Upload
truongtuong
View
218
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI DAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. LANDASAN TEORI PROGRAM AKSELERASI
Strategi penyelenggaraan pendidikan yang ada selama ini masih
bersifat klasikal-massal, memberikan perlakuan yang standar (rata-rata)
kepada semua siswa, padahal setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda.
Akibatnya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di bawah rata-
rata, karena memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan belajar siswa
lainnya, akan selalu tertinggal dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar;
sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan di atas rata-rata,
karena memiliki kecepatan belajar di atas kecepatan belajar siswa lainnya,
akan merasa jenuh, sehingga sering berprestasi di bawah potensinya (under
achiever).
Agar siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
dapat berprestasi sesuai dengan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan
yang berdiferensiasi, yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan siswa; dengan menggunakan
kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi
alokasi waktunya sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa.
Pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi dengan menggunakan
kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan melalui
penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi). Dengan sistem
percepatan kelas (akselerasi), siswa yang memiliki kemampuan dan
kecerdasan luar biasa diberi peluang untuk dapat menyelesaikan studi di SD
kurang dari 6 tahun (misalnya 5 tahun), di SLTP dan SMU masing-masing
kurang dari 3 tahun (misalnya 2 tahun), dengan menyelesaikan semua target
kurikulum tanpa meloncat kelas.
Penyelenggaraan sistem percepatan kelas (akselerasi) bagi siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa merupakan salah satu strategi
12
alternatif yang relevan; di samping bertujuan untuk memberikan pelayanan
pendidikan sesuai dengan potensi siswa, juga bertujuan untuk mengimbangi
kekurangan yang terdapat pada strategi klasikal-massal.
Hal ini sesuai dengan teori yang Ward, VS. yang dikatakan dalam
bukunya yang berjudul Cifferential Education for the gifted,
"Pursuant to various result of research, pre-eminent potency of educative participant which have extraordinary intellegence and ability will not off hand emerge without appropriate stimulasi. One of the appropriate stimulasi is to give service of education which is diferentiate, that is giftof experience of adapted for education ability and intellegence of educative participant".1
"Berdasarkan berbagai hasil penelitian, potensi unggul peserta didik yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak akan begitu saja muncul
tanpa stimulasi yang sesuai. Salah satu stimulasi yang sesuai adalah
memberikan pelayanan pendidikan yang berdiferensiasi, yaitu pemberian
pengalaman pendidikan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan
peserta didik".
1. Sejarah Singkat Accelerated Learning (Program Akselerasi)
Accelerated learning adalah cara belajar alamiah yang akarnya
telah tertanam sejak zaman kuno, accelerated learning telah dipraktekkan
dengan oleh setiap anak yang dilahirkan. Sebagai suatu gerakan modern
yang mendobrak cara belajar didalam pendidikan dan pelatihan terstruktur
dalam kebudayaan barat, accelerated learning muncul kembali akibat
adanya sejumlah pengaruh pada paro kedua abad ke-20.
Pada tahun 1970-an, Lynn Schroeder dan Sheila Ostrander
menerbitkan sebuah buku berjudul Superlearning yang mengemukakan
karya psikiater Bulgaria, Georgi Lozanov. Buku itu mengundang perhatian
banyak pendidik dan guru yang sedang mencari pendekatan belajar yang
lebih efektif. Lozanov mendapati bahwa dengan menenangkan pasien
dengan psikiatri dengan musik barok dan memberi mereka sugesti positif
mengenai kesembuhan mereka, banyak pasien tersebut mengalami
kemajuan besar. Dia merasa menemukan cara untuk melangkah masuk
1 Ward, VS., Differntial Education for the gited, (California: Ventura, 1980), hlm.24.
13
kedalam sesuatu jauh di lubuk jiwa yang lebih dalam daripada kesadaran
rasional. (Dia menyebut ini “cara fikiran yang tersembunyi”).
Lozanov merasa bahwa metode ini juga dapat diterapkan pada
pendidikan. Dengan disponsori pemerintah Bulgaria, dia mulai melakukan
penelitian mengenai pengaruh musik dan sugesti positif pada
pembelajaran, dengan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa subjek.
Dia mendapati bahwa kombinasi musik, sugesti, dan permainan kanak-
kanak memungkinkan pelajar untuk belajar jauh lebih cepat dan jauh lebih
efektif. Kabar mengenai temuannya menyulut imajinasi guru bahasa dan
pendidik di mana-mana.
Pada 1970-an, Don Schuster dari Lowa State University, dan
pendidik Ray Bordon dan Charles Gritton, mulai menerapkan metode itu
dalam pengajaran di SMU dan universitas dengan hasil positif. Pada 1975,
mereka bersama tokoh-tokoh lain mendirikan SALT (The Society for
Accelerative Learning and Teaching) dan mulai mensponsori konferensi-
konferensi internasional yang menarik minat para profesor perguruan
tinggi, pendidik sekolah umum dan pelatih perusahaan dari seluruh dunia.
SALT kini sudah berdiri selama 25 tahun. Namanya diganti dengan IAL
(The International Alliance for Learning) dan masih mensponsori
konferensi-konferensi tahunan di Amerika Serikat bagi peserta
Internasional.
Inggris mempunyai satu kelompok serupa bersama S.E.A.L
(Society for Effective Affective Learning), dan para praktisi di Jerman telah
membentuk D.S.G.L. (The Jerman Society for Suggestopedic Teaching
and Learning).2
2 Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook: panduan kreatif dan efektif
merancang program pendidikan dan pelatihan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2004), hlm. 49-50.
14
2. Pengertian Accelerated Learning
Accelerated Learning adalah suatu sistem menyeluruh yang
meliputi berbagai cara yang cerdik, muslihat dan teknik untuk
mempercepat dan meningkatkan perancangan dan proses belajar dan juga
merupakan proses pembelajaran yang alamiah, yang didasarkan pada cara
orang belajar secara alamiah. 3
Dalam pengertian lain disebutkan bahwa Accelerated Learning adalah:
'it's a total system for speeding and enhancing both the design process and the learning processes. Based in the brain research, it as proves again and again learning effectiveness while saving time and money in the process.4
"Accelerated Learning adalah sebuah sistem yang menyeluruh untuk mempercepat dan meningkatkan rancangan dan proses belajar. Berdasarkan pada penemuan / penelitian tentang otak, yang membuktikan dan meningkatkan kembali efektifitas belajar yang menghemat waktu dan biaya dalam proses belajar.
Jadi Accelerated learning hanya mempunyai satu tujuan yakni
mendapatkan hasil. Accelerated learning harus dibedakan dengan
pendekatan-pendekatan “kreatif” berisi kesenangan-kesenangan dan
permainan yang penuh muslihat yang hanya menarik perhatian namun
sering sia-sia.
Accelerated Learning merupakan istilah asing yang kemudian
terjadi alih bahasa, yang dalam bahasa Indonesia disebut percepatan
belajar atau lazim kita sebut dengan program akselerasi.
3. Prinsip Pokok Accelerated Learning
Untuk mendapatkan hasil maksimal dari penggunaan accelerated
learning, sangat penting kita benar-benar memahami prinsip-prinsip yang
melandasinya. Accelerated learning tidak akan memberi manfaat kepada
mereka yang memisahkan metode-metodenya dari fondasi ideologisnya,
yang menganggap accelerated learning semata-mata sebagai muslihat
3 Ibid., hlm. 32. 4 http://www.alcenter.com/alindex.html, 21 January 2006
15
cerdik dan teknik kreatif dengan mengabaikan prinsip-prinsip yang
mendasari teknik tersebut.
Program pelatihan accelerated learning yang paling berhasil
dijalankan mengindahkan secara seksama prinsip-prinsip dasar berikut:
1) Belajar melibatkan seluruh fikiran dan tubuh, belajar tidak hanya menggunakan otak (sadar, rasional, memakai otak kiri dan verbal), tetapi juga melibatkan seluruh tubuh / fikiran dengan segala emosi, indra dan sarafnya.
2) Belajar adalah berkreasi bukan mengkonsumsi, pengetahuan bukanlah sesuatu yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar. Pembelajaran terjadi ketika seorang pembelajar memadukan pengetahuan dan ketrampilan baru kedalam struktur dirinya yang telah ada. Belajar secara harfiah adalah menciptakan makna baru, jaringan saraf baru, dan pola interaksi elektrokimia baru didalam sistem otak / tubuh secara menyeluruh.
3) Kerja sama membantu proses belajar. Semua usaha belajar yang baik mempunyai landasan sosial. Kita biasanya belajar lebih banyak dengan berinteraksi dengan kawan-kawan daripada yang kita pelajari dengan cara lain manapun. Persaingan diantara pembelajar memperlambat pembelajaran. Kerjasama diantara mereka mempercepatnya. Suatu komunitas belajar selalu lebih baik hasilnya daripada beberapa individu yang belajar sendiri-sendiri.
4) Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan, belajar bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu secara linear, melainkan menyerap banyak hal sekaligus. Pembelajaran yang baik melibatkan orang ada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan fisik) dan memanfaatkan seluruh saraf reseptor, indra, jalan dalam sistem total otak / tubuh seseorang. Bagaimanapun juga, otak bukanlah prosesor berurutan, melainkan prosesor paralel, dan otak akan berkembang pesat jika ia ditantang untuk melakukan banyak hal sekaligus.
5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik). Belajar paling baik adalah belajar dalam konteks. Hal-hal yang dipelajari secara terpisah akan sulit diingat dan mudah menguap. Kita belajar berenang dengan berenang, cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, cara bernyanyi dengan bernyanyi, cara menjual dengan menjual dan cara memperhatikan kebutuhan konsumen dengan memperhatkan kebutuhannya. Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotesis dan abstrak, asalkan didalamnya tersedia peluang untuk terjun langsung secara total, mendapatkan umpan balik, merenung dan menerjunkan diri kembali.
6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan juga kuantitas belajar seseorang. Perasaan negatif
16
menghalangi belajar. Perasaan positif mempercepatnya. Belajar yang penuh tekanan, menyakitkan dan bersuasana muram tidak dapat mengungguli hasil belajar yang menyenangkan, santai dan menarik hati.
7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Sistem saraf manusia lebih merupakan prosesor citra daripada prosesor kata. Gambar konkret jauh lebih mudah ditangkap dan disimpan daripada abstraksi verbal. Menerjemahkan abstraksi verbal menjadi berbagai jenis gambar konkret akan membuat abstraksi verbal itu bisa lebih cepat dipelajari dan diingat.5
4. Pendekatan Dalam Accelerated Learning
Accelerated learning hanya mempunyai satu tujuan yakni
mendapatkan hasil. Accelerated learning harus dibedakan dengan
pendekatan-pendekatan “kreatif” berisi kesenangan-kesenangan dan
permainan yang penuh muslihat yang hanya menarik perhatian namun
sering sia-sia.
Kredo pendekatan Accelerated learning adalah lakukan apa yang
mendatangkan hasil dan teruslah mencari apa yang mendatangkan hasil
lebih baik. Pendekatan ini tidak terikat pada seperangkat teknik, metode
atau media tertentu, baik yang lama maupun yang baru. Kita dapat
memanfaatkan salah satu atau semuanya secara kombinasi, bergantung
pada kemampuan mereka memberikan hasil yang luar biasa.
Penting bagi kita untuk memahami bahwa accelerated learning
memisahkan diri dari berbagai pendekatan pelatihan yang bertujuan
menjadi pandai, menarik, dan menyenangkan demi tujuan-tujuan itu
sendiri. Dengan cara yang sama. Accelerated learning memisahkan diri
dari pendekatan pelatihan yang kaku, sunyi, terlalu serius, dan tanpa
kegembiraan. Kita membutuhkan dua-duanya. Dan accelerated learning
berusaha mencampur keduanya dengan cara-cara yang dapat
meningkatkan pembelajaran dan membuahkan hasil sepositif mungkin.6
5 Ibid., hlm. 54-55. 6 Ibid., hlm. 25.
17
Salah satu alasan mengapa anak-anak bisa belajar dengan begitu
baik adalah bahwa mereka belum mengembangkan pra-konsepsi
bagaimana mereka seharusnya belajar. Mereka juga belum
mengembangkan anggapan bahwa bermain dan bekerja adalah kegiatan
yang masing-masing berdiri sendiri. Bermain adalah bagian penting dari
pengalaman belajar. Ketika kita senang dan menikmati belajar, kita akan
belajar lebih baik.
Bagaimana kita menjadikan belajar itu menyenangkan dan
berhasil? Caranya antara lain:
- Menciptakan lingkungan tanpa stres (relaks)- lingkungan yang aman untuk melakukan kesalahan, namun harapan untuk sukses tinggi.
- Menjamin bahwa subjek pelajaran adalah relevan – anda ingin belajar ketika anda melihat manfaat dan pentingnya subjek pelajaran itu.
- Menjamin bahwa belajar secara emosional adalah positif, pada umumnya ketika belajar dilakukan bersama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu rehat dan jeda teratur dan dukungan antusias.
- Melibatkan secara sadar semua indera dan juga fikiran otak kiri dan otak kanan.
- Menantang otak anda untuk dapat berfikir jauh kedepan dan mengeksplorasi apa yang sedang dipelajari dengan sebanyak mungkin kecerdasan yang relevan untuk memahami subjek pelajaran.
- Dan mengonsolidasikan bahan yang sudah dipelajari, dengan meninjau ulang dalam periode-periode waspada yang relaks.
Semua langkah tersebut dimasukkan dalam program CBC. Akan
tetapi, tidak jadi soal betapa menyenangkan atau merangsangnya proses
balajar itu, namun juga yang sangat penting dilakukan adalah rencana
yang padu, langkah demi langkah.
“Struktur” metode CBC dibagi menjadi enam langkah dasar,
keenam langkah itu dapat diingat dengan mudah dengan menggunakan
singkatan M-A-S-T-E-R sebuah kata yang diciptakan oleh pelatih
terkemuka CBC Jayne Nicholl, penulis Open Sesame.
1) Motivating Your Mind
Anda harus berada dalam keadaan fikiran yang “kaya akal”.
Itu berarti anda harus relaks, percaya diri dan termotivasi jika anda
18
stres atau kurang percaya diri atau tidak melihat manfaat dari yang
anda pelajari, anda tidak dapat belajar dengan baik.
Memiliki sikap yang benar terhadap belajar tentang sesuatu
adalah prasyarat mutlak. Anda harus punya keinginan untuk
memperoleh ketrampilan atau pengetahuan baru. Anda harus percaya
diri bahwa anda betul-betul mampu belajar dan bahwa informasi yang
anda dapatkan akan mempunyai dampak bermakna bagi kehidupan
anda.
Dengan perkataan lain, anda perlu melihat manfaat pribadi
dari investasi waktu dan tenaga anda. Yaitu AGB, “Apa gunanya
bagiku?”. Sebagaimana yang dikatakan oleh Siri Christopher Ball,
Direktur Pembelajaran pada Masyarakat Kerajaan (Inggris) bagi
Pengembangan Seni, Manufaktur, dan Komersial (RSA): “Tiga faktor
terpenting dalam belajar adalah motivasi, motivasi dan motivasi.
2) Acquiring The Information (Memperoleh Informasi)
Anda perlu mengambil dan menyerap fakta-fakta dalam
subjek pelajaran yang anda pelajari melalui cara yang paling sesuai
dengan pembelajaran inderawi yang anda sukai.
Meskipun ada sejumlah strategi belajar yang harus
diimplementasikan oleh setiap orang, namun juga ada perbedaan
pokok sejauh mana kita secara individual perlu melihat, mendengar
atau identifikasi kekuatan visual, auditori dan kinestik, anda mampu
memainkan berbagai strategi yang menjadikan pemerolehan informasi
lebih mudah dari sebelumnya.
3) Searching Out The Meaning (menyelidiki makna)
Menanamkan informasi pada memori menetap mensyaratkan
anda untuk menyelidiki implikasi dan signifikansi-makna seutuhnya-
dengan secara seksama mengeksplorasi bahan subjek yang
bersangkutan. Ada perbedaan besar antara mengetahui dan memahami
benar-benar sesuatu. Semata mengubah fakta kedalam makna
pribadinya adalah unsur pokok dalam proses belajar mengajar.
19
Terlalu sering kita mencoba mengingat informasi dengan
tujuan agar ia dapat dengan mudah di-“munculkan”-kan kembali
dalam tes atau ujian tanpa ada usaha nyata untuk memahami makna
sebenarnya. Fakta tidak banyak membutuhkan interpretasi. Itulah
sebabnya mengapa pilihan berganda adalah metode yang lemah untuk
menguji hasil belajar. Model tes semacam itu hanya untuk menguji
sejauh mana fakta sudah berhasil diperolah (maksudnya, apa yang
diuraikan dalam tahap dua model belajar). Tetapi model itu tidak
menguji apakah anda telah berhasil menginternalisasikan maknanya
bagi anda sendiri dari fakta yang anda ketahui, contohnya anda tidak
harus memahami bahwa Paris adalah ibu kota Perancis, anda hanya
perlu mengingatnya saja. Ini adalah tingkat kinerja belajaar yang relatif
rendah.
Tak seorang pun menghargai tinggi karena anda telah
“menguasai” jenis ketrampilan ini. Demikian pula, mengetahui bahwa
Revolusi Perancis terjadi pada 1789 adalah pengetahuan faktual.
Tetapi, memahami mengapa revolusi Perancis itu penting dan
bagaimana Revolusi tersebut mempengaruhi sejarah Eropa dan
Amerika memerlukan interpretasi. Ini mengharuskan anda merespon
rimba raya informasi, mengerti serta memahaminya. Ketrampilan
seperti itulah yang akan dihargai tinggi dalam masyarakat. Perbedaan
antara penemuan fakta dan “penciptaan makna” adalah yang
membedakan antara pengetahuan yang dangkal dan pengetahuan yang
mendalam.
Menubah fakta menjadi makna adalah gelanggang dimana
kedelapan kecerdasan kita berperan aktif. Setiap jenis kecerdasan
adalah sumber daya yang bisa anda terapkan ketika mengeksplorasi
dan menginterpretasikan fakta-fakta dari subjek pelajaran.
20
4) Triggering The Memory (Memicu Memori)
Sering sekali, ada banyak hal yang harus diingat dalam suatu
subjek tertentu. Anda kini harus meyakinkan diri anda bahwa materi
subjek itu terpateri dalam memori jangka panjang anda.
Terapkanlah dengan sadar langkah-langkah sebelumnya,
maka anda benar-benar telah mempelajari subjek itu karena anda
memahaminya. Namun, anda juga harus yakin bahwa anda telah
“menyimpan”-nya rapat-rapat dalam memori sedemikian sehingga
anda bisa membuka dan mengambilnya saat diperlukan.
Ada banyak sekali teknik pengingatan, seperti jenis strategi
yang dipakai secara sangat efektif oleh para “ahli memori” profesional
yang mencengangkan khalayak pemirsa di seluruh dunia di layar
televisi atau di atas panggung. Teknik-teknik tersebut meliputi
pemakaian asosiasi, kategorisasi, mendongeng, akronim, kartu
pengingat, peta konsep, musik dan peninjauan.
5) Exhibizing What You Know (Memamerkan Apa Yang Anda Ketahui)
Bagaimana anda mengetahui bahwa anda telah paham apa
yang dipelajari? Pertama-tama, anda bisa menguji diri sendiri-
buktikanlah bahwa anda betul-betul mengetahui suatu subjek,
mempunyai pengetahuan yang mendalam dan bukan hanya kulitnya
saja.
Alangkah baiknya jika anda mencoba berbagi informasi
dengan seorang atau beberapa orang mitra belajar. Coba siapkan dan
latihkan suatu presentasi dari pikiran anda, kemudia ajarkanlah. Sangat
mudah mengira telah memahami sesuatu tetapi ternyata mendapati
bahwa anda tidak dadat menjelaskannya kepada orang lain. Jika anda
bisa “mengajarkan”-nya kepada orang lain, berari anda betul-betul
menunjukkan bahwa anda telah paham. Anda tidak hanya mengetahui.
Anda juga memilikinya.
Menggunakan lima faham ini harus menjadi kebiasaan anda.
Namun, untuk itu anda mempraktikannya terus menerus. Anda perlu
21
aktif mencari situasi dimana anda bisa mengimplementasikan
kelimanya dan menguji diri anda sendiri.
6) Reflecting How You’ve Learned (Merefleksikan Bagaimana Anda
Belajar)
Anda perlu merefleksikan pengalaman belajar anda. Bukan
hanya pada apa yang telah anda pelajari, melainkan bagaimana anda
mempelajari. Pelajaran apa yang anda dapat petik pada waktu
kemudian?
Dalam langkah ini anda meneliti dan menguji cara belajar
anda sendiri. Lalu anda menyimulkan teknik-teknik dan ide-ide yang
terbaik untuk anda. Secara bertahap, anda mengembangkan suatu
pendekatan cara belajar yang paling sesuai dengan otak unik anda.
Dan, anda harus tetap terkendali-anda menjadi seorang pembelajar
yang mandiri.
Langkah terakhir dalam recana belajar adalah berhenti lalu
merenungkan dan bertanya kepada diri sendiri:
- Bagaimana pembelajaran berlangsung?
- Bagaimana pembelajaran dapat berjalan lebih baik?
- Apa makna pentingnya bagi saya?
Ini adalah langkah terakhir dari “tautan belajar”. Mengkaji
dan merenungkan kembali pengalaman belajar dapat membantu anda
mengubah karang penghalang yang keras menjadi batu pijak untu
melompat kedepan. Anda mampu menyingkirkan gagasan yang
mustahil diterapkan dan mencoba mengalaman yang baru. Anda bisa
memulai cara belajar lainnya yang dijalankan dengan jalan
memanfaatkan analisis diri anda.
Akibatnya anda akan menemukan metode belajar “familiar”
yang bekerja dengan baik pada sorang individu unik, anda. Bayangkan
bahwa potensi anda yang sebenarnya adalah ibarat sebuah kunci
kombinasi. Sekali anda bisa mempelajari kombinasi personal
22
kecerdasan dan cara belajar yang anda sukai, maka potensi belajar
anda terbuka lebar-lebar.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Brian Tracy: “Teknik-
teknik CBC ibarat program induk sebuah komputer. Teknik-teknik itu
bukanlah program itu sendiri, tetapi anda dapat menjalankan semua
program lain atas dasar program induk tersbut. Teknik-teknik adalah
alat yang anda pakai untuk mencapai tujuan anda dengan lebih cepat
dan dengan kepastian lebih besar”.
Kebanyakan manusia hanya menggunakan sebagian amat
kecil dari kapasitas utuh otaknya. Ini bukan karena kapasitas itu tidak
ada, melainkan hanya karena mereka belum diajar bagaimana memakai
apa yang telah menjadi miliknya.7
Pendekatan yang digunakan dalam accelerated learning selain
MASTER yang dikembangkan oleh Collin Rose dan kawan-kawannya
juga ada pendekatan yang dikembangkan oleh Dave Meier yang
dipaparkan dalam bukunya adalah pendekatan SAVI, yakni belajar
berdasar aktivitas, belajar dengan seluruh kepribadian. Belajar dengan
aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan
memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh /
fikiran terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur dalam pendekatan SAVI
antara lain:
- Somatis: Belajar dengan bergerak dan berbuat
- Auditori: Belajar dengan berbicara dan mendengar
- Visual: Belajar dengan mengamati dan menggambarkan
- Intelektual: Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.8
Pelatihan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif
secara fisik dalam jangka waktu lama. Terjadilah kelumpuhan otak dan
belajarpun lambat layaknya merayap atau bahkan berhenti sama sekali.
Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan
7 Collin Rose & Malcolm J. Nochols, Accelerated Learning for The 21at century (Cara belajar cepat abad XXI), (Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia, 2003), hlm.93-98.
8 Dave Meier, Op Cit., hlm.91-92.
23
menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak dan dapat
berpengaruh positif pada belajar.
Belajar berdasarkan aktifitas secara umum jauh lebih efektif
daripada yang didasarkan presentasi, materi dan media. Dan alasannya
sederhana: Cara belajar itu mengajak orang terlibat sepenuhnya. Telah
terbukti berkali-kali bahwa biasanya orang belajar lebih banyak dari
berbagai aktivitas dan pengalaman yang dipilih dengan tepat daripada jika
mereka belajar dengan duduk di depan penceramah, buku panduan,
televisi atau komputer.
Gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia
yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah
bagian yang digunakan untuk berfikir dan memecahkan masalah. Oleh
karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi fikiran untuk
berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar
cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu menusia sepenuhnya.
Anak kecil adalah pembelajar yang hebat karena mereka
menggunakan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar. Dapatkah
anda membayangkan seorang anak kecil mempelajari sesuatu sambil
duduk di ruang kuliah untuk jangka waktu lama? Yang tidak kita sadari
adalah bahwa hal yang sama berlaku pula bagi kebanyakan orang dewasa.
Belajar akan selalu terhambat jika kita memisahkan tubuh dan fikiran,
mengabaikan tubuh dan menekankan kesadaran rasional saja sebagai pintu
gerbang menuju fikiran.
Bagi banyak orang, fikiran langsung jatuh tertidur jika tidak ada
kesempatan melibatkan gerakan fisik. Saya sendiri begitu dalam Training
’99 di Chicago, saya mengikuti seminar tentang berceramah dinamis. Saya
benar-benar tertidur lelap selama sepuluh menit pertama. Saya jadi
bertanya-tanya, berapa banyak peserta lain yang mengantuk, bukan karena
ceramah itu tidak bernilai, melainkan karena mereka tidak diperbolehkan
menggerakkan badan. Banyak peserta kesulitan berkonsentrasi tanpa
24
melakukan sesuatu secara fisik. (Jika tubuh mereka tidak bergerak, otak
mereka tidak beranjak).9
Otak dan otot bersaudara dekat. Ada yang mengatakan bahwa
otak dan otot bagaikan satu koin dengan dua permukaan (Two side in One
Coin). Keduanya tidak dapat dipisahkan. “Melihat” otak dapat dilakukan
dengan melihat otot. Analogi ini tidak aslah walaupun kurang lengkap.
Karena, menggerakkan otot bukanlah fungsi satu-satunya dari otak. Otak
juga menerima dan memroses informasi yang masuk. Yang perlu diingat,
jika otot terlatih dengan baik, sirkulasi dara dalam tubuh juga berlangsung
baik. Artinya oksigen dan gula darah juga akan beredar secara baik ke
dalam otak sekitar 20 persen aliran darah, 20 persen oksigen, 20 persen
gula darah menuju ke otak. Jika keperluan ini tidak terpenuhi, si pemilik
otak akan mengalami keadaan bingung hingga koma dan akhirnya mati.
Kekurangan oksigen dalam satu menit saja membuat otak kesulitan
menyesuaikan diri. Demikian juga bila kekurangan glukosa. Prinsipnya
adalah bergerak.10
Dalam banyak hal otak tidak begitu berbeda dengan sebuah
komputer, dan kita adalah pemakainya. Sebuah komputer tentunya perlu
di-on-kan untuk bisa digunakan. Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan
belajar mengajar bersifat pasif maka otak pun tidak akan “on”.11
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang
berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi menggabungkan gerakan
fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat
berpengaruh besar pada pembelajaran.
1) Somatis
Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh –
soma(seperti Psikosomatis). Jadi, belajar somatis berarti belajar
9 Ibid., hlm.91. 10 Taufiq Pasiak, Membangunkan Raksasa Tidur (Optimalkan Kemampuan Otak Anda
dengan Metode Alissa), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), Hlm.72-73. 11 Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung:
Nusamedia dan Nuansa, 2004), hlm.19.
25
dengan indra peraba, kinestis, praktis – melibatkan fisik dan
menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.12
2) Auditori
Pikiran auditori kita lebih kuat daripada yang kita sadari.
Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
auditori, bahkan tanpa kita sadari. Dan ketika kita membuat suara
sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi
aktif.13 Mendengarkan atau mendengar adalah menangkap atau
menerima suara melalui indera pendengaran.14 Auditori adalah cara
belajar belajar dengan berbicara dan mendengar. Berikut beberapa
teknik-teknik dalam melaksanakan pendekatan auditori.
- Bacalah Secara Dramatis, Kita ingat apa yang dramatik itu.
Pakaian warna pastel lembut mungkin cantik, namun mungkin
tidak mudah dikenang atau diingat. Sekuntum bunga merah tua
pada pakaian warna hitam mungkin lebih mudah diingat. Seperti
halnya citra visual, demikian pula suara. Maka jika suatu pesan
kritis atau sulit, coba baca pesan keras-keras dengan dramatis.
Anda dapat menggunakan aksen asing atau membisikkannya. (Kita
sering membisikkan sesuatu yang penting). Memberi tekanan
auditori ini pada suatu bahan yang sedang kita pelajari akan
membantu melekatkannya pada fikiran anda.
- Rangkumlah lalu ucapkan dengan lantang, Apakah anda ingat
statistik yang selama ini kita kutip? Kita cenderung mengingat dua
kali lebih banyak pada apa yang kita ucapkan dengan lantang
daripada hanya kita baca saja. Maka, berhentilah sejenak secara
teratur lalu ucapkanlah dengan lantang rangkuman bahan yang
sudah anda baca dalam buku ini. Suara anda sendiri membantu
menambah tingkat keteringatan bahan. Alat rekam sangat
membantu pembelajaran pelajar tipe auditori. Rekamlah catatan
12 Dave Meier, Op.Cit., hlm.92. 13 Ibid., hlm.95. 14 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm.19.
26
ranguman anda dan putarlah dengan walkman anda ketika anda
berkendaraan, umum atau pribadi. Dr. Win Wenger dari Proyek
Renaisans di Gaithersburg, Maryland, mengamati bahwa kunci
belajar terletak pada apa yang disebutnya artikulasi terinci.
Tindakan mendeskripsikan sesuatu yang baru bagi anda akan
mempertajam persepsi dan memori anda tentangnya. Labih terinci
anda menguaknya, lebih banyak perkaitan atau asosiasi yang anda
bentuk dan lebih mudah pula diingat.
Dr. Wenger merekomendasikan bahwa ketika kita membaca
sesuatu yang baru, anda harus menutup mata dan kemudian
mendeskripsikan dan mengucapkan apa yang sudah anda baca tadi
dengan lantang. Alasannya, anda telah membacanya,
memvisualisasikannya (ketika anda mengingat dengan mata
tertutup), dan mendeskripsikannya dengan lantang. Maka anda
otomastis telah belajar dan menyimpannya dalam cara multi-
sensori. Sederhana tetapi efektif.15
3) Visual
Ketajaman visual, meskipun lebih menonjol pada sebagian
orang, sangat kuat dalam diri setiap orang. Alasannya adalah bahwa
didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indra yang lain. Adapun teknik yang
dikembangkan dalam melaksanakan strategi visual adalah peta konsep.
Peta konsep atau peta pembelajaran adalah cara dinamik utuk
menangkap butir-butir pokok informasi yang signifikan. Mereka
menggunakan format global atau umum, yang memungkinkan
informasi ditunjukkan dalam cara mirip seperti otak kita berfungsi
dalam pelbagai arah secara serempak.
Penelitian yang dilakuakan oleh Robert Ornstein dan lain-lain
telah menunjukkan bahwa proses berfikir adalah kombinasi kompleks
kata, gambar, skenario, warna dan bahkan suara dan musik. Degan
15 Collin Rose & Malcolm J. Nochols, Op.Cit., hlm.142-143.
27
demikian, prose menyajikan dan mengangkap isi pelajaran dalam peta-
peta konsep mendekati operasi alamiah dalam berfikir.
Otak dapat dipandang sebagai hutan raya tempat puluhan ribu
pohon dengan ratusan ribu cabang besar, jutaan dahan dan miliaran
ranting. Peta konsep dibuat dengan cara yang sama seperti halnya
informasi disimpan pada cabang-cabang dari tema sentral, meskipun
skalanya jauh lebih kecil. Dalam menyusun peta konsep gaya
pemrosesan belahan kiri dan belahan kanan otak dilibatkan secara
penuh.
Ketika informasi baru diserap dengan menggunakan peta-peta
konsep, kapasitas penyimpanan meningkat pula. Formatnya banyak
manarik para pembelajar Visual dan pembelajar global dan tentu saja
otak “emosional” lebih banyak dilibatkan atau diikutsertakan melalui
warna. Selanjutnya, informasi tersebut akan bersifat personal, spesifik
bagi anda.
Tentu saja, pencatatan secara visual berlangsung disepanjang
sejarah manusia. Lihatlah lukisan gua manusia primitif dan hieroglif
Mesir kuno. Diserahkan pada gaya mereka sendiri, kebanyakan anak-
anak membuat sketsa dan melukis saat hendak menyajikan gagasan-
gagasan baru.
Seorang artis termasyhur, Nancy Margulies, penulis buku
Mapping Inner space dan Yes, You Can Draw, berkata, “Sebelum kita
belajar bahasa, kita memvisualisasikan gambar dalam fikiran kita dan
mengaitkannya dengan konsep-konsep. Sayangnya, kita sering
menyumbat saluran-saluran kreatif dengan melatih anak-anak untuk
hanya menulis kata, secara monokronologis, diatas kertas bergaris.”
Sesungguhnya, bagi kebanyakan kita, gaya tradisional
menuliskan gagasan secara linier, di kertas bergaris, dengan
menggunakann satu warna, monoton (biasanya biru, hitam, atau abu-
abu) adalah kebiasaan yang sudah sangat dalam tertanam. Ia juga
menjadi monoton.
28
Sang “pengembang” tenik peta konsep yang disebut
“Pemetaan Fikiran” bertanya “Apa yang dilakukan anak ketika jemu?
Ia mendek, mampet dan kemudian “tertidur”. Maka 95% dari populasi
manusia yang melek-huruf membuat catatan dalam cara yang
tampaknya dirancang agar bosan sendiri dan juga membuat orang lain
bingung dan menjadikan sebagian besar darinya dilupakan.
“Kita cukup melihat di perpustakaan sekolah, universitas,
umum, daerah atau kota di seluruh dunia. Apa yang dilakukan oleh
separo dari pengunjung mereka? Tidur. Tempat-tempat belajar kita
menjadi tempat-tempat tidur umum raksasa”.
Melatih kembali otak untuk menarik ide-ide yang memancar
dari citra dan gambaran pusat membutuhkan praktik dan kesabaran.
Triknya adalah mempraktikkan ketrampilan hingga menjadi bersifat
otomatis.
Anda akan menyaksikan bahwa peta konsep memungkinkan
anda mencatat banyak sekali informasi dalam satu halaman dan
memperlihatkan hubungan antar berbagai konsep dan ide.
Penggambaran secara visual membantu anda berfikir tentang suatu
subjek secara global dan memungkinkan keluwesan (fleksibilitas)
pemikiran anda. Pada sebuah peta anda secara harfiah dapat melihat
sturuktur subjek yang bersangkutan dalam cara yang mustahil
dilakukan dengan kerangka yang linear. Anda dapat melihat tema-tema
terpisah namun juga hubungan-hubungan antartema. Pencatatan secara
linear tidak dapat menjaga kita agar tetap sadar akan kompleksitas
pemikiran. Sebaliknya, pencatatan melalui peta konsep dapat
melakukan hal itu.
Berikut cara membuat peta konsep yang ditawarkan oleh
Collin Rose:
- Mulai Dengan Topik Ditengah-Tengah Awali dengan menuliskan tema pokok ditengah-tengah halaman. Ini mendorong anda mendefinisikan gagasan inti subjek yang tengah anda pelajari, titik awal pembelajaran yang efektif.
29
Buatlah tema pokok inti ini dengan ukuran cukup kecil sehingga anda punya cukup ruang untuk memperlihatkan dengan jelas sub-subtema di sekelilingnya. Mereka dapat dihubungkan dengan tema pokok memakai garis, seperti jari-jari roda.
- Gunakan Kata-Kata Kunci Sasaran peta konsep adalah hanya menangkap fkta-fakta penting yang ketika ditinjau ulang akan memicu ingatan terhadap seluruh subjek pelajaran. Anda akan mendapati bahwa ini umumnya menggunakan kata kerja dan kata benda kunci. Hal-hal lainnya adalah informasi “yang diisikan di dalamnya” yang memasok fikiran anda ketika ia telah “disentak” oleh peta-peta konsep.
- Buatlah cabang-cabangnya Berpijaklah pada tema pokok anda keluar ke semua arah. Batasilah cabang utama antara lima dan tujuah.
- Gunakan Simbol, Warna, Gambar, Dan Citra-Citra Lainnya Kombinasi berbagai gaya menjadikan peta konsep lebih mudah diingat. Untuk keragaman tembagan, variasikan ukuran kata di peta tersebut. Tulis kata-kata atau frase-frase kunci dengan huruf kapital tebal. Batasi kata-kata seminimal mungkin. Gunakanlah simbol-simbol yang mudah diidentifikasi, tanda kali, tanda cek, tanda seru, tanda tanya, gambar jantung segitiga dan sebagainya.
- Buatlah Seperti Bilbor Gunakan ruang bersih putih antarinformasi sedemikian rupa sehingga semua kata atau gambar / citra jelas terpampang. Buatlah ia setebal mungkin, mencengangkan, dan “mudah diingat”. Buatlah menarik. Buatlah kata-kata yang penting lebih menonjol daripada yang lain.
- Buatlah Berwarna Warni Berilah penekanan pada berbagai butir atau tema pokok dengan menggunakan warna-warna yang padu. Buat sejelas yang anda mau.
- Praktik Menjadikan Lebih Sempurna Jangan harap anda langsung benar untuk pertama kali. Pada kenyataannya, alangkah lebih baik jika anda menggambar ulang peta konsep anda. Melakukannya dua atau tiga kali akan membantu anda mengingat detail-detailnya.
- Melakukannya Sendiri Anda tidak harus menjadi seorang seniman lukis untuk dapat embuat peta konsep. Yang penting yaitu mengembangkan gagasan anda sendiri. Gunakan sebanyak mungkin gambar yang dapat anda buat. Tony Buzan misalnya, menekankan benar kebutuhan akan penggambaran secara visual. Tetapi sekali lagi, tidak usah membuat lukisan yang artistik, jauh lebih bermakna jika anda mengembangkan gaya personal anda sendiri, menciptakan peta-peta yang dapat anda pahami dan yang akan membantu mencerap informasi ke dalam ingatak jangka
30
panjang anda. Coba sedikit lebih kreatif dengan setiap peta konsep baru yang anda gambar.
- Peta Konsep Menjadi Memori Kita menggunakan istilah peta konsep untuk menjelaskan pemakaian peta sebagai perangkat input. Kita memakai peta memori untuk melukiskan penciptaannya dan cara menggunakannya sebagai perangkat revisi atau ikhtisar.
- Mengapa Peta Kosep Harus Mudah Dimengerti Anda akan menghemat waktu karena anda hanya mencatat dan selanjutnya membaca dan meninjau, kata-kata kunci saja. Anda tidak harus menelisik bahan-bahan yang tak diperlukan atau bahan sampingan. Hubungan antara berbagai butir masalah juga akan lebih jelas. Dan, sifat visual dan berisi banyak dari peta-peta membuat ia lebih mdah diserap dan diingat oleh otak anda. Itulah sebabnya mengapa kita mengakhiri setiap bab dengan memori ikhtisar.
- Gunakan Alat Tulis Berwarna Terang Jika buku itu milik anda sendiri, memakai alat tulis berwarna terang akan sangat membantu. Ketika anda melihat kembali bahan yang dimaksud pada suatu hari, atau bahkan setahun kemudian, anda akan mengangkat dan menekankan butir-butir penting informasi baru. Perhatikan tekanan pada kata baru. Banyak orang menyoroti semua gagasan penting dalam suatu paragraf. Itu kedengarannya logis, tetapi sebenarnya tidak. Butir masalah yang penting dalam hubungannya dengan pembelajaran adalah anda memperoleh informasi atau cara baru dalam melihat informasi lama. Maka, untuk menekankan sesuatu yang sudah anda ketahui yaitu dengan meningkatkan usaha anda ketika anda kembali untuk meninjau ulang di kemudian hari. Dan peninjauan yang cepat tentang apa yang anda telah pelajari adalah bagian penting dari “menyimpan rapat-rapat” yang sebenarnya. Hasilnya? Anda dapat meninjau pengetahuan anda tentang keseluruhan isi buku kira-kira hanya dalam waktu lima belas menit.
- Duduklah Dengan Tenang Lalu Visualisasikan Kebanyakan dari kita perlu duduk dan berfikir dengan tenang pada apa yang baru saja dilihat, dibaca atau didengar. Tataplah ia dengan mata fikiran anda dan buatlah “film mental” darinya. Ia mungkin hanya suatu potongan seperti pemutaran ulang sesaat dalam suatu program olahraga. Itu membantu menyimpan informasi dalam memori visual anda. Para pelayan penerbang TWA yang mengikuti tes keamanan penerbangann menggunakan gambar-gambar untuk mengingkatkan angka kelulusan mereka dari 70 menjadi 100% dengan sekuens berikut ini.
31
1) Mereka mengelilingi pesawat terbang, dengan mencata lokasi-lokasi yang aman
2) Kemudian mereka mengidentifikasi lokasi-lokasi pada diagram yang dapat mereka ingat
3) Mereka mengakurkan lokasi-lokasi itu dengan diagram induk 4) Kemudian mereka duduk, menutup mata, dan menggambarkan
lokaso-lokasi itu dalam mata fikiran mereka. Akhirnya mereka membuat diagram lokasi sekali lagi.
Bagaimana anda dapat menambahkan citra mental setelah anda mempelajari sesuatu?
- Gambar Saja Sering sekali strategi visual yang paling sederhana adalah menggambarkan seuah sketsa atau merancang sebuah karta, grafik atau diagram.16
4) Belajar intelektual
Yang dimaksud dengan intelektual menurut Dave Meier
adalah bukanlah pendekatan belajar yang tanpa emosi, tidak
berhubungan, rasionalistis, akademis, dan terkotak-kotak.
Kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar
dalam fikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan
kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan
hubungan, makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut.
Intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan
masalah dan membangun makna.
Intelektual adalah pencipta makna dalam fikiran; sarana yang
digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru, dan belajar. Ia menghubungkan
pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat
makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan fikiran
untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan
menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.
Ketika sebuah pelatihan belajar tidak dapat menantang sisi
intelektual pembelajar, pelatihan tersebut akan kelihatan dangkal dan
kekanak-kanakan. Inilah yang terjadi dengan beberapa teknik “kreatif”
16 Ibid., hlm.136-142
32
yang mengajak orang untuk bergerak secara fisik (S), mempunyai
auditori (A) dan masukan visual (V), namun tidak memiliki kedalaman
intelektual (I), akhirnya anda akan menjalankan “SAV”-sangat
menjanjikan diawal-awal pembelajaran, namun kemudian musnah
begitu hujan realitas turun.
Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu
peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang dapat belajar sedikit dengan
menyaksikan presentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih
banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang
berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A),
dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut
pada pekerjaan mereka (I). Atau mereka dapat meningkatkan
kemampuan mereka memecahkan masalah (I) jika mereka secara
simultan menggerakkan sesuatu (S) untuk menghasilkan piktogram
atau panjang tiga dimensi (V) sambil membicarakan apa yang sedang
mereka kerjakan (A).17
5. Teknik-teknik dalam Accelerated Learning
a) Teknik Persiapan
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan pembelajar
untuk belajar. Ini adalah langkah penting dalam belajar. Tanpa itu,
pembelajaran akan lambat dan bahkan bisa terhenti sama sekali.
Namun, karena terlalu bernafsu untuk merampungkan materi, kita
sering mengabaikan tahap ini sehingga mengganggu pembelajaran
yang baik.
Persiapan pembelajaran itu seperti mempersiapkan tanah
untuk ditanami benih. Jika kita melakukanny dengan benar, niscaya
kita menciptakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan sehat.
Tujuan dari mempersiapkan pembelajaran adalah untuk:
17 Dave Meier, Op.Cit., hlm.99-100.
33
1) Mengajak pembelajar keluar dari keadaan mental yang pasif atau
resisten
2) Menyingkirkan rintangan belajar
3) Merangsang minat dan rasa ingin tahu pembelajar
4) Memberi pembelajar perasaan positif mengenai, dan hubungan
yang bermakna dengan topik pelajaran
5) Menciptakan pembelajar aktif yang tergugah untuk berfikir,
belajar, mencipta dan tumbuh
6) Mengajak orang keluar dari keterasingan dan masuk ke dalam
komunitas belajar
Hal-hal yang harus dipersiapkan oleh pembelajar dalam
belajar antara lain:
1) Sugesti Positif
Banyak orang mempunyai sugesti negatif tentang belajar.
Kenangan tak sadar mereka mengaitkan belajar dengan rasa sakit,
terhina, terkurung, entah apa lagi. Jika mereka tidak menggantikan
sugesti (asusmsi) negatif ini dengan yang positif, maka proses
pembelajaran akan terhalang.
2) Lingkungan Fisik Yang Positif
Sugesti, baik positif maupun negatif, tercipta oleh lingkungan
belajar itu sendiri. Pengaturan ruang kelas abad ke-19 yang berupa
jajaran meja-kursi dan gang-gang yang dingin sering menimbulkan
sugesti negatif, yang mengingatkan orang akan pengalaman
menyakitkan dan penghinaan yang mungkin pernah mereka alami
dalam lingkungan serupa. Ruang kelas yang khas dapat
menimbulkan sugesti resimentasi militer, kontrol yang berpusat
pada guru, belajar yang mekanistis, kebosanan, pengurungan dan
belajar sebagai menyerap informasi orang lain dan bukannya
menciptakan pengetahuan sendiri.
Jika lingkungan fisik mengilhami timbulnya perasaan negatif dan
mengingatkan orang (secara sadar ataupun tidak sadar) pada
34
pengalaman negatif yang tidak manusiawi, pastilah lingkungan itu
akan mmberi pengaruh negatif pada pembelajaran. Sebaliknya kita
tidak membuat lingkungan belajar yang menyerupai kelas
tradisional, melainkan yang memberi kesan gembira dan positif
dan membangkitkan semangat lingkungan yang dapat
menimbulkan asosiasi positif dan perasaan bahagia dalam hati
setiap orang. Apapun yang kita lakukan agar terbebas dari kesan
dan penampilan ruang kelas yang standar itu pastilah dapat
membantu irang merasa santai dan mendapatkan kembali energi
mereka.
3) Tujuan Yang Jelas dan Bermakna
Pembelajar memerlukan gambaran yang jelas tentang tujuan suatu
pelajaran dan apa yang akan dapat mereka lakukan sebagai
hasilnya. Kita dapat menjelaskan ini dengan kata-kata, gambar,
contoh, demo atau apa saja yang dapat membuat tujuan itu tampak
nyata dan konkret bagi pembelajar.
4) Manfaat Bagi Pembelajar
Ada garis halus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung
dikaitkan dengan “apa”, sedangkan manfaat dikaitkan degnan
“mengapa”. Pembelajar dapat belajar paling baik jika mereka tahu
mengapa mereka belajar dan dapat menghargai bahwa
pembelajaran mereka punya relevansi dan nilai bagi diri mereka
secara pribadi. Orang belajar untuk mendapatkan hasil bagi diri
mereka sendiri. Juka mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa
harus belajar?. Oleh karena itu, penting sekali untuk sejak awal
menggunakan manfaat agar orang merasa terkati denga topik
pelajaran itu secara positif.
5) Sarana Persiapan Belajar Sebelum Pembelajaran Dimulai
Dalam banyak kasus, persiapan pembelajar dapat dimulai sebelum
dimulainya program belajar. Jika dapat diusahakan, pembelajar
diberi sarana persiapan sembelum belajar yang berisi aneka pilihan
35
peralatan untuk membantu mereka agar siap untuk belajar. Sarana
itu dapat membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan,
menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat,
serta menciptakan rasa positif mengenai pengalaman belajar yang
akan datang.
6) Lingkungan Sosial Yang Positif
Untuk membantu mempersiapkan orang mendapatkan pengalaman
belajar yang optimal, ciptakanlah lingkungan kerja sama sejak
awal. Ajaklah orang keluar dari pengasingan dan masuk kedalam
komunitas belajar yang murni, maka akan sangat membantu
pembelajar dalam belajar. Hubungan adalah inti kecerdasan, baik
itu di dalam otak, ruang kelas, ataupun tempat kerja. Semakin
kerap orang saling menghubungkan wawasan dan pengetahuan
mereka, semakin cerdaslah semua orang jadinya.
7) Keterlibatan Penuh Pembelajar
Penting sekali pembelajar diajak terlibat sepenuhnya. Belajar
bukanlah aktivitas yang hanya bisa ditonton, melainkan sangat
membutuhkan peran serta semua pihak.
8) Rangsangan rasa ingin tahu
Salah satu tujuan penyiapan pembelajar adalah mengajaknya
memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka sehingga
kemampuan bawaan mereka untuk belajar dapat berkembang
sendiri. Dunia kanak-kanak ditandai dengan keterbukaan,
kebebasan, tak kenal takut, kegembiraan dan rasa ingin tahu yang
sangat besar.
Merangsang rasa ingin tahu pembelajar sangat membantu upaya
mendorong pembelajar agar terbuka dan siap belajar. Pembelajaran
(dan kehidupan itu sendiri) akan mandek jika tidak ada sesuatu
yang menimbulkan rasa ingin tahu.18
18 Ibid., hlm.109-120..
36
b) Teknik Penyampaian
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan
untuk mempertemukan pembelajar dengan materi belajar yang
mengawali proses belajar secara positif dan menarik
Ketika mendengar kata presentasi, secara otomatis kita
menghubungkan kata ini dengan sesuatu yang dilakukan fasilitator,
bukan pembelajar. Akan tetepi yang dimaksudkan oleh Dave Meier
dalam bukunya ini adalah memcoba untuk mulai menghubungkan
presentasi dengan sesuai yang dilakukan fasilitator maupun pembelajar
dalam berbagai campuran bergantung pada situasinya. Presentasi
berarti pertemuan. Fasilitator dapat memimpin, tetapi pembelajarlah
yang harus menjalani pertemuan itu.
Jika kita memahami presentasi hanya semata-mata sebagai
sesuatu yang dilakukan fasilitator terhadap pembelajar, tahap ini dalam
siklus pembelajaran menjadi tahap paling lemah. Bukankah ironis?
Rancangan pelatihan tradisional memberikan tekanan paling besar
pada presentasi instruktur. Ke sanalah dipusatkan hampir seluruh
usaha dan biaya: ke sesuatu yang berpengaruh paling kecil pada
pembelajaran. Akan tetapi, kita terus saja mencurahkan seluruh usaha
kita untuk mengembangkan materi presentasi, pertunjukkan power
point, bentuan mengajar, selebaran, dan materi lain yang tidak banyak
manfaatnya bagi pembelaja. Kita menempatkan, menurut perkiraan
Dave Meier dalam bukunya 80% sumber daya kita untuk menunjang
hal-hal yang berpengaruh paling-paling 20% pada pembelajaran itu
sendiri.
Harus kita sadari bahwa pembelajaran berasal dari
keterlibatan aktif dan penuh seorang pembelajar dengan pelajaran, dan
bukan dari mendengarkan presentasi yang tak habis-habisnya
mengenai hal itu. (Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan
menelan informasi). Presentasi diadakan semata-mata untuk
mengawali proses belajar dan bukan dijadikan fokus utama.
37
Tahap penyampaian dalam belajar bukan hanya sesuatu yang
dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan
pembelajar dalam menciptakan pengetahuan disetiap langkahnya.19
c) Teknik Pelatihan
Tahap pelatihan merupakan intisari dari accelerated learning.
Tanpa tahap penting ini tidak ada pembelajaran menurut Dave. Tahap
ini dalam siklus pembalajarann berpengaruh terhadap 70% (atau lebih)
pengalaman belajar secara keseluruhan. Dalam tahap inilah
pembelajarann yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang
difikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajarlah yang
menciptakan pembelajaran, dan bukan apa yang difikirkan, dikatakan
dan dilakukan instruktur.
Peranan instruktur hanyalah memprakarsai proses belajar, lalu
menyingkir. Dengan kata lain: tugas instruktur adalah menyusun
konteks tempat pembelajar dapat menciptakan isi yang bermakna
mengenai materi belajar yang sedang dibahas. Peranan instruktur
adalah mengajak pembelajar berfikir, berkata dan berbuat menangani
materi belajar yang baru dengan cara yang dapat membantu mereka
memadukannya kedalam struktur pengetahuan, makna dan ketrampilan
yang sudah tertanam didalam diri. Menurut Win Wenger bahwa yang
dikatakan dan dilakukan pembelajar itulah yang lebih penting daripada
apa yang dikatakan dan dilakukan oleh fasilitator bagi pembelajaran
sejati. Fasilitator selalu mengawasi dan menyuapi pembelajar
merupakan ancaram serius terhadap belajar.
Penelitian mengenai otak dan pembelajaran telah
mengungkapkan fakta yang mengejutkan: Jika sesuatu dipelajari
dengan sungguh-sungguh, struktur internal dari sistem saraf kimiawi /
listrik internal seseorang berubah. Sesuatu yang baru tercipta di dalam
diri seseorang jaringan saraf baru - jalur kimiawi / elekris baru,
asosiasi baru, hubungan baru. Secara harfiah pembelajar harus diberi
19 Ibid., hlm.132-133.
38
waktu agar hal ini terjadi. Kalau tidak, tidak ada yang menempel, tidak
ada yang menyatu, tidak ada yang benar-benar dipelajari.
Pembelajaran adalah perubahan. Jika tidak ada waktu untuk berubah
maka berarti tidak ada pembelajaran yang sejati.20
d) Teknik Penampilan
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi
kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar
terungkap hanya dalam tahap ini ketika pembelajaran diterapkan pada
pekerjaan. Namun banyak rancangan pelatihan mengabaikan tahap ini
atau bahkan menghapuskannya sama sekali. Penting untuk disadari
bahwa tahap ini bukan hanya tambahan, melainkan menyatu dengan
seluruh proses belajar. Tanpa tahap penampilan yang kuat, tiga tahap
sebelumnya dalam siklus pembelajaran bisa jadi sia-sia sama sekali.
Karena setiap keberhasilan bergantung pada kelanjutannya.
Tujuan dari teknik penampilan ini adalah memastikan bahwa
pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. Setelah
mengalami tiga tahap sebelumnya dalam proses pembelajaran, kita
perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan
ketrampilan baru mereka pada pekerjaan mereka dengan cara-cara
yang dapat menciptakan nilai nyata bagi diri mereka sendiri,
organisasi, dan klien organisasi. Dalam istilah pertanian, penampilan
hasil sama dengan panen.21
20 Ibid., hlm.145-146.. 21 Ibid., hlm.156.
39
B. KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
a) Pengertian Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.
Secar detail, dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal ayat (1) Pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional
terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di
perguruan-perguruan tinggi.
b) Pengertian Agama
Arti agama menurut bahasa adalah
نيدتايم “sesuatu yang ditaati”
Sedangkan menurut istilah ada dua macam, yaitu:
ماشرعه اهللا على لسان نبيه من األحكام “Hukum yang disyari’atkan (diperintahkan) Allah melalui lisan Nabi-Nya”. Atau وضع الهي يدعوا لذوى العقول السالمة اىل قبول ما هو عند الرسول لسعادتهم فى
ادهمعمو اشهمعم “Peraturan tuhan yang mengajak kepada setiap yang berakal sehat untuk menerima segala peraturan yang dibawa oleh Rasulullah guna
40
mencapai kebahagiaan mereka ketika hidup didunia dan kembalinya ke alam akhirat kelak.”.22
Dalam buku ensiklopedi Islam di jelaskan bahwa kata agama
dalam bahasa Indonesia berari sama dengan kata din dalam bahasa
Arab dan Semit, atau dalam bahasa Eropa sama dengan religion
(Inggris), la religion (Prancis), de religie (Belanda), die religion
(Jerman). Secara bahasa perkataan “agama berasal dari bahasa
sansekerta yang berarti “tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
temurun”, sedangkan kata din mengandung arti “menguasai,
menundukkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan.”23
c) Pengertian Islam
Islam agama Samawi (langit) yang diturunkan oleh Alla Swt,
melalui utusan-Nya, Muhammad Saw, yang ajaran-ajarannya terdapat
dalam kitab suci al-Qur’an dan sunnah dalam bentuk perintah-perintah,
larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia baik
di dunia maupun di akherat.
Jadi pendidikan agama Islam adalah adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik
dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka
dalam hal mempelajari tentang nilai-nilai kebenaran yang telah di
turunkan Allah Swt, melalui Nabi-Nya Muhammad Saw.
2. Pengertian Pembelajaran PAI
Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut
guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai
dengan rencana yang telah diprogramkan.24
Dan pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara guru
dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
22 Syekh Ibrahim al Bajuri, Tijan Daraari,(Semarang: Thoha Putra, t.th.), hlm.15. 23 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Intermasa, 1997),
hlm. 63. 24 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Rosdakarya, 2004), cet.1, hlm. 117.
41
baik. Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan
tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan kondisi
pembelajaran harus direncanakan dan mengacu pada tujuan pembelajaran
yang dikehendaki.
Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subyek peserta
didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam.25 Selain itu PAI bukanlah sekedar proses usaha mentransfer
ilmu pengetahuan atau norma agama melainkan juga berusaha
mewujudkan perwujudan jasmani dan rohani dalam peserta didik agar
kelak menjadi generasi yang memiliki watak, budi pekerti, dan
kepribadian yang luhur, kepribadian muslim yang utuh.26
Sedangkan pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran
ini akan lebih membantu dalam memaksimalkan kecerdasan peserta didik
yang dimiliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi
secara fisik dan sosial terhadap lingkungan.27 Sebagai salah satu mata
pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam dan tatanan nilai
kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan melalui
perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan
pengembangan kehidupan peserta didik.
Pembelajaran PAI diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah
Islamiyah dalam arti luas, yaitu ukhuwah fi al-ubudiyah, ukhuwah fi al-
insaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab dan ukhuwah fi din al-
Islam. Ini dikarenakan PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang
agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
(membangun etika sosial). 28
25 Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati dan
Yayasan al-Qalam, 2002), cet.1, hlm. 18. 26 Ibid., hlm. xviii-xix. 27 Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), cet. III, hlm. 14. 28 Departemen Agama, Pedoman Umum Pendidikan Agama Islam Madrasah, (Jakarta:
Departemen Agama, 2003), hlm.3-4.
42
3. Tujuan dan Ruang Lingkup PAI
Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan
yang diinginkan. Didalamnya itu terkandung tujuan yang menjadi target
pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-
pengalaman belajar.29 John Dewey menyatakan bahwa tujuan pendidikan
adalah “is to individuals to continue their education or that object and
reward of learning is continued capacity for growth”.30 (Agar siswa dapat
meneruskan jenjang pendidikannya atau obyek dan penghargaan
pembelajaran dapat diteruskan melalui kapasitas perkembangannya).
Pembelajaran merupakan bagian dari proses pendidikan. Dalam mencapai
tujuan pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan siswa, sehingga
dalam proses kegiatan pembelajaran siswa benar-benar dapat mengikuti
dengan sebaik-baiknya. Tingkah laku yang ditunjukkan siswa secara
spesifik harus dapat diamati guru untuk menentukan kemajuan siswa
sesuai dengan tujuan tersebut.
Suatu tujuan pembelajaran seyogyanya memenuhi kriteria sebagai
berikut :
a. Tujuan menyediakan situasi, kondisi untuk belajar
b. Tujuan mendefinisikan tingkah laku peserta didik yang dapat diukur
dan diamati
c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.31
Secara umum, PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah
dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, bangsa dan
negara. Dari tujuan tersebut ada beberapa dimensi yang hendak dituju dan
ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu32:
29 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), cet. IV,
hlm. 76. 30 John Dewey, Democracy and Education, (New York: The Macmillan Company, 1964),
hlm. 100. 31 Oemar Hamalik, Op.Cit., hlm. 77. 32 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 78.
43
a. Dimensi keimanan peserta didik
b. Dimensi pemahaman atau penalaran atau intelektual serta keilmuan
peserta didik
c. Dimensi penghayatan atau pengalaman pribadi peserta didik
d. Dimensi pengamalan peserta didik.
Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses
PAI yang dilalui dan dialami oleh peserta didik di sekolah dimulai dari
tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai
ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan sikap, yakni terjadinya
proses internalisasi ajaran nilai-nilai ajaran Islam ke dalam diri peserta
didik, melalui tahapan afeksi ini diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam
diri peserta didik dan bergerak untuk mengamalkan ajaran Islam (tahapan
psikomotorik).
Oleh karena itu berbicara PAI, baik makna maupun tujuannya
haruslah mengacu pada penanaman nilai Islam, ini dalam rangka menuai
keberhasilan hidup di dunia yang kemudian akan mampu membuahkan
kebaikan di akhirat. Betapa pentingnya tujuan harus dirumuskan dalam
setiap pengajaran agar benar-benar dapat mencapai tujuan seperti yang
dikehendaki kurikulum.33
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,-
keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah,
manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan. Adapun
ruang lingkup bahan pelajaran PAI di sekolah berfokus pada aspek al-
Qur’an, aqidah, syari’ah, akhlak dan tarikh.34
33 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritik dan Praktis, (Bandung: Rosdakarya,
1998), cet. XII, hlm.40. 34 Departemen Agama RI, Pedoman PAI di Sekolah Umum, (Jakarta: Direjen
Kelembagaan Agama Islam, 2004), hlm.7.
44
4. Karakteristik Kurikulum Islam
Setiap jenis kurikulum akan mempunyai karakteristik tersendiri,
termasuk Pendidikan Agama Islam yang harus memenuhi beberapa
ketentuan. Menurut Abdurahman an-Nahlawi sebagaimana di kutip Abdul
Majid dan Dian Andayani ada beberapa ketentuan yaitu:35
a. Memiliki sistem pengajaran dan materi yang sesuai fitrah manusia
b. Harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam
c. Harus sesuai dengan tingkatan pendidikan
d. Memperhatikan tujuan masyarakat yang realistis, menyangkut
penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal.
e. Tidak bertentangan dengan konsep-konsep Islam
f. Harus realistis sehingga dapat diterapkan selaras dengan kesanggupan
g. Harus memilih metode yang realistis sehingga dapat diadaptasikan
dalam berbagai kondisi, lingkungan dan keadaan tempat ketika
kurikulum ditetapkan.
h. Harus efektif, dalam memberikan hasil pendidikan yang bersifat
behavioristik.
i. Harus sesuai dengan berbagai tingkatan usia peserta didik
j. Memperhatikan aspek pendidikan tentang segi-segi perilaku yang
bersifat aktivitas langsung.
Dengan demikian, bagaimanapun jenis kurikulum yang digunakan
dalam KBM yang terpenting dalam pelaksanaan dan keberhasilannya
kurikulum itu dilengkapi dengan berbagai aktivitas walaupun hanya
berperan sebagai pelengkap.
35 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Rosdakarya, 2004), cet.1, hlm. 78-80.
45
5. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAI
Dari konsep belajar dan pembelajaran dapat diidentifikasi prinsip-
prinsip belajar dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1) Prinsip kesiapan (readiness)
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang
membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban di dalam cara
tertentu terhadap situasi.36 Kondisi ini mencakup setidak-tidaknya tiga
aspek, yaitu : 1. Kondisi fisik, mental dan emosional. 2. Kebutuhan,
motif dan tujuan 3. Ketrampilan, pengetahuan dan pengertian lain yang
telah dipelajari
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh kesiapan individu
sebagai subjek yang melakukan kegiatan belajar dan peserta didik
yang belum siap melaksanakan tugas dalam belajar akan mengalami
kesulitan.
2) Prinsip motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Motivation is a general term. It refers to states within the
organism, to behavior and to the goals toward which behavior is
directed. In other words, motivation has three aspect: 1) a motivating
state within the organism, 2) behavior aroused and directed by this
state, and 3) a goal toward which the behavior is directed. 37 (Motivasi
adalah istilah umum yang menunjukkan kepada keadaan (kondisi)
yang menggerakkan tingkah laku sebagai hasil keadaan yang
mengarahkan pada tujuan atau tingkah laku akhir. Dengan kata lain
motivasi mempunyai tiga aspek: 1) keadaan yang mendorong, 2)
tingkah laku yang didorong dan 3) tujuan yang menjadi arah ringkah
laku.
36 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), cet. III, hlm. 113. 37 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (New York: Crow Hill Book
Company, 1971), hlm.187.
46
Perilaku individu yang positif ditandai selalu terarah karena
didorong motivasi. Motivasi ini terdiri atas desakan, motif, kebutuhan
atau keinginan yang mendorong individu melakukan suatu kegiatan
atau perbuatan untuk mencapai tujuan.38 Motivasi dapat berfungsi
sebagai pendorong timbulnya tingkah laku, pengarah dalam mencapai
tujuan dan sebagai penggerak perbuatan seseorang.
Berdasarkan sumbernya, ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi yang datang dari dalam peserta didik disebut motivasi
intrinsik. Sedangkan motivasi ekstrinsik datang dari lingkungan diluar
diri peserta didik.
Perwujudan interaksi antara guru dan siswa harus lebih banyak
berbentuk pemberian motivasi dari guru ke siswa agar siswa merasa
memiliki semangat, potensi dan kemampuan dapat dikembangkan
sehingga akan meningkatkan harga dirinya.
3) Prinsip perhatian
Perhatian dapat membuat peserta didik untuk mengarahkan diri
pada tugas dan melihat isi masalah yang diberikan serta untuk
memusatkan pada aspek yang relevan. Secara umum, perhatian
meliputi tiga aktivitas yaitu [1] Kesadaran (consciousness), [2] Seleksi
(selection) yang dipengaruhi mood dan minat, [3] Pemberian arti
(encoding) dimana informasi yang diterima oleh indera ditafsirkan,
dirubah dan dimodifikasi berdasarkan pengetahuan lama yang telah
dimiliki.39 Kedalaman dan makna dari informasi baru bergantung pada
tingkat pengetahuan dan persepsi seseorang.
4) Prinsip persepsi
Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan
atau informasi ke dalam otak manusia. 40 Semua proses belajar selalu
38 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:
Rosdakarya, 2003), cet. 1, hlm. 73. 39 Abdul Mukti, “Proses Belajar : Pendekatan Kognitif”, dalam Chabib Thoha dan Abdul
Mukti (eds.,), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan IAIN Walisongo Semarang, 1998), cet.1, hlm. 100-101.
40 Slameto, Op.Cit., hlm. 102.
47
dimulai dengan persepsi, setelah peserta didik menerima stimulus dari
lingkungan. Persepsi dianggap sebagai kegiatan awal struktur kognitif
seseorang yang mempunyai sifat relatif, selektif, teratur serta
dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan penerima rangsangan.
5) Prinsip retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali
setelah seseorang mempelajari sesuatu. Karena itu, retensi sangat
menentukan hasil yang diperoleh peserta didik dalam proses
pembelajaran.41 Ada cara-cara untuk meningkatkan retensi belajar,
antara lain :
• Usahakan agar isi pembelajaran disusun secara baik
• Pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan keledai (moemonic)
• Berikan resitasi atau tugas untuk meningkatkan aktivitas peserta
didik
• Latihan pengulangan untuk ketrampilan motorik.
6) Prinsip transfer
Transfer berarti ada kaitannya antara pengetahuan yang sudah
dipelajari dengan yang baru dipelajari atau pengetahuan yang diajarkan
di sekolah dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan masa yang akan datang. Cara menstransformasikan dan
menginternalisasikan nilai-nilai agama ke pribadi siswa antara lain
dengan jalan pergaulan, memberi teladan, mengajak dan
mengamalkan.42
6. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PAI
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan peserta
didik atau bagaimana membuat peserta didik dapat belajar dengan mudah
dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang
41 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 143. 42 Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), cet. II,
hlm.155.
48
teraktualisasi dalam kurikulum sebagai kebutuhannya. Dalam
pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh
dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Komponen tersebut
adalah :
1. Kondisi pembelajaran
2. Metode pembelajaran
3. Hasil pembelajaran
Klasifikasi dan hubungan antar komponen yang mempengaruhi
pembelajaran PAI tersebut dapat diuraikan lebih rinci sebagai berikut :
1. Kondisi Pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah semua faktor yang mempengaruhi
penggunaan metode pembelajaran dalam rangka meningkatkan hasil
pembelajaran PAI. Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran:
a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya mengacu pada hasil
pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil yang diharapkan,
tujuan pembelajaran harus ditetapkan lebih dahulu sehingga upaya
pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan.
Tujuan umum pembelajaran mengacu pada hasil
keseluruhan isi bidang studi yang diharapkan. Sedangkan tujuan
khususnya mengacu pada konstruk tertentu (misalnya fakta,
konsep, prosedur) dari suatu bidang studi PAI berupa konsep, dalil,
kaidah dan keimanan yang menjadi landasan dalam
mendeskripsikan strategi pembelajaran.
b. Karakteristik bidang studi atau bahan
Bahan pengajaran merupakan bagian yang penting dalam
proses belajar mengajar dan menempati kedudukan yang
menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan dengan
ketercapaian pengajaran.43
43 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), cet. II, hlm. 139.
49
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menetapkan bahan atau meteri, yaitu :
1) Sesuai dengan tujuan
2) Sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa
pada umumnya
3) Materi hendaknya terorganisasi secara sistematik dan
berkesinambungan
4) Bersifat faktual dan konseptual.44
Dalam suatu pembelajaran bahan bukan sebagai tujuan,
melainkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Karena itu,
penentuan bahan pembelajaran harus didasarkan pada pencapaian
tujuan baik dari segi isi, tingkat kesulitan maupun organisasinya
sehingga mampu mengantarkan siswa sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
c. Karakteristik peserta didik
Aktivitas, proses dan hasil perkembangan pendidikan
peserta didik dipengaruhi oleh karakteristik sebagai individu.
Karakteristik peserta didik merupakan aspek kualitas perseorangan
peserta didik. Dapat juga dikatakan keseluruhan kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan
dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-citanya.45 Sebagai individu, peserta didik
memiliki dua karakteristik utama, pertama individu yang memiliki
keunikan sendiri dan kedua selalu berada dalam proses
perkembangan yang bersifat dinamis.
Karakteristik kemampuan awal peserta didik dapat
dijadikan dasar dalam pemilihan strategi pembelajaran.46
Kemampuan awal sangat penting dalam meningkatkan
44 Saeful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alpa Beta, 2003),
hlm.162. 45 Sardiman, Op.Cit., hlm.118. 46 Muhaimin, Op.Cit., hlm.246.
50
kebermaknaan pembelajaran, sehingga akan memudahkan proses
internal yang berlangsung dalam diri peserta didik.
Untuk mengetahui karakteristik kemampuan awal peserta
didik, teknik yang dapat dilakukan dengan menggunakan dokumen,
tes pra-syarat dan tes awal, komunikasi individual dan
penyampaian angket.47 Untuk mendapatkan informasi yang
berguna guru harus belajar mengobservasi peserta didik dengan
cermat. Mungkin ia harus melupakan kedudukannya sebagai guru
yang berhadapan dengan murid-muridnya dan memandang mereka
masing-masing sebagai individu.48
penyampaian isi pembelajaran kepada peserta didik.49
Pengembangan strategi makro mempunyai cakupan yang luas dan
digunakan untuk menata keseluruhan isi bidang studi sehingga
dapat memberikan gambaran tentang konstruksi kurikulum secara
komprehensif. Strategi mikro digunakan untuk menata urutan
sajian pembelajaran. Cakupannya lebih sempit, hanya pada
kepentingan bagaimana guru mengajar.50 Strategi ini dibagi dalam
kapabilitas belajar, proses belajar dan pengorganisasian
pembelajaran.
a. Strategi penyampaian
Strategi penyampaian pembelajaran merupakan dalam
pembelajaran yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat
merespon dan menerima pelajaran dengan mudah, cepat dan
menyenangkan. Ada tiga komponen dalam strategi ini :
1) Media Pembelajaran
Secara khusus, media pembelajaran PAI adalah alat,
metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
47 Suryobroto, PBM di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm. 31. 48 W. James Popham & Eva L. Baker, Tehnik Mengajar Secara Sistematis, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2003), cet. III, hlm. 45. 49 Muhaimin, Op.Cit., hlm. 250. 50 Abdul Majid, Dian Andayani, Op.Cit., hlm. 32.
51
mengefektifkan komunikasi. Sedangkan secara umum sebagai
sarana prasarana PAI yang dipergunakan untuk membantu
tercapainya tujuan pembelajaran PAI.51
Pertimbangan pemikiran dan kegunaan media
didasarkan pada teknis kemampuan yang akan dicapai siswa
sesuai tujuan dan kegunaan dari media yang dipilih, fleksibel,
keefektifan dan kesanggupan dalam menggunakannya.
Media berfungsi mempertinggi daya serap dan referensi
peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan cara
memberikan pengalaman lebih nyata, menarik perhatian peserta
didik, maupun membangkitkan dunia teori dengan realitasnya.
Dalam proses pembelajaran PAI yang menggunakan
media, diharapkan siswa yang belajar tidak hanya meniru,
contoh, atau melakukan apa yang diberikan tetapi ia secara
aktif berupaya untuk berbuat atas dasar keyakinannya.52
Proses dan hasil belajar peserta didik menunjukkan
perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan
pengajaran dalam media. Oleh sebab itu menggunakan media
dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi
kualitas pengajaran.53
2) Interaksi Peserta didik dengan media
Setiap media yang direncanakan, dipilih, ditetapkan dan
dikembangkan dapat menimbulkan interaksi peserta didik
dengan pesan-pesan yang di bawa media. Kecocokan suatu
media diukur dari tingkat keefektifan, keefesienan, kemudahan
dan kemenarikan peserta didik untuk menampilkan hasil kerja
melalui media yang digunakan.54
51 Mukhtar, Op.Cit., hlm. 103. 52 Ibid., hlm. 117. 53 Nana Sudjana dan Ahmad Rifa’i, Media Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2001), cet. IV, hlm. 3. 54 Muhaimin, Op.Cit, hlm. 154.
52
3) Struktur belajar mengajar
Media, kegiatan belajar dan bentuk pembelajaran
merupakan komponen yang saling berkaitan. Kalau strategi
penyampaian dimulai dari pemilihan media, maka bentuk
pembelajaran dan kegiatan belajar harus menyesuaikan. Begitu
juga sebaliknya. Skema dari penjelasan tersebut :
Media
Kegiatan belajar Bentuk belajar mengajar
b. Strategi pengelolaan
Strategi pengelolaan terkait dengan bagaimana menata
interaksi antara peserta didik dengan strategi pengorganisasian dan
strategi penyampaian. Langkahnya meliputi penjadualan, KBM,
pengelolaan motivasi, pembuatan catatan kemajuan belajar dan
penetapan kontrol belajar agar sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
2. Hasil pembelajaran
Hasil pembelajaran PAI adalah semua akibat yang dapat
dijadikan indicator tentang nilai dari penggunaan metode di bawah
kondisi pembelajaran yang berbeda.55 Dengan metode yang digunakan
dalam setiap pembelajaran diharapkan dapat membawa keberhasilan.
Hasil pembelajaran akan dievaluasi untuk memberikan informasi
mengenai tingkat pencapaian keberhasilan belajar siswa. Indikator dari
keberhasilan pembelajaran dapat dilihat pada keefektifan, efisiensi
pembelajaran dan daya tarik siswa untuk berkeinginan terus belajar.
55 Ibid., hlm. 148.
53
C. Implementasi Program Akselerasi Dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Dalam Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
pendidikan nasional, diantaranya tersirat bahwa salah satu hak peserta didik
adalah mendapatkan pelayanan pendidikan khusus, bagi yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Salah satu wujud pelaksanaan UU
tersebut adalah dibukanya program percepatan belajar, dalam hal ini Kelas
Akselerasi.
Salah satu tujuan program ini adalah memberikan pelayanan kepada
anak berbakat secara intelektual, untuk menyelesaikan pendidikan lebih awal
sekaligus mensinkronkan kemampuan intelektual yang lebih dengan
kecerdasan emosional maupun spiritual.
Untuk masuk dalam program ini harus diadakan identifikasi kepada
calon-calon akseleran meyangkut tiga kriteria, meliputi Intelligent Quotient
(IQ), Emotional Quotient (EQ) dan Social Quotient (SQ). Sehingga dalam
pelaksanaannya, program ini dirancang khusus untuk mengasah kemampuan
intelektual, sekaligus memberikan kematangan emosi dan pemantapan
spiritual.
Program ini disambut baik oleh para orangtua siswa yang memiliki
kemampuan lebih dalam hal intelektual. Namun ironis memang, sambutan
kebanyakan masyarakat yang kurang mengerti tentang hakikat Kelas
Akselerasi dirasa kurang mendukung. Tak sedikit yang beranggapan bahwa
akselerasi merupakan salah satu bentuk diskriminasi pendidikan. Pembedaan
antara fasilitas dan pelayanan guru terhadap para akseleran pun memicu
kesenjangan sosial yang cukup mencolok dalamlingkungan sekolah.
Pada hakikatnya, program kelas Akselerasi adalah sama dengan
Sekolah Luar Biasa (SLB). Hanya saja Kelas Akselerasi diperuntukkan bagi
anak-anak yang luar biasa cerdas. Sehingga pembedaan dalam bentuk
perlakukan dan pelayanan memang perlu dilakukan. Mereka memiliki
keunggulan dalam kecepatan berpikir, sehingga berhak mendapatkan
perlakukan yang serba cepat pula.
54
Hal tersebut perlu diperhatikan. Oleh karena dalam kenyataannya,
banyak anak berbakat dalam hal intelektual belum tertangani secara maksimal
banyak dan memiliki banyak masalah di sekolahnya.
Kesenjangan sosial yang timbul hanya dikarenakan adanya program
akselerasi adalah hal yang dibesar-besarkan. Bisa jadi karena program ini
masih baru di Indonesia. Padahal dibanding siswa kelas reguler, siswa Kelas
Akselerasi hanya diajar dengan metode yang berbeda, disesuaikan dengan
kemampuannya.
Akseleran bukanlah robot, yang di dalam kelas harus tegang, berkutat
dengan ilmu fisika dan dalam setiap tindakannya harus berpikir secara
matematis. Sebaliknya para akseleran adalah remaja biasa yang bisa
bersosialisasi dan bermasyarakat