Upload
voquynh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tubuh Manusia
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem rangka,
sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem syaraf, sistem
penginderaan, sistem otot, dan sebagainya. Sistem tersebut saling terkait antara satu
dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong kehidupan manusia. Akan tetapi
dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka dan
sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang
memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi (Kantana, 2010).
Duduk sesuai dengan posisi anatomi tubuh adalah suatu hal yang penting, karena
tekanan yang terjadi pada tulang belakang, otot dan sendi yang terkait dari waktu ke
waktu dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan rasa sakit, cacat dan
penyakit tulang kronis. Postur duduk sangat berkaitan dengan kondisi punggung
manusia, terutama pada kondisi punggung bagian bawah ruas L4 dan L5. Posisi duduk
memang memiliki lebih banyak keunggulan jika dibandingkan dengan posisi berdiri
dalam melakukan pekerjaan. Pekerjaan dalam posisi berdiri menyebabkan aliran darah
yang bergerak dari bagian kaki menuju ke atas harus melawan energi gravitasi, sehingga
volume darah menuju bagian tubuh atas menjadi sedikit berkurang, dan volume darah
dibagian bawah tubuh berada dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini menyebabkan
adanya pembengkakan pada bagian kaki, khususya pergelangan kaki. Postur kerja dalam
keadaan duduk memiliki keunggulan dibandingkan dengan postur kerja berdiri, namun
16
postur duduk yang lama dalam sehari, beresiko menyebabkan terjadinya nyeri punggung
bawah (Maher,2010).
Posisi duduk yang tidak alamiah atau tidak ergonomis akan menimbulkan
kontraksi otot secara isometris (melawan tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat
dalam pekerjaan. Otot-otot punggung akan bekerja keras menahan beban anggota gerak
atas yang sedang melakukan pekerjaan. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah
pinggang dan menyebabkan otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah
mengalami kelelahan dan selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau
punggung bawah. Namun juga terdapat keluhan lain pada sopir karena posisi duduk yang
tidak benar yaitu tumpuan lengan pada setir dan tumpuan kaki pada pedal (Risyanto,
2010).
Gangguan otot akan diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi duduk yang
tidak benar, usia, postur tubuh serta kursi yang tidak ergonomis. Pekerjaan mengemudi
dilakukan dengan duduk dalam waktu lama. Tekanan antara ruas tulang belakang akan
meningkat pada saat duduk jika di hubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-
bagian tulang yang saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada
getaran (vibrasi), dan dimana seorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya.
Seorang yang menghabiskan lebih banyak waktunya mengemudikan kendaraan adalah
tiga kali lebih mudah terjadinya bagian yang bengkok atau turun daripada yang tidak
mengemudi (Risyanto, 2010).
17
Kesekian faktor yang menyebabkan keluhan gangguan otot maka posisi duduk
yang tidak benarlah faktor paling banyak ditemukan. Posisi duduk yang tidak alamiah
atau tidak ergonomis akan menimbulkan kontraksi otot secara isometris (melawan
tahanan) pada otot-otot utama yang terlibat dalam pekerjaan (Hariyono, 2011).
Penelitian Hariyono (2011) mengemukakan bahwa sebanyak 45,5% subjek
pengemudi angkot di Wonosobo mengalami keluhan low back pain akibat posisi duduk
yang tidak tepat. Akibatnya beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan
otot pinggang sebagai penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan
selanjutnya akan terjadi nyeri pada otot sekitar. pinggang atau punggung bawah
(Risyanto, 2008). Gangguan otot akan diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi
duduk yang tidak benar, usia, postur tubuh serta kursi yang tidak ergonomis (Hariyono,
2011).
Posisi fisiologis ketika duduk adalah:
Gambar 2.1 Posisi Duduk
Sumber: Mandal A.C, 2010
18
2.2 Pengemudi
2.2.1 Definisi Pengemudi
Mengemudi adalah kegiatan mengontrol operasi dari sebuah kendaraan seperti
mobil, truk atau bus. Sejak abad 20-an, industri transportasi jalan telah mengalami
pertumbuhan yang pesat. Pekerjaan transportasi jalan meliputi perkerja yang bertanggung
jawab secara teknik dan administratif terhadap kendaraan (Hakim, 2011).
2.2.2 Postur Mengemudi
Duduk di mobil tidak berbeda dengan duduk di kantor, jadi Anda harus tetap
istirahat teratur idealnya setiap 20 menit. Setiap orang akhirnya merasa kaku jika mereka
bepergian cukup lama. Namun, penderita gangguan muskuloskeletal (MSDs), terutama
gangguan leher dan punggung, menderita peningkatan kekakuan dan nyeri setelah dalam
periode waktu yang lebih singkat.( Syaiful 2015). Ini berarti bahwa lamanya waktu Anda
duduk dengan nyaman di dalam mobil tergantung pada apakah anda memiliki masalah
seperti itu atau tidak.
1. Posisi Mengemudi
Pertama-tama - Anda harus mencoba mengendarai mobil yang ukurannya cocok
untuk Anda. Jika Anda memiliki postur lebih tinggi, maka mobil supermini tidak akan
memungkinkan Anda untuk mencapai postur yang wajar. Kebanyakan mobil tidak
dirancang untuk postur duduk yang benar, tetapi banyak yang sekarang menawarkan
beragam pengaturan untuk keduanya kursi dan kolom kemudi, memungkinkan posisi
mengemudi keseluruhan yang lebih baik. Untuk menemukan posisi ideal Anda, Anda
harus mulai dengan tempat duduk di posisi yang salah lalu sesuaikan dari sana. Pertama,
19
dorong kursi ke belakang, lalu turunkan sejauh mungkin. Selanjutnya, sandarkan bagian
belakang kursi ke sekitar 30-40 derajat dan gerakkan roda kemudi (jika menyesuaikan) ke
atas dan ke arah dasbor.
2. Tinggi Kursi
Sesuaikan tinggi kursi hingga pinggul Anda setidaknya setinggi lutut Anda.
Pastikan Anda masih bisa melihat jalan dan instrumennya. Pastikan Anda tidak terlalu
tinggi sehingga Anda harus menundukkan kepala ke bawah atau ke samping untuk bisa
melihat.
Jika Anda masih terlalu rendah setelah menyesuaikan dengan tinggi maksimum,
coba tambahkan bantal atau ke tempat duduk. Bantal juga mengurangi getaran dari jalan
yang telah terbukti mengakibatkan cedera. Pastikan lutut belakang Anda tidak
menyentuh bagian bawah kursi mobil, karena hal ini tidak baik untuk lutut dan sirkulasi
anda. setidaknya anda celah dua jari di antara lutut belakang dan kursi.
20
Selanjutnya, atur kursi depan sehingga Anda dapat mencapai dan benar-benar
menekan semua pedal kaki tanpa punggung Anda bergerak menjauh dari belakang kursi.
Pastikan Anda memiliki bengkokan kecil di lutut Anda setidaknya 20-30 derajat -
Memiliki lutut terlalu lurus dapat menyebabkan nyeri lutut.
Kaki Anda dengan tumit tidak boleh kaku ketika berada diatas lantai mobil, dan
pastikan jari-jari kaki anda dapat menekan pedal. Kaki kanan harus dapat bergerak
dengan mudah di antara pedal gas dan pedal rem saat tumit ditempatkan menekan di
depan pedal rem.
21
Kaki kiri harus bertumpu pada sandaran kaki setiap kali Anda tidak
menggunakan kopling, karena ini meningkatkan dukungan untuk panggul dan punggung.
Dalam hal ini, mobil otomatis memiliki keunggulan dibanding mobil manual.
Miringkan Kursi
Secara tradisional bagian bawah set mobil diatur dengan bagian belakang kursi
turun dan bagian depan paling atas. Posisi ini sering disarankan untuk membantu
menghentikan Anda bergerak maju di bagian bawah kursi (dikenal sebagai „submarining‟)
ketika Anda mengerem, atau jika terjadi kecelakaan. Namun, kursi mobil modern
sebagian besar telah mengatasi masalah ini dengan penambahan sabuk pengaman pra-
tensioner, yang menghentikan Anda dari terselip di bawah sabuk pengaman, dan mundur
di sudut sebenarnya telah terbukti mengurangi sudut panggul yang benar dan
meningkatkan tekanan pada punggung bawah / tulang belakang. Sebaliknya, Anda harus
memposisikan tempat duduk secara horizontal jika memungkinkan.
22
Tingkatkan kemiringan kursi kembali ke sudut 100-110 derajat. Sudut ini akan
menurunkan tekanan cakram di punggung bawah Anda.
3. Dukungan Lumbar
Banyak kursi mobil yang memiliki dukungan lumbar.tinggi dan kedalaman dapat
disesuaikan. Sesuaikan ketinggian yang tepat dengan memposisikan pada lekuk punggung
bawah Anda. Ujung terendah harus ditempatkan di garis ikat pinggang Anda atau di atas
panggul.
Sesuaikan kedalaman dukungan lumbar dengan memindahkannya dari datar
sampai dengan mengisi lengkungan kenyaman punggung Anda. Sebagai aturan umum,
jika Anda duduk terlalu menekan punggung Anda, jumlah kurva yang Anda butuhkan
sama dengan mendorong tangan Anda sendiri punggung Anda pada sebagian kecil di
antara bagian bawah Anda dan kursi. Jika Anda tidak bisa memasukkan tangan ke dalam
gap dengan nyaman,. Idealnya, dukungan lumbar Anda harus mengisi kesenjangan.
Jika Anda tidak memiliki dukungan lumbar hal paling sederhana yangbisa anda
lakukan adalah menggunakan handuk yang digulung kecil untuk kemudian diletakkan di
kurva punggung bawah anda. Handuk bisa digulung dengan berbagai ukuran kurva
sampai Anda menemukan yang tepat untuk anda. Metode ini murah, mudah dan masih
variabel, tetapi bukan solusi jangka panjang terutama karena handuk itu jatuh saat Anda
23
meninggalkan tempat duduk dan handuk bisa menjadi lebih datar dan datar seiring
waktu.
Solusi jangka panjang adalah membeli perangkat yang menempel ke belakang
kursi, menciptakan kurva. Dalam hal ini biasanya digunakan gulungan busa yang
kemudian diletakkan di punggung Anda yang nantinya akan mempertahankan kurva, dan
tersedia dalam banyak kedalaman Dukungan busa berbentuk 'D' tersedia dalam berbagai
ukuran
Bantalan untuk lumbar memiliki berbagai ukuran, bentuk dan desain, termasuk
yang padat dan berventilasi. Jika Anda tidak memiliki kursi dengan dukungan lumbar
yang dapat disesuaikan, atau Anda menggunakan banyak kendaraan, perangkat ini dapat
membantu mempertahankan kurva lumbal Anda. Namun, trial and error diperlukan
untuk menemukan desain dan ukuran yang cocok untuk Anda. Idealnya, bagian belakang
24
kursi mobil Anda harus mencapai ketinggian bahu Anda. Jika sedikit lebih tinggi atau
lebih rendah tetapi Anda masih bisa beristirahat di dalamnya, itu akan baik-baik saja
dalam banyak situasi.
Sebagian besar kursi mobil dilengkapi dengan sandaran kepala yang dapat disetel.
Idealnya, Anda harus bisa mengatur ketinggian dan posisi depan-ke-belakang. Sesuaikan
ketinggian sandaran kepala itu agar terletak di tengah kepala Anda. Untuk menyesuaikan
dari depan ke belakang, duduklah dengan kepala Anda berada dalam posisi 'netral'.
Untuk melakukan ini, pertama-tama duduk tegak, lalu selaraskan daun telinga Anda di
antara tulang leher dan otot leher. Cara termudah untuk memeriksa apakah Anda sudah
melakukan ini dengan benar adalah meminta orang lain untuk mengawasi Anda dan
memperbaiki posisi. Sebagai alternatif, bayangkan Anda menyelipkan kepala Anda untuk
memegang bola kecil di bawah dagu Anda. Sekarang sesuaikan sandaran kepala ke depan
sampai memenuhi bagian belakang kepala Anda:
Setelah Anda duduk dengan benar di kursi Anda, sesuaikan cermin untuk
memberikan visibilitas belakang yang optimal. Ini penting untuk performa mengemudi
dan postur Anda - jika Anda melihat ke cermin yang sudah Anda sesuaikan dan tidak lagi
memiliki visibilitas belakang yang optimal, postur Anda mungkin telah pindah. Jika ini
terjadi, koreksi postur Anda dan duduk lurus lagi.
25
4. Posisi Roda Kemudi dan Lengan Pada mobil yang dilengkapi dengan kantung udara di
roda kemudi, jarak tertentu diperlukan agar mereka bekerja secara optimal - di mana saja
sekitar 10-12 inci (25-30 cm) adalah jarak minimal yang baik. Sebuah mobil dengan
kemampuan pengaturan setir yang lebih tinggi dan lebih landai (dalam dan keluar) lebih
disukai, karena Anda tidak perlu menyesuaikan kursi depan ke belakang untuk mencapai
posisi lengan / bahu yang benar. Ketika stasioner, Anda harus bisa duduk dengan bahu
Anda ditekan kembali ke kursi dan, dengan lengan lurus, pergelangan tangan Anda harus
mampu membungkuk di tepi kemudi. Kemudian, saat mengemudi, Anda harus
menemukan bahwa ada tikungan di lengan Anda sekitar 120 derajat:
la yang dapat disetel. Idealnya, Anda harus bisa mengatur ketinggian dan posisi depan-ke-
belakang. Sesuaikan ketinggian sandaran kepala
jadi itu terletak di tengah kepala Anda. Untuk menyesuaikan dari depan ke belakang,
duduklah dengan kepala Anda dalam posisi 'netral'. Untuk melakukan ini, pertama-tama
duduk tegak, lalu selaraskan daun telinga Anda di antara tulang leher dan otot leher. Cara
termudah untuk memeriksa Anda melakukan ini dengan benar adalah meminta orang ke
5. Ketinggian Kemudi
Jika disesuaikan, ketinggian kemudi harus memungkinkan pandangan yang jelas
dari dashboard dengan telapak tangan Anda lebih rendah dari bahu Anda. Pastikan Anda
memegang kemudi di posisi yang Anda inginkan. Ini biasanya dijelaskan dalam kaitannya
dengan arah jarum jam. beberapa orang menggunakan posisi 'sembilan dan tiga',
sementara mereka yang memiliki masalah bahu dan leher sering lebih memilih posisi
„tujuh dan empat‟ yang jauh lebih rendah. Posisi 'sembilan dan tiga' memberikan
26
pengaruh terbaik pada roda tetapi menyebabkan Anda lebih banyak menggunakan bahu
dan otot leher. Cobalah untuk memegang kemudi terutama menggunakan jari dan ujung
jari Anda, dan cobalah untuk menjaga pegangan seringan mungkin untuk mengatasi
kelelahan. Jauhkan kedua tangan di roda sebanyak mungkin, Memegang kemudi dengan
satu tangan menyebabkan satu bahu bekerja lebih keras dan dapat menghasilkan putaran
tulang belakang. Jangan pernah memegang kemudi di bagian atas dengan satu tangan.
(Physiomed 2016)
udi
Jika disesuaikan, ketinggian kemudi harus memungkinkan pandangan yang jelas dari
dashboard dengan telapak tangan Anda lebih rendah dari bahu Anda. Penyetelan apa
pun juga harus memungkinkan Anda memegang kemudi di posisi yang Anda inginkan.
sandaran kepala
2.2.3 Posisi Mengemudi
Duduk lama dengan posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang
menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Dan, bila ini berlanjut terus
, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan
Hernia Nukleus Pulposus. Mengemudi dalam waktu yang lama dapat meningkatkan resiko
terjadinya nyeri punggung bawah disebabkan oleh duduk dengan posisi yang selama
berjam-jam sambil menggenggam roda kemudi dan terpajan vibrasi dari kendaraan
(Hakim, 2011).
27
Gambar 2.3 Posisi Duduk Pengemudi
Sumber: Jackman, 2014
Untuk mengurangi resiko nyeri punggung bawah, sebaiknya pengemudi berada pada
posisi mengemudi yang benar. Berikut adalah postur tubuh yang baik saat mengemudi
ILO (Encyclopedia of Occupational Health and Safety, 2011) :
1. Apabila kursi mengemudi dapat disesuaikan naik-turun, atur kesesuaiannya sehingga
dapat membuat penglihatan kita terhadap jalan menjadi maksimum.
2. Sesuaikan juga posisi maju-mundur tempat duduk kemudi sehingga jaraknya dapat
memudahkan kaki dalam menginjak pedal rem, gas, dan kopling.
3. Pada mobil tertentu yang dapat diatur kemiringan bantal di tempat duduk kemudi di
bagian ujung paha, hendaknya di atur kemiringannya sehingga bagian paha ter support
dengan baik.
28
Gambar 2.4 Posisi Bantalan Duduk Mengemudi
Sumber: Laung and Vedder, 2011
4. Atur kemiringan backrest sehingga dapat menyediakan topangan terbaik pada
punggung. Pada umumnya kemiringan backrest adalah antara 100-1200.
Gambar 2.5 Sudut Kemiringan Terbaik Mengemudi
Sumber: Laung and Vedder,, 2011
5. Untuk roda kemudi yang dapat di atur dan kemringannya, atur roda kemudi sesuai
dengan jangkauan tangan, pastikan ada ruang untuk paha dan lutut bergerak pada saat
menginjak pedal rem, gas atau kopling, dan pastikan semua display panel terlihat jelas
dan tidak terhalangi roda kemudi.
6. Atur penyangga kepala, pastikan pada posisi tersebut resiko injury di kepala dapat
dikurangi apabila terjadi kecelakaan.
7. Atur kemiringan kaca spion sehingga dapat digunakan unuk melihat kondisi sekitar
tanpa menyebabkan ketegangan pada leher dan tubuh bagian atas.
8. Posisi kaki yang baik pada saat mengemudi, tepatnya posisi kaki di antara pedal adalah
parallel satu sama lain. Posisi kaki pada saat mengemudi mempengaruhi otot adductor
pada paha. Pada saat posisi kaki memutar maka adductor paha tidak melakukan
mobilitas. Pada keadaan ini ruang abdominal menjadi kendur dan paha pada saat
kendur dan pada saat yang bersamaan terjadi peningkatan beban pada otot punggung
29
sampai ke leher.
Gambar 2.6 Posisi Kepala, Tangan, Kaki, dan Tulang Belakang Terbaik Ketika
Mengemudi
Sumber: Laung and Vedder,, 2011
9. Posisi tangan yang baik pada saat memegang kemudi adalah berada pada pukul 10 dan
pukul 2 karena pada posisi inilah tangan kita dalam posisi natural dan tidak
memberikan tekanan pada bagian tubuh atas. Cara menggenggam roda kemudi harus
benar, dengan tidak memberikan tekanan berlebihan pada lengan. Jari-jari pada lengan
diusahakan serileks mungkin, begitu pula pada bahu dan siku (ILO Encyclopedia of
Occupational Health and Safety, 2011).
30
2.3 Nyeri
2.3.1 Definisi Nyeri punggung bawah
Nyeri punggung bawah atau sering disebut juga low back pain merupakan salah satu
gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik, yang sering
dialami oleh orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami oleh orang usia muda.
Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh berbagai penyakit muskuloskeletal, gangguan
psikologis dan mobilisasi yang salah. Nyeri punggung bawah dapat didefinisikan sebagai
gangguan muskulosk Berdasarkan patofisiologi dibagi menjadi Nyeri punggung bawah spesifik
dan non spesifik. Nyeri punggung bawah spesifik (Specific low back pain) berupa gejala yang
disebabkan oleh mekanisme patologi yang spesifik, seperti hernia nuclei pulposi (HNP), infeksi,
osteoporosis, rheumatoid arthritis, fraktur, atau tumor. Sedangkan Nyeri punggung bawah non
spesifik (Non-specific low back pain) berupa gejala tanpa penyebab yang jelas, diagnosisnya
berdasarkan eklusi dari patologi spesifik. Kata “non spesifik” mengidentifikasi bahwa tidak
terdapat struktur yang jelas yang menyebabkan nyeri. Nyeri punggung bawah non spesifik
termasuk diagnosa seperti lumbago, mysofascial syndromes, muscle spasm, mechanical Nyeri
punggung bawah, back sprain, dan back strain. Setiap kondisi ini termasuk nyeri di area lumbar
yang mungkin menjalar ke satu atau kedua paha, tapi tidak dibawah lutut (Abdullah, 2012). Nyeri
punggung bawah umumnya dikategorikan ke dalam akut, subakut, dan kronik. Nyeri punggung
bawah akut biasanya didefenisikan suatu periode nyeri kurang dari 6 minggu, nyeri punggung
bawah subakut adalah suatu periode 9 nyeri antara 6-12 minggu dan nyeri punggung bawah
kronik merupakan suatu periode nyeri lebih dari 12 minggu (andarmoyo 2016).
31
2.3.2 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam bagian
anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris
vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligamen
longitudinal anterior dan posterior (Ropper A.H, Brown R.H, 2005). Berbagai struktur
yang peka terhadap nyeri terdapat di punggung bawah. Strukturtersebut adalah
periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan
otot. Semua struktur tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai
stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus
lokal, akan dijawab dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi dan substansi
lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang
bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses
penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih
berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan
iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang
merupakan salah satu kondisi nyeri (Meliala dkk, 2003). Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri
neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut
saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada
selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan
nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan
peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi
32
akumulasi saluram ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya
mechano hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal
(Bimariotejo, 2009).
Postur membungkuk yang dipertahankan dalam jangka waktu yang lama disertai
dengan kelemahan otot-otot paravertebral memicu proses adaptasi postur yang
berkontribusi terhadap terjadinya pembebanan abnormal pada tepi anterior dari korpus
vertebra. Pembebanan ini ditransmisikan pada seluruh segmen tulang belakang termasuk
di dalamnya diskus intervertebralis Pembebanan anterior ini menyebabkan kerobekan
pada struktur lamellar dari annulus fibrosus. Kerobekan ini kemudian digantikan oleh
sel-sel fibroblast yang berdampak pada proliferasi jaringan fibrous. Hal ini menurunkan
kemampuan tension serabut annulus fibrosus, menyebabkan adanya protrusi nucleus
pulposus yang kemudian akan menekan struktur dibagian belakang diskus (Peng, 2013).
Lapisan terluar annulus fibrosus dan ligamen longitudinal posterior merupakan
struktur yangpeka terhadap nyeri. Kedua bagian ini mendapatkan persarafan dari nervus
sinuvertebral dan bagian lateral dari rammus communicans dan diketahui bahwa kedua
saraf ini merupakan saraf tipe nosiseptif yang membawa stimulus nyeri Ketika pergeseran
nucleus pulposus berhasil merobek lapisan ini maka akan dirasakan nyeri lokal yang
disebut dengan discogenic low
back pain. Nyeri yang dirasakan bersifat segmental karena saraf tersebut mempersarafi
segmen vertebra disekitarnya (Peng, 2013).
33
Ekstrusi nucleus pulposus menuju ruang epidural akan menginduksi respon
autoimun dan infiltrasi sel mediator inflamasi (sitokin, makfrofag, interleukin-1, TNF-α)
yang memicu proses inflamasi pada daerah akar saraf (Biyani, 2006). Hal ini akan
menimbulkan nyeri sesuai dengan area dermatome yang dipersarafi oleh akar saraf yang
terlibat. Pada umumnya nyeri yang dirasakan pada daerah pinggang bawah dan paha
belakang.
Postur hiperekstensi juga berkontribusi terha dap kejadian nyeri punggung
bawah. Ketika posisi tulang belakang dalam keadaan hiperekstensi, terjadi pembebanan
yang sangat besar pada bagian posterior pillar tulang belakang terutama permukaan
processus articularis pada tulang vertebra yang kontak dengan permukaan pasangannya.
Pembebanan ini menyebabkan stress contact yang berlebihan antara kedua permukaan
sendi, meningkatkan gaya friksi pada setiap gerakan artrokinematika lumbal. Nosiseptor
pada facet joint merespon terhadap pembebanan ini dan menghasilkan nyeri pada
punggung bawah yang dikenal dengan istilah hyperextension syndrome (Neumann,
2009).
Hyperextension syndrome juga berdampak pada menyempitnya foramen
intervertebralis yang dapat menekan akar saraf pada segmen terkait yang dapat
menghasilkan radicular back pain
34
2.3.3 Mekanisme Nyeri Punggung Bawah.
Tulang punggung (spinal column) terdiri dari tulang belakang (vertebrae), yang
terpisah dan berbantalkan piringan per-penyerapan yang dibuat dari tulang rawan. Tulang
belakang juga dilindungi oleh lapisan tipis tulang rawan dan ditopang oleh persendian
dan otot-otot yang berfungsi untuk membantu menyeimbangkan tulang punggung. Otot-
otot ini termasuk kedua otot iliopsoas (yang menyusuri kedua sisi tulang punggung),
kedua otot penegak tulang punggung (yang menyusuri sepanjang kedua sisi tulang
punggung yang ada dibelakangnya) dan otot paraspinal pendek yang banyak (yang
menyusur diantara tulang belakang). Otot perut (yang menyusur dari bagian bawah
rongga dada menuju panggul) juga membantu menyeimbangkan tulang punggung.
Sepanjang tali tulang belakang, syaraf tulang belakang timbul melalui ruang
diantara tulang belakang untuk terhubung dengan syaraf sepanjang tubuh. Pada syaraf
tulang belakang didekat tali tulang belakang disebut akar syaraf tulang belakang. Karena
letaknya berdekatan, akar syaraf tulang belakang bisa tertekan ketika tulang belakang
terluka dan bisa mengakibatkan nyeri (Latif, 2007).
2.3.4 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
Menurut Internasional Associal for the Studi of Pain (Benynda, 2016):
a. Nyeri punggung bawah akut, setelah dirasakan kurang dari 3 bulan, (b) Nyeri
punggung bawah kronik, telah dirasakan sekurangnya 3 bulan, (c) Nyeri punggung
bawah subakut telah dirasakan minimal 5-7 minggu, klasifikasi Nyeri punggung
bawah dibagi menjadi dua berdasarkan kriteria utama yaitu :
35
a. Nyeri punggung bawah berdasarkan jenis nyeri
Nyeri punggung bawah berdasarkan jenis nyeri terdiri dari macam jenis nyeri, yaitu
1) Nyeri punggung lokal
Nyeri punggung lokal merupakan jenis nyeri yang biasanya terletak di garis
tengah dengan radiasi ke kanan dan ke kiri. Nyeri ini dapat berasal dari bagian
di bawahnya seperti fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra, sendi dan
ligamen. Nyeri biasanya menetap atau hilang timbul, pada saat berubah posisi
nyeri dapat bekurang ataupun bertambahdan punggung nyeri apabila dipegang.
2) Iritasi pada radiks
Disebabkan ruang-ruang yang terdapat di dalam foramenvertebra atau kanalis vertebra
ini mengalami desakan antar ruang, sehingga akibat dari desakan tersebut
menyebabkan iritasi pada radiks dan timbulah sensasi nyeri.
Gambar 2.7 Syaraf terjepit lumbal
(Sumber: Free, 2016)
3) Nyeri rujukan somatis
Nyeri rujukan somatis merupakan nyeri yang disebabkan karena iritasi pada serabut-
serabut sensoris di permukaan yang dapat dirasakan lebih dalam pada dermatom
yang bersangkutan. Dan juga sebaliknya, iritasi di bagian dalam dapat dirasakan di
bagian lebih superfisial.
36
4) Nyeri rujukan viserasomatis
Nyeri rujukan viserosomatis merupakan nyeri yang disebabkan karena adanya
gangguan padaretroperitoneum,intraabdomen atau dalam ruangan panggul yang dapat
dirasakan di daerah pinggang.
5) Nyeri karena iskemik
Nyeri karena iskemia merupakan nyeri yang dapat disebabkan adanya
penyumbatan pada percabangan aorta ataupun arteri iliaka komunis. Rasa nyeri
ini dirasakan seperti rasa nyeri pada klaudikasio intermitens yang dapat dirasakan
di pinggang bawah, di gluteus atau menjalar ke paha.
6) Nyeri psikogen
Nyeri psikogen merupakan nyeri yang memiliki rasa nyeri yang sakitnya sangat
berlebihan dan tidak sesuai dengan distribusi saraf dan dermatom sehingga
menimbulkan reaksi wajah yang sering berlebihan
b. Nyeri punggung bawah berdasarkan faktor penyebab
Berdasarkan faktor penyebabnya nyeri punggung bawah terdiri dari 4 macam jenis
nyeri antara lain:
1) Nyeri punggung bawah spondilogenik
Nyeri spondilogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan karena adanya
kelainan pada vertebra, sendi dan jaringan lunaknya. Misalnya seperti spondilosis,
osteoma,osteoporosis dan nyeri punggung miofasial.
2) Nyeri punggung bawah viseronik
37
Nyeri viseronik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan karena adanya
kelainan pada organ dalam, misalnya kelainan ginjal, kelainan ginekologi dan tumor
retropritneal
3) Nyeri punggung bawah vasklogenik
Nyeri vaskulogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang disebabkan karena adanya
kelainan pembuluh darah, misalnya pada aneurisma dan gangguan peredaran darah.
4) Nyeri punggung bawah psikogenik
Nyeri psikogenik merupakan suatu sensasi nyeri yang timbul karena adanya
gangguan psikis seperti neurosis, ansietas dan depresi. (Benynda, 2016):
2.3.5 Tanda dan Gejala
Keluhan Nyeri punggung bawah sangat beragam, tergantung dari patofisiologi,
perubahan biokimia atau biomekanik dalam discus 9 intervertebralis. Bahkan pola
patofisiologi yang serupa pun dapat menyebabkan sindroma yang berbeda dari pasien.
Pada umumnya sindroma lumbal adalah nyeri. Sindroma nyeri muskulo skeletal yang
menyebabkan Nyeri punggung bawah termasuk sindrom nyeri miofasial dan
fibromialgia. Nyeri miofasial khas ditandai nyeri dan nyeri tekan seluruh daerah yang
bersangkutan (trigger points), kehilangan ruang gerak kelompo otot yang tersangkut (loss
of range of motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri
sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Fibromialgia mengakibatkan nyeri
dan nyeri tekan daerah punggung bawah, kekakuan, rasa lelah, dan nyeri otot (Dachlan,
2009).
38
Gejala penyakit punggung yang sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas,
dan nyeri serta paraestesia atau rasa lemah pada tungkai. Gejala serangan pertama sangat
penting. Dari awal kejadian serangan perlu diperhatikan, yaitu apakah serangannya
dimulai dengan tiba–tiba, mungkin setelah menggeliat, atau secara berangsur – angsur
tanpa kejadian apapun. Dan yang diperhatikan pula gejala yang ditimbulkan menetap
atau kadang–kadang berkurang. Selain itu juga perlu memperhatikan sikap tubuh, dan
gejala yang penting pula yaitu apakah adanya sekret uretra, retensi urine, dan
inkontinensia (Apley, 2013).
2.3.6 Etiologi
Etiologi nyeri punggung bermacam–macam, yang paling banyak adalah penyebab
sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu Nyeri punggung bawah dapat merupakan
nyeri rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem
kardiovaskuler. Proses infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga
menimbulkan Nyeri punggung bawah. Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat
diakibatkan beberapa faktor, ialah (a) otot, (b) discus intervertebralis, (c) sendi apofiseal,
anterior, sakroiliaka, (d) kompresi saraf / radiks, (e) metabolik, (f) psikogenik, (g) umur
(Dahlan, 2011).
Nyeri punggung dapat disebabkan oleh berbagai kelaianan yang terjadi pada
tulang belakang, otot, discus intervertebralis, sendi, maupun struktur lain yang
menyokong tulang belakang. Kelainan tersebut antara lain: (1) Kelainan kongenital /
kelainan perkembangan, seperti spondylosis dan spondilolistesis, kiposcoliosis, spina
bifida, ganggguan korda spinalis, (2) Trauma minor, seperti regangan, cedera whiplash,
39
(3) Fraktur, seperti traumatik misalnya jatuh, atraumatik misalnya osteoporosis, infiltrasi
neoplastik, steroid eksogen, (4) Hernia discus intervertebralis, (5) Degeneratif kompleks
diskus misalnya osteofit, gangguan discus internal, stenosis spinalis dengan klaudikasio
neurogenik, gangguan sendi vertebra, gangguan sendi atlantoaksial misalnya arthritis
reumatoid, (6) Arthritis spondylosis, seperti artropati facet atau sacroiliaka, autoimun
misalnya ankylosing spondilitis, sindrom reiter, (7) Neoplasma, seperti metastasisi,
hematologic, tumor tulang primer, (8) Infeksi / inflamasi, seperti osteomyelitis vertebral,
abses epidural, sepsis discus, meningitis, arachnoiditis lumbal. (9) Metabolik
osteoporosis–hiperparatiroid, (10) Vaskuler aneurisma aorta abdominalis, diseksi arteri
vertebral, (11) Lainnya, seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap tubuh, psikiatrik,
sindrom nyeri kronik. (Trimunggara. 2010).
40
2.3.7 Anatomi Punggung
Punggung merupakan struktur penyangga sekaligus penghubung tubuh bagian
atas dengan bagian bawah. Komponen utama punggung adalah tulang belakang, yang
tersusun atas ruas-ruas tulang belakang, mulai dari bagian leher sampai tulang ekor.
Gambar 2.8 Ruas-ruas tulang belakang.
Sumber: Atlas Of Human Anatomy ,Frank H. Netter
Ada sekitar 32-33 ruas tulang yang menyusun tulang belakang: 7 ruas tulang leher, 12
ruas tulang punggung atas, 5 ruas tulang punggung bawah, 5 ruas tulang sakrum (saat
41
dewasa menyatu menjadi sebuah ruas saja) dan 3-4 ruas tulang ekor. Ruas-ruas tulang
belakang tersebut saling berhubungan melalui persendian.
Didalam tulang belakang terdapat sebuah rongga memanjang dari tulang leher
sampai ekor yang menjadi tempat berjalannya saraf (sumsum) tulang belakang. Dari saraf
tulang belakang ini berjalan sekitar 60an saraf tepi melalui lubang-lubang yang terdapat di
samping kanan-kiri tulang belakang (Gambar 2). Disebut saraf tepi, karena otak dan saraf
tulang belakang dikenal sebagai saraf pusat.
Saraf tepi akan berjalan dari sumsum (saraf) tulang belakang sampai ke daerah
paling tepi yaitu otot dan kulit tubuh mulai dari leher, anggota gerak atas, dada, perut,
seluruh bagian punggung, pantat dan kedua tungkai bawah. Oleh karena itu, kelainan
pada saraf (sumsum) tulang belakang dan saraf tepi dapat menimbulkan gejala pada
anggota gerak, baik berupa nyeri, kesemutan atau bahkan kelumpuhan. (Fitria,2012)
2.3.8 Faktor Resiko
Adapun faktor resiko terjadinya Nyeri punggung bawah dapat dibedakan menjadi
tiga faktor, antara lain yakni:
1. Faktor individu.
a. Usia dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan hal
tersebut mulai terjadi pada saat seseorang berusia 30 tahun dengan
berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut dan
pengurangan cairan. Sehingga akan menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot
menjadi berkurang (Pratiwi et al., 2009). Prevalensi meningkat terus menerus dan
mencapai puncaknya antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia
seseorang, risiko untuk menderita Nyeri punggung bawah akan semakin meningkat
42
karena terjadinya kelainan pada diskus intervertebralis pada usia tua.
b. Indeks Massa Tubuh (IMT). Berdasarkan hasil penelitian seseorang yang over
IMT lebih berisiko 5 kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang
memiliki berat badan ideal. Semakin berat badan bertambah, tulang belakang akan
tertekan dalam menerima beban sehingga menyebabkan mudahnya terjadi
kerusakan pada struktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang
yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal. (Andini,
2015).
c. Jenis Kelamin.
Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Pada
wanita keluhan ini sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi,
selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang
berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang (Andini, 2015).
d. Kebiasaan Merokok.
Hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang adalah
karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
jaringan. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan berkurangnya kandungan
mineral pada tulang sehingga menyebabkan 8 nyeri akibat terjadinya keretakan atau
kerusakan pada tulang (Kantana, 2010).
43
2. Faktor Lingkungan Fisik
Faktor risiko lingkungan fisik terhadap nyeri punggung bawah antara lain getaran.
Getaran dapat menyebabkan kontraksi otot meningkat yang menyebabkan peredaran
darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri.
Getaran berpotensi menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah ketika seseoang
menghabiskan waktu lebih banyak di kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki
hazard getaran (Andini,2015)
3. Faktor perkerjaan.
a. Masa Kerja
Semakin lama masa bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko
maka semakin besar pula risiko untuk mengalami LBP dikarenakan nyeri punggung
merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan
menimbulkan manifestasi klinis (Kantana, 2010).
b. Beban pekerjaan
Beban kerja merupakan sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh individu
atau kelompok, selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaa atau
gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik
yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan
menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan
lainnya (Gupta 2015).
44
c. Durasi (Lama kerja)
Dewasa umumnya menghabiskan sebanyak 6-8 jam per hari atau lebih dari 45-
50% dari waktu bangun mereka dalam posisi duduk. Penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa lama duduk dapat menjadi faktor risiko terhadap nyeri
punggung bawah. Durasi terdiri dari durasi singkat jika kurang dari satu jam per
hari, durasi sedang yaitu satu sampai 2 jam per hari, dan durasi lama yaitu selama
lebih dari 3 jam jam per hari. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika
gerakan berulang-ulang dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum
mencapai jaringan maka akan terjadi kelelahan otot (Gupta 2015).
d. Posisi kerja
Bekerja dengan posisi janggal dapat meningkatkan jumlah energi yang
dibutuhkan dalam bekerja. Posisi janggal adalah posisi tubuh yang tidak sesuai pada
saat melakukan pekerjaan sehingga dapat menyebabkan kondisi dimana transfer
tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan
kelelahan. Yang termasuk dalam posisi janggal yakni pengulangan atau waktu lama
dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang
dalam posisi statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area
tubuh seperti bahu, punggung, dan lutut karena daerah inilah yang paling sering
mengalami cedera (Andini, 2015).
45
f. Repetisi
Merupakan pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Keluhan otot
terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban terus menerus tanpa memperoleh
kesempatan untuk relaksasi.
2.3.9 Patofisiologi Nyeri punggung bawah
Everett (2010) menyebutkan pada umumnya nyeri punggung bawah disebabkan
oleh sebuah peristiwa traumatis akut, atau trauma kumulatif dimana berat ringannya
suatu peristiwa traumatis akut sangatlah bervariasi. nyeri punggung bawah akibat trauma
kumulatif lebih sering terjadi di tempat kerja, misalnya karena duduk statis terlalu lama
atau posisi kerja yang kurang ergonomis.
Beberapa struktur anatomis elemen-elemen tulang punggung bawah antara lain :
tulang, ligamen, tendon, diskus, otot dan saraf diduga memiliki peran yang besar untuk
menimbulkan rasa nyeri. Struktur disekitar diskus intervertebralis yang sensitif terhadap
rasa sakit ialah: ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior,
korpus vertebra, akar saraf, dan kartílago dari facet joint. Banyak dari komponen-
komponen tersebut diatas memiliki persarafan sensoris yang dapat menghasilkan sinyal
nosiseptif yang merupakan reaksi terhadap adanya suatu kerusakan jaringan. Penyebab
lainnya bisa neuropatik, misalkan ischialgia. Kebanyakan kasus nyeri punggung bawah
kronis merupakan campuran antara nosiseptif dan neuropatik.
Konsep spiral degeneratif biomekanis memiliki bobot kualitas yang baik serta
mendapatkan penerimaan yang lebih luas para ahli. Secara biomekanik,pergerakan tulang
punggung bawah merupakan gerakan kumulatif dari tulang-tulang vertebra lumbalis,
46
dengan 80-90% merupakan gerakan fleksi dan ekstensi lumbal yang terjadi di diskus
intervertebralis L4-L5 dan L5-S1. Posisi gerakan tulang belakang lumbal yang paling
berisiko untuk mengakibatkan nyeri punggung bawah ialah fleksi ke depan
(membungkuk), rotasi (memutar), dan ketika mencoba untuk mengangkat benda berat
dengan tangan terentang kedepan. Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan
oleh serat kolagen annular diskus. Pembebanan aksial dengan durasi yang lebih lama
menciptakan tekanan ke anulus fibrosus lebih lama dan mengakibatkan tekanan
menyebar ke endplates. Jika anulus dan endplate dalam keadaan baik, kekuatan beban
dapat dengan baik ditahan. Namun tekanan yang dihasilkan dari kontraksi otot lumbal
dapat bergabung dengan tekanan beban dan dapat meningkatkan tekanan intradiskal
yang melebihi kekuatan serat annular diskus intervertbralis.
Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan fleksi dan
torsi lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus pada resiko untuk
mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus fibrosis yaitu nukleus pulposus dapat
menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus fibrosus ini
tidak mempunyai persarafan sehingga bila mengalami kerobekan tidak menimbulkan rasa
nyeri. Tetapi apabila nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar dari annulus fibrosus,
kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karena tepi aspek posterior dari annulus
fibrosus mendapat persarafan dari beberapa serabut saraf dari n.sinuvertebral dan aspek
lateral dari diskus disarafi pada bagian tepinya oleh cabang dari rami anterior dan gray
rami communicants (Everet, 2010).
47
Penelitian sejak akhir abad ke-20 menunjukkan bahwa penyebab kimia dapat
berperan dalam produksi nyeri punggung bawah. Konsep ini merumuskan bahwa
robeknya serat annular memungkinkan enzim fosfolipase A2 (Phospholipase A2/PLA2),
glutamat dan mungkin senyawa lainnya yang belum diketahui yang merupakan
komponen dari nukleus pulposus, masuk ke ruang epidural dan menyebar ke Dorsal
Root Ganglion (DRG). Komponen dari nukleus pulposus, yang paling terkenal adalah
enzim fosfolipase A2 (PLA2). PLA2 ini dapat berpengaruh secara langsung pada jaringan
saraf, atau mungkin berperanan dalam mengatur respons inflamasi kompleks yang
bermanifestasi sebagai nyeri punggung bawah.
Glutamat, yang merupakan transmitter neuroexcitatory, telah diidentifikasi
berada dalam proteoglikan diskus yang mengalami degenerasi dan telah ditemukan
menyebar ke DRG yang mempengaruhi reseptor glutamat. Substansi P (pain / nyeri)
berada di neuron aferen, termasuk DRG, dan dilepaskan sebagai respon terhadap
rangsangan berbahaya, seperti getaran dan kompresi mekanik saraf. Vertebra yang tidak
stabil dan segmen diskus menjadi lebih rentan terhadap getaran dan beban fisik
berlebihan, sehingga mengakibatkan terjadinya kompresi DRG dan merangsang
pelepasan substansi P. Substansi P, pada gilirannya, merangsang pelepasan histamin dan
leukotriene, yang mengarah ke sebuah perubahan transmisi impuls saraf. Neuron
menjadi lebih peka terhadap rangsangan mekanik, mungkin menyebabkan iskemia, yang
menarik sel polymorphonuclear dan monosit ke daerah-daerah yang memfasilitasi
degenerasi diskus lebih lanjut dan menghasilkan rasa nyeri yang lebih besar.
48
Pada gerakan fleksi lumbal, ketegangan tertinggi dicatat pada ligamen
interspinous dan supraspinous, diikuti oleh ligamen intracapsular dan ligamentum
flavum. Pada gerakan ekstensi lumbal, ligamen yang mengalami ketegangan tinggi ialah
ligamentum longitudinal anterior. Gerakan fleksi ke lateral menghasilkan ketegangan
tertinggi di ligamen kontralateral. Gerakan rotasi menghasilkan ketegangan tertinggi di
ligamen kapsuler. Pembebanan yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada
ligament tersebut diatas dan menimbulkan rasa nyeri (Mario, 2005).
Nyeri adalah salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting.
Rangsangan nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yang secara sadar mengalami rasa
nyeri dan reaksi yang tidak sadar berapa reflek-reflek yang menyertai nyeri seperti
menghindar, immobilisasi sendi yang mengalami kerusakan dan ketegangan otot.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
sistem saraf pusat. Untuk menghantar nyeri, pada jaringan lunak terdapat ujung saraf
aferen sebagai reseptor nyeri (nociceptor).
Reseptor tersebut bersambung dengan saraf aferen yang terdiri dari saraf A alfa,
A delta dan saraf C. Saraf A alfa adalah saraf bermielin yang menghambat nyeri, saraf A
delta adalah saraf bermielin yang menghantar rasa suhu dan nyeri yang bersifat cepat dan
tajam sedangkan C adalah saraf yang menghantar rasa nyeri lambat yang kronik.
Saraf A delta dan saraf C meneruskan impuls nyeri menuju kolumna dorsalis
medulla spinalis. Saraf aferen A delta masuk ke sel saraf di lamina I dan bagian luar
lamina II, sedangkan saraf C masuk ke sel saraf lamina II dan V. Selanjutnya
49
menyeberang kontra lateral yaitu ke antero medulla spinalis terus berjalan keatas menuju
batang otak dan thalamus melalui dua jalur. Jalur langsung yang melalui spinothalamikus
ke korteks somatosensoris sehingga nyeri mulai bisa dirasakan, sedangkan jalur yang
tidak langsung melalui formasio retikularis ke korteks selebri dan korteks asosiasi
sensoris sehingga dapat dirasakan intensitas, lokasi dan lamanya nyeri. Proses perjalanan
diatas disebut transmisi (Anita dalam Ibrahim 2015).
2.3.10 Ergonomi
Kata „ergonomi‟ yang telah kita ketahui berasal dari bahasa yunani, “Ergon” (Kerja)
dan “Nomos: (hukum) atau dapat diartikan ilmu yang memperlajari tentang hukum-
hukum kerja (Pristika, 2012). Dengan demikian, ergonomi merupakan suatu sistem yang
berorientasi pada disiplin ilmu yang sekarang diterapkan pada aspek pekerjaan atau
kegiatan manusia.
Ergonomi adalah ilmu penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun
istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara
kualias hidup secara keseluruhan yang akan lebih baik (Tawaka et all, 2004).
1. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban krja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja, (b) Meningkatkan kesejahteraan
sosial melalaui peningkatkan kualitas kontak sosial, mengelolah dan
50
mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik
selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif
(c)Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek tehnis,
ekonomi, antropolohi dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kualitas kerja dan kuliatas hidup yang tinggi (Tarwaka et all,
2004).