25
10 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing II.1.1 Pengertian Audit dan Auditing Audit berasal dari bahasa latin, yaitu ”audire” yang berarti mendengar atau memperhatikan. Mendengar dalam hal ini adalah memperhatikan dan mengamati pertanggungjawaban keuangan yang disampaikan penanggung jawab keuangan, yaitu manajemen perusahaan. Pada perkembangan terakhir sesuai dengan perkembangan dunia usaha, pendengar tersebut dikenal dengan auditor atau pemeriksa. Sedangkan tugas yang dilakukan oleh auditor tersebut disebut dengan Auditing. Auditing menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebecke dalam Amir Abadi Jusuf (2003): Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.” Auditing menurut Sukrisno Agoes (2004): Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen

BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Audit dan Auditing

II.1.1 Pengertian Audit dan Auditing

Audit berasal dari bahasa latin, yaitu ”audire” yang berarti mendengar atau

memperhatikan. Mendengar dalam hal ini adalah memperhatikan dan mengamati

pertanggungjawaban keuangan yang disampaikan penanggung jawab keuangan,

yaitu manajemen perusahaan. Pada perkembangan terakhir sesuai dengan perkembangan

dunia usaha, pendengar tersebut dikenal dengan auditor atau pemeriksa. Sedangkan

tugas yang dilakukan oleh auditor tersebut disebut dengan Auditing.

Auditing menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebecke dalam Amir Abadi

Jusuf (2003):

“Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan

dan melaporkan derajat antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing

harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.”

Auditing menurut Sukrisno Agoes (2004):

“Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh

pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

11

beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk

dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.”

Auditing menurut Boynton, dkk (2001:4) yaitu:

“A systematic process of objectivity obtaining and evaluating evidence regarding

assertion about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence

between the assertions and established criteria and communicating the results to

interested user”

Berdasarkan pengertian tersebut, beberapa kata kunci yang terkait dengan

pengertian auditing adalah sebagai berikut:

1. Proses yang sistematis (systematical process)

Artinya proses audit menggambarkan serangkaian langkah atau prosedur yang

logis, terstruktur dan diorganisasikan dengan baik, selain itu juga proses audit

dilaksanakan dengan formal.

2. Asersi (assertion) dan kriteria yang ditetapkan (established criteria)

Auditing dilakukan terhadap suatu asersi (pernyataan tertulis) yang menjadi

tanggung jawab pihak tertentu. Asersi ini disebut juga sebagai informasi karena

mengandung informasi tentang sesuatu yang akan dievaluasi. Selain asersi,

proses auditing juga harus didukung dengan standar (kriteria) yang ditetapkan

(established criteria) yang menunjukkan kondisi yang seharusnya.

3. Pengumpulan dan evaluasi bukti (evidence)

Bukti merupakan suatu informasi yang dikumpulkan auditor yang digunakan

untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara asersi dengan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

12

kriteria yang ditetapkan, yang dapat berupa informasi yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, verifikasi catatan-catatan dan dokumen perusahaan, hasil

pengamatan fisik dan sebagainya.

4. Kompeten, independen, dan objektif

Auditing harus dilakukan oleh orang-orang yang kompeten, dalam arti mampu

melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar teknis profesi, independen dalam

arti mampu membebaskan diri dari berbagai kepentingan pihak-pihak yang

berkaitan dengan penugasan audit, sehingga akan menimbulkan perilaku yang

objektif seorang auditor dalam mengemukakan pendapat dan tidak pula

berprasangka.

5. Laporan kepada pihak yang berkepentingan (reporting)

Pelaporan hasil auditing merupakan hasil akhir proses auditing. Laporan

auditing adalah pernyataan pendapat atau simpulan mengenai tingkat kesesuaian

antara asersi dengan kriteria yang ditetapkan.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses

secara sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen

dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

II.1.2 Jenis-jenis Audit

Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, menurut Sukrisno Agoes (2004), audit

dibedakan atas:

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

13

1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

Suatu pemeriksaan umum pada laporan keuangan yang dikeluarkan oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang independen dengan tujuan bisa memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) dan memperhatikan kode etik Akuntan Indonesia yang

telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

2. Special Audit (Pemeriksaan Khusus)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan

oleh KAP Independen dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak memberikan

pendapat secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan hanya pada pusat masalah

tertentu yang diperiksa.

Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Audit laporan keuangan (financial statement audit).

Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal

terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan

keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor,

pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak.

2. Audit kepatuhan (compliance audit).

Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan

kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu. Kriteria-kriteria yang ditetapkan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

14

dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Sebagai

contoh, bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedur-prosedur

pengendalian intern. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal,

karena dilakukan oleh pegawai perusahaan.

3. Audit operasional (operational audit).

Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi

organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional,

auditor diharapkan melakukan pengamatan yang objektif dan analisis yang

komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Jenis audit lainnya:

1. Audit investigatif

Serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify), dan

menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk

mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk

mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan

keuangan suatu entitas.

2. Audit kecurangan

Audit atas kecurangan adalah audit khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi

dan mencegah terjadinya penyimpangan atau kecurangan atas transaksi

keuangan. Audit kecurangan termasuk dalam audit khusus yang berbeda dengn

audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing mempunyai tujuan

yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkapkan suatu

kecurangan yang terjadi dalam pengelolaan aset/aktiva.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

15

III.1.3 Prosedur Audit

Menurut Mulyadi (2002:82):

“Prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan bukti audit tertentu

yang harus diperoleh pada saat tertentu.”

Jenis prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:

1. Inspeksi merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi

fisik sesuatu. Dengan melakukan inspeksi terhadap dokumen, auditor dapat

menentukan keaslian dokumen tersebut.

2. Pengamatan (observation) merupakan prosedur audit yang digunakan oleh

auditor untuk melihat atau menyaksikan pelaksaan suatu kegiatan.

3. Permintaan keterangan (inquiry) merupakan prosedur audit yang dilakukan

dengan meminta keterangan secara lisan. Bukti audit yang dihasilkan dari

prosedur ini adalah bukti lisan dan bukti dokumenter.

4. Konfirmasi merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor

memperoleh secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. Prosedur yang biasa

ditempuh oleh auditor dalam konfirmasi ini adalah sebagai berikut:

• Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada

pihak luar.

• Klien meminta kepada pihak luar untuk ditunjuk oleh auditor untuk

memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenai informasi yang

ditanyakan oleh auditor tersebut.

• Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

16

5. Penelusuran (tracing). Dalam melakukan audit ini, auditor melakukan

penelurusan informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam

dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses

akuntansi.

6. Pemeriksaan butki pendukung (vouching) merupakan prosedur audit meliputi:

• Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi

atau data keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.

• Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang

berkaitan.

7. Perhitungan (counting) meliputi:

• Perhitungan fisik terhadap sumber daya berwujud seperti kas atau sediaan

di tangan.

• Pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak.

8. Scanning merupakan penelaahan secara tepat terhadap dokumen, catatan, dan

daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan

penyelidikan lebih dalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming) merupakan pengulangan aktivitas yang

dilaksanakan oleh klien. Umumnya diterapkan pada perhitungan dan rekonsiliasi

yang telah dilakukan oleh klien.

10. Computer-assisted audit techniques. Bilamana catatan akuntansi diselenggarakan

dalam media elektronik, auditor perlu menggunakan computer-assisted audit

techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit yang dijelaskan diatas.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

17

II.2 Kecurangan (Fraud)

II.2.1 Pengertian Kecurangan (Fraud)

Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kesalahan (Errors). Kesalahan dapat

dideskripsikan sebagai “Unintentional Mistakes” (kesalahan yang tidak di sengaja).

Kesalahan dapat terjadi pada setiap tahapan dalam pengelolaan transaksi terjadinya

transaksi, dokumentasi, pencatatan dari ayat-ayat jurnal, pencatatan debit kredit,

pengikhtisaran proses dan hasil laporan keuangan. Kesalahan dapat dalam banyak

bentuk matematis. Apabila suatu kesalahan adalah disengaja, maka kesalahan tersebut

merupakan kecurangan (fraudulent).

Menurut Bologna Jack G dan Linquist Robert J. (2006:1), mendefinisikan

kecurangan sebagai:

“Penipuan sebagai kejahatan. Penipuan adalah istilah umum, dan mencakup semua

sarana serta aneka kecerdikan manusia yang dilakukan oleh satu orang untuk

mendapatkan keutungan lebih dari yang lain dengan laporan palsu. Tidak ada aturan

yang pasti sebagai proporsi umum dalam mendefinisikan penipuan, seperti mencakup

kejutan, trik, licik, dan cara-cara yang tidak adil”

Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan antara kecurangan

dengan kekeliruan adalah apa tindakan yang mendasarinya, yang berakibat pada

terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau tidak

disengaja (SPAP, 2011). Suatu tindakan kecurangan yang dilakukan secara sengaja

dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses pelaporan keuangan.

Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa banyak kerugian.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

18

II.2.2 Faktor-faktor Penyebab Kecurangan

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang

disebut juga dengan teori GONE, yaitu (Simanjuntak, 2008):

1. Greed (keserakahan)

Keserakahan biasanya dianggap sebagai sumber utama dari kejahatan yang

merupakan akar penyebab untuk mencuri, penimbunan, menjarah, dan

pengkhianatan. Namun, keserakahan biasanya dianggap sebagai akumulasi

kekayaan untuk kepuasan pribadi.

2. Opportunity (kesempatan)

Kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan.

3. Need (kebutuhan)

Merupakan aspek psikologis dalam melakukan aktivitas dan menjadi alasan

berusaha untuk melakukan kecurangan.

4. Exposure (pengungkapan)

Tindakan pengungkapan agar tidak terulangnya kecurangan tersebut baik

oleh pelaku yang sama maupun oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap

pelaku kecurangan seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya

terungkap.

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu

kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan

Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban

perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

19

III.2.3 Unsur-unsur Kecurangan

Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu:

Pressure

Opportunity Rationalization

Gambar 2.1 Fraud triangle

1. Pressure (dorongan)

Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud,

contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah,

ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya

fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga yang hanya

terdorong oleh keserakahan.

2. Opportunity (peluang)

Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya

disebabkan karena internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya

pengawasan, dan/atau penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen fraud

triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk

diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan kontrol dan upaya

deteksi dini terhadap fraud.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

20

3. Rationalization (rasionalisasi)

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku

mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya:

• Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-

orang yang dicintainya.

• Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak

mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji,

promosi, dll.

• Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan

tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan

tersebut.

II.2.4 Klasifikasi Kecurangan

Menurut Soejono Karni (2002:35) kecurangan dapat diklasifikasikan menjadi 3

macam, yaitu:

1. Management Fraud

2. Non Management (Employee) Fraud

3. Computer Fraud

Dari uraian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Management Fraud

Kecurangan ini dilakukan oleh orang dari kelas sosial ekonomi yang lebih

atas dan terhormat yang biasa disebut white collar crime, karena orang yang

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

21

melakukan kecurangan biasanya memakai kemeja berwarna putih dan

kerahnya pun putih.

2. Non management fraud

Kecurangan karyawan biasanya melibatkan karyawan bawahan. Kadang-

kadang merupakan pencurian atau manipulasi. Dibandingkan dengan

kesempatan melakukan kecurangan pada manajemen, maka kesempatan

melakukan kecurangan karyawan tingkat bawah seperti wiraniaga, petugas

kas, supir-supir perusahaan/kantor dan karyawan lainnya relatif kecil. Hal ini

disebabkan karena mereka tidak memiliki wewenang karena pada umumnya

semakin tinggi wewenang semakin besar kesempatan untuk melakukan

kecurangan.

3. Computer fraud

Tujuan pengadaan komputer antara lain digunakan untuk pencatatan

operasional atau pembukuan suatu perusahaan atau kantor. Kejahatan

komputer dapat berupa pemanfaatan berbagai sumber daya komputer di luar

peruntukan yang sah dan perusakan atau pencurian fisik atas sumber daya

komputer itu sendiri.

II.2.5 Karakteristik Kecurangan

Menurut Koroy (2008:22-35) permasalahan-permasalahan dalam pendeteksian

kecurangan dapat disimpulkan:

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

22

1. Pertimbangan atas kecurangan dalam pelaporan keuangan yang semakin

meningkat timbul dari adanya upaya mempersempit kesenjangan harapan

antara pengguna dengan pihak penyedia jasa pengauditan.

2. Pendeteksian kecurangan dalam audit laporan keuangan oleh auditor perlu

dilandasi dengan pemahaman atas sifat frekuensi dan kemampuan

pendeteksian oleh auditor.

3. Permasalahan yang terdapat pada lingkungan pekerjaan audit bila tidak

ditangani dengan baik akan berakibat buruk pada kualitas audit. Adanya

tekanan waktu dan tekanan kompetensi, berdampak pada keberhasilan

pendeteksian kecurangan.

II.3 Audit Kecurangan

Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan

mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan

audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan

dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.

Menurut Jack Bologna Paul Shaw yang dikutip oleh Amin Widjaja dalam

bukunya yang berjudul Audit Kecurangan (2005:36)

“Forensic accounting, sometimes called fraud auditing or investigative accounting is a

skill that goes beyond the realmof corporate and management fraud, embezzlement or

comercial bribery. Indeed, forensic accounting skill go beyond the general realm of

collar crime.”

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

23

Dari definisi di atas dapat dapat disimpulkan bahwa audit atas kecurangan adalah

audit khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya

penyimpangan atau kecurangan atas transaksi keuangan. Audit kecurangan termasuk

dalam audit khusus yang berbeda dengan audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu

fraud auditing mempunyai tujuan yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk

mengungkapkan suatu kecurangan yang diduga terjadi dalam pengelolaan aset/aktiva.

II.4 Penjualan

II.4.1 Pengertian Penjualan

Pada perusahaan dagang, penjualan merupakan aktivitas utama perusahaan.

Besarnya pendapatan perusahaan sangat ditentukan oleh besar kecilnya penjualan.

Kegiatan penjualan itu sendiri berhubungan erat dengan kegiatan marketing atau

pemasaran, dimana penjualan merupakan bagian dari marketing. Bagi perusahaan

distributor, kegiatan penjualan menjadi tugas para salesman. Sehingga penting bagi

sebuah perusahaan distributor untuk menjalin hubungan yang baik dengan para tenaga

penjualnya tersebut.

Penjualan menurut Arens dan Loebbecke (2003:356) yang diterjemahkan oleh

Amir Abadi Jusuf:

“Penjualan merupakan proses yang diperlukan untuk mengalihkan kepemilikan atas

barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan. Proses ini dimulai

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

24

dengan permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan barang atau jasa

menjadi piutang usaha, dan akhirnya menjadi uang tunai.”

Secara umum penjualan terbagi menjadi 2:

1. Penjualan Tunai

Penjualan tunai adalah penjualan pada saat barang atau jasa diterima oleh

pembeli serta melakukan pembayaran secara langsung secara cash.

2. Penjualan Kredit

Penjualan kredit adalah penjualan pada saat barang atau jasa diterima oleh

pembeli beserta bukti atas pembelian barang yang akan dibayar secara berkala

untuk dapat dilakukan penagihan di periode tertentu yang telah ditetapkan

sehingga kegiatan tersebut menimbulkan adanya piutang bagi penjual.

II.4.2 Sistem Penjualan Kredit

Sistem penjualan kredit merupakan bagian dari siklus pendapatan yang terdiri

dari berbagai prosedur yaitu prosedur penerimaan pesanan pelanggan, pengiriman

barang, pencatatan piutang, penagihan kepada pelanggan, dan penerimaan pelunasan

piutang.

Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang

sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu

perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Untuk menghindari tidak

tertagihnya piutang, setiap penjualan kredit yang pertama kepada seorang pembeli selalu

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

25

didahului dengan analisis terhadap dapat atau tidaknya pembeli tersebut diberikan kredit

(Mulyadi, 2002).

II.4.3 Tujuan Audit Atas Penjualan

Menurut Arens dan Loebbecke (2003), tujuan audit penjualan adalah sebagai

berikut:

1. Penjualan yang tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan

kepada pelanggan.

2. Penjualan yang ada telah dicatat.

3. Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang uang dikirim dan ditagih

serta dicatat dengan benar.

4. Transaksi penjualan diklasifikasikan dengan pantas.

5. Penjualan dicatat dengan waktu yang tepat.

6. Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk dan

diikhtisarkan dengan benar.

II.4.4 Prosedur Audit Fungsi Penjualan

Menurut Arens dan Loebbecke (2003), fungsi dalam siklus penjualan adalah:

1. Pemrosesan pesanan pelanggan

Kegiatan pertama kali dari siklus penjualan adalah pemesanan pelanggan,

penerimaan order pelanggan akan menghasilkan order penjualan.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

26

2. Persetujuan penjualan secara kredit

Sebelum penjualan disetujui dan barang dikirimkan diharuskan terdapat

persetujuan atas penjualan kredit oleh seseorang yang berwenang dalam

perusahaan. Hal ini sangat penting dikarenakan untuk dapat melihat apakah

calon pembeli layak atau tidak untuk diberikan penjualan secara kredit serta

dapat mempengaruhi piutang tak tertagih itu terjadi.

3. Pengiriman barang

Pada saat pengiriman barang diperlukannya dokumen pengiriman berupa

nota pengiriman untuk dapat melakukan penagihan atas barang yang dikirim.

4. Penagihan ke pelanggan dan pencatatan penjualan

Keyakinan bahwa seluruh pengiriman telah diterima oleh pelanggan dan

dapat melakukan penagihan kepada pelanggan dengan faktur penjualan yang

berakhir pada berkas transaksi penjualan dan beraksi piutang usaha.

5. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas

Penerapan penerimaan kas adalah dengan cara seluruh kas yang ada disetor

ke bank dalam jumlah yang benar dengan tepat waktu dab dicatat diberkas

penerimaan kas yang digunakan untuk langkah selanjutnya adalah pembuatan

jurnal penerimaan kas.

6. Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan dan pengurangan harga penjualan

Apabila terjadi barang rusak atau tidak sesuai pesanan pelanggan dapat

mengembalikan barang kemudian bagian penjualan dapat memberikan

potongan harga sesuai ketentuan atau perjanjian.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

27

7. Penghapusan piutang tak tertagih

Penghapusan piutang terjadi apabila perusahaan telah setuju untuk

menghapuskan piutang yang tidak dapat ditagih sehingga jumlah tersebut

harus dihapuskan.

II.4.5 Dokumen-dokumen Penjualan

Dokumen yang biasanya digunakan oleh perusahaan dalam pemrosesan transaksi

penjualan:

1. Pesanan Pelanggan

Permintaan barang dagang oleh pelanggan yang diterima langsung dari

pelanggan atau wiraniaga. Pesanan ini dapat berupa formulir yang disiapkan

oleh penjual atau formulir pesanan pembelian dari pembeli.

2. Order Penjualan Barang (Sales Order)

Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk

memproses langganan dengan menyiapkan peranan penjualan.

3. Nota Penjualan Barang

Merupakan catatan atau bukti atas transaksi penjualan barang yang telah

dilakukan oleh pihak perusahaan dan sebagai dokumen bagi pelanggan.

4. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)

Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada

pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

28

5. Faktur Penjualan (Invoice)

Adalah dokumen yang menunjukkan jumlah yang berhak ditagih kepada

pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah

tagihannya.

6. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)

7. Jurnal Penjualan (Sales Journal)

Daftar jurnal dari transaksi penjualan yang telah diselesaikan..

II.5 Penerimaan Kas

II.5.1 Pengertian Penerimaan Kas

Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama : penerimaan kas dari

penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.

Kas merupakan alat pertukaran yang dipergunakan sebagai ukuran dalam

akuntansi sehingga menggambarkan kondisi likuiditas perusahaan. Selain itu kas

merupakan golongan aktiva lancar yang paling likuid dan sangat penting karena

menggambarkan daya beli umum dan dapat memproses barang dan jasa.

Pengertian penerimaan kas menurut Soemarso S.R (2004:172):

“Penerimaan kas adalah suatu transaksi yang menimbulkan bertumbuhnya saldo

kas dan bank milik perusahaan yang diakibatkan adanya penjualan hasil produksi,

penerimaan piutang maupun hasil transaksi lainnya yang menyebabkan bertambahnya

kas.”

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

29

Pengertian penerimaan kas menurut H. Kusnadi (2000:61):

“Penerimaan kas pada umumnya meliputi penerimaan via pos (mail receipt), penjualan

tunai (cash sales) dan penerimaan piutang (collection of receivable), disamping

penerimaan rutin, masih ada lagi penerimaan lainnya yaitu penerimaan yang tidak rutin,

misalnya penerimaan uang dari penjualan.”

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian penerimaan kas adalah

transaksi-transaksi yang mengakibatkan bertumbuhnya saldo-saldo kas tunai, dan atau

rekening bank milik perusahaan baik yang berasal dari pendapatan tunai, penerimaan

piutang, penerimaan transfer maupun penerimaan-penerimaan lainnya.

Penerimaan kas dapat berbentuk uang logam, cek atau wesel pos, uang yang

diterima melalui bank atau langsung dari piutang.

Menurut Mulyadi (2002:373), kas adalah uang tunai (uang logam dan uang

kertas), pos wesel, certified check, cashier’s check, cek pribadi, dan bank draft, serta

dana yang disimpan di bank yang pengambilannya tidak dibatasi oleh bank atau

perjanjian yang lain. Kas yang dicantumkan dalam neraca terdiri dari dua unsur:

1. Kas di tangan perusahaan terdiri dari:

• Penerimaan kas yang belum disetor ke bank.

• Saldo dana kas kecil, berupa uang tunai yang ada ditangan pemegang

dana kas kecil.

2. Kas di bank yang berupa simpanan di bank berbentuk rekening giro.

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

30

II.5.2 Tujuan Audit Kas

Menurut Mulyadi (2002), tujuan diadakannya audit atas kas, adalah:

1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan kas.

2. Membuktikan keberadaan kas dan keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan kas yang dicantumkan di neraca.

3. Membuktikan kepemilikan klien atas kas yang dicantumkan di neraca.

4. Membuktikan kewajaran penilaian kas yang dicantumkan di neraca.

5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan kas di neraca.

II.5.3 Kecurangan Dalam Penerimaan Kas

1. Hasil penagihan kas tidak dicatat, tetapi digunakan untuk kepentingan

pribadi.

2. Saldo kas tidak dilaporkan dalam keadaan yang sesungguhnya atau

memanipulasi antara kas masuk dan keluar.

3. Penundan pencatatan penerimaan kas dari piutang sampai pada waktu

penerimaan kas dari piutang berikutnya.

II.5.4 Prosedur Audit Kas

Menurut Mulyadi (2002:374), prosedur audit yang dilakukan untuk

merekonsiliasi kas di neraca, antara lain:

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

31

1. Mengurutkan saldo kas yang tercantum di neraca ke saldo akun kas yang

bersangkutan di dalam buku besar.

2. Hitung kembali saldo akun kas di buku besar.

3. Urut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting

dalam akun kas.

5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun kas ke jurnal yang

bersangkutan.

II.6 Pengendalian Internal

II.6.1 Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian intern atau kontrol intern didefinisikan sebagai suatu proses, yang

dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang

untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian

intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber

daya suatu organisasi. Pengendalian internal berperan penting untuk mencegah dan

mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang

berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak (seperti reputasi atau hak kekayaan

intelektual seperti merek dagang).

Adanya sistem akuntansi yang memadai, menjadikan akuntan perusahaan dapat

menyediakan informasi keuangan bagi setiap tingkatan manajemen, para pemilik atau

pemegang saham, kreditur dan para pemakai laporan keuangan (stakeholder) lain yang

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

32

dijadikan dasar pengambilan keputusan ekonomi. Sistem tersebut dapat digunakan oleh

manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan operasi perusahaan. Lebih rinci

lagi, kebijakan dan prosedur yang digunakan secara langsung dimaksudkan untuk

mencapai sasaran dan menjamin atau menyediakan laporan keuangan yang tepat serta

menjamin ditaatinya atau dipatuhinya hukum dan peraturan, hal ini disebut pengendalian

intern. Dengan kata lain bahwa pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur

yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan yang

handal serta menjamin dipatuhinya hukum dan peraturan yang berlaku.

II.6.2 Elemen-elemen Pengendalian Intern

Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO)

memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi

Lingkungan:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para

manajemen dan karyawan terhadap pentingnya pengendalian yang ada di

organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan

pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam

persekutuan atau manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi

manajemen (manajemen yang progresif atau yang konservatif), struktur

organisasi (terpusat atau terdesentralisasi) serta praktik kepersonaliaan.

Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan

unsur-unsur pengendalian intern yang lain.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

33

2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang

namanya risiko pasti ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan

dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang

telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di

perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat meminimalkannya.

3. Prosedur Pengendalian (Control Procedure)

Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja

sehingga menjamin tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau

mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan kesalahan. Prosedur pengendalian

meliputi hal-hal sebagai berikut:

• Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib.

• Pelimpahan tanggung jawab.

• Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.

• Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional.

4. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan

kekurangan serta meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian

intern dapat di monitor dengan baik dengan cara penilaian khusus atau

sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang terakhir dapat

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan II.1.1 Pengertian ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00465-AK Bab2001.pdf · BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit dan Auditing ... Audit atas kecurangan

34

dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda

peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.

Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi

perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau

kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang

bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian intern. Auditor

independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian intern sebagai

bagian dari audit atas laporan keuangan.

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting

dari pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan

pengendalian, penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring

diperlukan oleh manajemen operasional dan menjamin ketaatan dengan

pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.

Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen

dapat menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal.

Hukum, peristiwa dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan

keputusan dan pelaporan eksternal.