21
12 BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK A. Pekerja Wanita 1. Pengertian Pekerja Wanita Pekerja berasal dari kata "kerja" yang berarti perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil, hal pencarian nafkah. 1 Sedang kerja dalam arti luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan atau keakhiratan. 2 Dan mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi pekerja yang berarti "orang yang bekerja." 3 Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan wanita. Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan bahwa fisik maupun psikis wanita itu sama dengan pria. 4 Wanita di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perempuan dewasa, kaum putri (dewasa). 5 Sedangkan di buku lain wanita adalah manusia yang berasal dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi Adam AS. 6 Dengan memahami pengertian pekerja dan wanita diatas maka dapat diketahui siapa pekerja wanita itu. Pekerja wanita adalah wanita 1 Sulhan Yashin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amanah, 1997), hal. 287. 2 Abdul Aziz Al Khayyah, Etika Bekerja dalam Islam, (Jakarta : Gema Insani Pers, 1994), hal, 13. 3 WJB. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), hal. 724. 4 Kartini Kartono, Psikologi Wanita Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, (Bandung : Alumni, 1986), Cet. 3, hal.190. 5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hal. 1.286. 6 Pudjosumedi dan Ahmad Tahrizur Rohim, Islam dan Peranan Wanita Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Tiang Negara, (Solo : Aneka, 1990), hal. 13.

BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

  • Upload
    buianh

  • View
    222

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

12

BAB II

PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP PENDIDIKAN ANAK

A. Pekerja Wanita

1. Pengertian Pekerja Wanita

Pekerja berasal dari kata "kerja" yang berarti perbuatan

melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil, hal

pencarian nafkah.1 Sedang kerja dalam arti luas adalah semua bentuk

usaha yang dilakukan manusia dalam hal materi atau non materi,

intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan

atau keakhiratan.2 Dan mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi

pekerja yang berarti "orang yang bekerja."3

Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan wanita.

Sepanjang sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan bahwa fisik

maupun psikis wanita itu sama dengan pria.4

Wanita di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

sebagai perempuan dewasa, kaum putri (dewasa).5 Sedangkan di buku lain

wanita adalah manusia yang berasal dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi

Adam AS.6

Dengan memahami pengertian pekerja dan wanita diatas maka

dapat diketahui siapa pekerja wanita itu. Pekerja wanita adalah wanita

1 Sulhan Yashin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amanah, 1997), hal.

287. 2 Abdul Aziz Al Khayyah, Etika Bekerja dalam Islam, (Jakarta : Gema Insani Pers,

1994), hal, 13. 3 WJB. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,

1999), hal. 724. 4 Kartini Kartono, Psikologi Wanita Gadis Remaja dan Wanita Dewasa, (Bandung :

Alumni, 1986), Cet. 3, hal.190. 5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hal. 1.286. 6 Pudjosumedi dan Ahmad Tahrizur Rohim, Islam dan Peranan Wanita Sebagai Ibu

Rumah Tangga dan Tiang Negara, (Solo : Aneka, 1990), hal. 13.

Page 2: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

13

yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan

sesuatu kegiatan dan bertujuan mendapatkan hasil. Sehingga wanita untuk

mendapatkan hal itu biasanya banyak dilakukan di luar rumah. Oleh

karena itu, penulis dapat memberikan pengertian bahwa pekerja wanita

adalah perempuan dewasa yang melakukan kegiatan secara teratur atau

berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu sehingga membutuhkan

waktu yang lama untuk melakukannya yang dapat mengurangi waktu

untuk keluarga dengan tujuan untuk menghasilkan atau mendapatkan

sesuatu dalam bentuk benda atau uang untuk kemajuan dalam kehidupan

riil.

2 Pekerja Wanita dalam Pandangan Islam

Di dalam buku Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Islam, Abu A'la

Maududi menjelaskan bahwa kaum pria dan wanita berhak untuk

memperoleh kesempatan-kesempatan kerja yang sama.8 Jadi tidak satupun

pekerjaan yang dihalalkan agama diharamkan atas wanita dan hanya

diperbolehkan bagi kaum pria saja.

Zakiah Darajat di dalam bukunya Memposisikan Kodrat

menjelaskan :

Islam telah berperan besar dalam mengangkat harkat dan martabat perempuan. Kalau dalam masyarakat sebelum datangnya Islam, kaum perempuan diperlakukan sebagai barang yang hampir-hampir tidak mempunyai hak, maka ajaran Islam secara drastis memperlakukan kaum perempuan sebagai manusia yang mempunyai hak-hak tertentu sebagaimana layaknya kaum laki-laki.9

Di dalam buku Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, Muhammad

Koderi berpendapat bahwa "Di dalam ajaran Islam, wanita juga

7 Utami Munandar, Wanita Karier : Tantangan dan Peluang, dalam M. Atho Mudzhar

(eds.), Wanita dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan, (Yogyakarta : Sunan Kalijaga Press, 2001), Cet. 1, hal. 303.

8 Abu A'la Maududi, Hak-Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, hal. 81.

9 Zakiah Darajat, Memposisikan Kodrat, (Bandung : Mizan, 1999), Cet. 1, hal. 102-103.

Page 3: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

14

mempunyai hak dan kesempatan berkarier dengan tidak melalaikan fungsi

dan kedudukannya sebagai wanita".10

Bahkan Allah telah menyebutkan wanita secara khusus, misalnya

dalam menegaskan wanita yang bekerja yang baik (beramal shaleh) itu

akan mendapatkan pahala dan imbalan tersendiri, tidak hanya menunggu

atau melimpahkan dari laki-laki saja. Misalnya firman Allah :

ومن يعمل من الصلحت من ذكر اوانثي وهو مؤمن فاولئك يدخلون اجلنة وال 11) 124: النساء . (يظلمون نقيرا

"Barang siapa yang mengerjakan amal-amal shaleh, baik laki-laki atau wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walaupun sedikitpun"(An Nisa' : 124).

Dalam ayat tersebut dapat dipahami, siapapun orangnya baik

laki-laki ataupun wanita yang dapat mengerjakan amal-amal untuk

memperbaiki diri, baik dari segi akhlaq, adab maupun kondisi sosialnya,

sedang hatinya merasa tentram karena beriman, maka orang yang beramal

sholeh dan beriman kepada Allah itu akan masuk surga berkat jiwa dan

ruhnya yang suci.

Di samping disebutkan dalam ayat di atas, Allah swt. juga

berfirman di dalam surat An Nahl ayat 97 :

مهنـزيجلنة وبيوة طيه حنييحفلن منؤموهثى وان ذكراو نا مالحمل صع نم 12)97: النحل . (اجرهم باحسن ما كا نوا يعملون

“Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami Berikan kepadanya Kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami Beri Balasan kepada mereka dengan Pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An Nahl : 97).

10 Muhammad Koderi, Bolehkah Wanita Menjadi Imam Negara, (Jakarta : Gema

Insani, 1999), hal. 66. 11 Departemen Agama RI, Al Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro,

2003), hal. 78. 12 Ibid., hal. 222

Page 4: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

15

Dari ayat di atas juga dapat dipahami bahwa laki-laki dan

perempuan akan mendapat pahala atau imbalan yang sama di dalam

mengerjakan amal shaleh selama mereka dalam keadaan beriman.

Sebagian ulama menyimpulkan, bahwa Islam membenarkan

kaum wanita boleh bekerja dalam berbagai bidang, di dalam ataupun di

luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama orang lain, dengan

lembaga swasta atau pemerintah, selama pekerjaan tersebut dilakukannya

dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat memelihara

agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak negatif dari

pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya.13

Agama Islam memang membolehkan wanita bekerja mencari

nafkah untuk keluarganya dengan memenuhi berbagai syarat, serta harus

sesuai dengan kodratnya sebagai wanita.14 Artinya pekerjaan yang sifatnya

kasar dan berat tentu bukan bidangnya wanita, karena secara fisik mereka

tidak kaum pria yang dikaruniai kelebihan dengan kekekaran tubuh dan

kekhususan-kekhususan jiwa lainnya.15 Secara kodrati wanita dapat

diserahi pekerjaan-pekerjaan yang ringan sesuai dengan kemampuan

mereka, namun tidak berarti mereka haram mengerjakan pekerjaan yang

berat dan kasar, tapi hanya saja tidak pantas dikerjakan oleh seorang

wanita.

Sebagai ibu rumah tangga yang juga merangkap bekerja di luar

rumah, sebaiknya mencari jalan tengah antara mendidik anak-anaknya dan

tugasnya di luar rumah. Atau setidaknya mengusahakan meluangkan

waktu untuk mendidik anaknya walaupun juga harus bekerja di luar

rumah.16 Hal ini mengingat bahwa tugas utama seorang ibu disamping

13 Quraish Shihab, Membumikan Al Qur'an : Fungsi dan Peran Wahyu dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1992), Cet. 2, hal. 275. 14 Abdul Hakim Abdullah, Keutamaan Air Susu Ibu, (Jakarta : Fikahati Aneska, 1993),

hal. 103. 15 Sayyid Muhammad Namir, Karakter Wanita Muslim Konsepsi Pembinaan Pribadi

Muslim, (Surabaya : Pustaka Progressif, 1992), Cet. 1, hal. 61. 16 Fadhlina Arief Wangsa, Pemberdayaan Kaum Ibu dalam Penyusuan dan

Pendidikan Anak Sejak Dini dalam Rangka Mewujudkan Generasi Penerus Yang Sehat, Cerdas dan Berakhlak Mulia, Jurnal Wacana, IV, 2, Agustus, 2004, hal. 123.

Page 5: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

16

mengatur rumah tangga adalah mendidik anak-anaknya. Maka dari itu

seorang ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-

anaknya.

Pada prinsipnya Islam mengarahkan kaum wanita supaya dalam

bekerja harus mengutamakan tugasnya yang utama yaitu mengatur rumah

tangga dan mendidik anak-anaknya agar kelak dapat menjadi generasi

penerus yang sholeh, dan agar anaknya mempunyai prestasi yang tinggi di

dalam pendidikannya, sehingga dapat mengelola dunia ini dengan baik

sesuai dengan tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah.

Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa Islam tidak

melarang kaum wanita untuk bekerja, selama pekerjaan tersebut

dilakukannya dalam suasana terhormat, sopan, serta selama mereka dapat

memelihara agamanya, serta dapat pula menghindari dampak-dampak

negatif dari pekerjaan tersebut terhadap diri dan lingkungannya dan harus

sesuai dengan kodratnya sebagai wanita. Dan juga jangan sampai

meninggalkan tugas utamanya yaitu mengatur rumah tangga dan mendidik

anak-anaknya.

3. Jenis-Jenis Pekerjaan Wanita

Meningkatnya partisipasi dan peran wanita untuk bekerja

menjadi isu ketenagakerjaan yang cukup menarik. Peningkatan tingkat

partisipasi angkatan kerja wanita berkaitan dengan proses transformasi

sosial ekonomi yang diikuti oleh peningkatan dan pergeseran dalam

permintaan tenaga kerja, termasuk didalamnya tenaga kerja wanita.17

Saat ini banyak kaum wanita berambisi untuk bekerja, baik

wanita tunggal atau yang menikah, yang belum atau yang sudah

mempunyai anak, yang muda maupun setengah baya. Hal ini memang

dimungkinkan karena kaum wanita lebih banyak dibandingkan dengan

kaum laki-laki dan karena meningkatnya biaya kebutuhan hidup, sehingga

kalau kaum laki-lakinya saja yang bekerja di dalam keluarga, maka

17 Endang Sulistyaningsih, Dampak Krisis Ekonomi pada Bidang Ketenagakerjaan, dalam Nursyahbani Katjasungkana dkk, Potret Perempuan Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), Cet. 1, hal. 39.

Page 6: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

17

kebutuhan hidup di dalam keluarga itu tidak dapat terpenuhi dengan baik.

Dengan demikian, tidak jarang ditemui sebuah keluarga yang ibunya

mempunyai peran ganda. Yaitu disamping melakukan pekerjaan di dalam

rumah seperti mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anaknya, juga

melakukan pekerjaan di luar rumah.

Profesi wanita bekerja di luar rumah untuk mencari tambahan

nafkah, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya itu berbeda-

beda. Di bawah ini penulis akan memaparkan beberapa situasi kerja yang

mana jenis pekerjaan tersebut banyak membutuhkan tenaga kerja wanita.

Namun sebelumnya perlu diketahui bahwa sektor pekerjaan yang banyak

membutuhkan tenaga kerja wanita yaitu pada sektor industri dan pada

sektor jasa.18

a. Kerja Perempuan di Sektor Industri

1. Kerja di Pabrik

Banyak pabrik di Indonesia khususnya di Pulau Jawa

menggunakan tenaga kerja wanita, baik yang belum menikah atau

yang sudah menikah, yang sudah punya anak, ataupun yang belum

punya anak. Kebanyakan industri-industri yang menyerap tenaga

kerja wanita ialah industri-industri padat karya, seperti tekstil,

garmen, pengolahan makanan dan industri elektronik.

Perusahaan-perusahaan seperti itu banyak yang

memberikan upah yang sangat rendah kepada pekerja wanitanya

bila dibandingkan dengan tenaga kerja laki-lakinya. Barron dan

Norris mengatakan bahwa laki-laki umumnya menempati jenis-

jenis pekerjaan yang lebih stabil, berupah lebih tinggi,

berkemungkinan naik jenjang dan dikategorikan sebagai pekerja

"terampil". Sebaliknya, perempuan umumnya menempati jenis-

jenis pekerjaan yang kurang stabil, berupah lebih rendah, tanpa

18 Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial Sebuah

Pengantar Studi Perempuan, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1997), Cet. 1, hal. 365-392.

Page 7: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

18

kemungkinan untuk naik jenjang dan dikategorikan sebagai pekerja

"tak terampil".19

Disini penulis dapat menyimpulkan mengenai upah yang

diterima pekerja wanita lebih rendah dari pada pekerja laki-laki

karena keterampilan pekerja wanita dianggap rendah. Keterampilan

disini dapat dikaitkan dengan pendidikan ataupun latihan-latihan

yang pernah diikutinya. Dan pada kenyataannya, memang pekerja

pabrik umumnya wanita yang berpendidikan rendah.

2. Kerja borongan di rumah

Kerja borongan di rumah biasa disebut dengan istilah

homeworking, kerja borongan di rumah adalah kerja upahan yang

dilakukan di rumah atas dasar satuan kerja yang dilakukan.

Pekerjaan ini bisa merupakan pesanan seorang pedagang perantara

yang kemudian melemparkan hasil produksinya langsung ke kota-

kota atau konsumen, dan bisa juga menjualnya ke perusahaan.

Pedagang perantara sebagian memborongkan di rumah-rumah dan

sebagian lagi memborongkan di rumahnya sendiri. Atau sebuah

perusahaan mempunyai hubungan langsung dengan pekerja

borongan di rumah. Jadi sebagian barang produksinya dikerjakan

di rumah-rumah dan sebagiannya lagi dikerjakan di dalam pabrik.

Jenis-jenis industri yang sering diborongkan di rumah-rumah ialah

pakaian dan tekstil, sepatu, jenis-jenis makanan dan minuman

tertentu, obat nyamuk, kaleng, lampu semprong dan pengepakan.

Disini dapat disimpulkan, seorang wanita yang menjadi

pekerja borongan di rumah, selain dapat mengerjakan pekerjaan

borongannya yang nantinya dapat menghasilkan uang, juga dapat

melakukan tugas utamanya seorang wanita yaitu mengasuh anak-

anaknya dan mengatur rumah tangganya.

19 Ibid., hal. 368.

Page 8: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

19

b. Kerja Perempuan di Sektor Jasa

Sektor jasa meliputi berbagai kegiatan yang sangat beraneka

ragam yang meliputi bangunan, perdagangan, transportasi, keuangan,

pemerintahan, pelayanan sosial dan pelayanan domestik. Umumnya

laki-laki menguasai sektor bangunan, transportasi dan keuangan.

Untuk sementara kondisi kerja wanita dan posisi seseorang dapat

dibedakan dalam tiga jenis pekerjaan, yaitu berdagang, kerja sebagai

pembantu rumah tangga dan kerja pelacuran.20

1. Berdagang

Salah satu pekerjaan yang digemari wanita adalah

berdagang, baik yang bertempat di pasar, di rumah ataupun yang

menjajagakan barang dagangannya. Dengan berdagang dapat

menghasilkan uang, sehingga dapat untuk mencukupi kebutuhan

hidupnya dan kebutuhan keluarganya.

2. Kerja sebagai Pembantu Rumah Tangga

Dengan membengkaknya golongan pegawai negara

maupun kaum profesional, bagi para migran perempuan terutama

di kota-kota, pembantu rumah tangga merupakan jenis pekerjaan

yang sering dibutuhkan. Kebanyakan pembantu rumah tangga

terdiri dari kaum perempuan, namun tidak menutup kemungkinan

ada pembantu rumah tangga dari kaum laki-laki. Pekerjaan yang

mereka lakukan dianggap sebagai jenis keterampilan yang telah

mereka peroleh di rumah, yaitu memasak, membersihkan rumah,

mengurus kebun, mencuci pakaian dan mengasuh anak. Dengan

demikian dianggap sebagai pekerjaan-pekerjaan yang tidak

membutuhkan pendidikan dan keterampilan khusus. Kerja

semacam ini dinamakan sebagai pekerjaan tidak terampil.

Pengerahan tenaga pembantu rumah tangga yang dikenal di

Indonesia, khususnya di Jawa yaitu melalui calo, kantor wilayah

Depnaker atau melalui keluarga.

20 Ibid., hal. 380-381.

Page 9: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

20

3. Pelacuran

Kerja pelacuran merupakan salah satu pekerjaan yang

banyak menarik tenaga kaum wanita. Semua ajaran agama pasti

sepakat kalau kerja pelacuran merupakan suatu pekerjaan yang

hina dan tidak pantas untuk dikembangkan di kalangan

masyarakat. Usaha untuk menghapuskan pelacuran biasanya

bersumber pada norma-norma moral yang mengatakan bahwa

hubungan seksual hanya bisa terjadi dalam lembaga perkawinan,

sehingga hubungan seksual di luar lembaga ini merupakan suatu

pelanggaran yang serius yang perlu mendapatkan sanksi-sanksi

yang keras. Pandangan ini menekankan aspek higienis dari

pelarangan terhadap pelacuran karena kaitannya dengan penyakit

kelamin serta kebejatan moral. Dan kebanyakan masuknya seorang

wanita dalam dunia pelacuran disebabkan oleh faktor ekonomi.

Wanita pekerja dapat dibedakan menjadi 2 kategori,yaitu:

a). Mereka yang mencari pekerjaan sekedar untuk menyalurkan hobby

atau pengembangan bakat dan karir.21

Kelompok ini selalu menghubungkan lapangan pekerjaan

yang dicari dengan keterampilan mereka serta pemuasan rohani atau

perasaan senang dan bebas bekerja, perasaan cocok dengan pekerjaan

yang ditangani. Sedangkan faktor kepuasan material menjadi nomor

dua bagi mereka. Jadi kelompok ini tidak mementingkan kepuasan

material, yang terpenting bagi mereka dapat bekerja sesuai

keterampilan yang dimiliki sudah merupakan suatu kepuasan

tersendiri. Dan terkesan merekalah yang membutuhkan kerja itu

sendiri.

b). Mereka yang mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari atau karena tekanan ekonomi.22

21 Victor Situ Morang, Kedudukan Wanita di Mata Hukum, (Jakarta : Bina Aksara,

1998), Cet. 1, hal, 94. 22 Ibid.

Page 10: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

21

Kelompok ini lebih banyak menghubungkan lapangan

pekerjaannya dengan pemenuhan kebutuhan material atau penghasilan

yang mereka terima. Bagi kelompok ini seringkali pemuasan

kebutuhan rohani (kesenangan) menjadi tidak penting dan mereka

lebih banyak bekerja sebagai mesin daripada sebagai manusia yagn

membutuhkan pemuasan rohani pula. Jadi pada kelompok ini tidak

mementingkan pemuasan rohani, yang penting bagi mereka selama

dapat menghasilkan materi, pekerjaan apapun akan dijalaninya

meskipun perasaan mereka tidak cocok atau tidak senang dengan

pekerjaan yang mereka tangani.

Di dalam kehidupan wanita mempunyai beberapa peranan, yang

salah satunya yaitu peran yang dimainkan sebagai anggota masyarakat23.

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa peranan wanita sebagai anggota

masyarakat.

a. Wanita sebagai seorang agen intelektual

Agar dapat memainkan peranannya yang benar sebagai

anggota masyarakat yang berguna dan produktif, pertama wanita harus

memperoleh suatu pendidikan. Di dalam Islam mencari pengetahuan

merupakan suatu kewajiban, baik bagi kaum laki-laki maupun kaum

wanita. Pada kenyataannya, sepanjang sejarah Islam banyak wanita

yang menjadi terkenal karena Ilmu pengetahuannya.

b. Peranan wanita di bidang keterampilan

Setiap pribadi baik pria maupun wanita harus melatih

kemampuannya khususnya yang diberikan Tuhan kepadanya, sehingga

akan melahirkan suatu keterampilan tertentu yang nantinya akan

mendatangkan uang. Yang mana dengan uang tersebut dapat untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

23 Darlene May, Wanita dalam Islam : Kemarin dan Hari Ini, dalam Harun Nasution dan Bahtiar Effendy, Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Asian Foundation, 1987), Cet. 1, hal. 246-253.

Page 11: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

22

c. Peranan wanita di bidang politik

Masyarakat Islam memberikan kebebasan nilai yang besar

untuk belajar dan menganjurkan anggotanya untuk dapat aktif

berpartisipasi dalam kehidupan politik. Merupakan suatu catatan

bahwa pada masa awal Islam, wanita secara keseluruhan mempunyai

pengaruh besar atas persoalan-persoalan politik dalam masyarakatnya.

d. Peranan wanita di bidang militer

Kaum wanita dalam masyarakat Islam memang tidak diserahi

tugas kemiliteran. Tetapi kaum wanita sering membantu dalam

memenuhi kebutuhan militer. Dan dalam melakukan hal itu

menanggung resiko berbahaya dan bahkan kematian. Selain itu wanita

telah mengambil suatu bagian aktif pada peperangan dalam

kapasitasnya yang bermacam-macam, yaitu sebagai pembawa tentara

yang terluka atau mati dari garis terdepan ke garis belakang, merawat

tentara yang terluka, menggali kubur, mengatur rangsuman, dan

sebagai pembawa air, pemasak, sumber dukungan moral dan sebagai

pejuang aktual.

e. Peran wanita dalam hukum

Di dalam bidang hukum, wanita juga bertanggung jawab

menjalankan semua peraturan-peraturan yang sudah menjadi ketetapan

hukum. Jadi apabila kaum wanita melanggar peraturan hukum yang

telah ditetapkan, maka juga harus ditindak sesuai hukum seperti juga

kaum laki-laki.

f. Peranan wanita di bidang ekonomi

Dalam masyarakat Islam pria dan wanita sama-sama

menikmati kebebasan penuh dalam kegiatan ekonomi. Keduanya

memiliki hak untuk mendapatkan hak milik melalui berbagai cara yang

sah.

Page 12: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

23

B. Implikasi Pekerja Wanita Terhadap Pendidikan Anak

Pendidikan menurut Shalih Abdul Azis Abdul Azis Abdul Madjid :

24ان التربية هري املؤثرات املختلفة الىت توجه وتسبطر على حياة الفرد“Pendidikan adalah berbagai macam aktivitas yang mengarah kepada pembentukan kepribadian individu.”

Menurut George F. Kneller : “Education is process of self realization

which the self realize and develops all its potentialities”. Pendidikan adalah

suatu proses merealisasikan dirinya di mana dirinya merealisasikan dengan

mengembangkan semua potensinya.25 Dari penjelasan di atas dapat

disimpulakn bahwa pendidikan adalah proses pembentukan dan pembangunan

diri.

Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dan diasuh dengan

baik. Kelak anak-anaklah yang akan menjadi penerus generasi yang sudah tua.

Untuk itu anak harus dididik dengan baik supaya menghasilkan individu-

individu yang baik seperti yang diharapkan. Pendidikan pada dasarnya adalah

tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua,

maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang

tua dalam mendidik anak-anaknya.26

Pada dasarnya anak lahir di dunia dalam keadaan suci. Seorang anak

akan menjadi seperti apa itu dapat dipengaruhi oleh pendidikan yang diterima

seorang anak dari orang tuanya. Sebagaimana diterangkan Nabi Muhammad

saw dalam sabda beliau :

24 Sholih Abdul Azis Abdul Azis Abdul Madjid, At-Tarbiyah wa Taruqut Tadris, Jilid

I, (Mesir : Darul Ma’arif, t.t.), hal. 13. 25 George F. Kneller, Logic and Language of Educational, (New York: John Wilwy

and Soris Inc. 1965), hal. 14-15. 26 Zakiah Darajat, Pendidikan Anak dalam Keluarga : Tinjauan Psikologi Agama,

dalam Jalaluddin Rakhmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 58.

Page 13: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

24

كلمولود يولد على الفطرة فابواه يهودا نـه او : عن اىب هريرة رضي اهللا عنه قال 27.........ينصرا نه او يمجسانه

“Diriwayatkan Bukhari oleh Abu Hurairah Ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidaklah dari anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia Yahudi, Nasrani dan Majusi…….”

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh

Allah SWT kepada orang tuanya. Karena itu orang tua harus menjaga dan

memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima.28

Dengan demikian orang tua bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup

dan perkembangan anaknya. Memberikan pendidikan kepada anak,

merupakan tanggung jawab orang tua yang nantinya akan dipertanggung

jawabkan di hadapan sang pencipta.

Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan

dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu seorang ibu

hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya,

sehingga mau memikirkan dan berbuat sesuatu yang berguna bagi masa depan

anak-anaknya. Bagi seorang pekerja wanita yang posisinya merangkap

sebagai seorang ibu tentunya tidak dapat memberikan perhatian yang

maksimal kepada anak-anaknya. Namun bagaimanapun juga seorang ibu

tersebut harus dapat mendidik anaknya disamping juga harus bekerja di luar

rumah.

Pendidikan merupakan suatu sistem yang melibatkan beberapa

komponen atau elemen.29 Komponen utama sistem pendidikan di antaranya

yaitu :

a. Pendidik

Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak didik.30 Pendidik adalah unsur manusiawi

27 Imam Abu Husein Bin Najjah, Shohih Muslim, (Indonesia: Mahtabah Palilan, t.t.), juz 4, hal. 204.

28 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), Cet. 1, hal. 103.

29 Zahara Idris, Dasar-dasar Kependidikan, (Padang : Angkasa Kaya, 1995), hal.10.

Page 14: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

25

dalam pendidikan. Dan pendidik sebagai figure manusia sumber yang

menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan.31

Pendidik berarti pelaksana yang menyediakan bahan dan yang

menyelenggarakan proses belajar untuk anak didik. Dilingkungan keluarga

yang mempunyai tanggung jawab untuk mendidik anak adalah orang tua

sedangkan di dalam lingkungan sekolah gurulah yang bertanggung jawab

terhadap proses pendidikan. Guru juga disebut orang tua kedua setelah

ayah dan ibu.

b. Anak didik

Anak didik ialah setiap orang yang menerima pengaruh dari

seseorang atau sekelompok ornag yang menjalankan proses pendidikan.32

Anak didik dapat diartikan sekelompok anak yang masih dalam masa

pendidikan. Dan anak didik berarti yang menjalani proses belajar yang

merupakan tujuan pokok sistem pendidikan.

c. Tujuan pendidikan

Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai

suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan dari siswa

atau subyek belajar, setelah menyelesaikan atau memperoleh pengalaman

belajar.33 Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menurut

jauh dan dekatnya waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Berarti tujuan pendidikan untuk mengarahkan kegiatan sistem pendidikan.

Manusia di dalam mencapi proses kesempurnaan memerlukan

pendidikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta

dan mencapai kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat.

Sebagaimana dikatakan Muhammad Munir Mursyi :

30 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 1994), Cet.2, hal.74. 31 Syaiful Bahri Djamalah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta :

Rineka Cipta ,2000), hal. 1. 32 Ibid., hal. 51 33 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rajawali, 1992), Cet.

4, hal. 57.

Page 15: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

26

بأن أهم أهداف التربية اإلسالميه هوبلوغ الكمال االنساىن ألن السالم "..... 34"نفسه ميتل بلوغ الكمال الديىن فهم خامت االديان

“….bahwa faktor-faktor pentingnya pendidikan Islam adalah kesempurnaan kedewasaan manusia, karena Islam sendiri merupakan proses kesempurnaan, yaitu sebagai penutup agaam-agama dan penyempurna ajaran-ajaran Nya.”

Tujuan akhir dari pendidikan menurut Islam yakni membentuk

manusia yang sempurna.

d. Alat pendidikan

Peralatan pendidikan adalah semua yang digunakan guru dan

murid dalam proses pendidikan.35 Seperti antara lain laboratorium,

film,OHP,buku, papan tulis, dll. Selain itu perintah, benda dan situasi juga

merupakan alat-alat pendidikan. Berarti alat pendidikan ialah segala

sesuatu yang dihadirkan dengan sengaja untuk mencapai tujuan

pendidikan.

e. Lingkungan pendidikan

Lingkungna ialah semua pengaruh dari luar baik berupa

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial (non fisik).36 Contoh

lingkungna fisik antara lain keadaan rumah, tempat tinggal, keadaan

gedung sekolah, memenuhi syarat kesehatan atau tidak, dll. Contoh

lingkungna sosial (non fisik) ialah semua manusia yang ada dalam dunia

kehidupan seseorang yaitu manusia yang berinteraksi atau yang bergaul

dengan melakukan kegiatan bersama atau bekerja sama dengan manusia

lain, seperti di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. Berarti lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang

berada di sekitar lingkungan dalam pendidikan.

34 Muhammad Munir Mursyi, at-Tarbiyah al Islamiyyah Usuluhawa That Wuruha fi

Bilad at-Tarbiyah. (Qahirah : Alam al-Kutub, 1997), hal. 18. 35 Ahmad Tafsir, op. cit., hal. 90. 36 Zahara Idris, op. cit., hal. 23.

Page 16: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

27

Di bawah ini penulis akan menguraikan beberapa permasalahan yang

harus mendapatkan perhatian orang tua di dalam memberikan pendidikan

kepada anak-anaknya.

1. Usaha orang tua dalam mendidik anak

a. Komunikasi dengan anak

Banyak orang tua yang mengira bahwa berkomunikasi

dengan anak adalah hal yang tidak terlalu penting. Padahal dengan

berkomunikasi yang baik dengan anak, orang tua dapat mengetahui

apa yang dirasakan anak, sehingga orang tua dapat memberikan arahan

ataupun nasehat kepada anaknya.37 Dengan demikian sebagai orang

tua harus menyempatkan memberikan waktunya untuk berkomunikasi

kepada anak-anaknya, walaupun sesibuk apapun pekerjaan di rumah

ataupun pekerjaan di luar rumah yang menjadi tanggung jewabnya.

Karena dengan komunikasi yang baik, proses pendidikan akan dapat

terlaksana dengan baik.

Membangun komunikasi yang baik dengan anak harus

memperhatikan beberapa prinsip di bawah ini :38

1). Menyediakan waktu

Dewasa ini semua orang disibukkan dengan dunia kerja

baik suami ataupun istri, sehingga orang tua hampir tidak memiliki

waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Sangat disayangkan

bahwa banyak orang tua hanya mengetahui mencukupi kebutuhan

anak secara material, tetapi hampir tidak mau menyediakan waktu

untuk berkomunikasi dengan anaknya. Orang tua yang rela

mengorbankan waktunya untuk berkomunikasi dengan anaknya

berarti orang tua tersebut sudah mengasihi dan memperhatikan

anaknya.

37 Kathleen Liwidjaja Kuntaraf dan Jonathan Kuntaraf, Komunikasi Keluarga : Kunci

Kebahagiaan Anda, (Indonesia Publising House, 1999), Cet. 2, hal. 205. 38 Mary Go Setiawani, Menerobos Dunia Anak, (Bandung : Yayasan Kalam Hidup,

2000), Cet. 1, hal. 69-71.

Page 17: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

28

2). Berkomunikasi secara pribadi

Berkomunikasi secara pribadi di sini berarti komunikasi

yang diadakan secara khusus, akan dapat menyelami bagaimana

rasa senang, marah, sedih dan gembira. Jadi orang tua yang

berkomunikasi secara pribadi dengan anaknya, akan mengetahui

perasaan yang sedang dialami oleh anaknya, baik perasaan ketika

anaknya senang, marah, sedih ataupun gembira.

3). Menghargai anak

Orang dewasa sering meremehkan anak, baik dalam

keadaan sadar ataupun tidak sadar. Padahal seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, besar kemungkinan

kemampuan seorang anak dapat melebihi orang yang sudah

dewasa. Maka usahakanlah sebagai orang tua untuk menghargai

anak dan menerima pendapat anak.

4). Mengerti anak

Dalam berkomunikasi dengan anak, usahakan untuk

mengenal dunia anak, memandang dari posisi mereka untuk

mendengarkan ceritanya dan apa dalihnya, serta mengenai apa

yang menjadi suka dan duka, kegemaran, kesulitan, kelebihan,

serta kekurangan anak. Orang tua yang sering berkomunikasi

dengan anak, hubungannya akan menjadi lebih erat dengan anak,

dan apabila anaknya mempunyai masalah akan mudah

diselesaikan.

5). Mempertahankan hubungan

Komunikasi yang baik selalu didasarkan pada hubungan

yang baik. Orang tua yang selalu menjaga hubungan yang baik

dengan anak, dan menganggap anaknya sebagai teman, sehingga

berkat kedekatan mereka, anaknya dapat mengutarakan isi hatinya

dan dengan terbuka anak akan menceritakan segala kesedihan dan

kegembiraannya. Oleh karena itu sebagai orang tua harus dapat

Page 18: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

29

menjaga atau mempertahankan hubungan yang baik dengan anak-

anaknya.

Disamping orang tua membangun komunikasi yang baik dengan

anak-anaknya, sedapat mungkin orang tua juga harus menyempatkan diri

untuk menemani anaknya belajar.39 Dengan ditemani orang tua pada

waktu belajar, selain anak dapat bertanya apabila mengalami kesulitan

dalam belajar, anak akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Mereka

tahu bahwa yang ingin maju bukan mereka saja, tetapi orang tuanya pun

demikian. Sehingga anak akan lebih bersemangat lagi di dalam belajar,

yang nantinya dapat memperoleh prestasi yang diharapkan.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa pentingnya orang tua dalam

berkomunikasi dengan anak, baik pada waktu belajar maupun pada waktu

tidak belajar, yang nantinya dapat berpengaruh pada prestasi belajar

anaknya. Bagi para pekerja wanita tentunya juga harus melakukan hal di

atas demi masa depan anak-anaknya. Maka sedapat mungkin

menyempatkan waktunya untuk melakukan hal tersebut, walaupun banyak

pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya baik pekerjaan di dalam

rumah ataupun pekerjaan di luar rumah.

b. Fasilitas belajar anak

Salah satu peranan orang tua sebagai pendidik adalah

menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anaknya. Fasilitas

belajar merupakan perlengkapan materiil dalam proses pendidikan.

Tujuan fasilitas belajar diadakan supaya anak dapat belajar dengan

tekun dan tenang, misalnya buku-buku pelajaran yang lengkap, alat-

alat tulis, ruang belajar yang nyaman, ventilasi yang cukup dan lain-

lain.40 Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai dapat

mempermudah proses belajar anak, sehingga anak dapat memperoleh

hasil belajar atau prestasi belajar yang memuaskan.41

39 Alex Sobur, Anak Masa Depan, (Bandung: Angkasa, 1991), hal. 68. 40 Ibid. 41 Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, Media Pengajaran Penggunaan dan

Pembuatannya, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hal. 2.

Page 19: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

30

Fasilitas belajar di dalam proses pendidikan sangat penting

sekali. Semakin lengkap alat-alat pelajaran atau fasilitas dalam belajar

maka anak akan semakin dapat belajar dengan sebaik-baiknya,

sehingga prestasi belajar yang dicapai anakpun akan lebih baik.

Sebaliknya kalau fasilitas dalam belajarnya tidak lengkap dapat

menjadikan gangguan dalam proses belajar, sehingga hasilnya pun

akan mengalami gangguan.

Akan tetapi perlu diingat oleh para orang tua, bahwa fasilitas

pendidikan hanya merupakan perlengkapan materiil saja dan masih ada

faktor-faktor yang perlu dipenuhi yaitu faktor nonmateriil, antara lain

ketekunan dan kedisiplinan. Dan yang lebih penting lagi adalah minat

yang cukup besar.

2. Aktivitas belajar anak

Keberhasilan anak dalam pendidikan tergantung pada aktivitas

belajarnya baik di rumah ataupun di sekolah. Dalam sehari anak-anak

banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di sekolahan. Di sini

orang tua harus dapat mengawasi, mengarahkan bahkan mengingatkan

anaknya baik dalam waktu belajar maupun cara belajar yang baik.

Ada tiga komponen yang harus dimiliki anak, agar dirinya dapat

melakukan kegiatan proses belajar, yaitu :

a. Minat

Minat menjadi faktor yang besar pada pembentukan perilaku

dan sikap seseorang. Minat dapat diartikan sebagai suatu keinginan

untuk memposisikan diri pada pencapaian pemuasan kebutuhan

seseorang. Minat juga yang menjadi daya pendorong bagi seseorang

untuk melakukan apa yang mereka inginkan.42 Di dalam melakukan

aktivitas yang didorong oleh minat akan mengandung unsur

kegembiraan. Dan sebaliknya, tanpa di dorong oleh minat di dalam

melakukan aktivitas akan menimbulkan kebosanan dan kemalasan.

42 Hendra Surya, Kiat Mengajak Anak Belajar dan Berprestasi, (Jakarta : Elex Media,

2003), hal.6.

Page 20: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

31

Sebagai orang tua harus dapat menumbuhkan minat belajar

pada anak baik di sekolah,di rumah maupun di lembaga pendidikan

lain yang diikuti anaknya. Salah satu caranya dengan menanamkan

pada anak manfaat dari belajar dan pentingnya belajar dalam

kehidupan manusia.

b. Perhatian

Perhatian mengandung unsur pemusatan tenaga psikis

disertai dengan kesadaran pada aktivitas tertentu.43 Di sini anak akan

benar-benar memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang mereka

senangi. Semakin mereka senang, maka perhatian yang mereka berikan

akan semakin besar. Sesuatu yang mereka senangi pasti berhubungan

dengan minatnya pada sesuatu. Di dalam aktivitas belajar hendaknya

orang tua dapat memenuhi atau merangsang minat belajar anak,

sehingga anaknya akan memberikan perhatian yang lebih pada

aktivitas belajarnya.

c. Motivasi

Motivasi adalah dorongan atau usaha yang dilakukan untuk

mewujudkan perbuatan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.44 Dalam

aktivitas belajar, tugas orang tua adalah bagaimana membangkitkan

motivasi anak, sehingga anak mau melakukan proses belajar. Motivasi

dapat tumbuh dari dalam diri sendiri tanpa ada pengaruh dari luar

dirinya atau orang lain, yang disebut dengan motivasi intrinsik. Dan

ada motivasi yang tumbuh dari luar dirinya karena ada pengaruh dari

orang lain, yang disebut dengan motivasi ekstrinsik.

Dengan demikian orang tua sangat diharapkan dapat melakukan

berbagai cara dalam upaya membangkitkan minat, perhatian dan motivasi

anak agar anak mau melakukan aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya.

43 Ibid., hal. 7. 44 Ibid.

Page 21: BAB II PEKERJA WANITA DAN IMPLIKASINYA ...library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/33/jtptiain...13 yang bekerja.7 Dan juga bisa diartikan perempuan dewasa yang melakukan sesuatu

32

3. Prestasi belajar anak

Setiap orang tua tentunya selalu menginginkan anaknya dapat

mencapai prestasi yang tinggi di sekolahan maupun di lembaga-lembaga

pendidikan yang diikuti anaknya. Namun cita-cita seperti itu tidaklah

mudah, harus ada usaha yang dilakukan oleh semua pihak.45 Dalam hal ini

peranan orang tua jelas tidak dapat diabaikan. Orang tua memegang

peranan penting di dalam mendorong anaknya untuk berprestasi.

Sesungguhnya sebagian besar kaum ibu menyadari akan hal ini.

Namun karena keadaan, mereka terpaksa tetap bekerja di luar rumah.

Dengan demikian perhatian terhadap anak-anaknya tidak dapat diberikan

semaksimal mungkin.46 Yang mana keadaan seperti ini dapat

mempengaruhi prestasi belajar anak-anaknya.

45 Alex Sobur, Op.Cit., hal. 59. 46 Paulus Mujiran, Pernik-Pernik Pendidikan Manifestasi dalam Keluarga Sekolah dan

Penyadaran Gender, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), Cet. 1, hal. 31.