Upload
truongkhanh
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Bab II
Manajemen Mutu Pendidikan
A. Manajemen Sekolah Dalam Era Desentralisasi
Era reformasi ditandai dengan adanya daerah otonom, yang digulirkan dalam rangka
desentralisasi pemerintahan, dari Pemerintah Pusat ke daerah Kabupaten dan Kota, yang
kemudian dikenal sebagai Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah
Kota.Sedangkan Pemerintah Daerah Provinsi merupakan perpanjangan tangan Pemerintah Pusat
dalam rangka dekonsentrasi.
Dalam era desentralisasi manajemen pendidikan, Pemerintah Pusat menetapkan prinsip
manajemen berbasis sekolah (MBS) melalui Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas tahun 2003).
Pasal 51 ayat (1) menetapkan bahwa:
Pelaksanaan prinsip MBS di sekolah terlihat pada pengembangan kurikulum sekolah yang
dibebankan pada satuan pendidikan dan komite sekolah dalam supervisi Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten atau Provinsi, seperti yang tercantum pada pasal 38 ayat (2) Undang-undang
Sisdiknas Tahun 2003 sebagai berikut:
Artinya, sekolah memiliki kewenangan untuk menyusun dan menetapkan kurikulum
sekolahnya yang disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), meskipun masih
dalam koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten untuk SD/MI, SMP/MTs, dan
Dinas Pendidikan Provinsi untuk SMA/MA dan SMK/MAK.
Hal lainnya yang menggambarkan prinsip MBS adalah tentang pemberian ijazah atau STTB
(Surat Tanda Tamat Belajar) yang ditetapkan dalam pasal 61 ayat (1) dan (2) Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 sebagai berikut:
Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. (Pasal 38 ayat [2])
(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi. (2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap
prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 9
Pasal 61 ayat (2) ini menetapkan bahwa sekolah memiliki kewenangan untuk memberikan
STTB kepada siswanya yang telah lulus ujian akhir sekolah (UAS) yang diselenggarakan oleh
sekolah yang terakreditasiA dan B dari Badan Akreditasi Sekolah (BAS).
Dalam hal evaluasi pendidikan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat melakukan evaluasi
seperti yang ditetapkan dalam pasal 59 ayat (1) sebagai berikut:
Dalam hal ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah hanya melakukan evaluasi terhadap
pengelolaan satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan seperti yang ditetapkan dalam pasal 57 ayat (1) dan (2).
Pasal ini mengingatkan penulis pada tahun 1955, waktu penulis menyelesaikan Sekolah
Rakyat (SR), yang saat ini disebut Sekolah Dasar (SD).Pada waktu itu, dari semua siswa kelas 6
SR Karang Anyar Jakarta, hanya satu orang yang tidak lulus ujian akhir sekolah (UAS), karena
hampir 6 bulan ia tidak mengikuti pelajaran dan tidak mengikuti ujian. Hampir semua siswa kelas
6 SR Karang Anyar mendapatkan STTB (Surat Tanda Tamat Belajar). Dari pengalaman penulis
tersebut, STTB yang diperoleh penulis sejalan dengan Pasal 61 ayat (2) yaitu lulus ujian atau
ulangan yang dilakukan oleh sekolah.
Selanjutnya penulis dan seluruh siswa kelas 6 mengikuti Ujian Nasional, bertempat di SR
Tamansari.Hasilnya, hanya 26% siswa SR KarangAnyaryang lulus Ujian Nasional dan
mendapatkan Surat Tanda Lulus. Ujian Nasional yang diikuti penulis mungkin dilakukan dalam
rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas SR Karang
Anyar Jakarta kepada pihak-pihak yang berkepentingan.Mungkin dapat diartikan bahwa
pertanggung jawaban mutu SR Karang Anyar pada waktu itu hanya 26%.
Dipandang dari sisi kewenangan sekolah dalam mengembangkan kurikulum/KTSP [Pasal 38
ayat (2) UU Sisdiknas 2003], kewajiban sekolah dalam melaksanakan pendidikan dan melakukan
pengujian serta pemberian STTB bagi yang lulus Ujian Akhir Sekolah [Pasal 61 ayat (1) dan ayat
(2) UU Sisdiknas 2003] maka sebenarnya Pemerintah telah menetapkan sekolah menjadi Pusat
Pembangunan Masyarakat (Social Development Center). Sekolah harus melaksanakan MBS
dengan pendekatan Peningkatan Mutu Terpadu (Total Quality Management).
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah dengan prinsip manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah (MPMBS) merupakan realisasidari desentralisasi pendidikan, dimana sekolah
melaksanakan Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, sedangkan Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten dan Dinas Pendidikan Provinsi berfungsi Tut Wuri Handayani(motto Kementerian
Pendidikan Nasional dan Kebudayaan), yaitu mendorong sentra-sentra pembangunan masyarakat
melalui lembaga pendidikan.
Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.
10 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
B. Administrasi dan Manajemen
Administrasi dan manajemen memiliki arti yang sama yaitu pengelolaan. Indonesia menganut
pendapat bahwa administrasi lebih luas dari manajemen. Hal ini merupakan pengaruh dari
Belanda yang berpendapat bahwa meskipun proses atau fungsi manajemen sama dengan fungsi-
fungsi administrasi, tetapi administrasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari manajemen.
Hal ini terbukti pada penggunaan istilah “Administrator Perkebunan” pada jabatan direktur
utama di Perusahaan Perkebunan dan penggunaan istilah manajer pada sub ordinatnya, seperti
Manajer Keuangan, Manajer Personalia dan sebagainya. Dalam hal ini Administrator Perkebunan
berperan sebagai Direktur Utama, lalu Manajer Keuangan dan Manajer Personalia berperan
sebagai Direktur Keuangan dan Direktur Personalia.
Adanya Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia
menganut pendapat bahwa administrasi lebih luas dari pada manajemen.
Siagian (1982:16) mengemukakan bahwa:
“Administrasi sebagai suatu keseluruhan proses kerjasama antara dua
orang atau lebih yang didasarkan atas alasan-alasan tertentu dalam
upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Bandingkan dengan pendapat Hersey dan Blanchard (1982, 17) tentang manajemen:
“Management as working with and through individuals and groups to
accomplish organization goals.”
Pendapat Hersey dan Blanchard bahwa manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
orang-orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan, tidak jauh berbeda dengan pendapat
Siagian tentang administrasi.
Itulah sebabnya penulis mengemukakan bahwa administrasi adalah manajemen yang
kemudian sering disebut dengan istilah pengelolaan, tetapi Indonesia menganut pendapat bahwa
administrasi memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada manajemen. Sedangkan di Amerika
istilah manajemen diartikan sebagai memiliki ruang lingkup yang sama dengan administrasi, oleh
karena itulah ada istilah administrasi pendidikan yang maksudnya adalah manajemen pendidikan.
Dalam menggambarkan bahwa administrasi lebih luas dari manajemen, Siagian (1997:5)
sebagai pakar administrasi negara dari LAN mengemukakan bahwa:
Namun, meskipun Indonesia menganut pendapat bahwa administrasi lebih luas dari
manajemen, tetapi dalam prakteknya hal ini tidak di patuhi oleh lembaga-lembaga yang ada di
Indonesia.Salah satu bukti adalah penggunaan istilah administrasi kesiswaan, administrasi guru,
“Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Dengan demikian dapat pula
dikatakan bahwa manajemen merupakan alat pelaksana utama
administrasi”.
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 11
administrasi sarana dan prasarana pada kegiatan ketatausahaan atau kesekretariatan lembaga
pendidikan.
Penggunaan istilah “administrasi guru” dan administrasi kesiswaan” pada lingkup manajemen
sekolah dapat diartikan bahwa administrasi lebih sempit dibanding manajemen.Hal ini
bertentangan dengan ketetapan LAN bahwa administrasi lebih luas dari manajemen, bukan
sebaliknya. Oleh karena itu sebaiknya, istilah “administrasi murid” atau “administrasi guru” diganti
dengan katatausahaan murid dan ketatausahaan guru atau kesekretariatan murid,
kesekretariatan sarana prasarana dan sebagainya.
Administrasi atau manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan,
pengawasan, evaluasi dan fungsi-fungsi lainnya dari manajemen,dalam suatu organisasi atau
lembaga dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Stoner (1981:17) mengemukakan bahwa:
“Management is the process of planning, organizing, leading, and
controlling the efforts of organizing members and of using all other
organizational resources to achieve state organization goals.”
Menurut Stoner, manajemen adalah proses atau kegiatan dari fungsi-fungsi manajemen
terhadap semua sumber daya yang ada dalam organisasi atau komponen-komponen dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Demikian juga De Cenzo dan Robbin (1999:5)
mengemukakan pendapat yang sama yaitu:
“Management is the process of efficiently achieving the objectives of the
organization with and through people.”
Gambaran tentang manajemen yang merupakan proses juga dikemukakan oleh Harold
Koontz, Cyrill O’Donnel bahwa:”……management is the function of getting things done through
people”.Lebih jauh, fungsi-fungsi apa dari manajemen yang dilakukan terhadap komponen atau
sumber daya organisasi, Terry (1986:4) mengemukakan:
Seluruh fungsi-fungsi manajemen bersifat proses, seperti proses perencanaan (planning),
proses pengorganisasian (organizing), proses penggerakkan (actuating), proses pengawasan
(controlling), proses evaluasi (evaluating), proses pengarahan (directing) terhadap komponen-
komponen organisasi atau lembaga.
Komponen-komponen apa yang perlu dikelola dalam suatu organisasi atau lembaga
pendidikan?
C. Manajemen dan Organisasi
Manajemen dan organisasi merupakan dua kata yang sering bergandengan, tetapi kedua kata
itu berbeda sifat. Kata manajemen sesuai dengan fungsi-fungsinya bersifat “proses” atau
“Manajemen merupakan sebuah sebuah proses yang khas, yang terdiri
atas tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian menggerakkan,
dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia serta sumber-sumber lain”.
12 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
“kegiatan”, yaitu proses perencanaan (planning), proses pengorganisasian (organizing), proses
penggerakkan (actuating), proses pengawasan (controlling), proses evaluasi (evaluating) dan
sebagainya. Jadi manajemen atau pengelolaan adalah proses atau kegiatan dan bukan “kata
benda”, melainkan “kata kerja”.
Kata organisasi mengarah pada kata benda atau yang dibendakan, misalnya organisasi
sekolah, organisasi masyarakat, organisasi politik, dan sebagainya.Organisasi merupakan wadah
tempat manajemen berlangsung, misalnya manajemen sekolah, manajemen perusahaan,
manajemen bank, manajemen koperasi, manajemen pemerintah daerah, dan sebagainya.
Organisasi sebagai wadah (mechanical organization) relatif stabil dalam bentuk struktur
organisasi. Struktur organisasi merupakan jabatan-jabatan secara hirarkis yang ditempati orang-
orang yang akan bekerja sama untuk mengupayakan pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dalam penetapan staff (staffing) untuk masing-masing posisi dalam struktur organisasi dikenal
istilah the right man on the right place, artinya kualifikasi dan kompetensi orang-orang yang akan
ditempatkan harus sesuai dengan tuntutan jabatan.
Selanjutnya agar orang-orang dalam organisasi dapat bekerja sama, maka mereka diberi
peran dan fungsi dalam bentuk uraian jabatan, pekerjaan dan tugas, yang dikenal sebagai
“TUPOKSI” (tugas pokok dan fungsi).
Berdasarkan peran orang-orang dalam struktur organisasi, mereka saling interaksi, saling
terhubung, saling ketergantungan dalam sistem organisasi.Dengan demikian organisasi dapat
dipandang dari dua hal, pertama sebagai wadah dalam bentuk sturktur organisasi yang relatif
stabil, yang terdiri dari komponen-komponen organisasi.Kedua, organisasi sebagai proses
interaksi antara komponen aktif (manusia) dan komponen pasif, sehingga organisasi berfungsi
sebagai sistem dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sekolah dan madrasah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah pada jalur
formal, berdasarkan Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas).Pada Undang-undang Sisdiknas tahun 1989 madrasah termasuk pada pendidikan luar
sekolah. Istilah jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah pada Undang-undang
Sisdiknas tahun 1989 diubah menjadi jalur pendidikan formal, jalur pendidikan non formal dan
jalur pendidikan informal, pada Undang-undang Sisdiknas Tahun 2003.
Secara kelembagaan semua satuan pendidikan di ketiga jalur tersebut, akan membutuhkan
komponen yang sama, yaitu komponen kurikulum, siswa, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana prasarana, dan dana, dalam lingkungan dimana lembaga pendidikan tersebut berada.
Sekolah dan madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki konotasi peran dan fungsi di
lingkungan masyarakat dimana sekolah berada.
Ada dua peran dan fungsi sekolah, yaitu peran progresif dan konservatif.Sekolah harus dapat
berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat (social development center) dalam peran
progresifnya, sedang dalam peran konservatifnya sekolah harus dapat melestarikan budaya
bangsa yang sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional.
Pada waktu negara sedang dilanda 1001 krisis, sebenarnya sekolah dan madrasah memiliki
peran penting dalam membentengi kehancuran negara akibat krisis moral.Sekolah seharusnya
dapat berfungsi sebagai pusat pembangunan karakter bangsa.
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 13
Sekolah sebagai “lembaga” pendidikan memiliki konotasi bahwa organisasi sekolah merupakan
organisasi kreatif yang tumbuh dan berkembang, karena anggota organisasi adalah guru-guru
profesional yang selalu belajar untuk membangun hari esok yang lebih baik dari hari ini.
Lembaga pendidikan seharusnya merupakan “learning organization” dan “creative
organization”.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan sistem organisasi terbuka (open system)
yang memiliki sub sistem atau komponen-komponen pendidikan. Sekolah merupakan wadah bagi
keterlaksanaannya manajemen yang kemudian disebut sebagai manajemen sekolah.
Struktur Organisasi Sekolah
Struktur organisasi dapat digambarkan dalam gambar berikut:
Gambar2.1: Struktur Organisasi Sekolah
Gambar2.1 menggambarkan struktur organisasi “line and staff” meskipun sebenarnya kepala
sekolah kepada guru tidak murni memiliki “kewenangan komando”.
Bisa juga struktur organisasi sekolah menggunakan “matriks” sebagai berikut:
Gambar2.2: Organisasi Matriks di Sekolah Menengah Kejuruan
Manajer Kurikulum
Manajer Kesiswaan
Manajer Humas
PKS Bid. Kesiswaan
1. Kesiswaan 2. Sarana-Prasarana 3. Keuangan 4. Kepegawaian 5. Surat Menyurat
Kepala Sekolah Administrator Pendidikan
PKS Bid. Kurikulum
Humas 4 3 2 1
Kepala Tata Usaha
Guru
5
ManajerPembelajaran
14 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Dalam gambar2.2 garis komando dari kepala sekolah hanya kepada Kepala Tata Usaha dan
PKS (Pembantu Kepala Sekolah).Garis kepala sekolah kepada guru merupakan garis koordinasi
karena guru bukan “bawahan” kepala sekolah melainkan mitra kerja. Guru merupakan Tenaga
Fungsional yang profesional, sehingga meskipun dalam gambar2.1 dan gambar2.2 guru berada
dibawah kepala sekolah tetapi guru bukan bawahan kepala sekolah.
Sekolah sebagai Lembaga Layanan
Sekolah sebagai lembaga layanan (service industry) merupakan piramida terbalik (lihat
gambar2.3).Administratorsekolah sebagai “pemimpin” lembaga pendidikan berada dibagian
terbawah dari piramida organisasi sehingga menjadi “tumpuan” dari manajemen sekolah yang
terdiri dari para wakil dan atau pembantu kepalasekolah, serta kepala tata usaha dan stafnya.
Guru, sebagai kelompok fungsional, adalah “pelanggan dalam” atau internal customersyang
harus mendapat pelayanan dari pemimpin lembaga beserta manajemennya. Siswa dan orang tua
siswa serta masyarakat adalah “pelanggan luar” atau external customersyang harus mendapatkan
layanan, baik dari guru maupun dari pimpinan lembaga dan manajemen.
Keberhasilan pelaksanaan MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) terlihat
dari adanya mutu pendidikan, baik dalam bentuk quality in fact, yaitu kesesuaian profil
kemampuan lulusan dengan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, maupun quality in
perception yaitu kepuasan pelanggan, khususnya siswa dan orang tua siswa serta masyarakat
pada umumnya, atau kualitas lulusan yang dipersepsikan oleh mereka.
(A) (B)
Gambar2.3 : Piramida Organisasi Industri (A) dan Organisasi Layanan (B)
Gambar2.3 (A) bisa digunakan oleh organisasi manufaktur seperti pabrik atau perusahaan
dimana struktur organisasi “line and staff” dapat digunakan secara keseluruhan.Sedangkan
sekolah yang merupakan lembaga layanan, menggunakan struktur organisasi dengan piramida
terbalik (gambar 2.3 [B]).
Direktur
Wk Direktur
Manajer Operasional
Operator
Guru
Siswa
PKS
Kepsek
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 15
Manajemen dan Personalia Pendidikan di Sekolah
Manajemen sekolah merupakan proses pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen terhadap
komponen-komponen pendidikan di sekolah.
Apabila fungsi-fungsi manajemen kita pilih (A) Perencanaan, (B) Pengorganisasian, (C)
Penggerakan, (D) Pengawasan dan (E) Evaluasi, serta komponen pendidikan di sekolah kita
tetapkan: (1) Kurikulum, (2) Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Personalia), (3) Siswa, (4)
Sarana dan Prasarana, (5) Keuangan, dan (6) Lingkungan, maka ruang lingkup manajemen
sekolah dapat digambarkan dalam matriks berikut ini:
Fungsi
Manajemen
Komponen
Pendidikan Pere
nca
naan
(A)
Pengorg
anis
asi
an
(B)
Penggera
kkan
(C)
Pengaw
asa
n
(D)
Evalu
asi
(E)
1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1
2. Personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2
3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3
4. Sarana prasarana A.4 B.4 C.4 D.4 E.4
5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5
6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6
Tabel2.1:Ruang Lingkup Manajemen Sekolah
Matriks dalam tabel 2.1 di atas menggambarkan bahwa kegiatan A1, B1, C1, D1 dan E1,
adalah kegiatan manajemen kurikulum, demikian juga kegiatan A2 hingga E2 adalah kegiatan
manajemen personalia. Dengan demikian matriks dalam tabel 2.1 tersebut menggambarkan
ruang lingkup kegiatan manajemen sekolah dengan kegiatan yang dimulai dari A1 yaitu
perencanaan kurikulum hingga E6 yaitu evaluasi lingkungan. Dengan kata lain manajemen
sekolah meliputi:
Manajemen kurikulum (program pendidikan),
Manajemen kesiswaan,
Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan (personalia),
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan (fasilitas),
Manajemen keuangan, dan
Manajemen hubungan masyarakat (humas).
Tabel 2.1 terdahulu menggambarkan ruang lingkup manajemen sekolah. Keenam jenis
manajemen sekolah ada penanggungjawabnya atau manajernya seperti yang digambarkan dalam
tabel 2.2 berikut ini:
16 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Fungsi
Komponen
Pere
nca
naan (
A)
Pengorg
anis
asi
an (
B)
Penggera
kkan (
C)
Pengaw
asa
n (
D)
Evalu
asi
(E)
Bidang-
bidang
manajemen
sekolah
Penang-
gung
Jawab
1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 Manajemen
Kurikulum
PKS Bidang
Kurikulum
2. Personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 Manajemen
Personalia
KTU
3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 Manajemen
Kesiswaan
PKS
Kesiswaan
4. Sarana
Prasarana
A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 Manajemen
Fasilitas
KTU
5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 Manajemen
Keuangan
KTU
6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6 Manajemen
Lingkungan
PKS Humas
Tabel 2.2: Ruang Lingkup Manajemen Sekolah dan Penanggung Jawabnya
Baris pertama menggambarkan ruang lingkup manajemen kurikulum dengan fungsinya A1,
B1, C1, D1 dan E1, dan penanggung jawabnya adalah Pembantu Kepala Sekolah (PKS) Bidang
Kurikulum.Baris ketiga menggambarkan ruang lingkup manajemen kesiswaan dengan
penanggung jawabnya PKS Kesiswaan.
Baris kedua, keempat, dan kelima menggambarkan ruang lingkup manajemen personalia,
manajemen fasilitas, dan manajemen keuangan dengan penanggung jawabnya adalah Kepala
Tata Usaha (KTU) Sekolah.
Baris keenam menggambarkan ruang lingkup manajemen lingkungan dengan penanggung
jawabnya PKS Bidang Humas
Seluruh kegiatan manajemen sekolah sudah ada penanggungjawabnya. Semua kegiatan
manajemen pendidikan di sekolah sudah ada manajernya, selanjutnya apa peran dan fungsi
Kepala Sekolah?
Kalau seluruh kegiatan dalam kolom horizontal sudah ada manajernya, siapa yang akan
mengkoordinasikan perencanaan sekolah yaitu kegiatan A1, A2 s/d A6?
Siapa pula yang akan mengkoordinasikan kegiatan B1 s/d B6, C1 s/d C6, D1 s/d D6 dan E1
s/d E6?
Semua itu menjadi tanggung jawab Kepala Sekolahsebagai Administrator Sekolah, yaitu:
A. Merencanakan sekolah
B. Mengorganisasikan sekolah
C. Menggerakkan sekolah
D. Mengawasi sekolah
E. Mengevaluasi sekolah
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 17
Sehingga tabel 2.2 dapat disempurnakan menjadi tabel 2.3 berikut ini:
Fungsi Komponen
Pere
nca
naan (
A)
Pengorg
ani-
sasi
an (
B)
Penggera
kkan (
C)
Pengaw
asa
n (
D)
Evalu
asi
(E) Bidang-
Bidang Manajemen
Sekolah
Penanggung Jawab
1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 Manajemen Kurikulum
PKS Bidang Kurikulum
2. Personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 Manajemen Personalia
KTU
3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 Manajemen Kesiswaan
PKS Kesiswaan
4. Sarana Prasarana
A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 Manajemen Fasilitas
KTU
5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 Manajemen Keuangan
KTU
6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6 Manajemen Lingkungan
PKS Humas
Sekolah
Vis
i, M
isi, t
uju
an
Penst
ruktu
ran,
Penst
affan, Pera
n d
an
Fungsi
Kom
unik
asi
,
mem
otivasi
Pengendalia
n,
pengaw
asa
n
Pem
eca
han m
asa
lah,
pengem
bila
n
keputu
san
Administrasi Sekolah
Kepala Sekolah sebagai
Pemimpin Pendidikan
dan Administra-tor Sekolah
Tabel 2.3:Hubungan Antara Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah
Berdasarkan tabel 2.3tersebut, terlihat jelas bahwa administrasi sekolah meliputi manajemen
kurikulum, manajemen personalia, manajemen siswa, manajemen sarana prasarana, manajemen
keuangan dan manajemen lingkungan sekolah.
Sesuai dengan pendapat LAN (Lembaga Administrasi Negara) bahwa administrasi lebih luas
dari manajemen, meskipun memiliki fungsi-fungsi yang sama dengan manajemen.
Dengan demikian maka Kepala Sekolah, seperti halnya di Perkebunan dimana pimpinan
tertinggi disebut sebagai Administrator Perkebunan, maka Kepala Sekolah adalah
AdministratorSekolah.Dapat juga disebut sebagai Direktur Sekolah, karena Kepala Sekolah
bertanggung jawab dalam menetapkan arah (direction) dari sekolah melaluipenetapan visi, misi
dan tujuan sekolah.
D. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan di Sekolah
Tabel 2.3 menggambarkan bahwa manajemen pendidikan di sekolah tidak terlepas dari
administrasi pendidikan yang menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah. Administrasi pendidikan di
sekolah berdasarkan tabel 2.3 tersebut adalah:
Perencanaan sekolah
Pengorganisasian sekolah
Penggerakkan sekolah
Pengawasan sekolah, dan
Evaluasi sekolah.
18 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Administrasi sekolah juga meliputi:
Manajemen Kurikulum
Manajemen Personalia Pendidikan
Manajemen Kesiswaaan
Manajemen Sarana-Prasarana Pendidikan
Manajemen Keuangan, dan
Manajemen Hubungan Masyarakat.
Uraian ini menggambarkan bagaimana hubungan kepemimpinan pendidikan dengan
manajemen.Kepala Sekolah berperan sebagai administrastator pendidikan di sekolah atau yang
biasa kita sebut sebagai pemimpin sekolah.Dalam hal ini peran Kepala Sekolah sebagai pemimpin
pendidikan di sekolah (school-leader) tidak bisa terlepas dengan perannya sebagai manajer
(administrator) pendidikan di sekolah.
Dengan demikian peran kepemimpinan pendidikan di sekolah tidak bisa lepas dari fungsi-
fungsi manajemen, seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini:
No Peran Kepala Sekolah
sebagai Administrator
Peran Kepala Sekolah sebagai
Pemimpin Pendidikan
1 Perencanaan sekolah Menetapkan arah organisasi, melalui
perumusan visi, misi, strategi dan
tujuan
2 Pengorganisasian sekolah Membangun organisasi pembelajaran
yang kreatif (learning &creative
organization)
3 Menggerakkan organisasi
sekolah
Memotivasi staff, mengubah mind set
dan motivasi staff
4 Mengawasi penyelenggaraan
pendidikan di sekolah
Mengendalikan organisasi sekolah
agar lebih cepat (acceleration)
5 Mengevaluasi sekolah Pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan
Tabel 2.4: Peran Kepala Sekolah sebagai Administrator dan Pemimpin Pendidikan
Apa perbedaan antara pemimpin dan manajer atau administrator?
Seseorang bisa menjadi seorang pemimpin tanpa menjadi manajer contohnya tokoh
masyarakat (informal leader).Sebaliknya seseorang bisa menjadi manajer tanpa harus menjadi
pemimpin contohnya akuntan.
Ada pendapat bahwa memimpin tidak sama dengan mengelola, seperti yang dikemukakan
Gary Yukl (2002:5) dengan mengutip pendapat Bennis and Nanus (1985) dan Zaleznik (1977)
bahwa:“…leadership and management are qualitatively different and mutually exclusive..”
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 19
Kepemimpinan dan manajerial itu berbeda, sehingga Yukl (2002) mengemukakan bahwa
kepemimpinan dan kemampuan manajemen keduanya tidak akan dimiliki oleh orang yang sama.
Artinya, seorang yang memiliki kemampuan memimpin tidak akan baik bila diberi beban menjadi
manajer, demikian pula sebaliknya. Lebih jauh Yukl (2002) menjelaskan bahwa ada orang yang
memiliki kemampuan memimpin dan ada orang yang memiliki kemampuan mengelola. Tetapi
tidak akanada orang yang akan memiliki keduanya, karena pemimpin akan memiliki sistem nilai
dan kepribadian yang berbeda dengan manajer.
Seorang manajer memiliki sistem nilai yang relatif stabil, keteraturan, dan efisien, sedangkan
seorang pemimpin memiliki sistem nilai yang fleksibel, adaptif, dan normatif.
Lebih jauh Gary Yukl (2002:5) mengutip pendapat Bennis dan Nanus (1985) mengemukakan
bahwa:”Manajer are people who do things right and leader are people who do the right things”.
Manajer adalah orang yang melaksanakan pekerjaan dengan benar, sesuai dengan rencana
dalam organisasi, dan menggerakkan orang-orang dalam organisasi, dikendalikan, dievaluasi agar
tujuan organisasi tercapai.Gerakan atau kecepatan organisasi dalam mencapai dan mengejar
tujuan telah ditetapkan dalam rencana.Standar mutu proses dan hasil, gerakan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan pemimpin mengerjakan hal-hal yang benar, yang baik, yang kadang-kadang tidak
sesuai benar dengan rencana awal, tetapi demi percepatan (acceleration) pencapaian tujuan ia
laksanakan.
Apakah benar bahwa kepemimpinan dan kemampuan manajemen itu dua hal yang berbeda,
sehingga tidak dapat dilakukan oleh orang yang sama?
Orang boleh berteori, bahwa leader (pemimpin) dan manajer tidak dapat dijabat oleh satu
orang yang sama.
Bagaimana implementasinya?
Dalam organisasi besar seperti partai politik dan organisasi massa, maka teori tersebut dapat
digunakan dengan baik. Seorang pemimpin partai politik, tidak perlu melakukan manajemen
partai karena motor penggeraknya adalah sekretaris jenderal partai yang menetapkan kecepatan
(velocity) gerakan partai mencapai tujuannya. Pemimpin partai menetapkan percepatan
(acceleration) gerakan partai.
Demikian juga di organisasi massa seperti ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia),
Sekretaris Jenderal ICMI yang mengelola organisasi massa tersebut, dengan segala perangkat
organisasi yang ada dibawahnya.
Bagaimana halnya di lembaga pendidikan?Apakah teori tersebut dapat digunakan di sekolah?
Apakah diperlukan jabatan pemimpin sekolah yang terpisah dari jabatan manajer sekolah?
Pada tingkat Dinas Pendidikan Kota Kabupaten dan Propinsi, saat ini sudah muncul jabatan
Sekretaris Dinas Pendidikan disamping Kepala Dinas, apakah Kepala Dinas berperan sebagai
pemimpin dan Sekretaris berperan sebagai manajer?
Kepala Dinas dan sekretarisnya dapat saja berperan sebagai pemimpin dan manajer
mengingat luasnya wilayah dan besarnya organisasi Dinas Pendidikan, tetapi bagaimana dengan
sekolah?
20 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Menyimak perjalanan perusahaan perkebunan yang sudah ada sejak zaman penjajahan
Belanda dulu, bahwa pimpinan tertinggi dari perusahaan disebut administrateur perkebunan dan
membawahi manajer-manajer, maka peran pemimpin (leader) dirangkap oleh administrator yang
berfungsi sebagai “manajer” perkebunan dengan ruang lingkup yang lebih luas dari manajer–
manajer dibawahnya seperti manajer keuangan dan sebagainya.
Pola ini dapat diterapkan dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, sehingga Kepala Sekolah
menjadi pemimpin pendidikan (leader) dan juga administrator pendidikan di sekolah yang
membawahi manajer kurikulum, manajer kesiswaan, dan sebagainya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Mintzberg (1973) yang dikutip oleh Yukl (2002:6) bahwa
kepemimpinan merupakan satu dari sepuluh peran manajer. Artinya, bahwa kepemimpinan
merupakan salah satu peran dari manajer, namun merupakan peran utama dari manajer seperti
yang dapat digambarkan dalam gambar berikut ini:
Gambar2.4diatas menggambarkan bahwa kepemimpinan merupakan inti dari manajemen dan
komunikasi merupakan inti dari kepemimpinan.
Gambar2.4 sejalan dengan pendapat Yukl (2002:14) yang menggambarkan tingkat proses
kepemimpinan dalam organisasi yang digambarkan dalam gambar berikut:
Gambar 2.5: Levels of Conceptualization for Leadership Processes (Yukl, 2002:14)
Proses intra individu pemimpin adalah kinerja pemimpin hasil kompetensi kepribadian, sosial,
manajerial, kewirausahaan dan supervisi.
Proses dyadic adalah proses komunikasi antara pemimpin dengan orang-orang dalam
organisasi, dengan tujuan agar orang-orang dalam organisasi dapat bekerja dengan
menggunakan semua potensi yang dimilikinya dan membangun organisasi pembelajaran
(learning organization) yang kreatif (creative organization).
Komunikasi dalam kelompok (group processes) didorong oleh pemimpin baik dalam
pertemuan formal maupun informal agar dapat membangun organisasi yang solid.
Manajem
en
Kepemimpinan
Komunik
asi
Gambar 2.4: Hubungan Antara Manajemen dan
Kepemimpinan
Organization
Group
Dyadic
Individual
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 21
Sedangkan proses organisasi (organizational processes) merupakan komunikasi
antarkelompok dalam organisasi dengan masyarakat sekeliling terkait dengan fungsi open
system dari organisasi.
Hubungan antara kepemimpinan (leadership) dengan manajemen dalam peran dan fungsi
kepala sekolah seperti yang digambarkan dalam tabel 2.3.
Hal ini sejalan dengan pendapat Kotter (1990) yang dicuplik oleh Yukl (2002:6) bahwa:
Management seeks to produce predictability and order by (1) setting operational goals, establishing action plans with timetables, and allocating resources; (2) organizing and staffing (establishing structure, assigning people to jobs); and (3) monitoring results and solving problems. Leadership seeks to produce organizational change by (1) developing a vision of the future and strategies for making necessary changes, (2) communicating and explaining the vision, and (3) motivating and inspiring people to attain the vision.
Perbedaan manajemen dan kepemimpinan dilihat dari proses dan hasilnya adalah bahwa
manajemen berupaya mencapai hasil yang dapat diprediksi keteraturannya melalui:
1) Menetapkan sasaran, program kerja dan sarana pendukung
2) Mengorganisasikan, menetapkan staff dan peran & fungsinya
3) Monitoring dan evaluasi hasil serta memecahkan masalah
Sedangkan kepemimpinan berupaya mengubah dan mengembangkan organisasi melalui:
1) Menetapkan visi, misi dan strategi
2) Mengkomunikasikan visi secara internal dan eksternal
3) Memotivasi dan memberi inspirasi orang-orang dalam organisasi untuk mencapai visi
Manajemen dan kepemimpinan kedua-duanya menetapkan apa yang harus dilaksanakan,
membuat jaringan kerja dan berusaha untuk menjamin semua proses berjalan mencapai dan
memperoleh tujuan yang ditetapkan. Yukl (2002:41) menggambarkan empat proses utama dalam
manajemen seperti yang digambarkan dalam gambar berikut:
Gambar2.6: Four Primary Processes in Managing (Yukl, 2002:41)
Keempat proses utama manajemen dalam gambar tersebut juga merupakan peran seorang
pemimpin, khususnya influence dan decision making.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:
Decision Making
Influencing Exchanging information
Building relationships
22 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Kepemimpinan merupakan bagian integral dan inti dari manajemen. Allah Swt.
menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin dimuka bumi (Q.S. Al Baqarah [2]:30)
dan me-manage dirinya, menentukan jalan hidupnya (way of life), menentukan visi,
misi dan tujuan hidup keluarganya agar berbahagia di dunia dan akhirat.
Dalam organisasi kecil seperti sekolah dan organisasi menengah seperti perusahaan
perkebunan, kepemimpinan dan manajemen (administrasi) dijabat satu orang. Kepala
sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah dan juga sebagai administrator
sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah merupakan direktur (director) sekolah dan
juga principal.
Administrator perkebunan merupakan pemimpin perusahaan perkebunan.
Pada organisasi besar seperti partai politik dan organisasi massa kepemimpinan
dijabat oleh seorang pemimpin yang bisa disebut sebagai Ketua Umum dan
manajemen organisasi partai atau organisasi massa dijabat oleh sekretaris yang
disebut sebagai Sekretaris Jenderal. Secara umum kita mengenal istilah Ketua Umum
Partai, Sekretaris Jenderal Partai, dan contoh lain misalnya Ketua Umum ICMI serta
Sekjen ICMI.
E. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management/TQM)
Manajemen berbasis sekolah dengan menggunakan pendekatan total quality management
(TQM) dapat disebut sebagai manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah
(MPMBS).
Total quality management adalah pengembangan dan peningkatan dari quality assurance.
TQM is about creating a quality culture where the aim of every
member of staff is to delight their customers and where the structure
of their organization allows them to do so (Sallis, 1993:26).
TQM merupakan penciptaan budaya mutu, yaitu semua orang dalam organisasi berorientasi
pada kepuasan pelanggan, untuk memperoleh standar mutu yang dipersepsikan oleh
pelanggan.Artinya semua orang berusaha untuk mencapai hasil dengan standar mutu yang
ditetapkan sebelumnya (Quality in Fact) dan juga mutu dalam pandangan pelanggan (Quality in
Perception).
TQM terjadi bila sekolah melakukan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan secara
berkesinambungan setelah sekolah melakukan manajemen jaminan mutu (TQA).
TQM Continuous
Improvement
Prevention
Quality
Assurance Quality
Control Detection
Inspection
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 23
Gambar2.7: Hierarkhi dan Pertumbuhan Konsep Kualitas
Sallis mengemukakan bahwa:
TQM is a philosophy of continuous improvement, which can provide any
educational institution with a set of practical tools for meeting and
exceeding present and future costumer needs, wants and expectations
(Sallis, 1993:34).
Sallis mengemukakan bahwa TQM merupakan filosofi tentang peningkatan yang berkelanjutan
yang memungkinkan lembaga pendidikan meraih harapan pelanggan pada saat ini maupun masa
depan. Pendapat Sallis ini sejalan dengan fungsi progresifnya sekolah sebagai pusat
pembangunan masyarakat yang berorientasi kemasa depan.
Proses peningkatan mutu yang dilakukan secara berkesinambungan pada kegiatan
manajemen sekolah dapat disebut sebagai manajemen mutu terpadu atau total quality
manajemen (TQM).
Pertumbuhan Konsep Mutu
Quality control merupakan konsep mutu yang paling tua, yaitu meliputi pendeteksian dan
pengukuran komponen atau aspek-aspek dari produk akhir yang tidak sesuai dengan standar,
yang dilaksanakan oleh quality controllers atau inspectors. Inspeksi dan testing atau ujian banyak
dilakukan dalam dunia pendidikan untuk mengukur dan menetapkan apakah hasil pendidikan
memenuhi standar yang ditetapkan dalam kurikulum atau tidak.Contoh implementasinya adalah
Ebtanas, UAN atau UN.
Quality assurance (total quality assurance-TQA) terjadi apabila quality control dilaksanakan
pada saat sebelum proses, dan juga dalam proses, serta akhir dari proses. Pengontrolan mutu
dalam proses dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa barang diproduksi sesuai dengan prosedur
dan tahap-tahap yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, quality assurance is a
means of producing defects and fault free products, atau zero defects atau getting things right
first time and every time. Artinya dalam dunia pendidikan adalah bahwa quality assurance
merupakan sarana untuk menyelenggarakan pendidikan “bebas dari kesalahan” dan hasilnya
adalah quality standards, atau standar kompetensi yang dimiliki para lulusannya.
Apakah TQAdapat digunakan dalam manajemen pendidikan?
Dalam proses jaminan mutu di organisasi manufaktur misalnya pada sebuah pabrik mobil
maka “standar mutu” diterapkan pada bahan mentah (raw input), proses produksi dan quality
control pada hasil. Apakah standarisasi mutu “raw input” dapat diterapkan pada lembaga
pendidikan?
Kalaulah siswa sebagai raw input sekolah harus di-standarisasi seperti bahan mentah suatu
pabrik mobil, misalnya, maka hal itu tidaklah mungkin, karena seleksi siswa baru tidak akan
mungkin menghasilkan siswa yang “standar.” Hal ini sesuai dengan pendapatLynton Graybahwa:
24 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
“Human being are notoriously non-standard and they bring into
educational situation a range of experiences, emotion and opinions
which cannot be kept in the background of the operation. Judging
quality is very different from inspecting the output of a factory, or
judging the service provided by a retail outlet (Sallis, 1993:28).
Calon siswa baru bukankah “raw input” yang dapat distandarisasikan, mereka memiliki
karakteristik yang berbeda, sehingga penerapan TQA di sekolah akan berbeda dengan di pabrik
mobil.
Namun demikian, sekolah tetap harus melakukan “standarisasi” calon siswa baru dengan
melakukan testing masuk, dan memilih mereka yang memenuhi “standar siswa baru.” Upaya
“standarisasi” siswa baru sebagai input tidak dapat disamakan dengan standarisasi bahan mentah
(raw input) bagi suatu produk mobil, misalnya. “Standar siswa baru” adalah mereka yang
memiliki kompetensi minimal sebagai pra-syarat memasuki sekolah yang merupakan lanjutan dari
sekolah sebelumnya.Dengan standar proses dalam pembelajaran, maka lulusannya diharapkan
akan memiliki standar kompetensi yang sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengontrolan mutu dalam dunia pendidikan pada masa dulu adalah dengan inspeksi, sehingga
dikenal pejabat pengawas mutu yaitu inspektur sekolah (school inspector).Pada era Kurikulum
1994, pengontrolan mutu pendidikan dilakukan dengan tes tengah semester, tes akhir semester,
dan tes akhir tahun. Siswa yang lulus dalam ujian akhir yang dilakukan secara nasional (Ebtanas,
UAN) diberikan STTB.
Pada era ini, orang-orang berlomba untuk mendapatkan ijazah, siswa berusaha lulus ujian
akhir dan mendapatkan STTB dengan nilai tinggi. Demikian pula masyarakat berupaya
mendapatkan ijazah S1, S2 dan bahkanS3 dengan pengorbanan yang serendah-rendahnya,
sehingga tidak heran bila muncul lembaga yang langsung dapat me”wisuda” S1, S2 atauS3 dengan
gelar dari luar negeri, tanpa kuliah.Gelar menjadi status diri seseorang bukan manfaat dirinya
bagi masyarakat seperti sabda RasulullahSaw.bahwamanusia yang baik adalah manusia yang
paling bermanfaat bagi manusia-manusia lainnya. Perlu diingat bahwa seseorang akan
bermanfaat bagi orang lain bila ia memiliki kemampuan.
Tahap kedua dalam pertumbuhan mutu adalah era manajemen jaminan mutu (total quality
assurance). Apabila manajemen kurikulum, manajemen personalia, manajemen fasilitas,
manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, serta hubungan masyarakat dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip manajemen yang benar akan menghasilkan komponen pendidikan yang bermutu.
Demikian juga, bila kepala sekolah melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, dan
dengan komponen-komponen pendidikan yang bermutu, maka sekolah akan bermutu. Sekolah
akan mampu menghasilkan lulusan yang bermutu. Dengan kata lain, sekolah dapat “menjamin
mutu lulusannya” melalui penyelenggaraan pendidikan yang “mutunya terjamin.” Dalam hal ini,
sekolah melaksanakan manajemen jaminan mutu.
Tahap berikutnya dalam pertumbuhan mutu adalah manajemen sekolah dengan pendekatan
mutu terpadu (Total Quality Management-TQM) yaitu manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah (MPMBS). Peningkatan mutu akan terlihat bila sekolah punya titik awal dengan standar
mutu yang ditetapkan dalam upayanya melaksanakan manajemen jaminan mutu (TQA).
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 25
Peningkatan yang berkesinambungan (continuous improvement) dari setiap komponen
pendidikan dalam kepemimpinan pendidikan yang professional merupakan terlaksananya
manajemen mutu terpadu (Total Quality Management). Dengan kata lain, pelaksanaan
manajemen jaminan mutu (TQA), yang dilaksanakan dengan peningkatan mutu secara bertahap
dan berkesinambungan (continuous improvement), merupakan pelaksanaan manajemen mutu
terpadu (TQM). Artinya MPMBS terlaksana apabila sekolah telah melakukan upaya standardisasi
mutu, atau jaminan mutu sesuai dengan kemampuan sekolah saat itu dan kemudian sekolah
meningkatkan mutunya secara bertahap dan berkesinambungan.
Manajemen Jaminan Mutu (Total Quality Assurance/TQA)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) bahwa Pemerintah dan Masyarakat bertanggung jawab atas
penjaminan mutu pendidikan.
Berdasarkan Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tersebut sekolah wajib melaksanakan
Manajemen Jaminan Mutu (Total Quality Assurance/TQA).
Apa yang disebut mutu pendidikan?
Pasal 1 ayat 1 Permendiknas No. 63 Tahun 2009 menetapkan bahwa:
Selanjutnya pasal 2 ayat 2 menetapkan apa yang dimaksud dengan penjaminan mutu yaitu:
Salah satu tujuan penjaminan mutu adalah terbangunnya budaya mutu pendidikan formal,
non formal dan informal (pasal 2 ayat 2[a]) berdasarkan paradigma yang ditetapkan pada pasal 3
ayat 1 sebagai berikut :
Mutu Pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang
dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional.
Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu
oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggaraan satuan atau
program pendidikan, pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat
untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan bangsamelalui
pendidikan.
Penjaminan mutu pendidikan menganut paradigma :
a. Pendidikan untuk semua yang bersifat inklusif dan tidak
mendiskriminasikan peserta didik atas dasar latar belakang apa pun;
b. Pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik yang
memperlakukan, memfasilitasi, dan mendorong peserta didik
menjadi insan pembelajar mandiri yang kreatif, inovatif, dan
berkewirausahaan; dan
c. Pendidikan untuk perkembangan, pengembangan, dan/atau
pembangunan berkelanjutan (education for sustainable
development), yaitu pendidikan yang mampu mengembangkan
peserta didik menjadi rahmat bagi sekalian alam.
26 - Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah
Prinsip-prinsip dalam penjaminan mutu ditetapkan dalam pasal 3 ayat 2 sebagai berikut :
Target utama jaminan mutu di lembaga pendidikan adalah peserta didik hasil dari pendidikan
yang bermutu ditetapkan dalam pasal 4 ayat 1 sebagai berikut:
Ketegasan bahwa sekolah harus melaksanakan ditegaskan pada pasal 5 sebagai berikut:
Sedangkan evaluasi dan super visi terhadap Manajemen Jaminan Mutu yang dilaksanakan
sekolah dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemda Kabupaten dan Kota seperti
yang antara dijelaskan pada pasal 8 ayat 1:
Bagaimana pelaksanaan manajemen jaminan mutu di sekolah?
Penjaminan mutu pendidikan dilakukan atas dasar prinsip :
a. Keberlanjutan;
b. Terencana dan sistematis, dengan kerangka waktu dan target-target
capaian mutu yang jelas dan terukur dalam penjaminan mutu
pendidikan formal dan nonformal;
c. Menghormati otonomi satuan pendidikan formal dan nonformal;
d. Memfasilitasi pembelajaran informal masyarakat berkelanjutan
dengan regulasi Negara yang seminimal mungkin;
e. SPMP merupakan system terbuka yang terus disempurnakan secara
berkelanjutan.
Tingginya kecerdasan kehidupan manusia dan bangsa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mengacu pada mutu kehidupan
manusia dan bangsa Indonesia yang komprehensif dan seimbang yang
mencakup sekurang-kurangnya:
a. Mutu keimanan, ketakwaan, akhlak, budi pekerti, dan kepribadian;
b. Kompetensi intelektual, estetik, psikomotorik, kinestetik, vokasional,
serta kompetensi kemanusiaan lainnya sesuai dengan bakat, potensi,
dan minat masing-masing;
c. Muatan dan tingkat kecanggihan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni yang mewarnai dan memfasilitasi kehidupan;
d. Kreativitas dan inovasi dalam menjalani kehidupan;
e. Tingkat kemandirian serta daya saing, dan;
f. Kemampuan untuk menjamin keberkelanjutan diri dan
lingkungannya.
Penjaminan mutu pendidikan formal dan nonformal dilaksanakan oleh
satuan atau program pendidikan.
Pemerintah kabupaten atau kota wajib mensupervisi, mengawasi, dan
mengevaluasi, serta dapat memberi fasilitas, saran, arahan, dan/atau
bimbingan kepada penyelenggara satuan pendidikan sesuai
kewenangannya berkaitan dengan penjaminan mutu satuan pendidikan.
Bab 2 Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah - 27
Manajemen jaminan mutu di sekolah harus dilakukan terhadap semua komponen pendidikan
di sekolah. Artinya adalah bahwa:
Manajemen Kurikulum
Manajemen Personalia
Manajemen Kesiswaan
Manajemen Sarana Prasarana
Manajemen Keuangan, dan
Manajemen Lingkungan
dilakukan dengan pendekatan total quality assurance (TQA), sehingga masing-masing
komponen pendidikan memenuhi standar mutu yang ditetapkan sebelumnya.
Manajemen Jaminan Mutu digambarkan dalam matriks pada tabel 2.5sebagai berikut:
Fungsi
Komponen
Peren- canan
( A )
Peng- Organi- sasian ( B )
Peng-gerak-
kan ( C )
Penga- wasan
( D )
Evaluasi
( E )
Hasil
1. Kurikulum A.1 B.1 C.1 D.1 E.1 Q
2. personalia A.2 B.2 C.2 D.2 E.2 Q
3. Kesiswaan A.3 B.3 C.3 D.3 E.3 Q
4. Sarana Prasarana A.4 B.4 C.4 D.4 E.4 Q
5. Keuangan A.5 B.5 C.5 D.5 E.5 Q
6. Lingkungan A.6 B.6 C.6 D.6 E.6 Q
Sekolah Q Q Q Q Q TQA
Tabel 2.5: Ruang Lingkup Manajemen Pendidikan
Matriks di atas menggambarkan bahwa apabila manajemen kurikulum dilaksanakan dengan
baik, yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip perencanaan dan pengembangan kurikulum,
maka akan diperoleh kurikulum yang berkualitas (Q). Demikian juga halnya apabila manajemen
personalia, manajemen kesiswaan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen keuangan,
dan hubungan masyarakat, dilaksanakan dengan baik akan diperoleh komponen pendidikan yang
berkualitas (Q). Komponen pendidikan yang berkualitas tersebut digambarkan dalam kolom
“Hasil” yaitu Q.
Bila kepala sekolah melaksanakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan staf,
pengawasan dan evaluasi sekolah dengan baik, maka akan diperoleh manajemen sekolah yang
baik yang digambarkan dalam baris sekolah yaitu Q. Kolom Q dan baris Q akan bermuara pada
TQA (Total Quality Assurance), artinya manajemen jaminan mutu terjadi bila kepala sekolah
melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan baik, sehingga menjadikan tumpuan bagi
keberhasilan manajemen semua komponen pendidikan. Dengan kata lain, keberhasilan wakil
kepala sekolah bidang kurikulum, bidang kesiswaan, kepala tata usaha sekolah, dan bidang
humas, akan sangat bergantung pada kepemimpinan kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan.
Pelaksanaan manajemen jaminan mutu (TQA) di sekolah merupakan langkah awal menuju
pelaksanaan manajemen mutu terpadu (TQM), yang dalam konteks manajemen berbasis sekolah
disebut sebagai MPMBS (manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah).