Upload
lydan
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
20
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Said Nursi
1. Masa Kanak-kanak
Said Nursi lahir di sebuah perkampungan bernama Nursi, sebuah perkampuangan
Qadha‟ (Khaizan) di wilayah Bitlis yang terletak di sebelah timur Anatoli. Beliau lahir
saat menjelang fajar terbit pada tahun 1293 H./1876 M. Kampung kelahiran Nursi dikenal
sebagai kampung yang indah. Kampung tersebut dikelilingi gunung-gunung yang
menjulang tinggi dengan salju abadi yang selalu menutupi puncak-puncaknya. Sebuah
desa yang berpayung langit biru dengan udara yang terkenal bersih dan terbebas dari
polusi. Said Nursi tinggal bersama ayah ibu dan saudara-saudaranya. Dia adalah anak
keempat dari tujuh bersaudara.1 Ayahnya bernama Mirza, seorang sufi yang sangat wara‟
dan diteladani sebagai seorang yang tidak pernah memakan barang haram dan hanya
memberi makan anak-anaknya dengan yang halal saja.2
Mirza juga dikenal sebagai Sufi Mirza. Selain dikarenakan sifatnya yang sangat
rendah hati, sebutan ini diperkirakan mengacu pada keterikatannya dengan sebuah ordo
sufi atau kesalehannya, sementara istrinya adalah Nuriye, atau lebih tepatnya—menurut
seorang penulis biografinya—Nure atau Nura. Mereka tinggal bersama masyarakat Kurdi
yang berada di kawasan geografis Usmani yang dikenal dengan masyarakat Kurdistan.3
1 Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 2 2 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
8 3Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 2-3
20
21
Mirza meninggal pada tahun 1920-an dan dikubur di makam Nurs. Sejak Said
meninggalkan rumah untuk menempuh studinya, dia tak pernah menemui ibunya. Ibunya
meninggal sekitar Perang Dunia I dan juga dimakamkan di Nurs. Said Nursi pernah
mengatakan bahwa dia belajar banyak dari kedua orang tuannya. Dari ibunya, dia belajar
merasa kasihan, dan dari ayahnya dia mempelajari ketertiban dan keteraturan.4
Semenjak kecil, Said Nursi telah dikenal sebagai seorang anak yang memiliki
kecerdasan lebih. Hal ini ditandai dari cara berpikirnya yang telah matang dan melampaui
anak-anak seusianya. Dia anak yang banyak bertanya dan gemar meneliti masalah-
masalah yang belum dipahaminya untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Dikisahkan, bahwa Said Nursi kecil suka menghadiri pendidikan yang
diselenggarakan untuk orang-orang dewasa dan menyimak diskusi-diskusi berbagai
topik, terutama yang dilakukan oleh para ulama setempat yang biasa berkumpul di rumah
ayahnya di malam hari musim dingin yang panjang. Ketika itu, terkadang dalam
benaknya terlintas pertanyaan ilmiah. Peristiwa ini seperti yang dikemukakannya:
“Saat aku masih kecil, imajinasiku bertanya padaku: Manakah yang dianggap
lebih baik dari dua masalah? Apakah hidup bahagia selama beribu-ribu tahun
dalam kemewahan dunia dan berkuasa namun berakhir dengan ketiadaan, atau
kehidupan abadi ada namun harus dijalani dengan penuh derita? Kemudian, aku
melihat imajinasiku lebih memilih alternatif kedua dari pada yang pertama
dengan menyatakan: Aku tidak menginginkan ketiadaan, bahkan aku
menginginkan keabadian meskipun di dalam Jahannam.”5
Said dikenal sebagai seseorang yang tidak suka menerima pemberian dari orang
lain, dia tidak pernah membiarkan dirinya meminta sesuatu pada orang lain. Dia juga
tidak pernah mau menerima perlakuan sewenang-wenang, dan sejak kecil selalu
menjauhkan diri dari perbuatan yang buruk. Sikap dan sifat-sifat ini terus melekat dan
4 Ibid, halaman 3
5 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
9
22
bertambah kuat dalam kepribadiannya setelah dia dewasa, juga tercermin dalam sikapnya
saat dijumpai oleh orang lain.
2. Pendidikan
Said Nursi belajar di Kuttab (madrasah) pimpinan Muhammad Afandi di desa
Tag, sebagaimana ia juga belajar kepada kakaknya, Abdullah, pada setiap liburan akhir
pekan pada tahun 1882.6 Ketika masih kecil, Said dikenal sebagai anak yang suka
berkelahi. Dia banyak bertikai dan bertengkar dengan teman-teman sebayanya. Dia
belum tahu betul bagaimana cara mengekspresikan dirinya dengan baik sehingga hal itu
menumbuhkan rasa frustasi dalam dirinya. Dia juga dikenal sebagai anak yang sering
berbeda pendapat dengan guru-gurunya.
Hal yang pertama kali memicu Said untuk mulai belajar adalah teladan dari
kakaknya, Abdullah. Dengan ketajaman pandangan yang luar biasa untuk anak usia
sembilan tahun, dia telah memperhatikan bagaimana Abdullah telah menuai hasil dari
belajarnya; secara berangsur-angsur dia meningkat dan berkembang sehingga ketika
Said melihatnya bersama dengan teman-teman sedesa yang tidak pernah belajar,
keunggulan rasa percaya diri Abdullah melahirkan dorongan belajar yang kuat dalam
diri Said.7
Said belajar di desa Tag hanya dalam waktu yang singkat, karena kegiatan
belajarnya di lanjutkan di madrasah desa Birmis. Undang-undang pendidikan yang
berlaku di Timur Anatoli waktu itu hanya mengizinkan untuk membuka sekolah-sekolah
agama kepada ulama yang berprestasi saja. Apabila pendirinya mampu, biaya
6 Ibid, halaman 9-10
7 Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 6
23
pendidikan akan dibebankan padanya. Namun apabila tidak, biaya tersebut diambil dari
zakat penduduk dan bantuan mereka. Karena itulah para siswa sekolah agama bertebaran
di sudut-sudut desa untuk memungut zakat, agar biaya pendidikan mereka terpenuhi.8
Sikap teman-temannya itu berbeda sekali dengan kepribadian Said. Dia tidak
pernah meminta biaya apapun kepada masyarakat untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal
ini disebabkan oleh rasa harga dirinya yang tinggi. Namun, karena melihat karakternya
yang mengagumkan, banyak masyarakat yang terdorong untuk memberikan sesuatu
padanya karena inisiatif dari diri mereka sendiri.
Said pergi ke Bitlis pada tahun 1888 M. dan mendaftarkan diri di sekolah Syaikh
Amin Afandi. Tetapi hanya sebentar saja di sekolah tersebut sebab syaikh tersebut
menolak untuk mengajarnya dengan alasan faktor usia yang belum memadai. Beliau
hanya dititipkan ke orang dan hal ini membuat beliau sedih. Kemudian, beliau segera
mengalihkan perhatiannya untuk masuk di sekolah Mir Hasan Wali di Mukus, kemudian
di sekolah yang terletak di Waston (Kawasy). Hanya bertahan 1 bulan, beliau bersama
seorang temannya yang bernama Muhammad berangkat menuju sekolah di Bayazid,
salah satu daerah yang termasuk di wilayah Agra. Di sinilah Said Nursi mempelajari
ilmu-ilmu agama dasar, karena sebelum itu beliau hanya belajar nahwu dan sharaf saja.9
Masa studi Said di madrasah Bayazid di bawah bimbingan Syaikh Muhammad
Jalali berlangsung hanya tiga bulan, tetapi itulah yang memberinya dasar atau kunci
menuju ilmu-ilmu agama yang kelak menjadi landasan pemikiran dan karya-karyanya.
Dan juga, di sinilah sekali lagi dia menunjukkan apa yang secara naluriah telah dia
tunjukkan sejak awal studi-studinya—yaitu ketidakpuasannya dengan sistem pendidikan
8 Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
10 9 Ibid, halaman 10
24
yang ada dan kepeduliannya terhadap adanya kebutuhan mendadak terhadap reformasi.
Lebih lagi, banyaknya karya yang Said baca, hafalkan, dan cerna selama masa yang
pendek ini menunjukkan kekuatan ingatannya yang mengagumkan dan kecerdasan serta
pemahamannya yang luar biasa, yang keduannya berkembang jauh melebihi rata-rata
anak seusianya. Saat itu usianya baru empat belas atau lima belas tahun.10
Said banyak menelaah buku secara otodidak. Dia memahami sesuatu tanpa
mencari bantuan seorang pun. Dia mampu belajar dan menguasai buku-buku yang
paling sulit yang tebalnya 200 halaman atau lebih waktu 24 jam. Dengan rasa ingin tahu
yang besar dan kesungguhan dalam menuntut ilmu, Said banyak mengurung diri sendiri
sehingga terputuslah hubungan antara dia dan dunia luar. Dikarenakan oleh ilmunya
yang tinggi, pertanyaan apapun yang diajukan padanya akan bisa dijawab dengan baik.
Said memperoleh diplomanya dari Syaikh Jalali dan kemudian dikenal sebagai
Mullah Said. Jelas-jelas dia berniat mengejar kehidupan sebagai pertapa, karena dia
mengenakan busana seorang darwis dengan tulang doba tersambung di pundaknya dan
berangkat ke Baghdad, dengan niat mengunjungi para cendekiawan agama dan makam
Syaikh Abdul Qodir Jaelani.11
Said Nursi sempat berpikir untuk menguji pengetahuannya dengan para
cendikiawan lain. Sehingga dia sering berada dalam sebuah forum yang di dalamnya dia
berdebat dan adu argumentasi dengan para cendekiawan lain. Bahkan dia sering pula
berdebat dengan guru-guru agama.
Nursi pernah menulis surat pada 1946 ketika berada di pengasingannya di
Emirdag. Dari surat tersebut, bisa diketahui bahwa pada saat inilah, sebagai hasil dari
10
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 12 11
Ibid, halaman 13-14
25
prestasi-prestasinya selama belajar, dia pertama kali disebut Badiuzzaman—Keajaiban
Zaman—oleh Mullah Fathullah Afandi. Dia menulis kepada salah satu muridnya:
“Saudaraku yang selalu penasaran, Re‟fet Bey, kamu ingin informasi tentang
karya-karya Badiuzzaman Hamadani pada abad ke-3 Hijriah. Yang kutahu
tentangnya adalah bahwa dia memiliki kecerdasan dan kekuatan ingatan yang
luar biasa. Lima puluh lima tahun yang lalu salah satu guru pertamaku,
almarhum Mullah Fathullah Afandi dari Siirt, menyamakan Said yang Lama
dengannya dan memberinya nama itu.”12
Said Nursi berangkat menuju kota Wan pada tahun 1894 berdasarkan undangan
wali kotanya yang bernama Hasan Pasya agar tinggal bersamanya. Kemudian dari sana
ia pindah ke rumah Thahir Pasya. Di sana dia bertemu dengan sebagian para ulama dari
berbagai disiplin ilmu modern, seperti: Geografi, kimia, dan lain-lain.13
Kediaman Tahir Pasya adalah tempat berkumpulnya pada pejabat pemerintah,
guru-guru dari sekolah sekuler, dan para intelektual lainnya. Di sana mereka bisa
bertemu untuk mendiskusikan persoalan-persoalan yang mereka minati. Tahir Pasya
ingin Said bergabung dalam diskusi-diskusi ini, tetapi lingkungan baru tersebut segera
membuka mata Said terhadap dampak-dampak reformasi ke arah pemikiran sekuler dan
perilaku para pejabat, dan membuatnya melihat jurang yang tercipta di antara mereka
dan pandangan-pandangan tradisional. Lebih-lebih dia menyadari bahwa dalam bentuk
tradisionalnya teologi Islam (kalam) tidaklah mampu menjawab keraguan-keraguan dan
kritik yang telah dilontarkan kepada Islam. Hal inilah yang membuatnya mempelajari
ilmu-ilmu pengetahuan modern—sesuatu yang baru di antara para ulama di wilayah-
wilayah Timur. Dalam hal ini dia menerima dukungan sebesar-besarnya dari Tahir
Pasya. Dengan menggunakan perpustakaan dan koran-koran serta jurnal-jurnal yang
12
Ibid, halaman 16 13
Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
14
26
disediakan untuk kantor Tahir Pasya, Said mulai mempelajari subyek-subyek semacam
sejarah, geografi, matematika, geologi, fisika, kimia, astronomi, dan filsafat,
permasalahan terkini, perkembangan-perkembangan dalam kehidupan Dunia Islam.14
Said memiliki madrasah yang menggunakan sistem pengajaran yang
dirancangnya sendiri. Dia telah merumuskan gagasannya mengenai pendidikan melalui
pengamatannya dari berbagai jenis sistem pendidikan di Turki saat itu. Dalam sistem
pendidikan yang dirancang olehnya, Said Nursi menggabungkan agama dan sains
modern. Agama dipelajari demi memenuhi kebutuhan rohani murid-muridnya. Dan
sains dipelajari untuk memenuhi tuntutan zaman. Dia mengembangkan ini dengan cara
mengamati prinsip-prinsip dari semua yang telah dia pelajari sekaligus pengalamannya
mengajar subyek-subyek ilmiah dan agama. Dasar dari metode ini adalah
“menggabungkan” ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern, dengan
hasil bahwa sains akan membenarkan dan memperkuat kebenaran-kebenaran agama.
Said memiliki cita-cita untuk membangun sebuah universitas di Anatolia Timur
sebagai tempat untuk mempraktikkan metode ini, dengan kata lain, tempat dimana ilmu-
ilmu fisika diajarkan bersama-sama dengan ilmu-ilmu agama dan gagasan-gagasan
lainnya diterapkan. Universitas ini diberi nama Madrasatu’z-zahra.
Said memperluas proyeknya dengan menyertakan tiga institusi semacam itu—
secara berturut-turut di Wan, Bitlis, dan Diyarbakir. Setelah berkelana ke seluruh
Anatolia Timur, dia telah melihat bahwa mereka tidak hanya akan menjadi sarana
memerangi kebodohan dan keterbelakangan yang tersebar luas di kawasan tersebut,
14
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 36-37
27
tetapi akan menjadi sebuah solusi untuk permasalahan-permasalahan sosial dan
politiknya yang lain.15
Semasa menetapnya Said Nursi di kota Wan, suatu hari Wali Kota Wan
menginformasikan kepadanya tentang berita menggemparkan yang dimuat surat kabar
setempat dan membuat dia gemetaran karena menahan emosi. Dalam surat kabar
tersebut dikemukakan, bahwa menteri urusan koloni Inggris, Gladystone, di depan
anggota parlemen dengan menggenggam Al-Qur‟an telah berkata:
“Selama Al-Qur‟an ini berada di tangan kaum muslimin, kita pun tidak akan
pernah mampu menguasai mereka. Dengan demikian, bagi kita tidak ada jalan
lain kecuali melenyapkannya atau memutuskan hubungan kaum muslimin
dengannya.”16
Pernyataan yang diucapkan oleh sekretaris Inggris di atas telah membuka
kesadaran Said bahwa Islam sedang terancam. Sebagaimana disebutkan dalam nukilan di
atas, ancaman-ancaman sekretaris Inggris untuk negara-negara jajahan itu terhadap Al-
Qur‟an dan Dunia Islam menyebabkan terjadinya revolusi dalam gagasan-gagasan Said,
menjernihkan gagasan-gagasan itu dan menyiapkan dirinya ke arah yang kini akan dia
tuju. Ancaman-ancaman tersebut membuatnya menyatakan bahwa ia akan membuktikan
dan mempertunjukkan kepada dunia bahwa Al-Qur‟an adalah matahari yang tidak akan
mati dan tidak bisa dimusnahkan.
Said menunjukkan bahwa Al-Qur‟an adalah pengetahuan dan kemajuan sejati
dengan menggunakan pengetahuan yang telah dia peroleh untuk membuktikan
kebenaran-kebenarannya. Dia membelanya melawan upaya-upaya yang disengaja untuk
15
Ibid, halaman 39 16
Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
14-15
28
menodainya dan merusak masyarakat muslim. Dalam sebuah surat yang dia tulis pada
1955 M, Said menyatakan bahwa dia menemukan dua sarana untuk melakukan ini: salah
satunya adalah Madrasatu’z-zahra, yang membuatnya pergi ke Istanbul dan bahkan ke
Pengadilan Sultan Abdul Hamid II, dan yang kedua adalah Risālatu’n-nūr.17
3. Partisipasi Dalam Perang Dunia I
Perang Dunia I merupakan sebuah peristiwa yang awal permasalahannya
dilatarbelakangi oleh adanya keinginan negara-negara Barat untuk mendapatkan
hegemoni kekuasaan atas negara-negara lainnya. Kemudian muncul persekutuan antar
negara untuk menghadapi musuh. Perang dahsyat dalam PD I terjadi di Kaukakus.
Tercatat bahwa Rusia berupaya menguasai Anatoli. Pada tanggal 16 Februari 1916,
pasukan tentara Rusia—yang terdiri dari tiga kali lipat jumlah pasukan tentara Turki
Usmani—berhasil memasuki kota Ardarum.
Said Nursi turut berpartisipasi dalam peperangan ini. Dia dan para muridnya
dengan segala daya yang dimiliki turut serta menghadapi tentara Rusia. Selama terlibat
dalam pertempuran tersebut, Said berhasil menyusun tafsirnya yang sangat berharga
dalam bahasa Arab. Penyusunan tafsir ini dikerjakan dengan cara didiktekan kepada
seorang muridnya yang bernama Habib. Ketika pasukan tentara Rusia memasuki kota
Bitlis, beliau bersama para muridnya berjuang untuk mempertahankannya dengan
semangat pantang menyerah. Mereka bertempur mati-matian di seluruh sektor kota, di
jalan-jalan utama sampai di gang-gang sempit. Namun karena selisih kekuatan yang
17
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 41-42
29
sangat jauh, akhirnya pasukan tentara Said Nursi yang sedikit berhasil dikalahkan oleh
pasukan tentara Rusia yang jauh lebih banyak jumlahnya.
Said Nursi menderita luka parah selama dalam pertempuran ini dan beliau
bersama salah satu muridnya jatuh ke dalam sungai dari atas sebuah jembatan. Tiga puluh
jam lamanya beliau terendam air, tidak bisa keluar dari sana kerena cucuran darah dari
lukanya yang tidak terhenti. Ketika muridnya melihat bahwa darah terus mengalir dari
luka yang dideritanya dan cuaca amat dingin bisa jadi akan mengantarkan Nursi para
kematian, ia terpaksa mengabarkan keadaan gurunya itu kepada pasukan tentara Rusia.
Said Nursi pun tertangkap oleh pasukan tentara Rusia dan dibawa ke salah satu markas
tawanan militer di Qustarma yang terletak di Timur Rusia, lalu menjadi tawanan.18
4. Akhir Hayat
Said Nursi merupakan seorang tokoh ulama besar yang memiliki berbagai
dimensi prestasi. Dengan kepribadian dan karakter yang kuat sepanjang hidupnya, Said
Nursi telah dan tetap menjadi figur penting dalam dunia Islam abad ke-20 berkat
pengaruhnya yang kuat dan terus menerus. Dia telah menyumbangkan banyak pemikiran
besar dalam dunia Islam. Dengan cara yang efektif dan luar biasa, dia sajikan kekuatan
intelektual, moral dan rohani Islam yang telah muncul dalam berbagai tingkat berbeda
selama sejarah Islam selama empat belas abad ini.
Said Nursi hidup hingga usia 85 tahun. Dia habiskan sebagian besar usianya yang
dipenuhi dengan kecintaan dan kebanggaan akan nilai-nilai Islam itu dalam kegiatan
18
Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
29
30
yang bijak dan hati-hati yang didasarkan pada pemikiran yang logis dan dalam naungan
Al-Qur‟an dan contoh-contoh dari Nabi SAW. Banyak diskusi dan tulisan telah
membahas tentang cita-cita agung yang dikejar Said Nursi dan keakrabannya yang
mendalam dengan dunia dan zaman dimana dia hidup, kelembutan manusiawinya,
loyalitasnya kepada teman-temannya, kesuciannya, dan sifat rendah hatinya.19
Said Nursi telah menghabiskan seluruh usianya demi memperjuangkan nilai-nilai
Islam yang dia yakini akan membawa Turki menuju peradaban yang besar. Said
mendedikasikan hidupnya untuk menunjukkan bahwa revitalisasi dunia Islam, bahkan
kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, harus dicari dalam Al-Qur‟an yang
merupakan wahyu ilahi, bukan pada peradaban yang dominan pada zaman sekarang
karena peradaban ini terilhami oleh prinsip-prinsip yang berasal dari manusia.
Tujuan Nursi sejak masa mudanya adalah membangkitkan kembali kesadaran
beragama di kalangan umat Islam yang dia anggap telah mengalami kemerosotan dalam
hal spiritualitas. Dan upaya untuk mencapai tujuan ini membuat Said menulis beberapa
karya asli dan aktif terlibat dalam pergerakan konstitusional yang dia percayai sebagai
satu-satunya cara menyelamatkan keutuhan dan kemajuan Kerajaan Usmani dan dunia
Islam. Bagi Nursi dan para pemikir zaman sekarang, nilai-nilai konstitusionalisme seperti
pemerintahan yang representatif, perundingan dan perundang-undangan itu sesuai dengan
Islam dan sangat penting untuk membangun kembali peradaban Islam. Nursi secara
khusus menekankan agar mendasarkan semua ini pada Islam.
Tujuan Nursi bukanlah politik semata, tetapi sebagian besar untuk pendidikan,
baik dalam pengertian yang luas untuk mencerahkan berbagai elemen masyarakat tentang
19
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman v
31
pentingnya konstitusionalisme, maupun dalam mengupayakan kemajuan-kemajuan
pendidikan yang inovatif, dan memperbarui kurikulum serta disiplin-disiplin ilmu yang
diajarkan. Dia juga sangat memperhatikan perbaikan moral.20
Ketika Said telah menginjak usia tua, dia melakukan serangkaian perjalanan ke
berbagai tempat. Seolah-olah beliau hendak menyampaikan selamat tinggal kepada para
muridnya. Pada tanggal 19 Desember 1959 M, beliau pergi ke Ankara dan dari sana ke
Amir Dag, lalu ke Qunia, selanjutnya kembali lagi ke Ankara. Reporter majalah Time
telah mewawancarainya panjang lebar dan hasil wawancara ini dimuat pada edisi tanggal
6 Januari 1960 M. Sekali lagi Said Nursi pergi ke Qunia dan hari itu juga perjalanan
dilanjutkan ke Asbarithah.
Rangkaian perjalanan yang dilakukannya ini telah menimbulkan rasa khawatir
dan takut pihak-pihak yang memusuhi Islam. Koran-koran milik mereka lalu
menyerangnya dengan sengit. Rekayasa diciptakan untuk mempengaruhi opini umum
agar beliau dimusuhi. Dengan sengit dan gencar serangkaian cerita burung dan beragam
fitnah mengenai beliau dipublikasikan, seolah-olah kerusuhan berdarah di bawah
komandonya akan melanda negeri.
Said jatuh sakit pada bulan maret tahun 1960 M karena terserang penyakit paru-
paru. Pada tanggal 18 bulan maret, penyakit yang diderita semakin parah sehingga
membuatnya sering jatuh pingsan. Suatu hari beliau pernah jatuh pingsan, kemudian
beliau tidur nyenyak dan baru bangun untuk shalat subuh, lalu mengambil wudhu dan
mengganti pakaiannya. Ketika itu, tampak beliau seperti telah sembuh dari sakitnya
20
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 505
32
secara total. Beliau pun shalat subuh dan setelah itu para muridnya dipanggil dan kepada
mereka, satu persatu, beliau mengucapkan selamat tinggal.21
Setelah hari itu, kondisi kesehatan Nursi membaik hingga tanggal 10 Ramadhan,
namun setelah itu kondisinya kembali memburuk. Dia meminta murid-muridnya untuk
membawanya ke Urfah. Beliau wafat di kota itu pada hari 23 Maret 1960.22
5. Karya-karya
a. Risālatu’n-nūr
Salah satu peninggalan terbesar Said Nursi adalah sebuah karya besar berupa
buku yang tebalnya hingga lima ribu halaman. Buku tersebut dia beri judul Risālatu’n-
nūr. Said menulis karya ini ketika dia berada di pengasingannya di Barla. Dia dikirim ke
pengasingan dalam negeri dan menjalani sisa hidupnya, hingga wafat pada tahun 1960 M,
dalam pengawasan ketat, di penjara, atau di kamp penyiksaan.23
Risālatu’n-nūr
merupakan sebuah revolusi. Baik revolusi pikiran, hati, jiwa dan rohani. Ia ditulis untuk
membimbing umat Islam dari keimanan atas dasar taqlid menuju keimanan yang
ditemukan melalui penyelidikan, mempelajari alam dan kejiwaan manusia serta refleksi
tentangnya, juga melalui pencerahan intelektual yang lebih dalam.24
Risālatu’n-nūr
dianggap sebagai sebuah karya Islam yang komprehensif dan lengkap yang melihat alam
semesta sebagaimana adanya, menghadirkan realitas keimanan sebagaimana mestinya.
21
Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
111-112 22
Ibid, halaman 118 23
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman xv 24
Ibid, halaman xxv
33
Risālatu’n-nūr menunjukkan bahwa tanda-tanda Allah, cerminan nama-nama dan
sifat-sifat-Nya, disampaikan kepada kita dengan tegas dalam bentuk dan konfigurasi
baru, yang selalu berubah, yang mengajarkan pengakuan, penerimaan, penyerahan,
kecintaan dan peribadatan.
Risālatu’n-nūr menunjukkan bahwa ada proses yang jelas untuk menjadi Muslim
dilihat dari hakikat katanya: i’tibar (kontemplasi) menjadi pengetahuan, pengetahuan
menjadi penegasan, penegasan menjadi keimanan atau keyakinan, dan dari keimanan
menjadi penyerahan diri.25
Risālatu’n-nūr memiliki gaya bahasa yang puitis. Untuk menilai bahasa dan gaya
Risālatu’n-nūr, kita perlu memikirkan gaya Al-Qur‟an dan misi Said Nursi. Said Nursi
bukanlah penulis biasa.26
Said menuangkan gagasannya dengan sebuah misi yang besar.
Dia berjuang melawan berbagai kecenderungan pemikiran yang materialistik dan ateis
yang merupakan produk dari sains dan filsafat. Dia menulis untuk menyajikan kebenaran
Islam ke hati dan pikiran manusia modern pada berbagai tingkat pemahaman. Said Nursi
adalah seorang penjuru dakwah, sehingga dia tidak hanya sekedar menulis, tapi juga
mengajarkan gagasan-gagasannya itu kepada murid-muridnya. Karena itulah beberapa
bagian dari Risālatu’n-nūr ditulis dalam waktu yang sangat singkat.
Risālatu’n-nūr mengandung bagian yang berjudul Kumpulan Kata. Bagian ini
ditulis Said selama sepuluh tahun. Kumpulan Kata mengandung sejumlah refleksi dan
meditasi Al-Qur‟an. Hampir sepanjang periode ini dihabiskan Said Nursi dalam penjara
atau dibawah pengawasan ketat, dan hanya kadang-kadang saja dikunjungi oleh teman
dan orang-orang yang berniat baik. Beberapa orang yang mengunjungi Said Nursi itu
25
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxix 26
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman xxvii
34
menerima menuskrip tulisannya dengan cara seadanya, yang kemudian disalin dengan
tangan dan disebarkan.
Pemenjaraan dan pengawasan ketat yang tidak adil selama waktu yang begitu
lama, tanpa ada tuduhan yang diajukan, memperberat beban yang ditanggung Said Nursi,
tetapi hal itu tidak membuatnya mengubah kekuatan tulisannya atau memperlemah
komitmennya pada tulisannya itu. Jika tujuan dari pemenjaraan dan pengawasan ketat itu
adalah untuk menghalangi cahaya pengajaran Al-Qur‟an Said Nursi, bisa kita katakan
dengan yakin bahwa upaya tersebut gagal total.27
b. Matsnawiy’n-nūriya
Matsnawiy’n-nūriya adalah salah satu karya Said Nursi yang ditulis sebelum
memulai menulis bagian utama dari koleksi Risālatu’n-nūr. Dalam buku ini, gagasan-
gagasan besarnya mengungkapkan diri sebagai sebuah tetesan, tunas, dan kuncup.
Masing-masing tetesan, tunas dan kuncup yang kemudiannya menjadi seperti aliran
gagasan, bagaikan sebuah kebun bunga mawar yang memancarkan wewangian, seperti
sebuah hutan yang berbisik dengan agungnya. Gagasan-gagasan itu menarik dan
menggairahkan perasaan umat Muslim berdasar pada iman dan perenungan; sementara
itu gagasan-gagasan tersebut juga membimbing orang-orang kafir untuk kembali
mengevaluasi pikiran-pikiran dan jalan hidup mereka.28
B. Konsep Pemikiran Said Nursi
1. Agama
27
Ibid, halaman xxix 28
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxxiii
35
a. Keimanan dalam Agama
Iman bukan suatu bentuk pengetahuan yang bisa diungkapkan dengan kata-kata
atau perbuatan, tetapi lebih sebagai suatu bentuk kekuatan spiritual dan emosional
manusia terhadap sesuatu yang diyakini.29
Iman seperti sebuah prisma yang
mengungkapkan dimensi sejati dari hakikat alam dan manusia. Dengan sarana iman,
alam semesta tampak sebagai sebuah buku yang menarik dan dapat dipandang dari
segala sisi.
Sebuah prisma dapat memancarkan berbagai warna cahaya meskipun bersumber
dari satu sinar. Demikianlah jika ingin memandang sebuah kebenaran. Sumbernya bisa
saja sama, namun penafsiran terhadapnya tidak bisa dipungkiri akan berbeda-beda. Hal
tersebut dapat dikarenakan adanya latar belakang yang berbeda atau perspektif yang
beda saat memandangnya. Namun semua itu merupakan perwujudan dari satu hal yang
sama.
Keimanan terhadap Tuhan, terhadap Nabi, terhadap hari Kebangkitan dan
penegasan eksistensi alam semesta memerlukan keimanan terhadap semua hal itu, tanpa
bisa ditinggalkan salah satunya. Ada hubungan sempurna antara pokok-pokok keimanan
ini, yaitu iman terhadap salah satu hal mensyaratkan iman terhadap hal-hal yang lain.
ketuhanan memerlukan kerasulan, keberadaan dunia ini membuktikan adanya dunia
lain.30
Said menyatakan31
bahwa iman kepada Keesaan Allah mempunyai dua tingkat:
Tingkat pertama adalah iman secara lahir bahwa Allah tidak mempunyai sekutu dan
29
Jasa Ungguh Muliawan. 2015. Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum,
Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, halaman 10-11 30
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxxiv 31
Ibid, halaman 3
36
alam semesta ini milik Allah saja. Bagi seseorang yang mempunyai tingkat keimanan
ini, imannya mungkin rentan terhadap penyimpangan dan kekaburan pemahaman.
Tingkat kedua adalah keimanan yang diyakini dengan kuat bahwa Allah adalah
Esa dan bahwa segala sesuatu milik-Nya saja, dan hanya dia yang memberi eksistensi
tanpa ada sekutu apapun dan tanpa membutuhkan sarana apapun untuk melakukannya.
Orang dengan iman seperti ini melihat tanda (ayat) Allah dan ia juga mengetahui tanda-
tanda-Nya ada di segala sesuatu, dan ia terbebas dari keraguan. Ia merasa dirinya selalu
berada di depan Allah. Tidak ada penyimpangan atau keraguan dapat mengaburkan
tingkat keyakinan ini.
Said berasumsi32
bahwa tujuan tertinggi dan kesadaran yang paling mulia bagi
seorang manusia adalah keimanan pada Allah. Manusia mampu meraih derajat
kemanusiaan yang paling mulia disebabkan oleh pengetahuannya tentang Allah.
Kebahagiaan yang paling bercahaya dan hadiah yang paling manis bagi manusia adalah
kecintaan kepada Allah yang terkandung dalam pengetahuan tentang Allah. Kesenangan
yang paling murni bagi jiwa manusia dan kebahagiaan yang paling hakiki bagi hati
adalah ekstase ruhani yang terkandung dalam kecintaan kepada Allah. Sesungguhnya
semua kebahagiaan yang sejati, kegembiraan yang murni, hadiah yang manis dan
kesenangan yang nyata terkandung dalam kecintaan dan pengetahuan tentang Allah.
Keimanan bukan hanya berasal dari lisan, melainkan sebuah perwujudan nyata
yang tampak dalam tingkah laku manusia. Keimanan membutuhkan sebuah proses
menuju tingkat yang lebih tinggi. Keimanan manusia tidak bisa langsung mendalam
tetapi mengalami proses pengembangan. Mulai dari setitik air hingga akhirnya menjadi
sebuah samudra. Keimanan mengandung begitu banyak kebenaran yang terkait dengan
32
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xix
37
seribu satu dan nama-nama Allah serta realita yang terkandung dalam alam semesta,
sehingga sains, pengetahuan dan kebajikan yang paling sempurna dari manusia adalah
keimanan dan pengetahuan tentang Allah yang berasal dari keimanan yang berasal dari
argumen dan penyelidikan.
Keimanan yang didasarkan pada taqlid semata dapat digoyah dengan mudah.
Keimanan seperti ini juga bisa dengan mudah dibantah lewat keraguan dan pertanyaan
yang diajukan dengan pemikiran modern. Sedangkan keimanan yang didasarkan pada
argumen dan penyelidikan tidak akan mudah goyah sebab keimanan jenis ini memiliki
landasan yang kuat. Orang-orang yang mampu mencapai tingkat kepastian keimanan
yang berasal dari pengamatan langsung terhadap kebenaran yang menjadi dasar
keimanan, maka bisa mempelajari alam semesta ini sebagai Al-Qur‟an.
Sesungguhnya Al-Qur‟an, alam semesta dan manusia adalah tiga jenis manifestasi
dari satu kebenaran. Al-Qur‟an, yang berasal dari sifat firman Ilahiah, bisa dianggap
sebagai alam semesta yang ditulis atau disusun, sedangkan alam semesta, yang berasal
dari sifat kuasa dan kehendak Ilahiah, bisa dianggap sebagai Al-Qur‟an yang diciptakan.
Jadi dari sudut pandang ini, alam semesta adalah pasangan dari Al-Qur‟an, yang tidak
akan pernah bertentangan dengan Islam.
Zaman modern adalah masa dimana akal budi akan menjadi nomor satu dalam
mempertimbangkan segala keputusan. Sehingga keimanan membutuhkan pengetahuan
yang luas dan dapat dijelaskan dengan argumen yang kuat. Keimanan sejati harus di
dasarkan pada penyelidikan, juga pada pemikiran yang terus-menerus terhadap tanda-
tanda Allah di alam semesta, pada fenomena alam, sosial, historis, dan psikologis.
Keimanan bukanlah sesuatu yang didasarkan pada taqlid membuta. Keimanan
38
menggabungkan penerimaan dan penegasan nalar dan pengalaman serta penyerahan
kalbu.
Ada tingkat keimanan yang lain menurut Said Nursi33
, yakni keimanan yang
diperoleh dari pengalaman langsung. Keimanan ini diperoleh dari keteraturan kita dalam
beribadah dan berpikir. Orang yang telah menguasai tingkat keimanan ini dapat
menghadapi seluruh dunia ini. Jadi tugas pertama, terutama dan terpenting bagi umat
Islam adalah mencapai tingkat keimanan ini dan mencoba dengan kesungguhan demi
ridha Allah yang Maha Kuasa untuk mengkomunikasikannya dengan orang lain.
Singkatnya, Said Nursi beranggapan bahwa keimanan adalah memahami Islam secara
keseluruhan.
b. Agama Mendorong Kemajuan Sains
Agama Islam merupakan agama yang mendorong manusia untuk terus
mencaritahu dan menyelidiki segala sesuatu yang belum dipahaminya. Said Nursi
pernah menyampaikan dalam pidatonya bahwa Al-Qur‟an mengajarkan manusia kepada
kemajuan dan mendorong manusia untuk mencapainya. Al-Qur‟an berulang kali
menyarankan agar manusia menggunakan akalnya dan memanfaatkan kecerdasannya
untuk memahami tanda-tanda kebesaran Tuhan di sekitarnya. Sehingga pemahaman
yang diperoleh itu akan menambah keimanan dalam dirinya.
33
Ibid, halaman xx
39
Said meyakini bahwa umat Islam harus mengalami kemajuan dalam bidang sains
agar Al-Qur‟an mampu dijelaskan berdasarkan bukti ilmiah yang membutuhkan nalar
untuk menegaskan seruan-seruannya. Sebuah penjelasan yang didasarkan oleh bukti
yang sesuai dengan penalaran manusia akan memperkuat kebenarannya.34
Umat Islam terdahulu mampu mencapai kegemilangannya karena kepatuhan
mereka terhadap agama. Ajaran-ajaran agama Islam begitu melekat dalam diri mereka
sehingga manfaat keagamaan dapat dirasakan secara maksimal. Namun sejarah juga
menunjukkan bahwa umat Islam mengalami kemunduran, bencana dan kekalahan saat
kepatuhan mereka pada kebenaran Islam melemah.
Agama-agama lainnya berlaku hal yang sebaliknya. Sejarah telah membuktikan
bahwa ketika peradaban mereka maju dan semangatnya untuk mematuhi agama dan
kepercayaannya menurun, maka mereka mengalami kemunduran dan kemandegan
kekuatan untuk mematuhi agama dan keimanannya itu.
Islam merupakan agama yang mendorong kemajuan ilmu. Karena ilmu yang
tinggi akan membawa manusia pada penemuan-penemuan yang menakjubkan.
Penemuan itulah yang akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan. Islam sebagai
agama akal sekaligus nurani, merupakan agama yang akan membuat manusia menjadi
makhluk yang seimbang. Seseorang menyadari kebenaran yang dinyatakan agama
dengan menggunakan ilmunya, tetapi memperoleh kesimpulan dari kebenaran yang
telah dilihatnya dengan mengikuti nuraninya. Seseorang yang menggunakan
kemampuan akal dan nuraninya dalam mempelajari objek apa pun di alam semesta ini,
34
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman ix
40
sekalipun ia bukanlah seorang ahli dalam hal ini, ia akan menemukan fakta bahwa
segala sesuatu merupakan ciptaan Tuhan yang Maha Agung.
Sekalipun manusia mungkin menemukan sedikit saja dari ribuan faktor yang
memungkinkan adanya kehidupan di atas bumi, sudah cukup baginya untuk memahami
bahwa dunia telah dirancang untuk mendukung kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu,
orang yang menggunakan akal dan mengikuti nuraninya, akan dengan cepat menangkap
kemustahilan pernyataan bahwa dunia terbentuk secara kebetulan. Singkatnya, orang
yang berpikir dengan menggunakan kemampuan ini, tentu menyadari tanda-tanda Allah
dengan sejelas-jelasnya.35
Al-Qur‟an memuat begitu banyak rujukan tentang belajar, pendidikan, observasi,
dan penggunaan akal atau rasio. Bahkan akal, setelah wahyu, adalah sumber terpenting
kedua untuk menemukan dan menjelaskan ayat-ayat atau tanda-tanda Tuhan. Alam
semesta ditampilakan sebagai „teks‟ yang bisa dibaca, dieksplorasi, dan dipahami lewat
penggunaan akal.
“Dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari
langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada
perkisaran angin terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang berakal.” (QS Al-Jatsiyah
(45) : 5)
Akal merupakan jalan menuju penyelamatan. Akal bukanlah sesuatu yang harus
disingkirkan untuk merengkuh dan memperkuat keimanan. Bahkan akal adalah sarana
untuk menggapai iman, alat penemuan, dan perangkat untuk mendekatkan diri kepada
Tuhan.36
35
Harun Yahya. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 4 36
Ziauddin Sardar. 2011. Ngaji Qur’an di Zaman Edan. Jakarta: Serambi, halaman 436-437
41
Agama merupakan sumber tunggal yang menyediakan jawaban pasti dan akurat,
misalnya untuk pertanyaan bagaimana kehidupan dan alam semesta tercipta. Sehingga
agama sangat mendorong studi ilmiah dan riset ilmiah untuk membuktikan keagungan
Tuhan.
Jika dimulai pada landasan yang tepat, riset akan mengungkapkan kebenaran
mengenai asal usul alam semesta dan pengaturan kehidupan, dalam waktu tersingkat dan
dengan upaya dan energi minimum. Seperti dinyatakan oleh Albert Einstein, yang di-
anggap sebagai salah seorang ilmuwan terbesar abad ke-20, "Sains tanpa agama adalah
pincang", dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan jika tidak dipandu oleh agama, tidak
dapat maju dengan benar, tetapi justru membuang banyak waktu dalam mencapai suatu
hasil, atau bahkan lebih buruk lagi, tidak memperoleh pembuktian.37
Di dalam salah satu artikelnya, Albert Einstein—yang dianggap sebagai seorang
ilmuwan jenius terbesar—merujuk inspirasi yang diperoleh seorang ilmuwan, ia
mengatakan:
Saya percaya bahwa perasaan religius yang luas adalah alasan paling kuat dan paling
mulia untuk penelitian ilmiah. Hanya mereka yang menyadari upaya tak terukur dan—
di atas segalanya—ketaatan (yang tanpa semua itu pekerjaan-pekerjaan perintis dalam
sains teoretis tidak mungkin dicapai) saja yang mampu memahami kekuatan emosi
(yang hanya bisa ditimbulkan oleh pekerjaan seperti itu, sekalipun jauh dari kenyataan
hidup sehari-hari.) Keyakinan yang mendalam akan rasionalitas alam semesta dan
kerinduan untuk dapat memahami (meskipun hanya sebuah pemikiran lemah yang
terungkap) di dunia ini, pastilah yang membuat Kepler dan Newton mampu
menghabiskan bertahun-tahun bekerja dalam kesendirian untuk menguraikan prinsip-
prinsip mekanika luar angkasa. Mereka yang hanya mendapatkan pengetahuan
penelitian ilmiah dari hasil-hasil praktis, dengan mudah dapat mengembangkan suatu
gagasan salah dari mentalitas orang-orang (yang karena dikepung oleh suatu dunia
skeptis) telah menunjukkan jalan ke arah pemikiran kelompok yang me-nyebar ke
seluruh dunia dan sepanjang abad. Hanya orang yang telah mengabdikan hidupnya
sampai akhir saya yang memiliki kesadaran jelas tentang apa yang telah mengilhami
orang-orang ini dan memberi mereka kekuatan untuk tetap pada tujuan mereka kendati
mengalami kegagalan tak terbilang. Itu adalah perasaan religius kosmis yang memberi
37
Harun Yahya. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 1
42
seseorang kekuatan. Tidaklah berlebihan jika para modernis berkata bahwa di zaman
materialistis ini, para pekerja yang serius hanyalah orang-orang yang amat religius.38
Said Nursi berbeda dengan kebanyakan ulama pada masanya. Dengan kesadaran
tinggi pada zaman modern, Said Nursi memahami dengan baik akan pentingnya ilmu-
ilmu peradaban demi memajukan umat Islam. Said Nursi dengan tekun mempelajari
ilmu pengetahuan alam dan sosial, termasuk matematikan dan filsafat. Said memusatkan
usahanya pada pokok-pokok keimanan dan peribadatan serta tujuan-tujuan utama yang
digariskan dalam Al-Qur‟an, yang dia paparkan sebagai penjelasan dan pembuktian atas
keberadaan dan keesaan Ilahiah, kenabian, hari kebangkitan, dan perlunya peribadatan
dan keadilan.
Said menjelaskan39
bahwa tujuan tertinggi dan hasil termulia dari makhluk itu
adalah keimanan kepada Allah. Derajat kemanusiaan yang paling mulia adalah
pengetahuan tentang Allah. Kebahagiaan yang paling bercahaya dan hadiah yang paling
manis bagi manusia adalah kecintaan pada Allah yang terkandung dalam pengetahuan
tentang Allah; kesenangan yang paling murni bagi jiwa manusia dan kebahagiaan yang
paling hakiki bagi hati adalah ekstase rohani yang terkandung dalam kecintaan pada
Allah. Sesungguhnya, semua kebahagiaan yang sejati, kegembiraan yang murni, hadiah
yang manis dan kesenangan yang nyata terkandung dalam kecintaan dan pengetahuan
tentang Allah.
Berdasarkan apa yang telah diperintahkan oleh Al-Qur‟an, Said Nursi
mendukung suatu revolusi pikiran, hati, jiwa dan ruhani. Ia membimbing umat Islam
dari keimanan atas dasar taqlid menuju keimanan yang ditemukan melalui penyelidikan,
38
Ibid, halaman 8-9 39
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman xiii
43
mempelajari alam dan kejiwaan manusia serta refleksi tentangnya, juga melalui
peribadatan dan pencerahan intelektual yang lebih dalam.40
Said Nursi menyatakan41
bahwa Islam mewajibkan kemajuan dan mengandung
segala yang diperlukan untuk peradaban. Dia berpendapat bahwa segala hal yang benar-
benar bagus dalam peradaban ini pasti juga diperintahkan oleh Islam—termasuk
kemajuan sains dan teknologi—baik secara tersurat maupun tersirat. Tidak satu pun di
antara hal-hal bagus itu yang murni berasal dari dirinya sendiri, atau dari sesuatu yang
lebih baik darinya. Pada sebuah karya lain, Said menulis bahwa hal-hal yang dikenal
sebagai kebajikan dari peradaban adalah perwujudan dari syariat. Lebih jauh lagi, Nursi
menunjukkan bahwa Islam telah memainkan peran yang fundamental dan penting dalam
pembangunan peradaban modern.
Said memahami dengan pasti bahwa ilmu-ilmu modern memiliki banyak
manfaat untuk memajukan peradaban manusia. Ilmu inilah yang akan mampu
menciptakan teknologi dalam mempermudah kehidupan manusia dari masa ke masa.
Sebuah perdaban modern adalah milik bersama, tidak hanya milik Eropa. Sebab ia
adalah produk dari pemikiran umat manusia yang digabungkan, hukum-hukum dari
agama wahyu, kebutuhan bawaan, terutama produk dari revolusi Islam.
Sebuah karya lain Said Nursi menegaskan42
, bahkan dengan lebih keras, bahwa
hal-hal bagus dari kemajuan industri yang hebat yang bisa kita lihat dalam peradaban
Barat adalah sepenuhnya tercermin dan diambil dari peradaban Islam, panduan Al-
Qur‟an dan agama-agama wahyu lainnya.
40
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxxi 41
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 231 42
Ibid, halaman 232
44
Sains yang maju tanpa diimbangi oleh pemahaman yang kuat terhadap ilmu-ilmu
agama akan membawa peradabann tersebut pada kehancurannya. Barat saat ini semakin
merosot dalam moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa hal
itu akan membawa banyak bencana kemanusaan yang menuntun mereka pada
kemerosotan.
Nursi memprediksi bahwasannya karena peradaban Barat telah jauh dari agama
Kristen sejati dan tidak berdasarkan pada prinsip-prinsip agama wahyu, melainkan pada
prinsip-prinsip filsafat Yunani dan, terutama, Romawi, maka pada akhirnya ia akan
terurai dan berubah bentuk dan membuka jalan bagi munculnya peradaban Islam.
Said membandingkan antara prinsip-prinsip filsafat yang membingungkan
dengan hukum-hukum ilahiah yang membawa manusia pada kepastian. Dia
menggambarkan peradaban Barat sebagai sebuah bangunan yang menjadikan kekuatan
sebagai tumpuannya. Mereka saling berdesak-desakan dalam memperebutkan
keuntungan dan kepentingan pribadi. Yang didapatkan semua orang dengan cara
berdesak-desakan dan saling tekan tidak terkendali.
Prinsip hidupnya adalah konflik, yang kemudian mendorong pada pertikaian dan
perselisihan. Ikatan-ikatan yang mempersatukan setiap kelompok mereka adalah
rasialisme dan nasionalisme negatif, yang tumbuh subur dalam tindakan mengganyang
orang lain dan yang mengejawantah dalam bentuk bentrokan-bentrokan mengerikan.
Sebuah perdaban yang maju dalam bidang sains dan teknologi, apabila jauh dari
agama, pada akhirnya akan menghancurkan peradaban itu sendiri. Hal ini berbeda
dengan kemajuan sains yang dilandasi oleh agama. Seperti yang dinyatakan oleh
45
Ziauddin Sardar43
bahwa ilmu pengetahuan harus diabdikan untuk mengejar kebaikan
dan kebenaran demi kepentingan masyarakat dan diniatkan untuk mewujudkan keadilan
sosial, ekonomi, dan budaya. Sebagai manusia, ilmuwan tidaklah terlepas dari Tuhan,
tetapi bertanggung jawab kepada Tuhan atas kegiatan ilmiah dan teknologis yang
mereka lakukan. Karena penekanan Al-Qur‟an dan teladan Rasulullah yang sangat
mendukung ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pandangan bahwa ilmu pengetahuan
dan agama itu bertentangan tidak berdasar.
Said Nursi mengungkapkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar peradaban Islam
dalam memajukan ilmu pengetahuan. Yaitu tumpuannya adalah kebenaran, bukan
kekuatan, yang mengejawantah dalam keadilan dan kesetaraan. Tujuannya adalah
kebajikan dan ridha Allah, bukan keuntungan dan kepentingan pribadi. Hal ini
mengejawantah dalam cinta dan persaingan antarteman. Alih-alih rasialisme dan
nasionalisme, sarana persatuannya adalah ikatan agama, negara, dan kelas; semua itu
terwujud dalam kerukunan dan persaudaraan yang tulus, dan kerja sama hanya dalam
mempertahankan diri melawan agresi dari luar. Prinsip-prinsip hidupnya adalah tolong-
menolong dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukannya konflik, dan hal itu
terwujud dalam persatuan dan sikap saling mendukung. Yang menggantikan nafsu
adalah petunjuk, yang terwujud dalam kemajuan untuk kemanusiaan dan secara spiritual
lebih sempurna. Ia membatasi gairah, dan alih-alih merangsang hasrat dasar jasmani, ia
memenuhi perasaan jiwa yang tinggi.44
Keinginan untuk mempelajari tentang bagaimana Allah menciptakan alam
semesta telah menjadi faktor pendorong terbesar bagi banyak ilmuwan. Sebab orang
43
Ziauddin Sardar. 2011. Ngaji Qur’an di Zaman Edan. Jakarta: Serambi, halaman 596 44
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 233
46
yang menyadari bahwa alam semesta dan segala makhluk hidup adalah hasil penciptaan,
akan menyadari bahwa penciptaan tersebut mempunyai tujuan. Tujuan ini kemudian
mengarahkan manusia pada makna. Keinginan memahami arti penciptaan, menemukan
berbagai tandanya dan menemukan berbagai detailnya, akan mempercepat laju kajian-
kajian ilmiah.45
2. Sains Modern
a. Sains atau Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah representasi pengetahuan yang dimiliki manusia
menurut sistematika dan metodologi tertentu.46
Said menetapkan bahwa hakikat yang
dihasilkan oleh ilmu modern (sekuler) hanya sebatas sebab akibat tanpa melihat
kebesaran yang Maha Bijaksana yang menyediakan, memberikan dan menyebabkan
semua berjalan dalam sistem yang sangat teratur. Maka diperlukan adanya keimanan
yang memandu kepada gagasan bahwa semua hal yang ada di langit dan bumi adalah
nilai-nilai Allah dalam bentuk realita sebagai sarana yang terbaik untuk melihat
hikmahnya, kekuasaannya, dan kebesarannya.47
Said Nursi menyatakan48
bahwa untuk memahami Al-Qur‟an dan membuktikan
kebenaran-kebenarannya, seseorang perlu menggunakan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang telah dia pelajari. Dan bahwa Al-Qur‟an sendiri harus menjadi
45
Harun Yahya. 2004. Al-Qur‟an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 9 46
Jasa Ungguh Muliawan. 2015. Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum,
Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, halaman 11 47
Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
196-197 48
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 41
47
tujuannya, tujuan pembelajarannya, dan tujuan hidupnya. Dengan demikian,
kemukjizatan Al-Qur‟an menjadi panduan, guru, dan tuannya.
Seseorang mampu lebih jauh mengungkap makna-makna di balik ayat-ayat suci
Al-Qur‟an dengan pemahaman yang luas tentang sains. Inilah mengapa Said sangat
gencar dalam menyerukan kemajuan sains yang merupakan buah dari pemikiran rasional
mampu mengungkap lebih jauh dan mendalam tentang kebenaran agama melalui metode
ilmiah. Metode ilmiah dalam menyelidiki fenomena alam telah diajarkan dalam Al-
Qur‟an, yakni dimulai dengan mengamati kejadian alam. Manusia dituntut untuk
menggunakan pikiran dalam menganalisis data yang diperoleh. Petunjuk untuk
menggunakan akal dan pikiran untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil
pengamatan dinyatakan dalam banyak ayat di Al-Qur‟an.49
Salah satunya adalah surat
Qaf ayat 37, yang berbunyi, “Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat
peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikan.”
Apabila seseorang ingin menelaah Al-Qur‟an dengan bantuan penguasaan sains,
maka dia akan mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih mendalam dan kuat. Hal ini
akan membimbing manusia untuk mengakui Allah sebagai pencipta langit dan bumi
yang seharusnya disembah oleh manusia. Kita dapat mengenal Allah dengan
menyelidiki ciptaan-Nya, bukan dengan memikirkan tentang wujud Allah.
Para saintis pada umumnya hanya meneliti dan menjawab pertanyaan yang terkait
dengan sesuatu yang dapat diamati sehingga kesadaran akan kebesaran Allah menjadi
luput dari penjelasan sains. Kegagalan sains dalam “mengobservasi” Sang Pencipta
menyebabkan ilmuwan tidak memercayai adanya Tuhan. Kondisi ini menyebabkan para
49
Ridwan Abdullah Sani. 2014. Sains Berbasis Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara, halaman 241
48
ilmuwan sering beranggapan bahwa semua fenomena keteraturan di dunia terjadi secara
kebetulan. Hal tersebut membuat mereka menjadi ateis sehingga menganggap hidup
hanya sekali serta tidak akan ada kehidupan setelah mati.50
Segala sesuatu yang
dihasilkan oleh sains modern haruslah menjadi sarana untuk membuktikan kebesaran
Allah dan bukannya berhenti dengan menghubungkan segala benda dan kejadian dalam
dunia ini dengan hukum kausalitas.
Said Nursi mengatakan51
bahwa semua makhluk menegaskan keberadaan dan
Keesaan Mutlak Dzat Yang Maha Mulia, maka makhluk-makhluk itu pun juga
menunjukkan sifat-sifat Agung, Indah dan Sempurna-Nya. Mereka juga menunjukkan
kesempurnaan Esensi-Nya, mereka juga menegaskan bahwa tidak ada cela atau
kekurangan baik dalam Dzat-Nya maupun sifat-sifat atau asma-asma atau tindakan-
tindakannya utamanya.
Kesempurnaan sebuah karya jelas dan terang sekali menunjukkan kesempurnaan
tindakan. Kesempurnaan tindakan tentu saja menunjukkan kesempurnaan gelar, dan
kesempurnaan gelar tentu saja menunjukkan kesempurnaan sifat. Kesempurnaan sifat
menunjukkan kemampuan utama atau kualitas kunci dari dzat tersebut, dan
kesempurnaan kualitas utama atau kunci tentu saja menunjukkan kesempurnaan dzat itu
sendiri.
Kesempurnaan struktur dan dekorasi sebuah istana menggambarkan
kesempurnaan kerja insinyur yang membangunnya. Kesempurnaan karyanya ini jelas
sekali menunjukkan kesempurnaan gelarnya sebagai insinyur. Ini artinya, ia dianggap
sebagai insinyur yang terampil, ahli dan mumpuni. Kesempurnaan gelarnya
50
Ibid, halaman 242 51
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman 19-20
49
menunjukkan kesempurnaan kualitas yang ia miliki sebagai insinyur. Ini berarti,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan dan efisiensinya diakui. Kesempurnaan kualitas
ini bukti dari kemampuan utamanya. Artinya, ia mempunyai kemampuan lebih dan
potensi luar biasa seperti yang telah ia tunjukkan. Kesempurnaan kemampuannya
menunjukkan kesempurnaannya sebagai seorang insinyur.
Kesempurnaan karya yang kita amati di alam raya ini, menunjukkan
kesempurnaan tindakan dibalik karya-karya tersebut. Kesempurnaan tindakan jelas
menunjukkan kesempurnaan gelar-gelar dari Dzat yang berkarya itu. Kesempurnaan
gelar-gelar itu tentu menunjukkan kesempurnaan kualitas atau sifat. Seperti yang
diketahui, nama atau kemampuan utama bersumber dari sifat-sifat. Kesempurnaan sifat-
sifat menunjukkan kesempurnaan kemampuan utama yang merupakan sumber dari sifat-
sifat ini. Maka, kesempurnaan kemampuan utama ini tentu saja menunjukkan
kesempurnaan Dzat yang Maha Agung.
Kemajuan sains yang merupakan hasil dari kemampuan manusia untuk berpikir
rasional, menurut Said Nursi, hendaknya menjadi bahan renungan akan kebesaran Sang
Pencipta. Said menyatakan52
bahwa penguasaan dan penciptaan yang dilandasi oleh
pengetahan dan kebijaksanaan seperti tampak pada seluruh entitas secara jelas, terutama
pada makhluk hidup, jika tidak dinisbatkan kepada pena ketentuan ilahi dan kekuasaan-
Nya yang bersifat mutlak, lalu menisbatkan kepada alam yang buta, tuli dan bodoh, serta
menisbatkan kepada sebuah kekuatan, berarti untuk mencipta, alam harus menghadirkan
berbagai cetakan dengan jumlah tak terbatas dalam segala sesuatu. Atau dalam segala
sesuatu itu terdapat kekuasaan yang menciptakan seluruh alam serta kebijaksanaan yang
mengatur semua urusan.
52
Said Nursi. 2003. Menikmati Takdir Lagit. Jakarta: Murai Kencana, halaman 341
50
Sebagai contoh, tampilan matahari dan pantulan sinarnya, serta kilau cahayanya
yang tampak pada butiran air yang bersinar, atau di atas potongan kaca yang bertebaran
di permukaan bumi, akan membuat seseorang beranggapan bahwa ia merupakan bentuk
representasi dari matahari. Jika pantulan dan cahaya tersebut tidak dinisbatkan kepada
matahari yang sebenarnya, berarti kita harus meyakini adanya matahari alamiah yang
kecil yang memiliki sifat-sifat matahari dan benar-benar ada di dalam potongan kaca
tadi. Dengan kata lain, kita harus meyakini adanya sejumlah matahari sebanyak serpihan
potongan kaca tersebut.
Kita bisa mengatakan bahwa jika penciptaan seluruh entitas dan makhluk hidup
tidak dinisbatkan secara langsung kepada manisfestasi nama-nama Allah yang mulia
sebagai cahaya yang menyinari langit dan bumi, berarti kita meyakini keberadaan alam
dan adanya kekuatan yang memiliki kekuasaan dan kehendak mutlak di samping
pengetahuan dan kebijaksanaannya yang juga bersifat mutlak pada semua entitas,
terutama pada makhluk hidup. Artinya, kita harus meyakini adanya Tuhan pada segala
sesuatu. Orang yang menisbatkan ciptaan Allah yang sangat mengagumkan dan sangat
jelas, bahkan pada makhluk terkecil sekalipun, kepada alam yang tak memiliki perasaan,
tentu saja terjerumus berikut pemikirannya itu ke dalam tingkatan yang lebih sesat dari
pada binatang. Pemikiran menyimpang tersebut merupakan sebuah bentuk kemustahilan
yang paling batil.53
53
Ibid, halaman 341-342
51
b.Sains Memperkuat Kebenaran Agama
Eksistensi sains bagi agama berfungsi sebagai pengukuh, dan penguat agama
bagi pemeluknya, karena sains mampu mengungkap rahasia-rahasia alam semesta dan
seisinya berdasarkan penjelasan-penjelasan yang rasional dan dapat di terima oleh akal
manusia karena didasari oleh riset.54
Eksistensi Tuhan dapat disimpulkan atau didukung
oleh bukti tentang desain alam, yang tentangnya alam membuat kita semakin
menyadarinya.55
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini memberikan tanda-tanda
dan bukti nyata akan keberadaan Tuhan.
Said Nursi beranggapan bahwa semua yang ada di langit dan bumi merupakan
sebuah desain holistik sempurna yang memiliki cap atau tanda bukti bahwa mereka
adalah ciptaan Tuhan. Setiap bagian makhluk mempunyai keterkaitan satu sama lain.
Semuanya tersusun dari partikel-partikel yang sama hingga membentuk satu kesatuan
utuh yang berada dalam satu keteraturan penciptaan. Said mengatakan bahwa56
Tuhan
telah meletakkan tanda atau stempel khusus pada setiap benda yang telah Ia ciptakan.
Tanda itu menunjukkan bahwa Dia-lah penciptanya. Ia telah menerapkan stempel
tertentu pada setiap ciptaan-Nya yang menunjukkan bahwa Dia-lah pencipta segala
sesuatu. Juga, pada setiap “huruf” yang “dituliskan” oleh Allah ada tanda tangan yang
tidak dapat ditiru, yang khas untuk Maha Raja Yang Adil.
Di antara tanda-tanda kebesara Tuhan yang tak terbilang adalah tanda yang Dia
taruh pada makhluk hidup. Karena kompleks dan mempunyai karakter terbuka, sebuah
makhluk hidup mirip dengan miniatur alam raya, buah pohon penciptaan yang bersinar,
54
Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 2 55
Ian G. Barbour. 2002. Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama. Bandung: Mizan, halaman 82 56
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman 3
52
sebuah inti sari dari seluruh penciptaan, yang dibuat oleh Sang Pencipta sebagai sampel
atau pola kebanyakan spesies.
Said mengatakan57
bahwa segala sesuatu di dunia ini, mulai dari partikel paling
kecil sampai planet-planet dan galaksi dan dari makhluk manusia sampai matahari serta
bintang gemintang, menunjukkan bahwa pasti ada Sang Pencipta yang bekerja di balik
itu. Dalam bahasa fungsi dan tugas-tugasnya, meskipun tiada berdaya, setiap makhluk
dibekali tatanan makhluk secara umum dan ini menunjukkan Keesaan Penciptanya.
Dalam hal ini, Said Nursi beranggapan bahwa penemuan-penemuan yang dibahas oleh
sains modern bukan semata disebabkan oleh hukum kausalitas. Akan tetapi, kekuasaan
Tuhanlah yang selalu aktif dan kreatif berperan di balik semua itu.
Segala sesuatu yang diciptakan di dunia ini, jika dipahami sebagaimana mestinya
dan bukan atas kehendak dan imajinasi belaka, pasti akan sampai pada kesimpulan
bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Seseorang akan melihat keteratuan yang harmoni,
keindahan dan keseimbangan, keadilan dan kemurahan, ketuhanan, keberlangsungan
dan keagungan, dan sekaligus akan menyadari bahwa semua atribut tersebut mengarah
bukan pada benda-benda ciptaan itu, melainkan pada realita dimana semua atribut
tersebut ada dalam kesempurnaan dan keabsolutan. Seseorang akan melihat bahwa dunia
ciptaan ini adalah buku berisikan nama-nama, suatu indeks, yang ingin menceritakan
pemiliknya, yaitu Allah.58
Jadi semua ayat-ayat Ilahi, baik itu ayat Al-Qur‟an maupun eksistensi alam
semesta seisinya termasuk manusia, pada dasarnya adalah risalah tentang Allah yang
57
Ibid, halaman 16 58
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman xx-xxi
53
harus dibaca agar kita bisa sampai kepada pemahaman yang komprehensif tentang
Allah. Dan ilmu pengetahuan berperan untuk menyelidiki tanda-tanda kebesaran Allah
di alam semesta. Dengan demikian kebenaran agama akan terjelaskan.
Said Nursi mendeskripsikan59
bagaimana manusia modern mencari agama sejati.
Dia mengatakan bahwa perkembangan dalam sains beserta peperangan mengerikan dan
berbagai peristiwa yang terjadi di abad ke-20 telah membangkitkan keinginan dalam diri
manusia untuk mencari kebenaran sejati. Sebab kemajuan sains tidak mampu mengisi
ruang kosong yang ada dalam diri mereka. Ruang kosong yang hanya bisa dipenuhi oleh
sesuatu yang bersifat spiritualitas.
Sifat sejati manusia adalah untuk memahammi segala sesuatu secara
menyeluruh. Cepat atau lambat, manusia akan menyadari kebutuhannya akan agama,
karena satu-satunya penyangga bagi manusia yang tidak berdaya di hadapan berbagai
macam bencana dan musuh dari luar maupun dalam yang menghancurkan mereka
adalah iman, keyakinan akan keberadaan Sang Pencipta alam, dan memercayai
kehidupan akhirat. Selain hal-hal tersebut, tidak ada lagi pertolongan bagi manusia yang
telah tersadar. mengatakan bahwa seperti halnya seorang manusia, negara-negara juga
mulai menyadari kebutuhan besar umat manusia semacam ini.
Said Nursi mengemukakan bahwa Al-Qur‟an berkali-kali menyerukan agar
manusia menggunakan akal budinya dan memerintahkan kepadanya agar memanfaatkan
kecerdasannya dan merenungkan serta mengambil hikmah dari kehidupannya sendiri
59
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 141
54
maupun kejadian-kejadian di masa lalu. Di masa depan, kehebatan Al-Qur‟an akan
diakui. Said pernah mengungkapkan:
Kaum muslimin yang juga merupakan murid-murid Al-Qur‟an seperti kita ini
hanya mengikuti bukti. Kita mendekati kebenaran iman melalui akal, pemikiran,
dan hati. Kita tidak meninggalkan bukti dan lebih memilih taqlid buta dan begitu
saja meniru para pemuka agama seperti dalam agama-agama lain. Oleh karena
itu, di masa depan, ketika yang menjadi ukuran adalah nalar, sains, dan
teknologi, Al-Qur‟an pasti dijunjung tinggi, karena ia bersandar pada bukti-bukti
rasional dan selalu mengundang akal untuk membuktikan pernyataan-
pernyataannya.60
Demikianlah sikap optimisme yang diungkapkan oleh Said Nursi mengenai
keyakinannya akan kebenaran Al-Qur‟an. Said percaya bahwa kebenaran Al-Qur‟an
akan terbukti. Dia mmeyakini bahwa di masa yang akan datang, ketika akal budi, sains,
dan teknologi menjadi penentu, pada saat itulah Al-Qur‟an mendominasi. Dia bersandar
pada bukti-bukti rasional dan membuat akal budi mengukuhkan keunggulannya.
1. Integrasi Agama dan Sains Modern
Akal budi dan hati nurani merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dalam
menjalani kehidupan. Akal dan nurani yang seimbang akan membuat seorang manusia
mampu mempertimbangkan segala sesuatu dengan rasionalitas yang sehat dan moral
yang tinggi. Said Nursi berpandangan61
bahwa agama mewakili hati nurani, sedangkan
ilmu pengetahuan mewakili akal budi. Keduanya penting demi mencapai kemajuan
60
Ibid, halaman 125 61
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 65
55
sejati. Ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan ilmu-ilmu modern adalah cahaya
akal budi. Dengan menggabungkan keduannya, maka sebuah kebenaran akan tampak
lebih jelas. Namun apabila keduanya terpisah, akan muncul fanatisme kepada salah satu
dan tipu muslihat serta kesangsian pada yang lain.
Seperti apa yang dinyatakan oleh Maksudin62
, bahwa agama bagi agamawan
murni tanpa sains akan menjadikan kemunduran dan kepicikan dalam menghadapi
perubahan dan perkembangan sains sedemikian pesatnya. Oleh sebab itu Said Nursi
mengkritik pandangan materialisme yang membuat peradaban modern menjauh dari
pusat eksistensinya, dan karena itu melahirkan krisis modernitas. Said tidak menyetujui
sebuah ilmu yang hanya berdasar pada rasionalisme dan empirisme. Ilmu-ilmu yang
selama ini menjadi penyangga peradaban modern tersebut direvisi. Sebab empirisme dan
rasionalisme tidak mengakui adanya kebenaran dibalik fenomena empiris dan terlalu
mengagungkan akal tanpa melihat sisi metafisika di dalamnya.
Sebelum abad ke-20, sains dan para ilmuwan telah berupaya memaksakan
pendekatan naturalistis terhadap konsepsi dunia dalam rangka menghapus gagasan-
gagasan lama mengenai rancangan dan tujuan dari pandangan terhadap alam semesta.
Dalam pendekatan ini, naturalisme biasanya dianggap dan dijadikan sebuah titik tolak
metodologis yang menegaskan bahwa segala penjelasan mengenai fenomena alam
semesta haruslah benar-benar natural dan dibatasi pada hukum-hukum materi saja.63
Terkadang naturalisme disamakan dengan materialisme, khususnya ketika para
pemikir melangkah lebih jauh dan sampai pada kesimpulan bahwa alam dan dunia tak
62
Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 3 63
Nidhal Guessoum. 2014. Islam dan Sains Modern. Bandung: Mizan, halaman 373
56
lain hanyalah materi dan tidak membutuhkan prinsip-prinsip metafisika apapun, bahkan
istilah metafisika kerap dianggap tidak pernah ada.
Harun Yahya, seorang pemikir dari Turki yang terpengaruh oleh pemikiran Said
Nursi, menerangkan64
bahwa sains yang dikaji para ilmuwan materialis yang tidak
mampu melihat kebenaran, terutama dalam dua ratus tahun terakhir, ternyata telah
menimbulkan pemborosan waktu, kesia-siaan banyak riset, dan penghamburan jutaan
dolar tanpa menghasilkan apa-apa.
Sebuah fakta yang penting untuk diingat adalah bahwa sains dapat mencapai hasil
yang dapat dipercaya hanya jika tujuan utamanya adalah penyelidikan tanda-tanda
penciptaan di alam semesta dan bekerja keras semata-mata untuk mencapai tujuan ini.
Jika tujuan utamanya hanyalah sekedar untuk membuktikan sesuatu yang bersifat
material, maka penemuan sains tersebut tidak akan memberikan pengaruh apa-apa dalam
kerohanian seorang ilmuan. Sehingga bisa jadi dia akan jatuh pada kesesatan dan
meniadakan Tuhan. Sains dapat mencapai tujuan akhirnya dalam waktu sesingkat
mungkin hanya bila ia ditunjukkan ke arah yang benar, dengan kata lain jika dipandu
dengan benar.
Said menganggap bahwa pemujaan pada penyebab material adalah penyebab
penghinaan dan penolakan.65
Sungguh pun merupakan suatu tanggung jawab untuk
menghormati penyebab (kausal), tetapi menghubungkan pengaruh nyata pada penyebab-
penyebab ini merupakan penyelewengan dan penyimpangan yang nyata.
64
Haruns Yahya. 2004. Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Dzikra, halaman 1 65
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Murai Kencana, halaman xxxv
57
Said berasumsi66
bahwa keseimbangan antara ilmu-ilmu agama yang merupakan
cahaya bagi nurani dan ilmu-ilmu modern yang merupakan cahaya bagi akal, membuat
kebenaran menjadi tampak jelas. Sehingga apapun yang dihasilkan oleh akal manusia
tidak akan bertentangan dengan nuraninya sebagai makhluk bertuhan. Oleh sebab itu,
akal dan nurani memiliki kedudukan yang sama-sama penting. Sebab jika hanya akal
yang diaktifkan tanpa menggunakan hati nurani, maka yang terjadi adala ateisme. Dan
apabila manusia hanya menjalankan ilmu agama tanpa mempelajari ilmu peradaban,
maka ia akan mengalami kemunduran dan kepicikan dalam menghadapi perubahan dan
perkembangan sains sedemikian pesatnya.
Seperti apa yang diutarakan Syahrin Harahap dalam bukunya67
bahwa manusia
harus mampu mengintegrasikan antara spiritual dan materiel yang dihadapinya.
Seberapapun pentingnya akal, namun manusia tidak boleh terjebak dalam tradisi
menuhankan akal dan melepaskannya dari aspek ketuhanan, sebab hal tersebut akan
melahirkan sekularisme radikal dan penentangan terhadap manusia itu sendiri. Namun
manusia juga tidak boleh hanyut dalam spiritualitas semata tanpa menoleh pada realitas
yang dihadapinya.
Manusia yang terlepas dari kesadaran spiritual akan memandang segala sesuatu
sebagai obyek yang tak memiliki tujuan apa-apa. Segala sesuatu baginya adalah sebuah
kebetulan. Keyakinan semacam ini akan membuat manusia memandang dirinya sebagai
puncak kebenaran, atau dikenal sebagai paham antroposentrik. Orang semacam ini
mengagungkan akalnya setelah mengikisnya dari aspek sakral. Pola pikir ini kemudian
mendorong lahirnya paham materialisme, positivisme, dan mekanikisme yang
66
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 65 67
Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman 306
58
menentang segala sesuatu yang bernuansa spiritual. Dengan demikian, ilmu pengetahuan
akan kehilangan aspek sucinya, kemudia mulai meniadakan Tuhan dalam kajiannya.
Berbeda dengan seorang teo-antroposentrik, yaitu manusia yang memiliki
kesadaran vertikal dan horizontal sekaligus, akan menyadari bahwa akal dan kalbunya
merupakan anugerah Allah yang harus difungsikannya secara bersama dalam naungan
kasih sayang Allah. Dengan kepribadian ini manusia mampu menjalankan tugas
kekhalifahannya dengan berpegang teguh pada dimensi spiritual.
Said menyatakan bahwa ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan ilmu-
ilmu modern atau peradaban adalah cahaya akal budi.68
Keduanya, apabila terpenuhi,
akan menjadikan manusia sebagai pribadi yang memiliki kejiwaan yang seimbang antara
akal dan hati. Perpaduan antara intelektualitas dan spiritualitas yang membentuk sebuah
harmoni. Maka keseimbangan antara keduanya akan memunculkan kesempurnaan dalam
membangun peradaban yang sejati. Adanya keharmonisan antara akal dan nurani akan
membuat manusia hidup sesuai dengan tujuan penciptaannya.
Agama dan sains bagi manusia akan memperkukuh dan memperkuat hubungan
manusia dengan sesama manusia, manusia dengan alam semesta, dan manusia dengan
Tuhannya.69
Agama dan sains ibarat dua mata uang yang saling berhubungan satu sama
lain dalam membentuk sebuah keyakinan yang sesuai dengan fitrah manusia. yaitu fitrah
agama, fitrah suci, fitrah kebenaran, dan fitrah kasih sayang.
Said Nursi menyatakan70
bahwa sains dan filsafat merupakan akar dari kekafiran
modern. Kekafiran dan ateisme yang datang dari sains dan filsafat lebih sulit ditangani
68
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 65 69
Maksudin. 2013. Paradigma Agama dan Sains Nondikotomik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, halaman 2 70
Said Nursi. 2003. Sinar Yang Mengungkap Sang Cahaya. Jakarta: Mura Kencana, halaman xxiv
59
dan dihilangkan dari hati daripada kekafiran yang berasar dari kebodohan. Sangatlah
nyata bahwa penciptaan alam semesta dan terjalinnya hubungan antara bagian-bagian
dari alam memerlukan pengetahuan, kemauan dan kekuatan yang absolut dan
menyeluruh.
Dunia ini adalah sebuah desain yang sempurna, ia tidak bisa mendesain dirinya
sendiri. Ia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan, obyek pasif, bukan
pelaku aktif, sekumpulan pelaku ilahiah, bukan pemberi hukum. Sehingga alam tidak
bisa menjadi pencipta bagi dirinya sendiri. Dengan demikian, sebab-sebab atau hukum
kausalitas, yang tidak lebih dari sekedar eksistensi kebendaan yang tidak memiliki
pengetahuan, kemauan dan kekuatan, tidak bisa menjadi pencipta sesuatu.
Kaum materialis melihat segala sesuatu dengan cara yang bertolak belakang
dengan cara orang beriman memandang dunia. Mereka menyaksikan sesuatu tanpa
mengikut sertakan hati nurani mereka dan hanya mengandalkan rasionalitas semata.
Mereka percaya bahwa dunia ini, yang keteraturan dan harmoni alamiahnya mereka
akui, benar-benar ada begitu saja karena sebuah kekacauan, ketidakteraturan, dan
kebetulan belaka.
Kaum materialis beranggapan bahwa dunia ini ditopang oleh interaksi mekanis
berbagai sebab yang tercipta dengan sendirinya. Dunia yang lemah ini, yang melalui
kaidah-kaidah yang datang entah dari mana, dianggap mampu menghasilkan keteraturan
simfoni harmoni dan keseimbangan sebagaimana yang kita lihat dan dengar di sekeliling
kita.71
Itulah yang pada akhirnya membawa mereka pada penolakan bahwa dibalik
segala keseimbangan dan rancangan itu, ada Dzat tunggal dan agung, yang merancang
dan mengaturnya.
71
Ibid, halaman xxviii
60
Di masa ketika sains dan filsafat digunakan para generasi muda ke arah ateisme,
dan sikap nihilistik mempunyai daya tarik yang kuat, di masa tatkala semua hal tersebut
dilakukan atas nama peradaban, modernisasi dan pemikiran kontemporer, dan siapa saja
yang berani menentang akan disiksa dengan sangat kejam, Said Nursi memperjuangkan
kebangkitan yang menyeluruh bagi semua umat manusia, membisikkan ke dalam pikiran
dan jiwa mereka apa saja yang diajarkan lembaga-lembaga pendidikan modern dan
tradisional serta mengadakan pelatihan-pelatihan rohani.72
Yaitu dengan upaya
menggabungkan pengajaran agama dan sains modern.
2. Peranan Integrasi Agama dan Sains Modern
a. Islam Sebagai Landasan Masa Depan
Islam mengajarkan umatnya untuk menjadi pribadi yang bisa membaca zaman.
Umat Islam dituntut untuk mengerti pergerakan sejarah dari masa lalu hingga masa
sekarang sehingga mampu memprediksi pergerakan sejarah di masa yang akan datang. Di
masa depan, teknologi akan berkembang dengan sangat pesar dan dunia akan ditandai
dengan loncatan perubahan yang luar biasa. Perubahan itu diawali oleh inovasi dalam
bidang sains dan teknologi. Loncatan perkembangan sains dan teknologi telah menjadi
penggerak perubahan yang dilatarbelakangi oleh keinginan material. Segala hal yang
72
Said Nursi. 2003. Menjawab Yang Tak Terjawab Menjelaskan Yang Tak Terjelaskan. Jakarta: Mura
Kencana, halaman vii-viii
61
berhubungan dengan tujuan-tujuan spiritual akan mengikis karena manusia lebih
mementingkan sesuatu yang sifatnya material.
Dengan pergerakan yang dilandasi oleh hal-hal yang bersifat material, maka nilai-
nilai kebudayaan boleh jadi akan digerakkan oleh filsafat materialisme, dan pada sisi lain
boleh jadi pula manusia akan menjadi penghuni dunia yang tidak menentu, yang padat
penduduknya dan sangat kompetitif. Dalam kondisi yang demikian, manusia
mendambakan alternatif pemecahan masalah, dan agama dipandang sebagai alternatif
terbaik dan paling tepat.73
Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Said Nursi dalam pidatonya74
,
bahwa perkembangan yang pesat dalam sains akan membangkitkan keinginan dalam diri
manusia untuk mencari kebenaran. Manusia akan menyadari kebutuhannya akan agama,
karena satu-satunya penyangga bagi manusia yang tidak berdaya di hadapan berbagai
macam bencana dan musuh yang menghancurkan mereka dari luar maupun dalam adalah
iman, keyakinan akan keberadaan Sang Pencipta alam, dan mempercayai kehidupan
akhirat.
George Bernand Shaw, pernah mengemukakan75
pendapatnya mengenai peran
Islam terhadap masa depan. Ia mengatakan bahwa hanya agama Islamlah satu-satunya
agama yang memiliki kepastian untuk berasimilasi terhadap perubahan tahap eksistensi
manusia, yang membuatnya tetap memiliki daya tarik yang kuat dalam setiap abad. Ia
mengemukakan bahwa agama Islam adalah agama masa depan.
73
Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman xiv 74
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 141 75
George Bernand Shaw, The Genuine Islam, Vol.8, tahun 1936. Sebagai dikutip Syahrin Harahap. 2015.
Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman xv
62
Masa depan, dimana sains dan teknologi akan semakin berkembang sedemikian
pesatnya, membuat manusia modern membutuhkan pegangan yang mampu memberi
daya tahan bagi penganutnya terhadap guncangan perubahan. Pegangan tersebut adalah
sebuah keyakinan spiritual berupa agama.
Manusia modern akan hidup dalam suatu zaman dimana rasionalitas menjadi hal
terpenting dalam meyakini sesuatu. Menurut Syahrin Harahap76
, agama masa depan—
agama yang mampu mengisi kekosongan dalam hati manusia modern sekaligus menjadi
agama rasional yang tidak bertentangan dengan sains modern—adalah agama yang
memiliki lima kriteria tertentu.
Pertama, agama yang mampu memberi daya tahan bagi penganutnya terhadap
guncangan perubahan. Masa depan tampaknya akan ditandai oleh perubahan-peruabahan
yang luar biasa. Di sini manusia akan menjadi persoalan untuk dirinya sendiri, karena
merasa terancam oleh perubahan-perubahan yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini
manusia membutuhkan pegangan dan pegangan yang paling bermakna adalah agama.
Kedua, agama masa depan adalah agama yang mampu mengembangkan teologi
inklusif, yang menawarkan kebaikan untuk seluruh umat manusia. Sebab dunia masa
depan adalah dunia yang pluralistik. Jadi bukan agama yang menganjurkan untuk
menebas atau membantai setiap orang yang tidak menganutnya.
Ketiga, agama masa depan mampu menggerakkan etos kerja, etos ekonomi, dan
etos ilmu pengetahuan. Sebab ketiga etos itulah penggerak utama globalisasi dunia saat
ini.
Keempat, agama masa depan memberi dorongan pada penganutnya untuk
mengembangkan intelektual dan hati nurani secara seimbang, agar penganutnya tidak
76
Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman xii-xiii
63
hanya bergelimang dengan kemewahan material tetapi miskin ilmu spiritual, dan
sebaliknya.
Kelima, agama masa depan memberikan kesadaran kepada manusia akan
posisinya sebagai wakil Tuhan di bumi, yang diberi tanggung jawab untuk
memakmurkan dan merawatnya, dan bukannya mengeksploitasinya secara sewenang-
wenang. Syarat kelima ini merupakan antisipasi terhadap salah satu krisis yang
menghadang umat manusia masa depan, yakni krisis lingkungan.
Begitulah, teologi agama masa depan itu adalah teologi yang lebih
memperhatikan pada konsep keilahian, persoalan lingkungan hidup, etika sosial dan masa
depan umat manusia, dengan mengandalkan kekuatan ilmu pengetahuan dan kesadaran
spiritual. Atau dalam bahasa Said Nursi, menggabungkan akal budi dan hati nurani.
b. Etika Agama Dalam Menggali Ilmu Pengetahuan
Agama Islam telah menetapkan etika-etika yang wajib dipatuhi oleh setiap
penuntut ilmu dalam menncari ilmu pengetahuan,. Dalam perspektif Islam berilmu saja
tidak cukup. Keberilmuan harus dibarengi dengan ketinggian adab dan akhlak. Sebab di
dalam Islam, sesuatu yang menjadi tanda tingginya ilmu seseorang adalah akhlaknya
yang baik. Karena hal itu merupakan tanda bahwa ia telah memahami betul hakikat ilmu
pengetahuan.
Lina Dya Ambarwati, mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dalam
penelitiannya berjudul Pendidikan Akhlak Perspektif Badiuzzaman Said Nursi dan Sayed
Muhammad Naquib Al-Attas, menerangkan tentang pandangan Said Nursi tentang
pendidikan akhlak. Penulis menuliskan bahwa Said Nursi menekankan pentingnya akhlak
64
dalam diri umat Islam yang mencakup dimensi akhlak kepada Allah, yang diwujudkan
melalui keyakinan, pengakuan, dan kesadaran sepenuhnya bahwa tiada Tuhan melainkan
Allah, kemudian penyerahan diri pada Allah dan menjadi hamba yang setia. Dimensi
selanjutnya, akhlak kepada manusia didasarkan atas prinsip persaudaraan, maka manusia
yangg satu membutuhkan yang lainnya dan Said Nursi menentang segala bentuk jalan
kekerasan. Dan akhlak kepada alam didasarkan pada mandat manusia sebagai khalifah di
muka bumi, maka manusia dituntut untuk tidak melakukan tindakan keji dan destruktif
kepada alam.
Ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan sifat Allah yang abadi, suci, dan
universal, maka semua ilmu pengetahuan sumbernya adalah Allah semata. Sebab
manusia mengetahui sesuatu hanya berdasarkan apa yang Tuhan ajarkan kepadanya.
Allah adalah mata air yang menjadi sumber segala pengetahuan.
Allah adalah Dzat Yang Mahasuci dan hanya dapat dihampiri melalui dimensi
suci, maka ilmu yang merupakan salah satu sifat-Nya juga memiliki aspek kesucian atau
berada dalam wilayah sakral. Begitu sucinya ilmu Allah tersebut hingga tidak ada sesuatu
pun yang mampu berhubungan dengan ilmu ini kecuali atas izin dan hidayah Allah.77
Said Nursi benar-benar menekankan perlunya mematuhi moralitas Islam demi
tercapainya keberadaban dan kemajuan sejati dan selanjutnya menyatakan ketakutannya
bahwa jika kebebasan dipahami sebagai lisensi, ia akan hilang dan akan mengakibatkan
kembalinya kezaliman, “karena kebebasan itu tumbuh dan terlihat melalui kepatuhan
terhadap peraturan dan berlakunya syariat serta ajaran-ajaran moral yang bagus.”78
77
Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman 303 78
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 77
65
c. Memajukan Peradaban dengan Mengintegrasi Agama dan Sains Modern
Said Nursi menjelaskan79
bahwa yang memberinya keberanian untuk menantang
berbagai pemikiran yang mengaburkan Islam adalah keyakinannya bahwa kebenaran
akan tumbuh dan berkembang. Sebab di masa modern, akal budi akan mengambil peran
besar dalam kehidupan manusia. Dan zaman sekarang adalah zamannya akal budi.
Pemikiran, akal budi, kebenaran, serta kebijaksanaan menghasilkan penemuan-penemuan
dan kebenaran ilmiah yang terus menerus ditemukan.
Banyak pengaruh-pengaruh positif yang diperoleh dari ilmu pengetahuan.
Kebenaran akan mengalahkan kekuatan, bukti mengalahkan cara pikir sesat, nalar
mengalahkan naluri dan pikiran mengalahkan emosi. Hal ini sudah terjadi sebagian di
masa kini. Namun di masa yang akan datang hal itu akan terwujud sepenuhnya.
Said menegaskan bahwa yang membuat orang-orang Kristen tersesat adalah
karena mereka mengabaikan nalar, menolak bukti, dan taqlid buta kepada pendeta.
Mereka percaya secara mutlak dengan apa yang dikatakan oleh pemuka agama meskipun
apa yang dikatakan itu bertentangan dari fakta ilmiah. Sedangkan yang terus menerus
membuat Islam semakin menonjol dan memperlihatkan kebenaran-kebenarannya yang
bisa dibilang membantu mengembangkan pemikiran manusia adalah fakta bahwa Islam
di dasarkan pada kebenaran, dibekali bukti, tidak bertentangan dengan akal sehat,
berpijak pada realitas, dan selarah dengan kebijaksanaan. Sebagaimana yang dijelaskan
pada pidatonya yang dikenal sebagai “Amanat kepada Kebebasan. Nursi menganggap
syariat atau keseluruhan ajaran Islam itu bersifat dinamin. Ia beradaptasi dan berkembang
sejalan dengan kemajuan manusia.
79
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 136-137
66
Hal yang membuat Said Nursi percaya bahwa Islam akan menguasai peradaban
masa depan karena konsep kemajuan yang dimilikinya. Baginya, hal ini adalah sebuah
konsep universal yang tidak terbatas pada soal kemajuan; ia adalah sebuah hukum yang
berlaku, baik itu terhadap alam semesta maupun manusia, karena “manusia merupakan
bagian dan hasil dari dunia ini.” Ini dikarenakan pada keduanya ada hasrat atau
kecenderungan untuk menjadi sempurna dan maju, dan kecenderungan inilah yang
membuat makhluk tunduk pada hukum tersebut.
Ada suatu persesuaian dan kesesuaian antara hukum alam dan ajaran-ajaran Al-
Qur‟an. Hal ini bisa dilihat dalam hal syariat yang lazim dikenal, yang mengatur
tindakan-tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja, dan syariat Penciptaan,
“yang tersusun atas hukum-hukum teoretis alam semesta. Menurut Said Nursi,
kebenaran syariat tidak bertentangan dengan hukum-hukum rumit yang pada tingkatan
tertentu berlaku dalam penciptaan, sehingga kebenaran-kebenaran tersebut menjadi
keselarasan hukum-hukum alam tersebut. Karena kesesuaian inilah Al-Qur‟an tetap bisa
menjamin kukuhnya tatanan sosial dan keseimbangan serta kemajuan umat manusia.
Said Nursi mengatakan80
bahwa sejarah tidak pernah mencatat adanya seorang
muslim yang memeluk agama lain karena tergoda keunggulan akal budi agama-agama
lain tersebut, sedangkan karena argumen yang masuk akal dan bukti-bukti tertentu, para
pemeluk agama lain secara bertahap mendekati dan masuk Islam.
Said Nursi menyeru orang-orang muslim untuk menunjukkan kesempurnaan
akhlak Islam dan kebenaran iman melalui tindakan sehari-hari. Dengan begitu, tidak
disangsikan lagi para pemeluk agama lain akan berbondong-bondong masuk Islam,
80
Ibid, halaman 140
67
bahkan semua orang yang tinggal di kawasan-kawasan dan negara-negara tertentu akan
berlindung di dalam Islam.
d. Nasihat Said Nursi Demi Kebangkitan Islam
Islam merupakan agama bagi seluruh alam. Di dalamnya tercakup nilai-nilai yang
mengatur segara urusan umat manusia. Kebangkitan Islam pada hakikatnya adalah tugas
kemanusiaan secara kolektif, karena umat Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari pembangunan dunia, dan dengan demikian merupakan tugas kemanusiaan.
Sebagai suatu tugas kemanusiaan kolektif, maka setiap upaya membangkitkan
Islam diharapkan mendapat dukungan dan penghargaan yang layak dari semua umat
manusia, lintas agama, geografis, dan etnis. Jika jalan pikiran ini dapat diterima, maka
upaya-upaya kebangkitan Islam seyogyanya tidak dianggap sebagai ancaman, bahkan
perlu disikapi sebagai kerja kolektif umat manusia yang secara teleologis membawa
manusia ke arah yang lebih baik dan sempurna.81
Said Nursi adalah seorang ulama yang memiliki pandangan jauh ke depan. Dalam
salah satu pidatonya ia mengajak generasi muda untuk segera bangkit dari
kemerosotannya. Said Nursi hidup di masa kekalahan Dunia Islam, masa kemunduran
dan kegelapan. Namun Said tahu bahwa zaman keemasan akan datang membawa
81
Syahrin Harahap. 2015. Islam dan Modernitas. Jakarta: Kencana, halaman 275
68
kebahagiaan sejati, kemajuan, peradaban bagi umat manusia. Ia percaya bahawa
kebangkitan telah dimulai.
Pandangan Nursi sedemikian gamblang dan maju. Gerakan-gerakan yang menjadi
tanda-tanda adanya kehidupan kini bisa dilihat. Namun, ada orang-orang yang masih
meragukan gagasan-gagasannya. Hal ini membuat Nursi menjadi tidak sabar menghadapi
orang-orang yang enggan percaya. Said mengungkapkan ketidaksabarannya menghadapi
orang-orang sezamannya secara umum:
“Wahai para pendengarku, saya benar-benar berteriak karena saya sedang berdiri
di atas menara abad ketiga belas (Hijriah), dan menyeru ke masjid kepada
mereka yang pemikirannya tertinggal di ceruk-ceruk terdalam masa lalu. Duhai
makam keliling berkaki dua yang telah meninggalkan Isla, yang bagaikan roh
dari kedua nyawa itu! Jangan berhenti di depan pintu generasi masa depan.
Kubur menantimu. Masuklah ke dalam kuburmu dan biarkan generasi yang akan
datang mengibarkan panji kemenangan Islam di seluruh jagat raya ini dengan
sungguh-sungguh.”82
Demikianlah Said Nursi memberi dorongan dan nasihat bagi orang-orang di
masanya, terutama bagi kaum muda. Sebab kaum muda adalah generasi yang akan
melanjutkan hidup dengan tanggungjawab yang dibebankan oleh agama. Said berusaha
menerangkan bahwa Islam akan kembali meraih kejayaannya apabila telah ada
keyakinan kuat dalam diri mereka. Keyakinan itu perlu diikuti oleh sikap-sikap yang
dituntut Islam kepada umatnya, yaitu dengan menghargai ilmu pengetahuan dan menjaga
akhlak.
Selain nasihatnya kepada pemuda Islam, Said Nursi juga memberi pesan pada
para ulama. Said Nursi percaya bahwa ulama adalah sumber ilmu yang berperan besar
dalam menentukan kemajuan geneasi-generasi di masa depan. Para ulama dituntut untuk
82
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 134-135
69
memiliki potensi-potensi yang akan meningkatkan kualitasnya sebagai pengajar. Dalam
sebuah karyanya, Said menuliskan tentang beberapa prinsip tafsir Al-Qur‟an.
Pada bagian pertama karyanya, Said mengungkapkan sejumlah prinsip untuk
“memoles” Islam dan membersihkannya dari hal-hal yang mengaburkan. Bagian kedua
adalah paparan sejumlah persoalan yang berkaitan dengan semangat retorika atau
kefasihan berbahasa, karena kunci mukjizat Al-Qur‟an hanya dapat ditemukan dalam
retorika bahasa Arab, bukan dalam pengetahuan filsafat Yunani. Bagian ketiga, yang
tidak selesai, memberikan bukti dan petunjuk mengenai empat ajaran utama dalam Al-
Qur‟an: bukti keberadaan Sang Pencipta, kenabian, hari dibangkitkannya manusia, dan
keadilan.
Nursi percaya bahwa masa depan akan menjadi zaman akal budi dan
kebijaksanaan. Dengan begitu Islam akan mengambil peran yang sangat besar dan
mampu mencapai kejayaannya. Nursi paham bahwa sebelumnya—karena keinginannya
untuk menghilangkan keputusasaan di kalangan orang beriman—dia telah salah
menafsirkan keyakinan ini karena dia menganggap hal itu telah benar-benar disadari
secara meluas, di bidang politik serta masyarakat Islam. Adapun pada saat dia sudah
menjadi Said yang baru—Said menyebut dirinya Said Baru di tahun 1930 dan 1940 M—
pendiriannya dalam hal iman tengah terbentuk dengan ditulisnya Risālatu’n-nūr.
Nursi menjelaskan bahwa yang memberinya keberanian untuk menantang
berbagai pemikiran masa lalu—yang sebagaimana disampaikan di atas, telah disisipi
berbagai persoalan dari luar Islam, yang kemudian mengaburkan Islam—adalah
keyakinannya yang teguh bahwa kebenaran akan tumbuh dan berkembang. Ini
dikarenakan zaman sekarang adalah zamannya akal budi.
70
Pemikiran, akal budi, kebenaran, serta kebijaksanaan menghasilkan kebenaran
ilmiah, yang terus menerus ditemukan. Kendala utama yang menghalangi kemenangan
mutlak syariat adalah benturan dan pertentangan semu antara Islam dengan dunia luar.
Dengan merangsang timbulnya hasrat untuk mencari kebenaran dan membangkitkan
cinta kasih di antara sesama manusia serta kecenderungan untuk berpikiran terbuka, sains
dan pendidikan telah dan sedang merobohkan hambatan tersebut. Karena pengaruh
positif dari ilmu pengetahuan, maka kebenaran akan mengalahkan kekuatan, bukti
mengalahkan cara pikir sesat, nalar mengalahkan naluri dan pikiran mengalahkan emosi.
Hal ini telah terjadi sebagian di masa kini, namun di masa yang akan datang hal
itu akan terwujud sepenuhnya. Nursi menegaskan bahwa yang membuat orang-orang
Kristen tersesat adalah karena mereka mengabaikan nalar, menolak bukti dan taklid buta
kepada Pendeta. Dan yang terus menerus membuat Islam semakin menonjol dan
memperlihatkan kebenaran-kebenarannya—yang bisa dibilang membantu
mengembangkan pemikiran manusia—adalah fakta bahwa Islam didasarkan pada
kebenaran, dibekali bukti, tidak bertentangan dengan akal sehat, berpijak pada realitas,
dan selaras dengan kebijaksanaan. Sebagaimana yang disampaikan Nursi dalam
pidatonya yang dikenal sebagai “Amanat Kepada Kebebasan”, Nursi menganggap syariat
atau keseluruhan ajaran Islam bersifat dinamis. Ia berdaptasi dan berkembang sejalan
dengan kemajuan manusia.83
Hal yang mendasari pernyataan Nursi bahwa Islam akan menguasai masa depan
adalah konsep kemajuan. Baginya ini adalah sebuah konsep universal yang tidak terbatas
pada soal kemanusiaan, ia adalah sebuah hukum yang berlaku, baik itu terhadap alam
semesta maupun manusia, karena manusia merupakan bagian dan hasil dari dunia ini. Ini
83
Ibid, halaman 136-137
71
dikarenakan pada keduannya ada hasrat maupun kecenderungan untuk menjadi sempurna
dan maju, dan kecenderungan inilah yang membuat makhluk tunduk pada hukum
tersebut.
Selain itu, ada suatu persesuaian dan kesesuaian antara hukum alam dan ajaran-
ajaran Al-Qur‟an. Hal ini bisa dilihat dalam hal syariat yang lazim dikenal, yang
mengatur tindakan-tindakan manusia yang dilakukan dengan sengaja, dan syariat
Penciptaan yang tersusun atas hukum-hukum teoretis alam semesta. Menurut Nursi,
kebenaran syariat tidak bertentangan dengan hukum-hukum rumit yang pada tingkatan
tertentu berlaku dalam penciptaan, sehingga kebenaran-kebenaran tersebut menjaga
keselarasan hukum-hukum alam tersebut. Karena kesesuaian inilah Al-Qur‟an tetap bisa
menjamin kukuhnya tatanan sosial dan keseimbangan serta kemajuan umat manusia.84
e. Usulan Reformasi Pendidikan
Said Nursi menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memperjuangkan
kemajuan umat Islam terutama di bidang pendidikan. Pada November 1907, Nursi
berangkat ke Istanbul dalam rangka mencari bantuan dan dukungan resmi untuk
universitas Islam yang didirikannya, Madrasatu’z-zahra. Umurnya waktu itu sekitar 30
tahun. Dari awal yang sangat sederhana di desa Nursi, dia telah mengangkat reputasinya
di antara para ulama Kurdistan dan menjadi figur yang tidak hanya dikenal karena
rekornya yang tidak terkalahkan dalam debat, pengetahuan yang sangat luas dan bakat
yang luar biasa, tetapi juga karena perjuangan demi keadilan dan pembelaan hak, serta
keberanian tanpa tanding dalam membela Sang Pencipta.
84
Ibid, halaman 137-138
72
Said digerakkan oleh misi besar terhadap kemajuan umat Islam. Beberapa
peristiwa penting sangat menentukan dalam mewarnai arah perjuangannya. Salah satunya
adalah kesadarannya akan adanya ancaman yang sangat besar terhadap Al-Qur‟an dan
Islam serta keputusannya untuk mempersembahkan hidup dan pengetahuannya untuk
membuktikan bahwa Al-Qur‟an dan Islam adalah sumber ilmu dan kemajuan yang
benar.85
Ketika Said Nursi berada di kota Istanbul, ia menyampaikan usulan kepada Sultan
Abdul Hamid agar di Timur Anatoli didirikan sekolah-sekolah yang mempelajari
matematika, fisika, kimia dan sebagainya, di samping sekolah-sekolah agama. Usulan ini
disampaikan karena penduduknya sangat didominasi oleh kebodohan dan kemiskinan,
juga sangat dicekam oleh kediktatoran, sistem keamanan, dan para intel dari kalangan
istana Yaldaz, yaitu istana kediaman Sultan Abdul Hamid II yang ditangani oleh urusan
negara. Namun, usulan ini justru membuat Said Nursi dituduh gila hingga ia di bawa ke
rumah sakit jiwa.86
Said menyerahkan sebuah petisi yang menerangkan gagasan-gagasan reformasi
pendidikannya ke istana pada bulan Mei atau Juni 1908. Teks tersebut kemudian dicetak
dalam Sark ve Kurdistan Gazetesi (Surat Kabar Kurdistan dan Timur), tertanggal 19
November 1908. Namun sebagaimana ditunjukkan pada pendahuluan artikel tersebut,
rencana ini akan memberikan dampak yang tidak menyenangkan, baru sembentar berada
85
Ibid, halaman 48 86
Ihsan Kasim Salih. 2003. Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20. Jakarta : Murai Kencana, halaman
17-18
73
di Istanbul, Nursi sudah banyak menyedot perhatian, baik yang menguntungkan maupun
yang (sejauh berhubungan dengan pemerintah) merugikan.87
Inti dari proposal-proposal Said Nursi terletak pada “penyatuan tiga cabang
utama” sistem pendidikan—madrasah atau sekolah agama tradisional, mekteb atau
sekolah sekuler baru, dan tekke atau lembaga-lembaga sufi—serta disiplin ilmu yang
mereka wakili. Pengejawantahan usaha penyesuaian ini adalah Madrasatu’z-zahra. Nursi
menganggap sangat pentingnya pendirian universitas ini, di mana ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu modern akan diajarkan secara berdampingan dan “digabungkan”, dan Nursi
memperjuangkan cita-cita ini hingga akhir hayatnya.88
Bidang kedua dari usulan-usulan Nursi terletak pada restrukturisasi pendidikan
madrasah secara menyeluruh. Pendekatan usulan-usulan tersebut benar-benar modern.
Isinya bisa digambarkan sebagai demokratisasi sistem madrasah serta diversifikasinya
sehingga kaidah pembagian tugas bisa diterapkan.
Bidang ketiga menyangkut para khatib, yang membimbing publik secara umum.
Meskipun Nursi menganggap peran yang akan dimainkan Madrasatu’z-zahra tersebut
sangat vital untuk menyelamatkan masa depan Kurdistan dan persatuan kekaisaran,
prinsip-prinsip umum yang dikemukakan bisa diterapkan pada semua madrasah. Dalam
usulannya Said Nursi menyebutkan beberapa syarat yang dianggap esensial:
Madrasatu’z-zahra dan dua lembaga kembarannya harus diperkenalkan dengan nama
madrasah, dan bahasa pengantarnya harus bahasa yang dikuasai oleh calon-calon
siswanya.
87
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 60 88
Sukran Vahide. 2013. Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi. Jakarta : Kharisma Putra Utama,
halaman 63-64
74
Nursi menyatakan dalam sebuah karyanya yang lain, Munazarat, bahwa sekolah-
sekolah tersebut harus menggunakan tiga bahasa, dengan bahasa Arab yang statusnya
“wajib”, bahasa Kurdi “boleh”, dan bahasa Turki “perlu”. Pada karya yang sama, dia juga
mengatakan bahwa para sarjana Kurdi yang dipercaya oleh bangsa Kurdi maupun Turki
harus dipilih sebagai guru, sebagaimana juga mereka yang menguasai bahasa daerah, dan
bahwa para guru itu perlu memperhitungkan kapasitas serta tingkat budaya masyarakat
yang akan mereka layani. Selain itu, madrasah-madrasah ini harus setaraf dengan
sekolah-sekolah sekuler resmi, dan seperti mereka, ujian-ujian madrasah tersebut harus
diakui. Landasan dari sistem yang Nursi tawarkan itu adalah pengajaran gabungan ilmu-
ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu modern.
Seiring berjalannya waktu, silabus madrasah telah menyempit dan tidak lagi
mengandung perkembangan-perkembangan modern di dalam ilmu pengetahuan yang
sekaligus ditolak, sehingga pada awal abad ke-20 madrasah-madrasah tersebut
menghasilkan ulama-ulama yang mempercayai—bersama orang-orang Eropa—bahwa
terjadi kontradiksi antara sejumlah “ihwal di luar” Islam dengan ihwal-ihwal tertentu
dalam ilmu pengetahuan yang sangat mendasar seperti bentuk bumi yang bulat. Gagasan
yang salah ini telah menyebabkan perasaan putus asa dan hilangnya harapan, dan telah
menutup pintu kemajuan dan peradaban. Padahal Islam adalah guru serta pembimbing
ilmu pengetahuan, dan pimpinan serta bapak dari segala pengetahuan.89
Keuntungan dari sistem yang diusulkan oleh Said Nursi menjadi langkah maju
menuju reformasi secara umum. Ia akan mengentaskan Islam dari sekedar fanatisme,
takhayul, dan keyakinan-keyakinan salah yang telah berkerak pada bagian-bagiannya
selama berabad-abad. Yang lebih penting, ia juga akan menjadi sarana memperkenalkan
89
Ibid, halaman 64-65
75
pengetahuan modern ke madrasah-madrasah dengan cara yang akan menghilangkan
kecurigaan pada ulama terhadap ilmu modern. Ia juga akan membuka pintu untuk
penyebaran-penyebaran aspek-aspek menguntungkan dari konstitusionalisme.90
f. Madrasatu’z-zahra
Madrasatu’z-zahra adalah sebuah wujud implementasi pemikiran Said Nursi.
Namun, pembangunan Madrasatu’z-zahra tidak berjalan lancar karena dana yang
dijanjikan tak kunjung dikucurkan. Pembangunan fondasi telah dirayakan dengan jamuan
makan, upacara dan sambutan-sambutan. Semua ulama, tokoh masyarakat, dan pemimpin
suku meminta dana kepada pemerintah untuk melanjutkan pembangunan universitas
Islam untuk 80 mahasiswa di Van, yang rencana dan tahap awalnya telah selesai
dilakukan. Universitas tersebut dianggap akan menjamin keberadaan Islam dan
kekuasaan Usmani di wilayah tersebut.
Setelah menerima jawaban positif dari Kantor Perdana Menteri dan Kementerian
Dalam Negeri, akhirnya datanglah telegraf dari Kementerian Yayasan dan Wakaf pada
tanggal 2 Agustus 1913, yang memberitahu bahwa kementerian tidak mempunyai dana
untuk membiayai pembangunan universitas tersebut.91
Meskipun pada akhirnya universitas yang hendak dibangun oleh Said Nursi tidak
bisa berkembang, Nursi tetap memiliki banyak murid yang setia belajar dengannya.
Semangat juangnya untuk memperbaiki moral bangsa tidak bisa dipadamkan hanya
karena tidak mendapat dukungan dari pemerintah. Gagasan Said Nursi tentang integrasi
agama dan sains modern tetap disebar luaskan melalui pengajarannya pada murid-murid
90
Ibid, halaman 65 91
Ibid, halaman 157-158
76
yang mendatanginya. Selain itu, gagasan tersebut dituangkan dalam buku-bukunya
sehingga bisa disebarkan dan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya.
Said Nursi tidak pernah patah semangat dalam melakukan sebuah reformasi
pendidikan. Sebab Said sangat meyakini bahwa penyatuan agama dan sains modern
dalam belajar akan mampu menyeimbangkan akal budi dan hati nurani manusia yang
keduanya dibutuhkan untuk mencapai pemahaman yang sempurna akan keagungan
Tuhan.
Konsep pemikiran Said Nursi tentang integrasi agama dan sains modern adalah
sebuah revolusi pemikiran yang terlahir dari kedalaman berpikir yang
mempertimbangkan hubungan antara intelektualitas dan spiritualitas. Keduanya menuntut
keseimbangan dan keharmonisan agar tidak terjadi ketimpangan dalam kehidupan
manusia. Agama dan sains modern adalah makanan bagi akal dan nurani, sehingga
keduanya tidak dapat dipisahkan. Justru keberadaan keduanya saling mendukung satu
sama lain. Agama mendorong kemajuan sains dengan memerintahkan manusia untuk
terus berpikir menggunakan akalnya. Dan penemuan-penemuan sains modern mampu
memperkuat kebenaran agama dengan menunjukkan bukti-bukti rasional yang
menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan. Dengan menyeimbangkan kedua hal
tersebut, manusia akan mampu membangun sebuah peradaban yang maju dan seimbang.