41
8 BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Rumah Susun 1. Pengertian Rumah Susun Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) : Rumah susun gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa tempat tinggal (masing-masing untuk satu keluarga); flat; -- Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun. Kerap dikonotasikan sebagai apartemen versi sederhana , walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota. ( wikipedia.com) Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Mi lik. Rumah Susun atau Rusun merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain. Namun pada perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah. Penambahan kata Sederhana setelah rusun bisa berakibat negatif, karena pada pikiran masyarakat awam

BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum 1.thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00080-AR Bab 2.pdf · untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat,

  • Upload
    hathu

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

8  

BAB II

TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1 Rumah Susun

1. Pengertian Rumah Susun

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) :

Rumah susun gedung atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa

tempat tinggal (masing-masing untuk satu keluarga); flat; --

Rusun adalah kepanjangan dari rumah susun. Kerap dikonotasikan sebagai

apartemen versi sederhana , walupun sebenarnya apartemen bertingkat sendiri

bisa dikategorikan sebagai rumah susun. Rusun menjadi jawaban atas

terbatasnya lahan untuk pemukiman di daerah perkotaan. Karena mahalnya

harga tanah di kota besar maka masyarakat terpaksa membeli rumah di luar kota.

(wikipedia.com)

Rusunami merupakan akronim dari Rumah Susun Sederhana Milik.

Rumah Susun atau Rusun merupakan kategori resmi pemerintah Indonesia

untuk tipe hunian bertingkat seperti apartemen, kondominium, flat, dan lain-lain.

Namun pada perkembangannya kata ini digunakan secara umum untuk

menggambarkan hunian bertingkat kelas bawah. Penambahan kata Sederhana

setelah rusun bisa berakibat negatif, karena pada pikiran masyarakat awam

9  

rusun yang ada sudah sangat sederhana. Kenyataannya rusunami yang

digalakkan pemerintah dengan sebutan proyek 1000 Menara merupakan rusuna

bertingkat tinggi yaitu rusun dengan jumlah lantai lebih dari 8 yang secara fisik

luar hampir mirip dengan rusun apartemen yang dikenal masyarakat luas. Kata

Milik berarti seseorang pengguna tangan pertama harus membeli dari

pengembangnya. Sedangkan Rusunawa atau Rumah Susun Sederhana Sewa

berarti pengguna harus menyewa dari pengembangnya.

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat, yang dibangun dalam

satu lingkungan, yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara

fungsional dan dalam arah horisontal maupun vertikal sebagai satuan-satuan

yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat

hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama/benda bersama dan tanah

bersama. (UU RI No.16 Tahun 1985, tentang Rumah Susun).

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam

suatu lingkungan yang terbagi dalam bagan-bagian yang distrukturkan secara

fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan

yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama

untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian-bersama, benda-bersama,

dan tanah-bersama. (Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan

Umum, 1991 )

10  

2. Tujuan dan Keuntungan Rumah Susun

Perencanaan bangunan ke arah vertikal di tengah kota, berupa rumah susun

atau apartemen ini mempunyai tujuan dan keuntungan antara lain :

a. penataan kembali perumahan dan lingkungannya (memperindah kota),

b. mencegah atau paling tidak mengurangi banjir,

c. memberi ruang udara yang lebih segar, melalui penanaman pohon serta

memungkinkan cahaya masuk ke dalam ruang (ruang lebih sehat)

d. menekan/mengurangi harga jual tiap unit rumah, sebab harga tanah di

pusat/tengah kota amat mahal.

3. Persyaratan Rumah Susun

(Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan Umum, 1991)

Perencanaan Rumah Susun

Perencanaan rumah susun hunian harus mempunyai persyaratan sebagai

berikut :

1) rumah susun direncanakan sebaik mungkin, sehingga diharapkan adanya

interaksi sosial bagi penghuninya.

2) perencanaan tersebut harus disertai dengan suatu pola pengelolaan yang

baik dan efisien guna tetap terpeliharanya fisik bangunan dan keamanan

menghuni.

11  

Faktor-faktor Perencanaan

Faktor-faktor perencanaan yang harus diperhatikan adalah :

1) kenyamanan,

2) kesehatan,

3) ekonomis, efisien;

4) keamanan;

5) disesuaikan dengan perencanaan menyeluruh dari Perencanaan

Lingkungan Rumah Susun.

4. Ketentuan-ketentuan

(Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan Umum, 1991)

Ketentuan Teknis Perencanaan

1) Kategori Bangunan

Rumah susun hunian termasuk Bangunan Rumah Tinggal Luar Biasa

(Kls.II).

2) Peruntukan Rumah Susun Hunian

Rumah susun hunian diperuntukkan bagi Satuan Rumah Susun dengan

luasan minimum 12 m2.

3) Jumlah Satuan Rumah Susun Hunian

Perencanaan Rumah susun hunian disesuaikan dengan ketentuan bahwa

hingga panjang bangunan 30 meter diharuskan menggunakan dilatasi

pada sambungan antar bangunannya.

12  

Gambar 1. Dilatasi

4) Jumlah Lantai

Jumlah lantai menentukan alat transportasi vertikal sebagai berikut :

• hingga 5 (lima) lantai mempergunakan tangga;

• lebih dari lima lantai menggunakan lift.

Gambar 2. Bangunan 5lantai Gambar 3. Bangunan lebih dari 5 lantai

5) Bentuk Bangunan

Dari segi fungsi dan bangunan didasarkan pada :

• pengelompokan Satuan Rumah Susun;

• penyediaan akses menuju masing-masing Satuan Rumah Susun;

> 30 meter 

dilatasi

< 5 lantai

menggunakan tangga

> 5 lantai

menggunakan tangga + lift

13  

Gambar 4. Contoh-contoh bentuk massa

6) Tampak Bangunan

Tampak bangunan harus memperlihatkan ketentuan sebagai berikut :

• keserasian, keharmonisan antara fungsi dan estetika harus

merupakan pertimbangan perencanaan yang mendasar;

• penampilan bangunan dipertimbangkan untuk dapat menarik

minat calon penghuni dan dapat menaikkan status sosialnya.

Penggunaan Modular

1) Penerapan Koordinasi Modular

Penerapan koordinasi modular harus memenuhi ketentuan-ketentuan

sebagai berikut :

a) Bahwa pengelompokan Modul Satuan Rumah Susun dapat

menggunaka beberapa cara dalam penentuan ukurannya;

KORIDOR LUAR

KORIDOR DALAM

MENARA

BANYAK MENARA

DENGAN BANYAK AKSES DI LUAR

DENGAN BANYAK AKSES DI DALAM MASSA LOKASI

LIFT

14  

b) bahan modul fungsi dipertimbangkan pada:

a. bahan struktur ;

b. dinding pengisi / partisi;

c. lantai pengisi.

Gambar 5. Penerapan koordinasi modular

2) Ukuran Sambungan dan Penampang

Ukuran sambungan antar komponen dan ukuran penampang komponen

dan elemen baik structural maupun non structural tidak harus modular.

3) Penyela

Dalam beberapa hal diperbolehkan adanya penyela dari suatu jaringan

modular. Ukuran penyela ini tidak harus modular.

Gambar 6. Penyela

UKURAN MODUL

UKURAN

MODUL

GARIS MODULAR

PENYELA/SAMBUNGAN

PENYELA

15  

4) Ukuran Arah Vertikal dan Ukuran Arah Horizontal

Ukuran arah wertikan dan ukuran horizontal harus berdasarkan

multimodul.

5) Ukuran-ukuran Berguna

Ukuran-ukuran berguna dari setiap pokok komponen bangunan non

struktural dan elemen bangunan non struktural harus memungkinkan

penggantian (substitusi) komponen atau elemen bangunan dengan jenis

lain.

6) Jarak

Jarak antar elemen banunan struktural atau komponen bangunan

struktural harus modular disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum

dalam SNI-1963-1990-F tentang Tata Cara Dasar Koordinasi Modular

Untuk Perencanaan Teknis Bangunan dan Gedung.

7) Tinggi Tingkat

Ukuran tinggi tingkat minimum 2,60 m.

Gambar 7. Tinggi tingkat

n x 1 m ZONE ATAP

TINGGI TINGKAT

TINGGI TINGKAT

min. 2,6 m

16  

8) Perubahan Tinggi Tingkat

Tinggi perubahan tingkat (muka lantai atau atap) harus berkisar antara

30 cm – 120 cm dengan kelipatan 30 cm.

Gambar 8. Perubahan tinggi tingkat

9) Transportasi

Transportasi rumah susun adalah sebagai berikut :

a) Koridor dapat ditempatkan pada posisi :

a. tengah massa bangunan;

b. pinggir massa bangunan;

c. dengan dimensi lebar minimum 5 x 3 m

Gambar 9. Sistem Transportasi

30 cm – 120 cm

30 cm – 120 cm

ZONA LANTAI

Satuan Rumah Susun

Satuan Rumah Susun

Akses berupa CORE / INTI

Akses berupa GALERI

Akses berupa KORIDOR

17  

b) pada bangunan kurang dari atau sama dengan lima lantai

dipersyaratkan menggunakan tangga dengan ketentuan :

a. lebar tangga minimum mampu menampung dua orang

berjalan secara bersama;

b. jumlah anak tangga disesuaikan dengan ketinggian lantai

bangunan yang modular, namun anak tangga itu sendiri

tidak harus modular;

c. Kemiringan tangga dengan batas optimum kenyamanan

350;

d. tinggi railing antara 80 cm – 100 cm

Gambar 10. Tangga

c) dimensi lift minimum mampu menampung 1 buah kereta dorong

dengan maksud pada keadaan darurat. Jumlah lift disesuaikan

dengan jumlah Satuan Rumah Susun pada Massa (Bangunan)

Rumah Susun tersebut.

railing 80 cm – 100 cm

max. 350

18  

3) Instalasi

Instalasi harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang berlaku

5. Cara Pengerjaan

(Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular, Dep. Pekerjaan Umum, 1991)

1. Kumpulkan Data Lapangan yang terdiri atas :

a. lingkungan lahan

b. peruntukan Rumah Susun

c. kebutuhan Satuan Rumah Susun

d. kondisi existing lahan

2. Tentukan luasan dasar Satuan Rumah Susun yang dikaitkan dengan

koordinasi modular.

3. Tentukan denah tata ruang tiap satuam rumah susun

4. Rencanakan pola dasar bentuk massa (bangunan) yang direncanakan

5. Rencanakan sistem transportasi baik horizontal maupun vertikal

6. Rencanakan utilitas massa bangunan seperti :

a. sistem listrik dan peralatannya;

b. sistem air bersih dan peralatannya;

c. sistem air kotor dan peralatannya;

d. sistem penangkal petir dan peralatannya;

e. sistem sampah dan peralatannya;

f. sistem pemadam kebakaran dan peralatannya;

g. sistem-sistem lain yang diperlukan sesuai dengan perencanaan,

seperti detektor.

19  

II.1.2 Pasar

1. Pengertian Pasar

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) :

Pasar tempat orang berjual beli; kekuatan penawaran dan permintaan,

tempat penjual yg ingin menukar barang atau jasa dng uang, dan pembeli yg

ingin menukar uang dng barang atau jasa; -- modern pasar swalayan; --

Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran

bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan

dalam arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam

hal ini lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat

berupa Barang atau Jasa. (wikipedia.com)

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya

ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai,

los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.

Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan

berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,

jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang

lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya

terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai

pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar

20  

Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar

tradisional di seluruh Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan

dari pasar modern. (wikipedia.com)

Pasar adalah salah satu komponen utama pembentukan komunitas

masyarakat baik di desa maupun di kota sebagai lembaga distribusi berbagai

macam kebutuhan manusia seperti bahan makanan, sumber energi, dan

sumberdaya lainnya. Pasar berperan pula sebagai penghubung antara desa dan

kota. Perkembangan penduduk dan kebudayaan selalu diikuti oleh

perkembangan pasar sebagai salah satu pendukung penting bagi kehidupan

manusia seharihari terutama di kawasan perkotaan.

2. Nilai Strategis Pasar Tradisional (Sumber: Strategi Pengembangan Pasar Modern

dan Tradisional Kadin Indonesia oleh : Prof. Mudradjad Kuncoro, Ph.D, M.Soc. Sc.)

Pedagang ritel tradisional = 10 jt (Sensus Ekonomi BPS th2006)

Pasar tradisional paling sering dikunjungi pembeli

- India 11 kali/bulan

- Srilangka 11 kali/bulan

- Philipina 14 kali/bulan

- Indonesia 25 kali/bulan

- Vietnam 29 kali/bulan

Kemudahan akses bagi pemasok kecil termasuk petani

21  

Keunggulan pasar basah tradisional: tawar menawar, barangnya segar

dan dekat dengan rumah.

3. Jenis-jenis Pasar

(wikipedia.com)

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis

barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.

Pasar Menurut Jenisnya :

• Pasar Konsumsi

Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi.

Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dan lainnya. Contohnya adalah

Pasar Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dan sebagainya.

• Pasar Faktor Produksi

Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.

Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik, dan

lainnya.

Pasar Menurut Jenis Barang yang Dijual :

Pasar menurut jenis barang yang dijual dapat dibagi menjadi pasar ikan,

pasar buah, pasar tekstil, dan lainnya.

22  

Pasar Menurut Luas Jangkauan :

• Pasar Daerah

Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah

produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan

dan penawaran dalam satu daerah.

• Pasar Lokal

Pasar Lokal membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat

produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan

dan penawaran dalam satu kota.

• Pasar Nasional

Pasar Nasional membeli dan menjual produk dalam satu negara

tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani

permintaan dan penjualan dari dalam negeri.

• Pasar Internasional

Pasar Internasional membeli dan menjual produk dari beberapa

negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.

23  

Pasar Menurut Wujud :

• Pasar Konkret

Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan

kasat mata. Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk

yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan

produsen juga dapat dengan mudah dibedakan.

• Pasar Abstrak

Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan

kasat mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung.Biasanya

dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual

belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui

brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan

produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan

konsumen sekaligus.

4. Sistem Kepemilikan dan Pengolahan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama sesuai dengan bidang tugas masing-masing melakukan

pembinaan dan pengawasan Pasar dan Toko Modern. Pemberdayaan yang

dilakukan antara lain :

• Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan;

24  

• Meningkatkan kompetensi pedagang dan pengelola;

• Memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang

Pasar Tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi;

• Mengevaluasi pengelolaan.

II.2 Tinjauan Khusus

II.2.1 Latar Belakang Tapak

Lokasi pasar boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan. Tapak yang

dipilih adalah tapak yang berada di lokasi Pasar Tomang Barat yang terletak di

depan jalan raya yaitu Jalan Tanjung Duren Raya. Tapak ini dipilih berdasarkan

letaknya yang cukup strategis untuk sebuah pasar karena berada di kawasan

untuk fasilitas umum dan akses yang mudah karena berada di jalan raya. Luasan

tapak yang besar dan berbentuk hampir persegi juga akan memudahkan dalam

perancangan.

II.2.2 Data Tapak

A. Luas dan Lokasi Tapak

Gambar 11. Lokasi tapak

TAPAK  U 

25  

Bentuk dari tapak persegi panjang dengan luasan sebesar + 8900 m2.

Lokasi tapak berada di Jl. Tanjung Duren Raya, Jakarta Barat.

B. Batas-batas

Gambar 12. Batas-batas tapak

Utara (Ruko, pemukiman warga, Jalan Tanjung Duren Barat 6)

Foto 1. Batas utara Foto 2. Batas selatan

Selatan (ruko, pemukiman warga, Jalan Tanjung Duren Barat 5)

 

TAPAK 

Mesjid  Sekolah   

Kantor lurah + puskesmas 

Ruko  

Ruko  

pemukiman 

 

 

pemukiman 

pemukiman 

Ruko  

Ruko  

26  

Barat (Kantor kelurahan Tanjung Duren dan mesjid)

Foto 3. Batas barat (kantor lurah) Foto 4. Batas barat (masjid)

Timur (pemukiman warga)

Foto 5. Batas timur

C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta

KDB = 60 %

KLB = 4

GSB Utara = 10 m

GSB Selatan = 7 m

GSB Barat = 7 m

Tinggi bangunan = 10 - 12 lantai

27  

II.2.3 Kondisi Tapak dan Lingkungan

• Tapak berbentuk persegi panjang

• Tapak tidak berkontur

• Masih banyak pohon-pohon rindang di sekitarnya

• Tapak menghadap ke arah barat (jalan raya)

• Terdapat beberapa fasilitas penunjang di sekitar tapak (masjid,

puskesmas, sekolah, kantor kelurahan, dan sebagainya.)

II.3 Tinjauan Topik

II.3.1 Tinjauan Terhadap Topik dan Tema

Topik : Arsitektur Hemat Energi

Tema : Penerapan konsep hemat energi pada bangunan pasar dan rumah

susun.

II.3.2 Pengertian Arsitektur Hemat Energi

Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan

mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai

dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh

dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi

konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat

menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan,

keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi

28  

serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan

energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan

efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan energi.

Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah

kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan

permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan

energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi,

dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi.

Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih

metode produksi energi.

Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi

merupakan bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim.

Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber-sumber tak dapat

diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan

energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan

energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan

meningkatkan produksi energi. (Sumber : Wikipedia Bahasa Indonesia)

Hemat energi dalam arsitektur adalah meninimalkan penggunaan

energi tanpa membatasi atau merubah fungsi bangunan, kenyamanan, maupun

produktivitas penghuninya. (dikutip oleh Tri Endangsih , ST. dari Gelar seminar

bangunan hemat energi, teknologi pengolahan limbah pada gedung, 1997, hal 17)

29  

Arsitektur hemat energi adalah arsitektur yang berlandaskan pada

pemikiran “meminimalkan penggunaan energi tanpa membatasi atau merubah

fungsi bangunan, kenyamanan maupun produktivitas penghuninya“ dengan

memanfaatkan sains dan teknologi mutakhir secara aktif. Mengoptimasikan

sistim tata udara-tata cahaya, integrasi antara sistim tata udara buatan-alamiah,

sistim tata cahaya buatan-alamiah serta sinergi antara metode pasif dan aktif

dengan material dan instrumen hemat energi. (dikutip oleh Ir. Jimmy Priatman

dalam ”ENERGY-EFFICIENT ARCHITECTURE” Paradigma dan Manifestasi Arsitektur

Hijau)

Efisiensi energi bukanlah criteria baru dalam desain arsitektur

(Watson, 1979). Bahkan sejak umat manusia belum sadar berarsitekpun mereka

sudah ‘memikirkan’ energi. Iklim adalah satu factor yang memaksa manusia

berpkir tentang energi.

Peran energi dalam arsitektur sangat luas. Pada proyek komersial,

kebutuhan energi perlu dihitung rinci, atau paling tidak dipikirkan, antara lain

untuk :

• Survey

• Proses perancangan

• Pembukaan dan penyiapan lahan

• Tranportasi material bangunan

• Konstruksi (pembangunan)

• Operasional

30  

o Penerangan (ruang dalam dan ruang luar)

o Ventilasi (sistem penyejukan udara, fan)

o Penyediaan air (minum, sanitasi, mandi, penyiraman)

o Transportasi (lift untuk transportasi local, kendaraan untuk

mencapai lokasi bangunan)

o Penyimpanan (ruang pendingin)

• Perawatan berkala

o Pembersihan

o Penggantian elemen bangunan

o Pengecatan

• Renovasi besar (penyesuaian bangunan untuk fungsi baru, facelift)

• Penghancuran (bangunan tidak layak dipertahankan, lahan akan

dipakai untuk fungsi baru)

• Pengangkutan runtuhan bangunan ke lahan lain

Bangunan tinggi akan memerlukan banyak energi untuk transport

vertikal dan menaikkan air. Bangunan berlantai banyak dengan massa gemuk

dan berdenah rumit akan meyebabkan begian tengah membutuhkan penerangan

buatan walau di luar sinar matahari berlimpah. Massa gemuk juga menyebabkan

penghawaan buatan untuk bagian tengah bangunan tidak terhindarkan.

31  

II.3.3 S istem Bangunan Hemat Energi

Terdapat beberapa tingkat sistim operasional yang digunakan dalam

bangunan dengan kategori berikut (menurut Worthington, J, 1997

yang dikutip dari Yeang, Ken, 1999) :

• Sistim Pasif ( passive mode )

Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa ataupun minimal

penggunaan peralatan ME (mekanikal elektrikal) dari sumber daya yang

tidak dapat diperbarui (non renewable resources)

• Sistim Hybrid ( mixed mode)

Sebagian tergantung dari energi (energy dependent) atau sebagian

dibantu dengan penggunaan ME.

• Sistim Aktif (active mode/ full mode)

Seluruhnya menggunakan peralatan ME yang bersumber dari energi

yang tidak dapat diperbarui (energy dependent)

• Sistim Produktif (productive mode)

Sistim yang dapat mengadakan/ membangkitkan energinya sendiri (on-

site energy) dari sumber daya yang dapat diperbarui (renewable

resources) misalnya pada sistim sel surya (fotovoltaik) maupun kolektor

surya (termosiphoning).

Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua

cara: secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan

energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa

32  

mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih

mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan

sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.

Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia

umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan

karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan

penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan

dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa

dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank

Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen

Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya

arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di

Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti

halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di

Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi

listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi

kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek

juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan

33  

strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi

apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum

dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada

kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.

Pemanfaatan energi alternatif

Untuk menghemat pemakaian listrik, kita dapat menggunakan lampu

hemat energi, mempertahankan suhu AC di 25º C, membuka tirai jendela bila

memungkinkan agar terang, dan matikan peralatan elektronik jika tidak

diperlukan (bukan posisi stand-by).

Penghuni diajak memanfaatkan energi alternatif dalam memenuhi

kebutuhan listrik yang murah dan praktis, serta ditunjang pengembangan

teknologi energi tenaga surya, angin, atau biogas untuk bangunan rumah/

gedung.

Penggunaan material lokal justru akan lebih menghemat biaya (biaya

produksi, angkutan). Kreativitas desain sangat dibutuhkan untuk menghasilkan

bangunan berbahan lokal menjadi lebih menarik, keunikan khas lokal, dan

mudah diganti dan diperoleh dari tempat sekitar. Perpaduan material batu kali

atau batu bata untuk fondasi dan dinding, dinding dari kayu atau gedeg modern

(bambu), atap genteng, dan lantai teraso tidak kalah bagus dengan bangunan

berdinding beton dan kaca, rangka dan atap baja, serta lantai keramik, marmer,

34  

atau granit. Motif dan ornamen lokal pada dekoratif bangunan juga memberikan

nilai tambah tersendiri.

Pemanfaatan material bekas atau sisa untuk bahan renovasi bangunan

juga dapat menghasilkan bangunan yang indah dan fungsional. Kusen, daun

pintu atau jendela, kaca, teraso, hingga tangga dan pagar besi bekas masih bisa

dirapikan, diberi sentuhan baru, dan dipakai ulang yang dapat memberikan

suasana baru pada bangunan. Lebih murah dan tetap kuat.

Skala bangunan dan proporsi ruang terbuka harus memerhatikan

koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien dasar hijau (KDH) yang berkisar

40-70 persen ruang terbangun berbanding 30-60 persen untuk ruang hijau untuk

bernapas dan menyerap air. Keseluruhan atau sebagian atap bangunan

dikembalikan sebagai ruang hijau pengganti lahan yang dipakai massa bangunan

di bagian bawahnya. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap

(roof garden) dan dinding dijalari tanaman rambat (green wall) agar suhu udara

di luar dan dalam turun, pencemaran berkurang, dan ruang hijau bertambah.

II.3.4 Faktor-faktor dalam perancangan hemat energi

KENYAMANAN YANG HEMAT ENERGI

(Sumber : “Penerapan Hemat Energi pada Kenyamanan Bangunan”, Tri

Endangsih , ST.)

Rancangan kenyamanan yang hemat energi dapat dipengaruhi oleh :

35  

• Pemilihan bahan bangunan

Untuk kenyamanan bangunan gedung sebaiknya dipilih bahan yang

mempunyai sifat fisik memantulkan panas, tidak menyerap atau bahkan

angka absorbsi dan angka transmisi kalornya rendah. Ketebalan bahan atau

bahan tipis akan relatif lebih panas dari bahan yang lebih tebal. Penggunaan

bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan pilihan bahan

dengan ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang

ditransimisikan kedalam ruang dalam bangunan. Penggunaan kaca yang

menghadap sumber kebisingan selain baik untuk penerangan dalam ruang,

tingkat kebisingan yang diterima tetap dapat diperkecil. Hal ini disebabkan

kaca bersifat mamantulkan bunyi, apalagi kaca dengan ketebalan lebih dari

5mm. Untuk membatasi perolehan kalor akibat radiasi matahari tersebut

maka ditentukan kreteria perancangan yang dinyatakan dalam angka alih

termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value - OTTV) untuk

selubung bangunan. Ketentuan ini berlaku untuk bangunan yang

dikondisikan dengan maksud untuk memperoleh kalor ekternal yang rendah

sehingga menurunkan beban pengkondisian. Secara prinsip, ruang bangunan

yang berdinding kaca akan lebih panas karena kaca mempunyai sifat

meneruskan keluar energi panas yang telah masuk kedalam ruang sehingga

panas terpantul ke dalam ruang. Untuk meminimalkan pemakaian energi

perlu diatur masuknya radiasi matahari dalam ruang. Pemilihan jenis “heat

reflecting glass atau heat absorbing glass “ merupakan salah satu upaya.

36  

Gambar 13. Pengaruh radiasi matahari terhadap bahan bangunan

(Sumber: Puslitbangkim, 2005)

• Hemat energi pada iklim tropis

Dalam konteks iklim tropis seperti di Indonesia (panas, lembap), maka

konsep rancangan bangunan dan lingkungan perlu diarahkan lebih rinci dengan

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

• Lokasi daerah

o Ketinggian: Tinggi-rendah lokasi akan mempengaruhi arus

angin dan suhu. Udara di lokasi tinggi akan lebih sejuk

daripada di dataran rendah atau di pantai.

o Lingkungan: Lingkungan dapat mengandung potensi energi

seperti aliran sungai, limbah pertanian, dll yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi terbaharui. Lingkungan

mungkin juga telah menyediakan bahan-bahan bangunan

gratis seperti kayu, bamboo, batu, tanah liat dan batu

kapur.selain itu kepedatanlingkungan juga perlu diperhatikan.

37  

Lingkungan kota padat dengan bangunan-bangunan tinggi

akan memberikan pembayangan terhadap matahari, namun

juga sekaligus menghalangi aliran angin yang menyebabkan

panas tidak mungkin pergi.

• Lahan

o Topografi

o Dimensi: lahan yang luas memberikan keleluasan untuk

menempatkan bangunan di tengah, sehingga semua sisi

memperoleh akses langsung ke luar untuk memperoleh udara

dan cahaya.

o Ketinggian air tanah: Jika menggunakan air tanah, semakin

dalam sumber air, semakin besar pompa yang akan

diperlukan, dan semakin banyak energi yang diperlukan.

• Massa

o Jumlah dan bentuk: Untuk iklim tropis lembab, massa satu

ruang (berdenah sederhana) tersebar akan lebih tepat untuk

penghawaan alami daripada massa besar tunggal.

o Orientasi: Orientasi ke Selatan atau Utara(sumbu panjang

sejajar Barat-Timur) mengurangi luas dinding yang terpapar

oleh panasnya matahari pagi dan sore.

38  

o Ketinggian: Semakin tinggi bangunan, semakin besar energi

untuk transportasi vertikal, menaikkan air, dan sistem

ventilasinya.

• Organisasi ruang

o Pengelompokan: Ruang perlu dikelompokkan sesuai dengan

kedekatan aktivitas dan potensi untuk menjadi penghalang

panas bagi ruang yang memerlukan kenyamanan.

• Elemen bangunan

o Atap: Sebenarnya untuk iklim tropis, atao yang baik adalah

gabungan antara seng mengkilat dan isolator di bawahnya.

Seng mengkilat akan memantulkan sebagian besar panas

matahari. Sedang yang diserap akan menjadikan seng pnas,

namun ditahan oleh isolator, sehingga panas dari seng tidak

masuk ke ruang di bawahnya. Segera setelah matahari

terbenam, seng akan mendingin. Tritisan lebar perlu untuk

menahan sinar langsung matahari masuk ke dalam ruang, dan

sekaligus melindungi dinding.

o Dinding: Dinding ringa dan memiliki banyak bukaan. Bukaan

ini akan membantu kelancaran sirkulasi udara.

o Lantai: pemilihan pelapis lantai yang tepat juga akan

membantu mengurangi panas dalm ruangan yang diserap oleh

39  

pelapis, sehingga suhu ruangan tidak terlalu panas dan tidak

memerlukan penyejuk ruangan atau AC.

• Penerangan

o Penerangan alami: Penerangan alami sangat nerlimpah pada

siang hari. Gunakan cahaya dari bola langit, bukan sinar

langsung matahari. Sinar langsung akan membawa serta

panas.

o Penerangan buatan: gunakanlah lampu hemat energi. Lampu

penerangan umum tidak perlu terlalu terang. Pakailah standar

penerangan yang wajar.

• Penghawaan

o Penghawaan alami: Gunakan penghawaan alami sebanyak-

banyaknya jika kualitas udara dari luar baik (tidak berdebu,

berbau), sejuk, dan lingkungan tidak bising. Hindari

gangguan privasi visual dari luar.

o Penghawaan buatan

Hindari pemasangan thermostat AC pada suhu terlalu

rendah (240-260C)

Jika ruangan tetap terjaga bersih dari sumber polusi,

ventilasi dapat dikurangi sehingga jumlah udara dari

luar yang harus disejukkan AC berkurang.

40  

Minimalkan panas matahari yang masuk melalui kaca

jendela dengan kaca penahan surya, memasang tirai di

sebelah luar, atau tritisan yang cukup lebar.

Minimalkan rambatan panas matahari dari atap,

gunakanlah langit-langit.

Karena perbedaan suhu dalam danluar ruangan hanya

sekitar 5 – 150 C, maksimalkan sifat-sifat bahan yang

ada misalnya dengan memakai dinding batu alam

sebagai bahan isolator yang tidak mahal.

• Struktur

o Gunakan struktur ringan

o Usahakan memakai bahan-bahan lokal

o Bahan-bahan tertentu seperti aluminium, sangat boros energi

listrik pada saat pembuatannya, tetapi cukup rendah biaya

perawatannya.

• Utilitas

o Penyediaan air: pada area umum sebaiknya memakai keran

yang dapat secara otomatis menutup sendiri. Serta pikirkan

untuk menapung air hujan.

o Tranportasi vertikal: desainlah tangga sedemikian rupa

sehingga untuk jarak dekat peghuni mebih tertarik untuk

memakai tangga daripada lift.

41  

II.4 Studi Banding

II.4.1 Studi Lapangan

Rumah Susun Benhil

Foto 6. Tampak Rumah Susun Benhil dari dalam kawasan

Rumah Susun Benhil dibangun pada tahun 1996 dan terletak di kawasan

Benhil, Jakarta Pusat. Bangunan rumah susun terdiri dari 3 tower yaitu tower A, B, dan

C yang menyatu dengan tower B.

Gambar 14. Blok plan Rumah Susun Benhil

C

B

A IN

utara

42  

Foto 7. Koridor rumah susun dan tampak luar rumah susun

Lokasi : Benhil, Jakarta Pusat

Luas Tanah : + 5000 m2

Luas Bangunan : Blok A = 918 m2 30 unit tipe 21 x 9 lt

Blok B = 918 m2 30 unit tipe 21 x 9 lt 614 unit

Blok C = 306 m2 12 unit tipe 21 x 9 lt

Fungsi rumah susun : Lantai dasar seluruhnya diperuntukkan sebagai kios.

Lantai 1 – 8 untuk hunian

Foto 8. Contoh unit Rusun Benhil t ipe 21 (3 m x 7 m)

43  

Fasilitas penunjang lingkungan : - Sarana olahraga (basket, futsal, badminton)

- Masjid

- Parkir 200 mobil & 250 motor

- Air bersih dari PAM DKI Jakarta, ditampung

dalam bak penampungan di dalam tanah, yang

kemudian di pompa ke tangki-tangki di atas

bangunan; masing-masing unit hunian

dilengkapi dengan meter air

- Listrik rata-rata 1300 W / unit

- Instalasi gas dengan kompor dan meteran gas

- Penampungan sampah 1 tandon di tiap tower

seluas 6 x 7 m

- Taman

- Lift 4 buah di tower A dan B, 2 buah di tower C

Foto 9. Fasilitas-fasilitas Rumah Susun Benhil (parkir motor, tandon sampah, lap. badminton)

44  

PASAR MODERN BSD

Foto 10. Pintu masuk Pasar Modern BSD

- Luas lahan pasar : ± 2,5 – 3 Ha

- Luas bangunan pasar : 64 x 143 m →1,3 Ha

- Terdiri dari : - 100 Ruko → 4 x 10 m, 4.5 x 10 m

→ 5 x 10 m, 5.5 x 10 m

- 120 Kios → 3 x 3 m, 3 x 4 m, 3 x 5 m

- 316 Lapak → 2 x 2 m

- Fasilitas : - Tempat pengulitan ayam hidup

- Toilet umum

- Mesjid

- Tempat Pembuangan Sampah

45  

- Pada malam hari fungsi dari lapangan parkir berubah menjadi tempat makan

tenda.

- Penyusunan lapak-lapak yang ada di pasar modern disesuaikan dengan jenis

dagangan. Pemisahan lapak basah dan kering dalam area yang berbeda

membuat sistem kebersihan pasar terjaga.

Foto 11. Lapak Pasar Modern BSD

46  

II.4.2 Studi Literatur

1. Pasar

PASAR BERINGHARJO, YOGYAKARTA

Foto 12. Tampak depan Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo menjadi sebuah bagian dari Malioboro yang sayang untuk

dilewatkan. Bagaimana tidak, pasar ini telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama

ratusan tahun dan keberadaannya mempunyai makna filosofis. Pasar yang telah

berkali-kali dipugar ini melambangkan satu tahapan kehidupan manusia yang masih

berkutat dengan pemenuhan kebutuhan ekonominya. Selain itu, Beringharjo juga

merupakan salah satu pilar 'Catur Tunggal' (terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara,

Kraton, dan Pasar Beringharjo) yang melambangkan fungsi ekonomi.

47  

Foto 13. Jenis-jenis barang dagangan di Pasar Beringharjo

Luas Tanah : 2,5 hektar

Lokasi : Jl. Pabringan no. 1, DIY (ujung selatan kawasan malioboro)

Barang yang dijual : bahan makanan, batik, barang-barang antik, bunga, sepatu-

sendal, pakaian dan aksesoris, dan lain-lain. Total pedagang

+700 pedagang.

Fasilitas : - Parkir yang luas

- Sarana bongkar muat

- Sarana pengamanan

- Tempat penitipan barang

- Tempat penitipan anak

- Arena bermain anak

- Pusat pelayanan lesehatan

- Koperasi pasar

- ATM

- Restoran

48  

- Musholla

- Toilet

Ciri – ciri : Memiliki ciri khas pada interior bangunan yang merupakan

gabungan dari arsitektur kolonial dan trdisional Jawa. Karena itu

meskipun berstatus pasar trdisional, Bringharjo dapat dikatakan

cukup modern.

Foto 14. Jenis-jenis barang dagangan di Pasar Beringharjo (bag. 2)

Secara umum pasar ini terdiri dari 2 bangunan yang terpisah di bagian barat dan

timur. Bangunan utama di sebelah barat terdiri dari 2 lantai di mana terdapat pintu

utama yang menghadap ke Jalan Malioboro yang merupakan bangunan dengan ciri

khas kolonial bertuliskan Pasar Beringharjo dengan aksara latin dan Jawa. Serta

bangunan di sebelah timur terdiri dari 3 lantai.