34
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam bekerja, yang berfungsi melindungi tenaga kerja dari bahaya- bahaya secara fisik maupun kimiawi. Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika, 2005). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida. Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

  • Upload
    doannhi

  • View
    223

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI

2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi

seseorang dalam bekerja, yang berfungsi melindungi tenaga kerja dari bahaya-

bahaya secara fisik maupun kimiawi. Alat Pelindung Diri (APD) adalah

seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam

pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD

dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai

memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan

efektif terhadap bahaya (Sartika, 2005). Menurut OSHA atau Occupational Safety

and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri

(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari

luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards)

di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik

dan lainnya. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja

Yang Mengelola Pestisida. Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang

mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian

kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

11

dan pelindung pernafasan. Tenaga kerja yang menggunakan pekerjaan

menyemprotkan pestisida khususnya petani harus melakukan prosedur kerja yang

standar juga harus memakai alat pelindung diri. Ini bertujuan untuk menjaga agar

resiko bahaya yang mungkin terjadi dapat dihindari.

2.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri

Ada beberapa hal yang menjadikan alat pelindung diri berdampak negative seperti

berkurangnya produktivitas kerja akibat penyakit atau kecelakaan yang dialami

oleh pekerja karena tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut. Oleh sebab

itu alat-alat pelindung diri harus mempunyai persyaratan sesuai dengan

pernyataan Suma’mur (1996) alat pelindung diri yang akan digunakan di tempat

kerja harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:

1) Berat alat pelindung diri hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak

menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.

2) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.

3) Alat pelindung diri harus tahan untuk pemakaian lama.

4) Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya bagi penggunanya.

Salah satu penyebab dari terjadinya keracunan akibat pestisida adalah petani

kurang memperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan

penyemprotan dengan menggunakan pestisida. APD adalah kelengkapan yang

wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga

keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Petani perlu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

12

memperhatikan perilaku penggunaan pestisida dan kepatuhan menggunakan APD

pada saat melakukan pencampuran dan menyemprot tanaman. APD yang harus

dipakai antara lain masker, topi, kaca mata, baju lengan panjang dan celana

panjang, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot (Suma’mur, 2009).

Menurut Suma’mur (2009) syarat alat pelindung diri yang harus diikuti oleh

petani dalam mengaplikasikan pestisida adalah :

1. Perlengkapan pelindung diri tersebut harus terbuat dari bahan-bahan yang

memenuhi kriteria teknis perlindungan pestisida.

2. Setiap perlengkapan pelindung diri yang akan digunakan harus dalam keadaan

bersih dan tidak rusak.

3. Jenis perlengkapan yang digunakan minimal sesuai dengan petunjuk

pengamanan yang tertera pada label/brosur pestisida tersebut.

4. Setiap kali selesai digunakan perlengkapan pelindung diri harus dicuci dan

disimpan di tempat khusus dan bersih.

2.1.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri sangat diperlukan oleh petani atau pekerja dalam

mengaplikasikan pestsida. Adapun jenis-jenis alat pelindung diri sebagai berikut :

1) Pakaian pelindung

Untuk melindungi badan dari paparan pestisida, kita harus menggunakan pakaian

pelindung yang terdiri dari :

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

13

a. Baju lengan panjang

Baju lengan panjang tidak boleh memiliki lipatan-lipatan terlalu banyak, jika perlu

tidak diberikan kantong pada bagian depan dan kerah leher harus diikat atau

setidaknya menutupi bagian leher.

b. Celana panjang

Celana panjang tidak boleh ada lipatan, karena lipatan-lipatan itu akan berfungsi

sebagai tempat berkumpulnya partikel-partikel dari pestisida.

c. Pakaian terusan

Merupakan pakaian dengan model tangan panjang dan menutupi seluruh tubuh,

praktis dan lebih khusus.

2) Alat pelindung tangan

Alat pelindung tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan karena

kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh kecelakaan yang

terjadi ditempat kerja. Pekerja harus memakai alat pelindung tangan ketika

terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti luka pada tangan karena

benda-benda keras, luka gores,terkena bahan kimia berbahaya dan juga luka

sengatan serangga.

Bila pekerja menangani pestisida yang mempunyai konsentrasi yang tinggi (high

concentration) maka diperlukan sarung tangan. Syarat-syarat sarung tangan yang

digunakan bagi pekerja penyemprot pestisida adalah :

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

14

a. Sarung tangan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan tangan.

b. Sarung tangan untuk menangani pestisida tidak boleh terbuat dari kulit karena

partikel pestisida akan melekat dan akan sulit untuk dibersihkan.

c. Sarung tangan harus dipakai untuk menutupi lengan baju bagian bawah. Agar

kemungkinan masuknya pestisida kedalam tubuh melalui tangan dapat di

cegah, atau kemungkinan mengalirnya pestisida ke dalam sarung tangan dapat

dihindari.

3) Alat pelindung kepala

Untuk mencegah masuknya racun melalui kulit kepala, maka diperlukan topi

penutup kepala. Beberapa persyaratan topi yang perlu diperhatikan adalah:

a. Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan dan tidak terbuat dari kain

atau kulit.

b. Topi yang digunakan sedapat mungkin dapat melindungi bagian-bagian kepala

(Tengkuk, mulut, mata, dan muka). Oleh karena itu topi harus berpinggiran

lebar.

c. Topi yang dipergunakan tidak menyebabkan keadaan tidak nyaman bila

dipakai dibawah terik matahari.

4) Alat pelindung kaki

Sepatu boot sangat penting bila pekerja penyemprot pestisida yang berbentuk

debu atau jenis residual. Sepatu boot dapat terbuat dari neoprene. Sepatu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

15

pelindung dan boot harus dapat menahan kebocoran. Ketika bekerja ditempat

yang mengandung aliran listrik, maka harus menggunakan sepatu tanpa logam

yang dapat menghantarkan aliran listrik. Jika bekerja ditempat biasa semacam

persawahan maka harus menggunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu

yang terbuat dari karet ketika bekerja dengan bahan kimia.

5) Alat Pelindung wajah

Pelindung wajah merupakan suatu pelindung yang terbuat dari bahan transparan

yang anti api dan terikat menggantung pada kepala juga dapat dengan mudah

untuk dinaikkan maupun diturunkan di depan wajah. Alat tersebut ringan dan

dapat digunakan untuk bekerja menyemprot pestisida. Pelindung wajah berguna

dari penetrasi pestisida. Masker adalah sebuah alat yang digunakan untuk

menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot)

untuk mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi melalui saluran pernapasan

(Depkes RI, 2007). Biasanya masker terbuat dari bahan yang anti air, sehingga

wajah tidak terkena percikan partikel-partikel dari pestisida Masker merupakan

alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan perlindungan organ pernapasan

akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, asap, gas beracun, dan

sebagainya (Uhud dkk, 2008). Penggunaan masker secara umum yaitu untuk

mencegah terhirupnya zat-zat polutan, debu, bakteri, bahkan virus yang mungkin

dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan (Wijayakusuma, 2003).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

16

6) Alat pelindung telinga

Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum ditempat kerja dan sering tidak

dihiraukan karena gangguan itu tidak menimbulkan luka. Alat pelindung telinga

bekerja sebagai penghalang antara bising dengan telinga dalam. Alat pelindung

telinga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Sumbat telinga

Sumbat telinga memberikan perlindungan paling efektif karena langsung

dimasukkan kedalam telinga.

b. Tutup telinga

Alat ini dipakai diluar telinga dan penutupnya terbuat dar spons untuk membuat

perlindungan yang baik.

Dalam bekerja menggunakan pestisida yang berbentuk cairan atau debu maka

petani memerlukan alat pelindung diri yang sesuai. Alat pelindung diri yang wajib

digunakan oleh petani saat bekerja mengaplikasikan pestisida adalah :

a. Topi

Jenis topi yang digunakan yang bertujuan untuk mencegah masuknya racun

melalui kulit kepala, maka diperlukan topi sebagai penutup kepala. Jenis topi yang

digunakan adalah jenis topi yang berpinggiran lebar agar dapat melindungi area

tengkuk dan tentunya area kulit kepala agar terhindar dari percikan pestisida yang

terbang dan kemungkinan dapat menempel pada kulit kepala. Topi yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

17

digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak kedap air seperti kain dan karet

tetapi topi yang harus digunakan adalah topi yang berbahan dari bahan plastic.

b. Kaca mata

Kaca mata yang digunakan bertujuan untuk melindungi mata dari percikan

pestisida yang terbang terbawa angin. Jenis kaca mata yang digunakan untuk

bekerja adalah jenis kaca mata yang terbuat dari bahan plastik.

c. Masker

Masker yang digunakan bertujuan untuk melindungi area pernapasan agar

terhindar dari menghirup percikan pestisida. Jenis masker yang digunakan saat

bekerja ini adalah jenis masker yang tahan terhadap cairan agar percikan pestisida

tidak dapat menembus masuk kedalam saluran pernapasan maupun saluran

pencernaan.

d. Sarung tangan

Sarung tangan yang digunakan yaitu sarung tangan yang terbuat dari bahan karet

yang panjang hingga menutupi bagian pergelangan tangan. Hal ini bertujuan

untuk melindungi tangan dari percikan pestisida yang terbang akibat hembusan

angin.

e. Pakaian lengan panjang dan celana panjang

Pakaian lengan panjang yang digunakan dalam bekerja mengaplikasikan pestisida

adalah jenis pakaian lengan panjang tanpa kantong dan tanpa lipatan pada lengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

18

dan dan leher serta untuk celana panjang yang digunakan adalah jenis celana

tanpa kantong dan juga lipatan hal ini bertujuan untuk mencegah percikan

pestisida berkumpul diarea lipatan dan kantong-kantong pada pakaian dan celana

tersebut.

f. Sepatu boots

Sepatu boots digunakan untuk mencegah pestisida menempel pada punggung

kaki. Sepatu boot sangat penting bila pekerja penyemprot pestisida yang

berbentuk debu atau jenis residual. Sepatu boot dapat terbuat dari neoprene.

2.2 KONSEP DASAR PENGETAHUAN

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

yang meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan

seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

19

dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek

tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).

2.2.2 Tujuan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), tujuan dari pengetahuan terdiri dari dua, yaitu :

1) Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat

ketidakpastian.

2) Untuk lebih mengetahui dan memahami sesuatu.

2.2.3 Tingkat Pengetahuan

Tingkatan Pengetahuan Kognitif atau pengetahuan merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo

(2007) Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif ada 6 yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan

untuk mengukur bahwa seseorang tahu mengenai apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, mendefinisikan, dan menyatakan (Notoatmodjo, 2003).

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpratasikan materi tersebut

dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

20

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan tentang objek

yang diteliti maupun dipelajari (Potter & Perry, 2005).

3) Aplikasi ( Application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam situasi

yang lain (Notoatmodjo, 2003).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek kedalam

komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih

ada kaitannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan,

dan juga mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003).

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis berarti suatu kemampuan utnuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

sudah ada (Potter & Perry, 2005).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

21

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu objek

atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pengetahuan individu terhadap suatu materi pengetahuan dapat dilakukan

pengukuran pengetahuan. Pengukuran pengetahuan individu dapat dilakukan

menggunakan angket atau kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil pengukuran tersebut dapat dikatakan

excellent jika memiliki nilai >85% dan sangat memuaskan jika dibawah nilai

tersebut. Arikunto (2002) juga menjelaskan hasil dari pengukuran tersebut dapat

dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan :

a. Tinggi : jika pertanyaan dijawab dengan benar 76-100%

b. Sedang : jika pertanyaan dijawab dengan benar 56-75%

c. Rendah : jika pertanyaan dijawab dengan benar < 56%

2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan sepanjang sejarah dapat

dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan untuk

memperoleh kebenaran, yaitu:

1) Cara untuk memperoleh pengetahuan.

a. Cara coba salah (Trial and Error)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

22

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah dan apa bila kemungkinan itu tidak berhasil

maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pimpinan masyarakat baik

formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan berbagai

prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunya otoritas,

tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pelajaran atau pengalaman yang

pernah diperoleh dalam memecahkan suatu masalah dimasa lalu.

2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode ilmiah atau lebih popular atau disebut dengan metodologi

penelitian. Akhirnya, lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini

dikenal dengan penelitian ilmiah.

2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu :

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

23

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain

terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima

informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.

Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru

diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Dengan

banyaknya tantangn tersebut, akan menambah pengetahuan seseorang mengenai

suatu masalah yang telah dihadapi. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

3) Umur

Umur yang dimaksud disini adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Dengan bertambahnya umur, maka bertambah

pula pengalaman yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga pengetahuan seseorang

juga ikut bertambah. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

24

garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir

seseorang semakin matang dan dewasa.

4) Minat

Minat merupakan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik

seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap

objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

6) Kebudayaan

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya

untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat

sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

25

7) Informasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang

untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.3 KONSEP DASAR KEPATUHAN

2.3.1 Pengertian Kepatuhan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pranoto (2007), patuh adalah suka

menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai

aturan dan berdisiplin. Kepatuhan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu patuh

penuh (total compliance) dan tidak patuh (non compliance)(Sarafino, 2003).

Kepatuhan (compliance) juga dikenal sebagai ketaatan (adherence), adalah derajat

dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada (Kaplan and Shadock,

2005). Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan

berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007), patuh adalah suka

menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai

aturan dan berdisiplin. Slamet (2007) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan)

sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan

sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah

derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang telah ada dan

ditetapkan sebagai aturan yang harus dilaksanakan.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

26

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Menururt Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan

kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang

aktif.

2) Akomodasi

Suatu usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang

dapat mempengaruhi kepatuhan.

3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman,

kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan

terhadap sesuatu.

4) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

27

terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu,

untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya

unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh

individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga

tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula

tingkat kepatuhannya (Azwar, 2007).

5) Usia

Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang

tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan

lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang

lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan

jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan

sikap makin positif (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3 Kriteria Kepatuhan

Menurut Depkes RI (2004), Pengukuran kepatuhan individu dapat dilakukan

menggunakan kuesioner atau lembar observasi yang berisi pertanyaan yang telah

disesuaikan dengan kebutuhan. kriteria kepatuhan seseorang dibagi menjadi tiga

bagian yaitu:

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

28

1) Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah maupun aturan

dan semua aturan maupun perintah tersebut dilakukan dan semuanya benar

(75-100%).

2) Cukup patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan suatu tindakan atau

perintah dan aturan hanya sebagian dari yang ditetapkan atau dengan

sepenuhnya namun tidak sempurna (50-75%).

3) Kurang patuh adalah suatu tindakan mengabaikan atau tidak melaksanakan

perintah atau aturan sama sekali (<50%).

2.3.4 Teori Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan

Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Notoatmodjo, 2007) bahwa semakin

baik kemampuan analisis dan sintesis yang dimiliki seseorang maka tingkat

pengetahuannya semakin baik. Teori menurut Lawrence Green dalam

Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi kepatuhan meliputi predisposisi

(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor pendorong

(reinforcing factor). faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi, motivasi, sikap,

dll), Faktor pemungkin (enabling factor) meliputi jarak antara rumah dengan

fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia, dan faktor reinforcing

(kebijakan, pengawasan, peraturan, dll).

2.4 KONSEP DASAR PESTISIDA

2.4.1 Pengertian Pestisida

Pestisida adalah suatu substansi (zat kimia) yang digunakan untuk mencegah atau

membunuh hama, yakni organism yang bersaing untuk mendapatkan makanan,

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

29

menganggu kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Pestisida

merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh),

organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan

perlindungan tanaman atau bagian tanaman (SNI 7313:2008; Pedum Kajian

Pestisida, 2012). Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk

membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya

pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti

pembunuh. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau,

tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur),

bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan

hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut Djojosumarto (2008) pestisida

adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang

dipergunakan untuk : 1) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-

penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian; 2) Memberantas

rerumputan; 3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau

bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk; 4) Memberantas atau mencegah

hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak; 5) Memberantas dan

mencegah hama-hama air; 6) Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan

jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,

memberantas ata mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit

pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada

tanaman, tanah dan air.Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara

spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

30

untuk membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain.

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan, pengangkutan,

penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan /pemusnahan pestisida

(Djojosumarto, 2008).

Pestisida merupakan bahan beracun maka perlu kewaspadaan dengan

memperhatikan keamanan operator (pengguna pestisida), bahan yang diberi

pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum

dalam label dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan

beracun,khususnya pestisida. Organofosfat (Organo phosphates – Ops) Ops

umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut

terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal dan mamalia),

mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat

dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai

peranan penting pada transmisi dari signal saraf. Berdasarkan masa degradasinya

dalam lingkungan yaitu sekitar 2 minggu ,maka frekuensi/jarak penyemprotan

golongan ini adalah 2 minggu sekali. Penyemprotan merupakan metode aplikasi

pestisida yang paling banyak digunakan. Dalam penyemprotan larutan pestisida

dipecah oleh nozzle (cera, spuyer) menjadi butiran semprot yang selanjutnya

didistribusikan ke bidang sasaran penyemprotan (SNI 7313:2008; Pedum Kajian

Pestisida, 2012).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

31

2.4.2 Jenis-jenis Pestisida

Menurut Kementrian Pertanian (2011), pestisida mempunyai sifat-sifat fisik,

kimia dan daya kerja yang berbeda-beda, karena itu dikenal banyak macam

pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada

kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan,

berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya dan berdasarkan

bentuknya. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan

yaitu :

1) Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bias

mematikan semua jenis serangga.

2) Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa

digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.

3) Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif

beracun yang bisa membunuh bakteri.

4) Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.

5) Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang

mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh

tungau, caplak, dan laba-laba.

6) Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang

digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

7) Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,

siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat

di tambak.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

32

8) Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk

membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

2.4.3 Penggolongan Pestisida

Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Diana (2009), berdasarkan struktur

kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :

a) Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.

Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang

universal,degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.

b) Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini

mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif

degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan,

menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi

predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada

organokhlor.

c) Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain. Golongan ini

mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat,

tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan

dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,tetapi toksik yang kuat

untuk tawon.

d) Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC satu pernafasan dalam sel

hidup melalui proses pengubahanADP(Adenesone-5-diphosphate) dengan

bantuan energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian

pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

33

reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan

sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan

proses kerusakan jaringan.

e) Pyretroid adalah salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran

dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari

genus Chrysanthemum.Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar

matahari adalah : deltametrin,permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid

yang sintetis yang stabilterhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi

serangga adalah : difetrin,sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin,

tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.

f) Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau

asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant

merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas

yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin,

ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.

g) Petroleum adalah minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida.

Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.

Menurut Soemirat (2005), jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam

membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan yaitu :

a) Racun perut

Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi

serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui

perut.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

34

b) Racun kontak

Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam

tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas.

c) Racun gas

Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan

ruangan tertutup.

2.4.4 Cara Penggunaan Pestisida

Untuk menghindari dampak negative yang dapat ditimbulkan oleh pestisida

khususnya pada kesehatan petani dan kerusakan lingkungan, maka perlu

diperhatikan hal-hal yang diketahui sebagai berikut (Djojosumarto, 2008):

a. Cara penggunaan pestisida :

1) Proses sebelum mencampur pestisida

Ketika petani mencampur pestisida hendaknya dilakukan diluar rumah atau

ditempat terbuka yang mempunyai cahaya dan ventilasi serta memperhatikan label

yang tertulis pada tempat pestisida.

2) Proses mencampur pestisida

Selama mencampur pestisida, sebaiknya posisi badan menghadap searah mata

angin dan dijaga agar campuran pestisida tidak memercik mengenai anggota

badan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

35

3) Proses penyemprotan pestisida

Selama proses penyemprotan sebaiknya searah dengan arah angin. Waktu yang

paling baik untuk melakukan penyemprotan yang dilakukan adalah pukul 06.00-

11.00 atau sore hari pukul 15.00-18.00. penyemprotan dilakukan terlalu pagi atau

terlalu sore akan mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman

akan terlalu lama mongering, sehingga dapat menyebabkan tanaman yang diobati

menjadi keracunan. Selain itu, pada pagi hari biasanya daun-daun masih

berembun, sehingga pestisida yang disempotkan tidak bisa merata di seluruh

prmukaan daun. Penyemprotan yang dilakukan pada saat matahari terik, dapat

mengakibatkan pestisida tidak dapat mengendap dipermukaan tanaman. Jika

cuaca sedang buruk atau akan hujan dan angin bertiup kencang, sebaiknya

penyemprotan diperhatikan dulu, hal ini disebabkan akan banyak pestisida tidak

jatuh pada permukaan sasaran dan untuk menghindari bahaya keracunan karena

semprotan mengenai petani itu sendiri.

b. Cara penyemprotan

1) Arah semprotan harus sama dengan arah angin.

2) Petani penyemprot pestisida berjalan sesuai arah angin dan diusahakan untuk

tidak melalui daerah yang telah disemprot.

3) Arah angin dan ketinggian harus sesuai dengan sasaran.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

36

4) Semakin lama petani kontak dengan pestisida, semakin besar kemungkinan

untuk terpapar oleh bahan beracun, jadi sebaiknya lama penyemprotan tidak

lebih dari 5 jam.

c. Frekuensi penyemprotan

Semakin sering petani melakukan penyemprotan pestisda, semakin besar

kemungkinan terpapar bahan beracun. Sesudah melakukan penyemprotan

pestisida hendaknya lekas untuk membersihkan badan dengan cara mandi besar

dengan memakai sabun. Menyimpan pestisida dengan cara yang baik dapat

menolong mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dan mencegah

terjadinya kerusakan pada pestisida itu sendiri, serta mencegah terjadinya

keracunan pada manusia dan juga hewan. Cara masuk pestisida kedalam tubuh

manusia melalui 3 cara yaitu melalui mulut atau alat pencernaan dengan cara

termakan atau terminum dan hal tersebut jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh

tangan yang kotor atau tangan yang tercemar oleh bahan-bahan yang beracun dan

dapat juga tercemar akibat percikan pestisida pada makanan. Melalui kulit dengan

jalan kontak atau bersentuhan atau tertumpah di kulit. Cara masuk yang terakhir

yaitu melalui alat pernapasan dengan cara menghirup. Keracunan melalui alat

pernapasan paling banyak terjadi merupakan hal yang harus diperhatikan oleh

setiap orang, karena menghirup pestisida melalui alat pernapasan dapat menembus

jaringan paru-paru. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua

pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

37

sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanan. Akumulasi residu pestisida

tersebut mengakibatkan pencermaran lahan pertanian.

2.4.5 Cara Masuk Pestisida Ke Dalam Tubuh

Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni:

kontaminasi memalui kulit (dermal Contamination), terhisap masuk kedalam

saluran pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan makanan

lewat mulut (oral) (Soemirat, 2005).

1) Kontaminasi Melalui Kulit (dermal contamination)

Pestisida yang menempel di permukaan kulit bias meresap masuk ke dalam tubuh

dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan

kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir

dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia

disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Banyak bahan kimia bersifat iritan yang

dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan

alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo),

mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari atau kanker kulit.

Risiko bahaya karena kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh faktor sebagai

berikut:

a. Toksitas dermal (dermal LD 50) makin rendah angka LD 50 makin

berbahaya.

b. Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat

pestisida maka semakin besar bahayanya.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

38

c. Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi cair lebih

mudah diserap kulit dari pada formulasi butiran.

d. Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali

meresapkan pestisida. Kulit punggung tangan lebih mudah meresapkan

pestisida dari pada kulit telapak tangan.

e. Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar makin

besar risikonya.

f. Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik seseorang,

maka semakin tinggi risiko keracunannya.

Dalam penggunaanya atau aplikasi pestisida, pekerjaan-pekerjaan yang

menimbulkan risiko kontaminasi lewat kulit adalah:

a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh

droplet atau drift pestisidanya dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju

atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.

b. Pencampuran pestisida

c. Mencuci alat-alat pestisida.

2) Terhisap masuk ke dalam saluran pernapasan (inhalation) .

Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung merupakan

yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan partikel semprotan yang

sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging) dapat masuk kedalam paru-paru,

sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput lendir hidung atau

di kerongkongan. Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

39

bronkhitis atau pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-

paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat

berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan

reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi

sewaktu menarik nafas, dan nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan

terjadi penimbunan debu bahan kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan

terjadi fibrosis atau pneumokoniosis. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran

pernapasan juga dipengaruhi oleh LD 50 pestisida yang terhirup dan ukuran

partikel dan bentuk fisik pestisida. Pestisida berbentuk gas yang masuk ke dalam

paru-paru dan sangat berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari

10 mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari 50

mikron mungkin tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan

pada selaput lendir hidung dan kerongkongan. Gas beracun yang terhisap

ditentukan oleh:

a. Konsentrasi gas di dalam ruangan atau di udara

b. Lamanya paparan

c. Kondisi fisik seseorang (pengguna)

Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran

pernafasan adalah:

a. Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur dan sebagainya) di

ruangan tertutup atau yang ventilasinya buruk.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

40

b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas (misalnya

fumigasi), aerosol serta fogging, terutama aplikasi di dalam ruangan; aplikasi

pestisida berbentuk tepung (misalnya tepung hembus) mempunyai risiko

tinggi.

c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan)

3) Masuk kedalam saluran pencernaan makanan melalui mulut (oral)

Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan

dengan kontaminasi kulit. Karacunan lewat mulut dapat terjadi karena beberapa

hal sebagai berikut:

a) Kasus bunuh diri.

b) Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.

c) Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan

yang terkontaminasi pestisida.

d) Drift (butiran halus) pestisida terbawa angin masuk ke mulut.

e) Meniup kepala penyembur (nozzle) yang tersumbat dengan mulut,

pembersihan nozzle dilakukan dengan bantuan pipa kecil.

f) Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya diangkut atau

disimpan dekat pestisida yang bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau

kemasan pestisida.

g) Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam bekas wadah makanan

atau disimpan tanpa label sehingga salah ambil.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

41

2.4.6 Jenis-jenis Keracunan Pestisida

Selain mempunyai pengaruh buruk pada serangga dan gulma, semua pestisida

mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan manusia itu sendiri. Ada dua tipe

keracunan yaitu:

1) keracunan langsung (akut).

Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada

saat itu.

2) jangka panjang (kronis)

Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan

waktu yang lama untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini

dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena

pestisida. Beberapa efek kesehatan yang akut adalah: Pusing, sakit kepala, mual,

kudis, muntah-muntah, sakit pada dada, keram, sulit bernapas, pandangan menjadi

kabur, diare, keringat berlebihan, dan kematian.

2.5 KONSEP DASAR PETANI

2.5.1 Pengertian Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya

dengan cara melakukan pengelolaan tanah yang bertujuan untuk menumbuhkan

dan memelihara tanaman seperti padi dan semacamnya, dengan harapan untuk

memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjualnya

kepada orang lain. Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada

tanah pertanian. Definisi petani menurut Anwas (1992 :34) mengemukakan bahwa

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

42

petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau

memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.

Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari pengertian

pertanian. Anwas (1992 :34) mengemukakan bahwa pertanian adalah kegiatan

manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman

ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.

2.5.2 Jenis-jenis Petani

Menurut Sastraatmadja (2010), berdasarkan kepemilikan tanah, petani dibedakan

menjadi beberapa kelompok yaitu :

2) Petani buruh/ buruh tani, adalah petani yang sama sekali tidak memiliki lahan

sawah.

3) Petani gurem adalah mereka yang terbilang sebagai rumah tangga pertanian

yang menguasai lahan (milik sendiri atau menyewa) kurang dari 0,5 hektar

dengan pendapatan per bulan rata-rata di bawah Rp 500 ribu.

4) Petani kecil, adalah petani yang memiliki lahan sawah 0,51 s/d 1 hektar.

5) Petani besar, adalah petani yang memiliki lahan sawah lebih dari satu hektar.

2.6 PENELITIAN TERKAIT

No Judul Penelitian Tahun Nama

Peneliti

Hasil Penelitian

1 “Faktor-faktor Yang

Berhubungan Dengan

Perilaku Kepatuhan

Penggunaan APD Pada

Karyawan Bagian Press

Shop Di PT.Almasindo II

Kabupaten Bandung Barat”

2008 Ruhyandi dan

Evi Candra

Berdasarkan

hasil uji Chi-

square maka

dapat diketahui

bahwa terdapat

hubungan yang

bermakna

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG ...erepo.unud.ac.id/17354/3/1102106007-3-BAB II.pdf · 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI 2.1.1

43

(p=0,000<0,05)

antara

pengetahuan

dengan perilaku

kepatuhan

menggunakan

APD.

2 “Hubungan Pengetahuan dan

Sikap Dengan Kepatuhan

Perawat Dalam Menggunakan

Alat Pelindung Diri Di

Rumah Sakit Umum Daerah”

2012 Kartika

Rhomi

Anawati

Hasil penelitian,

uji korelasi

antarapengetahuan

dengan kepatuhan

didapatkan nilai

signifikansi 0,008

pada α 0,05,

koeifisen korelasi

0,323, uji korelasi

antara sikap

dengan kepatuhan

didapatkan nilai

signifikansi 0,000

pada α 0,05,

koeifisen korelasi

0,458.

Kesimpulan yang

dapat diambil

adalah ada

hubungan antara

pengetahuan dan

sikap dengan

kepatuhan dalam

penggunaan alat

pelindung diri.