25
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) Gambar 2.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr (Anonim, 2018) Bawang dayak merupakan tanaman khas Kalimantan Tengah. Dalam umbi bawang dayang terdapat senyawa alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin dan steroid. Masyarakat lokal telah menggunakan bawang dayak secara empiris untuk mengobati kanker payudara, penurun tekanan darah, diabetes, hiperlipid, obat bisul, kanker usus, mencegah stroke dan mengurangi rasa sakit setelah melahirkan. Tanaman ini juga digunakan sebagai pelancar ASI (Galingging., 2006). 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Secara taksonomi, tanaman bawang dayak memiliki jalur klasifikasi yaitu: Kerajaan : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Liliales Suku : Iridaceae Marga : Eleutherine Jenis : Eleutherine palmifolia(L) Merr (Depkes, 2001). 2.1.2 Morfologi Tanaman Bawang dayak merupakan tumbuhan terna dengan tinggi 26 hingga 50 cm. Umbi berada dibawah tanah berbentuk bulat telur memanjang dan berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

5

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.)

Merr)

Gambar 2.1 Tanaman Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr

(Anonim, 2018)

Bawang dayak merupakan tanaman khas Kalimantan Tengah. Dalam umbi

bawang dayang terdapat senyawa alkaloid, glikosida, flavonoid, tanin dan steroid.

Masyarakat lokal telah menggunakan bawang dayak secara empiris untuk

mengobati kanker payudara, penurun tekanan darah, diabetes, hiperlipid, obat

bisul, kanker usus, mencegah stroke dan mengurangi rasa sakit setelah

melahirkan. Tanaman ini juga digunakan sebagai pelancar ASI (Galingging.,

2006).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Secara taksonomi, tanaman bawang dayak memiliki jalur klasifikasi yaitu:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Bangsa : Liliales

Suku : Iridaceae

Marga : Eleutherine

Jenis : Eleutherine palmifolia(L) Merr (Depkes, 2001).

2.1.2 Morfologi Tanaman

Bawang dayak merupakan tumbuhan terna dengan tinggi 26 hingga 50 cm.

Umbi berada dibawah tanah berbentuk bulat telur memanjang dan berwarna

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

6

merah. Bunga berwarna putih, daun tunggal, letak daun berhadapan, warna daun

hijau muda, bentuk daun sangat panjang dan meruncing (acicular), tepi daun

halus tanpa bergerigi (entire), pangkal daun berbentuk runcing (acut) dan ujung

daun meruncing (acuminate) permukaan daun atas dan bawah halus (glabrous),

tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004).

2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

Bawang dayak adalah tanaman khas Kalimantan Tengah. Secara empiris

bawang dayak sudah digunakan oleh masyarakat lokam untuk pengobatan

kangker payudara, hipertensi, diabetes, hiperlipid, obat bisul, kanker usus,

mencegah stroke dan mengurangi sakit perut selama nifas. Selain itu daun

tanaman ini juga dapat digunakan sebagai pelancar ASI (Galingging, 2006)

2.1.4 Kandungan Kimiawi Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)

Sebuah penelitian yang dilakukan Febrinda dkk, (2013) menunjukkan ekstrak

etanol umbi bawang dayak memiliki kandungan fitokimia yaitu triterpenoid,

flavonoid, fenolik, alkaloida dan tanin. Menurut penelitian lain senyawa bioaktif

seperti fenol, flavonoid, tanin, glikosida, steroid, alkaloid terdapat pada bawang

dayak (Mustika, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dkk, (2017) yang

melakukan skrining fitokimia pada ektrak etanol 96% dan fraksi-fraksinya pada

umbi Eleutherine palmifolia (L.) Merr didapatkan pada fraksi etanol adanya

senyawa Flavonoid, Fenolik, Alkaloid dan Saponin.

Hasil penapisan fitokimia pada bagian umbi menunjukkan adanya kandungan

metabolit sekunder antara lain : alkaloid, glikosida, flavanoid, fenolik, kuinon,

steroid, zat tanin dan minyak atsiri. Bagian daun dan akar mengandung flavonoida

dan polifenol (Heyne, 1987). Pada hasil penampisan fitokimia yang meliputi

analisis kualitatif alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan triterpenoid dilakukan

menurut metode standar yang terdapat didalam Materia Medika Indonesia

(Depkes RI, 1995).

Bawang dayak mengandung senyawa-senyawa kimia seperti alkaloid,

glikosid, flavonoid, fenolik, steroid dan tanin yang merupakan sumber potensial

untuk dikembangkan sebagai tanaman obat. Alkaloid memiliki fungsi sebagai

antimikroba. Selain itu, alkaloid, glikosid dan flavonoid juga memiliki fungsi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

7

sebagai hipoglikemik sedangkan tanin biasa digunakan sebagai obat sakit perut

(Galingging, 2006). Menurut laporan dari B.O.T. Ifesan dkk dalam Journal of

Food Science (2009), umbi bawang dayak memiliki kandungan senyawa aktif

yaitu antrakuinon, bi-eleutherol, dan elecanacin (B.O.T Ifesan,2014).

Antrakuinon yang terkandung dalam umbi bawang dayak merupakan golongan

kuinon yang memiliki efek sebagai antimikroba, antifungal, antiviral, dan

antiparasit (Chansukh dkk, 2014 ; Kuntorini, E. M dkk, 2010).

2.1.5 Mekanisme Aktivitas Antibakteri Bawang Dayak (Eleutherine

palmifolia (L.) Merr)

2.1.5.1 Flavonoid

Mekanisme kerja dari flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan cara

merusak membran sel bakteri dan mengeluarkan senyawa intraseluler bakteri.

Flavonoid akan membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler da terlarut

sehingga dapat masuk kedalam sel (Nuria dkk, 2009). Penelitian lain juga

menjelasakan bahwa flavonoid bekerja sebagai antibakteri dengan cara

menurunkan permeabilitas dari sel dan mengganggu iklatan enzim seperti ATPase

dan phospholipase (Li dkk, 2003). Flavonoid juga mengahambat metabolisme

energi dengan menggunakan oksigen dari bakteri. Flavonoid juga menghambat

sitokrom C reduktase sehingga metabolisme terganggu dan tidak dapat

menghasilkan energi untuk bosintesis (Cushine dan Lamb, 2005).

2.1.5.2 Alkaloid

Mekanisme kerja dari alkaloid sebagai antebakteri yaitu dengan cara

merusak komponen penyususn peptidoglikan pada sel bakteri. Sehingga dinding

sel bakteri tidak terbentuk dan menyebabkan kematian sel (Darsana dkk, 2012).

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa alkaloid diketahui sebagai interkelator

DNA dan menhambat enzim topoisomerase sel bakteri (Karou dkk,2005 ).

2.1.5.3 Fenolik

Mekanisme kerja dari fenolik sebagai antibakteri yaitu dengan cara

mendenaturasi dari sel bakteri. Fenolik yang memiliki senyawa fenol yang jika

berikatan dengan protein akan membentuk ikatan hidrogen yang menyebabkan

skruktur protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen akan menyebabkan perubahan

permeabilitas dari dinding sel bakteri dan membran sitoplasma. Perubahan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

8

permeabilitas ini menyebabkan ketidak seimbangan makromolekul dalam sel dan

akhirnya sel bakteri menjadi lisis (Palczar dan Chan, 1988).

2.1.5.4 Saponin

Mekanisme kerja dari saponin sebagai antibakteri yaitu menyebabkan

kebocoran dari sel bakteri (Madduluri dkk, 2013). Saponin dapat menjadi

antibakteri karena memiliki struktur seperti detergen, sehingga saponin akan

menurunkan tegangan permukaan dinding sel dan merusak permeabilitas

membran sel (Harborne, 2006). Saponin akan masuk kedalam sel bakteri dengan

cara berdifusi dan mengikat membran sitoplasma. Hal ini menyebabkan

terganggunya kestabilan membran sel dan menyebabkan kebocoran sel dan

mengakibatkan kematian sel (Cavalieri dkk, 2005).

2.1.6 Aktifitas Antibakteri Bawang Dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widayat dkk, (2016) yang meneliti

aktivitas antibakteri ekstrak etanol umbi bawang dayak atau Eleutherine

palmifolia (L.) Merr pada bakteri Salmonella typhi. Memberikan hasil rata-rata

zona hambat dalam berbagai konsentrasi. Pada konsentrasi 0,5% memiliki zona

hambat 10,02 nm, 1% memiliki zona hambat12,35 nm, 2% memiliki zona hambat

13,14 nm, 4% memiliki zona hambat 14,33 nm, 8% memiliki zona hambat 15,00

nm dan 12% memimemiliki zona hambat 17,34 mm. Menurut hasil zona hambat

ini didapatkan adanya aktivitas antibakteri terhadapat bakteri Salmonella typhi,

yang menurut Greenwood, (1995) zona hambat yang didapatkan diklasifikasikan

pada respon sedang.

2.2 Tinjauan Bakteri Salmonella typhi

2.2.1 Klasifikasi

Salmonella memiliki taksonomi yang cukup rumit. Kauffman-White

menggolongkan Salmonella berdasarkan kekhasan antigenik, sedangkan Ewing

menyatakan bahwa terdapat tiga spesies Salmonella, yaitu Salmonella

choleraesuis, Salmonella enteridis dan Salmonella typhi. Melalui pemetaan

genetika, Salmonella disimpulakan termasuk genus Arizona berdasarkan

persamaan struktur gen,filogen dan petunjuk evolusinya (Radji, 2009).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

9

Klasifikasi salmonella typhi menurut Ugboko, (2014) :

Gambar 2.2 Bakteri Salmonella typhi (Taylor dkk, 2016)

Domain : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Famili : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella enterica

Subspesies : Salmonella enterica enterica

Serovar : Salmonella enterica serovar Typhi

2.2.2 Morfologi

Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif, tidak berspora, tidak

mempunyai simpai, tanpa fimbria dan mempunyai flagela peritrik. Ukuran 1-3,5

µm x 0,5-0,8µm. Besar koloni dalam media perbenihan rata-rata 2-4 mm.

Salmonella tumbuh pada suasana aerob atau anaerob fakultatif pada suhu 15-41°C

optimum pada suhu 37,5°C dengan pH media 6-8. Salmonella tumbuh dengan

cepat pada pembenihan biasa, tidak memfermentasi laktosa, sukrosa, membentuk

asam dan biasanya membentuk gas yang berasal dari glukosa, manitol, maltosa

dan dekstrin. Dalam pembenihan agar Salmonella-Shigella, agar Endo dan agar

MacConkey koloni bakteri Salmonella berbentuk bulat, kecil, dan tidak berwarna

(Radji, 2009).

Salmonella typhi memiliki antigen pada permukaannya yang cukup

kompleks dan memiliki peran penting dalam melakukan patogenesis dan pada

proses terjadinya respon imun pada individu yang terinfeksi. Antigen terdiri dari

antigen flagel (Antigen H), antigen ini dikode oleh gen flg yang berada di lokus

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

10

fliC. Antigen somatik (Antigen O) atau antigen dinding sel. Antigen O tersusun

dari LPS (LipoPolisakarida) yang memiliki fungsi sebagai endotoksin. Dan

antigen kapsul atau antigen K (Antigen Vi) yaitu antigen yang terdiri dari LPS

dan bersifat asam. Antigen Vi berfungsi sebagai antiopsonik dan antipagositik.

Tidak semua strain Salmonella typhi mengeskpresikan antigen Vi (Darmawati,

2009).

2.2.3 Patogenesis Bakteri Salmonella typhi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan

yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini disebabkan oleh

higiene perorangan dan makanan, lingkukangan yang kumuh serta perilaku

masyarakat yang tidak membudidayakan hidup sehat (Seran, 2015).

Penyakit ini ditularkan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi

oleh feses atau urin yang oleh penderita demam tifoid atau carrier (Darmawati,

2009). Bakteri akan menembus mukosa epitel usus, berkembangbiak di lamina

propina kemudian masuk kedalam kelenjar getah bening masenterium. Setelah itu

masuk dalam peredaran darah (bakterinemia pertama). Lalu bakteri masuk

kedalam organ dalam tubuh seperti hepar dan sumsum tulang dilanjutkan dengan

pelepasan endotoksin ke peredaran darah (bakterinemia ke dua). Sebagian kuman

akan keluar bersama tinja dan sebagian akan masuk kembali ke dalam usus kecil

dan mengalami infeksi kembali (Cita, 2011).

2.3 Tinjauan Antibakteri

2.3.1 Pengertian Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang membunuh, menekan pertumbuhan atau

reproduksi bakteri. Suatu zat antibakteri yang ideal harus memiliki sifat toksisitas

selektif, artinya bahwa suatu obat berbahaya terhadap parasit tetapi tidak

membahayakan hopses. Antibakteri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) dan

antibakteri yang dapat membunuh bakteri (bakteriosid) (Talaro, 2008).

Mikroorganisme patogen yang dapat dirusak oleh antibiotik disebut

spectrum of antimrobial actibity. Hal ini dibagi menjadi dua kategori yaitu broad-

spectrum antibiotic dan narrow-soectrum antibiotic. Broad-spectrum antibiotic

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

11

adalah antibiotik yang dapat merusak beberapa tipe bakteri yaitu bakteri gram

negatif dan positif. Narrow-soectrum antibiotic adalah antibiotik yang dapat

merusak bakteri tertentu saja misalnya bakteri gram negatif saja (Betsy dan Jim,

2005).

2.3.2 Mekanisme Kerja Antibakteri

2.3.2.1 Menghambat Metabolisme Sel Bakteri

Agen anti bakteri yang menghambat metabolisme sel disebut sebagai

antimetabolit. Senyawa ini menghambat metabolisme mikroorganisme dan bukan

metabolisme dari host. Proses ini dilakukan dengan menghambat reaksi enzim

katalis yang hadir dalam sel bakteri (Setiabudi, 2013).

2.3.2.2 Menghambat Sintesis Dinding Sel

Penghambatan sintesis dinding sel bakteri menyebabkan lisis bakteri. Agen

ini bekerja dengan cara menghambat dan mengaktivasi enzim yang dapat merusak

dinding sel bakteri. Agen yang beroperasi adalah penisilin dan sefalosporin

(Setiabudi, 2013).

2.3.2.3 Berinteraksi Dengan Membran Plasma

Bekerja dengan cara berinteraksi dengan membran sel bakteri dan

mempengaruhi permeabilitas membran plasme. Agen yang beroperasi dengan cara

ini ialah polimiksin (Setiabudi, 2013).

2.3.2.4 Menghambat Sintesis Protein

Agen yang menganggu sintesis protein diantaranya rifampisin,

aminoglikosida, tetrasiklin dan kloramfenikol. Bekerja mempengaruhi ribosom

bakteri dan enzim yang esensial untuk sintesis protein terhambat (Setiabudi,

2013).

2.3.2.5 Menghambat Sintesis Asam Nukleat

Mengganggu fungsi dari asam nukleat, menghambat enzim yang berperan

dalam sintesis asam nukleat.4 agen yang bekerja denga mekanisme ini adalah

kuinolon (Setiabudi, 2013).

2.4 Tinjauan Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan antibiotik golongan amfenikol yang bersifat

bakteriosidal dengan memiliki aktifiatas pada spektrum luas terhadap bakteri

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

12

patogen. Kloramfenikol bekerja efektif baik terhadap Gram positif maupun Gram

negatif. Mekanisme kerja kloramfenikol melalui penghambatan terhadap

biosintesis protein pada siklus pemanjangan rantai asam amino, yaitu dengan

menghambat pembentukan ikatan peptida. Antibiotika ini mampu mengikat

subunit ribosom 50-S sel mikroba target secara terpulihkan, akibatnya terjadi

hambatan pembentukan ikatan peptida dan biosintesis protein. Kloramfenikol

umumnya bersifat bakteriostatik, namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat

bakterisid terhadap bakteri-bakteri tertentu (Ganiswarna, 1995).

2.5 Pewarnaan Gram dan Kultur Bakteri

Tindakkan penting yang perlu dilakukan dibidang kesehatan khususnya

menyangkut mikroorganisme ialah melakukan identifikasi terhadap

mikroorganisme yang didapat yang dapat berupa bakteri, jamur dan virus. Dalam

penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap bakteri saja. Cara singkat dalam

mengidentifikasi bakteri yaitu dengan cara pewarnaan gram dan kultur bakteri.

2.5.1 Pewarnaan Gram

Untuk mengetahui bakteri apa yang didapat dari hasil swab yang dilakukan

pada media agar tertentu, pertama kali yang harus dilakukan ialah pewarnaan

yang disebut pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan identifikasi awal

terhadap bakteri, sehingga dapat diketahui apakah bakteri yang didapat termasuk

golongan gram negatif atau positif. Berikut merupakan prosedur dalam melakukan

pewarnaan gram :

1. Spesimen diusapkan dikaca objek lalu dikeringkan diatas api bunsen

selama beberapa detik

2. Disiram kaca objek dengan larutan kristal violet

3. Dibilas dengan air mengalir

4. Dituangkan larutan iodin

5. Dibilas dengan air mengalir

6. Dituangkan larutan aseton (30 ml) dan alkohol (70 ml) selama 10-30

detik

7. Dibilas dengan air mengalir

8. Kaca objek digenangi dengan basic fuchsin (safarin) selama 10-30 detik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

13

9. Dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan

(Brooks dkk, 2010)

Hasil dari pemeriksaan ini yaitu didapatkan bakteri gram negatif atau gram

positif. Akan tetapi beberapa jenis bakteri pewarnaan gram belum cukup untuk

mengetahui jenis bakteri yang ada dalam media agar. Sehingga perlu dilakukan

pengulturan pada media yang cocok.

2.5.2 Kultur Bakteri

Media kultur ialah tempat menanam bakteri yang akan diidentifikasi. Media

yang digunakan berupa cairan atau jel yang telah ditambahkan nutrient yang

cocok sehingga bakteri dapat tumbuh dan dibuat di cawan petri. Ada beberapa

jenis media kultur yang sering digunakan ialah media agar darah atau yang biasa

disebut media primer. Untuk kultur bakteri usus yang berbentuk batang dan gram

negatif dapat menggunakan media Eosin Methylene Blue (EMB) atau yang biasa

disebyt media skunder (Brooks dkk, 2010).

Prosedur untuk mengkultur bakteri adalah pertama menyediakan peralatan

berupa sengkelit (ose), api bunsen, media kultur dan spisimen yang akan

diperiksa. Selanjutnya dengan cara mensterilkan sengkelit dengan api bunsen.

Kemudian diambil spesimen menggunakan sengkelit dengan cara mengusap. Lalu

dibuat goresan dimedia kultur dan diinkubasi lalu diamati apakah ada

pertumbuhan koloni bakteri yang terjadi (Hogg dan Stuart, 2013). Bakteri

Salmonella typhi jika dibiakkan pada media Salmonella-Shigella Agar (SSA)

terbentuk koloni yang berwarna hitam dan black center dikarenakan bakteri

Salmonella sp menghasilkan H2S. Koloni berbentuk bulat, cembung dan berwarna

hitam (Sari dkk, 2018). Menurut Zaraswati, (2006) bahwa hasil uji SS

memberikan zona kuning diantara koloni hitam dan pertumbuhan bakteri

berwarna merah atau hitam. Bakteri melakukan reduksi tiosulfat menjadi sulfat

sehingga terlihat koloni berwarna hitam. Beberapa Salmonella sp menghasilkan

bulatan hitam ditengah koloni (black center) sebagai hasil dari H2S.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

14

2.6 Simplisia

2.6.1 Definisi Simplisia

Pengetahuan tentang tanaman yang berkhasiat telah lama diketahui oleh

nenek moyang dan sekarang mulai dibuktikan secara ilmiah. Bagian-bagian

tanaman yang digunakan untuk bahan baku obat disebut simplisia. Simplisia ialah

untuk menyebutkan bahan-bahan obat alam yang masih dalam wujud aslinya atau

belum mengalami perubahan bentuk (Gunawan dan Mulyani, 2010).

Menurut Perka BPOM No. 12 Tahun 2014 simplisia adalah bahan alam

yang telah dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami

pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 60°C.

Menurut Perka BPOM No. HK 00.05.41.1384 simplisia adlah bahan alam yang

digunakan untuk sediaan herbal yang belum mengalami pengolahan apapun dan

jika tidak dinyatakan lain simplisia adalah bahan yang telah dikeringkan.

2.6.2 Macam-Macam Simplisia

2.6.2.1 Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia berasal dari tumbuhan utuh atau bagian

dari tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi dari sel

tumbuhan yang secara sempontan keluar dari tumbuhan dengan cara tertentu atau

zat nabati lain yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tumbuhannya (Depkes,

1995).

2.6.2.2 Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang berasal dari hewan untuh atau zat-

zat dari hewan. Contoh minyak ikan dan madu (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.2.3 Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisa pelikan atau mineral adalah simplisia yang berasal dari pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah secara sederhana. Contohnya

serbuk seng dan tembaga (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.3 Pengelolaan Simplisia

Menurut Gunawan dan Mulyani, (2010) pengolahan simplisa ada berbagai

tahap yang tertera dibawah ini :

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

15

2.6.3.1 Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia tergantung pada bagian

tumbuhan yang digunakan, umur, waktu panan dan lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen ini erat kaitannya dengan pembentukan senyawa akif pada

tumbuhan. Waktu panen yang tepat maka akan didapatkan senyawa aktif yang

yang terbesar. Senyawa aktif terbentuk maksimal pada bagian tertentu dan pada

umur tertentu (Gunawan dan Mulyani, 2010).

1. Biji

Pemanenan biji dapar dilakukan ketika buah telah mengering atau sebelum

pecahnya buah.

2. Buah

Panen buah biasanya dilakukan ketika akan matang, contoh Piper nigrum .

pemanennanya ketika buah benar-benar masak contoh adas atau dengan cara

melihat perubahan warna dari buah contohnya jeruk, pepaya dan mangga)

3. Bunga

Ada berbagai cara pemanennan pada bunga. Contoh pada bungan Jasmin

pemanenan dilakukan saat bunga masih kuncup. Pemanenn juga dapat

dilakukan saat bunga sudah mekar sempurna contohnya Rosa sinensis.

4. Daun atau Herba

Pemanenan pada daun atau herba dilakukan saat fotosintesis berlangsung

secara maksimal yaitu dapat ditandai dengan tanaman tersebut mulai

berbunga atau berbuah yang buahnya telah masak. Pada tanaman yang

diambil pucuk daunnya sebaiknya dipanen saat warna pucuk daun sudah

berubah warna menjadi daun tua.

5. Kulit Batang

Pemanenan pada kulit batang tumbuhan, pengambilannya dilakukan ketika

tumbuhan telah cukup umur saat dipanen. Agar pengambilan kulit batang ini

tidak mengganggu pertumbuhan tanaman sebaiknya dilakukan pemanenan

pada saat menjelang musim kemarau.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

16

6. Umbi Lapis

Pengambilan umbi dilakukan ketika ukuran umbi sudah mencapai maksimal

dan pertumbuhan pada bagian atas berhenti. Misalnya bawang merah

(Allium cepa).

7. Rimpang

Pemanenan rimpang dilakukan saat musim kering dengan ditandai

mengeringnya bagian atas tumbuhan. Pemanenan ini dilakukan ketika

rimpang telah besar maksimum.

8. Akar

Pemanenan akar dilakukan saat tumbuhan telah cukup umur dan

pertumbuhan telah berhenti. Pemanenan akar akan mematikan tanaman

yang bersangkurtan(Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.3.2 Sortir Basah

Sortir basah dilakukan saat tanaman masih segar, sortir basah dilakukan

terhadap :

1. Krikil atau tanah

2. Rumput-rumputan

3. Bagian tanaman yang tidak digunakan

4. Bagian tanaman yang rusak (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.3.3 Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangka kotoran yang menempel pada

tanaman misalnya bahan dari tanah atau pestisida. Cara sortasi dan pencucian ini

sangat mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba dari awal simplisia. Misalnya jika

pencucian menggunakan air kotor maka dapat menambah jumlah mikroba pada

simplisia dan air tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang

biasa dalam air ialah pseudomonas, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter, dan

Escheriachia(Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.3.4 Pengubahan Bentuk

Tujuan dari perubahan bentuk ialah untuk memperluas permukaan dari

bahan baku. Semakin luas permukaan maka semakin cepat dalam pengeringan.

Memperluas permukaan dapat dilakukan dengan cara perajangan dengan pisau

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

17

atau dengan alat perajangan sehingga diperoleh irisan yang tipis dengan ukuran

yang diinginkan (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.3.5 Pengeringan

Tujuan dari pengeringan ialah :

1. Menurunkan kadar air sehingga tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri

2. Menghilangkan enzim yang dapat merusak zat aktiv

3. Memudahkan dalam hal mengolah proses selanjutnya sehingga mudah

disimpan, tahan lama dan sebagainya (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.6.3.6 Sortasi Kering

Sortasi kering ialah pemilihan bahan ketika selesai dilakukan pengeringan.

Sortasi dilakukan pada bahan yang terlaku gosong atau rusak (Gunawan dan

Mulyani, 2010).

2.6.3.7 Pengepakan dan Penyimpanan

Setelah dilakukan proses diatas maka simplisia di kemas dan ditempatkan

dalam wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisa satu dengan

lainnya (Gunawan dan Mulyani, 2010).

2.7 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan sari yang pekat dari tumbuhan atau hewan dengan

cara memperolehnya melepaskan zak aktif dari masing-masing bahan,

menggunakan menstrum yang cocok, filtrat diupkan semua atau hampir semua

dari pelarutnya dan endapannya dilakukan standarisasi (Ansel, 1989). Menurut

BPOM, (2000) Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh secara ekstraksi

senyawa aktif yang berasal dari simplisia nabati atau hewani menggunakan

pelarut yang sesuai lalu semua atau hampir semua pelarut di uapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku

yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstraksi dilakukan secara perkolasi.

Perkolat nantinya dipekatkan dengan destilasi dengan pengurangan tekanan agar

bahan sesedikit mungkin tekena panas.

Sediaan galenik yang selanjutnya disebut ekstrak ialah sediaan kering,

kental atau cair dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani dengan

cara yang cocok diluar pengaruh cahaya sinar matahari (Perka BPOM, 2014).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

18

Menurut Voight, (1995) ekstrak dikelompokkan atas sifatnya :

1. Ekstrak encer ialah sediaan yang memiliki konsistensi seperti madu dan

dapat dituang.

2. Ekstrak kental ialah sediaan yang dalam keadaan dingin dan tidak dapat

dituang. Memiliki kandungan air hingga 30%. Kandungan air yang tinggi

dapat menyebabkan mudahnya untuk tercemar bakteri.

3. Ekstrak kering ialah sediaan yang kering dan mudah dituang serta sebaiknya

memiliki kadar air yang kurang dari 5%.

4. Ekstrak cair ialah ekstrak yang dibuat dengan berbandingan satu bagian

simplisia dengan dua bagian ekstrak cair.

2.7.1 Ekstraksi

Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah

metode ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari

campurannya dengan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika

tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan

konsentrasi dalam sel tanaman (Depkes, 1995). Pemilihan metode ekstraksi

tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih

suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih dahulu. Menurut Sarker

SD dkk, (2006) ada beberapa targey ekstraksi yaitu :

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui

2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme

3. Sekelompok senyawa dalam suatu mikroorganisme yang berhubungan

secara struktural.

Jika bahan yang akan diekstrak ialah dari tumbuhan, maka proses ekstraksi

dapat sebagi berikut :

1. Pengelompokkan bagian tanaman, pengeringan dan penggilingan bagian

tanaman.

2. Pemilihan pelarut yang sesuai

Pelarut polar : air, metanol, etanol dan lain sebagainya

Pelarut semipolar : etil asetat, diklorometan dan lain sebagainya

Pelarut nonpolar : n-heksan, petroleum, kloroform, eter dan lain

sebagainya

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

19

2.7.2 Proses Pembuatan Ekstrak

Menurut BPOM, (2000) proses pembuatan ekstrak terdapat beberapa tahap

sebagai berikut :

2.7.2.1 Pembuatan Serbuk Simplisia dan Klasifikasinya

Proses awal pembuatan ekstrak ialah penyerbukan simplisia. Penyerbukan

simplisia menggunakan alat tertentu sampai dihasilkan derajat kehalusan tertentu.

Proses ini dapat mempengaruhi mutu esktrak dengan dasar sebagi berikut :

1. Semakin halus serbuk simplisia proses ekstraksi semakin efektif, efisien,

namun semakin halus serbuk maka semkin rumit secara teknologi peralatan

untuk filtrasi.

2. Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan yang dapat

menimbulkan panas dapat memperngarui senyawa yang terkandung dalam

tanaman. Hal ini dapat dikompensasi dengan nitrogen cair (BPOM,2000).

2.7.2.2 Cairan Pelarut

Pelarut yang digunakan ialah pelarut yang secara optimal dapat menarik

senyawa yang terkandungan dalam tanaman yang berkhasiat atau yang aktif

sehingga dapat dipisahkan antara senyawa satu dengan senyawa yang lainnya.

Senyawa yang didapat sebagian besar senyawa yang diinginkan. Pelarut yang

dipilih sebaiknya dapat melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang

terkandung dalam tanaman. Faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan pada

memilihan cairan penyari adalah sebagi berikut :

1. Selektiv

2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut

3. Ekonomis

4. Ramah lingkungan

5. Keamanan (BPOM,2000).

Kebijakan pemerintah Indonesia membatasi pelarut yang digunakan

sehingga pelarut apa yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.

Prinsipnya pelarut yang digunakan harus memenuhi syarat kefarmasian yaitu

“phaemaceutical grade”. Pelarut yang boleh digunakan ialah air dan alkohol

(etanol) serta campurannya. Jenis pelarut lain yaitu metanol (turunan alkohol),

heksana (hidrokarbon aliphatik), toluen (hidrokarabon aromatik), kloroform,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

20

aseton umumnya digunakan dalam tahap separasi dan tahap pemurnian

(fraksinasi). Metanol tidak boleh digunakan karena bersifat toksik akut dan

kronik, boleh digunakan jika dalam uji sisa pelarut metanol menunjukkan negatif

(BPOM,2000).

2.7.2.3 Separasi dan Pemurniaan

Pemurnian bertujuan untuk memisahkan senyawa yang tidak dikendaki

sehingga senyawa yang didapatkan ialah senyawa yang lebih murni. Proses-proses

pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan yang tidak

bercampur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi, adsorbsi dan penukaran ion

(BPOM,2000).

2.7.2.4 Pemekatan atau Penguapan

Pemekatan ialah peningkatan jumlah partikel solute dengan cara penguapan

pelarut tanpa samapai menjadi kering, ekstrak hanya menjadi kental/pekat

(BPOM,2000).

2.7.2.5 Pengeringan Ekstak

Pengeringan ialah menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan

serbuk. Hasil serbuk yang digunakan tergantung proses dan peralatan yang

digunakan. Ada tahapan-tahapan proses pengeringan ekstrak yaitu :

1. Pengeringan evaporasi

2. Pengeringan vaporasi

3. Pengeringan sublimasi

4. Pengeringan konveksi

5. Pengeringan kontak

6. Pengeringan radiasi

7. Pengeringan dielektrik (BPOM,2000).

2.7.2.6 Rendemen

Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan

jumlah simplisia awal (BPOM,2000).

2.7.3 Metode Ekstraksi

Terdapat beberapa metode ekstraksi yang dapat digunakan, menurut BPOM,

(2000) terdapat beberapa metode yang dapat digunakan sebagai berikut :

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

21

2.7.3.1 Ekstraksi Menggunakan Pelarut

1. Cara Dingin

Maserasi adalah proses pengesktrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukan dengan

suhu kamar. Maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencampaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik

dilakukan pengadukan yang kontinue. Remaserasi dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama dan seterusnya (BPOM,2000).

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yag selalu baru sampai

sempura yang umumnya pada suhu kamar. Tahapan perkolasi dimulai

dari pengembangan bahan, tahapan maserasi antara tahap perkolasi

sebenarnya (penetesan/penampunagn ekstrak), terus menerus

dilakuakn sampai diperoleh perkolat yang 1-5 kali bahan

(BPOM,2000).

2. Cara Panas

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik

didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang

konstan dengan adanya pendinginan balik. Dilakukan pengulangan

proses pada residu pertam sampai 3-5 kali sehingga dapat dikatakan

proses ekstraksi sempurna (BPOM,2000).

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru

umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga ekstrasi lakukan

kontinue dengan jumlah pelarut yang konstan dengan adanya

pendinginan balik (BPOM,2000).

Digesti adalah maserasi kinetik pada suhu yang lebih tinggi dari

temperatur ruangan yaitu umumnya 40-50°C (BPOM,2000).

Infus adalah esktraksi dengan pelarut air pada bejana infus yang

tercelup dalam penangan air mendidih. Suhu yang digunakan dalam

bejana infus ialah 96-98°C selama 15-20 menit (BPOM,2000).

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama berkisar 30 dan

temperatur sampai titik didih air (BPOM,2000).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

22

2.7.3.2 Destilasi Uap

Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak

atsirih) daro bahan segar atau simplisia dengan uap air. Berdasarkan peristiwa

tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara

kontinue sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran

menjadi destilat air yang bercampur dengan senyawa lain yang memisah pada saat

destilasi. Bahan yang akan diesktraksi tidak benar-benar tercelup ke air yang

mendidih, hanya dilewatkan uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut

terdestilasi (BPOM,2000).

2.7.3.3 Ekstraksi Lainnya

1. Ekstraksi Berkesinambungan

Proses ekstraksi dilakukan berulangkali dengan pelarut yang berbeda dan

prosesnya tersusun berurutan beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk

meningkatkan efesiensi dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar

yang terbagi dalam beberapa bejana ekstraksi (BPOM,2000).

2. Superkritikal Karbondioksida

Menggunakan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk simplisia dan

menggunakan gas karbondioksida. Dengan variabel tekanan dan

temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuai

untuk melarutkan golongan senyawa tertentu. Penguapan cairan pelarut

sangat mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan mudah,

sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak (BPOM,2000).

3. Ekstraksi Ultrasonik

Ekstraksi menggunakan getaran ultrasonik > 20.000 Hz memberikan efek

dengan prinsip meningkatkan permeabilitas dinding sel.Prinsip yang

digunakan yaitu menimbulkan gelembung dan menyebarkan gelombang

dengan tekanan berkecepatan untrasonik (BPOM,2000).

untrasonik.

4. Ekstrasi Energi Listrik

Menggunakan energi listrik yang berbentuk medan listrik, medan magnet

dan electric discharges yang dapat mempercepat proses ekstraksi dan

meningkatkan hasil ekstrak. Prinsip yang digunakan yaitu menimbulkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

23

gelembung dan menyebarkan gelombang dengan tekanan berkecepatan

untrasonik (BPOM,2000).

2.8 Fraksinasi

Fraksinasi dikenal dengan nama ekstraksi cair-cair atau partisi adalah proses

untuk memisahkan golongan kandungan senyawa yang satu dengan golongan

lainnya. Pemisahan dengan metode fraksinasi ini berdasarkan perbedaan

kepolaran dari senyawa di dalam ekstrak (Harborne,1987). Teknik ini biasanya

menggunakan corong pisah. Kedua pelarut yang saling tidak bercampur tersebut

dimasukkan kedalam corong pisah, lalu digojok dan didiamkan. Solut atau

senyawa organik akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing tergantung

tingkat kelarutannya pada fase tersebut. Setelah dilakukan pemisahan akan terlihat

lapisan yang saling tidak bersatu. Lapisan ini dapat dipisah kan dengan membuka

kunci pipa corong pisah (Dey,2012).

Ekstraksi partisi dengan menggunakan peningkatan polaritas pelarut seperti

petrolum eter, n-heksan, kloroform, dietil eter, etilasetat dan etanol. Pemilihan

pelarut menjadi sangat penting, pelarut yang dipilih harus memiliki sifat antara

lain :

1. Solut mempunyai kelarutan yang besar terhadap solven, tetapi solven sedikit

2. Tidak mudah menguap saat diekstraksi

3. Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat digunakan kembali

4. Tersedia dan tidak mahal

5. Memiliki titik didih rendah (jika digunakan untuk evaporasi)

6. Sebaiknya memiliki densitas yang lebih rendah dari pada air

7. Pelarut harus aman dan tidak merusak lingkungan (Venn, 2008).

Pelarut yang dapat digunakan untuk esktraksi ini yaitu n-heksan, metil

tertier butil eter (MTBE) dan etilasetat. Hasil dariproses partisi dapat diuji

aktivitas biologisnya untuk diidentifikasi keaktifan komponen bioaktif yang

terkandung (Venn, 2008).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

24

2.9 Kromatografi

2.9.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Kromatografi adalah teknik analisis dengan solut atau zat-zat terlarut

terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, karena zat-zat ini melewati kolom

kromatografi. Pemisahan solut-solut diatur dan didistribusikan solut dalam fase

gerak dan fase diam. Sekarang KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima

secara luas untuk analisis pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada

jumlah bidang. KCKT adalah metode yang tidak dekstruktof dan dapat digunakan

baik untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif serta memiliki kecepatan analisis

kuantitatif maupun kualitatif serta memiliki kecepatan analisis dan kepekaan yang

tinggi (Ganjar dan Rohman, 2007).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid

Chromatography (HPLC) merupakan salah satu metode kimia dan fitokimia.

KCKT termasuk metode baru yaitu teknik kromatografi dengan fase gerak cairan

dan fase diam caiaran atau padat. Ada beberapa kelebihan dari KCKT yaitu :

1. Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran

2. Mudah melaksanakannya

3. Kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi

4. Dapat dihindari terjadinya dekomposisi atau kerusakan bahan yang

dianalisis

5. Resolusi yang baik

6. Dapat digunakan bermacam-macam detektor

7. Kolom dapat digunakan kembali

8. Mudah melakukan sample recovery

(Putra, 2004)

2.9.2 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas merupakan

“kromatografi planar”. KLT merupakan metode kromatografi paling sederhana

yang banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk melakukan

teknik pemisahan dan analisis sampel cukup sederhana. Alat yang digunakan

cukup sebuah bejana (Chamber) yang berisi pelarut dan lempeng KLT.

Pemisahan yang efisien dan kuantifikasi yang akurat dapat dicapai bila

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

25

menggunakan optimasi metode dan menggunakan instrumen yang ada. KLT dapat

digunakan untuk pemisaha skala preparatif yaitu menggunakan lempeng,

peralatan dan teknik khusus.

KLT adalah suatu metode pemisahan fisikokimia dimana fase diam terdiri

dari butiran-butiran pada penyangga pelat gelas logam atau lapisan yang cocok

(Stahl, 1985). Menurut Sudjadi, (1988) ada beberapa keuntungan sistem KLT

yaitu :

1. Mudah dilakukan

2. Tersedianya reagen yang sensitif dan selektif yang tidak dipengaruhi oleg

fase gerak

3. Peralatan yang digunakan sedikit, murah dan sederhana

4. Waktu analisis cepat dan daya pisah cukup baik

Campuran yang baik akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai,

lebih baik jika digunakan pelarut yang sama dengan fase gerak atau yang sama

kepolaranya dam ditotolkan berupa bercak pada lapisan. Lempeng KLT kemudian

dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh dengan fase gerak dan dieluasi.

Pada KLT pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan absorbsi atau partisi solut

antara fase gerak dengan fase diam. Senyawa yang terikat kuat dengan fase diam

teeluasi lama dan memiliki Rf (Retardation factor) yang kecil. Sedangkan

senyawa yang tidak terikat kuat dengan fase diam akan memiliki Rf lebih besar.

Bilangan Rf adalah jarak tempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak yang

ditempuh oleh garis depan fase pengembang (Stahl, 1985).

Menurut Gritter dkk, (1991) kromatografi lapis tipis terbagi atas dua fase

yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam berupa sebuk halus yang berfungsi

sebagai absorben dan fase gerak yang berupa cairan pelarut pengembang.

2.9.2.1 Fase Diam

Fase diam yang digunakan pada kromatografi lapis tipis terdiri sari bahan

padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang terbuat dari kaca,

polimer atau logam. Lapisan ini dibantu dengan perekat yaitu kalium sulfata atau

amilum. Fase diam yang dipakai secara umum ialah silika gel, alumina, kiselgur

dan selulosa (Gritter dkk, 1991).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

26

Sifat yang paling penting pada fase diam adalah ukuran partikel dan

homogenitasnya. Ukuran partikel yang digunakan ialah 1-25 mikron. Partikel

yang besar tidak akan memberikan efek yang memuaskan sehingga fase diam

harus memiliki butiran lebih halus. Butiran yang halus akan memberikan aliran

pelarut yang lambah dan resolusi yang lebih baik (Sastrohamidjojo, 1985).

2.9.2.2 Fase Gerak

Fase gerak adalah media yang berfungsi untuk mengangkut senyawa yang

terdiri dari beberapa pelarut atau campuran beberapa pelarut, maksimal terdiri atas

3 macam pelarut (Stahl, 1985). Fase gerak selalu menggunakan pelarut campuran

dalam memisahkan senyawa organik. Tujuan dari pembuatan pelarut campuran

adalah untuk memperoleh pemisahan yang baik. Kombinasi pelarut berdasarkan

polaritas masing-masing pelarut sehingga dapat diperoleh fase gerak yang cocok.

Fase gerak yang digunakan ialah n-heksana, kabotetraklorida, benzen, kloroform,

eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air (Gritter dkk, 1991).

2.10 Penentuan Aktivitas Antimikroba

Menurut Jorgensen dan Ferraro, (2009) terdapat beberapa macam cara

yang dapat digunakan untuk menguji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik yaitu

broth dilution test, antimicrobial gradient method dan disc diffusion test.

2.10.1 Broth Dilution Test

Gambar 2.3 Media Broth Dilution Test (Jorgensen dan Ferraro, 2009)

Tes ini merupakan tes dilusi cair yang menggunakan tabung reaksi yang

telah diisi dengan larutan antibiotik yang telah diencerkan dua kali dan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

27

ditambahkan bakteri yang akan diuji. Jumlah koloni yang ditambahkan ialah 1-5 x

105 CFU (colony forming unit)/mL. Setelah itu dicampur dan disimpan dalah suhu

35°C selama satu malam. Setelah itu diamati apakah ada pertumbuhan bakteri

dalam tabung tersebut. Jika terdapat pertumbuhan bakteri dalam konsentrasi

antibiotik terendah, maka dapat sebut konsentrasi hambat minimum (KHM) atau

minimum inhibitory concentration (MIC) (Jorgensen dan Ferraro, 2009).

2.10.2 Antimicrobial Gradient Method

Gambar 2.4 Media Antimicrobial Gradient Method (Acharya, 2017)

Antimicrobial Gradient Method menggunakan strip tes plastik tipis yang

bagian bawahnya diberikan antibiotik yang diuji. Dibagian atas strip tes terdapat

skala konsentrasi. Strip tes ini dapat digunakan beberapa kali penggunaan yaitu 5-

6 strip tes. Setelah itu strip tes ini diletakkan secara radial dan merata di media

agar yang telah ditambahkan bakteri. Cara ini sama dengan difusi cakram

(Jorgensen dan Ferraro, 2009).

2.10.3 Disc Diffusion Test

Gambar 2.5 Media Disc Diffusion Test (Anonim, 2016)

Disc Diffusion Test atau dapat disebut juga Kirby-Bauer disc diffusion test

karena mereka menetapkan standarisasi dalam menentukan sensitivitas antibiotik

terhadap bakteri tertentu. Cara ini telah dilakukam mulai awal tahun 1950-an di

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

28

beberapa laboratorium mikrobiologi di Amerika serikat. Setiap laboratorium

disana melakukan penelitian dengan cara mereka sendiri. Sehingga kebutuhan

media, konsentrasi dan lama inkubasi berbeda-beda sehingga menyebabkan hasil

yang berbeda pula. Hal ini menyebabkan kebingungan dan keraguan akan

hasilnya. Oleh karena itu Kirby dan A.W Bauner menetapkan standar prosedur

yang tetap untuk uji sensitivtas dan disetujui oleh WHO sehingga uji ini disebut

juga Kirby-Bauer disc diffusion test (Hudzicki, 2013).

Uji ini hampir sama dengan uji Antimicrobial Gradient Method. Media yang

digunakan ialah petri yang berisi agar Muller-Hinton (MHA). Pada media agar di

sebarkan bakteri hingga merata di semua sisi media. Lalu diletakkan antibiotik

yang akan diuji di atas media agar MHA. Media agar kemudian diinkubasi pada

suhu 35-37°C selama 18-24 jam. Khusus untuk MRSA tidak diperbolehkan

disimpan pada suhu diatas 35°C (Hudzicki, 2013).

2.11 Pengukuran Zona Hambat

Pengukuran zona hambat dilakukan pada zona bening disekeliling cakram.

Diameter zona yang terbentuk ini diukur dengan menggunakan jangka sorong

(Pratiwi, 2008). Menurut Clinical and Laboratory Standards Institute, (2018)

diameter zona hambat ≥ 20 mm termasuk dalam kategori Suceptible, diameter

zona hambar 15-19 mm termasuk dalam kategori Intermediate, diameter zona

hambat ≤ 14 mm termasuk dalam kategori Resistant.

2.11.1 Standar Mc Farland

Standar McFarland digunakan untuk standarisasi perkiraan jumlah bakteri

dalam cairan suspensi dibandingkan dengan kekeruhan tes standar McFarland.

Standar McFarland adalah solusi kimia dari barium klorida dan asam sulfat, reaksi

antara dua bahan kimia ini menghasilkan endapan halus barium sulfat. Saat

dikocok, kekeruhan sebuah Standar McFarland secara visual sebanding dengan

suspensi uji bakteri dengan konsentrasi tertentu (Dalynn Biologicals, 2014).

Pembuatan standar McFarland 0,5 dengan cara 0,05 ml Barium clorida

(BaCl2) 1% dalam aquades lalu ditambahkan 9,95 ml Asam sulfat (H2SO4) 1%

Krmudian disimpan ditempat yang terhindar dari sinar matahari langsung

(Nurhayati, 2007).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tanaman Bawang ...eprints.umm.ac.id/48803/3/BAB II.pdf · tulang daun pararel/sejajar (Krismawati dkk, 2004). 2.1.3 Manfaat Bawang Dayak

29

Tabel II.1 Tabel Standar Kekeruhan Mc Farland (Dalynn Biologicals, 2014)

McFarland

Standard

1% BaCl2

(mL)

1%

H2SO4

(mL)

Approximate Bacterial

Suspension/mL

0,5 0,005 9,95 1,5 x 108

1,0 0,10 9,90 3,0 x 108

2,0 0,20 9,80 6,0 x 108

3,0 0,30 9,70 9,0 x 108

4,0 0,40 9,60 1,2 x 108

5,0 0,50 9,50 1,5 x 109

6,0 0,60 9,40 1,8 x 109

7,0 0,70 9,30 2,1 x 109

8,0 0,80 9,20 2,4 x 109

9,0 0,90 9,10 2,7 x 109

10,0 10,0 9,0 3,0 x 109