Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitan Terdahulu
Mengenai penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Febrianto (2011) Pada
Campuran Beton. Didapatkan hasil penelitian kuat lentur maksimum didapat pada
prosentase kadar zeolit 10% dapat meningkatkan kuat lentur beton dari 2,83 Mpa
menjadi 4,41 Mpa (naik 35,67%) dengan nilai porositas 11,75%. Diperoleh
porositas beton berbanding terbalik dengan kuat lentur dimana dari hasil pengujian
didapatkan bahwa beton dengan nilai porositas terkecil yaitu pada penambahan
15% dan penggantian 10% berat semen. Dan diperoleh peningkatan mutu beton
sehingga mineral zeolit layak digunakan sebagai alternatif bahan tambah untuk
beton.
Menurut Iswanto (2011) melakukan penelitian Zeolit Sebagai Bahan Tambah
Pada Campuran Beton .Dari perencanaan didapatkan kadar optimum penggunaan
zeolit sebagai bahan tambah terhadap nilai kuat tekan berdasarkan analisa regresi
persamaan polynominal program Microsoft excel sebesar 9,433 % terhadap berat
semen dapat meningkatkan kuat tekan dengan nilai tambah sebesar 9,374 % dari
beton normal, sedangkan kadar optimum penggunaan zeolit sebagai pengganti
semen sebesar 6,067 % terhadap berat semen dapat meningkatkan kuat tekan
dengan nilai tambah sebesar 1,9938 % dari beton normal. Kadar optimum
penggunaan zeolit sebagai bahan tambah terhadap nilai modulus elastisitas
berdasarkan analisa regresi persamaan polynominal program Microsoft excel
sebanyak 6,915 % terhadap berat semen dapat menghasilkan nilai tambah modulus
elastisitas 4,350 % dari beton normal, sedangkan kadar optimum penggunaan zeolit
sebagai pengganti semen sebanyak 10,544 % terhadap berat semen dapat
menghasilkan nilai tambah modulus elastisitas sebesar 11,518 % dari beton normal.
5
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Zeolit
Zeolit adalah kelompok mineral yang dalam pengertian/penamaan bahan
galian merupakan salah satu jenis bahan galian non logam atau bahan galian
mineral industri dari 48 jenis yang yang terdata dan pernah dijumpai oleh kegiatan
penyelidikan yang pernah dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG),
Badan Geologi, Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral. Zeolit adalah satu
kelompok berkerangka alumino-silikat yang terjadi di alam dengan kapasitas tukar
kation yang tinggi, adsorpsi tinggi dan bersifat hidrasi-dehidrasi. Telah diketahui
sekitar 50 spesies yang berbeda dari kelompok mineral ini, tetapi hanya 9 mineral
zeolit yang sering dijumpai, seperti: analcim, chabazit, klinoptilolit, heulandit,
erionit, ferrierit, laumontit, mordenit dan phillipsit. Struktur dari setiap mineral ini
berbeda tetapi semua mempunyai lorong terbuka yang besar dalam struktur kristal
yang memungkinkan satu lubang besar untuk penyerapan dan bertukar kation,
mengakibatkan zeolit sangat efektif sebagai penukar kation.
Dalam pemanfaatan zeolit telah mengalami pengembangan sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan untuk beberapa keperluan dalam industri dan pertanian,
juga bagi lingkungan, terutama untuk menghilangkan bau, karena zeolit dapat
menyerap molekulmolekul gas seperti CO, CO2, H2S dan lainnya. Zeolit
merupakan bahan galian non logam atau mineral industri multi guna karena
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang unik yaitu sebagai penyerap, penukar ion,
penyaring molekul dan sebagai katalisator. Potensi Zeolit di Indonesia (Kusdarto)
79 Secara geologi, mula jadi zeolit ditemukan dalam batuan tuf yang terbentuk dari
hasil sedimentasi, debu volkanik yang telah mengalami proses alterasi. Ada empat
proses sebagai gambaran mula jadi zeolit, yaitu proses sedimentasi debu volkanik
pada lingkungan danau yang bersifat alkali, proses alterasi, proses diagenesis dan
proses hidrotermal. Indonesia berada dalam wilayah rangkaian gunung api mulai
dari Sumatera, Jawa, Nusatenggara, sampai Sulawesi. Beragam jenis batuan
gunung api yang dihasilkan, diantaranya berupa batuan piroklastika tuf berbutir
halus yang bersifat asam dan bersusunan dasit-riolit atau bermassa kaca gunung api.
Tuf halus ini tersebar luas mengikuti jalur gunung api tersebut yang sebagian atau
6
seluruhnya telah mengalami proses ubahan atau diagenesis menjadi zeolit.
Karenanya, secara geologi Indonesia berpotensi besar menghasilkan zeolit seperti
yang terdapat di Sumatera (Lampung, Sumatera Utara), Jawa (Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur), Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi. Bisa dilihat gambar
zeolit pada Gambar 2.1. (Jurnal Zeolit Indonesia, 2008)
Gambar 2.1. Contoh zeolit
Komposisi kimia mineral zeolit pada umumnya terdiri dari SiO2, Al2O3,
Fe2O3 dan CaO yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida yang lain
jumlahnya hanya beberapa persen dari berat semen. Komposisi kimia mineral zeolit
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Zeolit
komposisi Berat %
SiO2 Al2O3 Fe2O3 K2O
Na2O MgO CuO
62,75 15,48 0,83 1,39 1,32 0,87 3,42
Sumber: Laboratorium Kimia, Dirjen Geologi Dan Sumberdaya Mineral Direktorat Vulkanologi Yogyakarta.
Zeolit memiliki struktur berongga dan biasanya rongga ini diisi oleh air dan
kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh sebab itu
zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, penukar ion, penyerap
bahan dan katalisator. Adapun sifat-sifat zeolit adalah sebagai berikut:
7
a. Dehidrasi
Sifat dehidrasi mineral zeolit akan berpengaruh terhadap sifat absorbsinya.
Zeolit dapat melepaskan molekul air dari dalam rongga permukaan yang
menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif
berinteraktif dengan molekul yang akan terabsorbsi.
b. Absorbsi
Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang berada disekitar kation. Bila Kristal zeolit dipanaskan
3000C – 4000C maka air tersebut akan keluar sehingga zeolit dapat berfungsi
sebagai penyerap gas atau cairan. Beberapa jenis mineral zeolit dapat menyerap
gas sebanyak 30% dari beratnya dalam keadaan kering.
c. Penukar Ion
Ion-ion dalam mineral zeolit berguna untuk menjaga kenetralan zeolit.
Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi
tergantung ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya.
d. Katalis
Ciri paling khusus dari mineral zeolit secara praktis akan menentukan sifat
khusus mineral ini adalah adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran
di dalam strukturnya. Bila zeolit digunakan dalam proses penyerapan atau
katalis maka akan terjadi difusi molekul ke dalam ruang bebas antara Kristal.
e. Penyaring/pemisah
Distribusi diameter dari pori-pori zeolit lebih efektif dalam menyaring
molekul, memisahkan molekul berdasarkan perbedaan ukuran, bentuk dan
polaritas molekul daripada media berpori lainnya.
a. . Zeolit pada klasifikasi Bahan Pozzolan
Telah disebutkan diatas bahwa Pozzolan adalah bahan alam atau buatan
yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat an aluminat yang reaktif.
Pozzolan dapat dipakai sebagai bahan tambah atau pengganti sebagian semen
portland. Bila dipakai sebagai pengganti sebagian semen portland umumnya
berkisar 10% - 35% dari berat semen. Bila Pozzolan dipakai sebagai bahan
tambahan atau menjadikan beton lebih tahan terhadap serangan kimia.
8
2.3. Beton
Beton diperoleh dengan cara mencampur semen, air, agregat (dan kadang-
kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambah, serat,
sampai bahan bangunan non-kimia) pada perbandingan tertentu. Dalam adukan
beton, air dan semen membentuk pasta yang disebut pasta semen. Pasta semen ini
selain mengisi pori-pori diantara butiran-butiran agregat halus juga bersifat sebagai
perekat atau pengikat dalam proses pengerasan, sehingga butiran-butiran agregat
saling terekat dengan kuat dan terbentuklah suatu massa yang kompak dan padat
(Tjokrodimuljo, 1996).
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusun yang terdiri dari bahan semen
sebagai bahan ikatnya, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah lainnya.
Beton didefinisikan sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari
material pembentuknya. Agar dihasilkan kuat tekan beton yang sesuai dengan
rencana diperlukan mix design untuk menentukan jumlah masing-masing bahan
penyusun yang dibutuhkan. Disamping itu, adukan beton harus diusahakan dalam
kondisi yang benar-benar homogen dengan kelecakan tertentu agar tidak terjadi
pemisahan. Selain perbandingan bahan susunnya, kekuatan beton ditentukan oleh
padat tidaknya campuran bahan penyusun beton tersebut. Semakin kecil rongga
yang dihasilkan dalam campuran beton, maka semakin tinggi kuat desak beton yang
dihasilkan. (Mulyono, 2004).
Beton sering digunakan dalam konstruksi bangunan dikarenakan mempunyai
banyak sekali keuntungan diantaranya adalah:
a. Bahan pembentuk beton mudah didapat dengan harga relatif murah.
b. Beton tahan terhadap aus dan juga api atau kebakaran.
c. Beton segar mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dengan
ukuran seberapapun sesuai keinginan, cetakan dapat dipakai beberapa kali
sehingga ekonomis dan menjadi lebih murah.
d. Perawatannya murah dan mudah.
e. Beton segardapat disemprotkan kepermukaan beton lama yang retak maupun
diisikan kedalam retakan beton dalam proses perbaikan dan dapat
9
dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang ke tempat-tempat yang
posisinya sulit.
f. Beton sangat kuat dalam menahan tekan serta mempunyai sifat tahan terhadap
perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat dengan car
baik kuat tekannya sama dengan batuan alami.
Beton juga mempunyai kelemahan yang perlu ditinjau oleh perencanaan
dalam merencanakan struktur bangunan, antara lain:
a. Beton mempunyai kuat tarik rendah, sehingga mudah retak, oleh karena itu
perlu diberi bajatulangan atau serat.
b. Beton sulit untuk kedap air sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, air
yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
c. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang
jika basah sehingga dilatasi (contaction joint) perlu diadakan pada beton yang
panjang atau lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
d. Beton bersifat getas (tidak dektail) sehingga harus dihitung dan didetail secara
seksama agar setelah dikompositkan dengan baja tulangan menjadi bersifat
dektail, terutama pada struktur tahan gempa.
2.4. Bahan Penyusun Beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen, agregat halus, agregat kasar dan
air. Namun dalam penelitian kali ini juga menggunakan zeolit sebagai bahan
tambah beton. Penjelasan lebih lanjut bahan – bahan penyusun beton.
2.4.1 Semen Portland
Semen Portland dibuat dengan beberapa langkah, sehingga sangat halus dan
memiliki sifat adesif maupun kohesif. Semen diperoleh denga membakar secara
bersamaan, suatu campuran dari calcareous (yang megandung kalsium karbonat
atau batu gamping) dan argillaceous (yang mengandung alumina) dangan
perbandinga tertentu. Secara umum kandungan Semen Portland ialah: kapur, silica,
dan alumina. Ketig bahan dasar tersebut dicampur dan di bakar dengan suhu 1550
10
C dan menjadi klinker. Setelah itu kemudian dikeluarkan, didinginkan dan
dihaluskan sampai halus seperti bubuk kemudaian ditambahkan gibs atau kalsium
sulfat (CaSO4) kira-kira 2 sampai 4 persen sebagai bahan pengontrol waktu
pengikat (Tjokrodimuljo, 1996).
Komposisi kimia semen Portland pada umumnya terdiri dari CaO, SiO2, Al2,
O3 dan Fe2O3 yang merupakan oksida dominan, sedangkan oksida yang lain
jumlahnya hanya beberapa persen dari berat semen. Ke empat oksida utama
tersebut didalam semen berupa senyawa C3S, C2S, C3A, dan C3AF dengan
perbandingan tertentu pada setiap produk semen, tergantung pada komposisi bahan
bakunya. Komposisi kimia semen Portland dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. komposisi kimia semen Portland Oksida Persen (%)
Kapur (CaO) Silica (SiO2)
Alumunia (Al2O3) Besi (Fe2O3)
Magnesia (MgO) Sulfur (SO3)
Soda/Potash (Na2O + K2O)
60 – 65 17 – 25 3 – 8
0,5 – 6 0,5 – 4 1 – 2
0,5 – 1
Sumber: Tjokrodimuljo, 1996
Senyawa-senyawa utama semen Portland yaitu C3S, C2S, C3A dan C4AF
memiliki sifat yang menentukan sifat yang menentukan sifat kekuatan semen, sifat-
sifat senyawa tersebut antara lain :
a. Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2
Senyawa ini mengalami hidrasi sangat cepat disertai pelepasan sejumlah besar
panas, selain itu juga berpengaruh besar terhadap pengerasan semen terutama
sebelum mencapai umur 14 hari. Senyawa ini juga kurang tahan terhadap agresi
kimiawi, dan mengalami disintegrasi oleh sulfat tanaah yang dapat
menyebabkan retak-retak pada beton.
b. Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2
C2S bereaksi dengan air lebih lambat sehingga berpengaruh terhadap
pengerasan semen setelah berumur lebih dari 7 hari dan memberikan kekuatan
akhir. Unsur ini juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia dan juga
mengurangi besar susut pengeringan.
11
c. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CAO.Al2O3
Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam dengan melepas sejumlah panas.
Kuanitas yang terbentuk dalam ikatan menentukan kekuatan beton pada umur
14 hari. Senyawa ini juga mudah bereaksi dengan sulfat sehingga menyebabkan
terjadinya retak-retak pada beton.
d. Tetrakalcium Aluminoferrit (C4Al) atau 4CAO.Al2O3.Fe2O3
Senyawa ini tidak terlalu mempengaruhi kekuatan dan sifat semen. C4AF hanya
berfungsi mempercepat dan menyempurnakan reaksi pada dapur pembakaran
proses pembentukan semen.
Senyawa kimia yang terkandung dalam semen merupakan bahan yang
reaktif terhadap air. Apabila semen bercampur dengan air, maka senyawa-senyawa
tersebut akan bereaksi menghasilkan suatu pasta yang akan mengeras menurut
waktu. Proses bereaksinya semen dengan air itulah yang dinamakan hidrasi semen.
Reaksi hidrasi ini berlangsung sangat lambat dan bertambah lambat sejalan dengan
bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan makin terbentuknya lapisan pasta semen
yang menyelimuti butiran semen. Secara teoritis proses hidrasi akan berhenti bila
tebal lapisan mencapai 25𝜇m. (Mulyono, 2004). Sesuai dengan tujuan
pemakaiannya, semen portland di Indonesia di bagi menjadi 5 jenis seperti yang
ditampilkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Jenis-jenis semen portland Jenis Semen Karakteristik Umum
Jenis I Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus
Jenis II Semen portland untuk penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang
Jenis III Semen portland untuk penggunaannya memerlukan persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan
Jenis IV Semen portland untuk penggunaannya menuntut panas hidrasi rendah
Jenis V Semen portland untuk penggunaannya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat
Sumber: Tjokrodimuljo, 1996
12
2.4.2. Agregat
Agregat adalah suatu batuan yang mengandung senyawa-senyawa kimia
sehingga mempunyai suatu karakteristik kekuatan dan berat jenis yang berbeda-
beda. Agregat menempati sekitar 75% dari isi total beton, sifat-sifat agregat
mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku dari beton yang sudah
mengeras. Sifat agregat bukan hanya mempengaruhi sifat beton, akan tetapi juga
mempengaruhi ketahanan (durability) yaitu daya tahan terhadap kemunduran mutu
akibat siklus dari pembekuan pencairan. Walaupun fungsinya hanya sebagai bahan
pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar agregat menjadi hal yang
amat sangat penting. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa
agregat alam atau agregat buatan. Secara umum, agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
Agregat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu agregat halus dan agregat kasar cara
membedakannya berdasarkan pada ukuran butiran – butirannya.
2.4.2.1 Agregat halus
Agregat yang berupa pasir sebagai hasil desintegrasi alami dari batu-batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu.
Syarat- syarat agregat halus :
a. Agregat halus terdiri dari butir–butir yang tajam dan keras. Butir agregat halus
harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca
seperti terik matahari dan hujan.
b. Kandungan lumpur tidak boleh lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian–bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur lebih dari 5%, maka agregat
harus dicuci.
c. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan yang diakui.
Menurut peraturan SK SNI-T-15-1990-03, kekerasan pasir dibagi menjadi
empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus, agak halus, pasir kasar dan
13
agak kasar. Adapun gradasi kerikil yang baik sebaiknya masuk dalam batasan-
batasan yang tercantum dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Gradasi Agregat Halus
Lubang ayakan (mm)
Persen bahan butir yang lewat ayakan
Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV
10 100 100 100 100
4,8 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2,4 60 – 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1,2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0,6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 - 40 15 - 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 - 10 0 - 15
Sumber : Tjokrodimuljo, 1996
*) Keterangan : Daerah I : Pasir Kasar
Daerah II : Pasir Agak Kasar
Daerah III : Pasir Agak Halus
Daerah IV : Pasir Halus
Indeks yang dipakai untuk menentukan kehalusan dan kekerasan butir agregat
ditetapkan dengan modulus halus butir. Pada umumnya pasir mempunyai modulus
halus butir antar 2 sampai 3.5. Menurut Tjokrodimuljo (1996), agregat halus adalah
pasir alam sebagai desintegrasi alami dari batuan atau pasir yang dihasilkan oleh
industry pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar 4,8 mm. Pasir alam dapat
digolongkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Pasir Galian
Pasir ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali.
Bentuk pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebabs dari kandungan
garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan
dicuci terlebih dahulu.
2. Pasir Sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat – bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan butiran agak kurang
karena bentuk butirannya bulat.
14
3. Pasir laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butir – butirnya halus dan
bulat karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung
banyak garam. Garam ni menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan
korosi terhadap struktur beton, oleh karena itu pasir laut sebaiknya tidak dipakai
dalam kontruksi beton.
2.4.2.2 Agregat kasar
Menurut Tjokrodimulyo (1992), agregat kasar yaitu berupa pecahan batu,
pecahan kerikil atau kerikil alami dengan ukuran butiran minimal 5mm dan ukuran
maksimal 40 mm, Agregat kasar dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang berat jenisnya antar 2,5 sampai 2,7
gram/cm3. Agregat ini biasanya berasal dari agregat basalt, granit, kuarsa dan
sebagainya. Beton yang dihasilkan mempunyai berat jenis antara 2,3 gram/cm3
2. Agregat Berat
Agregat berat adalah agregat yang mempunyai berat jenis lebih dari 2,8
gram/cm3, misalnya magnetic (FeO4) atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan
mempunyai berat jenis tinggi sampai 5 gram/cm3. Penggunaannya biasanya
sebagai pelindung dari radiasi.
3. Agregat Ringan
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai berat jenis kurang dari 2,0 gram
/cm3 yang biasanya dibuat untuk beton non structural atau dinding. Keuntungan
dari menggunakan agregat ini adalah berat sendiri yang rendah sehingga
strukturnya ringan.
Besaran ukuran maksimum agregat mempengaruhi kuat tekan betonnya. Pada
pemakaian ukuran agregat maksimum lebih besar memerlukan jumlah pasta semen
lebih sedikit untuk mengisi rongga – rongga antara butirannya, berarti sedikit pula
pori – pori ( karena pori – pori beton sebagian besar berada dalam pasta, tidak dalam
agregat) sehingga kuat tekan lebih tinggi. Namun sebaliknya, karena butiran –
15
butiran agregatnya besar maka luas permukaannya terjadi lebih sempit, sehingga
lekatan antar agregat dan pastanya kurang kuat. (Tjokrodimulyo 1992).
Adapun gradasi kerikil yang baik ditetapkan seperti dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Gradasi Agregat Kasar
Lubang Ayakan (mm)
Persen beat butiran lewat ayakan
Besar butiran maksimum
40 mm 20 mm
40 95 – 100 100
20 30 – 70 95 – 100
10 10 – 35 25 – 55
4,8 0 – 5 0 – 10 Sumber : Tjokrodimuljo, 1996
Menurut Mulyono (2004) agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang
tertutup tetapi diletakkan diudara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang
harus dipenuhi dalam penyimpanan agregat ini, antara lain :
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangan sampai pengambilan
kembali
2. Agregat harus ditimbun diatas bak – bak berlantai jika volumenya dibawah 10
meter kubik. Jika besar, sebaiknya dibuatkna landasan menggunakan land
concrete campuran 1 : 3 : 5 agar tidak tercampur saat pengambilan.
3. Jika agregat ditimbun dalam keadaan kering, terutama yang ditimbun di stock
field, sebaiknya agregat disiram dengan menggunakn springkle (selang air).
4. Agregat di uji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol kualitas bahan.
2.4.3 Sifat Agregat Dalam Campuran Beton
Menurut Mulyono (2004) sifat – sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu
campuran beton. Untuk menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti
diinginkan. Sifat – sifat agregat yang harus diketahui dan harus dipelajari agar kita
dapat mengambil tindakan yang positif dalam mengatasi masalah – masalah yang
timbul. Agregat yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII 0052 –
80, “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton” dan dalam hal – hal yang tidak termuat
dalam SII 0052 – 80 maka agregat tersebut harus memenuhi syarat dan kententuan
16
yang diberikan oleh ASTM C-33-82, “Standart Specification for Concrete
Aggregates” (Ulasan PB, 1989 : 14).
2.4.4. Serapan Air Dan Kadar Air Agregat
Pada saat terbentuknya agregat kemungkinan ada terjadinya udara yang
terjebak dalam lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral pembentuk
perubahan cuaca, maka terbentuklah lubang atau rongga kecil didalam butiran
agregat (pori). Pori dalam agregat mempunyai variasi yang cukup besar dan
menyebar diseluruh tubuh butiran. Pori-pori mungkin menjadi reservoir air bebas
didalam agregat. Presentase berat air yang mampu diserap agregat didalam air
disebut sebagai serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung dalam
agregat disebut kadar air.
2.4.4.1 Serapan Air
Serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan kering (JPK) atau saturated surface dry (SSD),
kondisi ini merupakan :
1. Keadaan kebasaan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam beton,
sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
2. Kadar air dilapangan lebih banyak mendekati kondisi SSD dari pada kondisi
kering.
2.4.4.2 Kadar Air
Kadar air adalah banyaknyan air yang terkandung dalam suatu agregat. Kadar
air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis :
1. Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
2. Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya kering
tetapi sedikit mengadung air dalam porinya dan masih dapat menyerap air.
3. Jenuh kering permukaan atau JPK, yaitu keadaan dimana tidak ada air di
permukaan agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air. Pada
17
kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangi air pada
campuran beton.
4. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak mengadung
air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran beton.
2.4.5. Air
Menurut Tjokrodimuljo (1996) air merupakan bahan dasar pembuatan beton
yang penting namun harganya paling murah. Air diperlukan untuk berreaksi dengan
semen, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat
mudah dikerjakan dan didapatkan. Untuk berreaksi dengan semen, air yang
perlukan hanya sekitar 25 % berat semen saja, namun dalam kenyataan nilai faktor
air-semen yang dipakai sulit kurang dari 0,35. Kelebihan air ini yang dipakai
sebagai pelumas. Tetapi perlu dicatat bahwa tambahan air ini untuk pelumas ini
tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton akan rendah serta betonnya
porous.selain itu, kelebihan air akan bersama-sama dengan semen bergerak ke
permukaan adukan beton segar yang saja dituang (bleeding) yang kemudian
menjadi buih dan merupakan suatu lapisan tipis yang dikenal dengan laitance
(selaput tipis). Selaput tipis ini akan mengurangi kelekatan antara lapis-lapir beton
dan merupakan bidang sambungan yang lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air
bersama-sama semen juga dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang kerikil.
Dalam pemakaian air untuk beton itu sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik)
lebih dari 15 gr/ltr.
3. Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr
18
2.4.6. Jenis-Jenis Beton
Berdasarkan beratnya, beton dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Beton Ringan
Beton ringan memiliki berat 2400 km/m3 den dapat menghantarkan panas.
Dapat dikatakan beton ringan jika beratnya kurang dari 1800 kg permeter
kubik.
b. Beton Massa
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan beton yang besar
dan masif misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi jembatan dan lain – lain.
c. Ferosemen
Suatu bahan gabungan yang diperoleh dari campuran beton dengan tulangan
kawat anyam atau kawat yang dianyam. Beton jenis ini akan mempunyai
kekuatan tarik yang tinggi dan ketahanan terhadap patah lelah, dan ketahanan
terhadap kelolosan air lebih baik.
d. Beton Serat
Merupakan campuran beton biasa dan ditambahan bahan berupa serat. Serat
biasanya berupa batang-batang yang berukuran antara 5 dan 500 mikro meter,
dan panjang kisaran 25 mm sampai 100 mm. Serat berupa bahan rami, bambu,
dan ijuk.
2.4.7. Sifat-sifat Beton
2.2.7.1 Kemudahan Pengerjaan (workability)
Salah satu sifat beton sebelum mengeras (beton segar) adalah kemudahan
pengerjaan (workability). Workability adalah tingkat kemudahan pengerjaan beton
dalam mencampur, mengaduk, menuang dalam cetakan dan pemadatan tanpa
mengurangi homogenitas beton dan beton tidak mengalami bleeding (pemisahan)
yang berlebihan untuk mencapai beton yang diinginkan.
Menurut Tjokrodimuljo (1996), unsur-unsur yang mempengaruhi sifat workability
antara lain adalah berikut ini:
a. Jumlah air yang dipakai dalam campuran adukan beton, makin banyak air yang
dipakai makin mudah beton segar ini dikerjakan.
19
b. Penambahan semen ke dalam campuran juga memudahkan cara pengerjaan
adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan bertambahnya air campuran untuk
memperoleh nilai fas tetap.
c. Gradasi campuran pasir dan kerikil, bila campuran pasir dan kerikil mengikuti
gradasi yang telah disarankan oleh peraturanoleh peraturan maka adukan beton
akan mudah dikerjakan.
d. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara pengerjaan beton.
e. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh terhadap
tingkat kemudahan pengerjaan.
f. Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pengerjaan yang berbeda. Bila
cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat kelecakan
yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih sedikit jika dipadatkan
dengan tangan.
2.4.7.2 Pemisahan Kerikil
Kecendrungan butiran krikil untuk memisahkan diri dari campuran adukan
beton tersebut “segregation”. Kecendrungan pemisahan kerikil ini diperbesar
dengan :
a) Campuran yang kurus (kurang semen)
b) Terlalu banyak air
c) Semakin besar butir kerikil
d) Semakin kasar permukaan kerikil
Pemisahan kerikil dari adukan beton berakibat kurang baik terhadap
betonnya setelah mengeras. Untuk mengurangi kecendrungan pemisahan kerikil
tersebut maka diusahakan hal-hal sebagai berikut.
a) Air yang diberikan sesedikit mungkin.
b) Adukan beton jangan dijadikan dengan ketinggian terlalu besar.
c) Cara pengakutan, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti cara-cara
yang betul.
20
2.4.7.3 Pemisahan Air
Kecendrungan air campuran untuk naik ke atas (memisahkan diri) pada beton
segar yang baru saja didapatkan disebut “bleeding”. Air naik ke atas sambil
membawa semen dan butiran-butiran halus pasir, yang pada akhirnya setelah beton
mengeras akan tampa sebagian lapisan selaput. Lapisan ini dikenal sebagai
“laitance”.
a) Memberi lebih banyak semen.
b) Menggunakan air sedikit mungkin.
c) Menggunakan pasir lebih banyak.
2.4.8. Perencanaan Campuran Beton
Menurut Mulyono (2004), kriteria dasar perencanaan beton adalah kekuatan
tekan dan hubungan dengan fator air semen yang digunakan. Kriteria ini sebenernya
konntradiktif dengan kemudahan pengerjaan karena menurut Abram (1920) dalam
Neville (1981) untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi penggunaan air dalam
campuran beton harus minimum. Jika air yang digunakan sedikit, akan timbul
kesulitan dalam pengerjaan sesuai dengan pendapat Feret (1896) yang
mempertimbangkan pengaruh rongga (voids).
Kriteria lain yang harus dipertimbangkan adalah kemudahan pengerjaan.
Seperti yang disebutkan diatas, faktor air semen yang kecil akan menghasilkan
kekuatan yang tinggi, tetapi kemudahan dalam pengerjaan tidak akan tercapai.
Perencangan beton harus tetap mempertimbangkan hal ini, salah satunya dengan
menggunakan bahan tambah jenis plastisizer atau super-plastisizer. Jika pengerjaan
beton menggunakan pumping-concrete, mutlak dibutuhkan keenceran tertentu agar
sifat pemompaan beton pada saat pengecoran dapat berjalan dengan baik.
Pemilihan agregat yang digunakan juga akan mempengaruhi sifat pengerjaan.
Butiran yang besar akan menyebabkan kesulitan, terutama karena akan
menimbulkan segregrasi. Jika ini terjadi kemungkinan terbentuknya rongga-rongga
saat beton mengeras akan semakin besar. Selain dua kriteria tersebut, hal lain yang
patut dipertimbangkan adalah keawetan (durability) dan permebilitas beton sendiri.
21
Perencanaan adukan beton dimaksutkan untuk mendapatkan beton sebaik-baiknya,
yang antar lain dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Kuat tekan yang tinggi
b) Mudah dikerjakan
c) Tahan lama (awet)
d) Murah
e) Tahan aus
2.4.9. Kuat Tekan Beton
Menurut Tjokrodimuljo (1996), telah diketahui bersama bahwa sifat beton
pada umumnya lebih baik jika kuat tekannya lebih tinggi. Dengan demikian untuk
meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja.
Dalam teori teknologi beton dijelaskan bahwa faktor-faktor yang sangat
mempengaruhi kekuatan beton adalah :
a. Faktor air semen dan kepadatan
b. Umur beton
c. Jenis semen
d. Jumlah semen
e. Sifat agregat
1. Faktor Air Semen
Hubungan antara faktor air semen (fas) dan kuat tekan beton secara umum
dapat ditulis dengan rumus yang diusulkan Duff Abrams (1919) sebagai berikut :
fc= A/(B1,5.x)
Dengan :
Fc = Kuat tekan beton
X = Fas (ysng semula dalam proporsi volume)
A,B = Konstanta
Dari rumus diatas tampak bahwa semakin rendah nilai faktor air semen
semakin tinggi kuat tekan betonnhya, namun kenyataanya pada suatu nilai faktor
air semen tertentu semakin rendah, hal ini karena jika faktor air semen terlalu
rendah adukan beton sulit dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air
semen tertentu yang optimum yang menghasilkan kuat tekan beton maksimum.
22
Kepadatan adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan betonnya setelah
mengeras. Adanya angka pori udara sebanyak 5 % dapat mengurangi kuat tekan
beton sampai 35 %, dan pori sebanyak 10 % mengurangi kuat tekan beton sampai
60 %. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan adukan beton dapat dilakukan dengan
cara pemadatan dengan alat getar (vibrator), atau dengan memberi bahan kimia
tambahan (chemical admixture) yang bersifat mengecerkan adukan beton sehingga
lebih mudah didapatkan.
2. Umur beton
Kuat tekan beton bertanbah sesuai dengan bertambahnya umur beton itu.
Kecepatan bertambahnya kuat tekan beton tersebut sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, antara lain : faktor air semen dan suhu perawatan. Semakin tinggi
fas semakin lambat kenaikan kekuatan betonnya, dan semakin tinggi suhu
perawatan semakin cepat kenaikan kekuatan betonnya.
3. Jenis semen
Menurut SNI 0031-81 semen Portland dibagi menjadi lima jenis sebagai
berikut :
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak memelukan persyaratan khusus
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton kekuatan awal tinggi (cepat mengeras)
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan pasas hidrasi rendah
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan terhadap sulfat.
4. Jumlah semen
Jumlah kandungan semen berpengaruh terhadap kuat tekan beton
sebagaimana diuraikan sebagai berikut :
a. Jika faktor air semen sama, (nilai slam berubah) beton dengan jumlah
kandungan semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi. Pada jumlah
semen yang terlalu sedikit berarti jumlah air juga sedikit sehingga adukan
beton sulit didapatkan sehingga kuat tekan beton rendah. Namun jika jumlah
semen berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan sehingga beton
mengadung banyak pori dan akibatnya kuat tekan beton rendah.
23
b. Jika nilai slam sama, (nilai faktor air semen berubah) beton dengan
kandungan semen lebih banyak mengadung kuat tekan lebih tinggi. Hal ini
karena pada nilai slam sama jumlah air hampir sama, sehingga penambahan
semen berarti mengurang nilai faktor air semen.
5. Sifat agregat
Pengaruh kekuatan agregat terhadap kekuatan beton sebenernya tidak begitu
besar karena umumnya kekuatan agregat lebih tinggi dari pada pastanya. Meskipun
demikian bila dikehendakin kuatan beton yang tinggi, diperlukan juga agregat yang
kuat agar kekuatannya tidak lebih rendah dari pada pastanya. Sifat agregat yang
paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah kekasaran permukaan dan ukuran
maksimumnya.
Kuat tekan beton dapat dihitung dengan persamaan 2.1
fc= 𝑃𝐴................................................................................................... (2.1)
dimana :
fc = kuat tekan beton ( MPa )
P = beban maksimum (N)
A = luas penampang benda uji (mm2)
2.4.10. Permebilitas Beton
Menurut Brooks (1987) permeabilitas beton dapat diartikan kemudahan
cairan atau gas, untuk melewati beton. Permebilitas sangat menarik karena
berhubungan dengan kekentalan air dari suatu struktur bangunan terhadap serangan
bahan kimia. Meskipun tidak ada tes yang ditentukan oleh ASTM dan BS,
permeabilitas beton dapat diukur dengan menggunakan uji laboratorium sederhana
namun hasilnya terutama komparatif. Dalam pengujian semacam itu, sisi benda uji
disegel dan air di bawah tekanan diaplikasikan pada permukaan atas saja. Ketika
kondisi telah tercapai (dan ini mungkin memakan waktu sekitar 10 hari) kuantitas
air yang mengalir melalui kekasaran beton pada waktu tertentu diukur. Permebilitas
air dinyatakan sebagai koefisien permebilitas, k, yang diberikan oleh persamaan
Darcy. Dari data pengujian permeabilitas ini dapat ditentukan koefisien
24
permeabilitas yang menunjukkan suatu angka kecepatan rembesan fluida dalam
suatu zat. Koefisien permeabilitas untuk dihitung dengan formula Darcy,
k = (dl / dh) Q / (A.t)
Keterangan :
k = koefisien Permeabilitas, cm/det
Q = Total air permeable, cm3
A = luas penampang benda uji, cm2
dh = P/(ρ.g), dengan P = 5 bar, ρ = 1 gr/cm3, g = 980.665 cm/det2, cm
dl = penetrasi, cm
t = waktu yang diperlukan dalam mencapai penetrasi, det
Pengujian penetrasi permeabilitas beton dengan penambahan zeolit sesuai
dengan SNI-S-36-1990-03 & DIN 1045 untuk beton kedap air disyaratkan bila air
merembes ke dalam beton kurang dari 5 cm. Dimana yang di maksud dengan beton
kedap air yang memiliki sifat permeabilitas menurut persyaratan SNI-S-36-1990-
03 adalah beton yang tidak ditembus air dan harus memenuhi ketentuan minimum
sebagai beton kedap air agresif, bila diuji dengan cara tekanan air, maka tembusnya
air kedalam beton tidak melampaui batas berikut :
a. Agresif sedang : 50 mm
b. Agresif kuat : 30 mm
2.4.11. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas atau modulus Young adalah ukuran kekerasan
(stiffness) dari suatu bahan tertentu. Modulus ini dalam aplikasi rekayasa
didefinisikan sebagai perbandingan tegangan yang bekerja pada sebuah benda
dengan regangan yang dihasilkan. Secara lebih rinci, modulus ini adalah suatu
angka limit untuk regangan-regangan kecil yang terjadi pada bahan yang
proporsional dengan pertambahan tegangan. Dan, secara eksperimental, modulus
ini dapat ditentukan dari perhitungan atau pengukuran slope (kemiringan) kurva
teganganregangan (stress-strain) yang dihasilkan dalam uji tekan suatu sampel atau
spesimen. yang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2..
25
Gambar 2.2. Suatu plot dari diagram tegangan-regangan Beton untuk mengukur
kemiringan kurva Ec Modulus Elastisitas Beton)
Berdasarkan teori elastisitas, secara umum kemiringan kurva pada tahap
awal atau pada jangkauan proporsional elastis menggambarkan angka modulus
elastisitas beton Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Kurva tegangan-regangan dari kuat tekan fc’ (compressive strength)
yang berbeda-beda.
Batas-batas proporsional elastis (ASTM C469 dan Eurocode-92: 0.40fc’,
modulus secant) dalam estimasi atau perhitungan angka modulus sangat penting,
sebab sifat bahan beton yang sebenarnya adalah non linear atau elasto-plastik,
dimana akibat dari suatu pembebanan tetap yang sangat kecil sekalipun, disamping
memperlihatkan kemampuan elastis bahan juga menunjukkan deformasi permanen.
Angka modulus elastis yang didasarkan atas ketahanan bahan terhadap deformasi
26
(uji kuat tekan) disebut modulus elastis statik. Tulisan ini membatasi persoalan
terdapatnya variansi pengukuran modulus elastis dengan memfokuskan pada
modulus elastis statik (yang diperoleh melalui uji kuat-tekan) dan modulus elastis
berdasarkan rumus hanya pada limit regangan proporsional elastik, atau membatasi
definisi Masalah kedua yang timbul adalah kenyataan bahwa angka modulus
elastisitas beton itu sendiri dalam praktek telah dibawa kepada suatu formulasi
empiris yang mengandung faktor kuat tekan fc’ (compressive strength) beton,
seperti dalam beberapa standar di bawah ini
a) Berdasarkan ACI 318-M-83
Ec = 33 wc 1.5 fc0.5 → dibatasi untuk fc ≤ 6000 psi
Dimana :
Ec = modulus elastisitas beton (psi)
wc = berat satuan beton (pcf)
fc = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (psi)
b) Berdasarkan ACI 363-M-90
Ec = 40000 fc0.5 → untuk : 3000 ≤ fc ≤ 6000 psi
Dimana :
Ec = modulus elastisitas beton (psi)
wc = berat satuan beton (pcf)
fc = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (psi)
c) Berdasarkan Eurocode 2-1992:
Ec = 0,4 𝐹𝑐′
Ɛ (0,4 𝐹𝑐′) → ntuk: 3000 ≤ fc ≤ 6000 psi
Dimana :
Ec = modulus elastisitas statik (MPa)
= regangan aksial (mm/mm)
fc = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (psi)
27
d) Berdasarkan ASTM C469
Ec = 0,4 𝐹𝑐′−𝜎 1
Ɛ (0,4 𝐹𝑐′)− Ɛ 1
Dimana :
Ec = modulus elastisitas statik (MPa)
1 = regangan aksial (mm/mm)
1= tegangan yang berhubungan dengan 1
fc’ = kuat tekan beton uji silinder 28 hari (MPa)
e) Berdasarkan SKSNI T-15-1991
Ec = 0.043 wc1.5 fc0.5 → untuk: 1500 ≤ wc ≤ 2500 kgf/m3
Dimana :
Ec = modulus elastisitas beton (Mpa)
Wc = berat satuan beton (kgf/m3)
Fc = kuat tekan beton umur 28 hari (Mpa)
Ec = 4700fc’0.5 → untuk wc = ± 23 kN/m3
Dimana : (beton normal)
Ec = modulus elastisitas beton (Mpa)
Wc = berat satuan beton (kgf/m3)
Fc = kuat tekan beton umur 28 hari (Mpa)
2.4.12. Mix Desain yang dimodifikasi
Ada sejumlah metode perencanaan campuran (mix design). Tidak dapat
dikatakan mana metode yang paling baik karena masing-masing mempunyai
keunggulan, tergantung material yang dipakai dan tujuan struktur beton tersebut.
Perlu pula dikaji apakah metode-metode dari luar negeri sesuai dengan material dan
kondisi kerja di Indonesia. Metode perencanaan campuran hanyalah
memperkirakan proporsi campuran awal. Estimasi ini perlu dicek dengan membuat
sedikitnya satu campuran percobaan (trial mix) dan sering masih harus dikoreksi.