Upload
buianh
View
222
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
A. Pekerja Wanita
1. Pengertian Pekerja Wanita
Pekerja berasal dari kata "kerja" yang berarti perbuatan
melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil, hal
pencarian nafkah.1 Sedang kerja dalam arti luas adalah semua bentuk
usaha yang dilakukan manusia dalam hal materi atau non materi,
intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan
atau keakhiratan.2 Dan mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi
pekerja yang berarti "orang yang bekerja."3
Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan wanita.
Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan bahwa fisik
maupun psikis wanita itu sama dengan pria.4
Wanita di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai perempuan dewasa, kaum putri (dewasa).5 Sedangkan di buku lain
wanita adalah manusia yang berasal dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi
Adam AS.6
Dengan memahami pengertian pekerja dan wanita diatas maka
dapat diketahui siapa pekerja wanita itu. Pekerja wanita adalah wanita
1 Sulhan Yashin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amanah, 1997), hal.
287. 2 Abdul Aziz Al Khayyah, Etika Bekerja dalam Islam, (Jakarta : Gema Insani Pers,
1994), hal, 13. 3 WJB. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1999), hal. 724. 4 Kartini Kartono, Psikologi Wanita Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, (Bandung :
Alumni, 1986), Cet. 3, hal.190. 5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hal. 1.286. 6 Pudjosumedi dan Ahmad Tahrizur Rohim, Islam dan Peranan Wanita Sebagai Ibu
Rumah Tangga dan Tiang Negara, (Solo : Aneka, 1990), hal. 13.
13
yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan
sesuatu kegiatan dan bertujuan mendapatkan hasil. Sehingga wanita untuk
mendapatkan hal itu biasanya banyak dilakukan di luar rumah. Oleh
karena itu, penulis dapat memberikan pengertian bahwa pekerja wanita
adalah perempuan dewasa yang melakukan kegiatan secara teratur atau
berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu sehingga membutuhkan
waktu yang lama untuk melakukannya yang dapat mengurangi waktu
untuk keluarga dengan tujuan untuk menghasilkan atau mendapatkan
sesuatu dalam bentuk benda atau uang untuk kemajuan dalam kehidupan
riil.
2 Pekerja Wanita dalam Pandangan Islam
Di dalam buku Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Abu A'la
Maududi menjelaskan bahwa kaum pria dan wanita berhak untuk
memperoleh kesempatan-kesempatan kerja yang sama.8 Jadi tidak satupun
pekerjaan yang dihalalkan agama diharamkan atas wanita dan hanya
diperbolehkan bagi kaum pria saja.
Zakiah Darajat di dalam bukunya Memposisikan Kodrat
menjelaskan :
Islam telah berperan besar dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan. Kalau dalam masyarakat sebelum datangnya Islam, kaum perempuan diperlakukan sebagai barang yang hampir-hampir tidak mempunyai hak, maka ajaran Islam secara drastis memperlakukan kaum perempuan sebagai manusia yang mempunyai hak-hak tertentu sebagaimana layaknya kaum laki-laki.9
Di dalam buku Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, Muhammad
Koderi berpendapat bahwa "Di dalam ajaran Islam, wanita juga
7 Utami Munandar, Wanita Karier : Tantangan dan Peluang, dalam M. Atho Mudzhar
(eds.), Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan, (Yogyakarta : Sunan Kalijaga Press, 2001), Cet. 1, hal. 303.
8 Abu A'la Maududi, Hak-Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, hal. 81.
9 Zakiah Darajat, Memposisikan Kodrat, (Bandung : Mizan, 1999), Cet. 1, hal. 102-103.
14
mempunyai hak dan kesempatan berkarier dengan tidak melalaikan fungsi
dan kedudukannya sebagai wanita".10
Bahkan Allah telah menyebutkan wanita secara khusus, misalnya
dalam menegaskan wanita yang bekerja yang baik (beramal shaleh) itu
akan mendapatkan pahala dan imbalan tersendiri, tidak hanya menunggu
atau melimpahkan dari laki-laki saja. Misalnya firman Allah :
ومن يعمل من الصلحت من ذكر اوانثي وهو مؤمن فاولئك يدخلون اجلنة وال 11) 124: النساء . (يظلمون نقيرا
"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki atau wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikitpun"(An Nisa' : 124).
Dalam ayat tersebut dapat dipahami, siapapun orangnya baik
laki-laki ataupun wanita yang dapat mengerjakan amal-amal untuk
memperbaiki diri, baik dari segi akhlaq, adab maupun kondisi sosialnya,
sedang hatinya merasa tentram karena beriman, maka orang yang beramal
sholeh dan beriman kepada Allah itu akan masuk surga berkat jiwa dan
ruhnya yang suci.
Di samping disebutkan dalam ayat di atas, Allah swt. juga
berfirman di dalam surat An Nahl ayat 97 :
مهنـزيجلنة وبيوة طيه حنييحفلن منؤموهثى وان ذكراو نا مالحمل صع نم 12)97: النحل . (اجرهم باحسن ما كا نوا يعملون
“Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami Berikan kepadanya Kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami Beri Balasan kepada mereka dengan Pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl : 97).
10 Muhammad Koderi, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, (Jakarta : Gema
Insani, 1999), hal. 66. 11 Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro,
2003), hal. 78. 12 Ibid., hal. 222
15
Dari ayat di atas juga dapat dipahami bahwa laki-laki dan
perempuan akan mendapat pahala atau imbalan yang sama di dalam
mengerjakan amal shaleh selama mereka dalam keadaan beriman.
Sebagian ulama menyimpulkan, bahwa Islam membenarkan
kaum wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di
luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan
lembaga swasta atau pemerintah, selama pekerjaan tersebut dilakukannya
dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara
agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari
pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.13
Agama Islam memang membolehkan wanita bekerja mencari
nafkah untuk keluarganya dengan memenuhi berbagai syarat, serta harus
sesuai dengan kodratnya sebagai wanita.14 Artinya pekerjaan yang sifatnya
kasar dan berat tentu bukan bidangnya wanita, karena secara fisik mereka
tidak kaum pria yang dikaruniai kelebihan dengan kekekaran tubuh dan
kekhususan-kekhususan jiwa lainnya.15 Secara kodrati wanita dapat
diserahi pekerjaan-pekerjaan yang ringan sesuai dengan kemampuan
mereka, namun tidak berarti mereka haram mengerjakan pekerjaan yang
berat dan kasar, tapi hanya saja tidak pantas dikerjakan oleh seorang
wanita.
Sebagai ibu rumah tangga yang juga merangkap bekerja di luar
rumah, sebaiknya mencari jalan tengah antara mendidik anak-anaknya dan
tugasnya di luar rumah. Atau setidaknya mengusahakan meluangkan
waktu untuk mendidik anaknya walaupun juga harus bekerja di luar
rumah.16 Hal ini mengingat bahwa tugas utama seorang ibu disamping
13 Quraish Shihab, Membumikan Al Qur'an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1992), Cet. 2, hal. 275. 14 Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, (Jakarta : Fikahati Aneska, 1993),
hal. 103. 15 Sayyid Muhammad Namir, Karakter Wanita Muslim Konsepsi Pembinaan Pribadi
Muslim, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1992), Cet. 1, hal. 61. 16 Fadhlina Arief Wangsa, Pemberdayaan Kaum Ibu dalam Penyusuan dan
Pendidikan Anak Sejak Dini dalam Rangka Mewujudkan Generasi Penerus Yang Sehat, Cerdas dan Berakhlak Mulia, Jurnal Wacana, IV, 2, Agustus, 2004, hal. 123.
16
mengatur rumah tangga adalah mendidik anak-anaknya. Maka dari itu
seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-
anaknya.
Pada prinsipnya Islam mengarahkan kaum wanita supaya dalam
bekerja harus mengutamakan tugasnya yang utama yaitu mengatur rumah
tangga dan mendidik anak-anaknya agar kelak dapat menjadi generasi
penerus yang sholeh, dan agar anaknya mempunyai prestasi yang tinggi di
dalam pendidikannya, sehingga dapat mengelola dunia ini dengan baik
sesuai dengan tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa Islam tidak
melarang kaum wanita untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut
dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat
memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak
negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya dan harus
sesuai dengan kodratnya sebagai wanita. Dan juga jangan sampai
meninggalkan tugas utamanya yaitu mengatur rumah tangga dan mendidik
anak-anaknya.
3. Jenis-Jenis Pekerjaan Wanita
Meningkatnya partisipasi dan peran wanita untuk bekerja
menjadi isu ketenagakerjaan yang cukup menarik. Peningkatan tingkat
partisipasi angkatan kerja wanita berkaitan dengan proses transformasi
sosial ekonomi yang diikuti oleh peningkatan dan pergeseran dalam
permintaan tenaga kerja, termasuk didalamnya tenaga kerja wanita.17
Saat ini banyak kaum wanita berambisi untuk bekerja, baik
wanita tunggal atau yang menikah, yang belum atau yang sudah
mempunyai anak, yang muda maupun setengah baya. Hal ini memang
dimungkinkan karena kaum wanita lebih banyak dibandingkan dengan
kaum laki-laki dan karena meningkatnya biaya kebutuhan hidup, sehingga
kalau kaum laki-lakinya saja yang bekerja di dalam keluarga, maka
17 Endang Sulistyaningsih, Dampak Krisis Ekonomi pada Bidang Ketenagakerjaan, dalam Nursyahbani Katjasungkana dkk, Potret Perempuan Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1, hal. 39.
17
kebutuhan hidup di dalam keluarga itu tidak dapat terpenuhi dengan baik.
Dengan demikian, tidak jarang ditemui sebuah keluarga yang ibunya
mempunyai peran ganda. Yaitu disamping melakukan pekerjaan di dalam
rumah seperti mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anaknya, juga
melakukan pekerjaan di luar rumah.
Profesi wanita bekerja di luar rumah untuk mencari tambahan
nafkah, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya itu berbeda-
beda. Di bawah ini penulis akan memaparkan beberapa situasi kerja yang
mana jenis pekerjaan tersebut banyak membutuhkan tenaga kerja wanita.
Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa sektor pekerjaan yang banyak
membutuhkan tenaga kerja wanita yaitu pada sektor industri dan pada
sektor jasa.18
a. Kerja Perempuan di Sektor Industri
1. Kerja di Pabrik
Banyak pabrik di Indonesia khususnya di Pulau Jawa
menggunakan tenaga kerja wanita, baik yang belum menikah atau
yang sudah menikah, yang sudah punya anak, ataupun yang belum
punya anak. Kebanyakan industri-industri yang menyerap tenaga
kerja wanita ialah industri-industri padat karya, seperti tekstil,
garmen, pengolahan makanan dan industri elektronik.
Perusahaan-perusahaan seperti itu banyak yang
memberikan upah yang sangat rendah kepada pekerja wanitanya
bila dibandingkan dengan tenaga kerja laki-lakinya. Barron dan
Norris mengatakan bahwa laki-laki umumnya menempati jenis-
jenis pekerjaan yang lebih stabil, berupah lebih tinggi,
berkemungkinan naik jenjang dan dikategorikan sebagai pekerja
"terampil". Sebaliknya, perempuan umumnya menempati jenis-
jenis pekerjaan yang kurang stabil, berupah lebih rendah, tanpa
18 Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial Sebuah
Pengantar Studi Perempuan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1997), Cet. 1, hal. 365-392.
18
kemungkinan untuk naik jenjang dan dikategorikan sebagai pekerja
"tak terampil".19
Disini penulis dapat menyimpulkan mengenai upah yang
diterima pekerja wanita lebih rendah dari pada pekerja laki-laki
karena keterampilan pekerja wanita dianggap rendah. Keterampilan
disini dapat dikaitkan dengan pendidikan ataupun latihan-latihan
yang pernah diikutinya. Dan pada kenyataannya, memang pekerja
pabrik umumnya wanita yang berpendidikan rendah.
2. Kerja borongan di rumah
Kerja borongan di rumah biasa disebut dengan istilah
homeworking, kerja borongan di rumah adalah kerja upahan yang
dilakukan di rumah atas dasar satuan kerja yang dilakukan.
Pekerjaan ini bisa merupakan pesanan seorang pedagang perantara
yang kemudian melemparkan hasil produksinya langsung ke kota-
kota atau konsumen, dan bisa juga menjualnya ke perusahaan.
Pedagang perantara sebagian memborongkan di rumah-rumah dan
sebagian lagi memborongkan di rumahnya sendiri. Atau sebuah
perusahaan mempunyai hubungan langsung dengan pekerja
borongan di rumah. Jadi sebagian barang produksinya dikerjakan
di rumah-rumah dan sebagiannya lagi dikerjakan di dalam pabrik.
Jenis-jenis industri yang sering diborongkan di rumah-rumah ialah
pakaian dan tekstil, sepatu, jenis-jenis makanan dan minuman
tertentu, obat nyamuk, kaleng, lampu semprong dan pengepakan.
Disini dapat disimpulkan, seorang wanita yang menjadi
pekerja borongan di rumah, selain dapat mengerjakan pekerjaan
borongannya yang nantinya dapat menghasilkan uang, juga dapat
melakukan tugas utamanya seorang wanita yaitu mengasuh anak-
anaknya dan mengatur rumah tangganya.
19 Ibid., hal. 368.
19
b. Kerja Perempuan di Sektor Jasa
Sektor jasa meliputi berbagai kegiatan yang sangat beraneka
ragam yang meliputi bangunan, perdagangan, transportasi, keuangan,
pemerintahan, pelayanan sosial dan pelayanan domestik. Umumnya
laki-laki menguasai sektor bangunan, transportasi dan keuangan.
Untuk sementara kondisi kerja wanita dan posisi seseorang dapat
dibedakan dalam tiga jenis pekerjaan, yaitu berdagang, kerja sebagai
pembantu rumah tangga dan kerja pelacuran.20
1. Berdagang
Salah satu pekerjaan yang digemari wanita adalah
berdagang, baik yang bertempat di pasar, di rumah ataupun yang
menjajagakan barang dagangannya. Dengan berdagang dapat
menghasilkan uang, sehingga dapat untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya dan kebutuhan keluarganya.
2. Kerja sebagai Pembantu Rumah Tangga
Dengan membengkaknya golongan pegawai negara
maupun kaum profesional, bagi para migran perempuan terutama
di kota-kota, pembantu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan
yang sering dibutuhkan. Kebanyakan pembantu rumah tangga
terdiri dari kaum perempuan, namun tidak menutup kemungkinan
ada pembantu rumah tangga dari kaum laki-laki. Pekerjaan yang
mereka lakukan dianggap sebagai jenis keterampilan yang telah
mereka peroleh di rumah, yaitu memasak, membersihkan rumah,
mengurus kebun, mencuci pakaian dan mengasuh anak. Dengan
demikian dianggap sebagai pekerjaan-pekerjaan yang tidak
membutuhkan pendidikan dan keterampilan khusus. Kerja
semacam ini dinamakan sebagai pekerjaan tidak terampil.
Pengerahan tenaga pembantu rumah tangga yang dikenal di
Indonesia, khususnya di Jawa yaitu melalui calo, kantor wilayah
Depnaker atau melalui keluarga.
20 Ibid., hal. 380-381.
20
3. Pelacuran
Kerja pelacuran merupakan salah satu pekerjaan yang
banyak menarik tenaga kaum wanita. Semua ajaran agama pasti
sepakat kalau kerja pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang
hina dan tidak pantas untuk dikembangkan di kalangan
masyarakat. Usaha untuk menghapuskan pelacuran biasanya
bersumber pada norma-norma moral yang mengatakan bahwa
hubungan seksual hanya bisa terjadi dalam lembaga perkawinan,
sehingga hubungan seksual di luar lembaga ini merupakan suatu
pelanggaran yang serius yang perlu mendapatkan sanksi-sanksi
yang keras. Pandangan ini menekankan aspek higienis dari
pelarangan terhadap pelacuran karena kaitannya dengan penyakit
kelamin serta kebejatan moral. Dan kebanyakan masuknya seorang
wanita dalam dunia pelacuran disebabkan oleh faktor ekonomi.
Wanita pekerja dapat dibedakan menjadi 2 kategori,yaitu:
a). Mereka yang mencari pekerjaan sekedar untuk menyalurkan hobby
atau pengembangan bakat dan karir.21
Kelompok ini selalu menghubungkan lapangan pekerjaan
yang dicari dengan keterampilan mereka serta pemuasan rohani atau
perasaan senang dan bebas bekerja, perasaan cocok dengan pekerjaan
yang ditangani. Sedangkan faktor kepuasan material menjadi nomor
dua bagi mereka. Jadi kelompok ini tidak mementingkan kepuasan
material, yang terpenting bagi mereka dapat bekerja sesuai
keterampilan yang dimiliki sudah merupakan suatu kepuasan
tersendiri. Dan terkesan merekalah yang membutuhkan kerja itu
sendiri.
b). Mereka yang mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari atau karena tekanan ekonomi.22
21 Victor Situ Morang, Kedudukan Wanita di Mata Hukum, (Jakarta : Bina Aksara,
1998), Cet. 1, hal, 94. 22 Ibid.
21
Kelompok ini lebih banyak menghubungkan lapangan
pekerjaannya dengan pemenuhan kebutuhan material atau penghasilan
yang mereka terima. Bagi kelompok ini seringkali pemuasan
kebutuhan rohani (kesenangan) menjadi tidak penting dan mereka
lebih banyak bekerja sebagai mesin daripada sebagai manusia yagn
membutuhkan pemuasan rohani pula. Jadi pada kelompok ini tidak
mementingkan pemuasan rohani, yang penting bagi mereka selama
dapat menghasilkan materi, pekerjaan apapun akan dijalaninya
meskipun perasaan mereka tidak cocok atau tidak senang dengan
pekerjaan yang mereka tangani.
Di dalam kehidupan wanita mempunyai beberapa peranan, yang
salah satunya yaitu peran yang dimainkan sebagai anggota masyarakat23.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa peranan wanita sebagai anggota
masyarakat.
a. Wanita sebagai seorang agen intelektual
Agar dapat memainkan peranannya yang benar sebagai
anggota masyarakat yang berguna dan produktif, pertama wanita harus
memperoleh suatu pendidikan. Di dalam Islam mencari pengetahuan
merupakan suatu kewajiban, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum
wanita. Pada kenyataannya, sepanjang sejarah Islam banyak wanita
yang menjadi terkenal karena Ilmu pengetahuannya.
b. Peranan wanita di bidang keterampilan
Setiap pribadi baik pria maupun wanita harus melatih
kemampuannya khususnya yang diberikan Tuhan kepadanya, sehingga
akan melahirkan suatu keterampilan tertentu yang nantinya akan
mendatangkan uang. Yang mana dengan uang tersebut dapat untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
23 Darlene May, Wanita dalam Islam : Kemarin dan Hari Ini, dalam Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Asian Foundation, 1987), Cet. 1, hal. 246-253.
22
c. Peranan wanita di bidang politik
Masyarakat Islam memberikan kebebasan nilai yang besar
untuk belajar dan menganjurkan anggotanya untuk dapat aktif
berpartisipasi dalam kehidupan politik. Merupakan suatu catatan
bahwa pada masa awal Islam, wanita secara keseluruhan mempunyai
pengaruh besar atas persoalan-persoalan politik dalam masyarakatnya.
d. Peranan wanita di bidang militer
Kaum wanita dalam masyarakat Islam memang tidak diserahi
tugas kemiliteran. Tetapi kaum wanita sering membantu dalam
memenuhi kebutuhan militer. Dan dalam melakukan hal itu
menanggung resiko berbahaya dan bahkan kematian. Selain itu wanita
telah mengambil suatu bagian aktif pada peperangan dalam
kapasitasnya yang bermacam-macam, yaitu sebagai pembawa tentara
yang terluka atau mati dari garis terdepan ke garis belakang, merawat
tentara yang terluka, menggali kubur, mengatur rangsuman, dan
sebagai pembawa air, pemasak, sumber dukungan moral dan sebagai
pejuang aktual.
e. Peran wanita dalam hukum
Di dalam bidang hukum, wanita juga bertanggung jawab
menjalankan semua peraturan-peraturan yang sudah menjadi ketetapan
hukum. Jadi apabila kaum wanita melanggar peraturan hukum yang
telah ditetapkan, maka juga harus ditindak sesuai hukum seperti juga
kaum laki-laki.
f. Peranan wanita di bidang ekonomi
Dalam masyarakat Islam pria dan wanita sama-sama
menikmati kebebasan penuh dalam kegiatan ekonomi. Keduanya
memiliki hak untuk mendapatkan hak milik melalui berbagai cara yang
sah.
23
B. Implikasi Pekerja Wanita Terhadap Pendidikan Anak
Pendidikan menurut Shalih Abdul Azis Abdul Azis Abdul Madjid :
24ان التربية هري املؤثرات املختلفة الىت توجه وتسبطر على حياة الفرد“Pendidikan adalah berbagai macam aktivitas yang mengarah kepada pembentukan kepribadian individu.”
Menurut George F. Kneller : “Education is process of self realization
which the self realize and develops all its potentialities”. Pendidikan adalah
suatu proses merealisasikan dirinya di mana dirinya merealisasikan dengan
mengembangkan semua potensinya.25 Dari penjelasan di atas dapat
disimpulakn bahwa pendidikan adalah proses pembentukan dan pembangunan
diri.
Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dan diasuh dengan
baik. Kelak anak-anaklah yang akan menjadi penerus generasi yang sudah tua.
Untuk itu anak harus dididik dengan baik supaya menghasilkan individu-
individu yang baik seperti yang diharapkan. Pendidikan pada dasarnya adalah
tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua,
maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang
tua dalam mendidik anak-anaknya.26
Pada dasarnya anak lahir di dunia dalam keadaan suci. Seorang anak
akan menjadi seperti apa itu dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima
seorang anak dari orang tuanya. Sebagaimana diterangkan Nabi Muhammad
saw dalam sabda beliau :
24 Sholih Abdul Azis Abdul Azis Abdul Madjid, At-Tarbiyah wa Taruqut Tadris, Jilid
I, (Mesir : Darul Ma’arif, t.t.), hal. 13. 25 George F. Kneller, Logic and Language of Educational, (New York: John Wilwy
and Soris Inc. 1965), hal. 14-15. 26 Zakiah Darajat, Pendidikan Anak dalam Keluarga : Tinjauan Psikologi Agama,
dalam Jalaluddin Rakhmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 58.
24
كلمولود يولد على الفطرة فابواه يهودا نـه او : عن اىب هريرة رضي اهللا عنه قال 27.........ينصرا نه او يمجسانه
“Diriwayatkan Bukhari oleh Abu Hurairah Ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidaklah dari anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani dan Majusi…….”
Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh
Allah SWT kepada orang tuanya. Karena itu orang tua harus menjaga dan
memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima.28
Dengan demikian orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup
dan perkembangan anaknya. Memberikan pendidikan kepada anak,
merupakan tanggung jawab orang tua yang nantinya akan dipertanggung
jawabkan di hadapan sang pencipta.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan
dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu
hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya,
sehingga mau memikirkan dan berbuat sesuatu yang berguna bagi masa depan
anak-anaknya. Bagi seorang pekerja wanita yang posisinya merangkap
sebagai seorang ibu tentunya tidak dapat memberikan perhatian yang
maksimal kepada anak-anaknya. Namun bagaimanapun juga seorang ibu
tersebut harus dapat mendidik anaknya disamping juga harus bekerja di luar
rumah.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang melibatkan beberapa
komponen atau elemen.29 Komponen utama sistem pendidikan di antaranya
yaitu :
a. Pendidik
Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik.30 Pendidik adalah unsur manusiawi
27 Imam Abu Husein Bin Najjah, Shohih Muslim, (Indonesia: Mahtabah Palilan, t.t.), juz 4, hal. 204.
28 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), Cet. 1, hal. 103.
29 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang : Angkasa Kaya, 1995), hal.10.
25
dalam pendidikan. Dan pendidik sebagai figure manusia sumber yang
menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan.31
Pendidik berarti pelaksana yang menyediakan bahan dan yang
menyelenggarakan proses belajar untuk anak didik. Dilingkungan keluarga
yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak adalah orang tua
sedangkan di dalam lingkungan sekolah gurulah yang bertanggung jawab
terhadap proses pendidikan. Guru juga disebut orang tua kedua setelah
ayah dan ibu.
b. Anak didik
Anak didik ialah setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok ornag yang menjalankan proses pendidikan.32
Anak didik dapat diartikan sekelompok anak yang masih dalam masa
pendidikan. Dan anak didik berarti yang menjalani proses belajar yang
merupakan tujuan pokok sistem pendidikan.
c. Tujuan pendidikan
Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa
atau subyek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman
belajar.33 Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menurut
jauh dan dekatnya waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Berarti tujuan pendidikan untuk mengarahkan kegiatan sistem pendidikan.
Manusia di dalam mencapi proses kesempurnaan memerlukan
pendidikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
dan mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.
Sebagaimana dikatakan Muhammad Munir Mursyi :
30 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1994), Cet.2, hal.74. 31 Syaiful Bahri Djamalah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :
Rineka Cipta ,2000), hal. 1. 32 Ibid., hal. 51 33 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali, 1992), Cet.
4, hal. 57.
26
بأن أهم أهداف التربية اإلسالميه هوبلوغ الكمال االنساىن ألن السالم "..... 34"نفسه ميتل بلوغ الكمال الديىن فهم خامت االديان
“….bahwa faktor-faktor pentingnya pendidikan Islam adalah kesempurnaan kedewasaan manusia, karena Islam sendiri merupakan proses kesempurnaan, yaitu sebagai penutup agaam-agama dan penyempurna ajaran-ajaran Nya.”
Tujuan akhir dari pendidikan menurut Islam yakni membentuk
manusia yang sempurna.
d. Alat pendidikan
Peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan
murid dalam proses pendidikan.35 Seperti antara lain laboratorium,
film,OHP,buku, papan tulis, dll. Selain itu perintah, benda dan situasi juga
merupakan alat-alat pendidikan. Berarti alat pendidikan ialah segala
sesuatu yang dihadirkan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan.
e. Lingkungan pendidikan
Lingkungna ialah semua pengaruh dari luar baik berupa
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial (non fisik).36 Contoh
lingkungna fisik antara lain keadaan rumah, tempat tinggal, keadaan
gedung sekolah, memenuhi syarat kesehatan atau tidak, dll. Contoh
lingkungna sosial (non fisik) ialah semua manusia yang ada dalam dunia
kehidupan seseorang yaitu manusia yang berinteraksi atau yang bergaul
dengan melakukan kegiatan bersama atau bekerja sama dengan manusia
lain, seperti di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Berarti lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar lingkungan dalam pendidikan.
34 Muhammad Munir Mursyi, at-Tarbiyah al Islamiyyah Usuluhawa That Wuruha fi
Bilad at-Tarbiyah. (Qahirah : Alam al-Kutub, 1997), hal. 18. 35 Ahmad Tafsir, op. cit., hal. 90. 36 Zahara Idris, op. cit., hal. 23.
27
Di bawah ini penulis akan menguraikan beberapa permasalahan yang
harus mendapatkan perhatian orang tua di dalam memberikan pendidikan
kepada anak-anaknya.
1. Usaha orang tua dalam mendidik anak
a. Komunikasi dengan anak
Banyak orang tua yang mengira bahwa berkomunikasi
dengan anak adalah hal yang tidak terlalu penting. Padahal dengan
berkomunikasi yang baik dengan anak, orang tua dapat mengetahui
apa yang dirasakan anak, sehingga orang tua dapat memberikan arahan
ataupun nasehat kepada anaknya.37 Dengan demikian sebagai orang
tua harus menyempatkan memberikan waktunya untuk berkomunikasi
kepada anak-anaknya, walaupun sesibuk apapun pekerjaan di rumah
ataupun pekerjaan di luar rumah yang menjadi tanggung jewabnya.
Karena dengan komunikasi yang baik, proses pendidikan akan dapat
terlaksana dengan baik.
Membangun komunikasi yang baik dengan anak harus
memperhatikan beberapa prinsip di bawah ini :38
1). Menyediakan waktu
Dewasa ini semua orang disibukkan dengan dunia kerja
baik suami ataupun istri, sehingga orang tua hampir tidak memiliki
waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Sangat disayangkan
bahwa banyak orang tua hanya mengetahui mencukupi kebutuhan
anak secara material, tetapi hampir tidak mau menyediakan waktu
untuk berkomunikasi dengan anaknya. Orang tua yang rela
mengorbankan waktunya untuk berkomunikasi dengan anaknya
berarti orang tua tersebut sudah mengasihi dan memperhatikan
anaknya.
37 Kathleen Liwidjaja Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf, Komunikasi Keluarga : Kunci
Kebahagiaan Anda, (Indonesia Publising House, 1999), Cet. 2, hal. 205. 38 Mary Go Setiawani, Menerobos Dunia Anak, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup,
2000), Cet. 1, hal. 69-71.
28
2). Berkomunikasi secara pribadi
Berkomunikasi secara pribadi di sini berarti komunikasi
yang diadakan secara khusus, akan dapat menyelami bagaimana
rasa senang, marah, sedih dan gembira. Jadi orang tua yang
berkomunikasi secara pribadi dengan anaknya, akan mengetahui
perasaan yang sedang dialami oleh anaknya, baik perasaan ketika
anaknya senang, marah, sedih ataupun gembira.
3). Menghargai anak
Orang dewasa sering meremehkan anak, baik dalam
keadaan sadar ataupun tidak sadar. Padahal seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, besar kemungkinan
kemampuan seorang anak dapat melebihi orang yang sudah
dewasa. Maka usahakanlah sebagai orang tua untuk menghargai
anak dan menerima pendapat anak.
4). Mengerti anak
Dalam berkomunikasi dengan anak, usahakan untuk
mengenal dunia anak, memandang dari posisi mereka untuk
mendengarkan ceritanya dan apa dalihnya, serta mengenai apa
yang menjadi suka dan duka, kegemaran, kesulitan, kelebihan,
serta kekurangan anak. Orang tua yang sering berkomunikasi
dengan anak, hubungannya akan menjadi lebih erat dengan anak,
dan apabila anaknya mempunyai masalah akan mudah
diselesaikan.
5). Mempertahankan hubungan
Komunikasi yang baik selalu didasarkan pada hubungan
yang baik. Orang tua yang selalu menjaga hubungan yang baik
dengan anak, dan menganggap anaknya sebagai teman, sehingga
berkat kedekatan mereka, anaknya dapat mengutarakan isi hatinya
dan dengan terbuka anak akan menceritakan segala kesedihan dan
kegembiraannya. Oleh karena itu sebagai orang tua harus dapat
29
menjaga atau mempertahankan hubungan yang baik dengan anak-
anaknya.
Disamping orang tua membangun komunikasi yang baik dengan
anak-anaknya, sedapat mungkin orang tua juga harus menyempatkan diri
untuk menemani anaknya belajar.39 Dengan ditemani orang tua pada
waktu belajar, selain anak dapat bertanya apabila mengalami kesulitan
dalam belajar, anak akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Mereka
tahu bahwa yang ingin maju bukan mereka saja, tetapi orang tuanya pun
demikian. Sehingga anak akan lebih bersemangat lagi di dalam belajar,
yang nantinya dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pentingnya orang tua dalam
berkomunikasi dengan anak, baik pada waktu belajar maupun pada waktu
tidak belajar, yang nantinya dapat berpengaruh pada prestasi belajar
anaknya. Bagi para pekerja wanita tentunya juga harus melakukan hal di
atas demi masa depan anak-anaknya. Maka sedapat mungkin
menyempatkan waktunya untuk melakukan hal tersebut, walaupun banyak
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya baik pekerjaan di dalam
rumah ataupun pekerjaan di luar rumah.
b. Fasilitas belajar anak
Salah satu peranan orang tua sebagai pendidik adalah
menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anaknya. Fasilitas
belajar merupakan perlengkapan materiil dalam proses pendidikan.
Tujuan fasilitas belajar diadakan supaya anak dapat belajar dengan
tekun dan tenang, misalnya buku-buku pelajaran yang lengkap, alat-
alat tulis, ruang belajar yang nyaman, ventilasi yang cukup dan lain-
lain.40 Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai dapat
mempermudah proses belajar anak, sehingga anak dapat memperoleh
hasil belajar atau prestasi belajar yang memuaskan.41
39 Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1991), hal. 68. 40 Ibid. 41 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran Penggunaan dan
Pembuatannya, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hal. 2.
30
Fasilitas belajar di dalam proses pendidikan sangat penting
sekali. Semakin lengkap alat-alat pelajaran atau fasilitas dalam belajar
maka anak akan semakin dapat belajar dengan sebaik-baiknya,
sehingga prestasi belajar yang dicapai anakpun akan lebih baik.
Sebaliknya kalau fasilitas dalam belajarnya tidak lengkap dapat
menjadikan gangguan dalam proses belajar, sehingga hasilnya pun
akan mengalami gangguan.
Akan tetapi perlu diingat oleh para orang tua, bahwa fasilitas
pendidikan hanya merupakan perlengkapan materiil saja dan masih ada
faktor-faktor yang perlu dipenuhi yaitu faktor nonmateriil, antara lain
ketekunan dan kedisiplinan. Dan yang lebih penting lagi adalah minat
yang cukup besar.
2. Aktivitas belajar anak
Keberhasilan anak dalam pendidikan tergantung pada aktivitas
belajarnya baik di rumah ataupun di sekolah. Dalam sehari anak-anak
banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di sekolahan. Di sini
orang tua harus dapat mengawasi, mengarahkan bahkan mengingatkan
anaknya baik dalam waktu belajar maupun cara belajar yang baik.
Ada tiga komponen yang harus dimiliki anak, agar dirinya dapat
melakukan kegiatan proses belajar, yaitu :
a. Minat
Minat menjadi faktor yang besar pada pembentukan perilaku
dan sikap seseorang. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan
untuk memposisikan diri pada pencapaian pemuasan kebutuhan
seseorang. Minat juga yang menjadi daya pendorong bagi seseorang
untuk melakukan apa yang mereka inginkan.42 Di dalam melakukan
aktivitas yang didorong oleh minat akan mengandung unsur
kegembiraan. Dan sebaliknya, tanpa di dorong oleh minat di dalam
melakukan aktivitas akan menimbulkan kebosanan dan kemalasan.
42 Hendra Surya, Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, (Jakarta : Elex Media,
2003), hal.6.
31
Sebagai orang tua harus dapat menumbuhkan minat belajar
pada anak baik di sekolah,di rumah maupun di lembaga pendidikan
lain yang diikuti anaknya. Salah satu caranya dengan menanamkan
pada anak manfaat dari belajar dan pentingnya belajar dalam
kehidupan manusia.
b. Perhatian
Perhatian mengandung unsur pemusatan tenaga psikis
disertai dengan kesadaran pada aktivitas tertentu.43 Di sini anak akan
benar-benar memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang mereka
senangi. Semakin mereka senang, maka perhatian yang mereka berikan
akan semakin besar. Sesuatu yang mereka senangi pasti berhubungan
dengan minatnya pada sesuatu. Di dalam aktivitas belajar hendaknya
orang tua dapat memenuhi atau merangsang minat belajar anak,
sehingga anaknya akan memberikan perhatian yang lebih pada
aktivitas belajarnya.
c. Motivasi
Motivasi adalah dorongan atau usaha yang dilakukan untuk
mewujudkan perbuatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.44 Dalam
aktivitas belajar, tugas orang tua adalah bagaimana membangkitkan
motivasi anak, sehingga anak mau melakukan proses belajar. Motivasi
dapat tumbuh dari dalam diri sendiri tanpa ada pengaruh dari luar
dirinya atau orang lain, yang disebut dengan motivasi intrinsik. Dan
ada motivasi yang tumbuh dari luar dirinya karena ada pengaruh dari
orang lain, yang disebut dengan motivasi ekstrinsik.
Dengan demikian orang tua sangat diharapkan dapat melakukan
berbagai cara dalam upaya membangkitkan minat, perhatian dan motivasi
anak agar anak mau melakukan aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya.
43 Ibid., hal. 7. 44 Ibid.
32
3. Prestasi belajar anak
Setiap orang tua tentunya selalu menginginkan anaknya dapat
mencapai prestasi yang tinggi di sekolahan maupun di lembaga-lembaga
pendidikan yang diikuti anaknya. Namun cita-cita seperti itu tidaklah
mudah, harus ada usaha yang dilakukan oleh semua pihak.45 Dalam hal ini
peranan orang tua jelas tidak dapat diabaikan. Orang tua memegang
peranan penting di dalam mendorong anaknya untuk berprestasi.
Sesungguhnya sebagian besar kaum ibu menyadari akan hal ini.
Namun karena keadaan, mereka terpaksa tetap bekerja di luar rumah.
Dengan demikian perhatian terhadap anak-anaknya tidak dapat diberikan
semaksimal mungkin.46 Yang mana keadaan seperti ini dapat
mempengaruhi prestasi belajar anak-anaknya.
45 Alex Sobur, Op.Cit., hal. 59. 46 Paulus Mujiran, Pernik-Pernik Pendidikan Manifestasi dalam Keluarga Sekolah dan
Penyadaran Gender, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), Cet. 1, hal. 31.