesecake in a jar dengan kualitas

    premium, harga terjangkau, serta kemarsan yang higienis dan praktis. Brand

    character tersebut ditulis agar masyarakat lebih mengetahui karakter dari MTZ

    Cheesecake agar lebih tertarik dan mudah mengingat brand serta produk dari

    MTZ Cheesecake.

  • 53

    Gambar II.1. Skema Pengertian Teoritis Judul Karya

    Permasalahan: kurangnya brand

    awareness

    Membuat perancangan kreatif

    periklanan

    Pengintegrasian perancangan dalam

    komunikasi pemasaran terpadu

    Meningkatkan brand awareness