18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor memiliki banyak manfaat, diantaranya: dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa, meningkatkan perekonomian rakyat, dan mendorong berkembangnya kegiatan industri. Khusus kegiatan ekspor, memiliki peranan yang penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Adanya aliran perdagangan berupa ekspor ke negara-negara tujuan ekspor dapat dikarenakan penawaran ekspor dari negara eksportir maupun permintaan ekspor dari negara importir. Penawaran ekspor adalah jumlah komoditas yang dapat dijual oleh suatu negara. Semakin banyak jumlah yang diproduksi, maka penawaran ekspor suatu negara akan meningkat. Permintaan ekspor adalah jumlah suatu komoditas ekspor yang diminta oleh suatu negara tertentu. Dalam permintaan ekspor terdapat beberapa faktor yang menentukan, seperti rata-rata pendapatan rumah tangga dan jumlah penduduk. Jika ada kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta lebih banyak pada setiap harga tertentu dan jika ada kenaikan jumlah penduduk, maka permintaan akan suatu komoditas meningkat pada tingkat harga tertentu (Andelisa, 2011). 2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan Menurut Saparinto dan Hidayati (2006), makanan olahan adalah makanan hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan menjadi makanan olahan siap saji dan tidak siap saji. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan, contoh: pisang goreng. Sedangkan makanan olahan tidak siap saji adalah makanan yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Ekspor

Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor,

sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor.

Kegiatan ekspor-impor memiliki banyak manfaat, diantaranya: dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat, pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa,

meningkatkan perekonomian rakyat, dan mendorong berkembangnya kegiatan

industri. Khusus kegiatan ekspor, memiliki peranan yang penting sebagai motor

penggerak perekonomian nasional.

Adanya aliran perdagangan berupa ekspor ke negara-negara tujuan ekspor

dapat dikarenakan penawaran ekspor dari negara eksportir maupun permintaan

ekspor dari negara importir. Penawaran ekspor adalah jumlah komoditas yang

dapat dijual oleh suatu negara. Semakin banyak jumlah yang diproduksi, maka

penawaran ekspor suatu negara akan meningkat. Permintaan ekspor adalah

jumlah suatu komoditas ekspor yang diminta oleh suatu negara tertentu. Dalam

permintaan ekspor terdapat beberapa faktor yang menentukan, seperti rata-rata

pendapatan rumah tangga dan jumlah penduduk. Jika ada kenaikan pendapatan

rata-rata rumah tangga akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta lebih

banyak pada setiap harga tertentu dan jika ada kenaikan jumlah penduduk, maka

permintaan akan suatu komoditas meningkat pada tingkat harga tertentu

(Andelisa, 2011).

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

Menurut Saparinto dan Hidayati (2006), makanan olahan adalah makanan

hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa

bahan tambahan. Makanan olahan bisa dibedakan menjadi makanan olahan siap

saji dan tidak siap saji. Makanan olahan siap saji adalah makanan yang sudah

diolah dan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar

pesanan, contoh: pisang goreng. Sedangkan makanan olahan tidak siap saji adalah

makanan yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

8  

memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum,

contoh: makanan kaleng.

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol,

merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang mengandung

bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang

dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi (Cahyadi, 2005). Sedangkan

minuman olahan yang mengandung alkohol merupakan minuman yang jika

dikonsumsi dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Dengan demikian, dalam

penelitian ini produk makanan dan minuman olahan yang dimaksud merupakan

makanan siap saji dan tidak siap saji serta minuman yang tidak mengandung

alkohol dalam bentuk bubuk maupun cair.

2.3. Definisi Pasar Non-Tradisional

Pasar non-tradisional adalah pasar yang menjadi tujuan ekspor yang belum

tergolong besar tetapi potensial untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Pasar

ekspor yang dikategorikan dalam pengertian non-tradisional ini adalah di luar

tujuan utama ekspor Jepang, Amerika Serikat, Eropa Barat, Singapura, Taiwan,

dan Korea Selatan. Pasar non-tradisional terdiri dari banyak negara yang tumbuh

(emerging market) maupun yang sedang berkembang yang terdiri dari kawasan

Afrika, Asia, Amerika Latin, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dalam

penelitian ini pasar non-tradisonal yang dianalisis hanya pada sepuluh negara

yang berada pada kawasan Asia, seperti Bahrain, Camboja, India, Lebanon,

Macao, Malaysia, Pakistan, Sri Lanka, Thailand, dan Turki.

2.4. Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam

artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang

banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001).

Pendekatan yang sering digunakan sebagai indikator untuk mengukur daya

saing suatu komoditi, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Keunggulan kompetitif merupakan suatu keunggulan yang dapat dikembangkan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

9  

sehingga untuk dapat memperolehnya maka keunggulan ini harus dapat

diciptakan. Sementrara itu menurut Simatupang (1991) dalam Oktaviani dan

Novianti (2009), konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing

(keunggulan), potensial. Artinya, daya saing akan dicapai apabila perekonomian

tidak mengalami distorsi. Terkait dengan konsep keunggulan komparatif adalah

kelayakan ekonomi, dan terkait dengan keunggulan kompetitif adalah kelayakan

finansial dari suatu aktivitas. Kelayakan finansial melihat manfaat proyek atau

aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat dalam aktivitas

tersebut, sedangkan analisa ekonomi menilai suatu aktivitas atas manfaat bagi

masyarakat secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyumbangkan dan

siapa yang menerima manfaat “Revealed Competitive Advantage” yang

merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian

aktual.

2.5. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan merupakan suatu proses pertukaran barang dan jasa yang

dilakukan atas dasar suka sama suka, untuk memperoleh barang yang dibutuhkan.

Dalam masa globalisasi, perdagangan tidak hanya dilakukan dalam satu negara

saja. Bahkan dunia sudah memasuki perdagangan bebas. Hampir tidak ada satu

negarapun yang tidak melakukan hubungan dengan negara lain (Dumairy,1997).

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh

penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu

dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau

pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan

internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi

salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto) dari sisi

pengeluaran suatu negara. Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor

utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukan. Demikian halnya

dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan perdagangan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

10  

bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain motif mencari

keuntungan, Krugman (2003) dalam Oktaviani dan Novianti (2009)

mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional:

1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai

skala ekonomi (economic of scale).

Dalam teori perdagangan internasional, suatu negara (misal negara A)

akan mengekspor suatu komoditi (misal pakaian jadi) ke negara lain (misal negara

B) apabila harga domestik negara A (sebelum terjadinya perdagangan

internasional) relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik

negara B (Gambar 2.1). Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah

karena produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya

sehingga di negara A telah terjadi excess supply (memiliki kelebihan produksi).

Dengan demikian, negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan

produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di negara B terjadi kekurangan supply

karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya (excess

demand) sehingga harga yang terjadi di negara B lebih tinggi. Dalam hal ini

negara B berkeinginan untuk membeli pakaian jadi dari negara lain yang relatif

lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dengan negara B,

maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan harga yang diterima oleh

kedua negara adalah sama.

Kurva pada Gambar 2.1 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan

internasional harga di negara A sebesar PA, sedangkan di negara B sebesar PB.

Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi

dari PA sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga

internasional lebih rendah dari PB. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan

PA maka negara B akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga

internasional sama dengan PB maka di negara A akan terjadi excess supply (ES)

sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED akan menentukan harga

yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan

tersebut, maka negara A akan mengekspor komoditi (pakaian jadi) sebesar X

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

11  

O  QA  O Q*  O QB 

SB 

sedangkan negara B akan mengimpor komoditi (pakaian jadi) sebesar M, dimana

di pasar internasional sebesar X sama dengan M, yaitu Q*.

Ilustrasi terjadinya perdagangan internasional dapat dilihat dari Gambar

2.1 berikut ini:

Negara A Perdagangan Negara B

Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional

Keterangan:

PA : Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional

OQA : Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor)

tanpa perdagangan internasional

A : Kelebihan penawaran (excess supply) di negara A (pengekspor) tanpa

perdagangan internasional

X : Jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A

PB : Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdangangan internasional

OQB : Jumlah produk domestrik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)

tanpa perdagangan internasional

B : Kelebihan permintaan (excess demand) di negara B (pengimpor) tanpa

perdagangan internasional

M : Jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B

P* : Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdangangan internasional

OQ* : Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah

yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M)

PA 

DA  A SA 

ES 

P* 

ED  B 

PB 

DB 

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

12  

Terbentuknya perdagangan internasional memberikan beberapa manfaat,

diantaranya:

1. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri.

2. Banyak faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap

negara, seperti: kondisi geografi, iklim, tingkat penguasaan IPTEK dan

lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap negara mampu

memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.

3. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat

memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi

oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut

mengimpor barang tersebut dari luar negeri.

4. Memperluas pasar dan menambah keuntungan.

5. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu

negara untuk mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara

manajemen yang lebih modern.

2.6. Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage)

merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, Ricardo

menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan

keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika

suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya

yang lebih murah daripada negara lainnya. Sebagai contoh, Indonesia dan

Malaysia sama-sama memproduksi kopi dan timah. Indonesia mampu

memproduksi kopi secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak

mampu memproduksi timah secara efisien dan murah. Sebaliknya, Malaysia

mampu dalam memproduksi timah secara efisien dan dengan biaya yang murah,

tetapi tidak mampu memproduksi kopi secara efisien dan murah. Dengan

demikian, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kopi

dan Malaysia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi timah. Untuk

dapat saling menguntungkan dalam melakukan perdagangan, maka kedua negara

tersebut harus bersedia bertukar kopi dan timah.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

13  

Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage)

menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki

keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan

spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki

keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan atas cost

comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage

(labor productivity).

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat

berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut

berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Sementara itu, pada production

comparative advantage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut berproduksi

lebih produktif serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi

relatif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost comparative

menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara

memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja

dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Sedangkan

production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai

jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu

barang/jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga kerja

yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh jika

negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative

advantage dan production advantage atau dengan mengekspor barang yang

keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan

komparatifnya rendah (Firdaus, 2011).

Dengan kata lain, dalam teori keunggulan komparatif, suatu bangsa dapat

meningkatkan standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut

melakukan spesialisasi produksi barang dan jasa yang memiliki produktivitas dan

efisiensi tinggi.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

14  

2.7. Teori Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan salah satu metode

yang digunakan untuk menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor

komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut di dunia.

Menurut Tambunan (2001), RCA merupakan indikator yang dapat menunjukkan

nilai keunggulan komparatif berdasarkan rasio antar perbandingan ekspor suatu

industri (atau komoditas) di suatu negara terhadap total ekspor negara tersebut

dengan perbandingan nilai ekspor dunia industri tersebut terhadap total ekspor

dunia.

Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965,

yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau

terungkap dalam ekspornya. Pada saat itu, konsep RCA banyak digunakan dalam

laporan penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai indikator keunggulan

komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan spesialisasi

perdagangan internasional.

2.8. Konsep Gravity Model

Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-

faktor ekonomi yang mempengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang

dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk

menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam

aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti

transportasi dan perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah

sukses secara empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar

negara, tetapi alasan yang diterima secara teoritis masih diperdebatkan. Menurut

model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran

ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak

antar negara (Bergstrand, 1985 dalam Setyo, 2009).

Gravity Model pertama kali digunakan oleh Tinberger pada tahun 1962

dan Ponyohen pada tahun 1963 untuk menganalisis aliran perdagangan antara

negara-negara Eropa. Kemudian model ini dikembangkan oleh Bergstrand pada

tahun 1985 yang menerapkan bahwa model gravitasi ini tidak hanya digunakan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

15  

untuk menganalisis perdagangan secara agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap

aliran perdagangan suatu komoditas.

Perumusan gravity model ini diadopsi dari persamaan umum Gravitasi

Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa “Interaksi antara dua

objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak

masing-masing”. Pernyataan tersebut teraplikasi dalam rumus sebagai berikut:

Fij = G x Mi x Mj

Dij

Dimana:

F = volume interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral)

M = Ukuran ekonomi untuk kedua negara

D = Jarak ekonomi kedua negara

G = Konstanta

Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut

diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik yang selanjutnya

menjadi bentuk umum dari gravity model. Dalam hal ini, konstanta G diubah

menjadi bagian dari β0 dan digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua

negara.

Log (Aliran perdagangan bilateral) = β0 + β1 log (GDP negara 1) + β2 log (GDP

negara 2) + β3 log (Jarak) + ε

Dengan demikian, rumus umum dari gravity model menurut Bergstrand

(1985), Koo, et al (1994) dalam Oktaviani (2000) sebagai berikut:

Tij = f (Yi, Yj, Fij)

Keterangan:

Tij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j

Yi = Gross Domestic Product negara i

Yj = Gross Domestic Product negara j

Fij = Faktor-faktor lain yang mempengarhi perdagangan antara negara i dengan

negara j

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

16  

Pada dasarnya, model gravitasi ini menjelaskan perdagangan berdasarkan

jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran perekonomian (GDP dan

populasi) antar negara. Aliran perdagangan antar negara ditentukan oleh:

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensi negara

pengimpor.

2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor.

3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara

negara pengimpor dan negara pengekspor.

Pada penerapan konsep gravity model ini, variabel yang mewakili total

permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan dengan GDP negara

importir sedangkan variabel indikator total penawaran potensial negara

pengekspor dapat digambarkan dengan GDP negara pengekspor. Akan tetapi,

dapat pula digunakan GDP per kapita sebagai pengganti variabel GDP. Sementara

itu, variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara

pengimpor dan negara pengekspor adalah adanya variabel jarak, harga ekspor

komoditi dan nilai tukar (exchange rate) antar dua negara.

1. GDP Per Kapita

GDP per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan

setiap individu dalam perekonomian. Untuk mengetahui kemampuan daya beli

negara tujuan ekspor terhadap produk yang diekspor digunakan variabel GDP per

kapita riil sebab pada GDP per kapita riil memperhatikan adanya pengaruh dari

harga, sedangkan GDP per kapita nominal merupakan nilai GDP yang tidak

memperhatikan adanya pengaruh dari harga. Dengan demikian, tingkat konsumsi

atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari

pendapatan per kapita riil suatu negara. Jika pendapatan per kapita suatu negara

dinilai cukup tinggi, maka dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar

potensial bagi pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu.

2. Populasi

Pertambahan populasi atau penduduk dapat mempengaruhi ekspor melalui

dua sisi, yaitu sisi penawaran dan sisi permintaan. Pada sisi penawaran,

pertambahan penduduk dapat menyebabkan terjadinya penambahan tenaga kerja

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

17  

untuk melakukan proses produksi suatu komoditi/produk yang akan diekspor.

Sedangkan pada sisi permintaan, pertambahan penduduk akan menyebabkan

bertambah besarnya permintaan akan komoditi/produk yang diekspor.

3. Jarak Ekonomi

Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity

model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan

indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan

ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah

nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan

menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak yang

digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai berikut:

Jarak Ekonomi = Jarak geografis antar negara X ∑ GDP negara jn

1 GDP negara j

4. Nilai Tukar

Nilai tukar (exchange rate) atau kurs diantara dua negara adalah harga

dimana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar yang

digunakan pada pemodelan gravity model ini adalah nilai tukar riil yang

merupakan nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu

harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK AS

IHK negara tujuan ekspor

Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara

tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika membuat harga suatu produk relatif lebih

murah. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan nilai impor dari negara tujuan

karena negara tujuan membutuhkan sedikit uang untuk membeli barang impor.

5. Harga Ekspor Relatif Komoditi

Harga ekspor relatif komoditi yang rendah atau lebih murah merupakan

harga yang diinginkan oleh setiap negara. Dengan harga yang murah, mampu

meningkatkan permintaan komoditi/produk yang diekspor ke negara tujuan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

18  

2.9. Teori Model Data Panel

Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan

informasi yang diperoleh dari data time series dan data cross section. Penggunaan

data panel ini memiliki dua keuntungan (Firdaus, 2011), diantaranya:

1. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah penjelas

dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang

diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis

menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif,

mengurangi kolinearitas antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan

yang artinya meningkatkan efisiensi.

2. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah

mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam

mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat

diatasi dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu

mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi yang

dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur heterogenitas individu.

Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini

berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang,

sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.

Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari

pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squre), model efek tetap (fixed effects

model), dan model efek acak (random effects model). Pada pendekatan Fixed

Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM) dibedakan berdasarkan

ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas

(regresor).

Misalkan: yit = αi + Xitβ + εit

Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan

dalam bentuk: εit = λi + uit

Untuk two way error components model, komponen error dispesifikasikan

dalam bentuk: εit = λi +µt + uit

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

19  

Pada pendekatan one way, error term hanya memasukkan komponen error

yang merupakan efek dari individu (λi). Pada two way, dimasukkan efek dari

waktu (µt) ke dalam komponen error. Jadi perbedaan antara FEM dan REM

terletak pada ada atau tidaknya korelasi antara λi dan µt dengan Xit.

1. Pooled Least Square (PLS)

Pada prinsipnya, pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data

(pooled), sehingga terdapat N x T observasi, dimana N menunjukkan jumlah unit

cross section dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan.

Model yang digunakan yaitu :

yit = αi + Xitβ + uit

Dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series, dapat

meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang

lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan

parameter β akan bias. Hal ini ditunjukkan dari arah kemiringan PLS yang tidak

sejajar dengan garis regresi dari masing-masing individu. Parameter yang bias ini

disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada

periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada

periode yang berbeda.

2. Fixed Effects Model (FEM)

FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki

korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini

membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari

intersep, yaitu:

Untuk one way komponen error : yit = αi + λi + Xitβ + uit

Untuk two way komponen error : yit = αi + λi + µt + Xitβ + uit

Penduga pada FEM dapat dihitung dengan teknik : Pooled Least Square

(PLS), Within Group (WG), Least Square Dummy Variable (LSDV), Two Way

Error Components Fixed Effect Model.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

20  

3. Random Effects Model (REM)

REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi.

Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan

ke dalam error.

Untuk one way error component : yit = αi + Xit β + uit+ λi

Untuk two way error component : yit = αi + Xit β + uit+ λi + μt

Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung

estimator REM, yaitu between estimator dan Generalized Least Square (GLS).

2.10. Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.10.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Analisis Daya Saing dan Aliran Ekspor Produk

Crude Coconut Oil (CCO) Indonesia oleh Andelisa (2011) menggunakan metode

analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic

(EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk meneliti daya saing selama periode

2005-2009. Selain itu, metode data panel dengan gravity model digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor produk tersebut di

negara-negara tujuan ekspor selama periode 2001-2009.

Penelitian yang dilakukan oleh Hafni (2011) mengenai Analisis Daya

Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia

menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA), Export Product

Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk menganalisis daya saing

komoditi selama periode 2005-2009 dan pendekatan gravity model untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia ke

negara tujuan dengan data panel berupa time series tahun 2001-2009 dan cross

section enam negara tujuan ekspor: Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia, Arab

Saudi, dan Amerika Serikat serta menggunakan analisis fixed effect.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto dan Soetjitpto (2009) mengenai

Analisis Model Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia dengan Pendekatan

Gravity Model menggunakan data panel dengan analisis fixed effect dengan data

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

21  

cross section 28 negara mitra dagang dan data time series selama 12 tahun yaitu

(1996-2007). Variabel-variabel yang digunakan adalah nilai ekspor riil, GDP

nominal, jumlah penduduk, jarak relatif, nilai tukar riil efektif dan interaksi antara

tarif dengan dummy integrasi ekonomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto (2011) mengenai Daya Saing

Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Lingkup ASEAN dan ASEAN-China

menggunakan metode analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA). Data yang

digunakan adalaha data dari tahun 2000 hingga 2008. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat ASEAN maupun ASEAN-China, produk Indonesia

yang memiliki daya saing adalah produk dengan kode HS 03 (ikan, udang-

udangan, hewan lunak, invertebrata perairan), HS 710110 (mutiara dari alam yang

belum diolah), HS 710121 (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS 121220

(rumput laut dan alga lainnya). Dari hasil dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa Indonesia masih lemah dalam hal ekspor produk yang memiliki nilai

tambah.

Penelitian mengenai Daya Saing Produk Perikanan Indonesia di Beberapa

Negara Importir Utama dan Dunia oleh Ramadhan (2011) menggunakan metode

Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk menganalisis keunggulan

komparatif dan metode Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis posisi

daya saing pada setiap produk perikanan Indonesia. Penelitian yang dilakukan

oleh Gumilar (2010) mengenai Daya Saing Komoditi Sayuran Utama Indonesia di

Pasar Internasional menggunakan metode Revealed Comparative Advantage

(RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan Constant Market Share Analysis

(CMSA).

2.10.2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Potensi Ekspor Produk

Makanan dan Minuman Olahan Indonesia Di Pasar Non-Tradisional Asia ini

mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Pertama,

produk yang dianalisis adalah produk makanan dan minuman olahan yang

mencakup lima produk, yaitu produk roti, kue, biskuit, dan produk lainnya yang

sejenis; kembang gula; saus, bumbu campuran, dan penyedap campuran; jus buah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

22  

dan jus sayuran; dan teh. Kedua, negara yang diteliti adalah negara-negara non-

tradisional Asia yang mencakup sepuluh negara Asia, yaitu Bahrain, India,

Kamboja, Lebanon, Sri Lanka, Macao, Malaysia, Pakistan, Thailand, dan Turki.

Ketiga, periode waktu analisis adalah tahun 2003-2010.

2.11. Kerangka Pemikiran

Kondisi ekspor produk makanan dan minuman olahan yang mengalami

penurunan di sejumlah negara tradisional (sebagai tujuan utama ekspor)

menyebabkan industri makanan dan minuman dalam negeri perlu melakukan

pengembangan di sejumlah negara non-tradisional (sebagai negara tujuan ekspor

alternatif) untuk dapat terus meningkatkan ekspornya dan tetap memberikan

kontribusi terhadap ekspor non migas.

Pasar non-tradisional Asia merupakan salah satu pasar potensial dimana

jarak yang dekat dan kebutuhan masyarakat non-tradisional Asia yang tidak jauh

berbeda dengan masyarakat Indonesia dapat mempermudah para pengusaha

makanan dan minuman olahan Indonesia dalam memproduksi dan mengekspor

produk makanan dan minuman olahan ke pasar non-tradisional Asia tersebut.

Namun, untuk melakukan pengembangan ekspor ke pasar non-tradisional Asia

perlu dilakukan suatu analisis terhadap potensi pasar non-tradisional Asia dan

terhadap produk makanan dan minuman olahan yang diekspor.

Untuk mengetahui potensi ekspor produk makanan dan minuman olahan

Indonesia di pasar non-tradisional Asia digunakan tiga metode analisis, yaitu:

metode Export Product Dynamic (EPD) untuk menganalisis negara-negara non-

tradisional Asia yang berpotensi sebagai tujuan ekspor produk makanan dan

minuman olahan Indonesia, metode Revealed Comparative Advantage (RCA)

untuk mengukur daya saing yang dihadapi dalam mengembangkan produk

makanan dan minuman olahan di negara-negara tersebut, dan Gravity Model

untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor produk

makanan dan minuman olahan di pasar non-tradisional Asia.

Dari hasil analisis ini diharapkan diperoleh implikasi kebijakan yang

cocok dan bermanfaat bagi pengembangan ekspor produk makanan dan minuman

olahan Indonesia di pasar non-tradisional Asia. Untuk memperjelas rangkaian

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

23  

analisis yang dilakukan, maka disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran

penelitian seperti pada Gambar 2.2.

Keterangan: mamin = makanan dan minuman

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian

Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan

Potensi negara-negara non-

tradisional Asia

Gravity model: - GDP per kapita riil negara

tujuan ekspor - Populasi negara tujuan ekspor - Jarak ekonomi - Nilai tukar riil - Harga ekspor relatif produk i - Nilai ekspor tahun ke-(t-1)

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

ekspor produk mamin olahan

Daya saing produk makanan dan

minuman olahan

Metode RCA

Metode EPD

Implikasi Kebijakan

Pasar Tradisional

Pasar Non-Tradisional Asia

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli

24  

2.12. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada teori-teori yang ada dan

beberapa penelitian terdahulu. Hipotesis tersebut diantaranya:

1. GDP per kapita riil negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap

permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia.

2. Populasi penduduk negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap

permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia.

3. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk

makanan dan minuman olahan Indonesia.

4. Nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap dolar Amerika Serikat

berpengaruh positif.

5. Harga ekspor relatif produk makanan dan minuman olahan berpengaruh

negatif terhadap permintaan ekspor produk makanan dan minuman olahan

Indonesia.

6. Nilai ekspor tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap permintaan

ekspor produk makanan dan minuman olahan Indonesia.