37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanian Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi) tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi kebutuhan manusia, misalnya bercocok tanam, beternak, dan melaut. Pertanian juga sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa penanaman tanaman atau usahatani (pangan, hotikultura, perkebunan, dan kehutanan), peternakan (beternak) dan perikanan (budi daya dan menangkap). Sementara petani adalah orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di dalam bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani, peternakan, perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut (Surahman et. al, 1999). Sektor pertanian terdiri atas subsektor (Rahim dan Hastuti, 2007), yaitu: 1. Tanaman pangan 2. Hortikultura 3. Perkebunan. 4. Perikanan. 5. Peternakan, dan 6. kehutanan. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Ilmu Pertanian

Pertanian merupakan kegiatan dalam usaha mengembangkan (reproduksi)

tumbuhan dan hewan dengan maksud supaya tumbuh lebih baik untuk memenuhi

kebutuhan manusia, misalnya bercocok tanam, beternak, dan melaut. Pertanian juga

sebagai jenis usaha atau kegiatan ekonomi berupa penanaman tanaman atau usahatani

(pangan, hotikultura, perkebunan, dan kehutanan), peternakan (beternak) dan

perikanan (budi daya dan menangkap). Sementara petani adalah orang yang

melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di

dalam bidang pertanian dalam arti luas yang meliputi usaha tani, peternakan,

perikanan (termasuk penangkapan ikan), dan pemungutan hasil laut (Surahman et. al,

1999).

Sektor pertanian terdiri atas subsektor (Rahim dan Hastuti, 2007), yaitu:

1. Tanaman pangan

2. Hortikultura

3. Perkebunan.

4. Perikanan.

5. Peternakan, dan

6. kehutanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Dalam penelitian kali ini, penulis akan menitip beratkan pada subsektor.

2.1.1. Sub Sektor Tanaman Pangan

Subsektor tanaman pangan (food) dikenal juga sebagai makanan pokok. Suatu

komoditas termasuk sebagai makanan pokok jika dikonsumsi (dimakan) secara

teratur oleh kelompok penduduk dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai contoh

tanaman pangan adalah padi dan palawija (kedelai, kacang hijau, jagung dan

gandum). Pangan menurut Suharja et. Al (1985) merupakan bahan- bahan yang

dimakan sehari- hari untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan, pertumbuhan, kerja,

dan penggantian jaringan tubuh yang rusak.

2.1.2 Sub Sektor Hortikultura

Subsektor tanaman holtikultura (horticulture) merupakan cabang ilmu

pertanian yang membicarakan masalah budi daya tanaman yang menghasilkan buah,

sayuran, tanaman hias, serta rempah- rempah dan bahan baku obat tradisional

(Soenoeadji: 2001). Contoh tanaman buah- buahan antara lain apel (pyrusmalus),

anggur (vitis sp), alpukat (porsea americana), belimbing manis (averrloa

carambola), dan jeruk (citrus sp). Contoh tanaman sayur adalah kubis/ kol (brassica

oleracea), cabai (capsicum sp), kapri (pisum sativun), bayam (amaratum sp), labu

putih (legenaria leucantha), wortel (daucus carota), dan tomat (solanum lypersicum).

Tanaman hias seperti anggrek (orchidaceace), bakung (crinum asiaticum), mawar

(rosaceae), dan melati (rubiaceae). Sementara itu, contoh tanaman penghasil rempah-

rempah dan bahan baku tanaman obat tradisional antara lain jahe dan temulawak.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

2.1.3. Subsektor Tanaman Perkebunan

Subsektor tanaman perkebunan (plantation) sebagaimana ditetapkan oleh

pemerintah melalui Departemen Pertanian (Deptan) dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu tanaman tahunan atau keras (perennial crop) dan tanaman semusim (annual

crop). Tanaman yang termasuk perennial crop adalah kakao, karet, kopi, teh, kelapa,

kelapa sawi, kina, kayu manis, cengkeh, kapuk, lada, pala, jambu mete dan

sebagainya. Sementara annual crop antara lain tebu, tembakau, kapas, rosella, dan

rami.

2.1.4. Subsektor Peternakan

Subsektor peternakan (cattle raising) terdiri dari komoditas unggas (ayam dan

itik yang menghasilkan telur dan daging), sapi potong dan kambing yang

menghasilkan daging, serta sapi perah menghasilkan susu.

2.1.5. Subsektor Perikanan

Subsektor perikanan (fishery) terdiri dari perikanan laut (penangkapan di laut

misalnya ikan tuna dan tenggiri serta budi daya di laut, muara dan sungai misalnya

tiram dan mutiara) dan perikanan darat (penangkapan di perairan umum, yaitu di

sungai, waduk dan rawa; serta budi daya di darat, yaitu tambak, kolam, keramba, dan

sawah).

2.1.6. Subsektor Kehutanan

Subsektor kehutanan (forestry) terdiri atas hutan lindung yang berfungsi

mencegah erosi dan banjir; hutan produksi untuk keperluan manusia, industri, dan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

ekspor, misalnya hutan jati, hutan wisata untuk keperluan wisata; serta hutan suaka

alam seperti flora fauna dan marga satwa (binatang liar) yang mempunyai nilai khas.

2.2 Agribisnis

Menurut soekartawi (1990) dalam bukunya agribisnis teori dan aplilkasinya

mengatakan bahwa semakin bergemanya kata “Agribisnis” ternyata belum diikuti

dengan pamahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

ditemukan bahwa agribisnis diartikan sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil

pertanian. Padahal, pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari konsep semula yang

dimaksud.

Konsep agribisnis sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari

proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan

pertanian. Menurut Arsyad dkk. (1985), yang dimaksud dengan agribisnis adalah:

“Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan

dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ada

hubungannya dengan pertanian dalam arti yang luas adalah kegiatan usaha

yang menunjang kegiatan pertanian baik kegiatan usaha yang ditunjang oleh

kegiatan pertanian”.

Terlihat di Gambar 2.1, bahwa cakupan kegiatan agribisnis cukup luas dan

karena itu penanganan agribisnis sering kali sangat kompleks.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

AGRIBISNIS

Gambar 2.1. Mata Rantai Kegiatan Agribisnis (Arsyad dkk, 1985).

Sumber: Agribisnis Teori dan Aplikasi ( Soekartawi, 1990)

Bagi Indonesia, agribisnis berkembang dan berprospek cerah karena kondisi

daerah yang menguntungkan, antara lain:

1. Lokasinya digaris khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar matahari

yang cukup bagi perkembangan sektor pertanian. Suhu tidak terlalu panas dan

karena agroklimat yang relatif baik, maka kondisi lahan juga relatif subur.

2. Lokasi Indonesia berada diluar zona angin taifun seperti banyak yang

manimpa Filipina, Taiwan dan Jepang.

Kegiatan usaha yang

menghasilkan, menyedi

kan prasarana/ sarana/

input bagi kegiatan

pertanian (industri

pupuk, alat-alat

pertanian, pestisida dan

sebagainya).

Kegiatan usaha yang

mengguanakan hasil

pertanian sebagai input

(industri pengolahan

hasil pertanian,

perdagangan dan

sebagainya).

Kegiatan Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

3. Keadaan sarana dan prasarana seperti daerah aliran sungai, tersedianya

bendungan irigasi, jalan dipedesaan yang relatif baik, mendukung

berkembangnya agribisnis.

4. Adanya kemauan politik pemerintah yang masih menempatkan sektor

pertanian menjadi sektor yang mendapatkan prioritas.

Walaupun sektor pertanian telah mengalami kemajuan yang cukup nyata

selama empat pelita yang lalu, namun disana-sini masih terdapat hambatan- hambatan

yang masih perlu dibenahi. Menurut Perhepi (1989), hambatan dalam pengembangan

agribisnis di Indonesia terletak pada berbagai aspek antara lain:

1. Pola produksi pada beberapa komoditi pertanian tertentu terletak di lokasi

yang terpencar- pencar, sehingga penyulitkan pembinaan dan menyulitkan

terciptanya efisiensi pada skala usaha tertentu.

2. Sarana dan prasarana, khususnya yang ada diluar jawa terasa belum memadai,

sehingga menyulitkan untuk mencapai efisiensi usaha pertanian.

3. Akibat dari kurang memadainya sarana dan prasarana tersebut, maka biaya

trasportasi menjadi lebih tinggi. Hal ini terjadi bukan saja dalam satu pulau

tetapi juga antar pulau. Hal ini memang merupakan konsekuensi logis dari

suatu Negara yang terdiri dari banyak pulau.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

4. Sering dijumpai adanya pemusatan agroindustri yang terpusat di kota- kota

besar, sehingga nilai bahan baku pertanian menjadi lebih mahal untuk

mencapai lokasi agrobisnis tersebut.

5. Sistem kelembagaan, terutama di pedesaan terasa masih lemah sehingga

kondisi seperti ini kurang mendukung berkembangnya kegiatan agribisnis.

Akibat dari lemahnya kelembagaan ini dapat dilihat dari berfluktuasinya

produksi dan harga komoditi pertanian.

Masalahnya bukan saja terletak pada aspek produksi, pegolahan hasil dan

pemasaran saja, tetapi juga pengaruh yang lain. Dengan adanya persaingan yang ketat

tentang pemasaran hasil pertanian di pasaran dunia (world market), menuntut peranan

kualitas produk, dan kemampuan menerobos pasar dunia menjadi sangat penting.

Kemampuan mengantisipasi pasar (market intelligent), juga menjadi amat penting

dan untuk itu bentuk usaha yang skala kecil perlu bergabung dalam skala usaha yang

lebih besar agar mampu bersaing dipasaran internasional. Untuk menjaga

kelangsungan kemampuan menerobos pasar ini, maka kontinuitas bahan baku

pertanian perlu dijamin; bukan saja pada jumlah bahan baku yang diperlukan tetapi

juga kualitas dan kontinuitasnya.

2.3. Pengembangan Agribisnis

Petani atau golongan masyarakat pedesaan dapat dikategorikan pada

kelompok masyarakat yang selalu memaksimalkan keuntungan pada setiap usaha

yang dilakukannya. Mereka selalu mengandalkan asas profit maximization. Selain itu

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

ada pula golongan petani yang dikenal dengan istilah petani subsistem yang dicirikan

oleh kemauan mereka untuk tujuan memaksimumkan kepuasan (utility maximization)

dari pada memaksimumkan keuntungan.

Dari pengamatan para ahli proses pengambilan keputusan (decision making

behaviour) yang dilakukan oleh petani dan golongan masyarakat terhadap teknologi

baru dapat beraneka ragam tergantung dari situasi dan kondisi setempat; namun

paling tidak ada enam kategori, yaitu:

1. Yang berkaitan dengan pentingnya aspek sosial-ekonomi.

2. Yang berkaitan dengan faktor resiko dan ketidakpastian.

3. Yang berkaitan dengan keterbatasan penguasaan sumber daya.

4. Yang berkaitan dengan potensi desa atau kelompok masyarakat desa.

5. Yang berkaitan dengan model pembangunan petani kecil.

6. Yang berkaitan dengan aspek ekonomi yang lain.

Mengetahui ciri- ciri petani tersebut adalah penting kalau dikaitkan dengan

pengembangan agribisnis yang kini sedang digalakkan. Sebab agaknya sulit untuk

mengajak petani komersial untuk mengusahakan tanaman pertanian yang mempunyai

elastisitas permintaan yang rendah dan sebaliknya agak sulit ubtuk mengajak petani

subsistem untuk mengusahakan tanaman pertanian yang mempunyai elastisitas

permintaan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena cakupan agribisnis adalah luas dan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

kompleks, yaitu meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pada

pemasaran hasil pertanian termasuk didalamnya kegiatan lain yang menunjang

kegiatan proses produksi pertanian.

Pengembangan agribisnis Indonesia mempunyai posisi yang strategis antara

lain karena pertimbangan sebagai berikut:

1. Letak geografis Indonesia yang dekat dengan pasar dunia (world market)

yang kini bergerak ke Asia- Pasifik.

2. Kondisi investasi untuk tujuan ekspor, baik dibidang pertanian maupun

non migas lainnya, cukup mendukung sebagai akibat kebijaksanaan

deregulasi dan debirokratisasi.

3. Masih banyaknya sumber alam khususnya untuk kegiatan disektor

pertanian yang belum dimanfaatkan seoptimal mungkin.

4. Semakin baiknya nilai tambah dan kualitas produk pertanian yang mampu

menerobos pasar dunia.

5. Masih besarnya (sekitar 54%) tenaga kerja disektor pertanian.

Pola dan hubungan seluruh mata rantai agribisnis didalam negeri pada

umumnya belum optimal, karena beberapa faktor antara lain:

1. Pola produksi pertanian sebagian besar tidak mengelompok dalam satu areal

yang kompak sehingga asas efisiensi berdasarkan skala usaha tertentu belum

atau sulit mencapai tingkat yang efisien.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

2. Sarana dan prasarana ekonomi (di daerah tertentu misalnya di luar Jawa dan

Bali) khususnya di daerah sentral produksi belum memadai.

3. Pola agroindustri yang cenderung terpusat di daerah perkotaan dan bukan di

daerah pedesaan atau daerah sentral produksi.

4. Kondisi georafis Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan juga karena

kondisi trasportasi khususnya di luar Jawa dan Bali yang belum memadai,

sehingga biaya trasportasi menjadi relatif mahal.

5. Sistem klembagaan di pedesaan, baik kelembagaan keuangan, pasar atau

informasi pasar yang belum memadai.

Empat aspek seperti yang dikemukakan Mosher perlu diubah dan diarahkan

untuk memperhatikan aspek tersebut yaitu:

1. Pemanfaatan sumber daya dengan tanpa merusak lingkungannya (resource

endowment).

2. Pemanfaatan teknologi yang senantiasa berubah (technological endowment).

3. Pemanfaatan institusi (kelembagaan) yang menguntungkan (institutional

endowment).

4. Pemanfaatan budaya (cultural endowment) untuk keberhasilan pembangunan

pertanian.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

2.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.4.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit ekonomi. Nilai akhir dari PDRB akan sama dengan total nilai nominal

dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, serta ekspor bersih (salah satu

indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu daerah dalam satu

periode tertentu adalah PDRB). (BPS,1992)

Konsumsi (consumption) terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah

tangga. Konsumsi dibagi menjadi tiga subkelompok: barang tidak tahan lama, barang

tahan lama, dan jasa. Barang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-

barang yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Barang

tahan lama (durable goods) adalah barang- barang yang memiliki usia panjang,

seperti mobil dan televise. Jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk

konsumen oleh individu dan perusahaan, seperti potong rambut dan berobat ke

dokter.

Investasi (investment terdiri dari barang- barang yang dibeli untuk

penggunaan dimasa depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga subkelompok: investasi

tetap bisnis, investasi tetap residensi, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis

adalah pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi tetap residensi

adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan rumah. Sedangkan

investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan (jika

investasi gagal, maka investasi persediaan negatif).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Pengeluaran pemerintah (government expenditure) adalah barang dan jasa

yang dibeli oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Kelompok ini

meliputi paralatan militer, jalan layang, dan jasa yang diberikan pegawai pemerintah.

Ini tidak termasuk pembayaran transfer kepada indifidu, seperti jaminan sosial dan

kesejahtraan, karena merelokasi pendapatan yang ada dan tidak membuat perubahan

dalam barang dan jasa. (BPS,1992)

Ekspor bersih (nett export) adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke

negara lain dikurangi nilai barang dan jasa yang di impor dari Negara alin. Ekspor

bersih menunjukkan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa kita,

yang memberikan pendapatan bagi produsen domestik.

Umumnya PDRB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas harga

berlaku (nominal) dan PDRB atas harga konstan (riil). PDRB atas harga berlaku

menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada PDRB atas harga berlaku sudah termasuk unsur

inflasi. Sedangkan PDRB atas harga konstan menggambarkan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu, misalnya 1983, 1993,

atau 2002. PDRB atas harga konstan meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa

meningkat, sedangkan PDRB atas harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik

atau harga turun (BPS,1992)

Setelah PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan diketahui,

maka dapat dihitung deflator PDRB. Deflator PDRB, juga disebut dengan deflator

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

harga implisit untuk PDRB, yang didefinisikan sebagai rasio PDRB atas harga

berlaku terhadap PDRB atas harga konstan.

Deflator PDRB=

Deflator PDRB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat

harga dalam perekonomian.

2.4.2. Metode Perhitungan PDRB

Pada dasarnya metode yang digunakan untuk menghitung PDRB adalah sama

dengan konsep untuk menghitung Produk Nasional (Gross National Product) dan

Produk Domestik Bruto (Gross Domestik Bruto).

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk menghitung PDRB, yaitu:

a. Metode Langsung.

1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh unit produksi disuatu wilayah dalam suatu periode

tertentu, biasanya satu tahun. Sedangkan NPB adalah nilai produksi bruto dari barang

dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses

produksi.

Y= P1Q1 + P2Q2+…+PnQn

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Dimana:

Y = PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

P1,P2,…Pn = Harga satuan produk pada satuan masing- masing sektor ekonomi.

Q1,Q2,…,Qn = Jumlah produk pada satuan masing- masing sektor ekonomi yang

dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari

adanya perhitungan ganda.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor- faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam jangka waktu

tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian tersebut, maka nilai tambah

bruto adalah jumlah dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan;

semuanya belum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam

pengertian PDRB ini termasuk pola komponen penyusutan dan pajak tidak langsung

neto.

Y = Yw + Yr+ Yi+ Yp

Dimana:

Y = PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

Yw = Pendapatan upah/ gaji

Yr = Pendapatan sewa

Yi =Pendapatan bunga

Yp = Pendapatan laba

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah seluruh pengeluaran yang

dilakukan untuk pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap

domestik bruto, perubahan inventori, dan ekspor bersih di dalam suatu wilayah

tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini, penghitungan nilai tambah bruto

bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Y = C+ I + G+ ( X- M)

Dimana:

Y = PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

C = Pengeluaran rumah tangga konsumen untuk konsumsi

I = Pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk investasi

G = Pengeluaran rumah tangga pemerintah

(X– M) = Ekspor netto atau pengeluaran rumah tangga luar negeri.

Yang dihitung hanya nilai transaksi- transaksi barang jadi saja, untuk

menghindari adanya perhitungan ganda.

b. Metode Tidak Langsung (Alokasi).

Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan nilai tambah ke

dalam masing- masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai

alokatornya digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya

dengan produktifitas kegiatan ekonomi tersebut melalui RDRB menurut harga

berlaku maupun harga konstan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Pendapatan regional suatu daerah dapat diukur untuk menghitung kenaikan

tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan karena dua faktor

yaitu:

1. Kenaikan pendapatan yang benar- benar bisa manaikkan daya beli penduduk

(kenaikan riil)

2. Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, sedangkan

kenaikan pendapatan yang disebabkan karena kenaikan harga pasar tidak

menaikkan daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan kenaikan

pendapatan yang tidak riil. Pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor

inflasi belum dihilangkan) merupakan pendapatan regional dengan harga

berlaku, sedangkan pendapatan regional dimana faktor inflasi tidak lagi

diperhitungkan disebut dengan pendapatan regional atas dasar harga konstan.

2.4.3 Teori- Teori PDRB

Teori pertumbuhan ekonomi bisa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai

faktor- faktor apa saja yang menentukan kenaikan out put perkapita dalam jangka

panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor- faktor tersebut berintekraksi

satu sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan (Boediono, 1999). Teori- teori

pertumbuhan dapat digunakan sebagai teori PDRB karena pertumbuhan ekonomi

dapat diukur dari PDRB suatu daerah.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Tokoh klasik ini dipelopori oleh Adam Smith, David Ricardo, dan Maltus

yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat

faktor, yaitu: luas tanah, jumlah penduduk, jumlah barang modal, dan

teknologi yang digunakan. Para tokoh ini lebih mengfokuskan perhatiannya

pada pengaruh pertambahan pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan

ekonomi. Mereka mengasumsikan luas tanah dan kekayaan alam serta

teknologi tidak mengalami perubahan. Ahli ekonomi klasik yakin dengan

adanya perekonomian persaingan yang sempurna maka seluruh sumber

ekonomi dapat dimanfaatkan dengan maksimal atau full employment. Para

ahli ekonomiklasik menyatakan bahwa full employment itu hanya bisa dapat

dicapai apabila perekonomian bebas dari campur tangan pemerintah dan

sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.

b. Teori Pertumbuhan Kuznet

Menurut Kuznet, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam

jangka panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai

barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri atau

dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian- penyesuaian

teknologi, institusional (kelembagaan), dan ideologi terhadap berbagai

tuntutan keadaan yang ada. Masing- masing dari ketiga komponen pokok dari

defenisi itu sangat penting, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

1. Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau

perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi,

sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri

merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) di suatu

Negara bersangkutan.

2. Perkembangan teknologi merupakan dasar atau pra kondisi bagi

berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan,

tetapi tidak cukup itu saja masih dibutuhkan faktor- faktor lain.

3. Guna mewujutkan potensi pertumbuhan yang terkandung didalam

teknologi, maka perlu diadakan serangkaian penyesuain kelembagaan

karena, Sikap dan teknologi (Todaro, 2000)

2.5. Luas Lahan

Dalam ilmu ekonomi dapat kita ketahui ada empat macam faktor produksi,

yaitu: tanah, modal, tenaga kerja, dan skill. Keempatnya memiliki peran yang sangat

penting dan terkait satu sama lainnya serta saling mendukung untuk kelancaran

proses produksi. Dibagian ini penulis akan lebih menitip beratkan penelitiannya pada

salah satu faktor produksi tersebut, yaitu faktor produksi tanah atau lahan.

Faktor produksi yang pertama ini sering pula disebut dengan natural

resources disamping juga sering disebut land. Dengan demikian, istilah tanah atau

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

land ini maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi dan

berasal dari atau disediakan oleh alam, yang antara lain meliputi:

1. Tenaga penumbuh dari pada tanah, baik untuk pertanian, perikanan maupun

pertambangan.

2. Tenaga air, baik untuk pengairan, pengaraman, maupun pelayaran. Termasuk

juga disini adalah misalnya air yang dipakai sebagai bahan pokok oleh

perusahaan air minum.

3. Ikan dan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala,

dan sebagainya) maupun ikan dan mineral darat.

4. Tanah yang diatasnya didirikan bangunan.

5. Living stock, seperti ternak dan bintang- binatang lain yang bukan ternak.

6. Iklim, cuaca, curah hujan, arus angin, dan sebagainya.

7. Dan lain- lainnya, seperti bebatuan dan kayu- kayuan.

Kesimpulannya, yang dimaksud dengan istilah tanah (land) maupun sumber

daya alam (natural resources) disini adalah segala sumber asli yang tidak berasal dari

kegiatan manusia.

Berbeda dengan proses produksi pada sektor industri yang tidak memerlukan

waktu dan proses yang cukup panjang, pada sub sektor atau usaha pertanian, produksi

diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko juga.

Panjangnya waktu yang dibutuhkan sama, tergantung pada jenis komoditi yang

diusahakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Bukan hanya waktu, kecukupan faktor- faktor produksi lainnya pun

merupakan suatu keharusan. Dari segi waktu sudah jelas disadari bahwa usaha

pertanian umumnya memerlukan waktu yang panjang. Untuk menjalankan sektor

produksi, sub sektor pertanian memerlukan beberapa syarat utama yang tidak dapat

ditawar lagi keberadaannya, yakni harus ada faktor- faktor produksi.

Temperatur, sinar matahari, kelembaban dan lainnya. Semuanya secara

bersama- sama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau setidaknya

jenis tanaman tertentu. Untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi

menghendaki jenis tanah tertentu, temperatur udara sekian, kelembaban sekian

persen, peyinaran sekian persen dan lain sebagainya. Luas lahan pertanian akan

mempengaruhi skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi inefisien atau

tidaknya suatu usaha pertanian.

Dalam subsektor pertanian, faktor produksi tanah atau lahan mempunyai

kedudukan yang sangat penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang

diterima tanah dibandingkan faktor- faktor produksi lainnya. Tanah merupakan salah

satu faktor produksi seperti halnya modal, tenaga kerja dan skill yang kedudukannya

dapat dibuktikan dari tinggi rendahnya balas jasa (sewa tanah atau rent) yang sesuai

dengan permintaan dan penawaran tanah itu dalam masyarakat dan daerah tertentu.

2.5.1. Teori Tentang Lahan

David Ricardo, seorang ahli ekonomi berkebangsaan Inggris dikenal sebagai

salah satu penulis terkemuka soal sewa tanah dengan teorinya mengenai sewa tanah

differensial, dimana dikatakan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah disebabkan oleh

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah maka makin tinggi pula sewa

tanahnya. Adapun mengapa sewa tanah itu dapat tinggi atau rendah mempunyai

hubungan langsung dengan harga komoditi yang diproduksi dari tanah (Rahim

dkk,2007). Faktor yang mula- mula merupakan alasan mengapa tanah merupakan

faktor produksi yang sangat penting adalah karena tanah itu persediaannya terbatas.

Tanah digunakan untuk kepentingan yang berbeda- beda. Inilah yang mengakibatkan

kompleksnya persoalan sewa tanah itu. Seiring dengan perkembangan zaman, sewa

tanah tidak lagi ditentukan oleh faktor kelangkaan dan perbedaan kesuburan saja,

tetapi kini juga disebabkan oleh harga berbagai jenis komoditi yang diproduksikan

dan pembayaran- pembayaran keperluan lain. Dengan berkembangnya penduduk nilai

tanah akan terus meningkat dan munkin turun.

Menurut Moehar Danial (1996) dikatakan bahwa luas penguasaan lahan

pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan usaha

pertanian. Luas pemilikan lahan sangat berhubungan dengan efisiensi lahan. Pada

kegiatan usaha pertanian, yang memiliki lahan yang cukup luas, akan sering terjadi

ketidak efisienan dalam penggunaan teknologi.

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam pertanian adalah

faktor kesuburan tanah atau lahan. Lahan yang subur akan menghasilkan

produktivitas yang lebih tinggi dari pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah.

Kesuburan lahan pertanian biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah.

struktur dan tekstur tanah ini pada akhirnya akan menentukan jenis tanaman yang

dapat dan sesuai untuk tumbuh dilahan tersebut. Misalnya cengkeh hidup dengan baik

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

di tanah yang mengandung liat, apalagi jika tanah yang mengandung liat tersebut

tertutup denga tanah humus serta mudah dilalui air, maka tanaman cengkeh akan

hidup dan tumbuh dengan subur.

Tanah adalah salah satu faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya

tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Bahkan dengan perkembangan penduduk

niali tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Peryataan demikian

sebenarnya kurang tepat karena bagaimana pun juga tanah yang dikerjakan terus

menerus akan berkurang kesuburannya. Untuk itu haruslah diadakan rotasi tanaman

dan usaha- usaha konservasi tanah.

Dalam tahun belakangan ini kita tidak menyadari sepenuhnya bahwa telah

terjadi penurunan atau degradasi dalam hal ketersediaan lahan baik untuk pertanian

maupun perkebunan. Banyak hal yang menyebabkan penurunan tersebut, diantaranya

adalah bencana alam dan erosi. Perkembangan kehidupan, jumlah penduduk terus

bertambah, tuntutan peningkatan kualitas kehidupan serta tekanan kebutuhan sektor

lain terhadap lahan telah menyebabkan alih fungsi lahan sulit dihindari. Selain itu

dampak dari otonomi daerah menyebabkan terbentuknya kabupaten atau kota yang

baru setelah UU otonomi daerah diberlakukan. Akhirnya konversi lahanpun tidak

dapat dihindari.

Sedangkan teori tentang penggunaan lahan semula dikembangkan oleh von

Thunen pada pertengahan abad 18, seorang Jerman. Ia mencatat hasil-hasil dari

berbagai jenis tanaman dan melengkapinya dengan upaya-upaya yang terlibat dalam

pengangkutan produks ini, oleh kuda dan kereta, ke pasar. Dengan mengasumsikan

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

sebuah kota yang terisolir, yang dikelilingi oleh lahan yang kualitasnya sama, von

Thunen berargumentasi bahwa pola-pola konsentris penggunaan lahan akan terjadi.

Lahan di dekat kota akan digunakan untuk memproduksi tanaman yang hasilnya

banyak dan voluminous, seperti kayu dan kentang, sedangkan lahan yang jauh dari

pasar akan digunakan untuk memproduksi tanaman ekonomis-tinggi, volumenya

kecil,seperti hasil-hasil peternakan(www.teorilahanpertanian.indonesia.blogspot.com)

2.6. Tenaga Kerja

2.6.1 Pengertian Tenaga Kerja

Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk

dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja

dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15 tahun atau lebih,

seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan

menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar

kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain

bekerja). Angkatan kerja dibedakan lagi kedalam dua kelompok, yaitu penduduk

yang bekerja dan penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Gambar 2.2: Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan (ILO)

Dengan demikian, angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang

bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan

merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang sering

digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan tenaga

kerja.

TPAK =

Secara umum, tenaga kerja (manpower) didefinisikan sebagai penduduk yang

berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu

Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga

mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Sedangkan

PENDUDUK

BUKAN ANGKATAN

TENAGA KERJA

BUKAN TENAGA

TIDAK BEKERJA/ MENCARI PEKERJAAN

ANGKATAN KERJA

BEKERJA

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

D

E

WE

O

S W

N NE

Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu

tertentu.

Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan- ketentuan pokok

ketenagakerjaan disebutkan bahwa: ”Tenaga Kerja adalah setiap orang laki- laki atau

perempuan yang sedang mencari pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan

kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat’.

2.6.2. Teori Tentang Tenaga Kerja

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah

ketidak seimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran

tenaga kerja (supply of labor) pada suatu tingkat upah (Kusumosuwidho, 2006).

Keseimbangan tersebut dapat berupa lebih besarnya penawaran dibanding permintaan

terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan

dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for supply).

Gambar 2.3

Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Excess Supply

N N O O

W W SL

DL

W1

N2 N1 N1 N2

W1 DL

SL

Excess Demand

Gambar 2.4 Kurva Ketidakseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Keterangan gambar:

SL = Penawaran tenaga kerja (Supply of labor).

DL = Permintaan tenaga kerja (Demand of labor).

W = Upah (Wage)

L = Jumlah tenaga kerja (labor).

Penjelasan gambar :

1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan

jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing- masing sebesar Le pada

tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian, titik keseimbangan adalah

titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We semua orang yang bekerja telah

dapat bekerja. Berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan

ini disebut full employment pada tingkat upah We.

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

2. Pada gambar kedua, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah

We, penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar dari pada permintaan tenaga

kerja (DL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah

sebanyak N2, sedangkan hanya diminta hanya N1. dengan demikian, ada orang

yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1N2.

3. Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand of labor. Pada tingkat

upah W1, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar dari pada penawaran

tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada

tingkat upah W1 adalah sebanyak N1, sedangkan yang diminta adalah

sebanyak N2.

Terdapat beberapa tokoh yang membahas mengenai tenaga kerja, diantaranya:

a. Adam Smith (1729- 1970)

Smith menganggap bahwa manusia merupakan faktor produksi utama yang

menentukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada artinya

kalau tidak ada SDM yang mengolahnya, sehingga bermanfaat bagi kehidupan. Smith

melihat bahwa alokasi SDM yang efektif adalah awal pertumbuhan ekonomi. Setelah

ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar

ekonomi tetap tumbuh. Dengan kata lain, alokasi SDM yang efektif merupakan syarat

perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

b. Lewis (1959)

Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan suatu

masalah, melainkan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada suatu sektor akan

memberi andil terhadap pertumbuhan produksi dan penyediaan kerja disektor lain.

Ada dua struktur didalam perekonomian, yaitu subsistem terbelakang dan kapitalis

moderen. Pada sektor subsistem terbelakang, tidak hanya terdiri dari sektor pertanian,

tetapi juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran. Pekerja di

sektor subsistem terbelakang mayoritas berada di wilayah pedesaan. Sektor subsistem

terbelakang memiliki kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah yang relatif lebih

rendah dari pada sektor kapitalis moderen. Lebih rendahnya upah pekerja di pedesaan

akan mendorong pengusaha di wilayah perkotaan untuk merekrut pekerja dari

pedesaan dalam pengembangan industri moderen perkotaan. Selama berlangsungnya

proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja di sektor subsistem terbelakang

akan diserap.

Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja disektor industri moderen,

maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya

peningkatan upah ini akan mengurangi ketimpangan tingkat pendapatan antara

perkotaan dan pedesaan. Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan

penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi.

Sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk mengakumulasi

pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja dari sektor subsistem

Universitas Sumatera Utara

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

terbelakang ke sektor kapitalis moderen berjalan lancar dan perpindahan tersebut

tidak akan pernah menjadi terlalu banyak.

c. Fei- Ranis (1961)

Teori Fei- Ranis berkaitan dengan Negara berkembang yang mempunyai ciri-

ciri kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar

penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat

pertumbuhan penduduk yang tinggi.

Menurut Fei- Ranis, ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi

kelebihan buruh, yaitu:

1. Para penganggur semu (yang tidak menambah produksi pertanian)

dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama.

2. Tahap dimana pekerja pertanian manambah produksi, tetapi memproduksi

lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke

sektor industri.

3. Tahap ini ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh

petani menghasilkan produksi lebih besar dari pada perolehan upah

institusional. Dan dalam hal ini, kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa

dan industri yang terus menerus sejalan dengan pertambahan produksi dan

perluasan usahanya.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

2.6.3. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja

a. Tingkat Upah

Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi

perusahaan. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi,

yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila

harga per unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul

adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli produk tersebut.

Kondisi ini memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan,

yang selanjutnya juga dapat mengurangi akibat perubahan skala produksi disebut efek

skala produksi (scale effect).

Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang- barang modal yang lain

tetap, maka pengusaha mempunyai kecenderungan untuk menggantikan tenaga kerja

dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian dengan

mesin disebut efek subsitusi (substitution).

b. Teknologi

Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi sejumlah tenaga

kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu mengakibatkan

penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat terjadi, kecanggihan teknologi akan

menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuannya dalam

menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama. Yang lebih

berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin

untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada

Universitas Sumatera Utara

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

kemampuan manusia. Misalnya, mesin huller (penggilingan padi) akan

mempengaruhi permintaan tenaga kerja untuk menumbuk padi.

c. Produktifitas Tenaga Kerja

Arsyad Anwar (Kaswani, 1999:3) mengemukakan bahwa produktivitas tenaga

kerja dipengaruhi oleh enam hal, yaitu; perkembangan barang modal per pekerja,

perbaikan tingkat keterampilan, pendidikan, kesehatan pekerja, meningkatkan skala

usaha, perpindahan pekerja antar jenis kegiatan, perubahan komposisi output dari tiap

sektor atau subsektor serta perubahan teknik produksi. Dilain pihak, Basri

(Kasnawi,1999:3) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja

juga dipengaruhi oleh pemanfaatan kapasitas dari berbagai sektor. Produktivitas

tenaga kerja rendah karena pemanfaatan kapasitas produksi rendah.

d. Kualitas Tenaga Kerja.

Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan pembahasan

mengenai produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang berkualitas akan

menyebabkan produktivitasnya meningkat. Kualitas tenaga kerja ini tercermin dari

tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kematangan tenaga kerja dalam

bekerja.

e. Fasilitas Modal

Dalam prakteknya faktor- faktor produksi, baik SDM maupun bukan SDM,

seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang dan jasa. Pada suatu

industri, dengan asumsi faktor- faktor produksi yang lain konstan, maka semakin

Universitas Sumatera Utara

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja. Misalnya,

dalam suatu industri rokok, dengan asumsi faktor- faktor lain konstan, maka apabila

perusahaan menambah modalnya, maka jumlah tenaga kerja yang diminta juga

bertambah.

2.7. Ivestasi

2.7.1. Pengertian Investasi

Investasi (investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap

stok kapital yang ada (net addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi

adalah akumulasi modal (capital accumulation) atau pembentukan atau penanaman

modal (capital formation).

Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau

pembelanjaan, penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang- barang

modal dan perlengkapan- perlengkapan produksi atau menambah kemampuan

memproduksi barang dan jasa yang tersedia dala perekonomian.

Para pelaku investasi adalah pemerintah, swasta dan kerja sama antara

pemerintah dan swasta. Investasi pemerintah umumnya dilakukan tidak maksud

dengan mendapatkan keuntungan, tetapi tujuannya untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, rumah sakit, dan sebagainya. Bagi swasta

lebih tertarik pada jenis investasi yang di tujukan untuk memperoleh laba yang

biasanya didorong karena adanya pertambahan pendapatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Ciri- ciri dari barang- barang investasi adalah:

1. Memiliki manfaat yang umurnya lebih dari satu tahun. Misalnya, tanah,

mesin, gedung dan kendaraan.

2. Nilainya relatif besar dibandingkan dengan nilai output yang dihasilkan.

3. Manfaat dari penggunaan barang tersebut dapat dirasakan untuk jangka waktu

yang panjang.

2.7.2. Teori Investasi

Di dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money

(1936), John Maynard Keynes mendasarkan teori tentang permintaan investasi atas

konsep efisien marjinal kapital (Marginal Efficiency of Kapital/ MEC). Sebagai suatu

defenisi kerja, Marginal Efficiency of Kapital/ MEC adalah tingkat diskonto (discount

rate) yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang

dengan biaya sekarang dari kapital tambahan.

Teori Neo Klasik tentang investasi (Neoclasical Theory of Investment) ini

merupakan teori akumulasi kapital optimal. Menurut teori ini, stok kapital yang

diinginkan ditentukan oleh output dan harga dari jasa kapital relatif terhadap harga

output.

Harga jasa kapital pada gilirannya bergantung pada harga barang- barang

modal, tingkat harga dan perlakuan pajak atas pendapatan perusahan. Jadi, menurut

teori ini perubahan didalam output akan mengubah atau mempengaruhi stok kapital

Universitas Sumatera Utara

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

yang diinginkan dan juga investasi. Teori Neo Klasik mengatakan bahwa tingkat

bunga merupakan faktor penentu dari investasi yang diinginkan.

2.7.3. Pembagian Investasi

Berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya, investasi dibagi dalam

kelompok:

1. Investasi Baru

Yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari

usaha baru untuk produksi baru ataupun perluasan produksi, tetapi harus

menggunakan sisitem produksi baru.

2. Investasi Peremajaan

Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-

barang kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas produksi dan

ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya.

3. Investasi Rasionalisasi

Pada kelompok investasi ini peralatan lama diganti oleh yang baru tetapi

dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang

digantikannya.

4. Investasi Perluasan

Dalam perluasan kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti

yang lama, kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

5. Investasi Moderenisasi

Investasi jenis ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang

proses barunya, atau memproduksi barang lama dengan proses yang baru.

6. Investasi Diversifikasi

Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai

dengan program diversifikasi usaha korporasi yang bersangkutan.

Di Indonesia, Investasi dapat dibedakan menurut dua klasifikasi, antara lain:

1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia

termasuk hak- hak dan benda- benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun

swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia. Pihak swasta

yang memiliki modal dalam negeri tersebut, dapat secara perseorangan dan

atau merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang

berlaku di Indonesia. Penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan

kekayaan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan

usaha menurut ketentuan Undang- Undang penanaman modal.

2. Penanaman Modal Asing (PMA).

Yang dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (PMA) hanyalah meliputi

Penanaman Modal Asing secara langsung berdasarkan Undang- Undang No.1

Tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

arti pemilik modal secara langsung menaggung resiko dari penanaman modal

tersebut. Pengertian modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang

tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan

persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di

Indonesia.

Kesimpulannya, pemasukan modal asing diperlukan untuk mempercepat

pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam

membanguan dan menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Modal asing tidak

hanya membawa uang dan mesin, tetapi juga teknik.

2.7.4. Fungsi Investasi

Kurva yang menunjukkan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat

pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk investasi dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1. Garis sejajar dengan sumbu datar.

2. Bentuk garisnya naik dari sisi bawah keatas sebelah kanan (yang berarti

makin tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investaasi).

Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan

investasi autonomi (autonomous investment), dan fungsi investasi yang semakin

tinggi apabila pendapatan nasional meningkat dinamakan investasi terpengaruh

(induced investment). Kedua fungsi investasi tersebut seperti digambarkan didalam

Universitas Sumatera Utara

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Ilmu Pertanianrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16385/4/Chapter II.pdf · tanaman pangan adalah padi dan ... pemasaran dan aktivitas lain

Gambar 2.5, yaitu sejajar dengan sumbu datar, dan satu lagi bentuknya naik dari kiri

bawah ke sebelah kanan atas.

Apabila faktor- faktor lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pendapatan

nasional tidak mengalami perubahan, maka tingkat investasi akan tetap sama

besarnya pada berbagai tingkat pendapatan nasional. investasi yang demikian seperti

digambarkan pada Gambar 2.5 (A) , dinamakan investasi autonomi (autonomous

investment).

Didalam perekonomian dimana ciri- ciri perkataan diantara investasi dan

pendapatan nasional adalah seperti yang digambarkan pada Gambar 2.5 (B) , yang

menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional, maka makin tinggi pula

tingkat investasi. Investasi yang bercorak demikian dinamakan investasi terpengaruh

(induced investment).

A. Investasi Autonomi B. Investasi Terpengaruh

Gambar 2.5 Fungsi Investasi Autonomi dan Fungsi Investasi Terpengaruh

Sumber: Teori Pertumbuhan Ekonomi (Boediono, 2002)

Pendapatan Nasional Pendapatan Nasional

Investasi Investasi

Universitas Sumatera Utara