Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Proyek
Proyek konstruksi adalah suatu kegiatan atau pekerjaan yang
hanya dilaksanakan sekali dan umumnya berjangka waktu yang pendek.
Dalam rangkaian pekerjaan tersebut mengolah suatu sumber daya proyek
menjadikan suatu hasil yang berupa bangunan. Dalam proses serangkaian
tersebut banyak pihak-pihak yang dilibatkan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Hubungan kerja dan hubungan fungsional melibatkan
semua pihak-pihak yang terkait. Dengan adanya berbagai pihak yang
terkait tersebut maka akan terjadinya potensi konflik yang sangat besar
sehingga dikatakan mengandung konflik yang sangat tinggi (Wulfram I
Ervianto, 2002).
Hirschman (1967 : 1) dalam Rondinelli (1990 :6) menyebutkan
bahwa proyek adalah sejenis investasi khusus yang mengacu pada
kegunaan, ukuran yang pas, lokasi yang jelas, memperkenalkan sesuatu
yang bersifat baru dan adanya harapan bahwa rangkaian pembangunan
lebih lanjut dapat dilakukan secara lebih canggih. Sementara menurut
Gray, dkk (1992 :1) rpyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat
direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan
mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-
kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru seperti pembangunan
pabrik, pembuatan jalan raya, kereta api, irigasi, bendungan, pendirian
gedung sekolah, survey atau penelitian, perluasan program yang sedang
berjalan, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian proyek diatas, ciri-ciri proyek antara lain
sebagai berikut :
a. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa
produk akhir atau hasil kerja akhir.
6
b. Dalam proses pelaksanaan, ditentukan jumlah biaya, jadwal,
serta kriteria mutu.
c. Bersifat sementara dalam arti umurnya dibatasi oleh
selesainya tugas. Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
d. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas
kegiatan berubah sepanjang proyek berlangsung.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun
volumenya.
Proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu :
1. Proyek Engineering – Konstruksi
Kegiatan utamanya ialah studi kelayakan, design engineering,
pengadaan dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan
jembatan, gedung, Pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya.
Yang biasanya menyerap kebutuhan sumber daya yang besar
serta dapat dimanfaatkan oleh orang banyak.
2. Proyek Engineering – Manugaktur
Dimaksud untuk membuat produk baru, meliputi
pengembangan produk, manufaktur, perakitan, uji coba fungsi
dan operasi produk yang dihasilkan.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan utamanya adalah melakukan penelitian dan
pengembangan dalam rangka menghasilkan produk tertentu.
Proses pelaksanaan serta lingkup kerja yang dilakukan sering
mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan tujuan
akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa memperbaiki atau
meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi.
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek ini tdai memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi
laporan akhir, misalnya merancang sistem informasi
manajemen.
7
5. Proyek Konservasi Bio-Diversity
Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang
berkaitan dengan usaha pelastarian lingkungan.
6. Proyek Radio-Telekomunikasi
Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang
dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal.
7. Proyek Kapital
Proyek kapital merupakan proyek yang berkaitan dengan
penggunaan dana kapital untuk investasi.
Pada proyek konstruksi mempunyai tiga dimensi karakteristik,
yaitu unik, melibatkan sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Untuk
menyelesaikannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain):
sesuai spesifikasi yang diterapkan, sesuai time schedule, dan sesuai
dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan.
Tiga karakteristik proyek konstruksi adalah:
1. Proyek bersifat unik
Proyek bersifat untuk yang dimaksud adalah proyek konstruksi
tidak pernah sama persis dengan proyek lainnya. Misalnya,
tidak ada proyek yang identik dan sejenis, proyek bersifat
sementara dan selalu melibatkan grub kerja yang berbeda-
beda.
2. Membutuhkan sumber daya (resources)
Setiap proyek konstruksi selalu membutuhkan sumber daya
dalam penyelesaiannya, contoh pekerja, material metoda dll.
Pengorganisasian manajemen tersebut dilakukan oleh manajer
proyek. Dalam kenyataannya, mengorganisasikan pekerja
tersebut ternyata lebih sulit dibandingkan sumber daya lainnya.
Apalagi, pengetahuan yang di pelajari seorang manajer proyek
bersifat teknis, seperti mekanika rekayasa, fisika bangunan,
computer science, contruction management. Untuk itu seorang
8
manajer proyek masih harus terus belajar tentang manajemen
proyek untuk mengembangkan ilmunya sendiri.
3. Membutuhkan organisasi
Di dalam organisasi banyak individu yang mempunyai
keahlian yang beragam-ragam sesuai dengan tujuannya seperti
tagam ketertarikan, keahlian kepribadian dan sifat masing-
masing. Dalam hal ini Langkah awal harus di lakukan manager
proyek adalah menyatukan visi sehingga menjadikan satu
tujuan untuk organisasi tersebut.
Gambar 2.1 Three dimentional objective
Gambar 2.2 triple constrain
Rangkaian kegiatan proyek dapat dibagi menjadi 2 rangkaian
yaitu, rangkaian kegiatan proyek dan rangkaian kegiatan rutin. Kegiatan
rutin adalah suatu kegiatan yang terus menerus dan berulang yang
Melibatkan
Organisasi
Melibatkan
Sumber Daya
Unik
PROYEK
KONSTRUKSI
Tepat Mutu
Tepat Biaya
Tepat Waktu
PROYEK
KONSTRUKSI
9
berlangsung lama, kegiatan proyek adalah suatu kegiatan yang umumnya
dilaksanakan cuma sekali dan bersifat unik.
Gambar 2.3 Proyek sebagai suatu system
Dengan demikian, dapat kita simpulkan kegiatan proyek
merupakan suatu kegiatan yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1. Dimulai dengan awal proyek (awal rangkaian kegiatan) dan
mengakhiri dengan akhir proyek (akhir rangkaian kegiatan),
dan mempunyai waktu yang pada umumnya terbatas.
2. Karena rangkaian kegiatan yang terjadi hanya satu kali maka
menghasilkan produk proyek yang bersifat unik. Jadi tidak ada
proyek lainnya yang identic atau sama yang ada hanyalah
proyek sejenis.
Menurut W.R. King dan D.I Cleland (1987), proyek merupakan
sumber daya tergabung yang menjadi sebuah organisasi yang sementara
agar mendapatkan sasaran yang di inginkan. Membangun atau
memperbaiki fasilitas dan sarana atau prasarana umum seperti jalan,
gedung, jembatan, bendungan dll, sehingga kegiatan membangun atau
memperbaiki tersebut adalah kegiatan yang biasa dikerjakan oleh proyek
konstruksi. Menurut pengertian diatas, proyek memiliki waktu yang
terbatas dan bersifat sementara, tidak bersifat berulang-ulang, memiliki
awal waktu dan akhir waktu, memiliki sumber daya yang terbatas dengan
yang bertujuan sama untuk menyelesaikan yang telah direncanakan.
10
Untuk itu dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan karakteristik proyek
diantaranya:
1. Waktu pengerjaan dari awal hingga akhir telah ditentukan
karena proyek memiliki waktu terbatas.
2. Pembangunan kontruksi hanya bersifat pribadi sekali karena
bukan produk yang bisa di ulang atau di pabrikasi.
3. Memiliki pola sedikit pola awal yang berkembang menjadi
banyak dan menurun hingga akhirnya berhenti, merupakan
tahap-tahap kegiatan proyek.
4. Merencankan, merancang, dan melaksanakan merupakan
intensitas proyek.
5. Membutuhkan klasifikasi tenaga yang beragam untuk kegiatan
yang beragam.
6. Spesifikasi proyek ditentukan seperti syarat yang terkait
dengan alat, bahan, metode pelaksanaan dan tenaga yang telah
ditetapkan dan harus memenuhi prosedur yang telah
disyaratkan.
Dalam dunia teknik sipil arti proyek lebih dipersempit sebagai
proyek konstruksi yaitu proyek yang memiliki keterkaitan dengan
pembangunan sebuah bangunan insfrastruktur yang pada umumnya
mencakup pekerjaan pokok yang termasuk pekerjaan arsitektur dan teknik
sipil (Istimawan Diohohusodo 1996:69).
Mengalokasikan sumber daya merupakan cara dalam melakukan
kegiatan proyek bisa disebut dengan aktivitas yang berjalan dengan jangka
waktu yang terbatas, dengan maksud mendapatkan hasil produk dengan
kriteria mutu yang sudah digariskan dengan jelas. Tiga Batasan tersebut
juga disebut sebagai (triple constrain) yang sering diasosiasikan untuk
sasaran proyek. Seperti gambar dibawah : (Imam Soeharto. 1995:1-2)
11
Gambar 2.4 Tiga kendala pada sasaran proyek
Sumber : Imam Soeharto
Anggaran Proyek tidak boleh melebihi. Dalam sebuah proyek konstruksi
membuthkan dana dan anggaran yang besar dan jangka waktu yang lama,
anggaran ini bukan hanya diperlukan untuk total proyek melainkan dibagi-
bagi menjadi berbagai bidang. Dengan demikian, maka penyelesaian
proyek tersebut harus memenuhi target yang sudah ditentukan.
Jadwal Proyek batas waktu penyerahannya tidak boleh melewati yang
sudah di tentukan.
Mutu Proyek harus sesuai dengan kriteria dan spesifikasi yang
disyaratkan maka dapat disebut jika persyaratan mutu mampu dipenuhi
sebagai tugas yang dimaksud.
Kesepakatan antara ketiga Batasan diatas akan menjadi penentu,
jika ingin melakukan peningkatan kinerja produk yang sudah dilakukan
kesepakatan dalam kontrak, maka menaikkan kualitas mutu dapat
menyebabkan naiknya biaya dan akan melebihi anggaran. Jadi harus
berkompromi dengan waktu atau mutu aka anggaran dapat ditekan.
2.1.1 Pemilik Proyek
Pemilik proyek atau owner adalah pihak, baik instansi pemerintah
atau instansi swasta, yang memiliki proyek dan memberikannya kepada
pihak lain untuk melaksanakannya sesuai dengan perjanjian kontrak kerja
yang telah disetujui. Untuk dapar merealisasikan pekerjaan, sebagai
pemilik proyek memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut.
12
Tugas pemilik proyek adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan
proyek.
b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek.
c. Memberikan tugas kepada kontraktor atau pelaksana proyek.
d. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas
atau manajemen konstruksi.
e. Menerima proyek yang sudah selesai dikerjakan oleh
kontraktor.
Wewenang pemilik proyek adalah sebagai berikut :
a. Membuat surat perintah kerja.
b. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan yang telah
direncanakan.
c. Meminta pertanggung jawaban kepada para pelaksana proyek atas
hasil pekerjaan konstruksi.
d. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek
yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan
perjanjian kontrak yang telah di setujui.
2.1.2 Perencana Proyek
Perencana proyek merupakan suatu badan perorangan atau badan
hukum yang dipilih oleh pemilik proyek untuk melakukan pada tahap
perencanaan. Perencana proyek dapat dipilih melalui pelelangan atau
dapat ditunjuk langsung oleh pemilik proyek, dimana dalam proyek RSI
UNISMA perencana proyek ditunjuk langsung kepada PT Dwi Ponggo
Seto. Dalam tahap perencanaan, ada empat hal yang harus diperhatikan
yaitu sebagai berikut.
13
1. Estetika
Estetika diperhatikan sebagai dasar keindahan dan keserasian
bangunan yang mampu memberikan rasa bangga kepada
pemiliknya.
2. Fungsional
Bangunan harus disesuaikan dengan pemanfaatan dan
penggunaanya sehingga dalam pemakaiannya dapat memberikan
kenikmatan dan menyamanan.
3. Struktural
Bangunan gedung harus memiliki struktur yang kuat sehingga
dapat memberikan rasa aman untuk ditinggali pengguna atau
pemilik proyek.
4. Ekonomis
Selain ketiga unsur diatas bangunan juga harus ekonomis.
Pendimensian elemen bangunan harus direncanakan secara
proporsional dan penggunaan bahan bangunan yang memadai
sehingga bangunan awer dan mempunyai umur pakai yang
panjang.
2.1.3 Pelaksanaan Proyek
Pembangunan RSI UNISMA ini di laksanakan oleh PT Dwi
Ponggo Seto sebagai kontraktor dan PT Dwi Ponggo Seto yang bertugas
sebagai konsultan pengawas. PT Dwi Ponggo Seto berlokasi di kota
Ponorogo, tepatnya di JL, Singo Kobro No. 15 , Kec. Siman ,Kab.
Ponorogo, Jawa Timur, yang bertugas sebagai kontraktor proyek.Yang
bertugas sebagai konsultan pengawas yang merencanakan estimasi biaya
awal, melaksanakan perhitungan volume bangunan dan melakukan
pengawasan pekerjaan yang di lakukan kontraktor lapangan di lapangan
mewakili pemilik proyek RSI UNISMA.
14
Tahap pelaksanaan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
1. Tahap struktural
Tahap struktural meliputi perhitungan beban – beban yang
bekerja, merencanakan denah portal untuk menentukan letak
kolom dan balok utama, analisa mekanika untuk pendimensian
elemen struktur dan penyelidikan tanah untuk pondasi.
2. Tahap arsitektural
Merupakan tahapan pertama dalam pelaksanaan pembangunan
bangunan. Tahap arsitektural meliputi penggambaran denah
bangunan, potongan, tampak, perspektif, detail gambar
bangunan, rencana anggaran biaya (RAB) serta rencana kerja dan
syarat (RKS).
3. Tahap finishing
Memberikan sentuhan akhir untuk keindahan dan melengkapi
gedung dengan segala fasilitas alat – alat mekanikal, elektrikal,
sebagai bentuk pelayanan kepada penghuninya.
2.1.4 Fungsi Bangunan
Bangunan ini berfungsi untuk Rumah Sakit (rawat inap). Selain
itu, bangunan RSI Unisma juga menyediakan saran seperti rawat inap,
ruang arsip, ruang operasi dan ruang transit yang dapat digunakan untuk
menunggu bagi tamu yang mengunjungi RSI ini.
2.1.5 Fasilitas Proyek
Dalam suatu proyek pembangunan harus diimbangi dengan
fasilitas kerja yang memadai sehingga aktifitas dapat berjalan lancar,
nyaman, dan mendukung program keselamatan kerja (K3). Fasilitas
penunjang yang ada pada pembangunan RSI Unisma adalah sebagai
berikut.
15
1. Kantor direksi (Direksi Keet).
2. Kantor konsultan pengawas.
3. Logistik atau gudang.
4. Kantor HSE.
2.2 Manajemen Proyek
Manajemen proyek dapat diartikan sebagai suatu proses dari
perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu
proyek oleh para anggota yang terlibat didalamnya dengan cara
memeanfaatkan sumber daya seoptimal mungkin untuk mecapai sasaran
yang telah ditentukan. Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari
pengelolaan lingkungan kerja, waktu, biaya, dan mutu. Pengelolaan
asspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam
penyelenggaraan suatu proyek.
Manajemen proyek menurut H. Kerzner dalam soeharto (1997:28)
merencanakan, menyusun organisasi, memimpin dan mengendalikan
sumber daya perusahan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah
ditentukan. Lebih jauh lagi manajemen proyek menggunakan pendekatan
sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horizontal.
Sedangkan menurut PMI (Project Management Institute) (dikutip
oleh Soeharto, 1999), mengemukakan definisi manajemen proyek sebagai
berikut : Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan
memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan
material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk
mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan
biaya. Serta memenuhi keinginan para stake holder.
Menurut Siswanto (2007), dalam manajemen proyek, penentu
waktu penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan awal yang
sangat penting dalam proses perencanaan karena penentuan waktu tersebut
akan menjadi dasar bagi perencanaan yang lain, yaitu :
16
a. Penyusun jadwal (scheduling), anggaran (budgeting),
kebutuhan sumber daya manusia (manpower planning), dan
sumber organisasi yang lain.
b. Proses pengendalian (controlling)
Manajemen proyek meliputi tiga fase (Heizer dan Render,
2005), yaitu :
• Perencanaan
Fase ini mencakup penetapan sasaran,
mendefinisikan proyek, dan organisasi timnya.
• Penjadwalan
Fase ini menghubungkan orang, uang dan bahan
untuk kegiatan khusus dan menghubungkan
masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.
• Pengendalian
Perusahaan mengawasi sumber daya, biaya,
kualitas, anggaran. Perusahaan juga merevisi atau
mengubah rencana dan menggeser atau mengelolah
Kembali sumber daya agar dapat memenuhi
kebutuhan waktu dan biaya.
Handoko (1999:98) menyatakan tujuan manajemen proyek adalah
sebagai berikut :
1. Tepat waktu (on time) yaitu waktu atau jadwal yang
merupakan salah satu sasaran utama proyek, keterlambatan
akan mengakibatkan kerugian, seperti penambahan biaya,
kehilangan kesempatan produk memasuki pasar.
2. Tepat anggaran (on budget) yaitu biaya yang harus dikeluarkan
sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
3. Tepat spesifikasi (on specification) dimana proyek harus
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
17
Sebagai berikut (Paulus Nugraha, Ishak Natan, R. Sudjipto, 1985:15) :
1. Pengembangan dan penyelesaian sebuah proyek dengan
budget yang telah ditentukan, jangka waktu yang telah
ditetapkan dan kualitas bangunan proyek harus sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah dirumuskan.
2. Bagi kontraktor yang bonafide yaitu pengembangan reputasi
akan kualitas pekerjaan (workmanship) serta
mempertahankannya.
3. Menciptakan organisasi di kantor pusat maupun di lapangan
yang menjadi beroperasinya pekerjaan proyek secara
kelompok (teamwork).
4. Terciptanya pendelegasian wewenang dan tugas yang
seimbang sampai kepada lapisan manajemen yang paling
bawah sehingga proses pengambilan keputusan menjadi lebih
efektif.
5. Menciptakan iklim kerja yang mendukung baik dari segi
sarana, kondisi kerja, keselamatan kerja dan komunikasi
timbal balik yang terbuka antara atasan dan bawahan.
6. Menjaga keselarasan hubungan antara sesamanya sehingga
orang yang bekerja yang akan didorong untuk memberikan
yang terbaik dari kemampuan dan keahlian mereka.
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihatbatasan
mengenai tugas, wewenang, dan tanggungjawab dari pihak-pihak yang
terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
tidak akan terjadi tugas dan tanggungjawab yang dilakukan secara
bersamaan. Apabila fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan
jelas dan terstruktur maka tujuan akhir dari proyek akan mudah untuk
diwujudkan. Tujuan sebuah proyek diantaranya :
a. Ketepatan waktu pengerjaan.
b. Tepat kualitas.
18
c. Tepat kuantitas.
d. Tepat biaya sesuai dengan biaya rencana.
e. Tidak adanya gejolak dengan masyarakat sekitar.
f. Tercapainya K3 yang baik.
2.2.1 Pokok Perencanaan Proyek
Dalam merencanakan sebuah proyek, terdapat hal-hal pokok yang
menjadi tujuan dalam pengerjaannya. Beberapa hal pokok yang menjadi
dasar dalam perencanaan sebuah proyek adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Agar hasil dari proyek bisa berjalan optimal, proyek haruslah
direncanakan dengan perencanaan yang matang. Dalam merumuskan
perencanaan yang matang untuk sebuah pengadaan proyek, penyelenggara
harus mempersiapkan administrasi dan program sesuai agar setiap step
pengerjaan dapat diimplemetasikan dengan baik.
Tujuan adanya perencanaan ini yaitu agar proyek yang dikerjakan
dapat memenuhi persyaratan ketentuan waktu, biaya, kualitas, dan
keselamatan kerja. Dalam membuat perencanaan proyek, penyelenggara
perlu melakukan studi rekayasa nilai, kelayakan, dan studi perencanaan
area manajemen proyek yang didalamnya memuat perencanaan
keselamatan kerja, kesehatan, biaya, kualitas, sumber daya waktu, resiko,
lingkungan, dan sistem informasi.
b. Penjadwalan
Penjadwalan adalah suatu bentuk implementasi dari tahap
perencanaan dimana penjadwalan tesebut memuat informasi tentang
waktu pelaksaan proyek dan kemajuan proyek. Kemajuan proyek meliputi
progres waktu, durasi, dan sumber daya. Selain itu, proses updating dan
monitoring wajib dilakukan agar penyelenggara memliki jadwal yang
realistis sehingga pengerjaan proyek dapat berjalan lancar dan sesuai
dengan apa yangtelah ditargetkan.
19
c. Kontrol Proyek
Kontrol proyek merupakan tahap yang sangat berpengaruh pada
hasil pengadaan suatu proyek. Tujuan utama dilakukan pengendalian
proyek yaitu untuk mencegah dan meminimalisir penyimpangan yang
mungkin terjadi selama berlangsungnya pengerjaan proyek. Dengan
dilakukannya tahap ini, penyelenggara dapat mengoptimalkan kualitas
kinerja waktu, biaya, dan keselamatan kerja. Kegiatan-kegiatan yang
termasuk dalam tahap pengendalian proyek antara lain kegiatan
pengawasan, koreksi selama proses pengerjaan proyek, pemeriksaan
kembil proyek, dan pemeriksaan kembali yang tengah dikerjakan.
2.2.2 Ruang Lingkung Pengerjaan Proyek
Dalam pengerjaan sebuah proyek, terdapat ruang lingkup
pengerjaan yang berfungsi untuk membatasi jenis pengerjaan yang akan
dilakukan. Dalam proyek yang akan dikerjakan, terdapat beberapa ruang
lingkup yaitu adalah :
a. Penentuan waktu kapan proyek akan mulai dikerjakan.
b. Perencanaan lingkup proyek yang hendak dikerjakan.
c. Pembuatam definisi dari rung lingkup suatu proyek.
d. Verifikasi kontrol dan proyek jika terjadi perubahan selama
pengerjaan proyek tengah berlangsung.
2.2.3 Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang
atau lebih yang melaksanakan suatu ruang lingkup pekerjaan secara
bersama – sama dengan kemampuan dan keahliannya masing – masing
untuk mencapai suatu tujuan sesuai yang direncanakan. Dengan adanya
organisasi kerja yang baik diharapkan akan memberikan hasil efisien,
tepat waktu serta dengan kualitas tinggi.
Suatu proyek konstruksi yaitu proyek fisik yang dicapai dengan
kegiatan konstruksi merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem itu sendiri
secara konseptual berpengertian adanya perangkat atau kelompok yang
20
menyangkut beberapa unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai
tujuan bersama.
Proyek konstruksi yang mempunyai tujuan menghasilkan suatu
bangunan fisik yang memenuhi dan persyaratan melalui suatu ruang
lingkup pekerjaan tertentu yang dilakukan beberapa orang atau beberapa
kelompok orang. Untuk proyek – proyek besar yang harus dilaksanakan
oleh beberapa kontraktor, maka pemilik proyek dapat memberikan
kepercayaan yang penuh pada suatu badan yang disebut manajemen
konstruksi yang bertindak dan atas nama pemilik sebagai manajer.
2.2.4 Konsultan Perencana
Konsultan perencana pada pekerjaan pembangunan RSI UNISMA
adalah PT Dwi Ponggo Seto. Berikut ini adalah tugas dan wewenang
konsultan perencana. Konsultan perencana yang ditunjuk adalah PT Dwi
Ponggo Seto.
a. Tugas konsultan perencana
• Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan
pemilik bangunan.
• Membuat gambar kerja pelaksanaan.
• Membuat rencana kerja dan syarat – syarat pelaksanaan bangunan
sebagai pedoman pelaksanaan.
• Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
• Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik
kedalam desain bangunan.
• Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan yang tidak memungkinkan
desain untuk diwujudkan.
• Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika
terjadi kegagalan konstruksi.
21
b. Wewenang konsultan perencana
• Mempertahankan desain bila pihak pelaksana (kontraktor) tidak
sesuai dengan rencana.
• Menenutkan jenis material yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi.
2.2.5 Konsultan Pengawas atau MK
Konsultan pengawas adalah badan usaha atau perorangan yang
ditunjuk oleh pemilik proyek untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan.
Konsultan pengawas yang ditunjuk adalah PT Dwi Ponggo Seto.
a. Tugas konsultan pengawas
• Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan
kontrak kerja.
• Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan
pelaksanaan proyek.
• Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat
oleh pemilik proyek.
• Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan
kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proyek
pelaksanaan pekerjaan.
• Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan
kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.
• Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek
yang diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan
pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja
konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.
b. Wewenang konsultan pengawas
• Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan bila
terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.
• Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak
memperhatikan peringatan yang diberikan.
22
• Konsultan pengawas berhak memeriksa gambar shop drawing
pelaksana proyek.
• Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara
perubahan.
• Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar
sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.
2.2.6 Kontraktor
Kontraktor adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang
jasa konstruksi sesuai dengan keahlian dan kemampuannya yang
mempunyai tenaga ahli teknik. Kontraktor yang ditunjuk adalah PT Dwi
Ponggo Seto.
Tugas dari kontraktor adalah sebagai berikut :
a. Memahami gambar desain dan spesifikasi teknis sebagai
pedoman dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan.
b. Bersama dengan bagian engineering menyusun metode
pelaksanaan konstruksi dan jadwal pelaksanaan pekerjaan.
c. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan di
lapangan sesuai dengan persyaratan waktu, mutu dan biaya yang
telah ditetapkan.
d. Membuat program kerja mingguan dan mengadakan pengarahan
kegiatan harian kepada pelaksana pekerjaan.
e. Mengadakan evaluasi dan memuat laporan hasil pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
f. Membuat program penyesuaian dan tindakan turun tangan,
apabila terjadi keterlambatan dan penyimpangan pekerjaan di
lapangan.
g. Bersama dengan bagian teknik melakukan pemeriksaan dan
memproses berita acara kemajuan di lapangan.
h. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan program kerja mingguan,
metode kerja, gambar kerja dan spesifikasi teknik
23
i. Menyiapkan tenaga kerja sesuai dengan jadwal tenaga kerja dan
mengatur pelaksanaan tenaga dan peralatan proyek.
j. Mengupayakan efisiensi dan efektifitas pemakaian bahan, tenaga,
dan alat di lapangan.
k. Membuat laporan harian tentang pelaksanaan dan pengukuran
hasil pekerjaan di lapangan.
l. Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil pekerjaan di
lapangan.
2.3 Alokasi Sumber Daya Dalam Manajemen Proyek
Sumber daya merupakan komponen yang paling penting dalam
suatu perencanaan proyek. Dalam hal ini yang dimaksud adalah
perencanaan dengan sumber daya sebagai proses mengidentifikasi jenis
dan jumlah sumber daya sesuai jadwal keperluan yang telah ditetapkan.
Tujuan perencanaan tersebut adalah mengusahakan agar sumber daya
yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya, tidak boleh terlalu awal
atau terlambat, karena keduanya merupakan sumber daya pemborosan.
2.3.1 Biaya
Biaya proyek merupakan sumber daya yang memegang peranan
sangat penting dalam penyelenggaraan suatu proyek dari awal hingga
akhir pada pelaksanaan proyek yang selanjutnya digunakan untuk
merencanakan dan mengendalikan sumber daya lainnya seperti manusia,
peralatan, material, maupun waktu.
2.3.2 Unsur-Unsur Biaya Proyek
Perkiraan biaya memegang peranan sangat penting dalam
penyelenggaraan proyek. Hal ini perlu adanya unsur-unsur biaya
diantaranya sebagai berikut (Iman Soeharto, 1995:131) :
1. Biaya pembelian material dan peralatan.
2. Biaya penyewaan atau pembelian peralatan konstruksi.
3. Upah tenaga kerja.
24
4. Biaya subkontrak.
5. Biaya transportasi.
6. Overhead dan administrasi.
7. Free/laba dan kontigensi.
2.3.3 Modal Tetap dan Modal Kerja
Untuk membangun suatu proyek konstruksi dibutuhkan investasi
berupa sejumlah besar biaya atau modal. Modal dalam proyek dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital) dan modal
kerja (working capital) (Iman Soeharto, 1995:127).
2.3.4 Sumber Daya Manusia
Secara teoritis, keperluan rata-rata tenaga kerja dapat dihitung dari
total lingkup kerja proyek yang dinyatakan dalam jam-orang atau bulan-
orang dibagi dengan kurun waktu pelaksanaan proyek. Namun cara
tersebut tidak realitis karena keperluan tenaga kerja selama siklus proyek
tidak konstan. Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja proyek
yang realitis perlu diperhatikan bermacam-macam faktor, diantaranya
yang terpenting adalah seperti berikut (Iman Soeharto, 1998:131) :
1. Produktivitas tenaga kerja.
2. Tenaga kerja periode puncak (peak).
3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat.
4. Perkiraan jumlah tenaga kerja konstruksi di lapangan.
5. Meratakan jumlah tenaga guna mencegah gejolak (fluctuation)
yang tajam.
Dilihat dari bentuk hubungan kerja antar pihak yang
bersanagkutan, maka tenaga kerja proyek khususnya tenaga kerja
konstruksi dibedakan menjadi (Iman Soeharto, 1998:147) :
1. Tenaga kerja langsung (Direct Hire)
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang direkrut dan
mendatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahan
25
kontraktornya umumnya diikuti dengan Latihan, sampai
dianggap cukup memiliki pengetahuan dan kecakapan dasae.
2. Tenaga kerja Borongan
Tenaga kerja Borongan adalah tenaga kerja yang bekerja
berdasarkan ikatan kerja yang ada antara perusahaan penyedia
tenaga kerja (labor supplier) dengan kontraktor, untuk jangka
waktu tertentu.
2.3.5 Material
Material merupakan bagian terpenting yang mempunyai
presentase cukup besar dari total biaya proyek. Oleh karena itu,
penggunaan teknik manajemen yang baik dan tepat untuk membeli,
mendistribusikan dan menghitung material konstruksi menjadi sangat
penting.
2.3.6 Peralatan
Salah satu sumber daya terpenting yang harus tersedia pada saat
melaksanakan kegiatan proyek adalah peralatan konsttruksi (construction
plant).
Secara umum peralatan konstruksi adalah mahal, karena itu
diperlukan perhatian dan pertimbangan yang matang dalam memutuskan
tipe dan ukuran alat adalah biaya keseluruhan dari tiap satuan produksi
yang diperoleh. Terdapat beberapa faktor lain yang patut diperhatikan
sebelum keputusan akhir dibuat, faktor-faktor tersebut meliputi (Wulfram
I. Ervianto, 2004 : 175) :
a. Keandalan alat.
b. Kebutuhan pelayanan.
c. Ketersediaan suku cadang.
d. Kemudahan pemeliharaan.
e. Kemampuan alat untuk digunakan dalam berbagai macam
kondisi lapangan.
26
f. Kemudahan untuk diangkut dan dipindahkan.
g. Permintaan akan alat dan harga penjualannya Kembali.
h. Tenggang waktu dalam penyerahan alat.
2.4 Tugas dan Tanggung Jawab Badan Organisasi Kontraktor
2.4.1 Project Manager
Project manager adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung
jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta
membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara
keseluruhan. Kepala proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi pada
organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya, yaitu :
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.
b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode
kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek.
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAB) berdasarkan
RAB awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada
Direksi hingga diperoleh persetujuan.
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul
selama proses kegiatan konstruksi di proyek.
2.4.2 Site Manager
Site manager adalah orang yang diberi wewenang dan tanggung
jawab oleh kontraktor untuk memimpin, mengatur, dan mengawasi serta
membuat keputusan yang terbaik dalam pelaksanaan proyek secara
keseluruhan. Site manajer proyek adalah pemegang kekuasaan tertinggi
pada organisasi di lapangan. Adapun tugas – tugasnya, yaitu :
a. Menguasai detail kontrak dan spesifikasi teknis kontrak.
b. Menyusun Rencana Mutu Proyek termasuk jadwal serta metode
kerja bersama-sama dengan Site Manager pada awal proyek.
27
c. Menyusun Rencana Anggaran Pelaksana (RAB) berdasarkan
RAB awal dari Estimate Manager dan mempresentasikan pada
Direksi hingga diperoleh persetujuan.
d. Mengidentifikasikan dan menyelesaikan masalah yang timbul
selama proses kegiatan konstruksi di proyek.
2.4.3 Safety Officer
Safety Officier fokus pada masalah pengelolaan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja, serta pengelolaan proyek yang
berwawasan lingkungan.
a. Membuat perencanaa dan program pelaksanaan K3 Konstruksi di
Proyek.
b. Melakukan penyuluhan dan Pembinaan informasi serta latihan
tentang K3 Konstruksi.
c. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan Konstruksipada proyek
apakahsudah sesuai dengan planning K3 Konstruksi yang dibuat.
d. Mencegah terjadinya kecelakaan dan gangguan kecelakaan.
2.4.4 Site Engineering
Site Engineer fokus pada pengelolaan pelaksanaan pekerjaan,
dengan memperhatikan metode kontsruksi, sistematika dan tahapan
pelaksanaan. Tugas Site Engineer yaitu :
a. Bertanggung jawab kepada pemilik proyek.
b. Mengadakan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan,
memberikan petunjuk-petunjuk atas wewenang yang diberikan
pelaksana kegiatan.
c. Mengatur atau menggerakkan kegiatan teknis agar dicapai
efisiensi pada setiap kegiatan (pekerjaan yang harus ditangani).
d. Mengecek dan menandatangani dokumen tentang pengendalian
mutu dan volume pekerjaan.
28
2.4.5 Admin atau General Affair
Admin/General Affair fokus pada pengelolaan urusan umum
antara lain pergudangan, kesekretariatan, kepersonaliaan proyek,
perijinan, monitoring pembayaran kas proyek, keamanan dan hubungan
sosial. Tugas Admin/General Affair, yaitu :
a. Bertanggung jawab terhadap pemenuhan perijinan yang
diperlukan perusahaan.
b. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya hubungan baik
dengan lingkungan sekitar Perusahaan.
c. Bertanggung jawab terhadap pelaporan secara periodik
keberadaan dan kondisi asset perusahaan.
d. Bertanggung jawab terhadap terpeliharanya fasilitas kantor.
e. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan kebutuhan stationary.
f. Bertanggung jawab terhadap keamanan seluruh fasilitas kantor
dan asset perusahaan.
2.4.6 Drafter
Tugas pelaksana arsitek, yaitu :
a. Memeriksa gambar agar sesuai dengan Bill Of Quantity.
b. Mempelajari gambar terutama gambar detail.
c. Menyiapkan perubahan – perubahan pada gambar rencana yang
diakibatkan oleh lingkungan namun tetap berdasarkan gambar
dari konsultan perencana sebagai persetujuan.
2.4.7 Arsitek
Tugas arsitek, yaitu :
a. Membuat desain bangunan dan gambar yang rinci dan detail.
b. Penghubung dengan professional konstruksi tentang kelayakan
proyek potensial.
c. Memilih material yang akan digunakan.
29
2.4.8 Surveyor
Tugas Surveyor, yaitu :
a. Bertanggung jawab langsung kepada Quantity Engineer.
b. Melakukan pengawasan ketelitian pengukuran oleh kontraktor
terhadap titik-titik penting sehingga tidak terjadi selisih dimensi
maupun elevasi.
c. Mengumpulkan semua data pekerjaan yang dilaksanakan di
lapangan dan bertanggung jawab atas ketlitian yang didapat.
2.4.9 Mandor
Tugas dan tanggung jawab mandor, yaitu :
a. Membaca Memahami Gambar kerja dan menerjemahkannya ke
dalam langkah-langkah operasional.
b. Melakukan Peninjauan Dan pengukuran Lapangan (setting
Out).
c. Menghitung Perkiraan Volume Pekerjaan, kebutuhan tenaga
kerja, nahan dan alat.
d. Menghitung Harga Satuan Ongkos Kerja.
e. Merundingkan Harga Borongan Pekerjaan.
f. Membuat Jadwal Dan Recana Kerja.
g. Menyiapkan Dan Mengatur pembagian Tugas para Tukang Dan
Pekerja.
h. Mengawasi kegiatan Para Tukang dan pekerja dalam melakukan
pekerjaan.
i. Mengawasi kegiatan para tukang dan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaan.
j. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.
k. Mengukur dan Menghitung hasil kerja/opname.
l. Melaporkan hasil kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan menagih
pembayaran.
30
m. Membayar Upah Para Tukang Dan Pekerja.
2.4.10 Logistik
Tugas logistik (bagian gudang) pada umumnya adalah mencatat
setiap pemasukan dan pengeluaran barang-barang atau material yang
diperlukan proyek dan memeriksa apakah persediaan barang-barang atau
naterial tersebut masih cukup atau tidak. Maka tugas dan tanggung jawab
bagian gudang logistik adalah sebagai berikut :
a. Membuat resume stock material di lapangan berdasarkan
schedule kerja proyek.
b. Menerima kedatangan material di lapangan dan memeriksa
apakah sudah sesuai dengan kualitas yang dipesan.
c. Mengatur penyimpanan material gudang supaya tidak rusak.
d. Mencatat dan membuat arsip surat-surat dan nota pesanan.
e. Bertanggung jawab atas kelancaraan, kualitas dan kesiapan
material yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Agar tidak kehabisan stock, maka biasanya bila persediaan
material tinggal 50%, bagian logistik telas memajukan
permohonan untuk pemesanan kembali.
f. Bertanggung jawab atas keamanan dan kualitas material yang
tersimpan di gudang.
2.4.11 Mekanik
Uraian tugas mekanik adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi komponen utama engine.
b. Melaksanakan pemeliharaan engine.
c. Melaksanakan Perbaikan ringan (minor repair) engine.
d. Memeriksa dan menganalisa kerusakan komponen engine.
e. Melaksanakan Perbaikan (Major Repair).
f. Menganalisa dan mengatasi gangguan (trouble shooting).
31
2.4.12 Keamanan
Uraian tugas keamanan adalah sebagai berikut :
a. Pengawasan pintu gerbang.
b. Pengaturan keluar masuk kendaraan.
c. Patroli keamanan.
d. Patroli keselamatan.
e. Penerima tamu.
2.5 Pengertian Produktivitas
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara input dan output,
atau rasio antara hasil produksi dengan total sumber daya yang digunakan
dalam proyek konstruksi. Rasio produktivitas adalah jumlah nilai yang di
ukur selama proses konstruksi, dapat dibagi menjadi biaya material, biaya
tenaga kerja, uang, metoda dan alat. Sukses atau setidaknya sebuah
konstruksi tergantung pada efisiensi pengelolaan sumber daya.
Selama proses kontruksi berlangsung sumber daya yang digunakan
antara lain material, machines, men, method, money. Dalam proses
konstruksi penggunaan material secara efektif sangat bergantung pada
desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Untuk menghemat
penggunaan material dilakukan tahap penyediaan, handling, dan
processing selama waktu konstruksi. Dibutuhkan pemilihan alat yang
tepat karena dapat mempengaruhi proses konstruksi, pemindahan atau
distribusi material yang cepat, baik arah horizontal maupun vertikal.
Pekerja adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk
dikelola. Upah yang diberikan antara pekerja satu dengan lainnya tidaklah
sama dikarenakan kemampuan masing-masing pekerja tersebut. Biaya
untuk pekerja merupakan fungsi dari waktu dan metoda konstruksi yang
digunakan. Pihak yang akan bertanggung jawab untuk pemilihan metoda
dan waktu konstruksi adalah kepala proyek.
32
2.6 Produktivitas Sebagai Sistem
Untuk meningkatkan produktivitas dalam proyek konstruksi,
sistem yang mengatur tentunya sudah dirancang dan direncanakan. Dari
beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sebuah pekerjaan, ialah
faktor manusia yang memberikan kontribusi yang cukup besar
dibandingkan faktor lainnya.
Dalam sebuah sistem tentunya akan dibutuhkan sebuah organisasi
yang akan menjalankannya. Dengan efektifitas organisasi tersebut
tentunya akan menjalankan subsistem yang ada didalamnya dengan
lancar. Pada gambar 2.5, ditunjukkan unsur-unsur yang terlibat dalam
proyek konstruksi, secara tegas dibedakan langsung dengan produktivitas
sangat erat hubungannya dengan kontraktor dimana melalui kerja
kontraktor dan beserta elemen pendukungnya secara nyata mewujudkan
fisik konstruksi.
Gambar 2.5. Struktur organisasi proyek kontruksi
Faktor manusia yang menjadikan penentu tercapainya tingkat
produktivitas yang ditetapkan. Lebih jelas lagi dapat disebutkan bahwa
tukanglah yang menjadi faktor lainnya. Proyek konstruksi selalu
membutuhkan pekerja dengan menggunakan fisiknya karena dibutuhkan
33
untuk mengerjakan dalam cuaca dan kondisi kapanpun. Untuk
memaksimalkan produktivitas yang diinginkan dan meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan keselamatan dan Kesehatan
kerja, para pemimpin harus memahami kondisi serta keterbatasan yang
diakibatkan oleh kondisi dan lokasi proyek.
Program produktivitas dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
mencakup empat tahapan. Model lingkaran produktivitas adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.6. Struktur organisasi proyek kontruksi
Program produktivitas dimulai dengan melakukan pengukuran
produktivitas dilapangan atau lokasi proyek. Tanpa mengetahui keadaan
sesungguhnya dilapangan, sulit rasanya untuk meningkatkan produktivitas
kerja tersebut. Dari hasil pengukuran ini, dapat dilakukan evaluasi dengan
cara membandingkannya. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk
merencanakan ulang lagi tingkat produktivitas dan menentukan arah
perbaikan atas apa yang terjadi.
2.6.1 Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Penelitian tentang produktivitas telah banyak dilakukan,
diantaranya dilakukan di singapura Low pada 1992. Low menyimpulkan
bahwa produktivitas kontruksi dipengaruhi oleh tujuh faktor, yaitu
buildability, training, structure of industry, build control.
Strandardization, foreign labour, mechanization and auto-mation. Di
Indonesia sendiri penelitian serupa telah dilakukan oleh Kaming pada
tahun 1997. Faktor yang mempengaruhi produktivitas proyek
diklasifisikan menjadi empat kategori utama, yaitu:
Evaluasi produktivitas
Pengukuran produktivitas
Perencanaan produktivitas
Perbaikan produktivitas
34
1. Metoda dan teknologi, terdiri atas faktor: desain rekayasa,
metoda konstruksi, urutan pekerjaan, pengukuran kerja.
2. Manajemen lapangan, terdiri atas faktor: perencanaan dan
penjadwalan, tata letak lapangan, komunikasi lapangan,
manajemen material, manajemen tenaga kerja, manajemen
peralatan.
3. Lingkungan kerja, terdiri atas faktor: keselamatan kerja,
lingkungan fisik, kualitas pengawasan, keamanan kerja,
Latihan kerja, partisipasi.
4. Faktor manusia, tingkat upah pekerja, kepuasan kerja, insemtif,
pembagian keuntungan, hubungan kerja mandor-pekerja,
hubungan kerja antarsejawat, kemangkiran.
2.7 Metode Perhitungan Harga Satuan
Analisa harga satuan pekerja adalah cara menghitung harga satuan
pekerjaan pada konstruksi dengan mengalihkan kebutuhan upah pekerja,
bahan material, dan alat dengan harga bahan bangunan, ini adalah standart
dalam mengupah pekerja persatuan pekerjaan kontruksi. Angka koefisien
pekerja sangat mempengaruhi untuk menunjukkan nilai satuan material
atau bahan, nilai satuan alat, dan nilai satuan upah pekerja yang
dipergunakan untuk acuan atau panduan melakukan perencanaan biaya
suatu pekerjaan.
Bahan material, upah pekerja, dan peralatan mempengaruhi harga
satuan pekerja seperti pada skema 2.7.
Gambar 2.7 Skema Harga Satuan Pekerjaan
35
Skema diatas menjelaskan bahwa harga satuan pekerja, harga
satuan bahan, dan harga satuan alat harus diketahui terlebih dahulu untuk
dilakukan perkalian dengan koefisien yang sudah ditetapkan, sehingga
dapat diperoleh rumusan sebagai berikut:
Maka akan diperoleh :
Besarnya harga satuan bahan, upah, dan juga alat tersebut
mempengaruhi besarnya harga satuan pekerjaan, sehingga dalam
menghitung kebutuhan bahan pada setiap pekerjaan saat diperlukan
ketelitian. Tingkat produktivitas pekerjaan menentukan harga satuan upah
dalam menyelesaikan proyek konstruksi tersebut.
2.8 Produktivitas Tenaga Kerja
Secara umum, produktivitas merupakan perbandingan antara
output dan input. Dibidang kontruksi input adalah jumlah sumber daya
yang digunakan seperti tenaga kerja, peralatan dan material. Sedangkan
output adalah kualitas pekerjaan yang telah dikerjakan seperti meter kubik
galian atau timbunan. Karena material dan alat bersifat standart jadi
keahlian pekerja sendiri yang menentukan pekerjaan mereka.
Dalam menyelenggrakan sebuah proyek, salah satu faktor sumber
daya yang menjadi faktor penentu dalam keberhasilannya adalah tenaga
kerja. Penyediaan jumlah tenaga kerja, ketersediaan alat dan material,
jenis keterampilan dan keahlian harus mengikuti tuntutan dan perubahan
kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
suara perencanaan proyek kontruksi harus terperinci dalam perkiraan jenis
36
dan keperluaan tenaga kerja, seperti tenaga ahli dari berbagai bidang dan
disiplin ilmu untuk pekerjaan lapangan kontruksi.
Untuk mengikuti tuntutan perubahan kegiatan yang sedang
berlangsung jenis dan intensitas kegiatan proyek dapat berubah cepat
sepanjang siklusnya sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis
keterampilan dan keahlian juga mengikuti perubahan secara cepat
tersebut. Menurut Soeharto (1997), indeks produktivitas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Indeks Produktivitas =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑚−𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ−𝑗𝑎𝑚 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑚𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑎𝑛 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑘 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Kondisi standart adalah kondisi rata-rata dimana indeks
produktivitas diberi angka = 1,0. Jika indeks produktivitas > 1,0 berarti
produktivitas tenaga kerja kurang standart. Sebaliknya jika indeks
produktivitas < 1,0 berarti produktivitas tenaga kerja melebihi standar
yang ditetapkan (Soeharto, 1997).
2.8.1 Produktivitas Kelompok Pekerja
Produktivitas kelompok pekerja adalah kemampuan tenaga kerja
dalam menyelesaikan pekerjaan (satuan volume pekerjaan) yang dibagi
dalam satuan waktu, jam atau hari. Produktivitas dapat digunakan untuk
menentukan jumlah tenaga kerja beserta upah yang harus di bayar.
Kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan cara berikut:
a. Produktivitas pekerja = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
b. Kebutuhan tenaga kerja = Koefisien Analisa x produktivitas
pekerja
2.9 Metode Penjadwalan Proyek
Dalam metode penjadwalan proyek dapat menggunakan beberapa
metode dalam mengelola sumber daya proyek dan waktu. Pada masing-
masing metode tersebut tentunya memiliki kelebihan maupun kekurangan.
Pertimbangan untuk menggunakan metode-metode ini didasarkan pada
37
keinginan untuk tercapainya suatu pekerjaan tersebut. Kegiatan waktu
akan berhubungan terhadap kiatan lainnya contohnya kinerja biaya pokok
tersebut. Jadi, untuk meminimalisirnya harus dilakukan monitoring
terhadap material, alat keselamatan kerja dan ketersediaan alat serta hal-
hal lainnya yang terlibat. Jadi, Kalau ada penyimpangan dari rencana awal
kegiatan, maka harus dilakukan evaluasi dan tindakan (Abrar Husen,
2009:150-151).
Dengan mengendalikan manajemen proyek maka akan diketahui
laju pelaksanaan pekerjaan, sehingga penyimpanan yang terjadi akan
dengan mudah dan cepat teratasi dengan langkah-langkah yang sudah ada.
Untuk melaksanakannya memperlukan metode-metode, alat bantu yang
dapat mempermudah dalam pekerjaannya baik berupa tabel, grafik
ataupun aplikasi-aplikasi penunjang lainnya. Alat bantu tersebut harus
mudah dipergunakan atau mudah di baca agar mempermudah dalam
pelaksanaan pengendaliannya (Kasmiruddin, 2010:67).
2.9.1 Metode Project Evaluation and Review Technique
Pada tahun 1958, Booz Allen Hamilton menemukan sebuah
metode penjadwalan yang diberi nama diagram PERT, merupakan
singkatan dari Project Evaluation and Review Technique. Diagram PERT
dapat digunakan untuk mempermudah proses perencanaan dan
penjadwalan untuk proyek dengan kapasitas besar dan kompleks karena
mampu mengatasi ketidakpastian dalam proyek tanpa perlu tahu durasi
dari setiap aktivitas.
PERT mempunyai banyak kesamaan dengan CPM dan PDM.
Seperti dalam CPM, PERT menggunakan teknik diagram Acivity On
Arrow (AOA), yang berarti arrow digunakan untuk menggambarkan
kegiatan sedangkan node menggambarkan event. PERT tidak seperti
dalam CPM dan PDM, tetapi berorientasi pada event (event -oriented
technique) yang berarti bahwa komputasi dilakukan terhadap waktu
38
kejadian (event times). Sedangkan CPM dan PDM berorientasi pada waktu
kegiatan (task-oriented) yang berarti bahwa komputasi dilakukan terhadap
waktu kegiatan (task-oriented) yang berarti bahwa komputasi dilakukan
terhadap waktu kegiatan (task times).
Menurut Gusti Ayu, metode PERT memberikan perkiraan waktu
dengan menggunakan tiga angka estimasi untuk menyelesaikan suatu
kegiatan. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang mencoba
mengukur ketidakpastian secara kuantitatif seperti deviasi standar dan
varians. Dengan demikian metode PERT bermaksud menampung adanya
unsur – unsur yang belum pasti, kemudian menganalisis kemungkinan –
kemungkinan sejauh mana proyek menyimpang atau memenuhi sasaran
jadwal penyelesaian.
Menurut Haizer dan Render (2005), dalam PERT digunakan
distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk setiap kegiatan,
antara lain waktu optimis, waktu pesimis dan waktu realistis. Levin dan
Kirkpatrick (1972) menjelaskan bahwa waktu optimis adalah perkiraan
waktu yang mempunyai kemungkinan yang sangat kecil untuk dapat
direalisasikan, kemungkinan terjadinya juga hanya satu kali dalam 100,
sedangkan waktu realistis atau waktu paling mungkin adalah waktu yang
berdasarkan pikiran estimator. Perkiraan waktu optimis biasanya
dinyatakan oleh huruf a, waktu realistis oleh huruf m, dan waktu pesimis
dinyatakan oleh huruf b.
Menurut Soeharto (1999), mengingat besarnya pengaruh angka a,
m dan b dalam metode PERT, maka beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan angka estimasi, diantaranya :
1. Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, m, dan b dalam
hubungannya dengan perhitungan-perhitungan dan
pengaruhnya terhadap metode PERT.
39
2. Di dalam proses estimasi angka-angka a, m dan b bagi masing-
masing kegiatan, jangan sampai dipengaruhi atau
dihubungkan dengan target kurun waktu penyelesaian proyek.
3. Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical
record), maka data dengan demikian akan berguna untuk
bahan pembanding dan banyak membantu mendapatkan hasil
yang lebih menyakinkan.
4. Dari kurva distribusi (gambar 2.8) dapat dijelaskan arti a, b
dan m
5. Kurva waktu yang menghasilkan puncak kurva adalah m.
Kurva a dan b terletak di pinggir kanan kiri dari kurva
disttribusi, yang menandai batas rentang waktu kegiatan.
Metode PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar
ketidakpastian yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung
pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi
rentang, yaitu denga memakai tiga angka estimasi. Estimasi ini diperoleh
dari orang-orang yang mempunyai kemampuan rentang pekerjaan yang
akan dilaksanakan dan berapa lama waktu pekerjaan.
Ketiga waktu estimasi waktu tersebut adalah (Iman Soeharto,
Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional, 1995:228) :
2.9.2 Estimasi Metode PERT
Dalam metode PERT, diketahui tiga buah estimasi durasi setiap
kegiatan, Ketiga estimasi durasi tersebut adalah:
1. a = Kurun Waktu Optimistik (Optimistic Duration Time)
Kurun waktu optimistic adalah durasi tercepat untuk
menyelesaikan suatu kegiatan jika segala sesuatunya berjalan
baik. Durasi yang digunakan hanya sekali dalam serratus kali
kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
kondisi yang hampir sama.
40
2. m = Kurun Waktu Paling Mungkin (Most Likely Time)
Kurun waktu paling mungkin adalah durasi yang paling sering
terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan dilakukan
secara berulang – ulang denga kondisi yang hampir sama.
3. b = Kurun Waktu Pesimistik (Pessimistic Duration Time)
Kurun waktu pesimistik adalah durasi yang paling lama untuk
menyelesaikan kegiatan, bila segalanya sesuatunya serba
tidak baik. Durasi di sini dilampaui hanyak sekali dalam
seratus kali, bila kegiatan tersebut dilakukan berulang – ulang
dengan kondisi yang hampir sama.
Tujuan dari penggunaan tiga estimasi yaitu untuk memberikan
rentang lebih lebar dalam melakukan estimasi kurun waktu kegiatan
disbanding satu angka determatik. Arti tiga angka tersebut akan dijelaskan
oleh teori probabilitas dengan kurva distribusinya.
Setelah tiga angka estimasi tersebut diketahui maka langkah
selanjutnya adalah merumuskan hubungan tiga angka tersebut manjadi
satu angka yang disebut dengan waktu yang diharapkan (expected
duration time). Angka te dirumuskan sebagai berikut :
te = 𝑎+4𝑚+𝑏
6
Angka te adalah angka rata-rata kalau kegiatan tersebut dikerjakan
berulang-ulang dalam jumlah yang besar. Dalam menentukan te dipakai
asumsi bahwa kemungkinan terjadi peristiwa optimistic (a) dan pesimistik
(b) adalah sama. Perlu ditekankan di sini perbedaan antara kurun waktu
yang diharapkan (te) dengan kurun waktu paling mungkin (m). Angka m
menunjukkan angka terkait atau perkiraan oleh estimator. Sedangkan te
adalah hasil dari perhitungan rumus matematis.
41
Gambar 2.8 Kurva Distribusi Frekuensi
Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti a, b dan m. Kurun waktu
yang menghasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu paling
banyak terjadi. Adapun angka a dan b terletak hampir diujung kiri dan
kanan dan kurva distribusi, yang menandai batas lebar rentang waktu
kegiatan. Kurva distribusi pada umumnya berbentuk asimetris dan disebut
kurva beta.
Gambar 2.9 Kurva Distribusi Asimetris (Beta)
2.9.3 Deviasi Standar dan Varians Kegiatan
Gusti Ayu menjelaskan estimasi kurun waktu kegiatan pada
metode PERT memakai rentang waktu. Rentang waktu ini menandai
derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu
kegiatan. Besarnya ketidakpastian ini tergantung pada besarnya angka
yang diperkirakan untuk a dan b. Parameter yang menjelaskan masalah ini
dikenal sebagai deviasi standar dan varians. Berdasarkan ilmu statistik,
42
angka deviasi standar adalah sebesar 1/6 dari rentang distribusi (b-a)
sedangkan besarnya varians sama dengan (S2) atau bila dirumuskan
sebagai berikut :
• Deviasi Standart Kegiatan (S) = 𝑏−𝑎
6
• Varians Kegiatan V (te) = S2 = (𝑏−𝑎
6)2
2.9.4 Target Waktu Penyelesaian
Pada penyelenggaraan proyek, sering dijumpai sejumlah tonggak
kemajuan (milestone) dengan masing-masing target jadwal atau tanggal
penyelesaian telah ditentukan. Untuk mengetahui kemungkinan/kepastian
mencapai target jadwal tersebut. Hubungkan antara waktu yang
diharapkan (TE) dengan target T(d) pada metode PERT dinyatakan
dengan Z dan dirumuskan sebagai berikut:
Deviasi Z = 𝑇(𝑑)−𝑇𝐸
𝑆 , s2 = V(TE)
Dimana :
T(d) = Target Waktu
TE = Jumlah te Kegiatan Kritis
V(TE) = Jumlah V(te) Kegiatan Kritis