Upload
doannhi
View
223
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR ALAT PELINDUNG DIRI
2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi
seseorang dalam bekerja, yang berfungsi melindungi tenaga kerja dari bahaya-
bahaya secara fisik maupun kimiawi. Alat Pelindung Diri (APD) adalah
seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam
pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD
dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai
memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan
efektif terhadap bahaya (Sartika, 2005). Menurut OSHA atau Occupational Safety
and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri
(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari
luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards)
di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik
dan lainnya. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja
Yang Mengelola Pestisida. Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang
mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian
kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka
11
dan pelindung pernafasan. Tenaga kerja yang menggunakan pekerjaan
menyemprotkan pestisida khususnya petani harus melakukan prosedur kerja yang
standar juga harus memakai alat pelindung diri. Ini bertujuan untuk menjaga agar
resiko bahaya yang mungkin terjadi dapat dihindari.
2.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri
Ada beberapa hal yang menjadikan alat pelindung diri berdampak negative seperti
berkurangnya produktivitas kerja akibat penyakit atau kecelakaan yang dialami
oleh pekerja karena tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut. Oleh sebab
itu alat-alat pelindung diri harus mempunyai persyaratan sesuai dengan
pernyataan Suma’mur (1996) alat pelindung diri yang akan digunakan di tempat
kerja harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1) Berat alat pelindung diri hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa tidak nyaman yang berlebihan.
2) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
3) Alat pelindung diri harus tahan untuk pemakaian lama.
4) Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya bagi penggunanya.
Salah satu penyebab dari terjadinya keracunan akibat pestisida adalah petani
kurang memperhatikan penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan
penyemprotan dengan menggunakan pestisida. APD adalah kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Petani perlu
12
memperhatikan perilaku penggunaan pestisida dan kepatuhan menggunakan APD
pada saat melakukan pencampuran dan menyemprot tanaman. APD yang harus
dipakai antara lain masker, topi, kaca mata, baju lengan panjang dan celana
panjang, celemek, sarung tangan, dan sepatu boot (Suma’mur, 2009).
Menurut Suma’mur (2009) syarat alat pelindung diri yang harus diikuti oleh
petani dalam mengaplikasikan pestisida adalah :
1. Perlengkapan pelindung diri tersebut harus terbuat dari bahan-bahan yang
memenuhi kriteria teknis perlindungan pestisida.
2. Setiap perlengkapan pelindung diri yang akan digunakan harus dalam keadaan
bersih dan tidak rusak.
3. Jenis perlengkapan yang digunakan minimal sesuai dengan petunjuk
pengamanan yang tertera pada label/brosur pestisida tersebut.
4. Setiap kali selesai digunakan perlengkapan pelindung diri harus dicuci dan
disimpan di tempat khusus dan bersih.
2.1.3 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri sangat diperlukan oleh petani atau pekerja dalam
mengaplikasikan pestsida. Adapun jenis-jenis alat pelindung diri sebagai berikut :
1) Pakaian pelindung
Untuk melindungi badan dari paparan pestisida, kita harus menggunakan pakaian
pelindung yang terdiri dari :
13
a. Baju lengan panjang
Baju lengan panjang tidak boleh memiliki lipatan-lipatan terlalu banyak, jika perlu
tidak diberikan kantong pada bagian depan dan kerah leher harus diikat atau
setidaknya menutupi bagian leher.
b. Celana panjang
Celana panjang tidak boleh ada lipatan, karena lipatan-lipatan itu akan berfungsi
sebagai tempat berkumpulnya partikel-partikel dari pestisida.
c. Pakaian terusan
Merupakan pakaian dengan model tangan panjang dan menutupi seluruh tubuh,
praktis dan lebih khusus.
2) Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan merupakan alat yang paling banyak digunakan karena
kecelakaan pada tangan adalah yang paling banyak dari seluruh kecelakaan yang
terjadi ditempat kerja. Pekerja harus memakai alat pelindung tangan ketika
terdapat kemungkinan terjadinya kecelakaan seperti luka pada tangan karena
benda-benda keras, luka gores,terkena bahan kimia berbahaya dan juga luka
sengatan serangga.
Bila pekerja menangani pestisida yang mempunyai konsentrasi yang tinggi (high
concentration) maka diperlukan sarung tangan. Syarat-syarat sarung tangan yang
digunakan bagi pekerja penyemprot pestisida adalah :
14
a. Sarung tangan harus panjang sehingga menutupi bagian pergelangan tangan.
b. Sarung tangan untuk menangani pestisida tidak boleh terbuat dari kulit karena
partikel pestisida akan melekat dan akan sulit untuk dibersihkan.
c. Sarung tangan harus dipakai untuk menutupi lengan baju bagian bawah. Agar
kemungkinan masuknya pestisida kedalam tubuh melalui tangan dapat di
cegah, atau kemungkinan mengalirnya pestisida ke dalam sarung tangan dapat
dihindari.
3) Alat pelindung kepala
Untuk mencegah masuknya racun melalui kulit kepala, maka diperlukan topi
penutup kepala. Beberapa persyaratan topi yang perlu diperhatikan adalah:
a. Topi harus terbuat dari bahan yang kedap cairan dan tidak terbuat dari kain
atau kulit.
b. Topi yang digunakan sedapat mungkin dapat melindungi bagian-bagian kepala
(Tengkuk, mulut, mata, dan muka). Oleh karena itu topi harus berpinggiran
lebar.
c. Topi yang dipergunakan tidak menyebabkan keadaan tidak nyaman bila
dipakai dibawah terik matahari.
4) Alat pelindung kaki
Sepatu boot sangat penting bila pekerja penyemprot pestisida yang berbentuk
debu atau jenis residual. Sepatu boot dapat terbuat dari neoprene. Sepatu
15
pelindung dan boot harus dapat menahan kebocoran. Ketika bekerja ditempat
yang mengandung aliran listrik, maka harus menggunakan sepatu tanpa logam
yang dapat menghantarkan aliran listrik. Jika bekerja ditempat biasa semacam
persawahan maka harus menggunakan sepatu yang tidak mudah tergelincir, sepatu
yang terbuat dari karet ketika bekerja dengan bahan kimia.
5) Alat Pelindung wajah
Pelindung wajah merupakan suatu pelindung yang terbuat dari bahan transparan
yang anti api dan terikat menggantung pada kepala juga dapat dengan mudah
untuk dinaikkan maupun diturunkan di depan wajah. Alat tersebut ringan dan
dapat digunakan untuk bekerja menyemprot pestisida. Pelindung wajah berguna
dari penetrasi pestisida. Masker adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menutupi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot)
untuk mencegah terjadinya penularan penyakit infeksi melalui saluran pernapasan
(Depkes RI, 2007). Biasanya masker terbuat dari bahan yang anti air, sehingga
wajah tidak terkena percikan partikel-partikel dari pestisida Masker merupakan
alat pelindung pernapasan berfungsi memberikan perlindungan organ pernapasan
akibat pencemaran udara oleh faktor kimia seperti debu, asap, gas beracun, dan
sebagainya (Uhud dkk, 2008). Penggunaan masker secara umum yaitu untuk
mencegah terhirupnya zat-zat polutan, debu, bakteri, bahkan virus yang mungkin
dapat mengakibatkan penyakit infeksi saluran pernapasan (Wijayakusuma, 2003).
16
6) Alat pelindung telinga
Hilangnya pendengaran adalah kejadian umum ditempat kerja dan sering tidak
dihiraukan karena gangguan itu tidak menimbulkan luka. Alat pelindung telinga
bekerja sebagai penghalang antara bising dengan telinga dalam. Alat pelindung
telinga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sumbat telinga
Sumbat telinga memberikan perlindungan paling efektif karena langsung
dimasukkan kedalam telinga.
b. Tutup telinga
Alat ini dipakai diluar telinga dan penutupnya terbuat dar spons untuk membuat
perlindungan yang baik.
Dalam bekerja menggunakan pestisida yang berbentuk cairan atau debu maka
petani memerlukan alat pelindung diri yang sesuai. Alat pelindung diri yang wajib
digunakan oleh petani saat bekerja mengaplikasikan pestisida adalah :
a. Topi
Jenis topi yang digunakan yang bertujuan untuk mencegah masuknya racun
melalui kulit kepala, maka diperlukan topi sebagai penutup kepala. Jenis topi yang
digunakan adalah jenis topi yang berpinggiran lebar agar dapat melindungi area
tengkuk dan tentunya area kulit kepala agar terhindar dari percikan pestisida yang
terbang dan kemungkinan dapat menempel pada kulit kepala. Topi yang
17
digunakan harus terbuat dari bahan yang tidak kedap air seperti kain dan karet
tetapi topi yang harus digunakan adalah topi yang berbahan dari bahan plastic.
b. Kaca mata
Kaca mata yang digunakan bertujuan untuk melindungi mata dari percikan
pestisida yang terbang terbawa angin. Jenis kaca mata yang digunakan untuk
bekerja adalah jenis kaca mata yang terbuat dari bahan plastik.
c. Masker
Masker yang digunakan bertujuan untuk melindungi area pernapasan agar
terhindar dari menghirup percikan pestisida. Jenis masker yang digunakan saat
bekerja ini adalah jenis masker yang tahan terhadap cairan agar percikan pestisida
tidak dapat menembus masuk kedalam saluran pernapasan maupun saluran
pencernaan.
d. Sarung tangan
Sarung tangan yang digunakan yaitu sarung tangan yang terbuat dari bahan karet
yang panjang hingga menutupi bagian pergelangan tangan. Hal ini bertujuan
untuk melindungi tangan dari percikan pestisida yang terbang akibat hembusan
angin.
e. Pakaian lengan panjang dan celana panjang
Pakaian lengan panjang yang digunakan dalam bekerja mengaplikasikan pestisida
adalah jenis pakaian lengan panjang tanpa kantong dan tanpa lipatan pada lengan
18
dan dan leher serta untuk celana panjang yang digunakan adalah jenis celana
tanpa kantong dan juga lipatan hal ini bertujuan untuk mencegah percikan
pestisida berkumpul diarea lipatan dan kantong-kantong pada pakaian dan celana
tersebut.
f. Sepatu boots
Sepatu boots digunakan untuk mencegah pestisida menempel pada punggung
kaki. Sepatu boot sangat penting bila pekerja penyemprot pestisida yang
berbentuk debu atau jenis residual. Sepatu boot dapat terbuat dari neoprene.
2.2 KONSEP DASAR PENGETAHUAN
2.2.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
yang meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses
19
dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek
tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).
2.2.2 Tujuan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), tujuan dari pengetahuan terdiri dari dua, yaitu :
1) Untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka akibat
ketidakpastian.
2) Untuk lebih mengetahui dan memahami sesuatu.
2.2.3 Tingkat Pengetahuan
Tingkatan Pengetahuan Kognitif atau pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo
(2007) Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif ada 6 yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan
untuk mengukur bahwa seseorang tahu mengenai apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, mendefinisikan, dan menyatakan (Notoatmodjo, 2003).
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpratasikan materi tersebut
dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
20
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan tentang objek
yang diteliti maupun dipelajari (Potter & Perry, 2005).
3) Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam situasi
yang lain (Notoatmodjo, 2003).
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu dengan yang lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan,
dan juga mengelompokkan (Notoatmodjo, 2003).
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis berarti suatu kemampuan utnuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
sudah ada (Potter & Perry, 2005).
21
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu objek
atau materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pengetahuan individu terhadap suatu materi pengetahuan dapat dilakukan
pengukuran pengetahuan. Pengukuran pengetahuan individu dapat dilakukan
menggunakan angket atau kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan. Hasil pengukuran tersebut dapat dikatakan
excellent jika memiliki nilai >85% dan sangat memuaskan jika dibawah nilai
tersebut. Arikunto (2002) juga menjelaskan hasil dari pengukuran tersebut dapat
dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan :
a. Tinggi : jika pertanyaan dijawab dengan benar 76-100%
b. Sedang : jika pertanyaan dijawab dengan benar 56-75%
c. Rendah : jika pertanyaan dijawab dengan benar < 56%
2.2.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan sepanjang sejarah dapat
dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran, yaitu:
1) Cara untuk memperoleh pengetahuan.
a. Cara coba salah (Trial and Error)
22
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum
peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apa bila kemungkinan itu tidak berhasil
maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pimpinan masyarakat baik
formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan berbagai
prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunya otoritas,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pelajaran atau pengalaman yang
pernah diperoleh dalam memecahkan suatu masalah dimasa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode ilmiah atau lebih popular atau disebut dengan metodologi
penelitian. Akhirnya, lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini
dikenal dengan penelitian ilmiah.
2.2.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2007) ada tujuh faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang, yaitu :
23
1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.
Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru
diperkenalkan.
2) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Dengan
banyaknya tantangn tersebut, akan menambah pengetahuan seseorang mengenai
suatu masalah yang telah dihadapi. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3) Umur
Umur yang dimaksud disini adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Dengan bertambahnya umur, maka bertambah
pula pengalaman yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga pengetahuan seseorang
juga ikut bertambah. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan pada aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara
24
garis besar ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan
proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat
pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis dan mental taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa.
4) Minat
Minat merupakan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni
suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih dalam.
5) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang baik
seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap
objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.
6) Kebudayaan
Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya
untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat
sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.
25
7) Informasi
Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang
untuk memperoleh pengetahuan yang baru.
2.3 KONSEP DASAR KEPATUHAN
2.3.1 Pengertian Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pranoto (2007), patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai
aturan dan berdisiplin. Kepatuhan ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu patuh
penuh (total compliance) dan tidak patuh (non compliance)(Sarafino, 2003).
Kepatuhan (compliance) juga dikenal sebagai ketaatan (adherence), adalah derajat
dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang ada (Kaplan and Shadock,
2005). Kepatuhan berasal dari kata patuh, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, patuh artinya suka dan taat kepada perintah atau aturan, dan
berdisiplin. Kepatuhan berarti sifat patuh, taat, tunduk pada ajaran atau peraturan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pranoto, 2007), patuh adalah suka
menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai
aturan dan berdisiplin. Slamet (2007) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan)
sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang
disarankan oleh dokter atau orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan
sebagai perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi (Degresi, 2005).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan adalah
derajat dimana seseorang mengikuti anjuran peraturan yang telah ada dan
ditetapkan sebagai aturan yang harus dilaksanakan.
26
2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menururt Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah:
1) Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan klien dapat meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang
aktif.
2) Akomodasi
Suatu usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri kepribadian klien yang
dapat mempengaruhi kepatuhan.
3) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Hal ini berarti membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman,
kelompok-kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu kepatuhan
terhadap sesuatu.
4) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
27
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
Menurut fungsinya pengetahuan merupakan dorongan dasar untuk ingin tahu,
untuk mencari penalaran, dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya
unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh
individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa, sehingga
tercapai suatu konsistensi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin baik pula
tingkat kepatuhannya (Azwar, 2007).
5) Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat akan berulang
tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan, masyarakat yang
lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwanya. Semakin dewasa seseorang, maka cara berfikir semakin matang dan
sikap makin positif (Notoatmodjo, 2007).
2.3.3 Kriteria Kepatuhan
Menurut Depkes RI (2004), Pengukuran kepatuhan individu dapat dilakukan
menggunakan kuesioner atau lembar observasi yang berisi pertanyaan yang telah
disesuaikan dengan kebutuhan. kriteria kepatuhan seseorang dibagi menjadi tiga
bagian yaitu:
28
1) Patuh adalah suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah maupun aturan
dan semua aturan maupun perintah tersebut dilakukan dan semuanya benar
(75-100%).
2) Cukup patuh adalah suatu tindakan yang melaksanakan suatu tindakan atau
perintah dan aturan hanya sebagian dari yang ditetapkan atau dengan
sepenuhnya namun tidak sempurna (50-75%).
3) Kurang patuh adalah suatu tindakan mengabaikan atau tidak melaksanakan
perintah atau aturan sama sekali (<50%).
2.3.4 Teori Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan
Sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Notoatmodjo, 2007) bahwa semakin
baik kemampuan analisis dan sintesis yang dimiliki seseorang maka tingkat
pengetahuannya semakin baik. Teori menurut Lawrence Green dalam
Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi kepatuhan meliputi predisposisi
(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor) dan faktor pendorong
(reinforcing factor). faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi, motivasi, sikap,
dll), Faktor pemungkin (enabling factor) meliputi jarak antara rumah dengan
fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang tersedia, dan faktor reinforcing
(kebijakan, pengawasan, peraturan, dll).
2.4 KONSEP DASAR PESTISIDA
2.4.1 Pengertian Pestisida
Pestisida adalah suatu substansi (zat kimia) yang digunakan untuk mencegah atau
membunuh hama, yakni organism yang bersaing untuk mendapatkan makanan,
29
menganggu kenyamanan, atau berbahaya bagi kesehatan manusia. Pestisida
merupakan zat, senyawa kimia (zat pengatur tumbuh dan perangsang tumbuh),
organisme renik, virus dan zat lain-lain yang digunakan untuk melakukan
perlindungan tanaman atau bagian tanaman (SNI 7313:2008; Pedum Kajian
Pestisida, 2012). Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan untuk
membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Berdasarkan asal katanya
pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti
pembunuh. Yang dimaksud hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau,
tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur),
bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan
hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut Djojosumarto (2008) pestisida
adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang
dipergunakan untuk : 1) Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-
penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian; 2) Memberantas
rerumputan; 3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk; 4) Memberantas atau mencegah
hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak; 5) Memberantas dan
mencegah hama-hama air; 6) Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan
jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan,
memberantas ata mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada
tanaman, tanah dan air.Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara
spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products)
30
untuk membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain.
Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan, pengangkutan,
penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan /pemusnahan pestisida
(Djojosumarto, 2008).
Pestisida merupakan bahan beracun maka perlu kewaspadaan dengan
memperhatikan keamanan operator (pengguna pestisida), bahan yang diberi
pestisida dan lingkungan sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum
dalam label dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penggunaan bahan
beracun,khususnya pestisida. Organofosfat (Organo phosphates – Ops) Ops
umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut
terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal dan mamalia),
mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Organofosfat
dapat menghambat aktifitas dari cholinesterase, suatu enzim yang mempunyai
peranan penting pada transmisi dari signal saraf. Berdasarkan masa degradasinya
dalam lingkungan yaitu sekitar 2 minggu ,maka frekuensi/jarak penyemprotan
golongan ini adalah 2 minggu sekali. Penyemprotan merupakan metode aplikasi
pestisida yang paling banyak digunakan. Dalam penyemprotan larutan pestisida
dipecah oleh nozzle (cera, spuyer) menjadi butiran semprot yang selanjutnya
didistribusikan ke bidang sasaran penyemprotan (SNI 7313:2008; Pedum Kajian
Pestisida, 2012).
31
2.4.2 Jenis-jenis Pestisida
Menurut Kementrian Pertanian (2011), pestisida mempunyai sifat-sifat fisik,
kimia dan daya kerja yang berbeda-beda, karena itu dikenal banyak macam
pestisida. Pestisida dapat digolongkan menurut berbagai cara tergantung pada
kepentingannya, antara lain: berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan,
berdasarkan cara kerja, berdasarkan struktur kimianya dan berdasarkan
bentuknya. Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yang akan dikendalikan
yaitu :
1) Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bias
mematikan semua jenis serangga.
2) Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan.
3) Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif
beracun yang bisa membunuh bakteri.
4) Nematisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda/cacing.
5) Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
tungau, caplak, dan laba-laba.
6) Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
7) Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat
di tambak.
32
8) Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
2.4.3 Penggolongan Pestisida
Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Diana (2009), berdasarkan struktur
kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :
a) Golongan organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.
Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang
universal,degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
b) Golongan organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif
degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan,
menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi
predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada
organokhlor.
c) Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain. Golongan ini
mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat,
tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan
dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,tetapi toksik yang kuat
untuk tawon.
d) Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC satu pernafasan dalam sel
hidup melalui proses pengubahanADP(Adenesone-5-diphosphate) dengan
bantuan energi sesuai dengan kebutuhan dan diperoleh dari rangkaian
pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan
33
reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan
sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan
proses kerusakan jaringan.
e) Pyretroid adalah salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran
dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari
genus Chrysanthemum.Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar
matahari adalah : deltametrin,permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid
yang sintetis yang stabilterhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi
serangga adalah : difetrin,sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin,
tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.
f) Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau
asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant
merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas
yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin,
ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
g) Petroleum adalah minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida.
Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisida.
Menurut Soemirat (2005), jika dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam
membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan yaitu :
a) Racun perut
Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi
serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya bunuhnya melalui
perut.
34
b) Racun kontak
Pestisida jenis racun kontak, membunuh hewan sasaran dengan masuk ke dalam
tubuh melalui kulit, menembus saluran darah, atau dengan melalui saluran nafas.
c) Racun gas
Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan
ruangan tertutup.
2.4.4 Cara Penggunaan Pestisida
Untuk menghindari dampak negative yang dapat ditimbulkan oleh pestisida
khususnya pada kesehatan petani dan kerusakan lingkungan, maka perlu
diperhatikan hal-hal yang diketahui sebagai berikut (Djojosumarto, 2008):
a. Cara penggunaan pestisida :
1) Proses sebelum mencampur pestisida
Ketika petani mencampur pestisida hendaknya dilakukan diluar rumah atau
ditempat terbuka yang mempunyai cahaya dan ventilasi serta memperhatikan label
yang tertulis pada tempat pestisida.
2) Proses mencampur pestisida
Selama mencampur pestisida, sebaiknya posisi badan menghadap searah mata
angin dan dijaga agar campuran pestisida tidak memercik mengenai anggota
badan.
35
3) Proses penyemprotan pestisida
Selama proses penyemprotan sebaiknya searah dengan arah angin. Waktu yang
paling baik untuk melakukan penyemprotan yang dilakukan adalah pukul 06.00-
11.00 atau sore hari pukul 15.00-18.00. penyemprotan dilakukan terlalu pagi atau
terlalu sore akan mengakibatkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman
akan terlalu lama mongering, sehingga dapat menyebabkan tanaman yang diobati
menjadi keracunan. Selain itu, pada pagi hari biasanya daun-daun masih
berembun, sehingga pestisida yang disempotkan tidak bisa merata di seluruh
prmukaan daun. Penyemprotan yang dilakukan pada saat matahari terik, dapat
mengakibatkan pestisida tidak dapat mengendap dipermukaan tanaman. Jika
cuaca sedang buruk atau akan hujan dan angin bertiup kencang, sebaiknya
penyemprotan diperhatikan dulu, hal ini disebabkan akan banyak pestisida tidak
jatuh pada permukaan sasaran dan untuk menghindari bahaya keracunan karena
semprotan mengenai petani itu sendiri.
b. Cara penyemprotan
1) Arah semprotan harus sama dengan arah angin.
2) Petani penyemprot pestisida berjalan sesuai arah angin dan diusahakan untuk
tidak melalui daerah yang telah disemprot.
3) Arah angin dan ketinggian harus sesuai dengan sasaran.
36
4) Semakin lama petani kontak dengan pestisida, semakin besar kemungkinan
untuk terpapar oleh bahan beracun, jadi sebaiknya lama penyemprotan tidak
lebih dari 5 jam.
c. Frekuensi penyemprotan
Semakin sering petani melakukan penyemprotan pestisda, semakin besar
kemungkinan terpapar bahan beracun. Sesudah melakukan penyemprotan
pestisida hendaknya lekas untuk membersihkan badan dengan cara mandi besar
dengan memakai sabun. Menyimpan pestisida dengan cara yang baik dapat
menolong mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan dan mencegah
terjadinya kerusakan pada pestisida itu sendiri, serta mencegah terjadinya
keracunan pada manusia dan juga hewan. Cara masuk pestisida kedalam tubuh
manusia melalui 3 cara yaitu melalui mulut atau alat pencernaan dengan cara
termakan atau terminum dan hal tersebut jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh
tangan yang kotor atau tangan yang tercemar oleh bahan-bahan yang beracun dan
dapat juga tercemar akibat percikan pestisida pada makanan. Melalui kulit dengan
jalan kontak atau bersentuhan atau tertumpah di kulit. Cara masuk yang terakhir
yaitu melalui alat pernapasan dengan cara menghirup. Keracunan melalui alat
pernapasan paling banyak terjadi merupakan hal yang harus diperhatikan oleh
setiap orang, karena menghirup pestisida melalui alat pernapasan dapat menembus
jaringan paru-paru. Dalam penerapan di bidang pertanian, ternyata tidak semua
pestisida mengenai sasaran. Kurang lebih hanya 20 persen pestisida mengenai
37
sasaran sedangkan 80 persen lainnya jatuh ke tanan. Akumulasi residu pestisida
tersebut mengakibatkan pencermaran lahan pertanian.
2.4.5 Cara Masuk Pestisida Ke Dalam Tubuh
Pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara yakni:
kontaminasi memalui kulit (dermal Contamination), terhisap masuk kedalam
saluran pernafasan (inhalation) dan masuk melalui saluran pencernaan makanan
lewat mulut (oral) (Soemirat, 2005).
1) Kontaminasi Melalui Kulit (dermal contamination)
Pestisida yang menempel di permukaan kulit bias meresap masuk ke dalam tubuh
dan menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi lewat kulit merupakan
kontaminasi yang paling sering terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir
dengan keracunan akut. Lebih dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia
disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit. Banyak bahan kimia bersifat iritan yang
dapat menyebabkan dermatitis atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan
alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo),
mengakibatkan kepekaan terhadap sinar matahari atau kanker kulit.
Risiko bahaya karena kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh faktor sebagai
berikut:
a. Toksitas dermal (dermal LD 50) makin rendah angka LD 50 makin
berbahaya.
b. Konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit, yaitu semakin pekat
pestisida maka semakin besar bahayanya.
38
c. Formulasi pestisida misalnya formulasi EC dan ULV atau formulasi cair lebih
mudah diserap kulit dari pada formulasi butiran.
d. Jenis atau bagian kulit yang terpapar yaitu mata misalnya mudah sekali
meresapkan pestisida. Kulit punggung tangan lebih mudah meresapkan
pestisida dari pada kulit telapak tangan.
e. Luas kulit yang terpapar pestisida yaitu makin luas kulit yang terpapar makin
besar risikonya.
f. Kondisi fisik yang bersangkutan. Semakin lemah kondisi fisik seseorang,
maka semakin tinggi risiko keracunannya.
Dalam penggunaanya atau aplikasi pestisida, pekerjaan-pekerjaan yang
menimbulkan risiko kontaminasi lewat kulit adalah:
a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh
droplet atau drift pestisidanya dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju
atau sarung tangan yang terkontaminasi pestisida.
b. Pencampuran pestisida
c. Mencuci alat-alat pestisida.
2) Terhisap masuk ke dalam saluran pernapasan (inhalation) .
Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung merupakan
yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan partikel semprotan yang
sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging) dapat masuk kedalam paru-paru,
sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel di selaput lendir hidung atau
di kerongkongan. Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan
39
bronkhitis atau pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-
paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat
berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan
reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi
sewaktu menarik nafas, dan nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan
terjadi penimbunan debu bahan kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan
terjadi fibrosis atau pneumokoniosis. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran
pernapasan juga dipengaruhi oleh LD 50 pestisida yang terhirup dan ukuran
partikel dan bentuk fisik pestisida. Pestisida berbentuk gas yang masuk ke dalam
paru-paru dan sangat berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari
10 mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih dari 50
mikron mungkin tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan gangguan
pada selaput lendir hidung dan kerongkongan. Gas beracun yang terhisap
ditentukan oleh:
a. Konsentrasi gas di dalam ruangan atau di udara
b. Lamanya paparan
c. Kondisi fisik seseorang (pengguna)
Pekerjaan-pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran
pernafasan adalah:
a. Bekerja dengan pestisida (menimbang, mencampur dan sebagainya) di
ruangan tertutup atau yang ventilasinya buruk.
40
b. Aplikasi pestisida berbentuk gas atau yang akan membentuk gas (misalnya
fumigasi), aerosol serta fogging, terutama aplikasi di dalam ruangan; aplikasi
pestisida berbentuk tepung (misalnya tepung hembus) mempunyai risiko
tinggi.
c. Mencampur pestisida berbentuk tepung (debu terhisap pernafasan)
3) Masuk kedalam saluran pencernaan makanan melalui mulut (oral)
Peristiwa keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan
dengan kontaminasi kulit. Karacunan lewat mulut dapat terjadi karena beberapa
hal sebagai berikut:
a) Kasus bunuh diri.
b) Makan, minum, dan merokok ketika bekerja dengan pestisida.
c) Menyeka keringat di wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan
yang terkontaminasi pestisida.
d) Drift (butiran halus) pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
e) Meniup kepala penyembur (nozzle) yang tersumbat dengan mulut,
pembersihan nozzle dilakukan dengan bantuan pipa kecil.
f) Makanan dan minuman terkontaminasi pestisida, misalnya diangkut atau
disimpan dekat pestisida yang bocor atau disimpan dalam bekas wadah atau
kemasan pestisida.
g) Kecelakaan khusus, misalnya pestisida disimpan dalam bekas wadah makanan
atau disimpan tanpa label sehingga salah ambil.
41
2.4.6 Jenis-jenis Keracunan Pestisida
Selain mempunyai pengaruh buruk pada serangga dan gulma, semua pestisida
mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan manusia itu sendiri. Ada dua tipe
keracunan yaitu:
1) keracunan langsung (akut).
Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada
saat itu.
2) jangka panjang (kronis)
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan
waktu yang lama untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini
dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena
pestisida. Beberapa efek kesehatan yang akut adalah: Pusing, sakit kepala, mual,
kudis, muntah-muntah, sakit pada dada, keram, sulit bernapas, pandangan menjadi
kabur, diare, keringat berlebihan, dan kematian.
2.5 KONSEP DASAR PETANI
2.5.1 Pengertian Petani
Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya
dengan cara melakukan pengelolaan tanah yang bertujuan untuk menumbuhkan
dan memelihara tanaman seperti padi dan semacamnya, dengan harapan untuk
memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk digunakan sendiri atau menjualnya
kepada orang lain. Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada
tanah pertanian. Definisi petani menurut Anwas (1992 :34) mengemukakan bahwa
42
petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau
memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.
Pengertian petani yang dikemukakan tersebut di atas tidak terlepas dari pengertian
pertanian. Anwas (1992 :34) mengemukakan bahwa pertanian adalah kegiatan
manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-hasil tanaman
ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.
2.5.2 Jenis-jenis Petani
Menurut Sastraatmadja (2010), berdasarkan kepemilikan tanah, petani dibedakan
menjadi beberapa kelompok yaitu :
2) Petani buruh/ buruh tani, adalah petani yang sama sekali tidak memiliki lahan
sawah.
3) Petani gurem adalah mereka yang terbilang sebagai rumah tangga pertanian
yang menguasai lahan (milik sendiri atau menyewa) kurang dari 0,5 hektar
dengan pendapatan per bulan rata-rata di bawah Rp 500 ribu.
4) Petani kecil, adalah petani yang memiliki lahan sawah 0,51 s/d 1 hektar.
5) Petani besar, adalah petani yang memiliki lahan sawah lebih dari satu hektar.
2.6 PENELITIAN TERKAIT
No Judul Penelitian Tahun Nama
Peneliti
Hasil Penelitian
1 “Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan
Perilaku Kepatuhan
Penggunaan APD Pada
Karyawan Bagian Press
Shop Di PT.Almasindo II
Kabupaten Bandung Barat”
2008 Ruhyandi dan
Evi Candra
Berdasarkan
hasil uji Chi-
square maka
dapat diketahui
bahwa terdapat
hubungan yang
bermakna
43
(p=0,000<0,05)
antara
pengetahuan
dengan perilaku
kepatuhan
menggunakan
APD.
2 “Hubungan Pengetahuan dan
Sikap Dengan Kepatuhan
Perawat Dalam Menggunakan
Alat Pelindung Diri Di
Rumah Sakit Umum Daerah”
2012 Kartika
Rhomi
Anawati
Hasil penelitian,
uji korelasi
antarapengetahuan
dengan kepatuhan
didapatkan nilai
signifikansi 0,008
pada α 0,05,
koeifisen korelasi
0,323, uji korelasi
antara sikap
dengan kepatuhan
didapatkan nilai
signifikansi 0,000
pada α 0,05,
koeifisen korelasi
0,458.
Kesimpulan yang
dapat diambil
adalah ada
hubungan antara
pengetahuan dan
sikap dengan
kepatuhan dalam
penggunaan alat
pelindung diri.