19
BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. Posisi teori dan konsep adalah sebagai elemen dasar yang memberikan batasan-batasan pengertian di dalam penelitian sosiologi. Konsep-konsep yang saling berhubungan akan membentuk proposisi. Sementara itu teori merupakan sebuah sistem dari antar hubungan (interrelated) antara konsep dan proposisi. Teori ini berfungsi memberikan penjelasan pola logis (logical pattern) terhadap perilaku manusia. 1 Oleh karena itu, untuk memberi gambaran kesamaan pemahaman teori dan konsep didalam penelitian, maka Bab ini menguraikan kedua hal tersebut. 2.1.1. Nilai-Nilai Budaya, Pembangunan dan Modernisasi Modernisasi merupakan sebuah isyu dalam rangka pencapaian proses pembangunan pasca berakhirnya perang dunia (PD II), yang melibatkan beberapa ilmuan sosial barat sebagai sebuah tantangan untuk memiliki model pembangunan dan memperbaiki pertumbuhan ekonomi di negara barat. Pada awal 1950-an mulai muncul berbagai varian dari konsep modernisasi dan pada akhir 1960-an berbagai disiplin ilmu berhasil mengembangkan konsep modernisasi ini. Namun menjelang akhir 1970-an perkembangan konsep modernisasi mulai menurun. Kekurangan dan kelemahan konsep modernisasi semakin tampak nyata sehingga kaum ilmuan sosial mulai mencari paradigma alternatif. Modernisasi menjadi rujukan utama oleh negara dunia ketiga dan dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kesejahteraan seperti yang telah dialami oleh negara dunia kedua. Negara maju semakin banyak menjadi sponsor pembangunan negara berkembang. Konsep modernisasi ternyata mempunyai beberapa kelemahan apabila diterapkan di negara dunia ketiga. Perbedaan budaya merupakan salah satu faktor pembeda yang utama antara negara dunia kedua dan ketiga. Modernisasi walaupun berhasil memajukan perekonomian negara dunia kedua namun gagal mewujudkan hal yang sama pada negara dunia kedua. Bagi negara dunia ketiga modernisasi tak ubahnya dianggap 1 Peltoand pelto, Anthropological Research, 1984, hal 9-11.

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

  • Upload
    docong

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka.

Posisi teori dan konsep adalah sebagai elemen dasar yang memberikan

batasan-batasan pengertian di dalam penelitian sosiologi. Konsep-konsep yang

saling berhubungan akan membentuk proposisi. Sementara itu teori merupakan

sebuah sistem dari antar hubungan (interrelated) antara konsep dan proposisi.

Teori ini berfungsi memberikan penjelasan pola logis (logical pattern) terhadap

perilaku manusia.1 Oleh karena itu, untuk memberi gambaran kesamaan

pemahaman teori dan konsep didalam penelitian, maka Bab ini menguraikan

kedua hal tersebut.

2.1.1. Nilai-Nilai Budaya, Pembangunan dan Modernisasi

Modernisasi merupakan sebuah isyu dalam rangka pencapaian proses

pembangunan pasca berakhirnya perang dunia (PD II), yang melibatkan

beberapa ilmuan sosial barat sebagai sebuah tantangan untuk memiliki model

pembangunan dan memperbaiki pertumbuhan ekonomi di negara barat. Pada

awal 1950-an mulai muncul berbagai varian dari konsep modernisasi dan pada

akhir 1960-an berbagai disiplin ilmu berhasil mengembangkan konsep

modernisasi ini. Namun menjelang akhir 1970-an perkembangan konsep

modernisasi mulai menurun. Kekurangan dan kelemahan konsep modernisasi

semakin tampak nyata sehingga kaum ilmuan sosial mulai mencari paradigma

alternatif.

Modernisasi menjadi rujukan utama oleh negara dunia ketiga dan

dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kesejahteraan seperti yang telah

dialami oleh negara dunia kedua. Negara maju semakin banyak menjadi sponsor

pembangunan negara berkembang. Konsep modernisasi ternyata mempunyai

beberapa kelemahan apabila diterapkan di negara dunia ketiga. Perbedaan

budaya merupakan salah satu faktor pembeda yang utama antara negara dunia

kedua dan ketiga. Modernisasi walaupun berhasil memajukan perekonomian

negara dunia kedua namun gagal mewujudkan hal yang sama pada negara

dunia kedua. Bagi negara dunia ketiga modernisasi tak ubahnya dianggap

1 Peltoand pelto, Anthropological Research, 1984, hal 9-11.

Page 2: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

8

sebagai “westernisasi”. Modernisasi dianggap telah menghilangkan nilai - nilai

budaya yang ada. Modern dipandang sebagai perilaku hidup yang digambarkan

oleh masyarakat Eropa Barat dan Amerika Utara dimana terdapat pandangan

yang rasional terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan pertumbuhan

ekonomi yang tinggi.

Selanjutnya modernisasi akan menghasilkan suatu pola perkembangan

pembangunan dengan mendifusikan secara aktif segala sesuatu yang diperlukan

dalam pembangunan, terutama nilai-nilai „modern‟, teknologi, keahlian, dan

modal. Disisi lain, industrilasiasi, ekspansi modal yang merupakan bagian dari

modernisasi adalah merupakan salah satu faktor penyebab yang akan

mentarnsformasikan secara cepat ketertinggalan, atau kemunduran tradisi

dalam suatu komunitas pedelaman pedesaan. Pemikiran mengenai

pembangunan berhubungan dengan beberapa ide tentang kemajuan, yang

melibatkan suatu perubahan, mungkin sebuah evolusi, dari satu tingkat ke tingkat

lainnya. Di sisi lain penganut teori modernisasi melihat industrialisasi kapitalis

sebagai jalur paling efektif dari pembangunan, kurang tulus dan bermoral dalam

hubungannya dengan kesejahteraan manusia daripada penganut teori

underdevelopment (dan teori lainnya) yang menekankan kesamaan dalam

distribusi dan pemenuhan terhadap kebutuhan dasar.

Kemudian, apakah perbedaan antara pembangunan dan modernisasi?

Pembangunan adalah sebuah perubahan menuju status yang dihargai, yang

mungkin atau tidak mungkin diperoleh pada beberapa konteks sosial lain dan

yang tidak mungkin terjangkau. Modernisasi merupakan suatu proses yang

sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk:

rangkaian dari pola dengan konsekwensi yang dapat digambarkan,

diargumentasikan dan dievaluasi. Jika dinilai sebagai baik atau progresif,

perubahan dapat dianggap sebagai kontribusi terhadap pembangunan, namun

tidak perlu dievaluasi dengan cara ini.

Menurut Schoorl, modernisasi itu adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak.

Modernisasi itu adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan oleh negara-negara

berkembang dan dapat dilakukan jika bersentuhan dengan negara-negara maju.

Hal ini didasarkan pada bahwa modernisasi itu adalah sesuatu yang baik.

Michael dove sepakat bahwa kemajuan itu harus mengacu pada dunia-dunia

maju. Namun, tidak semua modernisasi itu merusak nilai-nilai tradisional, dalam

beberapa hal terdapat adaptasi.Hal ini dasarkan pada kajian historis. Padahal,

Page 3: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

9

jangan-jangan proses modern itu tidak seperti di negara-negara maju. Namun,

kenyataannya modernisasi memang telah menggerus tatanan tradisional

masyarakat. Modernisasi merupakan salah satu teori pembangunan. Terdapat

beberapa konsep kunci sosiologi yang berhubungan dengan proses-proses

modernisasi seperti industrialisasi, pertumbuhan ekonomi, kapitalisasi,

perubahan struktur masyarakat baik melalui kemajuan politik maupun mobilitas

penduduk, perkembangan teknologi sebagai peningkatan pengetahuan.

Menurut Schoorl asumsi-asumsi dasar modernisasi sesuatu masyarakat ialah

suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-

aspeknya.

Batasan gejala modernisasi dapat dilihat dari pertanggungjawaban ilmiah

dalam menerapkan pengetahuan, sejauh mana struktur sosio-politik masyarakat

dan lainnya. Modernisasi sama artinya dengan evolusi bila dibatasi pada

perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. Namun menurut Linton,

modernisasi dan masyarakat modern itu dapat bermacam-macam arahnya.

Tergantung pada nilai-nilai dan norma-norma yang digunakan apakah

modernisasi tertentu itu juga dipandang sebagai kemajuan atau bukan.

Proses evolusi merupakan pertumbuhan yang mutlak dan manusia sesuai

dengan posisi dan situasinya, sampai batas-batas tertentu bertanggung jawab

atas perkembangan masyarakat dan kebudayaannya. Dube (1988), mengatakan

Ciri manusia modern ditentukan oleh struktur, institusi, sikap dan perubahan nilai

pada pribadi, sosial dan budaya. Masyarakat modern mampu menerima dan

menghasilkan inovasi baru, membangun kekuatan bersama serta meningkatkan

kemampuannya dalam memecahkan masalah. Oleh karenanya modernisasi

sangat memerlukan hubungan yang selaras antara kepribadian dan istem sosial

budaya. .

Modernisasi yang terlalu mengedepankan budaya Barat sebagai patokan

untuk membangun masyarakat, telah melupakan nilai-nilai kultural masyarakat

dan mengaanggap kultur masyarakat sebagai penghambat pembangunan

bahkan sebagai faktor yang menyebabkan keterbelakangan masyarakat

Indonesia. Pada kenyataannya, masyarakat Indonesia semakin terbelakang

bahkan semakin carut-marut akibat masuknya budaya-budaya asing yang

menghancurkan indegenous knowledge masyarakat lokal. Pemerintah secara

sepihak telah memutuskan bentuk pembangunan yang dilakukan di Indonesia

tanpa melibatkan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan. Dalam hal ini,

Page 4: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

10

oleh pemerintah masyarakat dijadikan obyek pembangunan bukan sebagai

subyek pembangunan sehingga masyarakat tidak pernah dilbatkan secara

langsung. Masuknya beragam program pemerintah untuk mengubah kondisi

masyarakat dari keadaan terbelakang menuju kepada sebuah kemajuan,

menjadikan masyarakat terpaksa meninggalkan nilai-nilai kulturalnya.

Pemerintah selalu menganggap kondisi masyarakat adalah sebuah kondisi yang

harus mendapat pembenahan. Ternyata pembenahan yang dilakukan

pemerintah terkadang menjadi negatif setelah dilaksanakan pada masyarakat

yang memiliki nilai kultural yang bertolak belakang dengan program

pembangunan pemerintah. Dampak yang ada di masyarakat sebagai akibat dari

pembangunan, yang tidak jarang berdampak negatif, di jelaskan oleh penulis

sebagai sebuah biaya yang harus menjadi tanggungan masyarakat dari

pelaksanaan pembangunan dan modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Pada akhirnya, perhatian khusus yang menjadi fokus adalah kultur

masyarakat lokal yang sebenarnya tidak bertentangan dengan pembangunan

bahkan lebih bijak dibandingkan program-program bentukan pemerintah, selalu

terlupakan. Oleh karenanya kita mencoba membuktikan bagaimana kultural

masyarakat dalam berbagai aspek, ternyata lebih bermanfaat dibandingkan nilai

baru yang bahkan menyebabkan kehancuran masyarakat

Pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia selama ini

juga tidak lepas dari pendekatan modernisasi. Asumsi modernisasi sebagai jalan

satu-satunya dalam pembangunan menyebabkan beberapa permasalahan baru

yang hingga kini menjadi masalah krusial Bangsa Indonesia. Penelitian tentang

modernisasi di Indonesia yang dilakukan oleh Sajogyo (1982) dan Dove (1988).

Kedua hasil penelitian mengupas dampak modernisasi di beberapa wilayah

Indonesia. Hasil penelitian keduanya menunjukkan dampak negatif modernisasi

di daerah pedesaan. Dove mengulas lebih jauh kegagalan modernisasi sebagai

akibat benturan dua budaya yang berbeda dan adanya kecenderungan

penghilangan kebudayaan lokal dengan nilai budaya baru. Budaya baru yang

masuk bersama dengan modernisasi.

Dove Michael R (1985), dalam penelitiannya di membagi dampak

modernisasi menjadi empat aspek yaitu ideologi, ekonomi, ekologi dan hubungan

sosial. Aspek ideologi sebagai kegagalan modernisasi mengambil contoh di

daerah Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah. Penelitian Dove menunjukkan

bahwa modernisasi yang terjadi pada Suku Wana telah mengakibatkan

Page 5: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

11

tergusurnya agama lokal yang telah mereka anut sejak lama dan digantikan oleh

agama baru. Modernisasi seolah menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang mampu

membelenggu kebebasan asasi manusia termasuk di dalamnya kebebasan

beragama. Pengetahuan lokal masyarakat juga menjadi sebuah komoditas

jajahan bagi modernisasi. Pengetahuan lokal yang sebelumnya dapat

menyelesaikan permasalahan masyarakat harus serta merta digantikan oleh

pengetahuan baru yang dianggap lebih superior.

Sajogyo justru kemudian membahas proses modernisasi di Jawa yang

menyebabkan perubahan budaya masyarakat. Masyarakat Jawa dengan tipe

ekologi sawah selama ini dikenal dengan “budaya padi” menjadi “budaya tebu”.

Perubahan budaya ini menyebabkan perubahan pola pembagian kerja pria dan

wanita. Munsulnya konsep sewa lahan serta batas kepemilikan lahan minimal

yang identik dengan kemiskinan menjadi berubah. Pola perkebunan tebu yang

membutuhkan modal lebih besar dibandingkan padi menyebabkan petani

menjadi tidak merdeka dalam mengusahakan lahannya. Pola hubungan antara

petani dan pabrik gula cenderung lebih menggambarkan eksploitasi petani

sehingga semakin memarjinalkan petani.

2.1.2. Kelembagaan Pembangunan dan Komunitas Petani

Kehidupan masyarakat mengenal seperangkat lembaga-lembaga yang

muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di

kalangan masyarakat pedesaan, lembaga-lembaga ini dikembangkan melalui

tradisi, yang berbeda dengan ciri pengembangan organisasi atau kelembagaan

modern yang dibawa oleh penguatan birokrasi pemerintahan. Oleh karena

pemerintah memerlukan lembaga yang sangat mumpuni untuk menjadi wadah

atau saluran pembangunan bahkan sarana yang efektif untuk percepatan

pengorganisasian pembangunan pedesaan. Uphoff (1986) memberikan

gambaran bahwa selama kurun waktu yang panjang lembaga donor internasional

mengakui akan pentingnya pengembangan kelembagaan pembangunan di

pedesaan untuk mencapai tujuan pembangunan.

Pengertian atau konsep kelembagaan umumnya banyak dibahas dalam

sosiologi, antropologi, hukum dan politik, organisasi dan manajemen, psikologi

maupun ilmu lingkungan yang kemudian berkembang ke dalam ilmu ekonomi

karena kini mulai banyak ekonom berkesimpulan bahwa kegagalan

pembangunan ekonomi umumnya karena kegagalan kelembagaan. Dalam

Page 6: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

12

bidang sosiologi, kelembagaan banyak ditekankan pada norma, tingkah laku dan

adat istiadat.

Secara umum, lembaga, apakah itu organisasi atau bukan merupakan

kompleks dari norma dan kebiasaan yang telah berlangsung sepanjang waktu

melalui kegunaan nilai pelayanan kolektif. Studi lembaga memfokuskan pada

peraturan yang tajam dari kebiasaan dari pada pada peranan. Uphoff, (1986)

mengatakan bahwa kelembagaan meruapakan suatu himpunanan atau tatanan

norma-norma dan tingkah laku yang bisa berlaku dalam suatu periode tertentu

untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadi nilai bersama. Menurut Uphoff,

(1986) institusi ditekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat

istiadat.

Menjelaskan tentang kelembagaan, atau institusi, umumnya

mengarahkan pandangan orang lebih kearah sebuah organisasi, wadah maupun

pranata. Akan tetapi organisasi adalah wadahnya saja, sedangkan pengertian

lembaga atau kelembagaan mencakup juga mengenai aturan main, etika, kode

etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau sistem.

Terdapat beberapa kelembagaan dalam masyarakat desa, yang dilaksanakan

dengan keras, terutama melalui paksaan sosial yang didasarkan pada interaksi

sosial. Selanjutnya kelembagaan itu berubah sebagai reaksi terhadap

berubahnya kelangkaan relatif sumber-sumber daya yang di dalam komunitas

tidak hanya tergantung pada penyediaan sumberdaya, tetapi juga pada kondisi

teknologi dan pasar. Kelembagaan memudahkan koordinasi dan kerjasama

diantara masyarakat desa dalam pemakaian sumber daya, dan merupakan

aturan-aturan yang dikukuhkan dengan sangsi oleh anggota masyarakat, Yujiro

Hayami dan Masao Kikuchi. (1987). Beberapa kelembagaan ketenagakerjaan

yang mengatur hubungan antar majikan atau pemilik lahan dengan buruh antara

lain dikenal dengan anama hunusan di pedesaan Philipina, mapalus dipedesaan

Sulawesi Utara, Kedokan/Ceblokan/ngepak ngedok dan Lebotan di daerah

pedesaan jawa tengah dan barat. Menurut Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi

(1987), untuk melihat aspek kelembagaan juga di analisis pada cirri-ciri

organisasi dan kelembagaan masyarakat desa yang melatarbelakangi dinamika

ekonomi yang hidup di pedesaan. Dinamika tersebut dapat dilacak dari gaya

desa dalam produksi dan pertukaran, interaksi sosial, pendekatan ekonomi dari

sudut moral, dan struktur sosial yang terbentuk. Kelembagaan yang di analisis

Yujiro Hayami dan Masao Kikuchi secara khsusus adalah hubungan kontrak

Page 7: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

13

antara petani dan buruh tani yang dikembangkan dalam satuan usahatani

keluarga (rumah tangga) petani. Hubungan “bapak anak buah” antara petani dan

buruh tani itu digambarkan sebagai kompleks beragam kaitan pasaran dengan

saling mengenal pribadi dimana syarat ekonomi dan efisiensi dapat terjamin.

Ada beberapa definisi kelembagaan yang disampaikan oleh ahli dari

berbagai perspektif keilmuan. Misal, Ruttan dan Hayami (1984) menyatakan,

bahwa kelembagaan sebagai aturan didalam suatu kelompok masyarakat atau

organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu

mereka denagn harapan dimana setiap orang dapat bekerja sama atau

berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang di

inginkan. Sedangkan Uphoff, (1986) membatasi pengertian sebagai suatu

himpunan atau tatanan norma-norma dan tingkah laku yang bisa berlaku dalam

suatu periode tentu untuk melayani tujuan kolektif yang akan menjadi nilai

bersama, insitusi ditekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat

istiadat. Pendefinisian lembaga ini dapat juga merujuk pengertian sebagai aturan

rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai oleh para anggota suatu kelompok

masyarakat untuk mengatur hubungan yang saling mengikat atau saling

tergantung satu sama lain (Ostrom, 1985).

Umumnya definisi kelembagaan mencakup konsep pola perilaku sosial

yang sudah mengakar dan berlangsung terus menerus atau berulang. Dalam hal

ini sangat penting diperhatikan bahwa perilaku sosial tidak membatasi lembaga

pada peraturan yang mengatur perilaku tersebut atau mewajibkan orang atau

organisasi untuk harus berpikir positif ke arah norma-norma yang menjelaskan

perilaku mereka tetapi juga pemahaman akan lembaga ini memusatkan

perhatian pada pengertian mengapa orang berprilaku atau bertindak sesuai

dengan atau bertentangan dengan peraturan yang ada. Dengan demikian,

menjadi penting memahami kelembagaan didalam konteks pembangunan.

2.1.2.1. Komunitas Petani.

Tiga konsep tentang petani yang pada umumnya masih berbeda.

Pertama, istilah petani menunjuk kepada penduduk pedesaan secara umum,

tidak peduli apa pun kerjanya. Kedua, pandangan yang lebih terbatas dibanding

konsep pertama, seperti dalam James C. Scott (1976). Menurutnya definisi

petani tidak mencakup seluruh penduduk pedesaan, tetapi hanya menunjuk

kepada penduduk pedesaan yang bekerja sebagai petani saja. Artinya petani

Page 8: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

14

adalah orang yang bercocok tanam (melakukan budidaya) di lahan pertanian.

Ketiga, pandangan yang mengikuti Wolf, menurutnya petani adalah segolongan

orang yang memiliki sekaligus menggarap lahan pertanian guna menghasilkan

produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, bukan dijual (Wolf,

1985).

Ketiga konsep di atas cenderung menimbulkan pertanyaan. Setidaknya

jika petani mencakup seluruh penduduk pedesaan. Disadari bahwa belum tentu

seluruh penduduk pedesaan itu adalah petani. Berkaitan dengan hal tersebut

Marzali (1999), memberikan konsep petani (peasant) agar dapat

dioperasionalkan sesuai konteks Indonesia. Menurutnya, petani ditinjau dari

proses perkembangan tingkat sosio-kultural masyarakat manusia, maka dapat

dibagi dalam tiga ciri-ciri khusus. Pertama, secara umum petani berada di antara

masyarakat primitif dan kota (moderen). Kedua, petani adalah masyarakat yang

hidup menetap dalam komunitas pedesaan. Ketiga, dipandang dari sudut tipe

produksi, termasuk di dalamnya teknologi dan mata pencaharian, maka petani

berada pada tahap transisi antara petani primitif dan petani moderen (farmers).

Petani primitif dan petani (peasant) perbedaannya pada teknologi yang

digunakan. Petani primitif menggunakan peralatan sederhana seperti tugal dan

golok, sedangkan petani telah menggunakan cangkul (pacul), garu dan bajak.

Perbedaan antara petani dengan petani modern terletak pada sifat

usahatani yang dilakukan. Petani berusahatani dengan bantuan keluarga dan

hasilnya juga untuk keluarga. Sedangkan petani modern berusahatani dengan

bantuan tenaga buruh tani dan bertujuan mencari keuntungan. Produksi tidak

hanya untuk keluarga, justru sebagian besar dijual ke pasar guna mendapatkan

keuntungan. Singkatnya, dikatakan oleh Wolf (1985) bahwa, petani berusahatani

keluarga, sedangkan petani modern berusahatani dengan prinsip ekonomi

perusahaan (komersil). sedangkan, kesamaannya dari keduanya adalah sama-

sama mempunyai hubungan dengan kota secara politis, ekonomis dan kultural.

Berbagai konsep petani tersebut, mengisyarakatkan bahwa petani tidak

lepas dari komunitas. Istilah komunitas pun mempunyai makna beragam, setiap

segi-segi pengertiannya mempunyai arti yang sama penting. Redfield dalam

Koentjaraningrat (1990) mengatakan bahwa, umumnya antropolog memandang

komunitas dari sudut pandang ekologis. Dari sudut pandang ini komunitas

didefinisikan sebagai satuan sosial yang utuh dan terikat pada sistem ekologi

yang bulat. Keterikatan pada tempat ini kemudian dikenal dengan sebutan

Page 9: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

15

kesatuan hidup setempat, yaitu yang lebih terikat pada ikatan tempat kehidupan

daripada ikatan lain seperti kekerabatan, kepercayaan dan sejenisnya. Tinjauan

aspek ekologis menekankan pada segi ruang (spasial) dari komunitas. Sehingga

penting memperhatikan batas-batas ruang komunitas. Berkaitan dengah hal itu

Sanders (1958) membagi komunitas menjadi empat tipe. Pertama, komunitas

pedesaan yang terisolir dan relaltif mampu mencukupi kebutuhan sendiri. Kedua,

komunitas kota kecil dan ketiga, komunitas urban serta yang keempat, sub-

komunitas metropolitan. Dari keempat jenis komunitas tersebut, biasanya

komunitas pedesaan yang banyak menarik perhatian. Umumnya hal ini

dikarenakan komunitas pedesaan lebih memiliki sifat isolasi dan swadaya

dibandingkan dengan komunitas lainnya.

Berbeda dengan Redfield, selain menekankan aspek ekologis Sanders

juga menekankan komunitas sebagai sistem sosial. Konsep ini tidak hanya

membatasi komunitas pedesaan yang cenderung terisolasi, namun aspek

ekologis juga tidak dilupakan, dan segi-segi lain yang membentuk pengertian

komunitas juga dikemukakan. Misalnya komunitas sebagai suatu ruang maka,

dalam dirinya juga terbentuk suatu arena interaksi. Artinya sebagai suatu tempat

untuk berinteraksi maka, komunitas tidak hanya melibatkan sebatas pria dan

wanita, orang tua dan anak-anak, tetapi melibatkan setiap pelaku dalam

komunitas yang mencakup seluruh segi kehidupan dari kategori seperti umur,

jenis kelamin, suku, ras dan berbagai latar belakang lainnya.

Gambaran komunitas sebagai sistem sosial menurut Sanders (1958)

mengacu pada ruang relasi sosial. Ruang relasi sosial diisi oleh lima faktor yaitu:

1. Ekologi, komunitas berada dan terorganisasi di wilayah serta hidup

dengan pola pemukiman tertentu. Di dalamnya tercipta jaringan

komunikasi yang beroperasi dengan baik, ada distribusi berbagai

fasilitas, layanan sosial dan orang mampu mengembangkan identitas

psikologis dengan simbol lokalitas.

2. Demografi, dalam komunitas yang terdiri dari populasi pada semua

tahap lingkaran hidup sedemikian rupa sehingga anggota baru

muncul melalui proses kelahiran. Setiap individu di komunitas harus

memiliki keterampilan dan pengetahuan teknis yang memadai untuk

kelangsungan hidupnya.

3. Budaya, setiap komunitas bertujuan mencapai kesejahteraan

tertentu, untuk itu mereka mempunyai cara dan nilai tersendiri.

Page 10: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

16

Kecenderunganya mencapai suatu integrasi normatif dan merangkum

secara keseluruhan dibandingkan dengan tujuan satu atau beberapa

kelompok di dalam komunitas.

4. Personalitas, komunitas mempunyai mekanisme mensosialisasikan

anggota baru dan mengembangkan identitas psikologis dengan

simbol lokalitas.

5. Waktu, komunitas tentu berada dalam rentang waktu. Artinya

komunitas membutuhkan waktu sehingga bisa mencapai tingkat

kebudayaan yang berbeda satu sama lainnya.

2.1.2.2. Pelapisan/Stratifikasi Sosial

Memahami komunitas atau masyarakat terkecil tidak lepas dari

pemahaman pelapisan atau stratifikasi sosial. Oleh karena, stratifikasi sosial

menjadi penting untuk melihat adanya pembagian peran di kalangan kelompok

masyarakat yang berbeda. Pengertian stratifikasi sendiri secara definitif

sebagaimana dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokin adalah suatu pelapisan sosial

yang merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat dalam kelas-kelas

secara bertingkat (hierarkis). Perwujuadannya adalah adanya lapisan-lapisan

didalam masyarakat ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan

dibawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial.

Menurut Soerjono Soekanto stratifikasi sosial merupakan suatu jenis

diferensiasi sosial yang terkait dengan pengertian akan adanya jenjang secara

bertingkat. Jenjang secara bertingkat tersebut akan menghasilkan strata tertentu,

dan kedalam strata itulah masyarakat dimasukkan. Menurut Hewitt dan Mitchell

menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah tingkat perbedaan individu dalam

masyarakat yang mana dalam sistem sosial tertentu sebagai superior maupum

inferior. Sedangkan menurut Marx Dan Weber mengatakan bahwa stratifikasi

sosial merupakan pencerminan dari organisasi sosial suatu masyaraakat. Dari

ketiga pengertian diatas saya mengambil kesimpulan bahwa strtatifikasi sosial

adalah cara pembedaan masyarakat berdasarkan jenjang atau strata tertentu

yang betingkat-tingkat,dari mulai strata inferior sampai dengan superior.

Pembedaan masyarakat secara bertingkat tersebut dikarenakan tiga hal menurut

Weber:

1. Dimensi Ekonomi Tingkat kesejahteraan ekonomi setiap induvidu

dalam masyarakat berbeda-beda. Dinegara-negara kapitalis dimensi

Page 11: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

17

ekonomi dalam kaitannya dengan steratifikasi sosial mudah dijumpai.

Disatu sisi terdapat individu yang borjuis,kekayaan melimpah,dan

menguasai beberapa sektor ekonomi.Namun disisi lain terdapat

individu yang melarat,sehingga antara keduanya terdapat jurang

pemisah yang sering disebut kesenjangan sosial (social distance).

Sedangkan dinegara-negara sosialis, dimensi tersebut sedikit bahkan

tidak.

2. Dimensi Sosial Dalam kehidupan masyarakat banyak sekali orang

yang mempermasalahkan tentang ras,agama,maupun suku yang

dikaitkan dengan stratifikasi social. Kelompok ini menganggap bahwa

ras,suku,agama mereka berada pada kelas superior. Di Afrika Selatan

pernah terjadi pembedaan ini dengan adanya politik apartheid yang

menganaktirikan ras kulit hitam. Hal ini juga terjadi di Amerika

Latin,ras kulit hitam hanya dijadikan budak ras kulit putih. Tapi semua

itu tidak terlepas pada prinsip yang dimiliki setiap individunya masing-

masing. Anggapan tersebut dapat terjadi apabila disuatu daerah

terdapat ras,suku,maupun agama yang dominan.

3. Dimensi Politik. Bagian terpenting dari dimensi politik yaitu jabatan

dalam lembaga-lembaga politik termasuk parpol. Hierarkhi antara

pimpinan dengan bawahan sangat mencolok, disini kedudukan

tertinggi yang berwenang mengambil keputusan dalam masalah-

masalah tertentu dalm lembaganya adalah pimpinan,sedang bawahan

hanyalah sebagai pelaksana dari keputusan tersebut.

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar

pembentukan pelapisan sosial adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan,

ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Ukuran kekayaan mencakup

kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota

masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki

kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem

pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai

kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah। Kekayaan tersebut

dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang

dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.

Page 12: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

18

Ukuran kekuasaan atau wewenang menunjukkan segi-segi seseorang

yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati

lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Ukuran

kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya

dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya,

atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Sedangkan, ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan

atau kekuasaan. Orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan

atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat

terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati

orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun

orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.

Ukuran keempat adalam ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-

anggota masyarakat yang menghargai ilmu. Seseorang yang paling menguasai

ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial

masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya

terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang

oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar

profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari

kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada

ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara

yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan

membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

2.1.2.3. Perubahan Struktur dan Organisasi Sosial

Perhatian terhadap stratifikasi sosial menjadi menarik apabila dikaitkan

dengan dinamika dan perubahan masyarakat akibat pembangunan sebagai

perubahan sosial yang direncanakan. Pembahasannya berkait dengan

perubahan struktur dan organisasi sosial. Menurut Douglas (1973),

mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan makrososiologi mempelajari

struktur. George C. Homans yang mempelajari mikrososiologi mengaitkan

struktur dengan perilaku sosial elementer dalam hubungan sosial sehari-hari.

Sedangkan Gerhard Lenski, lebih menekankan pada struktur masyarakat yang

diarahkan oleh kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah. Talcott

Parsons yang bekerja pada ranah makrososiologi menilai struktur sebagai

Page 13: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

19

kesalingterkaitan antar manusia dalam suatu sistem sosial. Coleman melihat

struktur sebagai pola hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia atau

masyarakat.

Kornblum (1988) menyatakan struktur merupakan pola perilaku berulang

yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam

masyarakat. Mengacu pada pengertian struktur sosial menurut Kornblum yang

menekankan pada pola perilaku yang berulang, maka konsep dasar dalam

pembahasan struktur adalah adanya perilaku individu atau kelompok. Perilaku

sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang

didalamnya terdapat proses komunikasi ide dan negosiasi.

Pembahasan mengenai struktur sosial oleh Linton (1967), dikenal adanya

dua konsep yaitu status dan peran. Status merupakan suatu kumpulan hak dan

kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari sebuah status.

Seseorang menjalankan peran ketika ia menjalankan hak dan kewajiban yang

merupakan statusnya. Tipologi lain yang dikenalkan oleh Linton adalah

pembagian status menjadi status yang diperoleh (ascribed status) dan status

yang diraih (achieved status). Status yang diperoleh adalah status yang diberikan

kepada individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antar individu

yang dibawa sejak lahir. Sedangkan status yang diraih didefinisikan sebagai

status yang memerlukan kualitas tertentu. Status seperti ini tidak diberikan pada

individu sejak ia lahir, melainkan harus diraih melalui persaingan atau usaha

pribadi.

Social inequality merupakan konsep dasar yang menyusun pembagian

suatu struktur sosial menjadi beberapa bagian atau lapisan yang saling berkait.

Konsep ini memberikan gambaran bahwa dalam suatu struktur sosial ada

ketidaksamaan posisi sosial antar individu di dalamnya. Terdapat tiga dimensi

dimana suatu masyarakat terbagi dalam suatu susunan atau stratifikasi, yaitu

kelas, status dan kekuasaan. Konsep kelas, status dan kekuasaan merupakan

pandangan yang disampaikan oleh Max Weber (Beteille, 1970).

Kelas dalam pandangan Weber merupakan sekelompok orang yang

menempati kedudukan yang sama dalam proses produksi, distribusi maupun

perdagangan. Pandangan Weber melengkapi pandangan Marx yang

menyatakan kelas hanya didasarkan pada penguasaan modal, namun juga

meliputi kesempatan dalam meraih keuntungan dalam pasar komoditas dan

tenaga kerja. Keduanya menyatakan kelas sebagai kedudukan seseorang dalam

Page 14: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

20

hierarkhi ekonomi. Sedangkan status oleh Weber lebih ditekankan pada gaya

hidup atau pola konsumsi. Namun demikian status juga dipengaruhi oleh banyak

faktor, seperti ras, usia dan agama (Beteille, 1970).

Konsep struktur dan organisasi sosial didalam penelitian ini menjadi

penting didalam kaitan peubahan sosial akibat pembangunan. Perubahan sosial

yang dimaksudkan adalah perubahan mabari dalam masyarakat. Masuknya

unsur-unsur materi pada berikutnya mempengaruhi terjadinya perubahan sosial,

dengan demikian materi adalah pemicu terjadinya perubahan sosial yang

ditandai dengan gejala-gejala tertentu dalam masyarakat. Secara khusus

Kuntowijoyo (2002) menyebutkan gejala-gejala perubahan sosial yang dapat

dilihat dari ikatan-ikatan tradisi yang semakin longgar, dan digantikan oleh

hubungan-hubungan yang bersifat rasional, legal, dan kontraktual. Materi adalah

sentrum dari perubahan. Gejolak perubahan tidak berasal dari pergeseran

gagasan/sistem nilai di dalam masyarakat itu sendiri, melainkan terpengaruh oleh

masuknya materi ke dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian

perubahan sikap dan perilaku menjadi implikasi dari perubahan materi.

Beberapa pusataka tentang perubahan sosial didefinisikan dengan jelas

mengenai apa yang dimaksud dengan konsep perubahan itu. Konsep

perubahan sosial sebagai perubahan penting apabila terjadi perubahan dari

struktur sosial, termasuk pola perilaku dan interaksi sosial. Oleh karenanya

perubahan sosial juga termasuk didalamnya perubahan pada nilai, norma dan

fenomena kultural yang terdapat pada sebuah komunitas masyarakat. Untuk

melihat bagaimana sesungguhnya perubahan-perubahan sosial yang dijelaskan

oleh beberapa penulis seperti halnya Sosrodihardjo (1972), Wertheim W.F.

(1999).

Dalam konteks penjelasan perubahan sosial tersebut baik melihat matriks

yang mencoba memudahkan kita untuk memahami beberapa perspektif dari

perubahan-perubahan sosial. Dari Tabel 1 diketahui bagaimana dalam kaitannya

antara perubahan struktur dan startifikasi sosial pada masyarakat didalam

konteks studi di Indonesia dan Asia. Dari table tersebut daoat juga dirujuk

beberapa variable sosiologi yang penting menjadi perhatian dalam konteks

perubahan struktur dan organisasi sosial akibat pembangunan.

Tabel 2 selanjutnya, juga memperlihatkan pengelompokkan teori

perubahan sosial yang dilakukan oleh Strasser dan Randall (1981). Perubahan

sosial dapat diliha t dari empat teori, yaitu: kemunculan diktator dan demokrasi,

Page 15: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

21

Tabel.1. Matriks tentang proses perubahan sosial serta variabel perubahan. Berdasarkan peneliti, Sosrodihardjo (1972) dan Wertheim W.F. (1999),

Peneliti Fokus dan daerah yang diteliti

Proses Perubahan Yang terjadi

Konsep Variabel perubahan

Sosrodihardjo

Masyarakat Jawa

Adanya kelas pemasaran justru merubah struktur sosial masyarakat

adanya pelapisan didalam masyarakat, makin besar pengaruhnya suatu kelompok, semakin tinggi pula kedudukannya dalam struktur masyarakat

Stratifikasi sosial (status sosial), Konflik ,gaya hidup, dan pola konsumsi.

Wertheim

Kawasan Asia Selatan dan Tenggara

Masuknya ekonomi keuangan (kapitalisme Barat menyebabkan perubahan struktur sosial pada Negara Asisa Selatan dan tenggara.

infra-suprastruktur Masyarakat Asia Selatan dan Tenggara juga dipengaruhi oleh dampak kapitalisme.

Stratifikasi sosial (status sosial), hubunagn kelas sosial, antara superioritas dan inferioritas.

Kuntowijoyo

Perubahan Sosial di Madura

Pasang surutnya pola produksi petani tembaku dalam perkembangan zaman colonial, jepang, orde lama dan baru, menyebakan peruabahan sosial ditingkat struktur sosial masyarakat khususnya pada masyarakat Madura.

Page 16: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

22

teori perilaku kolektif, teori inkonsistensi status dan analisis organisasi sebagai

subsistem sosial. Matriks di Tabel 2 ini penting untuk memberikan gambaran

terkait dengan ketiga teori tersebut diatas.

Tabel 2. Pengelompokan teori perubahan sosial oleh Strasser dan Randall (1981)

Perspektif teori Penjelasan Teortik

teori kemunculan diktator dan demokrasi

Teori ini adalah sebuah pengamatan panjang tentang sejarah pada beberapa negara yang mengalami sebuah proses transformasi pada basis ekonomi agraria menuju basis ekonomi industri.

Teori perilaku kolektif menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial.

Teori inkonsistensi status Dalam penjelasan teori ini, individu sepetinya dilihat sebagai bentuk ketidakkonsistenan antara status individu dan grop dengan aktivitas atau sikap yang didasarkan pada perubahan.

Analisis organisasi sebagai subsistem sosial

kemunculan teori ini tentu didsarkan pada sebuah anggapan bahwa organisasi birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang kompleks dipandang sebagai hasil transformasi sosial yang muncul pada masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan hambatan antara sistem sosial dan sistem interaksi.

Pada sisi lain menurut Lewin (1951), perubahan juga terjadi karena

munculnya tekanan-tekanan terhadap organisasi, individu, atau kelompok. Ia

berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving force) akan berhadapan dengan

penolakan (resistences) untuk berubah. perubahan dapat terjadi dengan

memperkuat driving force dan melemahkan resistences to hange. Langkah-

langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu :a.nfreezing,

merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan

untuk berubah. b.Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat

driving force maupun memperlemah resistences.c Refreesing, membawa

kembali organisasi kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic

equilibrium). Dahrendorf dalam Robert H. Lauer ( 1993) melihat hubungan erat

antara konflik dan perubahan, ia mengemukakan bahwa seluruh kreativitas,

inovasi dan perkembangan dalam kehidupan individu, kelompoknya dan

masyarakatnya, disebabkan terjadinya konflik antara kelompok dan kelompok,

Page 17: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

23

individu dan individu serta antar emosi dan emosi dalam diri individu. Pemikiran

Dahredorf terkandung beberepa proposisi diantaranya adalah; setiap masyarakat

dalam segala hal tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial terjadi di

mana saja; setiap masyarakat dalam segala hal memperlihatkan ketidaksuaian

dan konflik, konflik sosial terdapat dimana saja; setiap unsur dalam suatu

masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan perubahannya;

setiap masyarakat berdasarkan atas penggunaan kekerasan oleh sebagaian

anggita terhadap anggota lain.

Selanjutnya tulisan Christianita L. Day dalam Cristina EGHENTER dan

Bernard SELLATO (1999) tentang perubahan sosial dan dampaknya terhadap

organisasi pertanian di Long alango secara singkat di jelasakan bahwa

perubahan-perubahan itu terjadi akibat dari masuknya agama kristen, hadirnya

para pendatang dan masuknya beberapa teknologi moderen. Pada masyarakat

di Long Alango, seperti yang di ceritkan sebelum masuknya agama kristen, dan

belum tersentuhnya teknologi pada masyarakat tersebut, sepertinya masih

terdapat sistem pengelolaan perswahaan yang cenderung masih menggunakan

nilai-nilai budaya dan tradisi mereka. Akan tetapi, nilai-nilai dan tradisi yang

terdapat pada masyarakat atau komunitas di Long Alango, dan hilangnya

pengaruh paren atau paren lipu yang biasanya disebut sebagai kepala desa,

sepertinya akibat dari pengaruh dari faktor-faktor yang membawa perubahan

seperti yang dijelaskan diatas sebelumnya.

Pada sisi lain, fenomena konflik juga mewarnai masyarakat di Long

Alango ketika keberadaan pemerintah kecamatan di wilayahnya. Konflik itu

terjadi ketika ketidaksukaan pemerintah kecamatan terhadap keberadaan rumah

panjang ( uma’dado) di Long Alango. Alasan pembongkaran secara paksa ini

dilakukan dengan alasan dari aspek kesehatan sangat tidak mendukung. Namun

disis lain, alasan yang perlu disangsikan adalah bahwa keberadaan rumah

panjang dengan sebuah kehidupan kumunal uma’dado dekat sifatnya dengan

praktek komunis. Dalam konteks ini, dapat dikatakan bahwa keberadaan

pemerintah disatu sisi membawa perubahan untuk mengatur tata kehidupan

masyarakat menuju pada sebuah kehidupan masyarakt yang tentram dan teratur,

dan disisi lain keberadaannya justru membawa pengaruh terhadap struktur

pemerintahan tradisonal di Long Alango.

Selanjutnya Marx secara ringkas telah merangkum beberapa pandangan

materialistik mengenai mekanisme perubahan dalam pernyataan terkenalnya”

Page 18: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

24

kincir-angin menimbulkan masyarakat feodal, dan mesin uap melahirkan

masyarakat kapitalis-industri. Dan di lain sisi, Thorstein Veblen dalam Robert H

Lauer (1993), dalam konteks ini pemikirannya lebih dipengaruhi oleh Marx dan

pemikiran evolusioner, melihat tatanan masyarakat sangat ditentukan oleh

teknologi. Dia mengatakan bahwa proses mesin justru merembesi kehidupan

moderen dan menentukannya dalam artian mekanik..Itu artinya bahwa mesin

telah menjadi tuan manusia yang bekerja dengannya dan telah menjadi hakim

yang menentukan nasib kebudayaan komunitas yang hidup dengannya. Mesin

adalah alat yang membuat orang menjadi sama rata dan kasar yang bertujuan

menghancurkan segala yang dihormati, dimuliakan dan dihargai dalam pergaulan

dan yang dicita-citakan manusia. Namun dalam konteks ini Verben sepertinya

lebih memusatkan perhatian pada pengaruh teknologi khususnya pada pikiran

dan perilaku manusia.

2.2. Kerangka Pemikiran.

Bari adalah nilai-nilai sosial yang mengatur pola dan semangat hidup

yang di dasarkan pada kepercayan, keterbukaan, saling peduli, saling

menghargai, dan saling menolong diantara anggota kelompok masyarakat di

Halmahera barat pada khususnya dan Maluku Utara pada umumnya.Sebagai

sebuah kelembagaan secara umum merupakan kompleks dari norma dan

kebiasaan yang telah berlangsung sepanjang waktu melalui kegunaan nilai

pelayanan kolektif. Dalam pandangan Uphoff, dia mengatakan bahwa

kelembagaan meruapakan suatu himpunanan atau tatanan norma-norma dan

tingkah laku yang bisa berlaku dalam suatu periode tertentu untuk melayani

tujuan kolektif yang akan menjadi nilai bersama. Menurut Uphoff, institusi

ditekankan pada norma-norma perilaku, nilai budaya dan adat istiadat. Bari

sebagai nilai dan “mabari: sebagai wadah maupun pranata juga memiliki

kaitananya dengan struktur sosial yang ada disekitarnya. Struktur sosial yang

menjadi bahan kajian dalam penelitian ini menunjuk pada stratifikasi sosial dan

relasi sosia, tata nilai serta kelembagaan. Perubahan sosial dengan unsur-unsur

perubahannya seperti teknologi, modal, Para pendatang, Pegawai, bahkan

agama membawa dampak pada perubahan Struktur masyarakat, termasuk bari,

dan mabari itu sendiri. Lihat Gambar 1.

Fenomena ini seperti yang di tuliskan oleh Christianita L. Day (1999)

tentang perubahan sosial dan dampaknya terhadap organisasi pertanian di Long

Page 19: BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka. · Modernisasi merupakan suatu proses yang sama. Ia merupakan sesuatu yang terjadi secara aktual, baik atau buruk: rangkaian dari

25

Gambar 1. Diagram kerangka pemikiran

Alango secara singkat mengungkapkan fakta-fakta perubahan yang terjadi akibat

dari masuknya agama Kristen, hadirnya pendatang dan masuknya beberapa

teknologi moderen. Jauh sebelumnya masyarakat di Long Alango masih terdapat

sistem pengelolaan persawahaan yang cenderung masih menggunakan nilai-nilai

budaya dan tradisi mereka. Artinya, masyarakat menyikapi perubahan yang

datang dengan sikap yang berbeda. Terdapat sikap risestensi (penolakan)

terhadap perubahan, namun ada juga yang bersikap menerima perubahan itu

sendiri. Menurut Kurt Lewin (1951), perubahan terjadi karena munculnya

tekanan-tekanan terhadap organisasi, individu, atau kelompok.

Memudarnya bari dan Kelembagaan

mabari

Struktur sosial

1. Pelapisan sosial

2. Status sosial

3. Nilai dan norma

Sumber Perubahan

1. Modernisasi

2. Modal/Teknologi

3. Penetrasi program pemerintah

4. Pendatang dan PNS

Resistensi untuk merubah 1. Penolakan

terhadap program pemerintah

2. Memperkuat tradisi lokal

Menerima perubahan. 1. Tergesernya nilai

lokalitas 2. Menguatnya

budaya materialisme

3. Spesialisasi dan variasi pekerjaan

Komunitas Petani

Perubahan pada bari dan Kelembagaan mabari