49
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya pemeriksaan bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan pengendalian sudah sesuai dengan yang diharapkan.dalam pengertian pemeriksaan terdapat dua unsur yang selalu kita temui yaitu kondisi dan kriteria.kondisi adalah kenyataan yang ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa. Kriteria merupakan bahan pembanding sehingga dapat menetapkan apakah suatu kondisi tersebut menyimpang atau tidak.faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali yang dihadapi pimpinan perusahaan yang memperkerjakan ribuan karyawan dan mengelola kegiatan di berbagai tempat yang terpencar.berbagai penyimpangan dan ketidak wajaran dalam menyelenggarakan buku perusahaan merupakan masalah nyata yang harus dihadapi. Untuk mendeteksi dan mencegah berbagai masalah yang ada didalam menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut, audit internal yang memadai adalah audit internal yang memenuhi standar profesi audit (SPAI). Menurut Hiro Tugiman (2003), Standar Profesi Audit Internal meliputi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Audit Internal

Pada dasarnya pemeriksaan bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan

pengendalian sudah sesuai dengan yang diharapkan.dalam pengertian pemeriksaan

terdapat dua unsur yang selalu kita temui yaitu kondisi dan kriteria.kondisi adalah

kenyataan yang ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang

diperiksa. Kriteria merupakan bahan pembanding sehingga dapat menetapkan

apakah suatu kondisi tersebut menyimpang atau tidak.faktor utama diperlukannya

audit internal adalah meluasnya rentang kendali yang dihadapi pimpinan

perusahaan yang memperkerjakan ribuan karyawan dan mengelola kegiatan di

berbagai tempat yang terpencar.berbagai penyimpangan dan ketidak wajaran dalam

menyelenggarakan buku perusahaan merupakan masalah nyata yang harus

dihadapi.

Untuk mendeteksi dan mencegah berbagai masalah yang ada didalam

menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut, audit internal

yang memadai adalah audit internal yang memenuhi standar profesi audit (SPAI).

Menurut Hiro Tugiman (2003), Standar Profesi Audit Internal meliputi :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

10

a. Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya

terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para

pemeriksa internal.

b. Keahlian dan penggunaan kemahiran professional secara cermat dan

seksama para auditor internal

c. Lingkup pekerjaan audit internal

d. Pelaksanaan tugas audit internal

e. Manajemen unit audit internal

2.1.1 Pengertian Audit Internal

Audit Internal telah berkembang dari yang hanya sekedar profesi yang

memfokuskan diri pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang

memiliki orientasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen.

Audit internal merupakan elemen pengawasan dari struktur pengendalian

intern dalam suatu perusahaan, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari

elemen-elemen struktur dari pengendalian intern lainnya.

Menurut Mulyadi (2002:202) pengertian audit internal yaitu adalah sebagai berikut

“Audit Internal merupakan kegiatan penilaian bebas yang terdapat dalam organisasi

yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain

untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggungjawab

mereka dengan cara menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-

komentar penting terhadap kegiatan manajemen”.

Sedanngkan menurut Hiro Tugiman (2001:11) pengertian audit internal yaitu

sebagai berikut :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

11

“Internal Auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang

independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan

organisasi yang dilaksanakan.”

Dari berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulakn bahwa audit

internal adalah suatu aktivitas penilaian yang bersifat independensi ini diharapkan

auditor internal dapat memberi laporan yang objektif kepada manajemen atas hasil

temuan serta kesimpulan selama pemeriksaan dan dapat melakukan evaluasi

terhadap operasional resiko, proses pengaturan yang efektif, dengan pendekatan

yang sistematis, dan apakah telah menerapkan Good Corporate Governance

(GCG).

Berdasarkan definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa pengertian audit

internal mencakup :

a. Audit Internal merupakan suatu aktivitas penilaian independent dalam suatu

organisasi.ini berarti bahwa seseorang yang melakukan penilaian tersebut

adalah pegawai perusahaan.

b. Dalam pengukuran yang dilakukan oleh auditor internal, independensi dan

objektivitas harus dipegang.

c. Dalam pengukuran yang dilakukan oleh auditor internal bertanggung jawab

langsung pada pimpinan.

d. Auditor internal memeriksa dan mengevaluasi seluruh kegiatan baik

financial maupun non financial

e. Menentukan apakah kebijakan dan prosedur telah ditetapkan dijalankan

sesuai dengan target dalam mencapai tujuan organisasi.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

12

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa audit

internal adalah :

1. Suatu aktivitas independen dan objektif

Definisi terdahulu menggambarkan audit internal sebagai fungsi penilaian

independen yang dibentuk dalam organisasi, sedangkan definisi terbaru

mengakui profesi yang lebih fleksibel dan meninggalkan konsep

independensi yang didefinisikan secara sempit.

2. Aktivitas pemberian jaminan dan konsultasi

Fungsi penilaian tidak lagi menjadi jasa yang diberikan oleh audit internal

dan tidak mengantisipasi peran auditor yang meningkat dan pengaruhnya

yang semakin berkembang dalam organisasi. Konsep aktivitas pemberian

pinjaman dan konsultasi memfokuskan pada para pengguna jasa, bila

profesi auditor internal tidak dapat memenuhi kebutuhan para pengguna,

mereka akan memperolehnya dari pihak luar perusahaan.

3. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambahan serta meningkatkan

kegiatan operasi organisasi

Konsep ini menempatkan audit internal ke inti organisasi. Perubahan

filosofi ini sepenuhnya dapat diterima oleh semua auditor. Sebagaian

auditor merasa bahwa istilah “memberi nilai tambah” akan menjadi using

dan sebagian orang merasa bahwa auditor internal auditor hanya bertangg

ung jawab pada komite audit.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

13

4. Membantu organisasi dalam usaha pencapaian tujuan

Definisi baru berusaha meningkatkan audit internal dengan faktor penting

dan proses inti dengan menempatkan aktivitas audit internal sebagai suatu

usaha untuk organisasi dalam mencapai tujuannya.

5. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi

dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian dan proses

pengelolaan organisasi

2.1.2 Tujuan Audit Internal

Tujuan audit internal menurut The Chief of Internal Auditors (Sawyer,

2005:28) yaitu:

“The objective of internal audit to provide guidance and related matters to

the organization so as to assist management in the dischange of its

responsibilities for installing and maintaining controls that to ensure

organizatiomal objective are achieved. To this end it furnishes them with

analysis, appraisals, recommendation and information concerning the

activities reviewed”.

Menurut pernyataan CIA, tujuan audit internal adalah untuk menyediakan

suatu pedoman bagi organisasi yang dapat membantu manajemen dalam

melaksanakan tanggungjawabnya untuk membentuk dan memelihara pengendalian

yang dapat memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Untuk

itu fungsi audit internal akan memberikan analisis, penilaian, rekomendasi,

konsultasi, dan membentuk informasi mengenai aktivasi yang diperiksa.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

14

Menurut The Institute of Internal Auditors (1995:29) tujuan audit internal adalah

sebagai berikut:

“The scope of internal auditing should encompass the examination and

evaluation of the adequacy and effectiviness of the organization’s system

of internal control and the quality of perfomance in carrying out assigned

responsibilities.”

Menurut IIA, ruang lingkup audit internal harus mencakup pemeriksaan dan

evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal dan

kualita kinerja dalam melaksanakan tanggungjawab yang diberikan.

2.1.3 Fungsi Dan Tanggung Jawab Auditor Internal

Fungsi audit internal membutuhkan pemeriksaan yang berkualitas tinggi.Fungsi

audit internal ini tidak akan berhasil dan berjalan tanpa adanya orang-orang yang

mempunyai pengetahuan yang cukup, mempunyai daya imajinasi yang kuat, serta

berinisiatif dan mempunyai kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

Fungsi audit internal juga ditentukan oleh dukungan dan bantuan yang penuh dan

nyata yang diberikan oleh pimpinan tertinggi perusahaan.

Fungsi audit internal menurut Hiro Tugiman (2006;11) adalah sebagai berikut :

“Fungsi internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi

penilaian yang independen dalam suatu organisasi, untuk menguji dan

mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.tujuannya adalah

membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung

jawabnya secara efektif.”

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

15

Sedangkan menurut SPAP yang dikeluarkan IAI (2012:319.28), fungsi

pemeriksaan internal dinyatakan sebagai berikut :

“Fungsi audit internal ditetapkan dalam satuan usaha untuk memeriksa dan

mengevaluasi kecukupan dan efektivitas kebijakan dan prosedur struktur

pengendalian internal lain, penetapan suatu fungsi audit internal yang

efektif mencakup pertimbangan wewenang dan hubungan pelaporannya,

kualifikasi staf dan sumber dayanya.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pemeriksaan internal meliputi hal-hal sebagai

berikut :

a. Penilaian terhadap prosedur dan masalah-masalah yang berhubungan

dengan itu, seperti penilaian efesiensi prosedur yang telah ditetapkan dan

pengembangan serta penyempurnaan prosedur tersebut

b. Penilaian terhadap data yang dihasilkan oleh system akuntansi dan

membuat analisis lebih lanjut untuk mendukung kesimpulan tertentu

c. Penilaian kegiatan yang menyangkut ketaatan terhadap kebijakan,

peraturan pemerintah dan kewajiban-kewajiban dengan pihak luar.

Audit internal mempunyai tanggung jawab dan kewenangan audit atas

penyediaan informasi untuk menilai keefektifan sistem pengendalian internal dan

mutu pekerjaan orang dalam perusahaan. Oleh karena itu, kepala bagian audit

internal harus menyiapkan uraian tugas yang lengkap mengenai tujuan,

kewenangan, dan tanggung jawab bagian audit internal.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

16

Hal ini sesuai dengan SPAI yang dikutip oleh Konsorsium Organisasi Profesi

Audit Internal (2004;8) tentang tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab audit

internal :

“Tujuan kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus

dinyatakan secara formal dalam eharter audit internal, konsisten dengan

SPAI, dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan dewan pengawas

organisasi.”

Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan, wewenang, dan

tanggung jawab audit internal di dalam suatu perusahaan harus dijelaskan secara

rinci dan jelas dalam dokumen tertulis yang formal dan disetujui oleh dewan

komisaris. Dokumen tersebut harus menjelaskan tujuan dari bagian audit khususnya

mengenai ruang lingkup audit. Namun demikian, bagian audit internal tidak

memilik tanggung jawab atau kewenangan terhadap aktivitas yang diauditnya.

2.1.4 Keriteria Auditor Internal

2.1.4.1 Independensi

Menurut Mulyadi (2002), independensi adalah :

“sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak

tergantung pada orang lain, dapat diartikan sebagai adanya kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif

tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya.”

Independensi bukan hanya penting secara formal tetapi juga dalam

bertindak dan pola berfikir.banyak ahli di bidang akuntansi dan auditing, telah

menciptakan landasan yang kuat pada konsep independensi.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

17

Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan, Independensi memungkinkan

auditor internal untuk melakukan pekerjaan audit secara bebas dan objektif. Hal ini

berarti dalam memberikan penilaian auditor internal tidak melihat kepada siapapun,

serta dapat membuat pertimbangan penting secara netral dan tidak menyimpang.

Hal ini dapat tercapai apabila audit internal di berikan status dan kedudukan yang

jelas, seperti yang dikemukakan Hiro Tugiman (2006;20), sebagai berikut :

“para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya

secara bebas dan objektif.kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan

penilaian yang tidak memihak dan tanpa perangsangka, hal mana sangat diperlukan

atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh

melalui status organisasi dan obejktif pada auditor internal,”

Independensi mengakut dua aspek, yaitu :

a. Status organisasi

Merupakan kedudukan formal di dalam suatu perusahaan secara

keseluruhan, status organisasi auditor internal harus memberikan kebebasan

untuk memenuhi atau menyelesaikan tanggung jawab pemeriksaan yang di

berikan. Dukungan dari manajemen senior dan dewan direksi sangat

diperlukan oleh auditor internal agar dapat bekerja sama dengan pihak yang

akan diperiksa dan dapat menyelesaikan tugasnya secara bebas dan tidak

ada campur tangan pihak lain.

b. Objektivitas Auditor

Yaitu auditor tidak boleh terlibat dalam pengembalian keputusan

operasional persuhaan, termasuk dalam desain system manajemen operasi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

18

Audit internal harus selalu bersikap obejktif dalam melakukan audit.

Objektifitas merupakan kebebasan sikap mental yang harus dipertahankan

oleh auditor internal dalam melakukan audit, dan auditor internal tidak

boleh membiarkan pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh orang lain

Objektivitas auditor internal menurut Standar Profesi Audit Internal (2004) adalah

sebagai berikut :

“auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif , tidak memihak

dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan

(conflict of interest).”

2.1.4.2 Tanggung Jawab dan Kewenangan Audit

Audit internal mempunyai tanggung jawab dan kewenangan audit atas

penyedian informasi untuk menilai efektivitas system pengendalian intern (SPI)

dan mutu pengelolaan organisasi perusahaan. Oleh karena itu satuan kerja audit

internal menyiapkan uraian tugas yang lengkap mengenai tujuan , kewenangan, dan

tanggung jawab satuan kerja audit internal.

Hal itu sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal (2004) tentang

tanggung jawab dan kewenangan audit internal :

“Tujuan, Kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan

secara formal dalam character audit internal, konsisten dengan standar profesi audit

internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan dewan pengawas

organisasi.”

Dari kutipan diatas diketahui bahwa tujuan,kewenangan dan tanggung

jawab audit internal didalam organisasi harus dinyatakan secara sah dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

19

dokumen kewenangan dan tanggung jawab audit internal, selain itu setaip orang

dalam organisasi harus memiliki tugas dan tanggung jawab atas pengendalian

internal nya, misalnya :

a. Manajemen, terdiri dari Dewan Komisaris dan Dewan Direksi yang

pada pokoknya bertanggung jawab dan mengasumsikan “kepemilikan”

system pengendalian intern tersebut, lebih dari individu yang lain, dan

sebagai role mode menetapkan “ tone of the top” yang mempengaruhi

integritas, etika, budaya kerja, dan factor-faktor lain untuk lingkungan

pengendalian yang positif.

b. Dewan komisaris, bertanggung jawab melakukan pengawasan dan

memastikan bahwa kebijakan, pengaturan, dan pedoman yang telah

disediakan telah dilaksanakan secara efektif.

c. Dewan direktur, bertanggung jawab untuk menyediakan kebijakan,

pengaturan, dan pedoman untuk dilaksanakan, sedangkan setiap

anggota dewan harus bekerja secara efektif, yakni harus bersifat

obyektif, cakap, dan cermat dalam mengelola operasionalitas

perusahaan.

d. Auditor internal, memainkan peranan penting dalam mengevaluasi

efektifitas system pengendalian, dan sebagai “member of the

authority”,Fungsi audit internal harus memainkan peran audit dan

monitoring secara signifikan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

20

2.1.4.3 Kemampuan Profesional

Menurut Hiro Tugiman (2006;27) kemampuan professional adalah sebagai berikut

“merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor

internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah

menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki

pengetahuan, kemampuan, dan bebagai displin ilmu yang diperlukan untuk

melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.”

Kemampuan Profesional Mencakup :

1. bagian audit internal, harus :

a. memberikan jaminan atau kepastian teknis dan latar belakang

pendidikan para pemeriksa internal telah sesuai dengan

pemeriksaan yang akan dilaksanakan.

b. memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang

dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan.

c. memberikan kepastian bahwa pelaksanaan pemeriksaan internal

akan diawasi sebagaimana mestinya.

2. Audit Internal harus :

a. Mengetahui standar profesional dalam melakukan pemeriksaan.

b. Memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang

penting dalam pelaksanaan pemeriksaan.

c. Memiliki kemampuan untuk menghadapi orang lain dan

berkomunikasi secara efektif.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

21

d. Meningkatkan kemampuan teknisnya melalui pendidikan yang

berkelanjutan.

e. Melaksanakan ketelitian professional yang sepantasnya dalam

melakukan pemeriksaan.

2.1.4.4 Tujuan dan ruang lingkup audit internal

Menurut Konsorium Organisasi Profesi Audit Internal SPAI (2004;81) menyatakan

bahwa :

“Tujuan, Kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan

secara formal dan character audit internal, konsisten dengan SPAI dan mendapat

persetujuan dari pimpinan dan tanggung jawab dewan pengawas organisasi”

Tujuan audit internal menurut Hiro Tugiman (2006;99) adalah sebagai berikut :

“Tujuan pelaksanaan audit adalah membantu para anggota organisasi agar dapat

melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Tujuan internal mencakup pula

usaha mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya wajar”.

Ruang lingkup pekerjaan audit internal meliputi pengujian dan evaluasi

terhadap kecukupan dan keefektifan system pengendalian internal yang dimiliki

oleh perusahaan dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab

(HiroTugiman,2006:41).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

22

2.1.4.5 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan dapat dinyatakan oleh Hiro Tugiman (2006:53)

sebagai berikut :

“Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan

pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up).”

Pelakasanaan kegiatan pemeriksaan, meliputi :

1.Perencanaan Pemeriksaan

Perencanaan pemeriksaan internal harus didokumentasi dan harus meliputi :

a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.

b. Memperoleh informasi dasar (background information) tentang kegiatan

yang akan di audit.

c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan

pemeriksaan.

d. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

e. Melaksanakan survey secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang

diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, serta untuk

memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan di periksa.

f. Penulisan program pemeriksaan

g. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil pemeriksaan

akan disampaikan.

h. Memperoleh persetujuan bagi rencan kerja pemeriksaan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

23

2. pengujian dan pengevaluasian informasi

Internal auditor haruslah mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi,

dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil pemeriksaan.

Proses pengujian dan pengevaluasian informasi adalah sebagai berikut:

a. Semua informasi yang berhubungan dengan tujuan audit dan ruang lingkup

kerja harus dikumpulkan.

b. Informasi haruslah mencukupi,kompeten, relevan dan berguna untuk

membuat dasar yang logis bagi temuan pemeriksaan dan rekomendasi.

c. Prosedur pemeriksaan, teknik pengujian dan penarikan contoh yang

dipergunakan, harus terlebih dahulu diseleksi bila memungkinkan dan

diperluas atau diubah bila keadaan menghendaki demikian.

d. Prosedur pengumpulan, analisis penafsiran, dan pembuktian kebenaran

informasi haruslah diawasi untuk memberikan kepastian bahwa sikap

objektif auditor terus dijaga dan sasaran pemeriksaan dapat dicapai.

e. Kertaskerja audit adalah dokumen pemeriksaan yang harus dibuat oleh

auditor dan tinjauan atau ditelaah oleh manajemen bagian audit internal.

Kertas kerja ini harus mencantumkan berbagai informasi yang diperoleh

dan dianalisis serta dibuat harus mendukung dasar temuan pemeriksaan dan

rekomendasi yang akan dilaporkan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

24

3. Pencapaian Hasil Pemeriksaan

Internal auditor harus melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukannya.

a. Laporan tertulis yang ditandatangani haruslah dikeluarkan setelah

pengujian terhadap pemeriksaan (audit examination) selesai dilakukan.

Laporan sementara dapat dibuat secara tertulis atau lisan dan diserahkan

secara formal atau informal.

b. Internal auditor harus terlebih dahulu mendiskusikan berbagai kesimpulan

dan rekomendasi dengan tingkatan manajemen yang tepat, sebelum

mengeluarkan laporan akhir.

c. Suatu laporan haruslah objektif,jelas,singkat, konstruktif dan tepat waktu.

d. Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup, dan hasil

pelaksanaan audit, dan bila di pandang perlu, laporan harus pula berisikan

pernyataan tentang pendapat auditor.

e. Laporan dapat mencantumkan berbagai rekomendasi bagi berbagai

perkembangan yang mungkin dicapai, pengakuan terhadap kegiatan yang

dilaksanakan secara meluas dan tindakan korektif.

f. Pandangan dari pihak auditee tentang berbagai kesimpulan atau

rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan audit.

g. Pimpinan audit internal atau staf yang ditunjukan harus mereview dan

menyetujui laporan pemeriksaan akhir, sebelum laporan tersebut

dikeluarkan, dan menentukan kepada siapa laporan tersebut akan

disampaikan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

25

4. Tindak Lanjut Hasil Audit

Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak

lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang

dilaporkan telah dilakukan tindakan korektif yang diusulkan telah dilakukan dan

memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen senior atau

dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya tindakan korektif atas

temuan yang dilaporkan .

Prosedur pemantauan hasil audit menurut Tampubolon (2005:153) dari:

a. Evaluasi terhadap anggapan yang diberikan oleh manajemen.

b. Evaluasi terhadap jangka waktu yang dibutuhkan oleh manejemen untuk

menanggapi hasil observasi dan rekomendasi yang termuat dalam laporan

hasil audit, dengan pertimbangan bahwa semakin segera sebuah isu

diselesaikan akan semakin baik

c. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut

Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut harus dilakukan, agar dapat:

1. Diketahui perkembangannya.

2. Diingatkan apabila belum dapat melaksanakan komitmen perbaikan

menjelang atau sampai batas waktu yang dijanjikan.

d. Analisis dan verikasi kecukupan tindak lanjut

Dari hasil pemantauan tindaklanjut, dilaksankan analisis dan verifikasi

kecukupan atas realisasi perbaikan. Apabila terdapat kesulitan atau hambatan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

26

yang menyebabkan tindak lanjut tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana

mestinya, perlu dilakukan pengecekan kembali terhadap hal tersebut.

e. Adanya sebuah prosedur komunkiasi yang memungkinakan SKAI

mendorong manajemen untuk meningkatkan tanggapannya yang dinilai

kurang memuaskan atau tidak sesuai yang diharapkan dan disepakati

sebelumnya.

f. Pelaporan tindak lanjut.

SKAI memberikan laporan tertulis kepada direktur utama dan dewan

komisaris/komite audit untuk tindakan administratif lebih lanjut.

2.2 Kecurangan (Fraud)

Pada umumnya dikenal dua tipe kesalahan, yaitu kekeliruan (errors) dan

ketidakberesan (irregularities). Errors merupakan kesalahan yang timbul sebagai

akibat tindakan yang tidak disengaja yang dilakukan manajemen atau karyawan

perusahaan yang mengakibatkan kesalahan teknis perhitungan, pemindahbukuan,

dan lain-lain. Sedangkan irregularities merupakan kesalahan yang sengaja

dilakukan oleh manajemen atau karyawan perusahaan yang mengakibatkan

kesalahan material terhadap penyajian laporan keuangan, misalnya kecurangan

(fraud).

Dalam istilah sehari-hari fraud dapat diartikan dengan istilah pencurian,

pemerasan, penggelapan, pemalsuan, penyalahgunaan kekuasaan, kelalaian, dan

lain-lain. Namun demikian, semua istilah ini merupakan tindakan kriminal atau

kejahatan (crime). Untuk lebih jelasnya, perlu diketahui pengertian fraud, faktor-

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

27

faktor yang mendorong terjadinya fraud, tanda-tanda fraud, unsur-unsur fraud,

jenis dan bentuk fraud serta pencegahan yang dilakukan untuk mengantisipasi

terjadinya fraud.

2.2 Pengertian Kecurangan (Fraud)

Kecurangan (fraud) dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan atau

perbuatan untuk menyembunyikan, menutupi atau tindakan tidak jujur lainnya,

melibatkan atau meniadakan suatu perbuatan atau membuat pernyataan yang salah

dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan keuangan lainnya atau meniadakan

suatu kewajiban.

Menurut Hiro Tugiman ( 2006:63) kecurangan didefinisikan sebagai berikut :

“Fraud mencakup perbuatan melanggar hokum dan pelanggaran terhadap peraturan

dan perundang-undangan lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat

curang.perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau

kerugian suatu organisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang diluar organisasi

tersebut”.

Sedangkan pengertian fraud menurut Ali(2004) adalah sebagai berikut :

“fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan untuk

menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan

memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan”.

Dapat disimpulakan bahwa fraud merupakan suatu perbuatan yang

bertentangan dengan kebenaran dan dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh

sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya sehingga dapat mengakibatkan

kerugian pada perusahaan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

28

Fraud dapat melibatkan beberapa pihak, seperti :

1. Pihak internal, yaitu seperti pegawai ataupun manajemen.

2. Pihak eksternal, yaitu seperti costumer atau pihak ketiga.

3. Kerjasama, yaitu seperti fraud yang dilakukan secara kerjasama antara

pihak eksternal dan pihak internal.

2.2.1 Klasifikasi Kecurangan

Untuk melakukan pencegahan terhadap terjadinya kecurangan, maka harus

mengetahui jenis-jenis kecurangan dalam buku Fraud auditing yang diterbitkan

Yayasan Pendidikan Audit internal (2008:11) yaitu:

1. Employee embezzlement atau occupational fraud

Kecurangan yang dilakukan pegawai karena jabatan atau kedudukannya dalam

organisasi.

2. Management fraud

Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, biasanya dengan melakukan

penyajian laporan keuangan yang tidak benar untuk keuntungan organisasi

atau perusahaan.

3. Investment scam,

Kecurangan yang dilakukan dengan membujuk investor untuk menanamkan

uangnya pada suatu bentuk investor untuk menanamkan uangnya pada suatu

bentuk investasi dengan janji akan memperoleh hasil investasi yang berlipat

dalam waktu cepat. Untuk meyakinkan investor, pada awal mulai investasi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

29

investor diberikan hasil seperti yang dijanjikan, tetapi pada waktu kemudian

macet.

4. Vendor fraud

Kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau organisasi yang menjual

barang/jasa dengan harga yang terlalu tinggi dibandingkan dengan

kwalitasnya atau barang/jasanya tidak direalisasikan walaupun pembeli telah

membayar, korbannya adalah pembeli.

5. Customer fraud

Kecurangan yang dilakukan pembeli/pelanggan. Pembeli tidak/kurang

membayar harga barang/jasa yang diterima, korbannya adalah penjual.

6. Computer fraud

Kecurangan yang dilakukan dengan cara merusak program komputer, file,

data, sistem operasi, alat atau media yang digunakan yang mengakibatkan

kerugian bagi organisasi yang sistem komputernya dimanipulasi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

30

2.2.2 Jenis-jenis Kecurangan (Fraud)

Dalam artikel yang berjudul Komputer vs Fraud Audit disebutkan bahwa

klasifikasi terjadinya fraud tergantung pada kreativitas pelaku fraud. Jenis fraud

menurut Schulze dan Daviel L. Black yang dikutip oleh Nanik Wahyuni

(2000:17-18) adalah sebagai berikut

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

2. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud)

Dari pernyataan di atas, jelas bahwa fraud dapat dilakukan oleh

manajemen dan karyawan perusahaan.

Berikut ini akan dijelaskan Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

dan Kecurangan Karyawan (Employee Fraud).

1. Kecurangan Manajemen (Management Fraud)

Manajemen mungkin akan terlibat dengan setiap macam fraud. Management

fraud adalah suatu tindakan sengaja membuat laporan keuangan dengan

memasukkan jumlah angka yang palsu atau mengubah catatan akuntansi yang

merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Misalnya manipulasi,

mengubah catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan

sumber penyajian laporan keuangan.

Sama halnya dengan W. Steve Albrecht (2003:9) menyatakan bahwa:

"In its most common from, management fraud involves top management's

deceptive manipulation of financial statements".

Albrecht menyatakan bahwa kecurangan manajemen (management fraud)

yang biasa dilakukan adalah memanipulasi laporan keuangan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

31

2. Kecurangan Karyawan (Employee Fraud)

Employee Fraud yang paling umum adalah pemalsuan daftar gaji (false

payroll), penjual palsu (false vendor) dan transfer cek palsu (check kitting).

Dalam hal ini, pemalsuan daftar gaji dilakukan dengan menciptakan karyawan

palsu dan kemudian menguangkan gaji karyawan palsu tersebut. Pemalsuan

penjual dilakukan dengan membentuk penjual palsu, faktur palsu yang

digunakan untuk menerima pembayaran. Sedangkan cek palsu melibatkan

pemindahan dana dari bank yang satu ke bank yan lain dan mencatat secara

tidak benar transfer tersebut.

Sehubungan dengan employee fraud, Alison (2004:2) menyatakan bahwa:

"Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang

menghadapi masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya

peluang kelemahan pada pengendalian internal perusahaan serta

pembenaran terhadap tindakan tersebut".

Dari pernyataan terdahulu, dapat disimpulkan bahwa fraud yang dilakukan

oleh karyawan perusahaan adalah melakukan kesalahan dengan sengaja, yaitu

penyalahgunaan aktiva disebabkan karena adanya kesempatan dan lemahnya

pengendalian internal pada perusahaan.

Fraud dapat terjadi pada perusahaan yang menggunakan sistem

komputerisasi. Pada dasarnya computer fraud dilakukan dengan beberapa cara,

diantaranya dengan menyalahgunakan waktu komputer atau mencuri sumber daya

komputer dan memanipulasi data atau memasukkan data yang tidak benar.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

32

Computer fraud dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yang disajikan oleh Dr. Russell Smith yang dikutip

oleh Arif (2000:42) bahwa:

"Kejahatan fraud melalui komputer cenderung meningkat. Dari hasil

survei yang dilakukan oleh KPMG, antara 1997 dan 1999 telah terjadi

peningkatan sebesar 71% dari sebelumnya 12%. Hasil survei KPMG tahun

1999 juga menunjukkan total kerugian akibat kejahatan komputer lebih dari

$16 juta".

Dengan demikian, jelaslah bahwa kejahatan fraud selalu mengalami

peningkatan. Hal ini terlihat dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1999 telah

terjadi kenaikan sebesar 59% dan akibat tindakan ini perusahaan mengalami

kerugian dalam jumlah yang sangat besar.

Adapun bentuk-bentuk fraud menurut Amin Widjaja Tunggal (1992:30),

fraud dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu:

1. Fraud yang merugikan perusahaan

2. Fraud yang menguntungkan perusahaan

Dengan demikian, jelaslah bahwa fraud tergantung pada siapa pelakunya.

Untuk lebih jelasnya, akan dirincikan mengenai fraud yang merugikan perusahaan

dan fraud yang menguntungkan perusahaan.

1. Fraud yang merugikan perusahaan

Perusahaan merupakan korban fraud yang biasanya dilakukan oleh karyawan

jenjang menengah ke bawah. Bentuk fraud dalam kategori ini misalnya

pencurian harta kekayaan perusahaan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

33

2. Fraud yang menguntungkan perusahaan

Fraud ini biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang atas atau manajemen puncak.

Bentuk fraud dalam kategori ini misalnya pencatatan laba dan aktiva yang lebih

besar, mencatat biaya-biaya lebih kecil, tidak mencatat retur penjualan, dan lain-

lain.

Sedangkan menurut Association of Certified Examination (ACFE, 2000) di USA

mengkatagorikan kecurangan dalam 3 kelompok :

1. Kecurangan laporan keuangan

Didefinisikan sebagai kecurangan yangdilakukan oleh manajemen dalam bentuk

salah saji material laporan keuangan, yang merugikan investor dan kreditor.

Kecurangan ini dapat bersifat finansial dan nonfinansial.

2. Penyalah gunaan aset

Digolongkan kedalam "kecurangan kas" dan "kecurangan atas persediaan dan asset

lainnya" serta "pengeluaran biaya secara curang".

3. Korupsi

Dalam konteks ini adalah menurut ACFE, yaitu pertentangan kepentingan, suap

dan pemerasan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mendorong Terjadinya Fraud

Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan

penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya

pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

34

Sehubungan dengan itu, Amin Widjaja Tunggal (2001:10) menyatakan

bahwa fraud paling sering terjadi bila:

1. Pengendalian intern tidak ada, lemah atau dilakukan dengan longgar

2. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka

3. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau

ditempatkan dengan tekanan yang besar

4. Model manajemen sendiri korupsi, tidak efisien atau tidak cakap 5.

Pegawai memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan

6. Perusahaan memiliki tradisi korupsi

7. Perusahaan jatuh pada saat yang tidak tepat

Suatu hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi kecurangan sebagai

akibat antara tekanan kebutuhan seseorang dengan lingkungannya yang

memungkinkan untuk bertindak Soedjono Karni (2000;38) menyatakan pendapat

tentang faktor pendorong terjadinya kecurangan adalah sebagai berikut :

1. Lemahnya pengendalian intern

a. Manajemen tidak menekankan perlunya peranan pengendalian intern

b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan

c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadi conflict interest

d. Auditor internal tidak memiliki wewenang untuk menyelidiki para

eksekutif terutama menyangkur pengeluaran yang besar

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

35

2. Tekanan keuangan terhadap seseorang

a. Banyaknya utang

b. Pendapatan rendah

c. Gaya hidup mewah

3. Tekanan non finansial

a. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan bawahan

b. Direktur Utama menetapkan suatu tujuan yang harus dicapai tanpa

dikonsultasikan dengan bawahan

c. Penurunan penjualan

4. Indikasi lain

a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawaikan

b. meremeh integritas pribadi

c. kemungkinan koneksi dengan organisasi kriminal

Ciri-ciri atau kondisi adanya kecurangan menurut Soejono Karni

(2000:43) adalah :

1. Terdapat angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun

sebelumnya

2. Adanya perbedaan antara buku besar dan buku pembantu

3. Perbedaan yang dikemukakan melalui konfirmasi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

36

4. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen baik yang

umum maupun yang khusus

5. Terdapat perbedaan kepentingan pada tugas pekerjaan karyawan

Dari pernyataan di atas, jelas bahwa fraud terjadi karena lemahnya

pengendalian internal di dalam perusahaan. Salah satu penyebabnya adalah karena

manajemen tidak menekankan pentingnya pengendalian internal sehingga pegawai

bekerja tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka terhadap perusahaan.

Untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan, manajemen akan mengatur

pegawainya dengan tindakan yang tidak benar. Hal ini disebabkan karena manejemen

yang selalu melakukan tindakan korupsi, tidak efisien dan tidak cakap dalam me-

manage perusahaan. Apabila pendapatan rendah atau banyak hutang pegawai akan

melakukan fraud karena merupakan masalah pribadi yang tidak dapat terpecahkan.

Karena banyaknya fraud yang terjadi, perusahaan akan mengalami kerugian yang

sangat besar sehingga perusahaan dapat jatuh pada saat yang tidak tepat, misalnya

kehilangan uang atau saham.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

37

Teori mengenai kecurangan dan faktor penyebab terjadinya kecurangan

lainnya adalah Triangle fraud. Seperti yang dikutip oleh Theodorus. M,

Tuanakotta (2006:106).

Gambar 2.1

Triangle Fraud

1. Perceived Opportunity yaitu kondisi yang bisa mendukung seseorang

untuk menutupi kecurangan yang dilakukannya.

2. Pressure atau tekanan merupakan motivasi yang berasal dari seseorang

umuk melakukan kecurangan. Termasuk didalamnya motivasi

ekonomi.

3. Rationalization atau mencari kebenaran sebelum melakukan kejahatan,

bukan sesudahnya. Mencari pembenaran sebenarnya merupakan

bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

38

2.2.4 Syarat Penemuan Fraud

Standar audit pada dasarnya mampu mengetahui adanya kesalahan yang

disengaja atau tidak disengaja. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:71-73)

bahwa syarat penemuan fraud terdiri dari:

1. Penemuan Fraud

2. Bukti yang Cukup dan Kompeten

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa dalam syarat penemuan

fraud, audit internal harus dapat menemukan fraud dan didukung oleh bukti yang

cukup dan kompeten. Berikut ini akan dijelaskan mengenai penemuan fraud serta

bukti yang cukup dan kompeten.

1. Penemuan Fraud

Audit internal diharapkan dapat menemukan kelemahan atau fraud yang

terjadi di dalam perusahaan,sehingga segala aktivitas yang bertentangan dengan

prosedur atau kebijakan perusahaan dapat dicegah dan diatasi. Sehubungan

dengan itu, temuan-temuan hasil audit harus didasarkan pada:

(1) Kriteria: yaitu berbagai standar, ukuran atau harapan dalam melakukan

evaluasi.

(2) Kondisi: yaitu berbagai bukti nyata yang ditemukan oleh audit internal.

(3) Sebab: yaitu alasan yang dikemukakan atas terjadinya perbedaan antara

kondisi yang diharapkan dan kondisi sesungguhnya.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

39

(4) Akibat: yaitu berbagai resiko atau kerugian yang dihadapi oleh organisasi dari

pihak yang diaudit atau unit organisasi lain karena terdapatnya kondisi yang

tidak sesuai dengan ktiteria (dampak dari perbedaan).

(5) Dalam laporan tentang berbagai temuan, dapat pula dicantumkan berbagai

rekomendasi, hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diaudit, dan informasi

lain bersifat membantu yang tidak dicantumkan di tempat lain.

Penemuan fraud, dapat diketahui dari sistem pengawasan yang diterapkan

(misalnya melalui audit internal), kebetulan (by accident), dan laporan dari pihak

lain. Amin Widjaja Tunggal (2012:72) menyatakan bahwa:

"Suatu studi yang dilakukan di Inggris, mengungkapkan bahwa

diperkirakan hanya 19% fraud ditemukan oleh auditor, 51% ditemukan

karena kebetulan, 10% ditemukan melalui pengendalian manajemen, dan

lebih dari 20% merupakan "tips" atau laporan dari pihak luar".

Dari pernyataan tersebut, jelas bahwa fraud dapat ditemukan dari hasil

audit yang dilakukan, secara kebetulan dan melalui pengendalian menajemen serta

informasi dari pihak lain.

2. Bukti yang Cukup dan Kompeten

Bukti yang cukup merupakan bukti yang faktual dan meyakinkan,

sehingga orang yang diberi bukti akan mempunyai kesimpulan yang sama dengan

auditor. Sedangkan bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya dan cara

terbaik untuk memperolehnya adalah dengan mempergunakan teknik audit yang tepat.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

40

2.2.5 Penggolongan Pelaku Fraud

Menurut Josua Tarigan (2013:64-65) penggolongan pelaku fraud:

1. Kejahatan Kerah Putih (White Collar Crime): didefinisikan sebagai kejahatan yang

tidak menggunakan kekerasan untuk mendapatkan keuntungan yang dilakukan dengan

komitmen menggunakan penipuan oleh orang yang mempunyai status pekerjaan

sebagai manajeman puncak, wirausaha, professional, atau semi professional

menggunakan keahlian khusus dan kesempatan yang mereka miliki. Contoh kejahatan

yang dilakukannya adalah korupsi.

2. Kejahatan Kerah Biru (Blue Collar Crime): didefinisikan sebagai kejahatan yang

biasanya dilakukan oleh pegawai yang memiliki status rendah dalam struktur

organisasi ataupun oleh buruh. Biasanya pelaku kejahatan kerah biru lebih banyak

melakukan aksinya berdasarkan tindak kekerasan dan mudah dibuktikan secara fisik,

misalnya pencurian barang persediaan.Adapun menurut Karyono (2013:100-101)

pelaku white collar crime dan blue collar crime: Pelaku kecurangan ditingkat manjeman

puncak:

1. Manajeman cenderung untuk meraih keuntungan pribadi sebanyak-

banyaknya.

2. Cenderung memperlakukan orang sebagai objek, bukan pribadi, bahkan

seringkali sebagai objek ekploitasi.

3. Seringkali melakukan cara-cara eksentrik untuk memamerkan kekayaannya.

4. Sangat egois dan lebih banyak membual tentang presentasi dan keunggulan

yang mereka raih secara licik daripada kegagalan mereka.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

41

5. Tampak sebagai pekerja keras tetapi sebagian besar waktu kerjanya

digunakan untuk mereka-reka atau merancang jalan pintas agar bisa

mendahului atau mengalahkan pesaingnya. Pelaku kecurangan ditingkat yang

lebih rendah :

a. Bonus-bonus bergantung pada tingkat kinerja jangka pendek, dan tidak

mempertimbangkan kenyataan keadaan ekonomi walaupun persaingan

yang terjadi.

b. Pengendalian intern tidak ada atau tidak dilaksanakan sehingga

membuka peluang bagi karyawan untuk melakukan fraud.

c. Pengendalian manajeman terutama berupa penekanan pada kinerja

"penuhi targetmu atau kami akan mencari orang lain."

d. Kepentingan ekonomi lebih diutamakan daripada etika bisnis sehingga

karyawan merasa tidak dihargai.

e. Banyak sekali ketidak jelasan mengenai tugas dan tanggungjawab

diantara bawahan.

2.2.6 Ruang Lingkup Fraud Auditing

Ruang lingkup fraud auditing merupakan pembatasan-pembatasan tertentu dalam

melakukan audit. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013:77-80) ruang lingkup fraud

auditing meliputi:

1. Tingkat materialitas

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

42

2. Biaya

3. Informasi yang sensitif

4. Pengembangan integritas

Berikut adalah penjelasan mengenai segala sesuatu yang terdapat dalam ruang lingkup

fraud auditing menurut Amin Widjaja Tunggal (2013:7780):

1. Tingkat Materialitas

Dimana suatu fraud tetap dianggap material secara kualitatif dan tidak menjadi

masalah terhadap beberapa jumlah uang yang tersangkut. Maksud dari definisi ini adalah:

a. Eksistensi fraud sendiri menunjukan adanya suatu kelemahan dalam

pengendalian.

b. Fraud menurut sifatnya dapat berkembang apabila tidak dicegah. Fraud secara

tidak langsung menyatakan masalah integritas mempunyai konsekuensi yang

jauh dari jangkauan. Misalnya, manajemen melakukan pembayaran yang

illegal, perusahaan dan ekslusif yang terlibat akan.

2. Biaya

Untuk biaya manajeman harus menganalisis keadaan biaya secara keseluruhan atas

manfaat dari perluasan audit dan tindakan-tindakan yang akan diambil untuk

mencegah fraud pada masa yang akan datang. Karena pada dasarnya untuk menguji

setiap transaksi dibutuhkan biaya yang sangat besar. Seperti yang dikemukakan oleh

Arens et al., (2012:322) adalah sebagai berikut :

"Because fraud is difficult to detect due to collusion and false documentation, a

focus on fraud prevention, and deterrence is often effective and less costly."

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

43

Dari pernyataan tersebut, tergambarkan bahwa untuk menemukan dan

mmengungkapkan fraud diperlukan biaya yang sangat tinggi walaupun hasilnya tidak

maksimal.

3. Informasi yang sensitif

Apabila telah terdeteksi adanya fraud, auditor segera membuat kebijakan untuk

menghalangi dan mendeteksi aktivitas fraud. Sifat sensitif dari aktivitas fraud atau

dicurigai adanya aktivitas demikian membutuhkan suatu petunjuk formal dalam

pelaporan dan praktek penyelidikannya

4. Pengembangan integritas

Auditor internal sering kali diminta untuk melakukan program peningkatan

integritas, dan ditinjau bersama seluruh karyawan. Adapun menurut Akmal

(2008:18) ruang lingkup pemeriksaan dalam fraud auditing meliputi:

"a. Me-review keandalan dan integritas informasi

b.Me-reviewkesesuaian/ketaatanterhadap kebijakan,rencana, prosedur

peraturan dan perundang-undangan.

c. Me-review alat untuk melindungi aktiva dan memverifikasi keberadaan

aktiva.”

d. Menilai penggunaan sumber daya apakah sudah ekonomis dan efisien

Dari pernyataan Akmal (2008:18) di atas, dapat diartikan sebagai berikut:

a. Memeriksa kembali apakah keandalan informasi sudah sesuai dengan fakta

atau belum.

b. Memeriksa kembali bahwa apa yang dilaporkan sudah sesuai dengan

standar,kebijakan, rencana, prosedur dan perundang-undangan.

c. Memeriksa kembali untuk melindungi harta perusahaan dan keberadaan

harta tersebut.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

44

d. Menilai apakah penggunaan sumber daya digunakan dengan semestinya

dan efisien.

Dengan melihat pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa dengan

peningkatan integritas dalam organisasi, fraud dengan mudah dapat diungkapkan

karena adanya kejujuran dan sikap yang tegas dari karyawan.

2.3 Pendekatan Audit

Dalam hal pendekatan audit dilakukan agar audit internal dengan mudah

melakukan evaluasi atau penilaian terhadap informasi yang diperoleh. Menurut Amin

Widjaja Tunggal (2013:81-84) bahwa pendekatan auditing terdiri dari:

1. Analisis ancaman

Dalam pendekatan fraud auditing, analisis ancaman seperti analisis dari

pengungkapan fraud harus dilakukan. Analisis ancaman dapat mengarahkan rencana

audit, misalnya melakukan pengawasan pada aktiva untuk mengetahui terjadinya

fraud.

2. Survey pendahuluan

Audit internal dalam perusahaan melakukan survey pendahuluan dasar untuk

memformulasikan audit program.

3. Audit program

Audit internal diharuskan menyusun dan mendokumentasikan program kerja

dalam rangka mencapai sasaran penugasan.

4. Pemilihan tim auditor

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

45

Tugas dari tim audit ini yaitu harus mengumpulkan informasi mengenai catatan-

catatan yang tidak lengkap, ketidakcukupan bukti-bukti, kesalahan penyajian,

ataumengubah bukti secara sengaja dalam melaksanakan kecurangan audit.Adapun

menurut Hadi Setia (2013:57) pendekatan adalah sebagai berikut:

1. Prosedur yang sistematis

Prosedur yang dirancang secara sistematis dan dapat dimengerti oleh auditor

internal.

2. Penugasan

Adanya seleksi dan penugasan personil yang qualified dan berpengaruh.

3. Tanggung jawab auditor

Adanya alokasi tugas dan tanggung jawab yang jelas kepada yang diberi

penugasan audit.

Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya

penugasan yang sesuai dengan kemampuan auditor dan adanya survey pendahuluan

sebagai awal prosedur dalam pemilihan tim auditor yang akan melaksanakan tugas

audit.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

46

2 . 4 Peranan Audit Internal dalam Pencegahan Fraud Audit internal sangat erat kaitannya dengan masalah pencegahan fraud di dalam

perusahaan. Namun demikian, audit internal tidak dapat dianggap bertanggung

jawab atas terjadinya fraud, meskipun audit internal merupakan pihak yang

memiliki kewajiban yang paling besar dalam masalah pencegahan fraud. W. Steve

Albrecht (2003:96) menyatakan bahwa:

"Fraud is reduced and often prevented

(1) by creating a culture of honesty, openness, and assistance and

(2) by eliminating opportunities to commit fraud".

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa aktivitas untuk melakukan fraud

dapat dikurangi bahkan dicegah dengan menciptakan iklim budaya jujur,

keterbukaan, dan saling membantu satu sama lain. Selain itu, pencegahan fraud

dapat dilakukan dengan menghapuskan peluang untuk melakukan fraud, misalnya

dengan menanamkan kesan bahwa setiap tindakan fraud akan mendapatkan sanksi

yang setimpal.

Audit internal harus bisa memastikan apakah fraud itu memang ada atau

tidak. Untuk memastikannya, audit internal akan melakukan evaluasi terhadap

sistem pengendalian internal yang dibuat manajemen dan aktivitas karyawan

perusahaan berdasarkan kriteria yang tepat untuk merekomendasikan suatu

rangkaian tindakan kepada pihak manajemen. Disamping itu, audit internal harus

mempunyai alat pengendalian yang efektif sehingga setiap fraud dapat dicegah

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

47

sedini mungkin.

Dengan demikian, jelas bahwa audit internal membantu manajemen dalam

memberikan saran dan nasehatnya sehubungan dengan sistem pengendalian yang

dibuat oleh manajemen. Bukan menindaknya tapi sekedar menilai dan

mengevaluasinya, karena tindakan lebih lanjut sepenuhnya ada ditangan

manajemen.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukannya, Arif dan Satyo (2000:42)

menyatakan bahwa:

"Pengendalian intern yang baik dan keberanian serta keinginan seluruh

anggota organisasi/perusahaan untuk melaporkan fraud kepada pihak

berwenang merupakan kiat jitu mengatasi fraud".

Dari pernyataan terdahulu, dapat diketahui bahwa dengan pengendalian

internal yang baik dan adanya suatu tindakan dari perusahan melaporkan kasus

terjadinya fraud kepada aparat hukum merupakan salah satu kegiatan untuk

mencegah terjadinya fraud di dalam perusahaan.

Untuk itu, pihak perusahaan perlu mengambil tindakan untuk tidak

melakukan segala fraud dalam bentuk dan cara apapun karena dapat

mengakibatkan kebangkrutan bagi perusahaan.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

48

2.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Pemeriksaan atau yang sering dikenal dengan audit internal pada dasarnya

adalah suatu fungsi penilaian independen yang ada dalam suatu perusahaan

dengan tujuan untuk mengevaluasi keefektifan pengandalian internal dalam

pelaksanaan aktivitas operasi perusahaan. Tanpa adanya pengujian dan evaluasi,

pihak manajemen tidak akan mengetahui apakah audit internal yang diterapkan

atas aktivitas operasi perusahaan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau

tidak.

Mulyadi (2002:9) menjelaskan bahwa definisi pemeriksaan adalah suatu

proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan

tujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataantersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada

pemakai yang berkepentingan. Agar dapat melakukan pemeriksaan, seseorang

terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana keadaan yang seharusnya

terjadi(kriteria), bagaimana keadaan yang sebenarnya (kondisi). Hasil dari proses

perbandingan antar kriteria dan keadaan ini dinamakan temuan.

Kontribusi audit internal menjadi semakin penting seiring dengan makin

berkembang dan kompleksnya masalah usaha yang menyebabkan banyaknya

masalah diluar batas kemampuan manajemen, salah satu fungsi manajemen dalam

melakukan kegiatannya adalah dalam bentuk pengawasan (controlling). Seiring

dengan perkembangan perusahaan yang semakin meningkat dan permasalahan

yang semakin kompleks, maka fungsi manajemen dalam hal pengendalian ini

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

49

menjadi tugas seorang auditor internal.

Berdasarkan Standar Profesional Audit Internal, kegiatan pemeriksaan

harus meliputi perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian

informasi, pemberitahuan hasil-hasil dan menindak lanjuti (follow up). Salah satu

kegiatan perencanaan pemeriksaan ini merupakan kegiatan yang penting, karena

dengan dilakukannya perencanaan pemeriksaan ini, maka akan diperoleh bukti yang

kompeten.Perencanaan pemeriksaan ini dapat membantu meminimalisasikan biaya

audit serta dapat menghindari salah pengertian dengan pihak yang sedang di audit.

Adapun kegiatan perencanaan pemeriksaaan ini meliputi penetapan

berbagai tenaga yang diperlukan untuk pelaksanaan pemeriksaan, pemberitahuan

kepada pihak yang berkepentingan, melaksanakan survei yang tepat untuk lebih

mengetahui kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dan pengawasan, serta

penulisan program pemeriksaan, menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa

hasil-hasil pemeriksaan ini akan disampaikan.

Manajemen membutuhkan adanya fungsi audit internal dalam upaya

meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan

penilaian terhadap aktivitas unit-unit dalam suatu perusahaan biasanya dilakukan

oleh seorang auditor internal.

Internal auditor adalah orang atau badan yang melaksanakan aktivitas

internal auditing. Oleh karena itu internal auditor selalu berusaha untuk dapat

menyempurnakan dan melengkapi setiap kegiatan dengan penilaian langsung atas

setiap bentuk pengawasan untuk dapat mengikuti perkembangan dunia usaha yang

semakin kompleks. Dengan demikian internal auditor muncul sebagai suatu

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

50

kegiatan khusus dari bidang akuntansi yang luas dan dapat memanfaatkan metode

dan teknik dasar dari suatu penilaian.

Dengan demikian pemeriksaan intern (internal auditor) harus memahami

sifat dan luasnya pelaksanaan kegiatan pada setiap perusahaan, dan juga diarahkan

Auditor internal haruslah memperoleh dukungan dari manajemen, sehingga

mereka dapat bekerja sama dengan pihak yang diperiksa dan dapat menyelesaikan

pekerjaan secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain. Seorang auditor

harus independen dan objektif dalam pelakanaan kegiatannya, hal ini berarti

auditor internal dalam memberikan penilaian tidak memihak kepada siapapun.

Menurut SPAI (2004) auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif,

tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan,

sedangkan menurut Mulyadi (2002) definisi auditor internal adalah:

"Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang

tugas pokoknya adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang dltetapkan oleh

manajemen puncak telah dipenuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

terhadap kekayaan organisasi, serta menentukan keandalan informasi.''

Auditor internal bertanggung jawab membantu manajemen dalam

pencegahan,pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu

organisasi. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka auditor internal

harus bekerja secara profesional. Namun masih banyak yang belum mengetahui apa

sebenarnya profesionalisme itu dan bagaimana mencapai profesionalisme.

Profesionalisme auditor digunakan sebagai suatu cara untuk mencegah

kecurangan dalam perusahaan yang kegiatannya meliputi menguji dan

menilaiefektivitas serta kecukupan sistem pengendalian internal yang ada dalam

perusahaan.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

51

Agar fungsi pencegahan kecurangan dapat berjalan dengan baik, maka

auditor internal harus waspada dengan berbagai kesempatan serta kelemahan-

kelemahan pengendalian internal yang dapat memungkinkan terjadinya

kecurangan.Kemampuan profesional auditor internal tidak hanya memiliki

pengetahuan dan keterampilan yang cukup tetapi harus didukung dengan

kesesuaian sikap yang positif dengan standar yang ditetapkan dalam melaksanakan

pekerjaannya. Tugiman (2006) menyebutkan standar atau kriteria kemampuan

auditor internal antara lain:

1. Independensi

2. Kemampuan profesional

3. Ruang lingkup pekerjaan

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

5. Manajemen bagian audit internal

Apabila kelima syarat tersebut dapat dipenuhi, maka kemampuan

profesional akan semakin terpercaya dalam melakukan fungsi pengawasan,

karena profesionalisme merupakan kriteria untuk mengukur keberhasilan auditor

internal dalam melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Sikap profesionalisme

yang ditujukan oleh auditor internal harus didukung oleh pihak manajemen

perusahaan, sehingga mereka dapat bekerjasama dengan pihak yang akan

diperiksa dan dapat menyelesaikan secara independen tanpa adanya campur tangan

dari pihak lain.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

52

Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan untuk mengungkap kecurangan

tersebut dilakukan oleh auditor internal yang meliputi perencanaan pemeriksaan,

pengujian, dan pengevaluasian informasi, serta pelaporan hasil-hasil pemeriksaan

dan menindak lanjuti temuan hasil pemeriksaan tersebut. Hasil pemeriksaan dapat

berupa temuan, kesimpulan, atau pendapat, rekomendasi dan saran yang

dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan (LHP), temuan-temuan pemeriksaan

adalah hal yang berkaitan dengan pernyataan tentang fakta.

Seperti yang diungkapkan oleh Hiro Tugiman dalam buku Standar

Profesional Internal Audit (1997: 72) menyatakan bahwa temuan- temuan

pemeriksaan harus didasarkan pada berbagai hal, yaitu :

1. Kriteria, yaitu sebagai standar, ukuram, atau harapa yang digunakan dalam

melakukan evaluasi dan verifikasi.

2. Kondisi, yaitu berbagai bukti nyata yang dikemukakan oleh pemeriksa

dalam pelaksanaan pemeriksaan.

3. Sebab, yaitu alasan yang dikemukakan atas terjadinya perbedaan antara

kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang sesungguhnya.

4. Akibat, yaitu risiko atau kerugian yang dihadapi oleh unit organisasi atau

pihak yang diperlukan karena erdapatnya kondisi yang tidak sesuai dengan

kriteria.

5. Dalam laporan tentang temuan dapat dicantumkan berbagai

rekomendasi,serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh pihak yang diperiksa

Menurut Hall (2001), fraud menunjuk pada penyajian fakta yang bersifat

material secara salah yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain dengan tujuan

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

53

untuk membohongi dan mempengaruhi pihak lain untuk bergantung pada fakta

tersebut, fakta yang akan merugikan dan berdasarkan hukum yang berlaku.

Menurut Soejono Karni (2000:35) Fraud diklasifikasikan menjadi tiga macam,

yaitu :

1. Kecurangan manajemen

2. Kecurangan karyawan

3. Kecurangan komputer

Menurut Tuanakotta (2007:159) ada ungkapan yang secara mudah ingin

menjelaskan penyebab atau akar permasalahan dari fraud. Ungkapan itu adalah:

fraud by need, by greed and by opportunity. Maksud dari ungkapan tersebut adalah

jika kita ingin mencegah fraud, hilangkan atau tekan sekecil mungkin penyebabnya

Karakteristik sebelumnya dari fraud manajemen menunjukkan bahwa pihak

manajemen sering kali melakukan hal yang melanggar peraturan dengan

mengesampingkan sistem pengendalian internal yang efektif. Ketika pihak

manajemen menggunakan laporan keuangan tersebut untuk menciptakan ilusi, data

yang diinput biasanya dimanipulasi dengan memasukkan transaksi yang salah atau

dapat dipertanyaan atau penilaian yang dapat dipertanyakan berkaitan dengan

alokasi biaya atau pengakuan pendapatan.

Menurut Admin Wijaya Tunggal (2013), menyatakan bahwa pencegahan

kecurangan meliputi :

1. Standar Pemeriksaan dalam audit kecurangan

2. Ruang Lingkup Fraud Auditing

3. Pendekatan Audit

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

54

Jadi, seorang auditor internal harus bekerja secara profesional dalam melakukan

tugasnya sehingga keterjadian kecurangan dapat dicegah dengan memenuhi kriteria

audit internal dan mengikuti metode pencegahan kecurangan untuk diterapkan di

perusahaan seperti dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan logika diatas maka audit internal memiliki peranan dalam

pencegahan kecurangan, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Audit Internal Pencegahan Kecurangan

Dimensi:

1. Independen

2. Tanggung jawab

dan kewenangan

audit

3. Kemampuan

professional

4. Ruang Lingkup

Audit

5. Pelaksanaan

Kegiatan Audit

Dimensi:

1. Standar Pemeriksaan

dalam Audit Kecurangan

2. Ruang Lingkup Audit

Kecurangan

3. Pendekatan Audit

Hipotesis Penelitian:

Audit Internal berperan positif dan signifikan dalam pencegahan kecurangan

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

55

Tujuan utama pencegahan fraud adalah untuk menghilangkan sebab- sebab

munculnya fraud. Menurut Amrizal (2004:3) fraud sering terjadi apabila:

1. Pengendalian internal tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan

longgar atau tidak efektif.

2. Pegawai diperkerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas

mereka.

3. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan

atau di-tempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai

sasaran dan tujuan keuangan.

4. Model manajemen melakukan fraud, tidak efisien danatau tidak

efektif serta tidak taat pada hukum dan peraturan yang berlaku.

5. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang harus

dipecahkan, masalah keuangan, masalah kesehatan keluarga, gaya

hidup yang berlebihan.

6. Industri di mana perusahaan menjadi bagiannya memiliki sejarah

atau tradisi terjadinya fraud.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menarik hipotesis sebagai berikut :

"Audit internal berperan dalam pencegahan fraud (kecurangan)"

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

56

2.6 Persamaan dan Perbedaan dengan penelitian sebelumnya

Penelitian yang dilakukan penulis memilik beberapa persamaan dengan

penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu :

Nama Peneliti Judul penelitian Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian

Sheila Fathia

(2015)

Peran auditor dalam

mencegah terjadinya

kecurangan

Variabel independen :

auditor internal

Variabel dependen :

Pencegahan

kecurangan

Perbedaan Penelitian

terdapat pada studi

kasus yang dilakukan

oleh peneliti yaitu

PT.PINDAD

Indra

Wiratama

(2012)

Pengaruh kompetensi

auditor internal

terhadap pencegahan

fraud

Variabel independen :

auditor internal

Variabel dependen :

Pencegahan

kecurangan

Perbedaan penelitian

terdapat penambahan

variable independen

yaitu kompetensi

auditor internal

penelitian ini dilakukan

di Bank Danamon

Meta Wardhini

(2010)

Peran auditor dalam

Pencegahan

kecurangan

Variabel independen :

auditor internal

Variabel dependen :

Pencegahan

kecurangan

Perbedaan Penelitian

terdapat pada studi

kasus yang dilakukan

oleh peneliti yaitu

PT.PLN (PERSERO)

Jasmine

Azizah Puteri

(2015)

Peranan Audit internal

Dalam Pencegahan

Kecurangan

Variabel independen :

auditor internal

Variabel dependen :

Pencegahan

kecurangan

Perbedaan Penelitian

terdapat pada studi

kasus yang dilakukan

oleh peneliti yaitu

PT.Bank Permata,Tbk

Bandung

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal Pada dasarnya

57