22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Postur Tubuh 2.1.1 Definisi Postur Tubuh Posisi kerja adalah postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh pekerja yang berinteraksi dengan kebiasaan kerja maupun fasilitas yang digunakan dalam sebuah pekerjaan. Dengan demikian rancangan sebuah posisi kerja dan fasilitas kerja yang ergonomis perlu di sediakan untuk mencegah keluhan penyakit akibat posisi kerja serta memberikan kenyamanan dan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja (Siska & Teza, 2012). Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari suatu pekerjaan. Jika postur yang di lakukan oleh pekerja sudah baik atau ergonomi maka hasil yang di dapatkan oleh pekerja akan baik dan jika sebaliknya apabila postur yang di lakukan oleh pekerja buruk atau tidak ergonomi maka hasil dari pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang di harapkan (Sari, 2016). 2.1.2 Posisi Kerja Normal Posisi kerja yang ergonomis adalah posisi kerja yang baik “ergonomi” sendiri adalah penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan. Lebih jauh lagi ergonomi adalah ilmu tentang hubungan di antara manusia, mesin yang digunakan, dan lingkungan kerjanya (Ramdani,2018). Menurut Fatimah, (2012) ergonomi adalah istilah dari bahasa yunani yang terdiri dari kata “ergon” dan “nomos” yang arti ringkasnya adalah suatu aturan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Postur Tubuh

2.1.1 Definisi Postur Tubuh

Posisi kerja adalah postur yang dibentuk secara alamiah oleh tubuh pekerja

yang berinteraksi dengan kebiasaan kerja maupun fasilitas yang digunakan dalam

sebuah pekerjaan. Dengan demikian rancangan sebuah posisi kerja dan fasilitas kerja

yang ergonomis perlu di sediakan untuk mencegah keluhan penyakit akibat posisi

kerja serta memberikan kenyamanan dan dapat meningkatkan produktivitas dalam

bekerja (Siska & Teza, 2012).

Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektifan dari

suatu pekerjaan. Jika postur yang di lakukan oleh pekerja sudah baik atau ergonomi

maka hasil yang di dapatkan oleh pekerja akan baik dan jika sebaliknya apabila postur

yang di lakukan oleh pekerja buruk atau tidak ergonomi maka hasil dari pekerjaan

tersebut tidak sesuai dengan yang di harapkan (Sari, 2016).

2.1.2 Posisi Kerja Normal

Posisi kerja yang ergonomis adalah posisi kerja yang baik “ergonomi” sendiri

adalah penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan. Lebih jauh lagi

ergonomi adalah ilmu tentang hubungan di antara manusia, mesin yang digunakan,

dan lingkungan kerjanya (Ramdani,2018).

Menurut Fatimah, (2012) ergonomi adalah istilah dari bahasa yunani yang

terdiri dari kata “ergon” dan “nomos” yang arti ringkasnya adalah suatu aturan atau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

9

norma dalam system kerja. Apabila pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan tidak

secara ergonomis, ini akan mengakibatkan ketidak nyamanan kerja. Mengemukakan

bahwa “ergonomi” adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut

karakter manusia, kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin

dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungannya, sehingga manusia dapat hidup dan

bekerja secar sehat, aman, nyaman dan efisien (Fatimah, 2012).

Penerapan ergonomi yang tepat diharapkan akan terjadi proses kerja yang

efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Ergonomi memberikan peranan penting

dalam meningkatkan faktor keselamatan, kesehatan kerja dan dapat pula berperan

sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya adalah penentuan pada

jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja),

meningkatkan variasi pekerjaan dan lain-lain. Aktivitas rancang bangun (disain)

ataupun rancang ulang yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan juga anatomy,

psysiology, industrial medicine merupakan penerapan ergonomi yang pada umumnya

dilakukan (Anggraini, 2015).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam

melakukan pekerjaan, yaitu :

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri

secara bergantian.

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini

tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil.

3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang tidak digunakan untuk

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

10

bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian paha (Agustin,

2013).

2.1.3 Faktor-faktor terjadinya posisi duduk

Posisi kerja mempunyai suatu gambaran yang terdiri dari posisi badan, kepala

dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam hubungan antar bagian-bagian tubuh

tersebut atau letak pusat gravitasinya. Faktor – faktor yang mempengaruhi terhadinya

posisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau

pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng, Kawatu, & Maramis, 2018)

2.2. Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB)

2.2.1. Pengertian Low Back Pain (LBP)

Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan masalah

kesehatan yang sangat umum di dunia, sehingga masalah ini juga yang menyebabkan

aktivitas yang dilakukan menjadi terbatas dan ketidak seimbangan pekerjaan. Individu

yang mengalami nyeri punggung bawah dapat menyebabkkan semua hal yang

dilakukan tidak produktif (Patrianingrum, Oktaliansah, & Surahman , 2015).

Menurut Syuhada (2018) nyeri punggung bawah merupakan penyakit yang dirasakan

diarea anatomi, nyeri ini terasa diantara sudut iga paling bawah sampai lipatan pinggul

bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo sacral, nyeri dapat menjalar kea rah tungkai

dan kaki. Nyeri punggung bawah merupakan masalah kesehatan secara menyeluruh,

yang menyebabkan kecacatan dan membutuhkan managemen yang efektif (Nirwan ,

2018). Nyeri punggung bawah merupakan kondisi yang sangat kompleks yang sangat

berpengaruh terhadap aktifitas fisik sehingga akan mengganggu aspek kehidupan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

11

secara fisik, fungsi kognitif, psikologis dan kesejahteraan, kemampuan untuk

beraktifitas, itensitas nyeri yang bertambah (Punnet 2004, Dalam Hutomo 2015).

Low back pain adalah suatu sindroma nyeri pada ekstremitas atas yang terjadi

pada region punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab.

Nyeri punggung bawah dapat diikuti dengan cedera atau trauma punggung, tetapi

juga rasa sakit dapat disebabkan oleh kondisi degenerative misalnya peyakit tulang

lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi atau kelainan bawaan pada

tulang belakang Nurzannah, Sinaga, & Salmah (2015). Nyeri punggung bawah atau

low Back Pain (LBP) adalah rasa nyeri yang dirasakan didaerah punggung bawah, dapat

menyebabkan dan merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler maupun keduanya.

Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipatan bokong bawah, yaitu

daerah lumbal atau bumbosacral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah

tungkai dan kaki.

Menurut Pramita (2014) keluhan low back pain yaitu nyari, spasme, dan adanya

keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal. Nyeri dan

spasme otot seringkali membuat seseorang enggan menggerakkan lumbalnya, sehingga

menyebabkan perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu berkurangnya masa otot dan

penurunan kekuatan otot, akhirnya menumbulkan penurunan aktifitas fungsionalnya.

Widiasih (2015), mengatakan duduk menyebabkan pelvis berotasi kearah

belakang. Rotasi dari pelvis dapat mengubah derajat sudut lumbar lordosis, dan

menambah derajat persendian pada panggul dan lutut menyebabkan kerja otot

menjadi lebih berat sehingga menekan diskus vertebralis. Postur tubuh dipengaruhi

oleh sudut sandaran punggung, sudut dudukan kursi dengan keempukan busa, da

nada atau tidak sanggahan tangan. Sandaran punggung yang memiliki sudut 110° -

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

12

130° adalah tumpuan yang paling ideal karena menghasilkan tekanan paling rendah

bagi discus intervertebralis dengan kerja otot ringan. Dudukan kursi yang memiliki suduh

5° dan sanggahan tangan juga dapat menurunkan tekanan discus intervertebralis dan

kerja otot saat duduk.

Faktor – faktor resiko nyeri punggung bawah tersebut yang dimiliki masing-

masing individu dapat meningkatkan stres mekanik dan menyebabkan nyeri

punggung bawah akut. Nyeri akut yang dimiliki seseorang akan meningkat,

dikarenakan terbentuknya neuroplastisitas dan terjadinya sensitasi pada saraf pusat yang

menyebabkan penurunan range of motion akibat adanya nyeri tersebut. Penurunan range

of motion dapat menyebabkan terjadinya atrofi otot yang mengakibatkan timbulnya

fibrosis, peningkatan stres mekanik sendiri pun dapat mengakibatkan timbulnya

peningkatan range of motion yang nantinya akan menimbulkaan microinjury. Proses

inflamsi yang terjadi setelah proses tersebut juga akan mengakibatkan fibrosus. Proses

fibrosus dapat meningkatkan aktivitas nosiseptor yang berujung pada pengeluaran

mediator inflamasi, growth factor, dan adrenalin. Kekakuan pada otot dan pengeluaran

mediator-mediator ini nantinya akan menyebabkan nyeri punggung bawah yang

kronik (Matzo & Sherman, 2015).

Prevalensi LBP karena posisi duduk besarnya 39,7%, 12,6% sering terjadi

keluhan, 1,2 % kadang – kadang dan 26,9% jarang terjadi keluhan Samara(2005,

dalam Ahmad dan Budiman, 2014).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

13

2.2.2. Patofisiologi Low Back Pain (LBP)

Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam bagian

anterior dan posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra,

yang teratikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligament

longitudinal anterior dan posterior (Ropper & Brown, 2005). Berbagai struktur yang

peka terhadap nyeri terdapat di punggung bawah. struktur tersebut adalah

periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibrosus, ligamentum, kapsula srtikularis,

fasia dan otot. Semua struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap

berbagai stimulus (mekanikal, ternal, kimiawi). Apabila reseptor dirangkang oleh

berbagai stimulus local, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator

inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri,

hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk

memungkinkan kelangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk

mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi

pergerakan. Spasme otot menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan

munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Nyeri

yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai

mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system

saraf. Pertama penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya

nosiseptor dari nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan

sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya

karena pergerakan. Kedua, kemungkinan penekanan mengenai serabut saraf.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

14

2.2.3. Klasifikasi Low Back Pain (LBP)

Menurut International Associal For the Study Of Pain (Tambunan, 2018) :

1) Low back pain berdasarkan jenis nyeri

Low back pain berdasarkan jenis nyeri terdiri dari 6 macam jenis nyeri, yaitu :

a. Nyeri punggung lokal

Nyeri punggung lokal merupakan jenis nyeri yang biasanya terletak di garis

tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian-

bagian di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi

dan ligamen. Nyeri biasanya menetap atau hilang timbul, pada saat berubah

posisi nyeri dapat bekurang ataupun bertambah dan punggung nyeri apabila

dipegang (Tambunan, 2018)

b. Iritasi pada radiks

Disebabkan karena adanya ruang-ruang yang terdapat di dalam

foramenvertebra atau kanalis vertebra ini mengalami desakan antar ruang,

sehingga akibat dari desakan tersebut menyebabkan iritasi pada radiks dan

timbul sensasi nyeri. Iritasi pada radiks ini disebabkan karena terjadi proses

desak ruang, maksudnya ialah ruang-ruang yang terdapat di foramen vertebra

atau ruang-ruang yang terletak di dalam kanalis vertebra ini mengalami desakan

antar ruang, sehingga akibat dari desakan tersebut menyebabkan iritasi pada

radiks dan timbulah sensasi nyeri.

c. Nyeri rujukan somatis

Nyeri rujukan somatis merupakan nyeri yang disebabkan karena iritasi pada

serabut-serabut sensoris di permukaan yang dapat dirasakan lebih dalam pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

15

dermatom yang bersangkutan. Dan juga sebaliknya, iritasi di bagian-bagian

dalam dapat dirasakan di bagian lebih superfisial.

d. Nyeri rujukan viserosomatis

Nyeri rujukan viserosomatis merupakan nyeri yang disebabkan karena Adanya

gangguan pada alat-alat retroperitoneum, intraabdomen atau dalam ruangan

panggul yang dapat dirasakan di daerah pinggang.

e. Nyeri karena iskemia

Nyeri karena iskemia merupakan nyeri yang dapat disebabkan karena adanya

penyumbatan pada percabangan aorta ataupun percabangan arteri iliaka

komunis. Rasa nyeri ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio

intermittens yang dapat dirasakan di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar

ke paha.

f. Nyeri psikogen

Nyeri psikogen merupakan nyeri yang memiliki rasa nyeri yang sakitnya sangat

berlebihan dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom sehingga

menimbulkan reaksi wajah yang sering berlebihan.

2) Low back pain berdasarkan faktor penyebab

Menurut International Associal For the Study Of Pain (Tambunan, 2018) :

Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terjadi pada tulang

belakang, otot, diskus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang

menyokong tulang belakang.

Berdasarkan faktor penyebabnya LBP terdiri dari 4 macam jenis nyeri antara lain :

a. Low back pain spondilogenik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

16

Nyeri spondilogenik erupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan karena adanya

kelainan pada vertebra, sendi dan jaringan lunaknya. Misalkan seperti

spondilosis, osteoma, osteoporosis dan nyeri punggung miofasial.

b. Low back pain viseronik

Nyeri viseronik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan karena adanya

kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologik dan

tumor retropritoneal.

c. Low back pain vaskulogenik

Nyeri vaskulogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan karena

adanya kelainan pembuluh darah, misalnya pada aneurisma dan gangguan

peredaran darah.

d. Low back pain psikogenik

Nyeri psikogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang timbul karena adanya

gangguan psikis seperti neurosis, ansietas dan depresi.

2.2.4. Karakteristik Low Back Pain

Keluhan Nyeri punggung bawah sangat beragam, tergantung dari

patofisiologi perubahan biokimia atau biomekanik. Bahkan pola patofisiologi

yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien. Pada

umumnya sindroma lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang

menyebabkan Nyeri punggung bawah termasuk sindrom nyeri miofasial dan

fibromialgia. Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan seluruh daerah

yang bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompo otot yang

tersangkut (loss of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf

tepi. Keluhan nyeri sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

17

Fibromialgia mengakibatkan nyeri dan nyeri tekan daerah punggung bawah,

kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot (Supriano, 2018).

2.2.5. Tanda dan Gejala Low Back Pain

Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut (Wijayanti, 2017) antara lain

yakni:

1) Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai tulang ekor.

2) Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung bawah

terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat dalam aktivitas berat

lainnya.

3) Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah, terutama

setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama.

4) Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang paha, ke betis

dan kaki.

5) Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau kejang otot di

punggung bawah.

2.2.6. Faktor-Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah

Andini (2015) menjelaskan ada beberapa faktor resiko LBP. Faktor – faktor yang

mempengaruhi keluhan LBP sebagai berikut:

1) Faktor individu

a. Usia

Semakin bertambahnya usia maka tulang belakang akan mengalami degenerasi.

Mulai usia 30 tahun terjadi berupa kerusakan jaringan, pergantian jaringan, dan

pengurangan cairan yang mengakibatkan penurunan stabilitas pada tulang dan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

18

otot. Semakin tua seseorang, maka semakin tinggi risiko pemicu LBP karena

penurunan elastisitas yang terjadi pada tulang.

Menurut ( Mahdatul, 2018 ) pada umumnya, nyeri punggung bawah menyerang

remaja yang mempunyai kehidupan sosial yang aktif (20-40 tahun), dan mencapai

puncaknya pada mereeka yang berusia lebih dari 40 tahun. Menurut penelitian di

inggris ditemukan bahwa pada anak-anak dan remaja memiliki resiko yang sama

seperti orang dewasa dalam menderita nyeri punggung bawah dengan prevalensi

70-80%. Prevalensi meningkat terus menerus dan mencapai puncaknya antara

usia 35 hingga 55 tahun (Mahdatul, 2018). Semakin bertambahnya usia seseorang,

risiko untuk menderita LBP akan semakin meningkat karena terjadinya kelainan

pada diskus intervertebralis pada usia tua (WHO, 2013). Pada usia 30 tahun akan

terjadi degenerasi yang berupa kerusakan pada jaringan, pergantian jaringan

menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan maka hal tersebut menyebabkan

stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Sehingga dapat disimpulkan

semakin tua umur seseorang maka semakin tinggi resiko akan mengalami

penurunan elastisitas pada tulang yang akan menjadi pemicu akan tumbulnya low

back pain (Katana, 2010).

a. Indeks Massa Tubuh (IMT)

(Amilia, 2018) mengatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5 kali

menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.

Semakin berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan dalam menerima

beban sehingga menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan pada struktur tulang

belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek

dari obesitas adalah verterbrae lumbal.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

19

b. Jenis kelamin

Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Pada wanita

keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain

itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang

akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri

pinggang (Wijayanti, 2017).

c. Merokok

Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang adalah

karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke

jaringan. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan

mineral pada tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau

kerusakan pada tulang (Widjayanti 2018 ).

d. Masa kerja

Nyeri punggung bawah tidak pernah terjadi secara langgung, akan tetapi

merupakan suatu akumulasi. Masa kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan

keluhan otot karena semakin lama masa kerja seseorang telah terjadi akumuls

cedera-cedera ringan yang dialami, dimana paparan mengakibatkan rongga diskus

menyempit secara permanen dan juga mengakibatkan degenerasi atau

kemunduran tulang belakang yang akan menyebabkan nyeri punggung bawah

kronis. Hal tersebut dikarenakan pembebanan pada tulang belakang dalam waktu

yang lama. Semakin lama masa bekerja atau semakin lama seseorang terpajan

faktor risiko maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP dikarenakan

nyeri punggung merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

20

untuk berkembang dan menimbulkan manifestasi klinis. Masa kerja adalah faktor

yang berkaitan dengan lamanya bekerja.

2) Faktor pekerjaan

a. Postur Tubuh

Postur tubuh dengan posisi yang tidak benar akan meningkatkan jumlah

energi yang dibutuhkan. Posisi yang janggal adalah posisi tubuh yang tidak

sesuai pada saat melakukan pekerjaan sehingga menyebabkan kondisi dimana

tenaga otot yang tidak efisien sehingga menimbulkan kelelahan. Yang

termasuk dalam posisi yang janggal yaitu penglangan atau waktu yang lama

dalam menggapai sesuatu, berputar, memiringkan badan, berlutut dan

berjongkok. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu,

punggung, dan juga lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami

cedera (Andiri, 2015)

b. Beban kerja

Beban kerja merupakan sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh

individu atau kelompok, selama periode waktu tertentu dalam keadaan

normal. Harianto (2007) menyatakan bahwa beban kerja merupakan beban

aktifitas fisik, mental dan social yang diteria oleh sesorang yang harus

diselesaikan pada waktu tertentu, sesuai dengan kemampuan fisik maupun

keterbatasan pekerjaan yang menerima beban tersebut. Suatu pekerjaan

menggunakan tenaga yang besar pula terhadap otot, tendon, ligamen dan

sendi. Beban kerja yang berat akan menimbulkan iritasi, inflamasi, kekelahan

otot, kerusakan otot, tendon dan kerusakan jaringan lainnya. Pekerjaan atau

gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik

yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

21

menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan

jaringan lainnya.

c. Durasi

Dewasa umumnya menghabiskan sebanyak 6-8 jam per hari atau lebih dari

45- 50% dari waktu bangun mereka dalam posisi duduk. Penelitian

sebelumnya telah menunjukkan bahwa lama duduk dapat menjadi faktor

risiko terhadap nyeri punggung bawah. Durasi terdiri dari durasi singkat jika

kurang dari satu jam per hari, durasi sedang yaitu satu sampai 2 jam per hari,

dan durasi lama yaitu selama lebih dari 3 jam jam per hari. Selama

berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot

menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka akan

terjadi kelelahan otot (Gupta, 2015). Durasi dapat diartikan sebagai waktu

yang singkat jika <1 jam perhari, durasi sedang 1-2 jam perhari dan durasi

lama >2 jam perhari. Durasi terjadi karna adanya postur janggal yang

beresiko hjika postur janggal tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik,

maka fisiologis utama yang dikaitkan dengan gerakan yang sering dan

berulang – ulang sehingga akan menyebabkan kelelahan otot (Anzar & Dwi

2018).

d. Repetasi

Repitasi merupakan pengulangan gerakan pada waktu bekerja dengan pola

yang sama. Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong

trjadinya kelelahan dan ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon

dapat dipulihkan apabila ada sebuah jeda waktu istirahat yang digunakan

untuk peregangan otot. Resiko dari gerakan berulang – ulang akan terus saja

meningkat apabila gerakan tersebut dilakukan dengan postur atau posisi yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

22

janggal serta sikap yang salah dengan beban yang berat dalam waktu Yang

lama. Beberapa keluhan pada otot terjadi karena otot menerima tekanan dan

beban secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi

atau istirahat. Repetisi merupakan pengulangan gerakan kerja dengan pola

yang sama. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban

terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi ( Fauci, D.L,

Kasper, D.L, Braunwald, S.L, Hauser, J.L, Jameson , & J.Loscalzo, 2008).

3) Faktor lingkungan fisik

Faktor risiko lingkungan fisik terhadap LBP antara lain getaran. Getaran

dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran

darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul

rasa nyeri. Getaran berpotensi menimbulkan keluhan LBP ketika seseoang

menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang

memiliki hazard getaran (Andini, 2015).

2.2.7. Faktor Risiko Lain yang menyebabkan Low Back Pain

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keluhan pada punggung bawah

meliputi faktor internal dan eksternal. Adapun faktor resiko lainnya yang

berpengaruh dalam terjadinya low back pain adalah sebagai berikut :

1. Posisi Belajar

Macam-macam posisi yang diperagakan mahasiswa saat belajar seringkali

menyebabkan nyeri di berbagai bagian tubuh. Van Wely (1970) telah

mengidentifikasi keluhan-keluhan yang sering timbul dari berbagai posisi saat

bekerja dalam Widiasih (2015) telah mengidentifikasi keluhan-keluhan yang sering

timbul dari berbagai posisi saat berkerja dalam table berikut.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

23

Tabel 2.1. Posisi Kerja dan Keluhan yang Berhubungan

Jenis Posisi Lokasi Keluhan

Berdiri Kaki, punggung bawah Duduk tanpa lower back support Punggung bawah Duduk tanpa back support Punggung tengah Duduk tanpa pijakan kaki Lutut, kaki, punggung bawah Duduk dengan meletakkan siku di meja Punggung atas, leher bawah Mengulurkan lengan ke atas Bahu, lengan atas Kepala menunduk Leher Badan membungkuk Punggung bawah, punggung tengah Posisi menekuk Otot Sendi dalam posisi yang ekstrem Sendi

Sumber : Widiasih (2015)

Posisi menekuk atau tidak tegak, seringkali menyebabkan banyak masalah

biomekanik. Posisi yang sebaiknya dimiliki seseorang ketika bekerja adalah ketika

persendian berada pada posisi tengah. Contohnya, lengan tidak boleh terlalu

difleksikan atau diekstensikan. Posisi yang ideal saat belajar adalah dengan

menggunakan meja dengan tinggi 92 cm. Meja tersebut dapat mendukung baik posisi

berdiri maupun duduk. Untuk duduk, dapat digunakan kursi tinggi dengan sanggahan

kaki yang nyaman. Sehingga orang yang belajar di meja tersebut dapat melakukan

pekerjaannya dengan fleksibel dan ergonomis.

Tuntutan belajar yang tinggi membuat para mahasiswa seringkali belajar hingga

di tempat tidur. Padahal (Anggrawal,et al. 2014) menemukan dalam penelitiannya

bahwa orang yang belajar di tempat tidur mengalami nyeri punggung bawah 25%

lebih banyak daripada orang yang belajar di meja belajar. Tentu hal ini dihubungkan

dengan faktor ergonomis dari posisi yang dilakukan ketika belajar di tempat tidur.

Pada saat belajar di tempat tidur, posisi tubuh menjadi tidak fisiologis. Belajar dalam

keadaan tiduran atau bersangga pada siku dapat membuat vertebrae lumbal tidak

mempunyai tumpuan, menjadi hiperekstensi, dan cervical menekuk terlalu ekstrem.

Akibatnya, titik tumpu tubuh berubah dan terjadilah keluhankeluhan seperti nyeri

punggung bawah.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

24

2. Postur Tubuh

Seorang yang aktivitasnya dominan dengan posisi duduk hendaknya harus

mengetahui posisi duduk yang ideal. Menurut Salma Oktaria (2015) istilah ergonomi

di ambil dari bahasa yunani “ergo” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti

hokum alam. Jadi ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin yang mengkaji

keterbatasan, kelebihan, serta karakteristik manusia, dan memanfaatkan informasi

tersebut dalam merancang produk, mesin, fasilitas, lingkungan, dan bahkan system

kerja, dengan tujuan utama tercapainya kualitas kerja yang terbaik tanpa

mengabaikan aspek kesehatan, keselamatan serta kenyamanan manusia (Djamal ,

Nelfiyanti, & Kurniawan, 2019)

1) Duduk tegak

Posisi duduk tegak dengan sudut 90º tanpa sandaran dapat mengakibatkan beban

pada daerah lumbal. Hal ini disebabkan karena otot berusaha untuk meluruskan

tulang punggung dan daerah lumbal, yang menahan beban badan yang lebih

besar. Duduk tegak dengan punggung lurus dan bahu kebelakang. Paha

menempel didudukan kursi dan bokong harus menyentuh bagian belakang kursi.

Tulang punggung memiliki bentuk yang melengkung ke depan pada bagian

pinggang. Sehingga dapat diletakkan bantal untuk menyangga kelengkungan

tulang punggung tersebut.

2) Duduk condong kedepan

Posisi duduk dengan badan condong kedepan atau membungkuk dengan sudut

70° dapat menambah gaya pada discus lumbalis kurang lebih 90% lebih besar

dibandingkan posisi berdiri membungkuk. Posisi leher condong kedepan dengan

badan membungkuk mengakibatkan beban kerja otot berkurang namun beban

yang di tahan discus meningkat. Pusatkan beban tubuh pada satu titik agar

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

25

seimbang. Usahakan jangan sampai membungkuk jika diperlukan, kursi dapat

ditarik mendekati meja agar posisi duduk tidak membungkuk.

3) Duduk menyandar

Posisi menyandar mengikuti proporsi tubuh dapat mengurangi tekanan discus 25%

sehingga merupakan posisi yang paling nyaman, namun permasalahan pada posisi

ini target visual terlalu jauh atau terlalu rendah. Usahakan menekuk lutut hingga

sejajar dengan pinggang, dan disarankan untuk tidak menyilang kaki.

Penelitian Khumaerah (2014) menjelaskan bahwa standar posisi duduk yang

ergonomi adalah sebagai berikut:

a) Dagu ditarik ke dalam

b) Kepala tidak membungkuk ke depan (fleksi 5-10 º)

c) Punggung tetap tegak dengan bantalan kursi menopang punggung bawah

d) Posisi punggung santai dan tidak membungkuk (Lumbal tetap lordosis)

e) Tibia (betis) tegak lurus dengan lantai

f) Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai (85-100 º)

g) Posisi telapak kaki menapak ke tanah. Bila tidak, berarti posisi duduk anda

terlalu tinggi.

3. Posisi berdiri

Beberapa pekerjaan, seperti pekerja pabrik atau teknisi mengharuskan

seseorang berdiri hingga berjam-jam. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai efek

terhadap kesehatan. Dalam posisi berdiri untuk jangka waktu yang lama dan

dilakukan berulang-ulang beresiko sakit pada bagian pergelangan kaki, varises,

kelelahan otot, nyeri pinggang, nyeri pada otot punggung, hingga kaku pada leher

(Nurrahman 2016).

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

26

4. Durasi Praktikum

Pada mahasiwa jadwal kuliah mahasiswa reguler secara umum dimulai dari

pukul 8 pagi sampai dengan pukul 3 sore. Selama proses perkuliahan diberikan waktu

istirahat selama 1 jam yaitu dari pukul 12 sampai dengan pukul 1 siang, kemudian

perkuliahan dilanjutkan kembali sampai dengan pukul 3 bahkan sampai sore jika ada

perubahan jadwal dari dosen pengajar. Keadaan posisi duduk yang salah dalam waktu

yang terlalu lama akan menyebabkan ketegangan pada otot-otot dan peregangan pada

tulang belakang. Didapatkan hasil dari studi pendahuluan pada kasus ini bahwa

mereka yang lebih sering melakukan praktikum lebih dari 6 jam sering merasakan

nyeri punggung. Sehingga posisi yang salah selama duduk membuat tekanan

abnormal sehingga menyebabkan rasa sakit pada punggung bawah. Duduk lama

merupakan salah satu penyebab timbulnya LBP dengan angka kejadian pada orang

dewasa 39,7%-60%. LBP berkaitan dengan duduk selama lebih dari 4 jam, selain

lamanya duduk, sikap duduk turut mempengaruhi resiko low back pain (Putri,

Mulyadi, & Lolong, 2014)

Menurut Wijayanti (2017) postur tubuh yang lama tanpa di iringi perubahan

posisi dan istirahat dapat meningkatkan resiko terjadinya cedera musculoskeletal

seperti nyeri punggung bawah, hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya

ketegangan pada ligament dan otot-otot punggung bawah. Keadaan posisi duduk

yang salah dalam waktu yang terlalu lama akan menyebabkan ketegangan otot-otot

dan perenggangan ligamentum longitudinal posterior pada tulang belakang. Posisi

tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga

menyebabkan rasa sakit pada punggung bawah. Dalam keadaan posisi duduk otot

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

27

yang bekerja adalah otot punggung dan otot abdominal sebagai penyeimbang dari

kerja rektor spine.

2.3. REBA (Rapid Entire Body Assesment )

2.3.1 pengertian REBA ( Rapid Entire Body Assesment )

Menurut Djamal (2019) Rapid Entire Body Assesment (REBA) merupakan suatu

metode dalam bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur

leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Secara efektif

digunakan untuk menilai postur tubuh serta menghitungkan beban yang ditangani

dalam suatu system kerja, coupling atau pegangannya dan aktivitas yang dilakukan.

Metode ini relatif, hanya berupa range sudut. Terdapat empat tahap proses

perhitungan yang dilalui yaitu:

1. Mengumpulkan data mengenai postur pekerjaan tiap kegiatan menggunakan

video atau foto

2. Menentukan sudut pada postur tubuh saat bekerja pada bagian tubuh seperti :

a. Badan (Trunk)

b. Leher (Neck)

c. Kaki (Leg)

d. Lengan bagian atas (Upper arm)

e. Lengan bagian bawah (Lower arm)

f. Pergelangan tangan (Hand Wrist)

3. Menentukan berat badan, pegangan (coupling) dan aktivitas kerja.

4. Menentukan nilai REBA untuk postur yang relevan dan menghitung skor

akhir dari kegiatan tersebut.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

28

Skor REBA dihitung secara manual dilakukan dengan cara pengambilan data postur

tubuh pekerja dengan menggunakan video atau kamera, penentuan sudut-sudut dari

postur tubuh pekerja, penentuan berat beban, dan pengolahan data REBA.

Pengolahan data REBA memerlukan beberapa tahapan yaitu menggolongkan skor

sudut tubuh, menghitung skor pada bagian A dengan tabel A dan menghitung skor

pada bagian B dengan Reba B, menambahkan skor A dengan skor beban dan

menambahkan skor B dengan skor kopling, mencari skor C dengan menggunakan

tabel C, dan menambahkan skor C dengan skor aktivitas (Hutomo, 2013)

Action level 0 : Skor 1 menunjukkan bahwa postur ini sangat diterima dan tidak

perlu tindakan.

1. Action level 1 : Skor 2 – 3 menunjukkan bahwa mungkin diperlukan

pemeriksaan lanjutan.

2. Action level 2 : Skor 4 – 7 menunjukkan bahwa perlu tindakan

pemeriksaaan dan perubahan perlu dilakukan.

3. Action level 3 : Skor 8 – 10 menunjukkan bahwa perlu pemeriksaan

dan perubahan diperlukan secepatnya.

4. Action level 4 : Skor 11 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya

maka pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu

juga).

2.4. Hubungan Postur Tubuh dengan Gejala Low Back Pain pada Mahasiswa

Farmasi saat Praktukum

Sengaji (2015) mengatakan nyeri punggung bawah mengacu pada rasa sakit

dengan durasi yang bevariasi di daerah punggung bawah, masalah nyeri punggung

bawah yang timbul akibat duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54901/3/BAB II.pdfposisi duduk persendian, kepala, tangan dan kaki serta derajat penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang (Mongkareng,

29

oto-otot punggung menjadi tegang. Keadaan postur tubuh yang salah dalam waktu

yang terlalu lama menyebabkan ketegangan otot-otot dan peregangan ligamentum

longitudinal posterior pada tulang belakang. Sehingga posisi tubuh yang salah selama

duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit

pada punggung bawah (Wijayanti, 2017)

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan postur tubuh dengan gejala low

back pain yaitu faktor individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Termasuk

dalam faktor lingkungan dengan posisi tubuh yang menympang secara signifikan dari

posisi normal saat melakukan pekerjaan dalam posisi menggapai, berputar

memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit

dengan tangan. Posisi tersebut melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu,

punggung dan lutut karena daerah inilah yang paling cenderung sering mengalami

cedera (Andini, 2015). Durasi duduk yang lama dapat menyebabkan resiko nyeri

punggung bawah, dari hasil analisis terdapat hubungan antara lama duduk dengan

keluhan nyeri punggung bawah.

Duduk untuk jangka waktu yang lama menyebabkan peningkatan tekanan dari

punggung, leher, lengan dan kaki dapat memanahkan sejumlah besar tekanan pada

otot punggung dan diskus tulang belakang. Sehingga duduk dalam waktu yang lama

meningkatkan resiko terjadinya nyeri punggung bawah dan aktivitas fisik dapat

meningkatkan risiko nyeri punggung bawah jika di tambah dengan faktor posisi

duduk, lama duduk dan indeks massa tubuh tinggi (Nur, Dewi, & Yanti R.S.A,

2015).