Upload
duongkhanh
View
217
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
28
BAB II
PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA
TEGAL
A. Situasi Tegal pada Tahun 1920- 1927.
Pada sekitar tahun 1900-1942 pemerintah Hindia Belanda melaksanakan
politik balas jasa, pintu terbuka, dan politik etis (politik kemakmuran). Perubahan
besar yang terjadi di masyarakat, mengakibatkan dibukanya penanaman modal di
Hindia Belanda. Pada tahun 1901 Ratu Wilhelmina menyampaikan pidato yang
kemudian menjadi titik awal dilaksanakannya politik etis. Kebijakan ini mendapat
sambutan positif dari golongan sosialis Belanda. Politik etis pada prinsipnya
bertujuan meningkatkan kondisi kehidupan penduduk pribumi agar pemerintah
mengupayakan peningkatan kesehatan dan angkutan serta menyelenggarakan
berbagai proyek pengembangan perkotaan, mendirikan sekolah-sekolah, bahkan
pada tahun 1918 merestui pembentukan Volksraad, yang fungsinya adalah
memberi nasihat kepada pemerintah (Lombard, 2005 : 76-77).
Tiga proyek utama politik etis, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi
(kependudukan). Secara umum bertujuan memperbaiki kondisi material penduduk
Hindia Belanda. Pencetus politik etis ini adalah C. Th. Van Defenter. Di balik itu
tujuan politik etis sebenarnya untuk tetap melanggengkan kolonialisme Belanda
pada tanah jajahannya. Rakyat Hindia Belanda dalam gagasan politik etis ini
dibimbing memasuki dunia modern dan diperkenalkan pada peradaban barat.
Beberapa kalangan menyebut politik etis yang membangun pola pikir modern
28
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
29
masyarakat pribumi. Dengan dilksanakannya politik etis, pemerintah Belanda
mengirimkan tenaga-tenaga ahli di berbagai bidang diantaranya adalah seorang
arsitek bernama Herman Thomas Kartsen yang ditugaskan untuk mengembangkan
konsep perencanaan kota-kota di Indonesia dan menyusun sistem ordinansi
pembangunan kota di Jawa (Dewi, 2015 : 2).
Tegal, berdasarkan Instelling Ordonantie, Staatsblad van Nederlands
Indie tahun 1906 Nomor 123, dibentuk Gemunte (gemeente) Tegal (Ordonantie
tanggal 21 Februari 1906, Staatsblad 1906 No. 123 yang berlaku sampai tanggal 1
April 1906), dalam pelaksanaan pemerintah dibentuk dewan kota (Gemunteraad).
Kepala daerah adalah assistent resident yang membawahi kabupaten Tegal.
Dewan kota terdiri dari 13 anggota, yaitu 8 warga negara Belanda, 4 warga negara
pribumi , 1 warga negara bukan bumiputera bukan Belanda. Penduduk berjumlah
32.000 jiwa terdiri dari 27.700 jiwa rakyat asli/penduduk asli 2.700 jiwa Cina
1.000 jiwa Arab dan Asia yang lain 600 jiwa Belanda (Eropa) (Dewi, 2015 : 2 ).
Di Indonesia pelaksanaan politik etis dimulai dengan perbaikan jalan-
jalan, perhubungan laut, darat, udara, perikanan, pertanian, dan lain-lain. Belanda
mulai banyak memperhatikan perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang
ada dalam masyarakat. Perkembangan selanjutnya penduduk pun mulai memadat.
Politik etis di Tegal terjadi bukan karena kebijakan pemerintah Hindia Belanda,
tetapi juga didorong oleh desakan yang kuat terhadap kritik kebijakan tanam
paksa yang dilontarkan oleh tokoh-tokoh radikal penentang kebijakan pemerintah
Belanda. Douwes Dekker dengan bukunya Max Havelaar, dan golongan liberalis
yang menginginkan peluang pengelolaan perusahaan-perusahaan pemerintah di
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
30
tanah jajahan ke pihak swasta. Dalam sistem liberal kemudian pemerintah
Belanda membuka politik pintu terbuka dengan membuka kesempatan modal
swasta untuk menanamkan modal di tanah jajahannya (Dewi, 2015 : 3).
Di Tegal kemudian didirikan pabrik-pabrik gula dan penanaman tebu yang
ditanam di sawah-sawah penduduk Tegal dengan sistim sewa paksa dengan harga
yang sangat murah. Tenaga-tenaga kerja diberi upah yang murah, sementara hasil
keuntungan dibawa ke negeri Belanda. Berita kekejaman para pengusaha Belanda
akhirnya sampai ke negeri Belanda. Hal ini mendapat kritik pedas seorang
pendeta Baron van Hoevell yang mengecam tindakan pengusaha, agar tidak
mencari keuntungan pribadi semata dan mengorbankan kepentingan rakyat yang
dijajah. Kritikan itu begitu keras sehingga Belanda mengubah kebijakan terhadap
tanah jajahan dengan melemparkan kebijakan politik etis yang dimaksudkan,
kebijakan ini agar dianggap sebagai balas budi pemerintah Belanda kepada negeri
jajahan. Perluasan pendidikan ini dan hal-hal mengenai nasib rakyat
diperjuangkan oleh E. Dekker (Multatuli) diperjuangkan di Volksraad, tahun
1867. Pada tahun 1870 mulailah secara bertahap diadakannya penghapusan
praktek tanam paksa, tetapi baru tahun 1915 tanam paksa dihapuskan sama sekali.
Politik etis dilaksanakan di Tegal dalam bidang pendidikan dengan mendirikan
sekolah tingkat dasar, yakni Hollanscb Inlandsche School (HIS) pada tahun 1917-
1933 di daerah Pungkuran sekarang menjadi SMP 10 dan SD Mangkukusuman
Tegal dan sekolah lanjutan pertama ,yakni MULO Meer Uwitgebreid Laager
Onderwijs sekarang menjadi SMP N 1 Tegal, pada awalnya dipegang oleh
seorang kepala sekolah berkebangsaan Belanda, yakni Sleyer, setelah MULO
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
31
dibubarkan kemudian diubah menjadi SMP Tegal dengan seorang kepala sekolah
seorang bumiputera, yakni Raden Anwar (Dewi, 2015 : 4).
Meskipun politik etis telah dilaksanakan di Tegal, tetapi hasilnya tidak
dirasakan oleh rakyat Tegal. Kesenjangan ekonomi, sosial, dan politik antara
bangsa asing dan bumiputera masih sangat besar, bahkan diskriminasi semakin
kuat. Ternyata politik etis di bidang pendidikan untuk kepentingan Belanda
dengan mendidik pribumi terpelajar yang mengisi jabatan tata praja (amsbtenaar)
harus loyal kepada pemerintah Belanda, tetapi tidak semua penduduk Tegal bisa
mengenyam pendidikan. Orang-orang bumiputra hanya boleh sekolah di Eesste
School (Sekolah Angka Siji), sekolah tingkat dasar yang diperuntukkan para
priyayi, sedangkan sekolah dasar bagi rakyat pedesaan disebut Tweede School
(Sekolah Angka Loro), kedua sekolah tadi belum menggunakan pengantar bahasa
Belanda, tetapi memakai bahasa daerah dan melayu, sedangkan sekolah dasar
yang menggunakan pengantar bahasa Belanda adalah HIS (Hollansch Inlandsche
School) (Dewi, 2015 : 5).
Selain itu Tegal juga memiliki pelabuhan yang dikenal sejak kekuasaan
Mataram dan menjadi strategis terkait era culturstelsel dan kapitalisme
perkebunan. Daya dukung pelabuhan Tegal secara geografis disebabkan faktor-
faktor, yaitu (1) ombak yang bersahabat dan memungkinkan kapal-kapal berlabuh,
(2) tidak adanya batu karang dalam perairan sekitar pelabuhan, (3) letak
pelabuhan yang menghubungkan daerah hinterland melalui sungai Gung. Selain
sebagai pertanian, kawasan Tegal mulai bergeliat saat dikenalnya komersialisasi
lahan perkebunan tebu dimulai pada pertengahan abad XIX. Komoditas gula
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
32
merupakan komoditas terpenting di Hindia Belanda. Bahkan pulau Jawa mampu
mengekspor produk gula mengungguli Kuba hingga pertengahan tahun 1920.
Sementara eksploitasi tanah untuk keperluan penanaman tebu di kawedanan Tegal
karesidenan Pekalongan sampai tahun 1930 mencapai 31% dari total lahan
pertanian sawah. Industri gula tumbuh pesat di karesidenan Pekalongan sebagai
konsekuensi industrialisasi perkebunan. Pesatnya industri gula berpengaruh dalam
pertumbuhan infrastruktur kota di Tegal, salah satunya adalah jaringan
transportasi kereta api. Memang jauh sebelum pembangunan rel kereta api di
wilayah Tegal terbentuk, jalur utama seperti jalan groote postweg dan jalan-jalan
yang menghubungkan wilayah pedalaman dan kawasan sekitarnya yang sudah
terbentang luas sejak tahun 1841. Namun pada masa hujan, kerap terjadi banjir
yang merusak jalan dan jembatan. Kerusakan jalan akibat banjir ini berdampak
pada pengangkutan hasil komoditas perdagangan. Rencana pembuatan jalan
kereta api sebagai jalur alternatif pengganti jalan mulai digagas pada 18 januari
1882 dengan membuka jalur Tegal-Balapulang melalui Banjaran dan Slawi. Dari
Banjaran percabangan akan menghubungkan daerah ke wilayah Pangkah. Makna
pembuatan jalur rel kereta api itu diantaranya untuk mempermudah jalur
pengangkutan komoditas gula seperti di Pangkah dan Balapulang, dengan kata
lain pembukaan jalur kereta api makin memudahkan pengiriman hasil perkebunan
di pedalaman Tegal menuju pelabuhan Tegal. Pembangunan pelabuhan niaga
sebagai pendukung transportasi komoditas perkebunan yang sudah ada semasa
culturstelsel. Di kawasan pelabuhan Tegal terdapat gudang-gudang penyimpanan
kopi dan gula (Suputro, 1959: 59).
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
33
Gula merupakan ekspor paling penting sampai pertengahan tahun 1920,
dan baru berakhir ketika kedudukanya digantikan oleh karet. Pabrik gula tidak
diizinkan memiliki tanah untuk ditanami tebu, melainkan harus menyewa tanah
rakyat. Terjadilah perusakan berat industri gula terhadap kesuburan tanah milik
petani karena sepanjang tahun tanah ditanami tebu dan irigasi menyerap air,
menyababkan petani sawah kekurangan air. Faktor penyebab keuntungan industri
gula yang melimpah, ialah bahwa rakyat dipaksa menyewakan sawah beserta
tenaga kerjanya secara murah. Sewa tanah berdasarkan pendapat bersih dari panen
padi dan palawija, bukan berdasarkan nilai tanah yang disesuaikan dengan harga
gula di pasaran internasional, dengan demikian keuntungan yang diperoleh karena
sewa yang murah itu jatuh pada orang-orang Eropa agar sistem ini berjalan
dengan baik, pemaksaan penyewaan tanah terhadap kaum tani dilakukan oleh elit
birokrastis setempat, yaitu kepala desa atau pangreh praja (Lucas, 1989 : 17).
Menjelang pertengahan tahun 1920 Karesidenan Pekalongan, sejumlah 17
pabrik gula telah menjepit petani padi, sehingga mereka kurang atau sama sekali
tidak dapat menanami sawahnya dengan padi. Di kewedanan Slawi, 31 persen dari
sawah ditanami tebu dan di Kewedanan Adiwerna terdapat tiga pabrik gula. Inilah
kenyataan mengenai apa yang terjadi pada kaum tani di tahun 1930-an, dengan
kepadatan penduduk Adiwerna tertinggi di Jawa, hanya 21,8 persen dari angkatan
kerjanya, dengan beban pajak yang berat bekerja dalam pertanian, sedangkan 25,3
persen terpaksa lari ke bidang industri dan 28,9 persen lainnya merupakan tenaga
kerja sebagai buruh lepas. Dalam tahun 1921 petani sering mengeluh kerena
pamong desa sering menggunakan air untuk kepentingan pribadi. Sengketa
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
34
mengenai air demikian hangatnya dan sering menimbulkan bentrokan sehingga
sawah harus dijaga agar tidak ada pencurian air. Ketergantungan petani pada tuan
tanah kaya untuk mendapatkan pinjaman uang dan padi, terutama di musim
pancekelik menyurutkan mereka untuk menuntut pembagian air yang lebih adil.
Kemrosotan yang menyolok bagi industri gula semasa depresi ekonomi
merupakan krisis utama bagi karesidenan Pekalongan. Investasi bagi
pemeliharaan dan pembuatan irigasi baru terhenti, upah merosot, kerja musiman
di pabrik juga terhenti. Jalan kembali ke ekonomi subsisten bukanlah menuju
penyerderhanaan kehidupan masyarakat pedesaan, tetapi pemiskinan dan
kesengsaraan. Namun pada tahun 1920 terjadi perubahan-perubahan sosial di
kalangan penduduk pribumi dan pada pemikiran penguasa kolonial Belanda. Para
bupati itu semakin terasing dari kalangan cendikiawan rakyatnya, sedangkan
pemerintah Belanda lebih mementingkan kejujuran dan kesopanan dalam
jabatannya. Perubahan dalam masalah-masalah sosial dan hubungan antara bupati
dengan penguasa kolonial menjadi kaku dan kurang demokratis (Lucas, 1989 : 17-
24).
Sebelum pemberontakan komunis tahun 1926, telah banyak terdengar
keluhan yang menyangkut ketidakpuasan rakyat mengenai gaji dan keadaan kerja
di perkebunan Eropa dan kecilnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
Pada tahun 1920 keluhan-keluhan itu di tanggapi oleh pimpinan Sarekat Islam
yang aktif menyerang diskriminasi antara priyayi dan rakyat. Anggota gerakan
nasional, yaitu kaum pergerakan merasakan tajamnya diskriminasi ini di bidang
pendidikan karena hanya menguntungkan anak-anak priyayi, terutama karena
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
35
terbatasnya tempat bagi pribumi untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah
dasar berbahasa Belanda (HIS). Sesudahnya gagalnya panen padi di Jawa pada
tahun 1918 terjadilah pergerakan masa tani oleh sayap kiri Sarekat Islam
Keresidenan Pekalongan, khususnya di daerah pantai timbul kerusuhan-kerusahan
di perkebunan karet dan pemogokan-pemogokan di bidang industri, di tumpangi
dengan memburuknya hubungan orang-orang Eropa dan pribumi, seperti di dinas
kehutanan Pemalang. Pemimpin sarekat buruh gula menyampaikan keluhan
kepada gubernur jendral, sehubungan dengan adanya intimidasi polisi dan
laporan-laporan palsu yang diedarkan oleh para pejabat Belanda dan pangreh
praja. Setelah sarekat islam pecah pada tahun 1923, banyak cabang Sarekat Islam
menjadi Sarekat Rakyat, suatu organisasi yang didirikan PKI untuk para petan
yang sealiran dan berada di luar pusat-pusat kota. Menjelang Januari 1926 jumlah
anggota Sarekat Rakyat cabang Tegal sekitar 3.500 orang, dan cabang Pekalongan
3.2301 orang termasuk 160 orang Cina (Lucas, 1989 : 25).
Pada tahun 1923 pemogokan buruh kereta api yang digerakkan oleh
Perserikatan Buruh Kereta Api dan Tram (VSTP) yang merupakan awal dari
pertumbuhan yang pesat dari PKI. Dengan banyaknya anggota SI dan VSTP
Pekalongan untuk berkumpul, maka dibatasi oleh penguasa kolonial. Pada akhir
Februari situasi politik di Tegal dan Pekalongan memantapkan golongan komunis
untuk memberontak terhadap penguasa, terutama dengan adanya ranting-ranting
partai di sepanjang pantai antara Cirebon dan Pekalongan. Kejadian yang meletus
di Dukuh Karangcegak, Kecamatan Tarub, merupakan salah satu akibat dari
ketidakpuasan rakyat, di samping pajak yang dipungut, keharusan untuk bekerja
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
36
di kecamatan pun dirasakan oleh rakyat sangat berat. Mulai tanggal 24 Februari
1926 menjadi penjaga dan peronda desa merupakan tugas kewajiban. Kewajiban
ini ditentang oleh suatu kelompok yang disebut Persaoedaraan Setia Hati yang
dipimpin oleh Suleiman, seorang tokoh SI. Walaupun Suleiman dan kawan-
kawannya telah ditangkap, rakyat tetap melanjutkan tindakan menentang tugas
dan kewajiban itu karena Wedana Adiwerna dan Camat Tarub datang ke Dukuh
Karangcegak untuk menyaksikan keadaan sebenarnya karena keadaan itu
dianggap serius, keesokan harinya enam orang polisi didatangkan untuk
mengatasi huru-hara tersebut. Polisi itulah yang sebenarnya menciptakan huru-
hara karena mendobrak pintu rumah para pemimpin SI yang dituduh memimpin
penentangan terhadap wajib jaga tersebut sehingga membangkitkan kemarahan
rakyat yang segera mengepung wedana. Rakyat yang marah itu meningkat
jumlahnya, lebih dari 200 orang dengan bersenjatakan pentung, bambu runcing,
dan parang pemotong tebu, mereka bersiap siaga. Sambil meneriakan
„‟Sabilillah‟‟ mereka menyerbu rumah seorang haji setempat karena terdapat
beberapa polisi dan agen PID yang sedang bersembunyi di tempat itu. Insiden ini
membawa kerusakan perabot rumah dan luka ringan di kalangan yang
bersembunyi di rumah haji. Residen Pekalongan panik dan mengirim kawat kilat
kepada gubernur Jendral di Bogor. kemudian, datanglah bala bantuan polisi dari
Sukabumi, Semarang, dan Kudus ke Karangcegak untuk menumpas
pemberontakan itu. Sejumlah 5.326 anggota Sarekat Rakyat diintrogasi atau
ditahan di sembilan kecamatan, dan sebanyak 3.510 kartu keanggotaan disita
polisi. Dalam tahun 1926 dari Karangcegak sedikitnya 8 orang telah dibuang ke
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
37
Boven Digul dan lebih dari 60 orang dipenjarakan di beberapa tempat di Jawa
(Lucas, 1989 : 27).
Pada bulan September 1926 di Desa Bangle, Kewedanaan Adiwerna,
pabrik gula Pagongan menolak mengembalikan tanah yang disewa, padahal sesuai
dengan kontrak tanah itu harus dikembalikan kepada rakyat ketika musim
penanaman padi. Pabrik menolak penebangan tebu karena kadar gula masih
rendah sehingga menimbulkan pertengkaran. Mandor tebu lalu melaporkan
kejadian itu kepada wedana. Enam orang yang berdiri membawa pisau penyabitan
rumput ditembak di tempat sebagai tindakan balas dendam asisten residen (Lucas,
1989 : 28).
Perlawanan PKI yang meletus pada bulan Agustus dan September 1926
menunjukan adanya semangat tinggi organisasi partai yang kuat. Perlawanan yang
meletus sebelum matang, ini membuat Belanda dapat membersihkan gerakan
revolusioner dengan bantuan mata-mata dan informannya. Belanda dapat
menangkap seluruh pimpinan partai di Tegal dan Pekalongan sebelum 12
November 1926, yaitu tanggal yang direncanakan untuk memulai revolusi.
Dengan adanya penangkapan itu banyak tempat-tempat yang telah
mempersiapkan diri untuk memberontak, menjadi tidak berdaya (Lucas, 1989 :
28).
B. Perkembangan Kesehatan Kota Tegal.
Pada tahun 2009-2013 jumlah penduduk kota Tegal menunjukkan, bahwa
pada tahun 2013 sebanyak 245.202 jiwa, terdiri dari 121.712 penduduk laki-laki
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
38
dan 123.490 penduduk perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 99. Angka
ini relatif stagnan dalam periode tahun 2010-2013. Hal ini mengindikasikan
bahwa pertumbuhan penduduk laki-laki lebih kecil dibandingkan dengan
penduduk perempuan. Angka pertumbuhan penduduk kota Tegal mayoritas adalah
beragama islam. Pada tahun 2013, jumlah muslim di kota Tegal mencapai
232.492 jiwa atau sebesar 95 % ( Hafiz, 2013 : 6).
Pada tahun 2013 pertumbuhan kota Tegal tercatat sebesar 0,6 persen.
Angka ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sejalan
dengan hal itu, persebaran penduduk kota Tegal terbesar berada di kecamatan
Tegal timur , yaitu mencapai 76.224 jiwa (30,82 persen) dan persebaran terendah
di wilayah Margadana yaitu 45.788 jiwa (18,84 persen). Persebaran ini masih
relatif sama dengan tahun sebelumnya, kecamatan Tegal timur memiliki distribusi
terbanyak dan terendah adalah kecamatan Margadana. Pada tahun 2013,
kepadatan penduduk rata-rata di kota Tegal adalah 6.146 jiwa/km2. Kepadatan
penduduk tertinggi berada di kelurahan Debong Kidul Selatan, yaitu 14.520
jiwa/km2, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di kelurahan
Muarareja kecamatan Tegal barat sebesar 696 jiwa/ km2 (www. Pemkot.com
diunduh tanggal 3 Agustus 2016).
Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran keadaan suatu perekenomian
dari suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat
meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu
gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan
khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
39
pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara
tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi
daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan dimasa
yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan meningkatnya jumlah
barang dan jasa (output) yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pertumbuhan
merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan
ekonomi dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah, baik
dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah. Pertumbuhan harus
berjalan secara beriringan dan terencana, mengupayakan terciptanya pemerataan
kesempatan dan pembagian hasil-hasil pembangunan dengan lebih merata (www.
Pemkot.com diunduh tanggal 3 Agustus 2016).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) salah satu tolok ukur
keberhasilan pembangunan daerah dibidang ekonomi dapat dilihat dari
pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga
konstan, meskipun dapat pula berdasarkan harga berlaku. PDRB mempunyai
fungsi, sebagai parameter tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat kemakmuran
masyarakat, tingkat inflasi dan deflasi, struktur perekonomian serta tingkat
produktifitas tenaga kerja. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai
pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu daerah pada periode
tertentu. Data PDRB sangat dibutuhkan dan perlu disajikan karena dapat dipakai
sebagai bahan evaluasi dan analisis perencanaan pembangunan, juga merupakan
barometer untuk mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan.
Besarnya PDRB kota Tegal pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku sebesar
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
40
3.093.943.825,27 ribu rupiah dan atas dasar harga konstan 2012 sebesar
1.396.227.214,74 ribu rupiah. Adapun pertumbuhan ekonomi kota Tegal selama
tahun 2012 adalah sebesar 4,62 % dengan laju inflasi 3,09 % . Dari data BPS kota
Tegal, angka PDRB kota Tegal sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 dapat
ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 1. PDRB kota Tegal tahun 2008-2012
Tahun PDRB Adh
Berlaku Rp (000,-)
PDRB Adh
Konstan 2000 Rp (000,-)
2008 2.139.214.566,39 1.166.587.874,62
2009 2.387.809.680,97 1.225.102.106,91
2010 2.633.940.493,40 1.281.528.201,39
2011 2.859.932.192,56 1.340.227.744,49
2012 3.093.943.825,27 1.396.227.214,74
Sumber : BPS kota Tegal tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas PDRB kota Tegal selalu mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Angka beban tanggungan merupakan angka yang
menunjukkan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (usia di
bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dengan banyaknya orang yang termasuk
usia produktif. Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur maka
angka beban tanggungan (depency ratio) penduduk kota Tegal tahun 2012 sebesar
45,69. Hal tersebut berarti setiap 100 penduduk usia produktif (usia 15 – 64
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
41
tahun) harus menanggung beban hidup sekitar 46 jiwa penduduk usia 0 – 14 tahun
dan usia > 65 tahun (Hafiz.2013 : 7).
Pembangunan kesehatan masyarakat kota Tegal, diharapkan mengacu
kepada visi pembangunan kota Tegal, yaitu terwujudnya masyarakat yang
bermoral, berbudaya, dan berdaya saing untuk memperkuat kota Tegal sebagai
pusat perdagangan, jasa, industri, dan maritim menuju masyarakat yang
partisipatif dan sejahtera. Di samping itu juga untuk mencapai masyarakat kota
Tegal yang sehat dan mandiri. Salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia
IPM) dari aspek kesehatan di samping aspek pendidikan (angka melek huruf dan
lama sekolah) dan ekonomi (pengeluaran perkapita). Angka harapan hidup yang
dipergunakan dalam hal ini adalah angka harapan hidup 0 tahun, yang
menggambarkan rata – rata lamanya hidup yang mungkin dicapai oleh penduduk
sejak usia 0 tahun. Angka ini menggambarkan derajat kesehatan masyarakat
secara umum, sistem pelayanan kesehatan maupun kesadaran masyarakat dalam
hal perilaku hidup sehat (Hafiz.2011 : 10).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sarana pelayanan
kesehatan masyarakat ditingkat dasar. Puskesmas berdasarkan pelayanan yang
diberikan dibedakan menjadi empat, yaitu (1) puskesmas perawatan, (2)
puskesmas non perawatan, (3) puskesmas pembantu, (4) puskesmas keliling.
Kegiatan yang diselenggarakan di puskesmas adalah promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, Pelayanan Kesehatan Ibu & Anak (KIA) termasuk
Keluarga Berencana (KB), perbaikan gizi, pemberantasan penyakit menular, dan
pengobatan. Puskesmas perawatan, disamping menyelenggarakan pelayanan
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
42
kesehatan seperti puskesmas pada umumnya, juga menyediakan fasilitas
pelayanan rawat inap. Dengan demikian puskesmas perawatan juga berfungsi
sebagai pusat rujukan antara yang melayani penderita gawat darurat sebelum
dirujuk ke rumah sakit. Jumlah puskesmas di kota Tegal pada tahun 2011
sebanyak 3 puskesmas non perawatan, 1 puskesmas perawatan, dan 25 puskesmas
pembantu. Bila dibandingkan dengan konsep wilayah kerja puskesmas, dengan
sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata – rata 30.000
penduduk per puskesmas, maka rasio jumlah puskesmas per 30.000 penduduk di
kota Tegal pada tahun 2011 adalah sebesar 0,5 (Hafiz, 2011 : 48).
Salah satu indikator kinerja rumah sakit adalah persentase pemanfaatan
tempat tidur atau Bed Occupation Rate (BOR). Angka Bed Occupation Rate
(BOR) yang tinggi (> 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang
tinggi sehingga perlu untuk pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat
tidur. Bed Occupation Rate (BOR) yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah
antara 60 % sampai dengan 80 %. Sementara itu persentase rata-rata pemakaian
tempat tidur di RSUD Kardinah kota Tegal pada tahun 2011 adalah sebesar
71,1%. Sedangkan BOR di rumah sakit umum swasta kota Tegal pada tahun
2011, yaitu (1) RSUI Harapan Anda sebesar 74,6 %, (2) RSU Mitra Keluarga
sebesar 38,4 %, (3) RSIA Kasih Ibu sebesar 33,3 %. Rata – rata lama rawat
seorang pasien/Average Length Of Stay (ALOS) (Hafiz, 2011 : 48-49).
Rata-rata lama rawat seorang pasien (ALOS) yang ideal antara 6 – 9 hari.
Rata-rata lama rawat seorang pasien untuk tahun 2011 di RSUD Kardinah kota
Tegal sebesar 4,3, RSUI Harapan Anda sebesar 4,6, RSU Mitra Keluarga sebesar
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
43
2,9, dan RSIA Kasih Ibu sebesar 2,3. Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati /
Turn Of Inteval (TOI) angka TOI dan ALOS merupakan indikator untuk
mengukur efisiensi penggunaan tempat tidur, semakin besar TOI maka semakin
jelek efisiensi penggunaan tempat tidur. Angka ideal untuk rata-rata tempat tidur
tidak ditempati / TOI adalah 1 – 3 hari. TOI di RSU yang ada di kota Tegal
selama tahun 2011 adalah untuk RSUD Kardinah sebesar 1,8 hari, RSUI Harapan
Anda sebesar 1,6 hari, RSU Mitra Keluarga sebesar 4,7 dan RSIA Kasih Ibu
sebesar 4,6. Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS / Gross Death
Rate (GDR) angka GDR dipergunakan untuk mengetahui mutu pelayanan atau
perawatan rumah sakit semakin rendah nilai GDR berarti semakin baik mutu
pelayanan rumah sakit tersebut. Angka GDR yang masih ditolerir adalah
maksimum sebesaar 45. GDR di RSU yang ada di kota Tegal selama tahun 2011
adalah untuk RSUD Kardinah sebesar 63,9, RSUI Harapan Anda sebesar 67,5,
RSU Mitra Keluarga sebesar 24,5 dan RSIA Kasih Ibu sebesar 0,00. Angka
kematian yang dirawat < 48 jam / Net Death Rate (NDR) Sebagaimana GDR,
nilai NDR juga untuk mengetahui mutu pelayanan atau perawatan di rumah sakit.
Nilai NDR yang dapat ditoleril adalah 25 per 1.000 penderita keluar. NDR di
RSU yang ada di kota Tegal selama tahun 2011 adalah untuk RSUD Kardinah
sebesar 50,1; RSUI Harapan Anda sebesar 22, RSU Mitra Keluarga sebesar 7,3
dan RSIA Kasih Ibu sebesar 0,00 (Hafiz, 2011 : 49).
Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan/pengelola sarana
pelayanan kesehatan, terdiri dari RSU, RSJ, RSB, RS khusus lainnya, puskesmas
perawatan, puskesmas non perawatan, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
44
klinik, apotek, gudang farmasi, industri obat tradisional, dan praktek dokter
perorangan. Pada tahun 2011 sarana pelayanan kesehatan yang ada di kota Tegal
sejumlah 608 sarana. Dari sarana pelayanan kesehatan tersebut, 37 sarana
merupakan milik pemerintah kota Tegal, 2 sarana milik TNI/Polri dan 569 milik
swasta (Hafiz, 2011 : 50).
Sarana pelayanan kesehatan yang dimiliki/dikelola oleh swasta di kota
Tegal pada tahun 2011 sebanyak 569 sarana.
Tabel 2. Pelayanan swasta Tahun 2011
Jenis Lembaga/Instansi Jumlah
Praktek dokter perorangan 224 Unit
Apotik 63 Unit
Klinik 45 Unit
Rumah sakit 2 Unit
Praktek dokter bersama 2 Unit
Rumah sakit ibu dan anak 2 Unit
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat terdiri dari kelurahan siaga,
yaitu poskesdes, polindes, dan posyandu. Total UKBM yang ada di kota Tegal
pada tahun 2011 sebanyak 194 posyandu balita dan 104 posyandu lansia (Hafiz,
2011 : 50).
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
45
C. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal.
Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah kota Tegal merupakan salah satu
lembaga teknis daerah, yakni sebagai unsur pendukung walikota Tegal yang
bertugas melaksanakan kebijakan daerah dibidang pelayanan kesehatan. Sebagai
unsur pendukung, RSUD Kardinah berkewajiban mendukung dan mewujudkan
visi dan misi walikota Tegal periode 2014-2019, yaitu terwujudnya kota Tegal
yang sejahtera dan bermartabat berbasis pelayanan prima. Dalam mewujudkan
dukungan tersebut RSUD Kardinah memiliki peran strategis dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui upaya pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna (Tohari, 2015: 1).
Dalam implementasi kegiatan RSUD Kardinah menetapkan visi, misi,
motto, falsafah, dan nilai serta program kegiatan yang menjadi pijakan dalam
mendukung visi dan misi walikota Tegal sebagai kepala daerah. Arah
pengembangan pelayanan rumah sakit, yaitu memprioritaskan pelayanan kepada
pasien secara terpadu, peningkatan kesehatan lingkungan, peningkatan mutu,
pelayanan pendidikan dan penelitian sebagai pengembangan riset ilmu
pengetahuan kesehatan masyartakat, dan ilmu pengetahuan secara umum serta
peningkatan kompetensi petugas. Pengembangan ini selaras dengan tujuan masa
depan rumah sakit bertaraf nasional dan kelas dunia (Tohari, 2015 : 1).
RSUD Kardinah kota Tegal bermula dari balai pengobatan yang didirikan
pada tahun 1927 oleh Raden Ajeng Kardinah, beliau merupakan adik kandung
dari Raden Ajeng Kartini tokoh nasional perintis emansipasi wanita, yang sangat
peduli dengan nasib rakyat, khususnya dalam hal pengobatan yang masih sangat
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
46
tradisional. Pada tahun 1971 setelah Raden Ajeng Kardinah wafat, balai
pengobatan yang sudah mengalami berbagai peningkatan sarana dan prasarana
diserahkan kepada pemerintah daerah tingkat II kota madya Tegal dan kemudian
berubah menjadi rumah sakit yang kemudian diberi nama rumah sakit umum
Kardinah. Pada tahun 1983, dengan surat keputusan walikota madya dati II Tegal
nomor : 61/1/1004/1983, ditetapkan sebagai rumah sakit umum Kardinah tipe C,
selanjutnya pada tahun 1995 dengan surat keputusan menteri kesehatan nomor :
92/MENKES/SK/1995, ditetapkan sebagai rumah sakit umum daerah kelas B non
pendidikan. Lulus akreditasi dengan sertifikasi akreditasi rumah sakit 5 (lima)
pelayanan dasar pada tahun 1998, dan pada tahun 2005 lulus akreditasi dengan 12
pelayanan. pada tahun 2008 dengan surat keputusan walikota Tegal nomor :
445/244/2008, tanggal 31 Desember 2008 ditetapkan sebagai rumah sakit umum
daerah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah
secara penuh meraih sertifikasi ISO 9001 : 2008, certificate of registration no.
D.0023.1.1023.12.11 tentang manajemen mutu. Pada tanggal 16 Desember 2011.
Rumah sakit umum daerah Kardinah kota Tegal banyak mendapatkan
penghargaan serta rekomendasi umum, yaitu (1) berdasarkan surat keputusan
menteri kesehatan republik Indonesia nomor 451/MENKES/SK/XII/2012 tanggal
28 Desember 2012 RSUD Kardinah menjadi rumah sakit rujukan bagi orang
terkena HIV dan AIDS, (2) berdasarkan surat keputusan gubernur Jawa Tengah
nomor 440/110 tahun 2013, tanggal 23 Agustus 2013 RSUD Kardinah ditetapkan
sebagai selah satu rumah sakit rujukan regional provinsi Jawa Tengah, (3) Pada
tahun 2015 mendapat sertifikat sistem management mutu ISO 9001 : 2015, (4)
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
47
lulus akreditasi rumah sakit versi 2012 kars tingkat utama pada tahun 2015. Hal
ini merupakan upaya yang ditujukan untuk meningkatkan pelayanan kepada para
pengguna jasa (Tohari, 2015 : 2-3).
Letak RSUD Kardinah berada di kelurahan Kejambon kecamatan Tegal
Timur berbatasan dengan wilayah kelurahan Debong Tengah dan Randugunting
kecamatan Tegal Selatan kota Tegal dan kelurahan Dukuturi kabupaten Tegal.
Posisinya yang strategis berada di persimpangan jalan utama antara kota Tegal
dan Purwokerto, sekaligus menjadi pintu masuk tempat sarana pelayanan
kesehatan wilayah pantura pulau Jawa, jika berasal dari wilayah selatan. Hal ini
menjadi akses untuk menuju RSUD Kardinah mudah dijangkau, karena letaknya
yang sangat strategis tersebut, itu juga salah satu yang mendukung sebagaian
besar pasien di luar kota Tegal lebih memilih RSUD Kardinah dari pada RSU
yang ada di wilayahnya (Tohari, 2015 : 3).
Visi RSUD Kardinah adalah menjadikan rumah sakit bertaraf nasional
mandiri pelayanan prima. Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah
RSUD Kardinah harus menjadi rumah sakit yang menerapkan standar pelayanan
mutu melalui akreditasi nasional dan mandiri dalam tata kelola yang kredibel,
transparan, adil, dan bertanggungjawab (Good Coorporate Governance). Dalam
rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan profesional yang menjunjung
tinggi standar dan etika profesi dalam upaya mewujudkan tata kelola klinik yang
baik (Good Clinical Governance) dan mutu pelayanan kesehatan yang
berorientasi pada keselamatan pasien (patient safety) serta kepuasan pengguna
jasa , maka RSUD Kardinah melaksanakan beberapa langkah yang dirumuskan
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
48
dalam misi ada 3, yakni (1) mengembangkan manajemen rumah sakit yang efektif
dan profesional (Good Coorporate Governance) yang bertujun meningkatkan
kemandirian organisasi dan manajemen yang efektif dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dengan sasaran meningkatnya pendapatan operasional
BLUD, (2) memberikan pelayanan prima dengan menjunjung tinggi standar dan
etika profesi serta berkeadilan (Good Clinical Governance) adalah meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi pada kepuasan pengguna jasa dengan
sasaran tercapainya kepuasan pengguna jasa, (3) mengembangkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi kedokteran terkini berwawasan
lingkungan bertujuan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi
pada standar mutu pelayanan dan keselamatan pasien dengan sasaran tercapainya
mutu pelayanan kesehatan sesuai SPM (Tohari, 2015 : 4).
Motto, falsafah, dan nilai yang dimiliki RSUD Kardinah adalah sebagai
pijakan dalam mengembangkan moral disetiap pengguna jasa ataupun petugas
jasa rumah sakit tersebut, yaitu (1) motto kesembuhan dan kepuasan anda adalah
keutamaan bagi kami, (2) falsafah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan atas
dasar keikhlasan, kesungguhan, beretika dan amanah menjadikan setiap langkah
pelayanan menjadi ibadah, (3) nilai kerjasama team, kemanusian, integritas, dan
profesional (Tohari, 2015 : 4).
Moto yang dimiliki RSUD Kardinah memberikan dorongan semangat
pelayanan yang harus diberikan seluruh pegawai rumah sakit untuk
mengutamakan kesembuhan pasien dan kepuasan bagi seluruh pengguna baik
internal maupun eksternal. Ketika pengguna internal puas maka pelayanan
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
49
terhadap pengguna eksternal akan memuaskan juga, sehingga tujuan akhir bagi
kesembuhan pasien dan kesehatan masyarakat akan tercapai. Dalam menopang
motto yang ada tersebut diperlukan falsafah atau filosofi dalam memberikan
pelayanan, yakni keikhlasan, kesungguhan, beretika, dan amanah yang akan
menjadikan setiap langkah yang dilakukan selutuh pegawai rumah sakit Kardinah
sebagai bagian dari ibadah. Nilai yang ditanamkan ketika memberikan pelayanan
adalah mengedepankan kerjasama tim, karena adanya banyak keahlian profesional
yang ada di RSUD Kardinah, kemudian integritas dilakukan harus melebihi
ekspetasi atau kegiatanya harus memiliki keyakinan membantu sesama manusia
dengan melaksanakan tugas secara profesional dan dapat dipertanggungjawabkan
secara moral maupun hukum. Sebagai rumah sakit rujukan regional harus
memenuhi kriteria dan standar yang telah ditetapkan antara lain, sebagai berikut :
(1) klasifikasi rumah sakit rujukan regional minimal harus kelas B dan
pendidikan, (2) rumah sakit rujukan regional harus sudah terakreditasi Versi 2012
minimal lulus tingkat utama, (3) ketenagaan dokter spesialis dan sub spesialis,
sarana prasarana dan alkes harus sesuai ketentuan Permenkes No.56 Tahun 2014
tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, (4) pelayanan unggulan spesialistik
minimal 2 pelayanan, (5) perlu mengembangkan sarana prasarana, alkes dan SDM
guna penguat SPGDT (IGD, IBS, ICU, ICCU, NICU, PICU,TT Kelas III, dan
ambulans, (6) perlu kerjasama sister hospital dengan rumah sakit rujukan Nasional
(Tohari, 2015 : 5).
Dari kriteria-kriteria tersebut di atas RSUD Kardinah belum menjadi
rumah sakit pendidikan, oleh karena itu RSUD Kardinah berupaya untuk bisa
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
50
menjadi rumah sakit pendidikan, dengan salah satunya mengadakan kerjasama
dengan fakultas kedokteran sebagai rumah sakit pendidikan utama
(Tohari,2015:5).
D. Sumber daya Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Kota Tegal.
Sarana dan prasarana salah satu modal utama dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada pengguna, baik internal maupun eksternal. RSUD
Kardinah dibangun diatas tanah seluas 48.065 meter persegi dengan luas
bangunan 36.690,6 meter persegi. Rumah sakit ini mempunyai daya listrik sebesar
1.062 KVA dan generator set sebesar 1.335 KVA yang menopang seluruh
pelayanan. Untuk kebutuhan air tersedia jaringan PDAM sebanyak 11 buah,
sumur arteris dan pompa dangkal juga tersedia sebanyak 14 buah. Dalam
operasionalnya didukung oleh ambulans sebanyak 6 unit. Selama tahun 2015
dalam rangka meningkatkan kualitas layanan maka RSUD Kardinah
melaksanakan beberapa penataan ruangan perawatan disesuaikan dengan
penambahan gedung. Ada 438 tempat tidur dengan fasilitas kelas III ada 194
tempat tidur, kelas 1 ada 80 tempat tidur, kelas II ada 24 tempat tidur, perawatan
intensive berupa ICU ada 9 tempat tidur dan HCU ada 1 tempat tidur. Untuk
mampu secara kompetitif dalam persaingan menjadi pusat rujukan di kota Tegal
dan sekitarnya maka RSUD mengembangkan layanan VIP sebanyak 83 tempat
tidur. Sehingga setelah ditambah dengan layanan One Day care (ODC) 6 tempat
tidur, perinatologi 11 tempat tidur, dan unit stroke 9 tempat tidur jumlah tempat
tidur dan mesin haemodialisa sebanyak 20, jumlah kamar operasi sebanyak 8,
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016
51
radiologi dan laboratorium patologi klinik, bank darah, laboratorium mikrobiologi
klinik semuanya terfasilitasi dengan lengkap sesuai kebutuhan pengguna jasa
(Tohari, 2015 : 7).
Dalam perkembanganya RSUD dari tahun 1927 sampai sekarang begitu
sangat pesat dari sebelumnya sabagai perjuangan kemanusiaan yang dilakukan
oleh Kardinah untuk masyarakat Tegal karena kurangnya praktek kesehatan yang
memadai, sekarang telah menjadi pusat kesehatan rujukan yang ada di wilayah
Jawa Tengah, dan sekitarnya dengan berbagai pelayanan spesialis kedokteran.
RSUD Kardinah bukan hanya menjadi pusat kesehatan kota Tegal saja, tetapi
memiliki nilai sejarah bagi masyarakat Tegal, dengan cara mempublikasikan
tokoh R.A. Kardinah dan sejarah singkatnya di dalam bangunan RSUD Kardinah,
maka peristiwa sejarah akan terus hidup untuk generasi muda agar lebih
menghargai jasa- jasanya (Tohari, 2015 : 8).
Raden Ajeng Kardinah..., Wisnu Alam Darmawan, FKIP UMP, 2016