33
13 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Muhamad (2014) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Dana Bank Syariah” mengatakan bank islam atau yang sekarang dikenal dengan bank syariah merupakan bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw, atau dengan kata lain bank islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah islam. Menurut Muhamad (dikutip dari Antonio dan Perwataatmadja, 1997) membedakan bank syariah ke dalam dua pengertian yaitu bank islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam, sedangkan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam adalah bank

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak. Menurut Muhamad (2014) dalam bukunya yang berjudul

“Manajemen Dana Bank Syariah” mengatakan bank islam atau yang

sekarang dikenal dengan bank syariah merupakan bank yang beroperasi

dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut

bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan perbankan yang operasional

dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis

Nabi Saw, atau dengan kata lain bank islam adalah lembaga keuangan

yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya

dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

disesuaikan dengan prinsip syariah islam.

Menurut Muhamad (dikutip dari Antonio dan Perwataatmadja, 1997)

membedakan bank syariah ke dalam dua pengertian yaitu bank islam dan

bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam. Bank Islam adalah

bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam,

sedangkan bank yang beroperasi dengan prinsip syariah islam adalah bank

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

14

yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah

islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara islam.

Tata cara bermuamalat yang dimaksud adalah

Menurut berbagai pendapat mengenai pengertian bank syariah

yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah

adalah bank yang tata cara beoperasinya di dasarkan pada tata cara

bermu’amalat secara Islam, yakni mengacu kepada ketentuan – ketentuan

al-Quran dan al-Hadis.

2.1.2 Karakteristik Bank Syariah

Di dalam prinsip islam, pengelolaan harta harus seimbang antara

kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat. Perbankan syariah

yang dalam kegiatan operasionalnya berdasarkan syariah islam dan tanpa

mengandung unsur riba memanfaatkan dana yang dihimpun dari

masyarakat ke dalam kegiatan yang lebih produktif seperti investasi.

Muhamad (2014) menyebutkan kegiatan bank syariah yang merupakan

implementasi dari prinsip ekonomi islam memiliki karakteristik sebagai

berikut :

a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.

b. Tidak mengenal konsep nilai waktu dari uang

c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.

d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.

e. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk satu barang.

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

15

f. Tidak diperkenankan dua transaksi dalam satu akad.

Bank syariah tidak beroperasi atas dasar konsep bunga melainkan

bagi hasil. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk

mendapatkan keuntungan maupun pembebanan bunga atas penggunaan

dan peminjaman dana, karena bunga diharamkan dalam islam dan tidak

sesuai dengan prinsip syariah islam. Perbankan syariah dalam menjalankan

kegiatannya tidak membedakan antara sektor moneter dan sektor riil,

sehingga dapat melakukan kegiatannya seperti transaksi jual beli dan

sewa-menyewa. Bank syariah juga menjalankan kegiatan usaha yang

mendapatkan imbalan atas jasa perbankan yang tidak bertentangan dengan

syariah islam. Muhamad (2014) juga menambahkan syarat suatu transaksi

dikatakan sudah sesuai dengan prinsip syariah, syarat-syarat tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Transaksi tidak mengandung unsur kedzaliman.

b. Bukan riba.

c. Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.

d. Tidak ada penipuan (gharar).

e. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan.

f. Tidak mengandung unsur judi (maisyir).

Jadi, dalam setiap bentuk kegiatan maupun transaksi, bank syariah

harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang sudah diatur oleh

syariah atau ajaran islam baik dalam hal jual-beli, sewa-menyewa dan

transaksi lainnya.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

16

2.1.3 Fungsi Bank Syariah

Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang fungsinya sebagai

lembaga perantara yakni menghimpun dana dari masyarakat yang

kelebihan dana dan menyalurkannya kepada masyarakat yang

membutuhkan dana telah memberikan kemudahan bagi masyarakat selama

ini. Perbankan syariah tidak hanya berfokus pada keuntungan saja, namun

juga mementingkan kepentingan masyarakat bersama dalam artian

perbankan syariah mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan

perekonomian melalui produk pembiayaan yang lebih produktif.

Muhamad (2014) menyebutkan fungsi bank syariah adalah sebagai berikut

:

a. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat

menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi

kerakyatan, selain itu bank syariah perlu mencontoh keberhasilan

Sarekat Dagang Islam, kemudian ditarik keberhasilannya untuk

masa kini (nasionalis, demokratis, religious, ekonomis).

b. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan.

Artinya, pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi

ekonomi kerakyatan dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme

operasi yang transparan.

c. Memberikan return ysng lebih baik. Artinya investasi di bank

syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return

(keuntungan) yang diberikan kepada investor. Bank syariah harus

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

17

mampu memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan

bank konvensional, di samping itu nasabah pembiayaan akan

memberikan bagi hasil sesuai dengan atas keuntungan yang

diperolehnya. Artinya, pengusaha harus bersedia memberikan

keuntungan yang tinggi kepada bank syariah.

d. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank

syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana

masyarakat, dengan demikian spekulasi dapat ditekan,

e. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan

hanya mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat

mengumpulkan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Dana ZIS

dapat disalurkan melalui pembiayaan Qardul Hasan, sehingga

dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya terjadi

pemerataan ekonomi.

f. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al-

mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk

melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka

bank syariah sebagai financial arranger, bank memperoleh komisi

atau bagi hasil, bukan karena spread bunga.

g. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha

bank. Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN). Bank syariah karena sifatnya

sebagai bank berdasarkan prinsip syariah wajib memposisikan diri

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

18

sebagai uswatun hasanah dalam implementasi moral dan etika

bisnis yang benar atau melaksanakan etika dan moral agama dalam

aktivitas ekonomi.

Selain menjalankan perannya di atas, bank syariah juga menjalankan

kegiatannya. Muhamad (2014) menyebutkan ada empat kegiatan yang

dilakukan oleh perbankan syariah, kegiatan tersebut antara lain :

a. Manajer investasi yang mengelola investasi atas dana nasabah dengan

menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi.

b. Investor yang menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun

dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan

alat investasi yang sesuai dengan prinsip syariah dan membagi

hasil yang diperoleh sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan

pemilik dana.

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran seperti bank

non-syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

d. Pengemban fungsi sosial berupa pengelola dana zakat, infaq,

shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

2.1.4 Sumber Dana Bank Syariah

Amir Machmud (2010), bank sebagai suatu lembaga keuangan yang

salah satu fungsinya adalah menghimpun dana masyarakat harus memiliki

suatu sumber penghimpunan dana sebelum disalurkan ke masyarakat

kembali. Dalam bank syariah, sumber dana berasal dari modal inti (core

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

19

capital)dan dana pihak ketiga, yang terdiri dari dana titipan (wadi’ah) dan

kuasi ekuitas (mudarabah account).Modal inti adalah modal yang berasal

dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para

pemegang saham, cadangan, dan laba ditahan. Modal yang distetor hanya

akan ada apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui

pembelian saham dan dapat dilakukan oleh bank melalui pembelian saham

dan dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual

tambahan saham baru. Cadangan adalah sebagian laba yang tidak dibagi,

yang disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian

hari. Laba ditahan adalah sebagian labayang seharusnya dibagikan kepada

para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri melalui

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diputuskan untuk ditanam

kembali dalam bank (Amir Machmud, 2010:26). Sedangkan dana pihak

ketiga tersebut terdiri dari sebagai berikut :

a. Titipan / wadi’ah, yaitu dana titipan masyarakat yang dikelola oleh

bank.

b. Investasi / mudarabah, yaitu dana masyarakat yang diinvestasikan.

2.1.5 Produk Bank Syariah

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan

uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam

rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut

kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misal, modal

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

20

usaha) dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan (Amir

Machmud, 2010:28). Bank syariah menawarkan jasa-jasa perbankan

kepada masyarakat dalam bentuk berikut :

a. Pembiayaan untuk berbagai kegiatan investasi atas dasar bagi hasil

terdiri dari : (a) pembiayaan investasi bagi hasil al mudarabah, dan (b)

pembiayaan investasi bagi hasil al musyarakah. Dari pembiayaan

investasi tersebut, bank akan memperoleh pendapatan berupa bagi

hasil usaha.

b. Pembiayaan untuk berbagai kegiatan perdagangan terdiri dari : (a)

pembiayaan perdagangan al-mudarabah, dan (b) pembiayaan

perdagangan al-baiu bithaman ajil Dari pembiayaan perdagangan

tersebut, bank akan memperoleh pendapatan berupa mark-up atau

keuntungan.

c. Pembiayaan pengadaan barang untuk disewakan atau untuk

disewabelikan dalam bentuk: (a) sewa guna usaha atau disebut al-

ijarah, (b) sewa beli atau disebut baiu takjiri. Di Indonesia, al ijaroh

dan al baiu takjiri tidak dapat dilakukan oleh bank. Namun demikian,

penyewaan fasilitas tempat penyimpanan harta dapat dikategorikan

sebagai al-ijaroh. Dari kegiatan usaha al-ijaroh, bank akan memperoleh

pendapatan berupa sewa.

d. Pemberian pinjaman tunai untuk kebijakan (al-qardhul hasan)tanpa

dikenakan biaya apapun kecuali biaya administrasi berupa segala biaya

yang diperlukan untuk sahnya perjanjian utang, seperti bea materai,

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

21

bea akta notaris, bea studi kelayakan dan sebagainya. Dari pemberian

pinjaman al-qardhul hasan, bank akan menerima kembali biaya-biaya

administrasi.

e. Fasilitas-fasilitas perbankan umumnya yang tidak bertentangan dengan

syariah, seperti penitipan dana dalam rekening lancar (current

account), dalam bentuk giro wadi’ah yang diberi bonus dan jasalainnya

untuk memperoleh balas jasa (fee). Dari pemakaian fasilitas-fasilitas

tersebut bank akan memperoleh pendapatan berupa fee.

2.1.6 Tujuan Didirikannya Bank Syariah

Didirikannya bank syariah menurut Muliawati (dikutip dari

Anshori, 2009) ada beberapa tujuan, tujuan didirikannya bank syariah

adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan lembaga keuangan yang dapat membantu

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Adanya lembaga

keuangan diharapkan memberikan harapan baru bagi masyarakat

dalam memanfaatkan dana, sehingga bisa mengurangi

kesenjangan sosial yang ada di masyarakat. Berdirinya lembaga

perbankan ini berdampak pada pembangunan ekonomi yang

nantinya membantu meningkatkan kualitas dan kegiatan usaha.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan

khususnya di bidang ekonomi, karena banyak masyarakat yang

belum tahu dan mengenal sistem kerja perbankan, sehingga masih

banyak diantara masyarakat tersebut yang enggan menggunakan

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

22

jasa perbankan. Banyaknya masyarakat muslim di Indonesia juga

tidak menentukan penggunaan produk perbankan meningkat,

karena masih ada mayarakat yang belum mengetahui bahwa

bunga itu sama dengan riba. Adanya bank berdasarkan prinsip

islam ini membantu masyarakat muslim untuk bersedia

menggunakan jasa layanan perbankan karena tidak melanggar

prinsip-prinsip syariah islam, sehingga akan membantu dalam

proses pembangunan nasional.

c. Berkembangnya lembaga keuangan dan sistem perbankan yang

sehat dan berdasarkan keadilan akan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam menggunakan layanan perbankan, hal ini akan

menggalakkan usaha ekonomi masyarakat dengan memperluas

jaringan lembaga keuangan perbankan ke daerah-daerah terpencil.

d. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir ekonomis

dan berperilaku binis dalam meningkatkan kualitas hidup.

e. Menunjukkan dan membuktikan bahwa bank islam dapat

beroperasi dan berkembang seperti lembaga perbankan

konvensional. Bank Islam bertujuan untuk menyediakan layanan

perbankan yang dalam transaksinya tidak mengandung unsur riba

dan sesuai dengan prinsip syariah islam. Bank syariah

membuktikan eksistensinya sebagai lembaga keuangan dengan

perkembangannya yang baik beberapa tahun belakangan

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

23

terutama ketika menghadapi krisis keuangan yang terjadi di

Indonesia.

2.1.7 Prinsip – Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah

Perbankan syariah seperti yang diketahui dalam menjalankan

aktivitasnya tidak menggunakan unsur riba, melainkan menggunakan bagi

hasil dalam memperoleh pendapatan. Bank syariah dengan prinsip bagi

hasil menggunakan prinsip kebersamaan dalam menanggung risiko yang

terjadi dan pembagian laba yang didapat berdasarkan nisbah bagi hasilnya.

Pada posisi pemilik dana (shahibul maal) berhak atas bagi hasil dari usaha

sesuai dengan ketentuan dan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Besarnya bagi hasil yang diterima sesuai dengan kondisi dan hasil usaha

yang sedang dijalankan. Pada sisi mudharib (pengelola dana) atau di sini

adalah bank syariah, harus hati-hati dalam mengelola dana yang telah

dihimpun serta mampu menjaga kepercayaan dari masyarakat yang telah

menempatkan dananya di bank syariah. Bank Islam pada dasarnya terbagi

menjadi beberapa jenis pendapatan, yaitu pendapatan bagi hasil, margin

keuntungan, imbalan jasa pelayanan, sewa tempat penyimpanan harta

(khusus pada bank yang telah memenuhi syarat) dan biaya administrasi

(Muhamad, 2014). Prinsip dasar operasional yang membedakan antara

bank syariah dengan bank konvensional adalah terletak pada aqad. Bank

syariah dalam melaksanakan transaksi selalu menggunakan aqad, karena

ini adalah hal yang utama di dalam menjalankan kegiatan transaksi.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

24

Adapun konsep dasar aqad menurut Muhamad (2014) dalam menjalankan

kegiatan operasional bank syariah adalah sebagai berikut :

a. Prinsip simpanan murni (al-Wadiah). Prinsip ini memberikan

kesempatan kepada nasabah yang kelebihan dana untuk

menempatkan dananya di bank dengan prinsip al-Wadiah. Prinsip

al-Wadiah ini juga biasa diberikan untuk tujuan investasi guna

mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito.

b. Bagi hasil (Syirkah). Sistem bagi hasil ini merupakan suatu tatacara

pembagian hasil usaha antara pemilik dana dengan pengelola dana.

Pembagian hasil ini bisa terjadi antara pemilik dana dengan bank,

maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk

produk dalam sistem bagi hasil ini adalah mudharabah dan

musyarakah. Mudharabah biasanya digunakan dalam produk

pendanaan (tabungan dan deposito), sedangkan musyarakah lebih

sering digunakan pada kegiatan pembiayaan.

c. Prinsip jual beli (at-Tijarah). Prinsip ini menerapkan sistem jual

beli di mana bank akan membeli barangnya terlebih dahulu atau

menjadikan nasabah sebagai agen bank yang melakukan pembelian

barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut

kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah

dengan keuntungan (margin).

d. Prinsip sewa (al-Ijarah). Secara garis besar prinsip ini terbagi

kedalam dua jenis, yakini ijarah sewa murni dan ijarah al

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

25

muntahiya bit tamlik. Prinsip ijarah sewa murni pada dasarnya

sama dengan prinsip sewa pada umumnya yang dalam bank

syariah digunakan untuk menyewa alat produk. Ijarah al

muntahiya bitttamlik merupakan penggabungan sewa dan beli,

dimana penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada

akhir masa sewa.

e. Prinsip fee/jasa (al-Ajr walumullah). Prinsip ini merupakan layanan

non-pembiayaan yang diberikan oleh bank. Bentuk produk yang

berdasarkan prinsip ini antara lain bank garansi, kliring, inkaso,

jasa transfer dan lain-lain.

2.1.8 Profitabilitas

Tingkat profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan

untuk menghasilkan laba dari aktivitas operasinya yang dihasilkan dari

kegiatan usahanya selama periode tertentu (Pramuka, 2010).

Sofyan Syafri Harahap (2008:219), menyatakan profitabilitas adalah

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Dari pengertian di atas maka dapat di simpulkan profitabiltas adalah

suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana

perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.

Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau

sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

26

2.1.9 Pengukuran Profitabilitas

Laba yang dicapai sesuai target dapat memberikan kesejahteraan

bagi stakeholders, dapat meningkatkan mutu produk, serta dapat

digunakan untuk melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen

perusahaan dalam praktiknya dituntut harusmampu untuk memenuhi target

yang telah ditetapkan. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu

perusahaan, digunakan rasio profitabilitas (Kasmir, 2014:196).

Kasmir (2014:196) menjelaskan bahwa hasil pengukuran dapat

dijadikan sebagai alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah

mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Kegagalan atau

keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba

ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang

baru terutama setelah manajemen lama mengalami kegagalan. Oleh karena

itu, rasio profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur

kinerja manajemen. Adapun jenis jenis rasio profitabilitas adalah sebagai

berikut :

a. Return On Asset (ROA)

ROA merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara

keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan

aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Menurut Kasmir (2012) ROA

adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang

digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang

lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

27

manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah

efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk

menghasilkan keuntungan. ROA dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 Bersih

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 x 100%

Tabel 2.1. Kriteria Penetapan Peringkat ROA

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

Return On Equity (ROE)

ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba

bersih bila diukurdari modal pemilik.Rasio ini merupakan ukuran

profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan merupakanalat

yang paling sering digunakan investor dalam pengambilan keputusan

investasi. Menurut Brigham dan Houston (2006:116), para pemegang

saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang

mereka, dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan

hal tersebut dari kacamata akuntansi. Menurut Lukman Syamsuddin

(2009:65), Kasmir (2014:204), Gitman (2008:69), dan Brigham dan

Houston (2006:109), ROE dapat dihitung dengan menggunakanrumus

sebagai berikut :

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat ROA ≥ 1,5%

2 Sehat 1,25% < ROA ≤ 1,5 %

3 Cukup sehat 0,5% < ROA ≤ 1,25%

4 Kurang sehat 0% < ROA ≤ 0,5%

5 Tidak sehat ROA ≤ 0%

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

28

ROE = 𝐿𝑎𝑏𝑎 Bersih Sesudah Pajak

Modal x 100%

Kriteria Penetapan Peringkat ROE

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

Net Profit Margin (NPM)

NPM adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan

setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini

berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap

penjualan bersihnya. Hal ini mengindikasikan seberapa baik perusahaan

dalam menggunakan biaya operasional karena menghubungkan laba bersih

dengan penjualan bersih. NPM sering digunakan untuk mengevaluasi

efisiensi perusahaan dalam mengendalikan beban-beban yang berkaitan

dengan penjualan. Jika suatu perusahaan menurunkan beban relatifnya

terhadap penjualan maka perusahaan tentu akan mempuyai lebih banyak

dana untuk kegiatan - kegiatan usaha lainnya (Gitman, 2008:67).Semakin

tinggi NPM, maka semakin baik operasi perusahaan. NPM dihitung

dengan menggunakan rumus:

NPM = 𝐿𝑎𝑏𝑎 Kotor

Penjualan x 100%

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat ROE > 15%

2 Sehat 12,5% < ROE ≤ 15%

3 Cukup sehat 5% < ROE ≤ 12,5%

4 Kurang sehat 0 < ROE ≤ 5%

5 Tidak sehat ROE ≤ 0%

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

29

Kriteria Penetapan Peringkat NPM

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

2.1.10 Capital Adequancy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh

aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,

tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank,

seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain

(Dendawijaya,2009).

Capital Adequacy Ratio (CAR) atau dikenal juga dengan rasio

kecukupan modal merupakan kemampuan bank untuk menutup risiko

kerugian dari aktivitas yang dilakukannya dan kemampuan bank dalam

mendanai kegiatan operasionalnya (Mokoagow dan Fuady, 2015) Dengan

kata lain, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan

modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk

menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank

yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Ketentuan tentang modal

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat NPM > 100%

2 Sehat 81% < NPM ≤ 100%

3 Cukup sehat 66% < NPM ≤ 81%

4 Kurang sehat 51% < NPM ≤ 66%

5 Tidak sehat NPM ≤ 51%

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

30

minimum bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank

for International Settlements (BIS). Sejalan dengan standar tersebut, dalam

kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991 (Pakfeb 91), Bank

Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal minimum

sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Nilai

CAR dirumuskan sebagai berikut :

CAR = Modal Bank

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko x 100%

Tabel 2.1.8

Kriteria Penetapan Peringkat CAR

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

2.1.11 Non Performing Finance (NPF)

NPF atau dikenal juga dengan risiko pembiayaan adalah risiko

akibat ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman yang

telah diberikan oleh bank beserta imbalannya dalam jangka waktu tertentu.

Rasio ini menunjukkan pembiayaan bermasalah yang tergolong dari

pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet (Pramuka, 2010). Rasio

ini membandingkan antara jumlah pembiayaan bermasalah dengan seluruh

pembiayaan yang ada.

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat CAR ≥ 12%

2 Sehat 9% ≤ CAR < 12 %

3 Cukup sehat 8% ≤ CAR < 9 %

4 Kurang sehat 6% CAR <8%

5 Tidak sehat CAR ≤ 6%

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

31

NPF menunjukkan jumlah kredit atau pembiayaan dalam bank

syariah yang bermasalah. Semakin tinggi nilai NPF, maka semakin banyak

pembiayaan bermasalah yang dialami oleh perbankan. Tingginya nilai

NPF ini akan menurunkan keuntungan yang diperoleh oleh suatu

perbankan. Nilai NPF yang tinggi menunjukkan tingkat pembiayaan

bermasalahnya juga semakin tinggi, hal ini menandakan semakin banyak

nasabah yang tidak bisa mengembalikan pinjamannya atau pembiayaannya

kemungkinan tidak dapat ditagih, hal ini akan menyebabkan kerugian bagi

pihak bank dan dapat menurunkan profitabilitasnya. Semakin tinggi NPF,

maka semakin buruk kinerja perbankan tersebut. Non Performing

Financing (NPF) menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan

investasi serta menjadi pertimbangan nasabah dalam menempatkan

dananya. Ketika NPF suatu perbankan tinggi yang itu artinya semakin

tinggi jumlah pembiayaan bermasalahnya, maka profitabilitas bank akan

menurun dan nasabah akan berpikir ulang dalam menempatkan dananya di

bank tersebut. NPF dapat di rumuskan sebagi berikut :

NPF = Total Pembiayaan Bermasalah

Total Pembiayaan x 100%

Tabel 2.1.0

KriteriaPenetapan Peringkat NPF

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat NPF ≤ 2%

2 Sehat 2% - 5%

3 Cukup sehat 5% - 8%

4 Kurang sehat 8% - 12%

5 Tidak sehat ≥ 12%

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

32

2.1.12 Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau juga dikenal dengan

volume pembiayaan hampir sama dengan Loan to Deposit Ratio (LDR)

dalam perbankan konvensional. LDR menjelaskan tentang perbandingan

antara kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga, sementara FDR

membandingkan antara pembiayaan yang disalurkan dengan dana pihak

ketiga (DPK). Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan jumlah

pendanaan yang dikeluarkan oleh bank syariah untuk mendukung investasi

yang telah direncanakan selama waktu tertentu dari hasil penghimpunan

dana pihak ketiga (Pramuka, 2010).

FDR menunjukkan besarnya pembiayaan yang disalurkan dari

dana pihak ketiga, apabila nilai FDR tinggi maka total pembiayaan yang

disalurkan lebih besar dari pada total dana pihak ketiganya, begitu

sebaliknya apabila nilai FDR rendah, maka total pembiayaan yang

disalurkan lebih kecil dari pada total dana pihak ketiganya. Semakin tinggi

nilai FDR, maka semakin besar dana yang disalurkan ke pembiayaan. Hal

ini akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh oleh bank syariah,

sehingga antara FDR dengan profitabilitas memiliki hubungan yang

positif. Untuk menjaga agar FDR berada pada batas nilai yang ditentukan,

maka bank syariah perlu menyeimbangkan antara jumlah pembiayaan

yang disalurkan dengan total dana pihak ketiganya. Bank syariah idealnya

memiliki FDR 80%-90%. Batas toleransi FDR perbankan syariah sekitar

100%, hal ini dimaksudkan agar likuiditas perbankan tetap terjaga

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

33

(Mokoagow dan Fuady, 2015). Apabila FDR berada di atas nilai ideal,

maka pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah akan melebihi

batas yang telah ditentukan, hal ini akan memicu meningkatnya

pembiayaan bermasalah. Apabila FDR berada di bawah nilai ideal, maka

dari seluruh dana yang dihimpun tidak dapat sepenuhnya tersalurkan

melalui pembiayaan, hal ini menunjukkan perbankan tidak maksimal

dalam menyalurkan pembiayaannya. Adapun nilai FDR dapat dirumuskan

sebagai berikut :

FDR = Total Pembiayaan

Dana Pihak Ketiga x 100%

Tabel 2.1.9

Kriteria Penetapan Peringkat FDR

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

2.1.13 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Menurut Riyadi (2006; dalam Zulifiah dan Susilowibowo, 2014)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) adalah

perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.

Semakin rendah tingkat rasio BOPO, maka semakin baik kinerja

manajemen bank karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya.

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat FDR ≤ 75%

2 Sehat 75% < FDR ≤ 85 %

3 Cukup sehat 85% < FDR ≤ 100 %

4 Kurang sehat 100% < FDR ≤ 120 %

5 Tidak sehat FDR ≥ 120%

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

34

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank

dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya seperti biaya bunga,

biaya tenaga kerja, biaya pemasaran, dan biaya operasional lainnya

(Mokoagow dan Fuady, 2015). Taswan (2010; dalam Mokoagow dan

Fuady, 2015) menambahkan pendapatan operasional merupakan

pendapatan utama bank yang diperoleh dari penempatan utama bank

dalam bentuk kredit dan pendapatan operasional lainnya.

BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan

kinerja suatu perbankan, semakin kecil nilai BOPO maka semakin efisien

kinerja perbankan, namun apabila nilai BOPO semakin besar, maka

perbankan tidak menjalankan kegiatannya secara efisien. Ponco (2008;

dalam Mokoagow dan Fuady, 2015) juga menambahkan apabila rasio

BOPO semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank

dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan

operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank kurang

efisien dalam mengelola usahanya. Dalam menjalankan operasinya,

tingkat efisiensi bank sangat berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas

perbankan syariah. Jika perbankan menjalankan kegiatannya secara

efisien. Adapun nilai BOPO dirumuskan sebagai berikut :

BOPO = Biaya Operasional

Pendapatan Operasional x 100%

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

35

Tabel 2.1.11

Kriteria Penetapan Peringkat BOPO

Sumber : Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti

(Tahun)

Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Mawaddah

(2015)

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Profitabilitas

Bank Syariah.

Variabel indpenden

: NIM,NPF dan

dapenden ROA.

Pembiayaan berpengaruh

langsung terhadap Return

On Asset (ROA) sebesar

2.45%, kemudian untuk

NIM juga berpengaruh

langsung terhadap Return

On Asset (ROA) sebesar

6.45%. NPF berpengaruh

langsung terhadap sebesar

4.32%.

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat BOPO ≤ 94%

2 Sehat 94% < BOPO ≤ 95 %

3 Cukup sehat 95% < BOPO ≤ 96 %

4 Kurang sehat 96% < BOPO ≤ 97 %

5 Tidak sehat BOPO ≥ 97%

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

36

Badan,

Adeputri,

Annisa,

Yasmine,

dkk (2015)

Lemiyana,

dan Litriani

(2016)

Ubaidillah

Faktor – Faktor

Yang

Mempengaruhi

Profitabilitas

Bank Yang

Terdaftar Di

Bursa Efek

Indonesia

Pengaruh NPF,

FDR, BOPO,

Terhadap Bank

Umum Syariah

variabel dependen :

Return on Assets

(ROA) dan dan

Return on Equity

(ROE)

Variebel

independen :

Asset Size, Credit

Risk, Total

Deposits to Total

Assets, dan Interest

RateVariabel, NPF,

FDR, dan BOPO

sedangkan variabel

dependennya

menggunakan

ROA

asset size berpengaruh

positif, credit risk

berpengaruh negative,

interest rate berpengaruh

positif dan GDP

berpengaruh positif terhadap

ROA.Total deposits,

operating efficiency, total

loan, dan CPI tidak

signifikan pengaruhnya

terhadap ROA.

secara parsial variabel biaya

NPF, dan FDR tidak ada

pengaruh terhadap ROA

sedangkan variabel biaya

BOPO berpengaruh negatif

terhadap ROA. Sedangkan

Secara simultan NPF, FDR,

BOPO, CAR, Inflasi, dan

Nilai Tukar tidak ada

pengaruh signifikan

terhadap ROA.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

37

(2016)

Setiani Nur,

Analisis Faktor –

Faktor Yang

mempengaruhi

Profitabilitas

Bank Syariah di

Indonesia

variabel

independen Capital

Adequacy Ratio

(CAR), Financing

to Deposit Ratio

(FDR), Net

Performing

Financing (NPF),

Penyisihan

Penghapusan

Aktiva Produktif

(PPAP), Biaya

Operasional

perPendapatan

Operasional

(BOPO), Pangsa

Pembiayaan,

Sertifikat Bank

Indonesia Syariah

(SBIS). Dan

variabel

dependennya

adalah (ROA).

berdasarkan teknik

purposive sampling

menunjukkan bahwa hasil

perhitungan statistik dengan

uji t menunjukkan bahwa

CAR berpengaruh negatif

signifikan ROA, lalu FDR

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap ROA,

NPF memiliki pengaruh

tidak signifikan terhadap

profitabilitas (ROA), pada

periode penelitian tingkat

NPF perbankan syariah

masih tergolong rendah,

yaitu di bawah 5%.

kemudian variabel PPAP

tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas (ROA) bank

syariah, dan untuk BOPO

berpengaruh negatif

signifikan terhadap tingkat

profitabilitas (ROA).

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

38

dkk (2016)

Analysis Of

Effect CAR, NPF,

FDR, And BOPO

On ROA.

Variabel

independen

Capital Adequacy

Ratio (CAR), Non

Performing

Financing (NPF),

Financing to

Deposit Ratio

(FDR),Biaya

Operasional dan

Pendapatan

Operasional

(BOPO),

variabel dependen

profitabilitas

(ROA)

variabel Capital Adequacy

Ratio (CAR) berpengaruh

positif dan tidak signifikan

terhadap Return On Asset

(ROA), Non Performing

Financing (NPF)

berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap

Return On Asset (ROA),

Financing to Deposit Ratio

(FDR) berpengaruh positif

dan tidak signifikan

terhadap Return On Asset

(ROA), BOPO berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap Return On Asset

(ROA).

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

39

Yulihapsari,

Rahmatika,

dan Waskito

(2017)

Analisi Pengaruh

Non Performing

Financing (NPF),

Capital Aduquacy

Ratio (CAR),

Financing To

Deposit Ratio

(FDR). Dan

BOPO Terhadap

Profitabilitas

Variabel

independen : NPF,

CAR, FDR dan

BOPO dan variabel

dependen

profitabilitas

(ROA).

berdasarkan hasil pengujian

statistik uji t variabel NPF

berpengaruh negatif tidak

signifikan terhadap ROA,

CAR berpengaruh

signifikan positif terhadap

ROA, FDR berpengaruh

positif tidak signifikan

terhadap ROA dan BOPO

berpengaruh negatif

signifikan terhadap variabel

ROA.

Rizkika,

Refi, dkk

(2017)

Analisis Faktor –

Faktor Yang

mempengaruhi

Profitabilitas

Bank Umum

Syariah di

Indonesia.

Variabel

independen yang di

gunakan dalam

penelitian ini

adalah Capital

Adequacy Ratio

(CAR), Finance

Deposit Ratio

(FDR), Non

Performing

Finance (NPF) dan

Capital Adequacy Ratio

(CAR), Finance Deposit

Ratio (FDR), Non

Performing Finance (NPF)

dan Biaya Operasional

dibagi Pendapatan

Operasional (BOPO)

berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas.

Sedangkan secara parsial,

CAR tidak berpengaruh

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

40

Biaya Operasional

dibagi Pendapatan

Operasional

(BOPO) sedangkan

variabel

dependennya

menggunakan

Return On Asset

(ROA).

terhadap profitabilitas, FDR

tidak berpengaruh terhadap

profitabilitas. Sedangkan

NPF berpengaruh terhadap

profitabilitas serta BOPO

berpengaruh terhadap

profitibalitas Berdasarkan

hasil penelitian ini, maka

apabila perbakan syariah

menginginkan untuk

meningkatkan profitabilitas,

maka perbankan syariah

perlu menekan NPF dan

BOPO.

2.2.2 Kerangka Pemikiran

a. Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Profitabilitas (ROA)

Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam menghasilkan laba dengan

mencerminkan modal sendiri perusahaan. Semakin besar CAR maka

semakin besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba karena dengan

modal yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan

dananya kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan. Rendahnya

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

41

CAR dikarenakan peningkatan ekspansi asset berisiko yang tidak

diimbangi dengan penambahan modal dengan demikian dapat menurunkan

kesempatan bank untuk berinvestasi dan dapat menurunkan kepercayaan

masyarakat kepada bank sehingga berpengaruh pada profitabilitas

(Wibowo dan Syaichu ,2013). CAR mencerminkan modal sendiri

perusahaan untuk mengahasilkan laba. Semakin besar CAR maka semakin

besar kesempatan bank dalam menghasilkan laba karena dengan modal

yang besar, manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya

kedalam aktivitas investasi yang menguntungkan. Rendahnya CAR

dikarenakan peningkatan ekspansi aset beresiko yang tidak diimbangi

dengan penambahan modal menurunkan kesempatan bank untuk

berinvestasi dan dapat menurunkan kepercayaan masyarakat kepada bank

sehingga berpengaruh pada profitabilitas (Werdaningtyas, 2002)

b. Net Performing Finance (NPF) Terhadap Profitabilitas (ROA)

Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan macet

dimana hal tersebut mempengaruhi laba bank syariah. Pembiayaan macet

mencerminkan pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah kepada

nasabah yang tidak memenuhi syarat yang diperjanjikan. Menurut

Mahardika (2015:179) semakin tinggi NPF mengindikasikan tingginya

tingkat pembiayaan bermasalah dan juga mengindikasikan rendahnya

kualitas proses penyaluran pembiayaan bank syariah. Oleh karenanya

Kasmir (2012:76) mengatakan semakin tinggi rasio ini maka akan semakin

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

42

buruk kuallitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian

dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan

laba (profitabilitas) yang diperoleh bank. NPF mencerminkan risiko

pembiayaan, semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan

bank syariah semakin buruk. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan

oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan

terbesar bagi bank syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut

mempengaruhi pencapaian laba bank.

c. Finance Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas (ROA)

Menurut Mahardika (2015:180), Financing to Deposit Ratio (FDR)

adalah perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan di sisi lending

dengan dana yang yang dihimpun di sisi funding. Rasio ini mengukur

tingkat penyaluran dana di sisi lending dengan menggunakan dana yang

dihimpun di sisi funding. Menurut Mulyono (1995:101) dalam Wardiah

[2013:298] rasio FDR yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank

meminjamkan seluruh dananya (loan-up). Sehingga, dengan penyaluran

dana yang tinggi memungkinkan BUS untuk dapat memperoleh

profitabilitas yang lebih tinggi yang berasal dari keuntungan dari

penyaluran dana.

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

43

d. Biaya Operasional Pendapatan Operasional Terhadap Profitabilitas

(ROA)

Menurut Dendawijaya (2005) rasio biaya operasional adalah

perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio

biaya operasional digunuakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan

kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat

kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara,

yaitu menghimpung dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan

pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga

Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas,

2005:138). Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan

usaha pokoknya terutama kredit, dimana bunga kredit menjadi pendapatan

terbesar perbankan. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien

bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO

nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO-nya

lebih dari 1 Semakin tinggi biaya pendapatan bank berarti kegiatan

operasionalnya semakin tidak efisien sehingga pendapatanya juga semakin

kecil. Dengan kata lain BOPO berhubungan positif terhadap profitabilitas

bank. Teori ini didukung oleh Mahardian (2008).

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

44

2.2.3

2.2.3 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori

dan kerangka pikir penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah:

H1 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap profitabilitas (ROA).

H2 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

H3 : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

H4 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA).

CAR H1

NPF H2

FDR H3

BOPO H4

Profitabilitas (ROA)

Y

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGN HIPOTESIS …eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5437/3/BAB II.pdfdalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya ... 2.1.3

45