Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Postpartum
2.1.1 Definisi Postpartum
Postpartum merupakan puncak dari persalinan, terdapat banyak adaptasi dan
penyesuaian yang harus dilakukan untuk mengakomodasi anggota keluarga baru di
dalam struktur keluarga. Ketika tenaga kesehatan menekankan bahwa pentingnya
perawatan postpartum, ibu dan keluarganya akan belajar untuk menghargai
pentingnya suatu bentuk dukungan, pendidikan, pengawasan, dan interaksi
(Jordan, Engstrom, Marfell, & Farley, 2014)
Pendarahan postpartum secara umum dapat didefinisikan dengan beberapa cara
yaitu, kehilangan darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah melahirkan,
perubahan konsentrasi hemoglobin postpartum, sulit memperkirakan kehilangan
darah yang akurat ketika kejadian pendarahan postpartum, kehilangan darah yang
membutuhkan transfuse darah (Mattson & Smith, 2010).
Masa puerperium / postpartum atau juga bisa disebut masa nifas dimulai saat
setelah persalinan selesai dan saat berakhir kira-kira 6 minggu. Melainkan, semua
alat genital baru bisa pulih kembali seperti sebelum persalinan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjasastro, 1999). Menurut Mochtar, R (2000) dan Saifudin, A.B. dkk (2001)
menjelaskan bahwa masa nifas merupakan masa dimana akan pulih kembali yaitu
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
kira-kira 6 sampai 8 minggu (Indriyani, 2013).
9
2.1.2 Periode Postpartum
Postpartum dibagi menjadi 3 periode (Indriyani, 2013(Cronberg, Lilja, Horn, & All,
2015)), yaitu :
1. Postpartum dini
Postpartum dini merupakan masa pemulihan, dimana ibu telah diperbolehkan
untuk berdiri dan berjalan-jalan kurang lebih sampai 40 hari.
2. Postpartum intermedial
Postpartum intermedial yaitu pulihnya secara menyeluruh alat-alat genitalia yang
lamanya 6-8 minggu.
3. Remote postpartum
Remote postpartum adalah waktu yang dibutuhkan untuk pulih dan sehat secara
sempurna, terutama saal hamil atau pada saat persalinan mempunyai gangguan
atau komplikasi. Keadaan untuk bisa sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
2.1.3 Tipe Postpartum
1) Pendarahan primer yang dapat terjadi dalam 24 jam pertama setelah
melahirkan
2) Pendarahan sekunder dapat terjadi saat 24 jam hingga 12 minggu setelah
melahirkan, dikarenakan placental site subinvolution, infeksi, mempertahankan
lapisan plasenta, dapat dikaitkan dengan penyalit Von Willebrand (Mattson &
Smith, 2010).
10
2.1.4 Involusi Alat-Alat Kandungan
Pada masa nifas atau postpartum alat-alat genetalia interna dan eksterna akan dapat
pulih kembali dengan sendirinya seperti keadaan semula sebelum masa hamil.
Involusi merupakan keadaan dimana perubahan pada alat-alat genitalia ini dalam
keseluruhan.
1. Uterus
Uterus secara terus-menerus akan menjadi kecil sehingga akan kembali seperti
saat sebelum hamil. Menurut masa involusi TFU (Tinggi Fundus Uteri) dan
berat uterus dengan berat 1000 gram adalah saat bayi baru lahir TFU setinggi
pusat, dengan berat 750 gram saat plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat,
dengan berat 500 gram saat 1 minggu setelah melahirkan TFU ada di
pertengahan pusat sympisis, dengan berat 350 gram saat 2 minggu setelah
persalinan TFU tidak teraba di atas sympisis, dengan berat 50 gram TFU
semakin kecil saat 6 minggu setelah melahirkan, dan dengan 30 gram TFU
sebesar normal setelah 8 minggu.
2. Bekas implantasi plasenta
Karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri akan mengakibatkan plasental
bed dengan diameter 7,5 cm. Setelah 2 minggu menjadi 3,5 cm dan pada
minggu ke 6 menjadi 2,4 cm dan pada akhirnya akan pulih kembali.
3. Luka-luka pada daerah jalan lahir jika tidak terdapat infeksi akan sembuh
dalam waktu 6-7 hari.
11
4. Rasa sakit
After pain atau yang disebut rasa sakit yang disebabkan oleh kontaksi rahim,
berlangsung 2-4 hari setelah persalinan. Ibu butuh diberikan pengertian
tentang hal tersebut, jika terlalu mengganggu ibu dapat diberikan obat-obat
antisakit dan antimulas.
5. Lochea
Lochea merupakan cairan secret yang berasal dari vagina dan kavum uteri
selama masa nifas. Terdapat 6 macam lochea, yaitu lochea rubra (cruenta) yang
berisi darah segar sisa dari selaput ketuban selama 2 hari setelah persalinan.
Lochea sanguinolenta yang berwarna merah kuning berisi darah dan lender pada
hari ke 3-7 setelah persalinan. Lochea serosa yaitu cairan yang berwarna kuning,
dan tidak berdarah pada hari 7-14 setelah persalinan. Lochea alba merupakan
cairan putih setelah 2 minggu persalinan. Lochea purulenta bila terjadi infeksi.
Lochiostasis apabila keluarnya lochea tidak lancar.
6. Serviks
Bentuk serviks setelah persalinan seperti corong dan berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, terkadang terdapat perlukaan-perlukaan
yang kecil. Selepas bayi lahir, tangan masih bisa masuk ke rongga rahim,
setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari.
7. Ligamen-ligamen
Pada waktu persalinan ligamen, fasia, dan diafragma pelvis meregang, secara
terus-menerus akan menjadi ciut dan dapat pulih kembali sehingga tidak
12
sedikit uterus jatuh ke belakang dan akan mengakibatkan retrofleksi karena
ligamentum rotundum menjadi kendor.
(Indriyani, 2013).
2.1.5 Komplikasi Postpartum
Terdapat beberapa komplikasi (Francois & Foley, 2007), diantaranya :
1. Atonia uterus yang paling umum
2. Laserasi pada saluran genitourinary atas atau bawah
a. Dapat mengakibatkan pembentukan hematoma, yaitu kumpulan darah di
daerah panggul (vulva, vagina atau retroperitoneal) yang dihasilkan dari
kerusakan dinding pembuluh darah
b. Episotomi, persalinan instrumental, dan primigravida dapat meningkatkan
risiko pembentukan hematoma vagina
3. Produk konsepsi yang tertahan
4. Implantasi plasenta invansif: plasenta akreta, plasenta increta, dan plasenta
parcreta
5. Ruptur uterus
6. Gangguan pembekuan darah
a. Koagulasi intravascular diseminata (DIC) dapat menyebabkan atau akibat
dari pendarahan post partum
b. Abruptio placentae, kematian janin, atau emboli cairan ketuban dapat
menyebabkan DIC
7. Infeksi
8. Subinvolusi situs plasenta (Mattson & Smith, 2010).
13
2.1.6 Perubahan Anatomi dan Fisiologis Postpartum
Menurut (Fitriani, 2016) perubahan anatomi dan fisiologis terbagi menjadi
beberapa yaitu :
1. Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus Gravidus, Vagina dan Perineum
ukuran uterus akan mengecil kembali setelah 2 hari setelah persalinan
setinggi umbilicus. Vagina akan mengecil dan akan timbul ragae (kerutan)
kembali ke ukuran normal kurang lebih 6 – 8 minggu setelah melahirkan.
b) Lochea
lochea adalah darah yang dibuang dari rahim yang berbentuk cairan secret.
Lochea mempunyai bau yang sangat khas yaitu baunya tidak seperti bau
darah menstruasi.
c) Endometrium dan Serviks
pada saat hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, setelah tiga hari
permukaan mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan perut.
Perubahan serviks dimulai dari kala I dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan perubahan serviks lengkap.
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Akibat kurangnya makanan yang berserat selama persalinan ibu postpartum akan
mengalami konstipasi. Faktor lainnya yaitu karena rasa takut ibu ketika buang
air besar.
14
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Saluran kencing biasanya akan kembali normal dalam waktu 2 – 8 minggu
setelah melahirkan.
4. Perubahan Tanda – Tanda Vital
a) Nadi dan Pernafasan
Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan, terjadi
bradikardi (50-70 kali/menit) ataupun takikardi. Pernafasan ibu postpartum
akan meningkat karena proses mengejan / meneran.
b) Tekanan Darah
Tekanan darah akan mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada
systole dan 15 mmHg pada diastole dan perlu dicurigai terjadinya pre-eklamsi
pada ibu.
c) Suhu Tubuh
Setelah melahirkan ibu akan dapat mengalami kenaikan suhu sekitar 0,5℃
dari keadaan normal (36℃ – 37,5℃). Apabila suhu tubuh tidak kembali
normal atau meningkat setelah 12 jam postpartum perlu divurigai adanya
infeksi.
5. Perubahan Sistem Endrokin
Selama periode postpartum, akan terjadi perubahan hormon, yaitu hormon
estrogen dan progresteron.
15
6. Perubahan Berat Badan
Peningkatan berat badan pada ibu hamil dapat mencapai 10-15 kg. sebagaian
besar ibu akan kembali ke berat badan semula setelah 7-8 minggu setelah
persalinan, tetapi ada juga ibu yang memerlukan waktu yang lebih lama.
2.1.7 Perubahan Psikologi Postpartum
Dalam minggu pertama setelah melahirkan, terdapat banyak dari wanita yang
menunjukkan gejala-gejala psikiatrik, seperti trauma pada gejala depresi dari ringan
sampai berat dan gejala neurosis traumatik. Umumnya ibu dapat sembuh kembali
tanpa dengan pengobatan. Oleh karena itu yang butuh diperhatikan adalah adaptasi
psikososial pada masa setelah melahirkan. Terdapat fase-fase untuk ibu dapat
melalui adaptasi tersebut :
1) Fase taking in
Fase ini adalah fase pada periode ketergantungan yang dapat berlangsung pada
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat tersebut fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu cukup
perlu istirahat untuk mencegah kurang tidur. Oleh sebab itu pada kondisi ini
sangat perlu untuk dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
2) Fase taking hold
Fase ini dapat berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, yang dirasakan
ibu seperti, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung
jawab dalam merawat bayinya. Perasaannya sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung bila komunikasinya kurang tepat. Oleh sebab itu pada fase ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai informasi
16
contohnya penyuluhan dalam merawat bayi dan dirinya sendiri sehingga dapat
menumbuhkan rasa percaya diri.
3) Fase letting go
Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Fase ini adalah fase dimana
dapat menerima tanggung jawab peran barunya. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan dirinya dengan ketergantungan bayinya. Pada fase ini keinginan
ibu meningkan akan merawat bayinya sendiri.
(Indriyani, 2013).
2.1.8 Perawatan Postpartum
Terdapat beberapa perawatan postpartum yaitu sebagai berikut (Indriyani, 2013) :
1. Mobilisasi
Setelah melahirkan ibu harus istirahat, tidur terentang selama 8 jam
dikarenakan lelah setelah persalinan. Setelah itu diperbolehkan untuk miring
kiri dan miring kanan untuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli.
Hari kedua diperbolehkan untuk duduk dan hari ketiga diperbolehkan untuk
jalan-jalan. Mobilisasi tersebut memiliki variasi tergantung dengan komplikasi
saat persalinan. Kegiatan lain selain mobilisasi yang dapat mempercepat proses
involusi yaitu senam nifas.
2. Diet
Diet untuk ibu setelah melahirkan yaitu makanan harus bergizi, bermutu dan
cukup kalorinya. Contohnya seperti makan makanan yang mengandung cukup
protein, banyak cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
17
3. Miksi
Miksi adalah proses pengeluaran urine (buang air kecil). Seharusnya miksi
mampu dilakukan sendiri secepatnya. Terkadang ibu mengalami susah untuk
buang air kecil dikarenakan sfingter uretra tertekan oleh kepala janin dan edema
kandung kemih selama persalinan. Jika kandung kemih penuh dan ibu tidak
bisa buang air kecil maka sebaiknya dikateterisasi.
4. Defekasi
Defekasi adalah suatu proses BAB (buang air besar). Setelah persalinan
sebaiknya buang air besar dilakukan maksimal 3-4 hari. Apabila ibu merasakan
sulit untuk buang air besar dan konstipasi sebaiknya perlu menggunakan
pengobatan sampai klisma.
5. Perawatan payudara (mammae)
Perawatan payudara dapat dimulai sejak wanita hamil agar puting susunya
lemas, tidak keras, dan kering demi persiapan untuk menyusui bayinya.
Disarankan untuk ibu agar menyusui bayinya dengan baik dan benar karena air
susu ibu (ASI) sangat baik untuk tumbuh kembang dan kesehatannya bayi.
6. Laktasi
Pada saat ibu mengalami masa laktasi (menyusui) mulai dari kehamilan telah
terjadi perubahan pada kelenjar mammae seperti, proliferasi jaringan, alveoli, dan
bertambahnya jaringan lemak. Hipervaskularisasi, keluarnya cairan susu setelah
persalinan akibat supresi esterogen dan progesterone hilang. Lalu, muncul pengaruh
hormon laktrogenik (LK) atau prolactin yang akan merangsang untuk keluarnya
18
air susu ibu. Selain itu pengaruh oksitosin dapat menyebabkan mio-epitel kelenjar
susu berkontraksi sehingga ASI keluar.
7. Cuti saat hamil dan melahirkan.
8. Pemeriksaan setelah melahirkan
Pada wanita dengan persalinan secara normal disarankan untuk melakukan
pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Tetapi pada wanita yang
memiliki masalah saat persalinannya maka harus control atau periksa kembali
1 minggu setelah persalinan. Pemeriksaan setelah melahirkan meliputi
pemeriksaan umum seperti, tekanan darah, nadi, dan keadaan umum suhu
badan, nafsu makan, payudara (ASI dan puting susu), dinding perut, perineum,
kandung kemih, rectum, secret atau cairan yang keluar, dan bentuk alat-alat
kandungan.
2.2 Konsep Mobilisasi Dini
2.2.1 Definisi Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini (early mobilization) merupakan prosedur supaya secepat mungkin
untuk membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidur dan melatih ibu
secepat mungkin untuk berjalan. Apabila tidak terjadi kelainan setelah perslinan,
mobilisasi dini boleh dilakukan sedini mungkin yaitu 2 jam setelah persalinan.
Mobilisasi dini mampu membantu penyembuhan dan mempercepat waktu di rawat
di rumah sakit (Fitriani, 2016)
Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang harus segera dilakukan ibu setelah
melahirkan dengan beranjak dari tempat tidur. Ibu setelah melahirkan disarankan
untuk menjalankan latihan-latihan tertentu demi memulihkan kembali jaringan otot
genetalia, melaksanakan aktifitas fisik lebih mempengaruhi kebutuhan otot
19
kebutuhan oksigen agar melancarkan aliran darah contohnya otot rahim, kontraksi
uterus semakin baik, proses pengeluaran lochea lanjar sehingga berpengaruh
kepada uterus yang menjadi kecil (Adiesti, 2019).
Menurut Nada (2017), Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini
mungkin dari tempat tidur dengan bagian-bagian tubuh dilatih untuk melakukan
pergerakan.
Mobilisasi dini adalah aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis oleh karena
itu esensial untuk dipertahankan kemandiriannya. Mobilisasi dini merupakan suatu
usaha untuk mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara melatih
pasien agar mempertahankan fungsi fisiologisnya (Herman, 2019)
2.2.2 Manfaat Mobilisasi Dini
1) Meningkatkan tingkat kemandirian ibu
2) Memulihkan jaringan otot genetalia
3) Melancarkan aliran darah
4) Membantu mengurangi kontraksi uterus
5) Melancarkan pengeluaran lochea
6) Mempertahankan fungsi tubuh
7) Memperlancar aliran perkemihan.
2.2.3 Dampak
Dampak jika tidak melakukan mobilisasi dini yaitu pendarahan post partum,
menurut hasil penelitian Wiknjosastro yang dikutip oleh Mochtar (2002) dari
seluruh persalinan, pendarahan merupakan penyebab utama kematian ibu dalam
pernatal yaitu 5-15%. Penyebab tertinggi pada pendarahan yaitu 50-60% karena
kelemahan otot atau tidak ada kontraksi uterus. Sehingga hal tersebut disebabkan
20
karena ibu post partum tidak malakukan mobilisasi dini setelah melahirkan normal
24 jam pertama dan hari-hari berikutnya (Adiesti, 2019).
2.2.4 Macam – Macam Mobilisasi Dini
Macam – macam mobilisasi dini menurut (Anwar, 2017) yaitu sebagai berikut :
a) Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh yaitu menandakan syaraf dan sensorik mampu mengontrol
seluruh tubuh. Mobilisasi penuh memiliki banyak manfaat bagi kesehatan secara
bebas, mempertahankan interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari.
b) Mobilisasi sebagian
seseorang yang mengalami mobilisasi sebagian, pada umumnya memiliki
gangguan syaraf sensorik maupun motoric pada tubuh. Mobilisasi sebagian
dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversible pada sistem
musculoskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang.
2. Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistem syaraf yang
reversible
2.2.5 Rentang Gerak Mobilisasi Dini
Dalam melakukan mobilisasi dini terdapat tiga rentang gerak yaitu (Indayani.,
2016):
1. Rentang gerak pasif
Tujuan dari Gerakan pasif ini adalah untuk menjaga kelenturan otot – otot dan
persendian. Gerakan ini dilakukan secara pasif, yaitu dibantu oleh orang lain
21
Tujuan dari gerakan ini adalah menjaga kelenturan otot – otot dan
persendian. Gerakan ini dilakukan secara pasif, dibantu oleh orang lain.
Contohnya perawat mengangkat kaki pasien.
2. Rentang gerak aktif
Rentang gerak ini dilakukan secara aktif atau mandiri oleh pasien tetapi tetap
dalam pengawasan petugas. Misalnya ketika pasien berbaring menggerakkan
kakinya sendiri.
3. Rentang gerak fungsional
Rentang gerak fungsional yaitu melakukan aktivitas yang diperlukan seperti
miring kanan, miring kiri, berjalan ke kamar mandi.
2.2.6 Tahapan Mobilisasi Dini pada Ibu Postpartum
Mobilisasi dini terdiri daribeberapa tahap sebagai berikut :
1) Miring ke kanan dan miring ke kiri, gerakan ini merupakan gerakan yang sangat
ringan dan bagus untuk dilakukan pertama kali. Gerakan ini berfungsi untuk
mempercepat proses penyembuhan dan kembalinya sistem fungsi usus dan
kandung kemih secara normal.
2) Selanjutnya menggerakkan kedua kaki, fungsinya untuk mencegah pembekuan
pembuluh darah yang dapat menyebabkan varises atau infeksi lainnya.
3) Setelah merasa lebih ringan dan nyaman, lalu mencoba untuk duduk. Apabila
merasa tidak nyaman tidak perlu diteruskan atau dipaksakan. Dilakukan
menurut semampunya saja.
22
4) Ketika duduk sudah merasa nyaman dan tidak pusing selanjutnya kegiatannya
berdiri ataupun turun dari tempat tidur. Tidak perlu dipaksakan apabila tidak
mampu
Apabila keadaan sudah membaik dan tidak ada keluhan, kegiatan selanjutnya yaitu
ke kamar mandi sendiri (Fitriani, 2016).
Menurut Ifafan (2010) dalam Indayani (2016), mobilisasi dini dilakukakn secara
bertahap yaitu :
1. miring kanan, miring kiri setelah 2 jam postpartum
2. Duduk sendiri setelah 6 – 8 jam postpartum
3. Berjalan setelah 12 jam postpartum
2.2.7 Faktor yang Mempengaruhi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi saat mobilisasi dini yaitu gaya hidup
yang dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan, reaksi penyakit atau cedera,
kebudayaan, usia dan status perkembangan. Rendahnya perilaku mobilisasi dini ibu
post partum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan pada ibu dikarenakan
rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya informasi oleh petugas kesehatan
ataupun adanya kepercayaan yang bisa mempengaruhi pola perilaku dalam
melakukan kegiatannya contohnya pasien setelah melahirkan dilarang bergerak,
apabila bergerak nanti jahitannya tidak jadi atau terbuka kembali. Oleh sebab itu
hal tersebut dapat membuat ibu takut akan melakukan aktivitas yang banyak gerak
sebab merasa khawatir Gerakan-gerakan yang dilakukan dapat menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan. Sehingga ibu yang setelah melahirkan lebih memilih
untuk tidak melakukan kegiatan yang semestinya ibu bias melakukannya sendiri
23
contohnya bermalas-malasan, berbaring sepanjang waktu melainkan ibu setelah
melahirkan perlu dibimbing untuk melakukan mobilisasi dini (Aisyah & Budi,
2011).
2.3 Konsep Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan persepsi di dalam pikiran manusia menjadi penerapan
hasil pancainderanya. Pengetahuan adalah seluruh yang diketahui berdasarkan
pengalaman manusia tersebut. Menurut Brunner, sistem pengetahuan terdiri dari
tiga bagian, seperti proses mendapatkan informasi, proses perubahan, dan proses
penilaian (Tantry, Solehati, & Yani, 2019).
Menurut Plato, sata-satunya pengetahuan sejati adalah apa yang disebutkan
dalam episteme, adalah informasi umum yang telah disadari manusia. Seperti apa
yang kita tangkap dengan pancaindera merupakan semata-mata contoh dari ide-ide
tertentu yang kekal. Sementara di dunia ini, hanya terdapat gambaran dari ide yang
abadi. Manusia mengetahui gambaran melalui ide abadi. Pengetahuan adalah
pemahaman ulang akan hal yang sudah diketahui dalam ide abadi. Pengetahuan
ialah kelompok ingatan yang terpendam di dalam pikiran manusia. Untuk
memahami sesuatu, untuk menganalisis sesuatu dan pada akhirnya demi mencapai
pada pengetahuan yang sejati, kita hanya mengandalkan akal budi yang telah
mengenal ide abadi (Wahana, 2016).
2.3.2 Unsur Pengetahuan
Menurut Kant, terdapat dua unsur yang mengemukakan tentang pengetahuan
manusia yakni :
24
1. Kondisi eksternal manusia yaitu yang melibatkan obyek yang tidak dapat
diketahui sebelum kita menangkapnya dengan pancaindera kita. Hal ini yang
disebut sebagai obyek material dari pengetahuan. Suatu pengetahuan kita bias
dapatkan menggunakan cara empiris, adalah dengan cara memanfaatkan
pengalaman dan pengamatan pancaindera. Oleh sebab itu untuk memahami
suatu ide atau presepsi yang benar, kita dapat mengacu pada bagaimana obyek
atau benda dari teori itu yang menggambarkan pada diri kita, selanjutnya
mengoreksi pada fakta atau hal yang sebenarnya dan data yang bisa ditangkap
oleh pancaindera.
2. Kondisi internal yang terdapat didalam diri manusia itu sendiri. Hal ini
menyangkut dari bagian tempat dan waktu dengan hukum sebab akibat. Hal
tersebut bisa disebut sebagai obyek formal pengetahuan. Bagian-bagian dari
apriori ini dapat memungkinkan kita dapat membayangkan sesuatu hal yang
terjadi tanpa harus didasari oleh fakta tertentu. Apriori adalah pengetahuan yang
ada sebelum bertemu dengan pengalaman. Terdapat pengetahuan transcendental
yang memberi kerangka yang dapat memungkinkan obyek dapat dialami.
Dalam hubungan tersebut, Kant membuat sesuatu pembedaan yang penting
yaitu antara obyek pada dirinya sendiri (the thing in it self ) dan obyek bagiku
(the thing for me). Menurut Kant, kita tidak pernah mempunyai pengetahuan
khusus tentang obyek pada dirinya sendiri, kita hanya dapat mengetahui obyek
yang terlihat pada pancaindra kita. Hal ini selamanya berlangsung di dalam
bagian-bagian tempat dan waktu serta hokum sebab akibat. Di dalam satu
bagian akal budi dapat menangkap obyek tertentu sesuai dengan bentuk obyek
itu, namun dalam bagian lain obyek itu sendiri dapat menyamakan diri dengan
obyek-obyek yang terdapat didalam akal budi manusia (Wahana, 2016).
25
2.3.3 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan secara garis besar terbagi menjadi 6 (Sidiek, 2012) yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu merupakan recall yang dapat diartikan sebagai memanggil atau mengingat
memori yang sebelumnya telah ada dan telah dipelajari sebelumnya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan atau myebutkan
tentang obyek yang diketahui secara benar dan juga dapat menginterprestasikan
obyek tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan atau
mengaplikasikan obyek yang telah diketahui atau dipelajari pada keadaan yang
real (nyata).
4. Analisis (analysis)
Analisis yaitu kemampuan seseorang untuk menganalisis atau menjabarkan
suatu obyek lalu mencari hubungan antara obyek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatau kemampuan seseorang untuk merangkum atau
menghubungkan suatu obyek ke dalam satu hubungan dari komponen
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
26
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan suatu bentuk melakukan penilaian terhadap obyek
tersebut.
2.3.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip oleh Notoadmojo, 2003:11 dalam A
Wawan dan Dewi M, 2010 yaitu sebagai berikut :
1. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah digunakan oleh orang sebelum kebudayaan, atau mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah dilakukan dengan menggunakan
kesempatan untuk memecahkan masalah, seandainya kesempatan tersebut
tidak berhasil atau gagal lalu dicoba lagi.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Cara memperoleh pengetahuan ini didapatkan dari sumber pimpinan pimpinan
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemerintah, dan
bermacam-macam prinsip orang lain yang menerima dan memiliki yang
dikemukakan oleh orang yang memiliki kekuasaan, tanpa membuktikan
kebenarannya berdasarkan fakta atau penalaran.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang pernah didapatkan dalam
menyelesaikan permasalahan yang pernah di hadapi di masa lalu.
27
4. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini dapat disebut dengan metode penelitian ilmiah atau disebut
metedologi penelitian. Cara ini awalnya dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), lalu dikembangkan oleh Deobold Van Daven, dan pada akhirnya
muncul suatu cara untuk melakukan penelitian yang kita kenal dengan sebutan
penelitian ilmiah.
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada 2 faktor yang paling penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan (Sidiek,
2012) yaitu :
a. Faktor Internal
1. Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan seseorang yang dibawa sejak lahir dan
kemungkinan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi
yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuuan.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses kegiatan pembelajaran untuk memperluas
kemampuan atau pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk menerima informasi,
semakin banyak informasi yang didapat maka semakin banyak pula
pengetahuan diterima.
3. Pengalaman
Pengalaman adalah sebagai sumber suatu pengetahuan atau cara untuk
dapat mengetahui pengetahuan secara benar.
28
4. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan pengetahuan.
Semakin tinggi atau cukup umur maka akan tinggi tingkat kemampuan
seseorang dalam berpikir dan menerima informasi.
5. Tempat tinggal
Tempat tinggal merupakan tempat dimana seseorang menetap atau tinggal
dalam kehidupan sehari-hari.
6. Pekerjaan
Pekerjaan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Di dalam
tempat pekerjaan seseorang dapat memdapatkan pengalaman dan
pengetahuan baik atau buruk secara langsung ataupun tidak langsung.
7. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang tersebut. Seseorang yang berasal dari kalangan
keluarga yang mempunyai status ekonomi yang baik, maka dapat
memungkinkan lebih banyak memiliki sikap positif untuk memandang
dirinya dan masa depannya dibandingkan dengan seseorang yang berasal
dari kalangan keluarga yang mempunyai status ekonomi yang rendah.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan yaitu segala bentuk sesuatu yang berada di sekitar individu,
seperti lingkungan fisik, biologis, dan sosial. Lingkungan dapat
29
mempengaruhi terhadap proses masuknya pengetahuan terhadap individu
yang berada di dalam suatu lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi
dikarenakan adanya reaksi timbal balik antara lingkungan dengan
pengetahuan individu.
2) Sosial budaya
Sosial budaya adalah kebiasaan atau tradisi yang ada di lingkungan individu.
Sosial termasuk yang ada di dalamnya ada pandangan agama dan golongan
etnis yang dapat mempengaruhi suatu proses pengetahuan seperti dalam
penerapan norma-norma keagamaan guna memperkuat kepribadiannya.
3) Informasi
Informasi dapat diperoleh dari Pendidikan yang formal atau non formal
yang dapat mempengaruhi terhadap tingkat pengetahuan. Seseorang yang
mendapatkan informasi lebih banyak maka seseorang tersebut akan
mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.
2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Postpartum untuk melakukan mobilisasi dini
Pengetahuan ibu postpartum tentang mobilisasi dini sangat penting dalam
hubungannya dengan pelaksanaan mobilisasi dini karena setiap ibu postpartum yang
melakukan mobilisasi dini akan mengetahui manfaat dan efek yang akan terjadi jika
tidak melakukan mobilisasi dini. Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang
berperan sangat penting dalam mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini setelah
persalinan. Jika tingkat pengetahuan seseorang rendah terhadap tingkat mobilisasi
dini maka hal tersebut akan mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya.
30
Pengetahuan yang dimiliki oleh ibu postpartum tentang mobilisasi dini adalah dasar
bagaimana ibu untuk menerapkan pelaksanaan mobilisasi dini (Indayani., 2016).