Upload
doandat
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 PAJAK
2.1.1.1 Pengertian Pajak
Pada dasarnya pajak merupakan salah satu perwujudan dan kewajiban
kenegaraan yang merupakan sarana peran serta masyarakat dalam pembiayaan
negara dan pembangunan nasional. Dalam hal ini pajak yang dipunggut
oleh negara digunakan untuk menjalankan roda pemerintahan demi menjamin
kelangsungan hidup serta meningkatkan mutu kehidupan bangsa Indonesia yang
tercantum dalam pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut
serta dalam melaksanakan ketertiban dunia.
Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut
memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda - beda, tetapi pada
dasarnya definisi tersebut mempunyai tujuan yang sama.
Untuk lebih jelasnya dan untuk lebih memahami tentang apa yang
dimaksud dengan pajak, maka dikemukakan beberapa definisi pajak sebagai
berikut :
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yang dikutip dalam buku karangan
Prof. Dr. Mardiasmo ( 2011 : 1 ) bahwa :
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang
7
( yang dapat dipaksakan ) dengan tidak mendapat jasa timbal (
kontraprestasi ) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Sedangkan menurut Undang - Undang No. 16 Tahun 2009 tentang perubahan atas
Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan ( KUP ), bahwa :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemamkmuran rakyat.
Dari kedua definisi di atas terdapat persamaan pandangan atau prinsip
mengenai pajak. Perbedaan mengenai kedua definisi tersebut hanya pada
penggunaan gaya bahasa atau kalimatnya saja. Sehingga dari berbagai definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan tentang unsur - unsur yang terdapat pada
pengertian pajak, antara lain :
a. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran berupa uang (
bukan barang ).
b. Berdasarkan Undang - Undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang - Undang
serta aturan pelaksanaannya.
c. Tidak mendapatkan jasa timbal balik ( kontraprestasi perseorangan )
yang dapat ditunjukkan secara langsung. Artinya, meskipun rakyat
membayar pajak kepada pemerintah, pemerintah tidak langsung
memberikan jasa kepada pribadi pembayar pajak. Pemerintah hanya
8
memberikan pelayanan yang ditujukan kepada seluruh anggota
masyarakat.
Misalnya, orang yang taat membayar pajak kendaraan bermotor akan
melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang tidak taat
membayar pajak kendaraan bermotor.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Yakni pengeluaran – pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat
luas.
e. Dapat dipaksakan.
Pemungutan pajak dapat dipaksakan apabila Wajib Pajak tidak
memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundang - undangan.
2.1.1.2 Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut Mardiasmo ( 2011 : 2 ), yaitu :
1) Fungsi Anggaran ( Budgetair )
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran
- pengeluarannya.
2) Fungsi Mengatur ( Regulerend )
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh :
9
a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang mewah untuk
mengurangi gaya hidup konsumtif.
c. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk
Indonesia di pasaran dunia.
2.1.1.3 Jenis-Jenis Pajak
Dalam buku Perpajakan, Mardiasmo ( 2011 : 5 ) mengelompokkan jenis
pajak menurut :
1. Golongannya
Berdasarkan golongannya, jenis pajak dibedakan menjadi :
a. Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak tidak langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai
10
2. Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, jenis pajak dibedakan menjadi :
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Lembaga pemungutnya
Berdasarkan lembaga pemungutnya, jenis pajak dibedakan menjadi :
a. Pajak Pusat
Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh :
- Pajak Penghasilan ( PPh )
- Pajak Pertambahan Nilai ( PPN )
- Pajak Penjualan atas Barang Mewah ( PPnBM )
11
b. Pajak Daerah
Adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh :
- Pajak Bumi dan Bangunan
- Pajak Hotel
- Pajak Restoran
- Pajak Kendaraan Bermotor
2.1.1.4 Tarif Pajak
Prof. Supramono, SE., MBA dan Theresia Woro Damayanti, SE ( 2010 : 7
) menyatakan bahwa tarif pajak merupakan tarif yang digunakan untuk
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Secara umum, tarif pajak
dinyatakan dalam bentuk persentase.
Menurut Mardiasmo ( 2011 : 9 ), ada 4 macam tarif pajak, yaitu :
1) Tarif Sebanding / Proporsional
Yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai.
Contoh: Untuk penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah
12
pabean akan dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%.
2) Tarif Tetap
Yaitu tarif berupa jumlah yang tetap ( sama ) terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
tetap.
Contoh: Besarnya tarif Bea Meterai untuk cek dan bilyet giro
dengan nilai nominal berapapun adalah Rp 3.000,00.
3) Tarif Progresif
Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
Contoh : Pasal 17 Undang – Undang Pajak Penghasilan untuk Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri
Tabel 2.1
Tarif Pajak PPh WPOP
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%
Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00 15%
Di atas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 500.000.000,00 25%
Di atas Rp. 500.000.000,00 30%
13
4) Tarif Degresif
Yaitu persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
2.1.2 PEMUNGUTAN PAJAK
2.1.2.1 Sistem Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo ( 2011 : 7 ) bahwa sistem pemungutan pajak dibagi
menjadi 3 ( tiga ) macam, yaitu :
1) Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah ( fiskus ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak
Ciri-cirinya :
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada fiskus.
- Wajib pajak bersifat pasif
- Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
2) Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
14
terutang.
Ciri-cirinya:
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada Wajib Pajak sendiri.
- Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
- Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
3) With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga ( bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
- Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
2.1.2.2 Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan - hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat.
Mardiasmo ( 2011 : 2 ) menyatakan bahwa syarat pemungutan pajak
adalah sebagai berikut :
a. Pemungutan pajak harus adil ( Syarat Keadilan )
15
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, Undang -
Undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang - undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi
Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan
Pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang - Undang ( Syarat
Yuridis )
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik Negara
maupun warganya.
c. Tidak mengganggu perekonomian ( Syarat Ekonomis )
Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbukan kelesuan
perekonomian rakyat.
d. Pemungutan pajak harus efisien ( Syarat Finansiil )
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannnya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana ( Sederhana )
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajibaan perpajakannya.
16
2.1.2.3 Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa utang bunga, denda atau kenaikan yang tercantum dalam
Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang - undangan perpajakan.
Ada 2 ( dua ) ajaran mengenai saat timbulnya utang pajak yaitu :
1) Ajaran Materiil
Dalam ajaran materiil, utang pajak timbul karena Undang - Undang dan
karena ada sebab - sebab yang mengakibatkan seseorang atau suatu pihak
di kenakan pajak, yaitu karena perbuatan, keadaan dan peristiwa yang
dapat menimbulkan adanya utang pajak.
Contoh :
- Perbuatan : mendirikan bangunan, melakukan kegiatan
impor / ekspor, bepergian keluar negeri.
- Keadaan : memiliki tanah/ bumi dan bangunan,
memperoleh penghasilan, memiliki kendaraan bermotor.
- Peristiwa : mendapat hadiah undian.
2) Ajaran Formil
Dalam ajaran formil, utang pajak timbul dikarenakan adanya ketetapan
pajak dari pemerintah atau fiskus. Sehingga pajak terutang pada saat
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak oleh pihak fiskus / pemerintah.
17
Menurut Mardiasmo ( 2011 : 8 ), ada empat hal yang menyebabkan
terhapusnya utang pajak, yaitu :
1) Pembayaran
Wajib Pajak melakukan pembayaran atas utang pajaknya ke kas negara
atau tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
2) Kompensasi
Cara penghapusan utang pajak yang dilakukan dengan cara pemindahan
kelebihan pajak pada suatu jenis pajak ( pada tahun yang sama atau tahun
yang berbeda ) dengan menutup kekurangan utang pajak atas jenis pajak
yang sama atau jenis lainnya ( juga pada tahun pajak yang sama atau tahun
pajak yang berbeda ).
3) Kadaluwarsa
Suatu cara untuk menghapus utang pajak karena lampaunya waktu. Bisa
juga terjadi karena lampaunya waktu penerbitan pajak ( penerbitan Surat
Ketetapan Pajak ) maupun karena lampaunya waktu proses penagihan
pajak.
4) Pembebasan dan penghapusan
Terhapusnya utang pajak bisa terjadi karena :
a. Wajib Pajak meninggal dunia dengan tidak
meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli
waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan.
18
b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan lagi yang
dibuktikan berdasarkan surat keterangan dari
Pemerintah Daerah setempat.
c. Sebab lain.
2.1.2.4 Hambatan Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo ( 2011 : 8 ), hambatan terhadap pemungutan pajak
dapat dikelompokkan menjadi :
1) Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan ( pasif ) membayar pajak, yang dapat disebabkan
antara lain:
- Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
- Sistem perpajakan yang ( mungkin ) sulit dipahami masyarakat
- Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan
baik.
2) Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara
langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
Bentuknya antara lain:
- Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang.
- Tax evasion, usaha meringankan beban pajak, dengan cara
melanggar undang-undang ( menggelapkan pajak ).
19
2.1.3 PENAGIHAN PAJAK
2.1.3.1 Pengertian Penagihan Pajak
Pelaksanaan penagihan pajak yang tegas, konsisten, dan konsekuen
diharapkan akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib
Pajak dalam membayar tunggakan pajaknya.
Mardiasmo ( 2011 : 145 ) menjelaskan bahwa :
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi tunggakan pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur
atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Penagihan pajak berfungsi agar Wajib Pajak atau Penanggung Pajak
melunasi tunggakan pajak dan biaya penagihan pajak. Agar tujuan penagihan
pajak tersebut tercapai maka diperlukan serangkaian tindakan, penerbitan Surat
Teguran atau sejenisnya, kemudian penyampaian Surat Paksa, Penyampaian surat
perintah melakukan penyitaan dan melaksanakan penyitaan, penjualan barang
hasil penyitaan sampai dengan tindakan pencegahan terhadap Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak untuk berpergian keluar negeri.
2.1.3.2 Dasar Penagihan Pajak
Dalam Pasal 18 Undang - Undang No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan
Umum Perpajakan ( KUP ), dasar penagihan pajak adalah :
a) Surat Tagihan Pajak ( STP )
20
Surat Tagihan Pajak ( STP ) adalah surat untuk melakukan tagihan
pajak dan atau sanksi administrasi berupa denda, dan atau bunga.
Fungsi STP adalah :
- Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut
SPT Wajib Pajak.
- Sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga dan atau
denda.
- Sarana untuk menagih pajak.
Sedangkan sebab diterbitkannya STP adalah :
- Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar.
- Berdasarkan penelitian, terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
- Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda
dan atau bunga.
- Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP (
Pengusaha Kena Pajak ) tetapi tidak membuat faktur
pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
- Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi
tidak mengisi faktur pajak secara lengkap
- PKP melaporkan faktur tidak sesuai dengan masa
penerbitan faktur pajak
21
- PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian pajak masukan.
b) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB )
SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah
yang masih harus dibayar.
Sebab diterbitkannya SKPKB adalah :
- Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.
- Surat Pemberitahuan ( SPT ) tidak disampaikan dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
- Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau
pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang.
c) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ( SKPKBT )
SKPKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan sebelumnya.
d) Surat Keputusan Pembetulan
e) Surat Keputusan Keberatan
f) Putusan Banding
22
2.1.3.3 Tindakan Penagihan Pajak
Tindakan penagihan pajak dilakukan apabila pajak yang terutang
sebagaimana tercantum dalam Surat Tagihan Pajak ( STP ), SKPKB, SKPKBT,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan pajak yang
harus dibayar bertambah, tidak atau kurang bayar setelah lewat tanggal jatuh
tempo pembayaran pajak yang bersangkutan.
Dalam bidang administrasi perpajakan dikenal beberapa bentuk tindakan
penagihan yaitu :
a. Penagihan Pasif
Penagihan pasif adalah tindakan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan
Pajak dengan cara memberikan himbauan kepada Wajib Pajak agar
melakukan pembayaran pajak sebelum tanggal jatuh tempo. Penagihan
pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak ( STP ),
SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak terutang
menjadi lebih besar. Penagihan pasif merupakan pengawasan fiskus atau
kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya sesuai Undang
- Undang yang berlaku.
b. Penagihan Aktif
Penagihan aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif. Dimana
Undang - Undang telah menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran
yaitu 1 bulan terhitung mulai dari STP, SKPKB, SKPKBT diterbitkan.
23
Jika dalam jangka waktu 30 hari tunggakan pajak belum dilunasi maka 7
hari setelah jatuh tempo akan dilakukan tindakan penagihan pajak yang
diawali dengan menerbitkan Surat Teguran dan melaksanakan Surat
Paksa. Dalam upaya penagihan ini Fiskus berperan aktif dalam arti tidak
hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak, tetapi akan
diikuti dengan tindakan sita dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.
Proses penagihan pajak menurut Rudy Suhartono dan Wirawan B Ilyas (
2010 : 80 ) adalah :
Tabel 2.2
Proses Penagihan Pajak
Urutan Kegiatan Penagihan Waktu Pelaksanaan
1.
Penerbitaan Surat Teguran
atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis.
7 ( tujuh ) hari sejak saat jatuh
tempo, penanggung pajak tidak
melunasi tunggakan pajaknya.
2. Penerbitan Surat Paksa
Sudah lewat 21 ( dua puluh satu )
hari sejak diterbitkannya Surat
Teguran / Surat Peringatan dan
peanggung pajak tidak melunasi
tunggakan pajaknya.
24
3.
Penerbitan surat perintah
melaksanakan penyitaan
Setelah lewat 2 x 24 jam Surat
Paksa diberitahukan kepada
penanggung pajak dan tunggakan
pajak belum dilunasi.
4. Pengumuman lelang
Setelah lewat waktu 14 ( empat
belas ) hari sejak tanggal
pelaksanaan penyitaan dan
penanggung pajak tidak melunasi
tunggakan pajak.
5.
Penjualan / pelelangan barang
sitaan
Setelah lewat waktu 14 ( empat
belas ) hari sejak pengumuman
lelang dan penanggung pajak
tidak melunasi tunggakan
pajaknya.
2.1.3.4 Daluwarsa Penagihan Pajak
Dalam UU KUP No. 16 tahun 2009 Pasal 22 dijelaskan bahwa hak untuk
melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 ( lima ) tahun terhitung
sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan
25
Peninjauan Kembali. Saat daluwarsa penagihan pajak ini perlu ditetapkan untuk
memberi kepastian hukum kapan utang pajak tersebut tidak dapat ditagih lagi.
Daluwarsa penagihan pajak tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Paksa
Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat
Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran
utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam
hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal
pemberitahuan Surat Paksa tersebut.
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun
tidak langsung.
Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara
mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang
pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu,
daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak diterima oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
c. Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Terdapat Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan yang diterbitkan terhadap Wajib Pajak
karena Wajib Pajak melakukan tindakan pidana di bidang perpajakan
26
dan tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak
dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan tersebut.
d. Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana dibidang
perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal
penerbitan Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.
2.1.4 PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN
2.1.4.1 Surat Teguran
Awal dalam tindakan penagihan adalah penerbitan Surat Teguran. Surat
Teguran atau dapat juga disebut Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis
adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur atau memperingatkan
kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya. Langkah ini diambil sebagai
peringatan agar penanggung pajak segera melunasi utang pajaknya untuk
menghindari dilakukannya tindakan penagihan. Dalam hal Wajb Pajak tidak
melunasi jumlah pajak yang masih dibayar dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, pajak yang masih harus dibayar tersebut ditagih dengan terlebih
dahulu menerbitkan Surat Teguran.
27
Penyampaian Surat Teguran tidak harus dilakukan oleh Jurusita Pajak,
namun dapat dilakukan melalui :
a. Secara langsung dapat dilakukan oleh petugas pada seksi
penagihan
b. Melalui pos
c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat
Surat Teguran tidak perlu diterbitkan apabila :
a. Penanggung Pajak menyampaikan permohonan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.
b. Dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.
Apabila terjadi kekeliruan dalam penerbitan Surat Teguran, penanggung
pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau pergantian kepada Pejabat.
Pejabat dalam jangka waktu paling lama 7 ( tujuh ) hari sejak tanggal diterima
permohonan harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan, jika tidak
diberikan jawaban dalam jangka waktu tersebut, maka permohonan Wajib Pajak
dianggap dikabulkan dan tindakan penagihan dihentikan untuk sementara waktu.
Apabila penanggung pajak setelah lewat waktu 21 ( dua puluh satu ) hari sejak
tanggal disampaikan Suat Teguran tidak melakukan pelunasan tunggakan pajak,
maka Pejabat menerbitkan Surat Paksa dan Surat Paksa tersebut diberitahukan
secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada penanggung pajak.
28
2.1.4.2 Penerbitan Surat Teguran
Surat Teguran diterbitkan apabila utang pajak yang tercantum dalam STP,
SKPKB atau SKPKBT tidak dilunasi sampai melewati waktu 7 hari dari batas
waktu jatuh tempo 1 bulan sejak diterbitkannya.
Penerbitan Surat Teguran dilakukan pada Seksi Penagihan dengan
prosedur sebagai berikut :
1) Pelaksana pada Seksi Penagihan meneliti Surat Ketetapan
Pajak ( SKP ) / Surat Tagihan Pajak ( STP ) / Surat Tagihan
Bea ( STB ) yang harus diterbitkan Surat Teguran dalam Sistim
Administrasi Perpajakan dan meminta persetujuan
Kepala Seksi dan kemudian diteruskan kepada Kepala Kantor
Pelayanan Pajak melalui Sistem Informasi DJP ( Direktorat
Jenderal Pajak ).
2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak memeriksa usulan penerbitan
Surat Teguran dan memberikan persetujuan penerbitan melalui
Sistem Informasi DJP.
3) Pelaksana melihat Sistem Informasi DJP dan memeriksa
persetujuan penerbitan Surat Teguran dari Kepala Kantor
Pelayanan Pajak, mencetak Surat Teguran
dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan.
29
4) Kepala Seksi Penagihan meneliti, memaraf Surat Teguran, dan
menugaskan kepada Pelaksana untuk menyampaikannya
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
5) Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti, menandatangani
Surat Teguran, dan meneruskan kepada pelaksana untuk
disampaikan kepada Wajib Pajak
6) Pelaksana meneliti Surat Teguran yang telah ditandatangani
Kepala Kantor Pelayanan Pajak, menatausahakan, dan
menyampaikannya kepada Wajib Pajak.
2.1.5 PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA
2.1.5.1 Pengertian Surat Paksa
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Sedangkan pengertian Surat Paksa menurut Mardiasmo ( 2011 :
147 ) adalah :
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak. Surat Paksa mempunyai kekuatan dan kedudukan
hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Surat Paksa bertuliskan kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN
TUHAN YANG MAHA ESA pada kepala surat, yang mempunyai kekuatan dan
kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Surat Paksa harus memuat sekurang-kurangnya :
1) Nama Wajib Pajak, atau nama Penanggung Pajak.
30
2) Dasar Penagihan.
3) Besarnya Tunggakan Pajak.
4) Perintah untuk membayar.
2.1.5.2 Penerbitan Surat Paksa
Surat Paksa diterbitkan paling cepat setelah lewat waktu 21 ( dua puluh
satu ) hari dari penerbitan Surat Teguran, kecuali apabila terhadap Penanggung
Pajak telah diterbitkan Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa dapat
segera diterbitkan tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21 hari sejak saat Surat
Teguran diterbitkan.
Surat Paksa akan diterbitkan apabila :
a) Penanggung Pajak tidak melunasi tunggakan pajak dalam Surat
Teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis.
b) Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan penagihan
seketika dan sekaligus.
Mardiasmo ( 2011 : 146 ) menjelaskan bahwa :
Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan
pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada
Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis
pajak, masa pajak, dan tahun pajak.
Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus
berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.
Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan
apabila :
31
- Penanggung pajak akan meninggalkan Indonesia untuk
selama – lamanya atau berniat untuk itu.
- Terdapat tanda – tanda bahwa penanggung pajak akan
membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan
usahanya, atau memekarkan usahanya, atau
memindatangankan perusahaan yang dimiliki atau
dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya.
- Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh
pihak ketiga atau terdapat tanda – tanda kepailitan.
c) Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau
penundaan pembayaran pajak.
Pemberitahuan Surat Paksa dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan
pernyataan penyerahan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak. Untuk setiap
Penanggung Pajak dapat berupa :
1) Wajib Pajak Orang Pribadi
Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi, Surat Paksa diberitahukan
kepada :
a. Penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha, atau di
tempat lain yang memungkinkan.
32
b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja
ditempat usaha Penanggung Pajak apabila Penanggung Pajak
tidak dapat dijumpai.
c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang
mengurus harta peninggalannya apabila Wajib Pajak telah
meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi.
d. Para ahli waris apabila Penanggung Pajak telah meninggal
dunia dan harta warisan telah dibagi.
2) Wajib Pajak Badan
Terhadap Wajib Pajak Badan, Surat Paksa diberitahukan kepada :
a. Pengurus, pemegang saham, dan pemilik modal baik ditempat
kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka
maupun ditempat lain yang memungkinkan, atau
b. Pegawai tingkat pimpinan di tempat kedudukan atau tempat
usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak
dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud pada
penjelasan yang sebelumnya.
3) Wajib Pajak Pailit
Apabila Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan
kepada Balai Harta Peninggalan atau Hakim Pengawas yang
ditetapkan. Sedangkan terhadap Wajib Pajak Badan yang dinyatakan
bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang
33
atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau
likuidator, atau Penerima Kuasa.
2.1.5.3 Pelaksanaan Pemberitahuan Surat Paksa
Cara pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa adalah sebagai berikut :
1) Jurusita Pajak mendatangi tempat tinggal kedudukan Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak dengan memperlihatkan tanda pengenal diri. Jurusita
Pajak mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat
Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut.
2) Jika Jurusita Pajak bertemu langsung dengan Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak minta agar WP atau PP memperlihatkan surat-surat
keterangan pajak yang ada untuk di teliti :
- Apakah tunggakan pajak menurut Surat Ketetapan Pajak
cocok dengan jumlah tunggakan yang tercantum dalam
Surat Paksa?
- Apakah ada Surat Keputusan Pengurangan/
Penghapusan?
- Apakah ada kelebihan pembayaran dari tahun/ jenis
pajak lainnya yang belum diperhitungkan?
3) Kalau Jurusita tidak menjumpai Wajib Pajak/ Penanggung pajak maka
salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada :
34
a. Keluarga Penanggung Pajak atau orang bertempat
tinggal bersama WP / PP yang akil baliq ( dewasa dan
sehat mental ).
b. Anggota pengurus komisaris dari Badan Usaha yang
bersangkutan atau,
c. Pejabat Pemerintah setempat ( Bupati/ Walikota/
Camat/ Lurah ) dalam hal mereka tersebut pada butir a
dan b diatas juga tidak dijumpai.
d. Pejabat - pejabat ini harus memberi tanda tangan pada
Surat Paksa dan salinannya, sebagaimana tanda
diketahuinya dan menyampaikan salinannya kepada
Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang bersangkutan.
e. Jurusita Pajak yang telah melaksanakan penagihan
pajak dengan Surat Paksa, harus membuat Laporan
Pelaksanaan Surat Paksa.
2.1.6 PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK
2.1.6.1 Pengertian Pencairan Tunggakan Pajak
Pajak yang terutang oleh Wajib Pajak harus dibayar atau dilunasi tepat
pada waktunya. Oleh karena itu apabila setelah tanggal jatuh tempo pajak tersebut
belum dilunasi maka timbul tunggakan pajak. Tunggakan pajak adalah pajak yang
belum dapat dibayar oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dalam masa
tagihan pajak berdasarkan peraturan perundang - undangan perpajakan yang
35
berlaku. Sedangkan pengertian tunggakan didalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyatakan “Tunggakan adalah angsuran yang belum dibayar atau utang yang
masih belum dilunasi pada atau setelah tanggal pengenaan denda.”
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pencairan
tunggakan pajak merupakan pembayaran utang pajak oleh Wajib Pajak atau
Penanggung Pajak yang masih punya tunggakan dan disertai pembayaran sanksi
adminisrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam Surat
Ketetapan Pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Tagihan Pajak ( STP ),
Surat Ketetapan Pajak, dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ).
2.1.6.2 Mekanisme Pencairan Tunggakan Pajak
Mekanisme pencairan tunggakan pajak adalah sebagai berikut :
1. Pembayaran Surat Setoran Pajak ( SSP )
SSP adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melakukan
pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Negara atau ke
tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Surat
Setoran Pajak ( SSP ) ini difungsikan sebagai bukti pelunasan kekurangan
pembayaran pajak yang terutang.
2. Pemindabukuan
Pemindabukuan merupakan adanya kelebihan pembayaran pajak yang
besarnya dinyatakan dalam Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
( SKKP ).
36
3. Pengurangan / penghapusan utang pajak
Pengurangan atau dihapusnya utang Wajib Pajak dikarenakan pembatalan
Surat Ketetapan Pajak atau Wajib Pajak mengalami kebangkrutan maupun
mengalami kesulitan likuiditas.
2.1.7 TEORI EFEKTIVITAS
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer
mendefinisikan efektvitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keefektivan adalah
keadaan berpengaruh, keberhasilan tentang usaha atau tindakan. Sedangkan
definisi efektivitas menurut Mardiasmo ( 2010 : 134 ) adalah “ Efektivitas adalah
ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya ”.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan didalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan.
Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui
konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah
perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen
organisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian tujuan
organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, ditinjau
dari sisi masukan ( input ), proses, maupun keluaran ( output ). Dalam hal ini yang
37
dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta
metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila
dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur. Sedangkan dikatakan efektif
bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang
bermanfaat.
Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak
menyatakan tentang besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.8 TEORI KONTRIBUSI
Kontribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu contribute, contribution,
maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.
Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau tindakan. kontribusi
dapat diberikan dalam berbagai bidang yaitu pemikiran, kepemimpinan,
profesionalisme, finansial, dan lainnya.
2.2 PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian mengenai tindakan penagihan pajak memang telah banyak
dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
tindakan penagihan pajak dengan Surat Teguran maupun dengan Surat Paksa yang
dikutip dari berbagai sumber, disajikan dalam bentuk tabel berikut :
38
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
1. Andi Marduati
(2012)
Pengaruh Penagihan
Pajak Dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa
Terhadap Pencairan
Tunggakan Pajak di
Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Makassar Barat.
Jumlah Surat Teguran dan
jumlah Surat Paksa yang
diterbitkan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
pencairan tunggakan pajak.
Dibuktikan dari hasil uji F yang
menunjukkan nilai signifikansi
= 0,000 < 0,05
2. Nana Andriana
Erwis
(2012)
Efektivitas Penagihan
Pajak Dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa
Terhadap Penerimaan
Pajak Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama
Makassar Selatan.
Penagihan pajak dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa
mengalami peningkatan dari
tahun 2010 ke tahun 2012.
Penagihan pajak dengan Surat
Paksa di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Makassar Selatan
tergolong tidak efektif baik
ditinjau dari segi jumlah lembar
maupun nilai nimonal yang
tertera dalam Surat Teguran dan
Surat Paksa.
3. Derlina Sutria
Tunas
Efektivitas Penagihan
Tunggakan Pajak Dengan
Penagihan tunggakan pajak
dengan menggunakan Surat
39
(2013) Menggunakan Surat
Paksa Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama
Manado.
Paksa pada tahun 2011
tergolong belum efektif,
sedangkan pada tahun 2012
mengalami peningkatan menjadi
efektif. Penerimaan pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Manado dalam hal pembayaran
tunggakan pajak dengan Surat
Paksa bisa dikategorikan efektif
karena penerimaan tunggakan
pajak pada tahun 2011 ke tahun
2012 mengalami peningkatan.
Dari penjelasan penelitian terdahulu diatas, di temukan beberapa
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saat ini dilakukan peneliti.
Berikut persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang
sedang dilakukan peneliti :
1) Penelitian terdahulu Andi Marduati ( 2012 )
- Persamaan : sama – sama menggunakan 3 ( tiga ) variabel yaitu 2 (
dua ) variabel x dan 1 ( satu ) variabel y. Varabel x terdiri dari
Surat Teguran dan Surat Paksa, sedangkan variabel y nya adalah
pencairan tunggakan pajak.
40
- Perbedaan : penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
efektivitas, sedangkan penelitian terdahulu tersebut bertujuan
untuk mengetahui pengaruh.
2) Penelitian terdahulu Nana Andriana Erwis ( 2012 )
- Persamaan : sama – sama menggunakan 3 ( tiga ) variabel yaitu 2 (
dua ) variabel x dan 1 ( satu ) variabel y. Varabel x terdiri dari
Surat Teguran dan Surat Paksa, sedangkan variabel y nya adalah
penerimaan pajak.
- Perbedaan : variabel y yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pencairan tunggakan pajak, sedangkan variabel y yang digunakan
dalam penelitian terdahulu adalah penerimaan pajak.
3) Penelitian terdahulu Derliana Sutria Tunas ( 2013 )
- Persamaan : sama – sama menggunakan teknik analisis efektivitas.
- Perbedaan : penelitian ini menggunakan 3 ( tiga ) variabel terdiri
dari Surat Teguran, Surat Paksa, dan pencairan tunggakan pajak.
Sedangkan dalam penelitian terdulu hanya menggunakan 2 ( dua )
variabel, yaitu Surat Paksa dan penagihan tunggakan pajak.
2.3 KERANGKA KONSEPTUAL
Pemerintah telah melakukan reformasi perpajakan untuk meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak. Dalam reformasi perpajakan tersebut sistem
pemungutan pajak telah mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu
official assessment system menjadi self assessment system. Dalam self assessment
41
system, Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, menyetor
dan melaporkan sendiri pajaknya. Namun, dalam kenyataannya masih dijumpai
adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana
mestinya, sehingga perlu dilaksanakan tindakan penagihan yang mempunyai
kekuatan hukum yang memaksa.
Salah satu tindakan penagihan pajak adalah dengan pemberitahuan Surat
Teguran dan dilanjutkan dengan penerbitan Surat paksa. Dasar dari penagihan
pajak adalah tunggakan pajak dalam Surat Tagihan Pajak ( STP ), Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar ( SKPKB ), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
( SKPKBT ), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan
Putusan Banding. Apabila realisasi pencairan tunggakan pajak tersebut dapat
direalisasikan dengan jumlah nominal hampir sama dengan potensi pencairan
tunggakan pajak, maka penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
tersebut telah efektif.
Dengan efektifnya penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
maka dapat meningkatkan penerimaan pajak, dimana diharapkan memberikan
kontribusi terhadap pembangunan nasional. Oleh karena itu efektivitas penagihan
pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa sangat diperlukan untuk
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.
Berdasarkan uraian diatas maka kerangka konseptual dari penelitian ini
dapat digambarkan dalam bentuk berikut :