Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dari berbagai definisi dari para ahli manajemen dapat diartikan sebagai
berikut “manajemen selalu dikaitkan dengan usaha dari sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu yang berupa kesejahteraan dan kebahagiaan dari semua
orang dengan cara teknis terarah yang didukung oleh peralatan, serta dilaksanakan
dengan urutan kegiatan tertentu dengan maksud memperoleh hasil yang optimal”.
Atau dapat dibuat gambar 2.1 sebagai berikut :
Gambar 2. 1 Diagram Alur Untuk Mencapai Usaha Yang Optimal
Hirschman (1967 : 1) dalam Rondinelli (1990 : 6) menyebutkan bahwa proyek
merupakan sejenis investasi khusus yang mengacu pada kegunaan, ukuran yang pas,
lokasi yang jelas, memperkenalkan sesuatu yang bersifat baru dan adanya maksud bahwa
susunan pembangunan lebih lanjut dapat dilakukan secara lebih kompleks. Sedangkan
menurut Gray, dkk (1992 : 1) proyek menjadikan aktivitas - aktivitas yang dapat
direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan
sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berbentuk
investasi baru seperti pembangunan pabrik, pembuatan jalan raya, kerata api, irigasi,
Kelompok
orang
Usaha
Cara atau Teknik
Peralatan Tujuan
6
bendungan, pendirian gedung sekolah, survey atau penelitian, perluasan program yang
sedang berjalan, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian proyek diatas, ciri-ciri proyek antara lain sebagai
berikut :
a. Bertujuan menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir atau
hasil kerja akhir.
b. Dalam proses pelaksanaan, ditentukan jumlah biaya, jadwal, serta kriteria
mutu.
c. Bersifat sementara dalam definisi umurnya dibatasi oleh selesainya tugas.
Titik awal dan akhir ditentukan dengan jelas.
d. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah
sepanjang proyek berlangsung.
e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya.
Proyek dapat dikelompokkan sebagai berikut, adalah :
1. Proyek Engineering – Konstruksi
Kegiatan utamanya adalah studi kelayakan, design engineering, pengadaan
dan konstruksi. Hasilnya berupa pembangunan jembatan, gedung,
pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya. Yang biasanya menyerap
kebutuhan sumber daya yang besar serta dapat dimanfaatkan oleh orang
banyak.
2. Proyek Engineering – Manufaktur
Dimaksud untuk membuat produk baru, meliputi pengembangan produk,
manufaktur, perakitan, uji coba fungsi dan operasi produk yang dihasilkan.
3. Proyek Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan utamanya merupakan melakukan penelitian dan pengembangan
dalam rangka menghasilkan produk tertentu. Proses pelaksanaan serta
lingkup kerja yang dilakukan sering mengalami perubahan untuk
menyesuaikan dengan tujuan akhir proyek. Tujuan proyek dapat berupa
memperbaiki atau meningkatkan produk, pelayanan, atau metode produksi.
7
4. Proyek Pelayanan Manajemen
Proyek ini tidak memberikan hasil dalam bentuk fisik, tetapi laporan akhir,
misalnya merancang sistem informasi manajemen.
5. Proyek Konservasi Bio-Diversity
Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan
usaha pelastarian lingkungan.
6. Proyek Radio-Telekomunikasi
Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi dapat menjangkau
area yang luas dengan biaya minimal.
7. Proyek Kapital
Proyek kapital adalah proyek yang bersangkutan dengan penggunaan dana
besar untuk investasi.
Proyek dapat diartikan sebagai cara yang diorganisasikan untuk mencapai
sasaran, tujuan dan harapan-harapan penting dengan menggunakan anggaran dana
dengan sumber daya yang tersedia yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
tertentu (Istimawan Dipohusodo, 1996:9).
Di dalam proses mencapai tujuan tersebut telah ditentukan batasan biaya
(anggaran) yang dialokasikan, dan jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga
batasan diatas disebut juga tiga kendala (triple constrain) yang sering di asosiasikan
sebagai sasaran proyek (Iman Soeharto, 1995:1-2)
2.2 Sasaran Proyek
Menurut Imam Soeharto (1995), dalam proses mencapai tujuan dalam suatu
proyek, telah ditentukan batasan, adalah besar biaya (anggaran) yang dialokasikan dan
jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan itu disebut tiga kendala (Triple
Constrain) yang sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Dapat lihat pada gambar
2.2
8
Jadwal Mutu
Waktu Kerja
Gambar 2. 2 Tiga Kendala Yang sering Diasosiasikan Sebagai Sasaran Proyek
Sumber : Imam Soeharto
2.3 Metode Bagan Balok ( Bar chart )
Dalam dunia kontruksi, teknik penjadwalan yang paling sering
digunakan merupakan Barchart atau Diagram Batang atau Bagan Balok.
Barchart merupakan sekumpulan aktivitas yang ditempatkan dalam kolom
vertical, sementara waktu ditempatkan dalam baris horizontal. Waktu mulai
dan selesai setiap kegiatan beserta durasinya ditunjukkan dengan
menempatkan balok horizontal dibagian sebelah kanan dari setiap aktivitas.
Estimasi waktu mulai dan selesai dapat ditentukan dari skala waktu horizontal
pada bagian atas bagan. Panjang dari balok menunjukan durasi dan aktivitas
dan biasanya aktivitas – aktivitas tersebut disusun berdasarkan kronologi
pekerjaannya (Callahan, 1992).
Metode bagan balok diperkenalkan oleh Henry L. pada tahun 1917.
Bagan balok digunakan secara luas dalam proyek konstruksi karena
sederhana, mudah pembuatannya, dan mudah dimengerti oleh pemakainya.
Bagan balok merupakan sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam
kolom vertical, sedangkan kolom arah horizontal menunjukkan skala waktu.
Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat dilihat dengan jelas
sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang
(Wulfram. Evrianto, 2002:15)
Anggaran
9
Contoh Bagan Balok
Tabel 2. 1 Contoh Bagan Balok
Sumber : Imam Soeharto
2.4 Metode Precedence Diagram Method (PDM)
Precedence Diagram Method (PDM) merupakan salah satu teknik
penjadwalan yang termasuk dalam teknik penjadwalan Network Planning dan
rencana jaringan kerja. Berbeda dengan AOA (Activity on Arrow) yang
menitikberatkan kegiatan pada anak panah, PDM juga menitikberatkan
kegiatan pada node sehingga kadang disebut juga Activity on Node .
Metode Preseden Diagram (PDM) merupakan metode yang digunakan
untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan pengendalian proyek. Metode
ini digunakan untuk meningkatkan waktu pengerjaan suatu proyek sehingga
proyek tersebut akan selesai dengan waktu yang relatif cepat. Dengan
demikian akan dicari penyelesaian proyek tercepat, Maka digunakan hitungan
maju mundur dengan memaksimalkan konstrain.
Dalam penentuan jaringan kerja (Network), jalur kritis dan slack atau
float menggunakan diagram preseden. Hal ini digunakan untuk mengatasi
adanya rangkaian kegiatan yang tumpang tindih (overlaping) dan berulang-
ulang sehingga memerlukan garis dummy yang banyak.
10
No. & Pekerjaan
E S Nama
kegiatan
E F
E F L F
FF TF
No. & Nama Kegiatan
ES/LS
EF/LF
FF
TF
Waktu Penyelesaian
(D)
Nomor Urut
E S Nama
kegiatan
Waktu
Penyelesaian (D)
E S
L S Nama
kegiatan
Waktu
Penyelesaian
L F
Pada dasarnya perhitungan metode PDM ini meiliki kesamaan
dengan CPM, hanya saja yang membedakan merupakan pada pemakaian
hubungan ketergantungan, dimana PDM mempunyai empat hubungan
ketergantungan. Sehingga diagram PDM tersebut nampak relatif lebih
sederhana bila dibandingkan dengan CPM dikarenakan hubungan
overlapping dari kegiatan yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah
jumlah kegiatan. Oleh karena itu, metode ini lebih cocok bila digunakan
untuk penjadwalan kegiatan yang tumpang tindih atau berulang dari pada
menggunakan CPM (Joe Daniel Hutagaol dan Sendi, 2007: 22).
Kelebihan dan kelemahan pada PDM di suatu kegiatan mampu
dikerjakan tanpa menunggu kegiatan pendahulunya selesai 100%, hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara tumpang tindih (overlapping),. Walaupun
penggunaan PDM lebih logis dibandingkan dengan metode yang lainnya,
akan tetapi penggambaran masih dalam bentuk network yang hanya dapat
dibaca/dimengerti oleh level manajemen tertentu saja. Penggunaan PDM saat
ini sudah sangat popular, terutama perhitungannya yang sekarang telah
dikomputerisasikan.
Metode PDM yang digunakan merupakan Activity on Node (AON)
dimana tanda panah hanya menyatakan keterkaitan antara kegiatan. Kegiatan
dari peristiwa pada PDM ditulis dalam bentuk node yang berbentuk kotak
segi empat.
Gambar 2. 3 Node Kegiatan PDM
11
Keterangan :
D = Durasi (waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan)
ES = Earliest Start (waktu memulai kegiatan paling awal)
EF = Earliest Finish (waktu penyelesaian kegiatan paling cepat)
LS = Latest Start (waktu memulai kegiatan paling lambat)
LF = Latest Finish (waktu penyelesaian kegiatan paling lambat)
FF = Free Float (jumlah waktu tunda atau memperpanjang waktu kegiatan
tanpa mempengaruhi waktu awal kegiatan berikutnya)
TF = Total Float (jumlah waktu tunda atau memperpanjang waktu
kegiatan tanpa memperhitungkan akhir proyek)
Rumus :
EF = ES + D LS = LF – D ……….…….(2.5)
FF = ES(i) – EF(j) ……….…….(2.5)
TF = LF – EF ……….…….(2.6)
a. Target Waktu Penyelesaian Proyek T(d)
Sebelum masuk ke target penyelesaian proyek T(d) kita dapat
menghitung kemungkinan suatu proyek dapat berakhir paling cepat atau
paling lambat pada durasi berdasarkan nilai te, adalah dengan
menggunakan rumus :
TE = TEkritis ±3S ……….…….(2.7)
TEpaling lambat = TEkritis +3S ……….…….(2.8)
TEpaling cepat = TEkritis -3S ……….…….(2.9)
Hubungan antara waktu yang diharapkan T(d) pada metode PERT
dinyatakan dalam z dan dirumuskan seperti pada persamaan 2.7.
12
z = 𝑇(𝑑)−𝑇𝐸
𝑆 ……….…….(2.10)
Keterangan: z : angka distribusi normal T(d) : target waktu
TE : jumlah hari jalur kritis s : Standard deviasi
2.5 Optimalisasi Penjadwalan Proyek
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjadwalan dan
Apemakaian tenaga kerja pada sebuah proyek merupakan usaha menghindari
terjadinya kebutuhan sumber daya yang fluktuatif, oleh sebab itu ketika selesai
pada tahap awal perancanaan penjadwalan haruslah ditinjau lagi sumber daya
yang diperlukan. Dengan cara pemerataan pemakaian sumber daya itu sendiri.
Faktor faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan optimalisasi
penjadwalan terhadap sumber daya yang dibutuhkan menurut Iman Soeharto
(1997) antara lain:
- Mencari hubungan jadwal-biaya yang ekonomis.
- Menyusun ulang jadwal dengan keterbatasan sumber daya.
- Meratakan pemakaian sumber daya.
Pemerataan sumber daya yang dibutuhkan dapat direncanakan apabila
sebuah penjadwalan telah dibuat, dengan cara membuat koordinat y dan x, pada
sumbu x dicantumkan sumber daya, dan sumbu y menunjukkan kurun waktu.
Temukan jalur kritis dan float (waktu luang) pada rangkaian kegiatan yang telah
dibuat, kemudian komponen-komponen kegiatan proyek digambarkan pada
koordinat yang telah disiapkan. Komponen kegiatan yang bukan non kritis atau
yang memiliki float inilah yang kemudian diatur sedemikian rupa terhadap
waktu, sehingga tidak terjadi kebutuhan sumber daya yang terlalu fluktuatif.
2.6 Metode Program Evaluation dan Review Technique (PERT)
Metode PERT merupakan cara perencanaan dengan jaringan – jaringan
pekerjaan yang dihubungkan dengan pertimbangan tertentu. Metode ini sperti
halnya CPM (Critical Path Method) memerlukan beberapa parameter, salah
13
satunya durasi aktivitas. Penentuan durasi aktivitas pada CPM mengacu pada
durasi pasti (fix duration), artinya cukup melakukan estimasi satu durasi aktivitas.
Karakteristik proyek menyebabkan durasi aktivitas menjadi hal yang tidak
pasti karena durasi aktivitas dipengaruhi oleh bermacam – macam kondisi yang
bervariasi. Metode PERT memberasumsi pada durasi aktivitas sebagi hal yang
probabilistic (stochastic) dikarenakan aktivitas kontruksi bervariasi.
Konsep dasar PERT ialah bahwa program dibagi dalam tugas – tugas yang
berciri tersendiri, terinci, serta terjadwal, yang disusun dalam aringan terpadu.
Bagi masing – masing tugas atau kegiatan dijatahkan segenap variable yang
penting adalah waktu, sumber daya, dan unjuk kerja teknik. Kemudian di
selenggarakan suatu sistem pelaporan yang sistematis yang memungkinkan
pengkajian yang terus menerus terhadap suatu program ( Hajek, 1994 : 87)
Penjadwalan melalui proses estimasi menagandung unsur ketidakpastian.
Cara yang formal untuk memasukkan ketidakpastian pada penjadwalan
merupakan menganalisis penjadwalan secara probabilistik. Dalam hal ini dapat
digunakan PERT atau simulasi Monte Carlo (Ervianto, 2004:35).
Pembangunan melibatkan banyak aktivitas. Tiap aktivitas memerlukkan
sejumlah waktu yang didefinisikan sebagai durasi. Durasi merupakan sebuah
besaran statistik probabilistik yang dinyatakan dalam satu interval nilai. Maka
total waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pembanguan juga dinyatakan
dalam satu invterval waktu., sehingga penepatan waktu penyelesaian proyek
dengan metode PERT dirasakan lebih realistis (Budi Martami dan Robby
Gunawan, 2002:25).
Program Evaluation Review Teechnique (PERT) merupakan suatu metode
penjadwalan dengan menimbang durasi aktivitas yang bersifat tidak pasti. PERT
mengasumsikan fungsi kerapatan probabilitas durasi aktivitas mengikuti distribusi
beta. Analisis dalam PERT disederhankan dengan menggunakan nilai – nilai
tertentu parameter distribusi beta. Penentuan jalur kritis hanya menimbang mean
durai untuk menentukan jalur kristis, dan probabilitas total durasi di dapatkan
berdasarkan jalur kritis saja (Andreas Wibowo, 2001:1)
14
PERT pada dasarnya merupakan metode yang berorientasi pada waktu, dalam
artian bahwa metode PERT akan berakhir dengan menentukan penjadwalan
waktu, Metode PERT termasuk teknik penjadwalan karena PERT terdiri dari tiga
tahapan, adalah : perencanaan, penjadwalan dan pengontrolan/pengawasan.
Tahapan perencanaan dimulai dengan memecahkan/menguraikan proyek
menjadi kegiatan – kegiatan. Estimasi waktu untuk kegiatan – kegiatan ini
kemudian ditentukan dan diagram jaringan kerja yang dinyatakan dengan gambar
anak panah mulai dibuat dimana panjang anak panah menunjukan kegiatan.
Keseluruhan diagram anak panah memberikan suatu representasi grafis mengenai
keterkaitan antara berbagai kegiatan suatu proyek.
Tujuan akhir dalam tahap penjadwalan ialah membentuk time chart yang
menunjukan waktu yang dimulai dan selesainya setiap kegiatan serta
hubungannya satu sama lain dalam proyek. Jadwal harus mampu menunjukan
kegiatan – kegiatan yang kritis dilihat segi waktu yang memerlukan perhatian
khusus kalau proyek harus selesai tepat pada waktunya. Bagi kegiatan – kegiatan
yang tidak tergolong jalur kritis jadwal harus menentukan banyaknya waktu yang
mengambang (slack) yang dapat dipergunakan ketika kegiatan tertunda atau kalau
sumber daya yang terbatas digunakan secara efektif.
1. Manfaat dan Metode PERT merupakan ,
• Dapat mengidentifikasi jalur krisis dalam hal ini merupakan jalur
elemen – elemen kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian
proyek sebagai keseluruhan.
• Mempunyai kemampuan untuk mengadakan perubahan – perubahan
sumber daya dan memerhatikan efek terhadap waktu selesainya proyek.
• Mempunyai kemampuan memperkirakan efek – efek dari hasil yang
dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana apabila
diimplementasikan / dilaksanakan.
2. Probabilitas PERT
Karena ketidaktentuan selalu menyelimuti proyek yang belum pernah
dikerjakan dalam cara yang sama, estimasi waktu untuk suatu aktivitas
15
sebenarnya lebih baik diungkapakan dalam distribusi probabilitas daripada
estimasi tunggal.
Untuk menggambarkan variasi waktu aktivitas dalam jaringan kerja
PERT, digunakan deviasi standar waktu aktivitas. Karena ada tiga estimasi
waktu untuk setiap akivitas. Maka dapat dihitung deviasi standar untuk
aktivitas tersebut. Perbedaaan antara waktu a dan waktu b menggambarkan
jarak dari ujung ekstrim sebelah kiri ke ujung ekstrim sebelah kanan pada
distribusi kemungkinan waktu kegiatan jaraknya 3 deviasi standar. Oleh
karena itu, antara a dan b terdapat enam bagian yang disebut deviasi
standar.
Gambar 2. 4 Kurva Normal
(Sumber : www.image-deviasi-pert/google.com)
3. Tiga Estimasi Waktu pada PERT
PERT merupakan teknik manajemen proyek yang menggunakan tiga
estimasi waktu untuk tiap kegiatan (Prasetya dan lukiastuti, 2009 : 33).
Tiga estimasi tersebut, adalah a, b, dan m yang mempunyai arti sebagi
berikut (Soeharto, 199 : 268) :
16
• a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time), adalah durasi
tercepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila
segala sesuatunya berjalan dengan baik.
• m = kurun waktu yang paling mungkin (most likely time), adalah
durasi yang paling sering terjadi bila suatu kegiatan dilakukan
berulang – ulang dengan kondisi yang hampir sama.
• b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time), adalah durasi
yang paling lama dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila
segala sesuatunya berjalan dalam kondisi buruk.
Garis besar Metode PERT dan CPM hampir sama
dalam pengelolaan jaringannya. Perbedaannya terdapat pada
penentuan durasi aktivitas dan durasi jalur kritis. Garis besar
Metode PERT merupakan sebagai berikut :
a. Penentuan aktivitas beserta durasinya. PERT menggunakan tiga
asumsi durasi aktivitas, yakni to (optimistic time), tp (pessimistic
time), dan tm (most likely time).
b. Korelasi waktu dengan continous distribution, serta menentukan
expected time (te), standar deviasi (S), dan varian (V(te)).
c. Expected time (te) ditentukan sebagai durasi aktivitas, kemudian
dicari jalur kritis seperti halnya pada CPM.
d. Tentukan durasi proyek dari lintasan kritis tersebut
menggunakan diagram pekerjaan.
Hal-hal diatas memberi pemahaman terhadap PERT bahwa durasi
aktivitas merupakan hal yang probabilistik. Asumsi PERT yang harus
dilakukan:
a. Masing-masing durasi aktivitas ditunjukan sebagai continous
probability distribution dengan durasi rata-rata, standar deviasi,
dan varian dapat ditentukan.
b. Distribusi dari durasi jalur kritis dapat ditentukan dari durasi
rata-rata, dan varian jalur kritis.
17
Penentuan to, tp, dan tm merupakan langkah awal dari
PERT, karena ketiga asumsi waktu ini menentukan te. Tiga durasi
tersebut diasumsikan sebagai fungsi atau generalisasi dari distribusi beta
dengan variable durasi aktivitas yang berarti durasi PERT merupakan
statistical data tidak keluar dari daerah distribusinya. Fungsi distribusi
beta digunakan sebagai dasar untuk menentukan durasi (te) , standar
deviasi (se), dan varian (ve) PERT sebagai berikut:
te = (to + 4tm+ tp)/6 ……….…….(2.1)
s = (tp-to)/6 ……….…….(2.2)
V(te) = s2
={(tp-to)/6}2
......................(2.3)
Keterangan:
te : Expected time tp : pesimistis time
to : optimistis time s : Standard deviasi
tm : most likely V(te) : Variansi
Perumusan tersebut menunjukan bahwa durasi aktivitas
diasumsikan sebagai continous probability distribution adalah distribusi
beta. Arti se dan ve merupakan sebagai indikator tingkat variabilitas te
yang kita peroleh. te merupakan durasi proyek yang diinginkan
merupakan jumlah dari te jalur kritis. ve merupakan jumlah ve jalur kritis,
demikian juga halnya se yang keduanya merupakan gambaran variabilitas
dari te. Perhitungan dimungkinkan adanya dua atau lebih jalur kritis,
sehingga sebagai te dipilih jalur kritis dengan ve paling besar.
Metode PERT mendefinisikan bahwa durasi terdistribusi menurut
fungsi beta (Stevens, 1990)
18
Gambar 2. 5 Probabilitas Tiga Estimasi Waktu Metode PERT
(Sumber : soeharto, 1999 : 270)
Kemudian durasi proyek yang diharapkan te (Uher, 1996 :153)
merupakan jumlah durasi dari kegiatan kritis dengan asumsi bahwa
semua kegiatan merupakan independen. Hal itu berarti nilai mean dari
durasi proyek yang diharapkan terdistribusi normal sesuai dengan
Central Limit Theorem ( Bhattacharya dan Jhonson, 1997) yang
menyatakan bahwa dalam suatu populasi, fungsi distribusi apapun dapat
diasumsikan sebagai fungsi distribusi normal jika jumlah sample cukup
banyak. Adapun standar deviasi dari distribusi durasi proyek yang
diharapkan s merupakan akar jumlah kuadrat dari standar deviasi pada
kegiatan kritis.
19
Gambar 2. 6 Kurva Distribusi Normal
(Sumber : Soeharto, 1999 : 274)
𝑇𝑒 = ∑(𝑡𝑒) untuk kegiatan kritis … … … … … … … . . (3)
𝑠 = √∑ 𝑠2 untuk kegiatan kritis……………………..(4)
Sedangkan nilai probabilitas Z, merupakan sebagai berikut :
𝑍 = 𝑇𝑠−𝑇𝑒
𝑆 ..........................................................(5)
Dimana :
Te : merupakan waktu penyelesaian proyek yang diharapkan
te : merupakan mean durasi kegiatan yang diharapkan
S : merupakan standar deviasi dari distribusi durasi proyek
yang diharapkan
S : merupakan standar deviasi kegiatan
Ts : merupakan target waktu penyelesaian proyek
Z : merupakan nilai probabilitas
Kemudian nilai Z tersebut dikonversikan ke dalam tabel distribusi
normal. Di dalam metode PERT float dikenal dengan nama slack , ada
dua bentuk slack yang terdapat pada metode ini, adalah :
20
Activity Slack (AS) = LSD – EFD dan Event Slack (ES) = Ts – Te
Di mana : LSDj merupakan Latest Start Duration-j
EFDi merupakan Earliest Finish Duration-i
PERT menggunakan variasi aktivitas jalur kritis untuk membantu
menentukan variansi proyek keseluruhan. Variansi proyek dihitung dengan
menjumlahkan variansi kegiatan – kegiatan responsif.
ℴ2 = variansi proyek = ∑ (variansi aktivitas jalur kritis)……………… (3)
Untuk mengetahui jalur kritis, kita menghitung dua waktu awal dan
akhir yang berbeda setiap aktivitas. Hal itu dilakukan sebagai berikut :
• Mulai paling awal (Earliest Start – ES) : Waktu paling awal suatu
aktivitas dapat dimulai dngan asumsi semua pendahulunya sudah
selesai.
• Selesai paling awal (Earliest Finish – EF) : Waktu paling awal
suatu aktivitas dapat selesai.
• Mulai paling lambat (Latest Start – LS) : Waktu terakhir suatu
aktivitas dapat dimulai sehingga tida menunda waktu penyelesaian
keseluruhan proyek.
• Selesai paling lambat (Latest Finish – LF) : Waktu terakhir suatu
aktivitas dapat selesai sehingga tidak menunda penyelesaian
keseluruhan proyek.
2.7 Kurva S
Kurva – S bertujuan untuk memberikan gambaran kemajuan pekerjaan
dengan waktu. Penetapan kurva – S ini menyangkut adalah perencanaan dan
pengendalian. Perencanaan berarti merencanakan jadwal pendanaan (cash
flow). Dengan cara yang sama kita dapat merencanakan sumber daya lain
seperti tenaga kerja dan peralatan.
21
Sumbu x merupakan nilai komulatif biaya atau jam orang yang telah
digunakan atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan, sedangkan pada skala
sumbu y menunjukkan parameter waktu. Hal ini menggambarkan kemajuan
volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang siklus proyek. Diagram kurva –
S merupakan prestasi dari sebuah proyek, sub proyek ataupun kumpulan
aktivitas yang dapat dibuat kurva – Snya. Kurva yang dibuat dengan sumbu
vertikal dan sumbu horisontal sebagai waktu dan biaya dari masing-masing
angka yang akan menghasilkan prosentase penyelesaian proyek sudah
mencapai 57% ini akan berbentuk huruf S yang menggambarkan kegiatan
proyek sebai berikut :
Gambar 2. 7 Contoh Kurva S
(Sumber : Imam Soeharto)
2.8 Komputerisasi Dalam Manajemen Proyek
Dalam melaksanakan proyek, khususnya dalam proyek-proyek yang
berskala besar, sangat diperlukan sekali sistem penjadwalan yang tepat
sistematis dan logis. Sehingga dalam pelaksanaannya nanti bisa sesuai dengan
perencanaan. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi penyimpangan
dalam pelaksanaan di lapangan nanti yang mungkin bisa di sebabkan karena
Kurva “S”
% 57
100
75
50
25
0
4 8 12 16 20 24 28 32
Waktu
Akhir Awal
Biaya
22
adanya suatu kendala yang terjadi diluar jangkauan manusia. Dengan
menggunakan program komputer bukan berarti semua masalah bisa teratasi,
tetapi paling tidak bisa mengurangi dan meminimalkan kesalahan yang
mungkin terjadi.
Ms Project 2003 merupakan pengembangan dari Ms Project
2000.yang telah diluncurkan terlebih dahulu. Sebagaimana PM Software yang
lain, software ini digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah
manajemen proyek atau manajemen konstruksi.
Secara umum fungsinya merupakan :
1. Membantu penjadwalan dalam proyek
2. Membantu pengaturan sumber daya manusia dan bahan
3. Membantu optimasi penggunaan waktu dan sumber daya (waktu mengikuti
sumber daya atau sebaliknya).
2.9 Sumber Daya dalam Manejemen Proyek
2.9.1 Manajemen Proyek
Sumber daya pada proyek menejemen bisa juga disebut perengkat
manajemen yang berarti merupakan satu perangkat ( alat ) yang
dipergunakan untuk mengoptimalkan manajemen dalam upaya mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan .
Menurut Ervianto (2002), manajemen proyek merupakan sebuah disiplin
keilmuan manajemen mulai dari hal perencanaan, pengorganisasian, hingga
pengelolaan (pengendalian dan penggunaan) sumber daya, untuk dapat
mencapai tujuan-tujuan proyek. Untuk mengelola pengetahuan tentang
manajemen proyek, beberapa prinsip berikut harus diketahui dan dipahami
terlebih dahulu :
a. Melakukan aktivitas pekerjaan berdasarkan kelompok-kelompok.
b. Setiap kelompok membutuhkan input atau sumber daya dalam
menjalankan tugasnya.
c. Setiap proses membutuhkan metode dan alat (tool) yang memadai.
23
d. Hasil ataupun output yang dihasilkan sebagai salah satu referensi dalam
merencanakan dan mengatur sebuah proyek.
2.9.1.1 Kerangka Manajemen Proyek
Ada tiga konteks pemahaman dan kerangka proyek menurut Schwalbe
K. (2002) , adalah berupa:
1. Komponen proyek, adalah tentang lingkungan internal serta kondisi
eksternal dari proyek yang dikerjakan, yang mencakup ruang lingkup,
biaya, kualitas serta waktu.
2. Rangkaian proses manajemen proyek, dimana terjadi sebuah fase-
fase yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan dilanjutkan
dengan penyerahan hasil proyek yang telah dikerjakan.
3. Pengetahuan manajemen proyek, dimana aspek ini berfungsi dalam
menjalankan sebuah organisasi dengan baik, diantaranya dalam hal
manajemen ruang lingkup, kualitas, waktu, biaya, komunikasi,
manajemen sumber daya serta pengadaan alat maupun bahan.
Gambar 2. 8 Empat komponen proyek yang saling berpengaruh
(Sumber : Schwalbe K., 2002)
24
2.9.1.2 Rangkaian Proses Manajemen Proyek
Agar semua komponen proyek dapat terealisasi dan dijalankan dengan
baik, pelaksanaan proyek membutuhkan tahapan-tahapan yang terintegrasi.
Tahapan tersebut menurut Ervianto (2002), dilakukan dengan beberapa fase
sebagai berikut:
a. Pendefinisian proyek : adalah pendefinisian tentang proyek yang akan
direncanakan atau di gagas.
b. Perencanaan awal proyek : dimana perencanaan ini merupakan awal
mula dari sebuah kegiatan proyek sebelum proyek tersebut
dilaksanakan.
c. Pelaksanaan proyek : adalah proses dimana semua hasil dari
perencanaan dilakukan, dan didalamnya terdapat pekerjaan-pekerjaan
yang diharapkan akan menghasilkan produk sesuai pada perencanaan
yang sudah dibuat.
d. Pengendalian proyek : merupakan proses dari pengawasan sehingga
diharapkan tidak akan ada penyimpangan dari rencana yang telah
direncanakan pada fase perencanaan.
e. Project closing : merupakan proses serah terima serta persetujuan bahwa
proyek yang direncanakan telah dilaksanakan seperti pada rencana yang
telah dibuat seperti pada fase awal.
2.9.2 Sumber Daya
Yang dimaksud dengan tenaga kerja merupakan besarnya jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan
pekerjaan. Untuk menyelenggarakan proyek, Menurut imam Soeharto ( 1995 : 161 ),
salah satu sumber daya yang menjadi faktor penentu keberhasilan dalam pelaksanaan
proyek merupakan tenaga kerja, jenis dan intensitas kegiatan proyek selalu berubah
cepat sepanjang siklusnya, sehingga penyediaan jumlah tenaga kerja, jenis
keterampilan dan keahlian harus mengikuti petunjuk perubahan aktivitas yang sedang
berlangsung. Tenaga kerja yang diharapkan tentunya tenaga kerja yang produktif yang
dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu, untuk merencanakan tenaga kerja
25
proyek yang realistis perlu di perhatikan bermacam – macam faktor, diantaranya yang
terpenting merupakan sebagai berikut ini (imam soeharto, 1998:131) :
1. Produktivitas tenaga kerja.
2. Tenaga kerja periode puncak (peak).
3. Jumlah tenaga kerja kantor pusat.
4. Estimasi jumlah tenaga kerja kontruksi di lapangan.
5. Meratakan jumlah tenaga guna mencegah gejolak (fluctuation) yang tajam
Dilihat dari bentuk hubungan kerja antar pihak yang bersangkutan, Maka
tenga kerja proyek khususnya tenaga kerja kontruksi dibedakan menjadi (imam
soeharto, 1998:147)
1. Tenaga kerja langsung (Direct hire)
Tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang direkrut dan
mentandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor
umumnya diikuti dengan latihan, sampai dianggap cukup memeliki
pengetahuan dana kecakapan dasar.
2. Tenaga kerja borongan
Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang bekerja berdasarkan
ikatan kerja yang bekerja berdasarkan ikatan kerja yang ada antara
perusahaan penyedia tenaga kerja (labor supplier) dengan kontrakator untuk
jangka waktu tertentu.
2.9.3 Material dan Peralatan
Pada prinsipnya penggunaan dan pemilihan alat berat itu disebut berdaya
guna dan berhasil guna tinggi kalau peralatan yang di maksud menghasilkan “
Produksi “ yang tinggi. Tetapi menggunakan biaya yang rendah, Perencanaan
yang teliti untuk penggunaan peralatan dari hasil survey lapangan yang cermat
dan penggunaan peralatan yang baik akan menghasilkan daya – guna dan hasil –
guna yang tinggi, sehingga urutan kegiatan dapat di gambarkan sebagai berikut :
26
Gambar 2. 9 Urutan kegiatan penggunaan mesin dan peralatan
2.9.3.1 Material
Yang dimaksud dengan material dan bahan disini merupakan semua bahan
yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu kegiatan atau pelaksanaan suatu
proyek komersial, nilai bahan, peralatan dan jasa yang di beli dari luar bisa
mencapai separuh biaya total proyek. Oleh karena itu pengaturan penggunaan
material sangat penting dan harus dilaksanakan secara efisien guna mencegah
terjadinya keterlambatan yang diakibatkan oleh kekurangan bahan dalam
pelaksanaan proyek atau karena adanya barang – barang yang ternyata tidak
cocok dengan tujuan pemakaian. Dengan penggunaan material yang efisien
dapat dicegah terjadinya pengeluaran bahan yang berlebihan yang bisa
mengakibatkan kekurangan laba usaha.
Setiap kegiatan proyek konstruksi pastilah membutuhkan material, dalam
hal ini material bangunan untuk pelaksanaannya. Perencanaan pemilihan
material membutuhkan informasi-informasi yang menunjang kegiatan-kegiatan
proyek agara keterkaitan penyediaan dan penggunaan material terhadap sutau
pekerjaan dapat berlangsung lancar. Peran logistik sebagai penyedia material
sangat penting dalam menjamin ketersediaan serta kualitas yang diinginkan,
(Abrar Husen, 2009).
Informasi yang dibutuhkan dalam penyediaan material antara lain :
1. Kualitas material : menggunakan tipe tertentu sesuai dengan kebutuhan
proyek yang diisyaratkan sesuai spesifikasi perencaaan proyek.
Pemeriksaan keadaan lapangan
Rencana Teknis
Rencana Pelaksanaan
27
2. Spesifikasi teknis material : dimana informasi ini dibutuhkan dalam
penentuan apakah material yang akan digunakan sesuai spesifikasi yang
dibutuhkan atau tidak.
3. Penawaran yang berasal dari beberapa pemasok : sehingga perencana
dapat memilih dan menunjuk pemasuk mana yang tepat sesuai dengan
harga dan kualitas.
4. Waktu peneriamaan (delivery) : dimana penerimaan sebuah material
harus disesuaikan dengan schedule pemakaian material, sehingga tidak
terjadi penundaan atau keterlambatan dalam penggunaannya.
5. Pajak jual material : hal ini akan berkaitan dengan harga satuan, apakah
sudah termasuk pajak dalam pembelian material atau belum.
6. Term dan kondisi pembayaran yang baik merupakan sesuai cashflow
yang telah direncanakan sehingga tidak melebihi dan keluar dari
perencanaan di awal rencana proyek.
7. Penjual atau pemasok material merupakan yang paling baik menurut
reputasi nya, sehingga diharapkan akan terjadi kerjasama yang baik
dalam pelaksanaan pekerjaan proyek. Yang nantinya tidak terjadi
keterlambatan kerja karena material yang terkendala.
8. Tempat penimbunan material sebagai salah satu upaya untuk melakukan
penyimpanan material yang telah didatangkan untuk pekerjaan
selanjutnya
2.9.3.2 Peralatan
Menurut Dipohusodo (1996), pengadaan peralatan seperti penggunaan,
penyewaan pada kontraktor, catatan pembukuan, servis dan pemeliharaan,
operasi dan keindahannya merupakan kegiatan dibawah koordinasi manajemen
konstruksi. Untuk proyek besar biasanya organisasi departemen konstruksi
memiliki bagian alat berat yang bertugas untuk melakukan pengendalian terpusat
atas peralatan konstruksi yang digunakan.
Menurut Abrar Husen (2009), produktivitas alat akan sangat
mempengaruhi kinerja dan volume pekerjaan yang akan diselesaikan,
28
sedangkan dalam penentuna jumlah alat yang akan digunakan harus
mempertimbangkan :
- Lama waktu pekerjaan / waktu yang tersedia
- Kondisi eksisting lapangan kerja
- Keadaan cuaca yang terjadi di tempat pelaksanaan
- Efesiensi alat
- Kemampuan operator
- Kapasitas dan jumlah alat
2.9.4 Alokasi Sumber Daya
Sumber daya yang dibutuhkan sebuah proyek konstruksi tidaklah bersifat
konsisten, lebih mengarah ke fluktuatif dan tergantung pada jenis kegiatan yang
sedang berjalan. Pada dasarnya jenis sumber daya dikelompokkan menjadi dua
kategori, menurut Paulus Nugraha (1986) dua kategori itu merupakan :
a. Alokasi sumber daya tidak terbatas
Dimana penyedia sumber daya dapat mencukupi kebutuhan berapapun
besarnya sumber daya yang dibutuhkan. Dengan ini maka hanya perlu
melakukan leveling atau pemerataan dengan pembatasan waktu.
Pemerataan ini bisa dilakukan hanya jika terdapat waktu luang (float),
dan meskipun sulit untuk mendapatkan pemerataan sumber daya yang
sempurna setidaknya jika ada float maka pendekatan pada pemerataan
bisa lebih baik.
b. Alokasi sumber daya terbatas
Hal ini bisa saja terjadi apabila penyedia sumber daya khususnya
sumber daya pekerja tidak sepenuhnya dapat memberikan sumber daya
yang besar, atau alasan lain karena ingin membatasi sumber daya yang
digunakan. Alokasi ini tentu berdampak pada alokasi waktu yang
membutuhkan extra karena semua pekerjaan tidak langsung selesai
sesuai jadwal.
29
2.9.5 Biaya Proyek Konstruksi
2.9.5.1 Penjelasan Umum
Pada setiap kegiatan konstruksi, membutuhkan sumber daya yang
sesuai dengan proyek yang dilaksanakan, dapat kita tahu bahwa setiap
sumber daya membutuhkan biaya. Rencana anggarana biaya atau yang
lebih sering disebut RAB, merupakan sebuah estimasi nilai dari sebuah
proyek yang bersifat estimasi dan tidak akan sama dengan proyek lain
dengan waktu yang berbeda pula.
Menurut Ervianto (2002), terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
dalam pembuatan rencana anggaran biaya, antara lain :
- Produktivitas tenaga kerja
- Ketersediaan material
- Cuaca tempat dilaksanakannya proyek
- Jenis kontrak proyek
- Masalah kualitas yang ingin dicapai
- Sistem pengendalian
- Kemampuan manajemen
Dalam ilmu teknik sipil dan konstruksi, para ahli mendefinisikan tentang
rencana anggaran biaya seperti berikut :
1. Menurut Sugeng Djojowirono, 1984, Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Proyek menggambarkan estimasi biaya yang diperlukan untuk setiap
pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya
total yang diperlukan dalam merampungkan suatu proyek.
2. Menurut Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, 1984, dalam bukunya ”Analisa
Anggaran Pelaksanaan“, bahwa Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibagi
menjadi dua, adalah rencana anggaran terperinci dan rencana anggaran
biaya kasar.
30
a. Rencana Anggaran Biaya Kasar
Adalah rencana anggaran biaya sementara dimana pekerjaan dihitung
tiap ukuran luas Pengalaman kerja sangat mempengaruhi penafsiran
biaya secara substansial, hasil dari penafsiran ini misalnya
dibandingkan dengan menggunakan rencana anggaran yang dihitung
secara akurat didapat sedikit selisih.
b. Rencana Anggaran Biaya Terperinci
Dilaksanakan dengan menghitung volume dan harga dari seluruh
pekerjaan yang dilaksanakan untuk pekerjaan dapat diselesaikan
secara memadai. Cara perhitungan pertama merupakan dengan harga
satuan, dimana semua harga satuan dan volume tiap jenis pekerjaan
dihitung. Yang kedua merupakan dengan harga seluruhnya, kemudian
dikalikan dengan harga serta dijumlahkan seluruhnya.
3. J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya
Bangunan, 1987 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek merupakan
estimasi nilai uang dari suatu kegiatan (proyek) yang telah
memperhitungkan gambar-gambar bestek serta persiapan kerja, daftar
upah pekerja, daftar harga bahan, buku uraian, daftar urutan rencana
biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
4. John W. Niron dalam bukunya Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan
Rencana Anggaran Biaya Bangunan, 1992, Rencana Anggaran Biaya
(RAB) Proyek mempunyai penguraian sebagai berikut :
a. Rencana : kumpulan planning termasuk detail dan tata cara
pelaksanaan pengerjaan sebuah bangunan.
b. Anggaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar
rencana) pada suatu bangunan.
c. Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan
borongan yang termasuk dalam persyaratan yang ada.
5. Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost,
1993, yang dimaksud Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah
31
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, dan
biaya-biaya lain yang berkaitan juga dengan pelaksanaan bangunan atau
proyek tersebut.
2.9.5.2 Pembuatan Estimasi Anggaran
Agar menyamakan nilai estimasi yang mendekati nilai yang sebenarnya,
menurut Ervianto (2002) diperlukan analisis tentang beberapa hal berikut:
• Akuisisi dokumen kontrak, kontraktor perlu memiliki dokumen kontrak
penawaran.
• Kaji ulang dokumen dan keadaan proyek, dokumen yang ada perlu
dilakukan kajian ulang untuk mengetahui tanggal penawaran, persyaratan
kesempatan yang sama untuk tenaga kerja, persyaratan standar, gaji,
alternatif, kontrak dan sebagainya.
• Menghadiri rapat penjelasan, rapat penjelasan merupakan kesempatan
baik bagi kontraktor untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, atau
alternatif pekerjaan yang lebih menguntungkan.
• Menentukan saat membuat penawaran, keputusan untuk membuat atau
tidak nya penawaran proyek di dasarkan pada fakta-fakta yang telah
dilakukan oleh estimator harga dilapangan, analisis resiko dan apakah
proyek tersebut sesuai dengan rencana strategis perusahaan.
• Pertimbangan strategi penawaran, teknik yang dipakai dalam strategi
penawaran dapat terdiri atas metode konstruksi alternatif yang lebih baik,
pengatuhuan atas saingan lain, pengetahuan akan kebutuhan pemilik
proyek, keberhasilan dalam proyek sejenis, dan pengalaman membangun
proyek berkwalitas baik dan aman.
• Permintaan daftar harga dari supplier material dan subkontraktor,
hal ini dilakukan untuk mendapatkan harga yang akurat saat membuat
rencana anggaran biaya nantinya.
• Membangun metoda konstruksi, perencanaan dan penjadwalan,
estimasi harus merefleksi metoda konstruksi karena masing-masing
32
metoda mempunyai tingkat produktivitas dan persyaratan peralatan yang
berbeda pula.
• Persyaratan jaminan dan asuransi, karena setiap proyek pembangunan
membutuhkan asuransi bagi para pekerja nya. Oleh sebab itu saat estimasi
harus memasukkan asurasi apa dan berapa besar asuransi yang digunakan.
• Mempersiapkan penelaahan atas spesifikasi, saat mengestimasi harus
menelaah atas spesifikasi sebelum menelaah kuantitas yang lain.
• Penelaahan atas kuantitas, karena kuantitas dari sebuah produk proyek
berpengaruh besar terhadap tenaga kerja yang dibutuhkan, material, serta
waktu kerja yang sangat berkaitan dengan upah pekerja nya.
• Penelaahan atas kualitas material, adalah pemilihan material juga
sangat berpengaruh terhadap biaya suatu proyek khususnya material yang
menjadi bahan dalam produk hasil.
• Satuan pengukuran, yang berupa penilaian yang menunjukkan kualitas
dan kuantitas sebuah proyek.
• Mengukur perhitungan, dalam mengestimasi harus memiliki pngetahun
luas, terlebih pada objek yang akan menjadi proyek, seperti lingkungan,
upah harian pekerja, upah borongan, serta ilmu matematika untuk
menghitung estimasi nya.
2.9.5.3 Estimasi Biaya Proyek
Estimasi biaya adalah ketrampilan yang memperkirakan (the art of
approximating) probabilitas jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu
kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman
Soeharto, 1997).
Estimasi biaya proyek memegang peranan penting dalam pelaksanaan
sebuah proyek, tidak terkecuali dalam proyek konstruksi bangunan. Pada
tahap awal estimasi biaya proyek digunakan sebagai acuan unuk mengetahui
berapa besar biaya yang diperlukan untuk membangun proyek, yang
kemudian memiliki fungsi dengan spektrum yang sangat luas, adalah
33
merencanakan dan mengendalikan sumber daya, seperti manusia, meterial,
tenaga kerja, pelayanan sampai dengan waktu (Iman Soeharto, 1997).
Pada pembengunan sebuah proyek, ada 2 biaya yang diperlukan agar
sebuah proyek tersebut dapat berjalan. Adalah modal tetap, dan modal kerja.
Gambar 2. 10 Klasifikasi estimasi biaya proyek
(Sumber : John. W. Niron, 1992)
1. Modal Tetap
Merupakan modal yang diperlukan untuk membengun instalasi atau
produk proyek yang diinginkan, dalam hal ini berupa bangunan atau
konstruksi yang dikerjakan merupakan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat.
2. Modal Kerja
Merupakan modal yang digunakan untuk menutupi kebutuhan pada
awal proses operasi, dan tidak boleh bergantung pada moda tetap
karena dapat menurunkan kwalitas produk yang telah direncanakan.
Modal kerja biasa nya modal yang diberikan untuk pembelian
Total Biaya Proyek
Biaya Langsung Biaya Tak Langsung
Modal Kerja Modal Tetap
34
sumber daya yang sifatnya penunjang yang harus ada. Seperti K3,
suku cadang peralatan yang digunakan, persediaan inventory awal
kerja, dan upah awal tenaga kerja.
2.9.5.4 Jenis Anggaran Proyek
Menurut Ervianto (2002), untuk pelaksanaan proyek-proyek besar
yang kompleks, setidaknya ada tiga macam estimasi biaya atau anggaran,
adalah estimasi biaya pendahulu (PBP), anggaran biaya proyek (ABP),
dan anggaran biaya definitif (ABD).
1. Estimasi Biaya Pendahulu
Estimasi ini dilakukan pada saat studi kelayakan dan konseptual
sebuah proyek. Dalam hal ini berkaitan dengan nilai ekonomi, dan
kegunaan sebuah produk dari proyek tersebut. Jika proyek telah
berlangsung, maka dapat digunakan sebagai parameter apakah proyek
tetap dilanjutkan atau tidak.
2. Anggaran Biaya Proyek
Berupa anggaran yang digunakan dari mulai sampai akhir proyek,
dimana anggaran ini dibuat setelah perencanaan proyek dibuat.
Adapun kegiatan yang telah diselesaikan pada tahap ini sehingga dapat
dibuatkan anggaran nya merupakan :
- Menentukan kualitas dan kuantitas proyek
- Indikasi kualitas dan kuantitas bahan mentah
- Survei lokasi proyek
- Penegasan lingkup proyek yang terdiri atas unit atau bangunan
utama dan infrastuktur pendukung
- Daftar peralatan utama yang akan digunakan dalam proyek
- Denah bagian-bagian dari sebuah proyek, termasuk fasilitas yang
digunakan para engineer
- Mengetahui tingkat upah tenaga kerja yang akan digunakan
- Strategi pelaksanaan pembangunan proyek
35
- Indikasi standar mutu dan penjadwalan proyek.
3. Anggaran Biaya Definitif
Merupakan biaya yang yang direncanakan sedetail mungkin, yang
nantinya akan digunakan sebagai patokan baik oleh pemilik proyek
maupun kontraktor pelaksana dilapangan. Agar ABD tersusun dengan
baik dan mendapatkan akurasi yang diinginkan, setidaknya telah
terselesaikan pekerjaan berikut :
- Desain utama produk yang dihasilkan sebuah proyek
- Denah maupun daftar alat yang digunakan pelaksanaan
- Penawaran sewa maupun harga beli alat utama, dan harga satuan
- Quantity take-off material curah
- Perincian tingkat upah tenaga kerja
- Perincian alat-alat dan fasilitas pendukung
- Perhitungan keperluan jam kerja, dan pelaksana lapangan
- Penjadwalan proyek pembangunan
2.10 Perencanaan Anggaran Biaya ( RAB )
Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan atau proyek merupakan
perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan upah dan biaya – biaya
lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan atau proyek yang
dihitung dengan teliti, cermat, dan memenuhi syarat. Anggaran biaya pada
bangunan proyek akan berbeda – beda di masing – masing daerah dikarenakan
perbedaan harga upah tenaga kerja dan harga bahan.
Adapun dalam mengestimasi biaya pekerjaan dihitung berdasarkan
gambar – gambar dan spesifikasi atau persyaratan – persyaratan yang
diinginkan,sedang dalam mengestimasi biaya dapat dengan dua cara :
a. Anggaran Biaya Taksiran
Anggaran Biaya Taksiran merupakan biaya yang dihitung berdasarkan
taksiran saja, baik volume maupun totalnya biaya yang diperlukan,
36
biasanya perencana tersebut sudah berpengalaman dalam hal menghitung
anggaran biaya.
b. Anggaran Biaya Teliti
Anggaran Biaya Teliti merupakan anggaran biaya yang dihitung
berdasarkan sebenarnya, artinya anggaran biaya tersebut dibuat dengan teliti
dengan secermat mungkin, untuk menghitung rencana anggaran teliti
diperlukan data – data antara lain :
1. Bestek
2. Daftar upah bahan
3. Daftar harga bahan
4. Daftar analisa
5. Daftar banyaknya pekerja
2.11 Penjadwalan Proyek
Jadwal merupakan penjabaran perencanaan proyek menjadi urutan
langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai sasaran. Pada
jadwal telah dimasukan faktor waktu. Metode menyusun jadwal yang terkenal
merupakan analisis jaringan (network), yang menggambarkan dalam suatu
grafik hubungan urutan pekerjaan proyek. Pekerjaan yang harus mendahului
atau didahului oleh pekerjaan lain diidentifikasi dalam kaitanya dengan waktu.
Jaringan kerja ini sangat berguna untuk perencanaan dan pengendalian proyek
(Soeharto, 1997: 114)
Penjadwalan merupakan kegiatan untuk menentukan waktu yang
dibutuhkan dan urutan kegiatan serta menentukan waktu proyek dapat
diselesaikan (Ervianto, 2002: 154). Penjadwalan merupakan berfikir secara
mendalam melalui berbagai persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang
logis, serta menyusun berbagai macam tugas yang menghasilkan suatu
kegiatan lengkap, dan menuliskan bermacam-macam kegiatan dalam rangka
yang logis dan rangkaian waktu yang tepat (Luthan dan Syafiriadi, 2006: 8).
37
Dalam kenyataannya, prosedur penjadwalan melalui proses estimasi
mengandung unsur ketidakpastian. Hal ini sesuai dengan karakteristik proyek
konstruksi, adalah tingkat risiko yang tinggi terhadap setiap perubahan yang
terjadi, baik perubahan sistem politik, cuaca, ketergantungan buruh, kegagalan
konstruksi, ketergantungan pihak lain, dan lain sebagainya.
Untuk mengantisipasi ketidakpastian dari durasi konstruksi dan
penjadwalan, dikembangkan metode penjadwalan dengan mempertimbangkan
ketidakpastian tersebut. Ada dua cara pendekatan penjadwalan dengan
ketidakpastian, adalah:
1. Cara pertama merupakan mengabaikan ketidakpastian durasi,
digunakan penjadwalan dengan ekspektasi durasi (most likely).
Kerugian dari cara ini merupakan schedule yang bersifat optimistik,
penggunaan durasi tunggal akan menghasilkan schedule yang kaku
(inflexible schedule), sehingga dibutuhkan monitoring dan updating
secara kontinyu (terus-menerus) secara ketat.
2. Cara kedua merupakan dengan memasukan kontingensi
(contingency) dengan tujuan menghindari schedule yang terlalu
optimis. Contohnya durasi yang diharapkan 2 hari, dalam schedule
digunakan durasi 2,2 persen hari (10% kontingensi) (Ervianto,
2004:35).
2.11.1 Jenis-jenis Penjadwalan
Pada umumnya penjadwalan terbagi menjadi 2 adalah:
1. Deterministik : tugas jaringan saling terhubung dengan dependensi
yang menggambarkan pekerjaan yang akan dilakukan, masa kerja
dan rencana penyelesaian proyek. Setiap tugas memiliki durasi
yang direncanakan. Penjadwalan deterministic dibagi menjadi 2:
a. CPM (Critical Path Method) : Arrow Diagram,
Time Scale Diagram, dan Precedence Diagram Method
(PDM)
38
b. Non-CPM : Bar/Gantt Chart, Line Diagram.
2. Penjadwalan Probabilistik : jaringan dengan semua elemen dari
rencana deterministik, tetapi jangka waktu tugas merupakan
variabel-variabel acak. Contoh dari penjadwalan probabilistik
merupakan : PERT dan Montecarlo.
2.11.2 Tujuan dan Manfaat Penjadwalan
Sebelum proyek dimulai sebaiknya seorang manager yang
baik terlebih dahulu merencanakan jadwal proyek. Tujuan
perencanaan jadwal merupakan :
1. Mempermudah perumusan masalah proyek
2. Menentukan metode atau cara yang sesuai
3. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir
4. Mendapatkan hasil yang optimum