Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN UMUM REST AREA DI JALAN TOL
2.1.1 PENGERTIAN JALAN TOL
Jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan dan sebagai
jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol (PU, 2009).
2.1.2 PENGERTIAN REST AREA
Rest Area atau tempat istirahat adalah suatu tempat dan fasilitas yang
disediakan bagi pemakai jalan sehingga baik pengemudi, penumpang maupun
kendaraannya dapat beristirahat untuk sementara karena alasan lelah (PU,
2009).
Rest Area merupakan sebuah fasilitas yang memberikan kesempatan kepada
pengemudi, awak, penumpang maupun kendaraannya untuk berhenti dan
beristirahat. Sedangkan untuk kendaraannya, di rest area dapat mengisi
bahan bakar, cek kendaraan, cuci kendaraan dan mengistirahatkan mesin
(Purnamasari, 2012).
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan rest area merupakan
tempat istirahat bagi pengendara, dan penumpang untuk melepas lelah dan
juga dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengistirahatkan kendaraan setelah
perjalanan jauh agar dapat bekerja kembali dengan maksimal. Sehingga selain
diperlukan tempat istirahat, diperlukan juga tempat pelayanan bagi pengendara,
penumpang maupun kendaraan itu sendiri.
Pengertian dari tempat pelayanan/service area itu sendiri adalah bagian
dari lokasi Rest Area / tempat istirahat yang digunakan untuk melayani para
pemakai jalan yang sedang beristirahat, dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
umum (PU, 2009).
7
2.1.3 FUNGSI REST AREA
Rest Area atau tempat istirahat memiliki fungsi utama yakni sebagai
tempat beristirahatnya pengendara dan penumpang agar terjaganya kebugaran
fisik dan psikologis yang berdampak pada kenyamanan dan kebugaran pikiran.
Selain itu sebagai tempat beristirahatnya kendaraan setelah menempuh jarak
jauh.
2.1.4 KETENTUAN REST AREA DAN TEMPAT PELAYANAN
Menurut
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 353/KPTS/M/2001 tentang
Ketentuan Teknik, Tata Cara Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Tol
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Bagian Kedelapan
Tempat Istirahat dan Pelayanan
Pasal 12
Penempatan Tempat Istirahat dan Pelayanan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
(1) Jarak titik akhir lajur percepatan dengan titik awal perlambatan antara Tempat
Istirahat dan Pelayanan dengan simpang susun untuk jurusan yang sama
sekurang-kurangnya 3 (tiga) km.
(2) Jarak antara Tempat Istirahat dan Pelayanan yang tidak setipe sekurang-
kurangnya berjarak 10 (sepuluh) km dan tidak lebih dari 20 (dua puluh) km
pada masing-masing jurusan.
(3) Jarak antara Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) km dan tidak lebih dari 20 (dua puluh) km pada masing-masing
jurusan.
8
(4) Jarak antara Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A sekurang-kurangnya 40
(empat puluh) km dan tidak lebih dari 120 (seratus dua puluh) km pada
masing-masing jurusan.
(5) Jarak penempatan bangunan Tempat Istirahat dan Pelayanan minimal 12.5
(dua belas koma lima) km dari tepi lajur lalu lintas.
(6) Setiap Tempat Istirahat dan Pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses
apapun dari luar jalan tol.
(7) Lokasi, tata letak dan rencana teknik Tempat Istirahat dab Pelayanan
ditentukan oleh Badan berdasarkan teknik yang diterapkan oleh Pembina Jalan
2.1.5 KLASIFIKASI REST AREA DAN TEMPAT PELAYANAN
Menurut
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Nomor 354/KPTS/M/2001 tentang
Kegiatan Operasi Jalan Tol
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
Bagian Kedua
Tempat Istirahat dan Pelayanan
Pasal 18
(1) Tempat Istirahat dan Pelayanan terdiri dari tipe A dan tipe B.
(2) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A dilengkapi dengan sarana pelayanan
umum sekurang – kurangnya terdiri atas:
a) Parkir untuk 100 kendaraan
b) Ruang istirahat
c) Peturasan
d) Mushola
e) Etalase / iklan
f) Restoran
g) Pompa pengisian bahan bakar
h) Bengkel
9
i) Toko kecil
j) Sarana informasi
k) Telepon umum.
(3) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B dilengkapi dengan sarana pelayanan
umum sekurang – kurangnya terdiri atas:
a) Tempat parkir sekurang - kurangnya 25 kendaraan
b) Peturasan
c) Mushola
d) Kedai
e) Sarana informasi
f) Telepon umum.
(4) Tempat Istirahat dan Pelayanan harus sudah dibangun dan beroperasi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A paling lambat 3 (tiga) tahun sejak
dioperasikannya Jalan Tol.
b) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B harus berfungsi pada saat Jalan Tol
dioperasikan.
2.1.6 TIPE FASILITAS REST AREA DAN TEMPAT PELAYANAN
Pada setiap fasilitas di Tempat Istirahat memiliki standar minimum
berdasarkan tingkat lelah. Tingkat lelah dapat ditentukan dari jarak Tempat
Istirahat sesuai dengan Tabel berikut:
Tabel 2.1 Penempatan Fasilitas Rest Area
NO TINGKAT LELAH TIPE FASILITAS
JARAK TEMPAT ISTIRAHAT
(SEBELUM TITIK RAWAN
LAKA)
1 Ringan I 7-10 KM
2 Sedang II 11-15 KM
3 Berat III 16-25 KM
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
10
Jika lokasi penempatan fasilitas Tempat Istirahat pada Tabel 4 di atas tidak
dapat dilakukan karena keterbatasan panjang jahin bebas hambatan yang ada atau
direncanakan, maka posisi atau jarak dari gerbang Tol ke lokasi ftsilitas Tempat
Istirahat dapat didasarkan sebagai berikut:
Lelah Ringan : 5 - 7 km dari gerbang Tol.
Lelah Sedang : 3 - 4 km dari gerbang Tol.
Lelah Berat : 1 - 2 km dari gerbang Tol.
Dengan mengetahui tingkat lelah maka dapat ditentukan standar minimum fasilitas
sebagai berikut:
2.1.6.1 TEMPAT PARKIR
Tabel 2.2 Luas Standar Parkir
NO TIPE FASILITAS PARKIR LUAS MINIMUM (M2)
1 I 150
2 II 300
3 III 500
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Sedangkan standar ruang parkir meunurut Ernst Neufret adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Ruang Parkir
Mobil Paralel
Sumber (Neufret, 2002)
Gambar 2.2 Ruang Parkir
Mobil sudut 30o
Sumber (Neufret, 2002)
Gambar 2.3 Ruang Parkir
Mobil sudut 45o
Sumber (Neufret, 2002)
11
Gambar 2.4 Ruang Parkir
Mobil sudut 60o
Gambar 2.5 Ruang Parkir
Mobil sudut 90o dengan lebar
2.3m
Gambar 2.6 Ruang Parkir
Mobil sudut 90o dengan lebar
2.5m
Sumber (Neufret, 2002) Sumber (Neufret, 2002) Sumber (Neufret, 2002)
Gambar 2.8 Ruang Parkir
Truk Gandeng 45o
Gambar 2.7 Ruang Parkir
Truk Gandeng 30o
Gambar 2.9 Ruang Parkir
Truk Gandeng 90o
Sumber (Neufret, 2002) Sumber (Neufret, 2002) Sumber (Neufret, 2002)
12
Sedangkan standar dimensi kendaraan meunurut Departemen Pekerja Umum adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.3 Standar Dimensi Kendaraan
Sumber : (PU, 2009)
Gambar 2.10 Ruang Parkir
Truk Tunggal Dibawah 45o
Gambar 2.11 Ruang Parkir
Truk Tunggal 90o
Sumber (Neufret, 2002) Sumber (Neufret, 2002)
Gambar 2.12 Dimensi
Mobil Penumpang
Gambar 2.13 Dimensi Bus
Sumber: (PU, 2009) Sumber: (PU, 2009)
13
Gambar 2.14 Dimensi Truk 2 As
Sumber: (PU, 2009)
Gambar 2.15 Dimensi Truk 3 As
Sumber: (PU, 2009)
Gambar 2.16 Dimensi Truk 4 As
Sumber: (PU, 2009)
Gambar 2.17 Dimensi Truk 5 As
Sumber: (PU, 2009)
14
2.1.6.2 TOILET UMUM
Tabel 2.4 Luas Standar Toilet
NO
TIPE
FASILITAS
TOILET
JUMLAH LUAS
MINIMUM
(M2) ORANG
URINAL
(BUAH)
TOILET
PRIA
(BUAH)
TOILET
WANITA
(BUAH)
1 I <45 Min. 5 Min. 2 Min. 5 Min. 120
2 II 46-70 Min. 10 Min. 3 Min. 10 Min. 240
3 III >71 15-20 5-7 15-20 290-350
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Sedangkan standar ruang toilet meunurut Ernst Neufret adalah sebagai berikut:
Gambar 2.18 Ruang Toilet Satu Sisi
Sumber: (Neufret, 2002)
Gambar 2.19 Ruang Toilet Satu Sisi Dengan Saluran Air
Sumber: (Neufret, 2002)
15
Gambar 2.20 Ruang Toilet Satu Sisi Dengan Urinoir
Sumber: (Neufret, 2002)
Gambar 2.21 Ruang Toilet Dua Sisi
Sumber: (Neufret, 2002)
Gambar 2.22 Ruang Toilet Untuk
Penyandang Disabilitas
Sumber: (Neufret, 2002)
Gambar 2.23 Ruang Untuk Urinoir
Sumber: (Neufret, 2002)
Gambar 2.24 Ruang Untuk Wastafel
Sumber: (Neufret, 2002)
16
2.1.6.3 TEMPAT DUDUK, TELEPON UMUM, MUSHOLA, DAN TAMAN
Tabel 2.5 Luas Standar Tempat Duduk, Telepon Umum, Musholla, dan Taman
NO TIPE
FASILITAS
JUMLAH LUAS MINIMUM (M2)
TEMPAT
DUDUK
(BUAH)
TELEPON
UMUM
(BUAH)
MUSHOLA TAMAN
1 I >20 1 9 500
2 II >30 2 15 1000
3 III >50 3 21 5000
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Sedangkan standar ruang untuk ruang mushola menurut beberapa sumber adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.26 Ruang Wudhu Berdiri
Sumber: (Suparwoko, 2016)
Gambar 2.25 Dimensi Manusia pada saat Sholat
Sumber: (Neufret, 2002)
17
Gambar 2.27 Ruang Wudhu Duduk
Sumber: (Suparwoko, 2016)
Gambar 2.28 Dimensi Manusia pada Ruang Wudhu
Sumber: (Suparwoko, 2016)
18
2.1.6.4 RESTORAN
Tabel 2.6 Luas Standar Restoran
NO TIPE
FASILITAS
JUMLAH LUAS
MINIMUM
(M2)
PENGUNJUNG
(ORANG)
TEMPAT DUDUK
(BUAH)
1 I dan II a <100 70 400
2 II b 150-101 100 500
3 III a 200-151 130 650
4 III b 250-201 160 800
5 III c >251 190 950
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
2.1.6.5 KIOS
Tabel 2.7 Luas Standar Kios
NO TIPE
FASILITAS
JUMLAH LUAS
MINIMUM
(M2)
PENGUNJUNG
(ORANG)
TEMPAT DUDUK
(BUAH)
1 I a <100 30 140
2 I b 150-101 40 170
3 II a 250-201 60 210
4 II b >251 80 250
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
19
2.1.6.6 SPBU
Tabel 2.8 Luas Standar SPBU
NO TIPE
FASILITAS
JUMLAH
FLOW
METER
(BUAH)
RUANG
PENGISIAN
BAHAN
BAKAR (M2)
KANTOR
(M2)
CARWASH
/BENGKEL
(M2)
LAIN-LAIN
(M2)
LUAS
TOTAL
(M2)
1 I dan II 4 300 120 - 50 470
2 III 4 300 120 80 50 550
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Luas SPBU ditentukan berdasarkan jumlah kendaraan yang dilayani
Stasiun bahan bakar standar memiliki flow meter.
2.1.7 PERSYARATAN GEOMETRI JALAN KELUAR DAN JALAN MASUK
Menurut Standar Konstruksi dan Bangunan tentang Geometri Jalan Bebas
Hambatan untuk Jalan Tol oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Bina Marga (PU, 2009), disebutkan bahwa persyaratan Geometri Jalan Keluar dan
Jalan Masuk sebagai berikut :
a) Jarak antara nose ramp jalan masuk (on ramp) simpangsusun dengan nose
ramp jalan keluar (off ramp) ke tempat istirahat dan pelayanan atau sebaliknya
pada arah yang sama minimal adalah 5 (lima) km.
b) Jarak interval antara tempat istirahat dan pelayanan pada arah yang sama
ditentukan sebagaimana berikut ini:
Tabel 2.9 Jarak Interval Antara Tempat Istirahat dan Pelayanan
Jarak Minimum
(KM)
Jarak Maksimum
(KM)
Jarak tempat istirahat dengan tempat
istirahat dan pelayanan 10 20
Jarak tempat pelayanan dengan tempat
pelayanan 30 50
Sumber: (PU, 2009)
20
c) Geometri jalur utama pada lokasi tempat istirahat harus memenuhi ketentuan
berikut ini:
Tabel 2.10 Geometri Jalur Utama pada Lokasi Tempat Istirahat
VR Jalur Utama (km/jam)
Komponen Geometri
Radius Tikungan
Minimum (m) Landai Maksimum (%)
120 2000 2
100 1500 2
80 1000 3
60 500 4
Sumber: (PU, 2009)
Geometri jalan keluar dan jalan masuk (ramp) dengan 1 lajur lalu lintas harus
memenuhi kriteria berikut ini:
Tabel 2.11 Geometri Jalan Keluar dan Jalan Masuk (Ramp) dengan 1 Lajur Lalu
Lintas
Komponen Geometri Standar Kriteria
Kecepatan Rencana 40 km / jam
Lebar Lajur 4 meter
Lebar Bahu Luar (Kiri) 2,5 meter
Lebar Bahu Dalam (Kanan) 0,5 meter
Kemiringan Melintang Normal 2 %
Landai Maksimum 6 %
Sumber: (PU, 2009)
d) Jalan dan/atau prasarana pergerakan lalulintas di dalam kawasan tempat
istirahat dan pelayanan harus dilengkapi dengan pengaturan lalu lintas dan
rambu-rambu.
e) Jalan masuk dan jalan keluar (on/off ramp) tempat istirahat dan pelayanan
dilengkapi dengan lajur perlambatan dan lajur percepatan dengan ketentuan
berikut ini:
21
Lajur percepatan dan lajur perlambatan dapat menggunakan tipe seperti
dibawah ini:
Gambar 2.29 Lajur Percepatan Tipe Taper
Sumber: (PU, 2009)
Gambar 2.30 Lajur Percepatan Tipe Paralel
Sumber: (PU, 2009)
Gambar 2.31 Lajur Perlambatan Tipe Taper
Sumber: (PU, 2009)
Gambar 2.32 Lajur Perlambatan Tipe Paralel
Sumber: (PU, 2009)
22
Panjang dari lajur percepatan dan lajur perlambatan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
Panjang taper minimum untuk pergerakan memisah dan menggabung
adalah sebagai berikut:
f) Jarak nose ramp jalan keluar dan jalan masuk dengan pencabangannya atau
dengan fasilitas umum (area tempat parkir, area SPBU, dan lain-lain) minimal 60
meter.
Tabel 2.12 Panjang Lajur Percepatan Minimum
Sumber: (PU, 2009)
Tabel 2.13 Panjang Lajur Perlambatan Minimum
Sumber: (PU, 2009)
Tabel 2.14 Panjang Taper Lajur Tunggal
Sumber: (PU, 2009)
23
2.2 TINJAUAN UMUM ZERO ENERGY BUILDING
Zero Energy Building adalah bangunan yang secara keseluruhan (net) tidak
mengonsumsi energi yang bersumber dari listrik negara (PLN) maupun bahan
bakar fosil. Dengan kata lain ZEB merupakan konsepsi bangunan yang dapat
menucukupi kebutuhan energinya sendiri dari sumber energi terbarukan seperti
matahari, angin, air, bahan bakar nabati, biomassa, dan biogas. (Magdalena &
Tondobala, 2016)
Zero Energy Building adalah Bangunan Tanpa Energi yang mana bangunan secara
keseluruhan tidak mengonsumsi energi yang bersumber dari luar seperti listrik
negara (PLN) melainkan bangunan menghasilkan energinya sendiri dengan
memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber energi. (Laatung, Gosal, &
Karongkong, 2017)
Berdasarkan definisi tersebut, akan muncul hasil yang berbeda mengenai
pemahaman ZEB tergantung pada tujuan proyek, anggaran dan biaya, serta pemilik.
Hasil ZEB akan bervariasi (Laatung, Gosal, & Karongkong, 2017), seperti:
Net Zero Site Energy Building (Site ZEB) adalah bangunan yang menghasilkan energi
sebanyak jumlah energi yang digunakan selama satu tahun yang di kalkulasi dari
bangunan.
Net Zero Source Energy Building (Source ZEB) adalah bangunan yang menghasilkan
energi sebanyak jumlah energi yang digunakan selama satu tahun dikalkulasi dari
sumber energi. Sumber energi merupakan energi primer yang dibutuhkan untuk
menghasilkan dan menyalurkan energi ke bangunan.
Net Zero Energy Cost Building (Cost ZEB) adalah bangunan yang menggunakan
energi dengan total biaya yang sama dengan jumlah biaya untuk menghasilkan
energi.
Net Zero Energy Emissions Building adalah bangunan yang menghasilkan emisi
dengan jumlah yang sama dengan jumlah emisi yang digunakan untuk
menghasilkan energi.
Net Off-Site Zero Energy Use adalah sebuah bangunan dapat dianggap sebagai ZEB
jika energi yang digunakan 100% berasal dari sumber energi terbarukan.
24
Off-Grid-ZEBs adalah bangunan yang berdiri sendiri dan tidak terhubung ke fasilitas
utilitas energi lain (off-site). Bangunan ini membutuhkan pendistribusian
pembangkit energi terbarukan dan kemampuan penyimpanan energi (untuk saat
matahari tidak bersinar, angin tidak bertiup, dan lain – lain). Off-Grid- adalah
sebuah konsep bangunan di mana keseimbangan konsumsi energi sendiri dan
produksi dapat dilakukan berdasarkan jam atau dasar yang lebih kecil.
Bangunan yang menghasilkan energi lebih dari energi yang digunakan selama satu
tahun disebut Energy-Plus Building dan bangunan yang mengonsumsi energi lebih
sedikit dari energi yang dihasilkan di sebut Near Zero-Energy Building (NZEB) atau Ultra-
Low Energy. Konsep ZEB mengizinkan berbagai cara dan pilihan untuk memproduksi,
mengoptimalkan, dan melestarikan energi yang di gunakan dalam bangunan. Konsepsi
ZEB menggunakan energi terbarukan (Renewable Energy) sebagai sumber energi utama
dan sebisa mungkin menghindari penggunaan energi tak terbarukan (Unrenewable
Energy).
Selain menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi, dapat juga
dilakukan berbagai strategi desain sebagai upaya menghemat energi (Magdalena &
Tondobala, 2016), seperti berikut ini:
a) Meminimalkan Panas Transmitans
Mengurangi panas yang masuk dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti
menggunakan shading fotovoltaik, fasad berventilasi, fasad bervegetasi, maupun
teknik double skin. Upaya ini dapat mengurangi beban kerja pendingin udara.
b) Pencahayaan Siang Hari
Pemanfaatan cahaya matahari yang dapat masuk jauh ke dalam bangunan
dapat mengurangi jumlah penerangan buatan dan dapat dilakukan dengan upaya
sebagai berikut:
Mirror Ducts merupakan saluran cermin yang menangkap cahaya matahari yang
kemudian disalurkan melalui reflektor dan kemudian disebarkan ke seluruh
ruangan.
25
Light Shelves merupakan sekat reflektor yang dipasang melintang pada
jendela yang memantulkan cahaya yang datang dari jendela ke arah langit-
langit yang kemudian cahaya yang terpantulkan dari langit-langit dapat
masuk lebih jauh ke dalam ruangan.
Gambar 2.33 Mirror Ducts
Sumber: (Magdalena & Tondobala, 2016)
Gambar 2.34 Light Shelves
Sumber: (Chuldesachd, 2013)
26
Sky Light merupakan bukaan pada langit-langit atau atap bangunan agar
cahaya dapat masuk kedalam bangunan.
c) Penghawaan Alami
Pemakaian energi terbesar dalam sebuah bangunan berasal dari sistem
penghawaan, maka dari itu diperlukan upaya strategi desain yang dapat
mengurangi pemakaian AC seperti menerapkan sistem cross ventilation.
2.3 STUDI BANDING
2.3.1 Rest Area KM 22 Ruas Tol Semarang-Solo
Rest Area km 22 Tol Semarang-Solo yang dikelola oleh PT. Linggajati
memiliki luas 5,2 Ha dengan luas bangunan +31.220 m2. Rest area ini beroperasi
sejak 2016. Rata-rata kendaraan yang masuk ke rest area ini per harinya
mencapai +6.965 kendaraan. Fasilitas parkir di area ini mampu menampung
hingga 1.125 kendaraan. Selain itu fasilitas lainnya yang terdapat di rest area ini
yaitu toilet umum, masjid, restoran/rumah makan, pujasera, coffe shop, mini
market, toko oleh-oleh, ATM center, dan SPBU. Kedepannya pada rest area ini
akan dibangun playground seluas +1.000 m2. (Fandha, 2018)
Gambar 2.35 Tangkapan Udara Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: Google Maps
27
Gambar 2.36 Alur Sirkulasi Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: Survey Lapangan
Gambar 2.37 Fasilitas di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: Survey Lapangan
28
Gambar 2.38 Situasi di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: (Fandha, 2018)
Gambar 2.39 Masjid di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: (Fandha, 2018)
Gambar 2.40 Pujasera dan Toilet di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: (Fandha, 2018)
29
Gambar 2.41 ATM Center di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: (Fandha, 2018)
Gambar 2.42 Coffe Shop di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: (Fandha, 2018)
Gambar 2.43 SPBU di Rest Area Tipe A KM 22
Sumber: (Fandha, 2018)
30
2.3.2 Rest Area KM 207 Ruas Tol Palimanan-Kanci
Rest Area km 207 Tol Palikanci ini dikelola oleh PT. Jasa Marga. Pada
Tempat Istirahat ini terdapat fasilitas-fasilitas guna untuk memenuhi kebutuhan
pengguna jalan tol seperti SPBU, toilet umum, masjid, pujasera, restoran/rumah
makan, mini market, parkir kendaraan untuk kecil dan besar, ATM center,
tempat istirahat dan taman.
Gambar 2.44 Tangkapan Udara Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Maps
Gambar 2.45 Alur Sirkulasi Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Analisa Pribadi
31
Gambar 2.46 Fasilitas di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Analisa Pribadi
Gambar 2.47 Masjid di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street
Gambar 2.48 Toilet di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street
32
Gambar 2.49 Pujasera di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street
Gambar 2.50 Rumah Makan di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street
Gambar 2.51 SPBU di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street
33
Gambar 2.52 Tempat Istirahat di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street
Gambar 2.53 ATM Center di Rest Area Tipe A KM 207
Sumber: Google Street