22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unsur-unsur seni rupa Semua hasil karya manusia apakah hasil karya tersebut sengaja diciptakan dengan kesadaran keindahan atau tidak, semestinya memiliki nilai keindahan walau sekecil apapun nilai keindahannya. Terlebih lagi untuk bentuk karya seni, murni dan desain harus mengutamakan nilai keindahannya, sebab jika kurang memiliki nilai keindahan berarti bukan karya seni atau karya desain yang baik, (Sadjiman 2005: 3). Karya seni rupa mulanya terbentuk dari unsur-unsur seni rupa, yang satu sama lain saling berhubungan, sehingga merupakan suatu kesatuan hubungan antara lain : 2.1.1 Titik Menurut Sadjiman, (2009: 94) secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk disebut sebagai titik karena ukurannya yang kecil, dikatakan kecil karena objek tersebut berada pada area yang luas dan manakala dengan objek yang sama dapat dikatakan besar apabila diletakan pada area yang sempit, sedangkan menurut Georges Seurat, titik adalah salah satu elemen dalam seni rupa yang paling kecil, dan merupakan elemen paling dasar dalam seni rupa. Apabila suatu titik ditarik akan menjadi suatu garis, dan titik apabila diolah secara luas akan menjadi suatu bidang. Titik mempunyai peran yang sama dengan elemen seni yang lain seperti garis dan warna. penggunaan titik biasanya pada bagian-bagian yang terkecil dalam suatu karya seni. Misalkan dalam lukisan manusia titik digunakan pada bagian datail wajah, mata, dan dalam lukisan pemandangan. Penggunaan titik biasanya dipakai pada bagian pohon, daun, tanah dan batu-batuan. Menurut Sadjiman, (2005 : 70) dalam seni lukis ada suatu aliran yang disebut dengan pointilis, melukis atau menggambar dengan teknik titik-titik ini disebut dengan pointilisme.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unsur-unsur seni rupaeprints.ung.ac.id/847/6/2013-2-88210-544409007-bab2-10012014101805.pdf · 2.1 Unsur-unsur seni rupa Semua hasil karya manusia apakah

  • Upload
    vohuong

  • View
    340

  • Download
    11

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur-unsur seni rupa

Semua hasil karya manusia apakah hasil karya tersebut sengaja diciptakan dengan

kesadaran keindahan atau tidak, semestinya memiliki nilai keindahan walau sekecil apapun

nilai keindahannya. Terlebih lagi untuk bentuk karya seni, murni dan desain harus

mengutamakan nilai keindahannya, sebab jika kurang memiliki nilai keindahan berarti bukan

karya seni atau karya desain yang baik, (Sadjiman 2005: 3).

Karya seni rupa mulanya terbentuk dari unsur-unsur seni rupa, yang satu sama lain

saling berhubungan, sehingga merupakan suatu kesatuan hubungan antara lain :

2.1.1 Titik

Menurut Sadjiman, (2009: 94) secara umum dimengerti bahwa suatu bentuk disebut

sebagai titik karena ukurannya yang kecil, dikatakan kecil karena objek tersebut berada pada

area yang luas dan manakala dengan objek yang sama dapat dikatakan besar apabila diletakan

pada area yang sempit, sedangkan menurut Georges Seurat, titik adalah salah satu elemen

dalam seni rupa yang paling kecil, dan merupakan elemen paling dasar dalam seni rupa.

Apabila suatu titik ditarik akan menjadi suatu garis, dan titik apabila diolah secara luas akan

menjadi suatu bidang.

Titik mempunyai peran yang sama dengan elemen seni yang lain seperti garis dan

warna. penggunaan titik biasanya pada bagian-bagian yang terkecil dalam suatu karya seni.

Misalkan dalam lukisan manusia titik digunakan pada bagian datail wajah, mata, dan dalam

lukisan pemandangan. Penggunaan titik biasanya dipakai pada bagian pohon, daun, tanah dan

batu-batuan. Menurut Sadjiman, (2005 : 70) dalam seni lukis ada suatu aliran yang disebut

dengan pointilis, melukis atau menggambar dengan teknik titik-titik ini disebut dengan

pointilisme.

Pointilisme kemudian menjadi suatu aliran dalam seni lukis yang menggunakan teknik

titik menitik. Suatu karya hasil susunan pecahan-pecahan kaca atau keramik yang terlihat

sebagai susunan titik-titik disebut muzaik. Bisa juga membuat muzaik tiruan dengan sobekan-

sobekan kertas pada permukaan yang mengandung lem. Kalau kita mengatur pasir, kerikil,

atau batu-batu, sesungguhnya perbuatan menyusun titik-titik, (Sadjiman 2005: 70).

2.1.2 Garis

Menurut Sadjiman, (2009: 96) garis merupakan suatu bentuk yang berukuran kecil

tetapi memanjang. Kaligrafi merupakan garis hasil goresan yang merupakan garis nyata.

Contohnya goresan yang lembut, lincah, luwes, kadang-kadang kuat, lembut dan manis. Garis

bisa lancar, terputus-putus, bisa beruas,terang, sopan, budiman, kabur dan tak bertujuan.

Keligrafi merupakan garis hasil goresan yang merupakan garis nyata, adalah contoh

garis yang lembut, lincah, luwes, kadang-kadang kuat, lembut, manis, gemulai lembut, ringan

tertegun-tegun, meleset lancar, dan gempal. Kaligrafi adalah contoh suatu simbol emosi yang

diekspresikan dalam goresan berirama, yang berkualitas tinggi, (Sadjiman 2005: 71).

Bagi kebanyakan orang, garis lurus mendorong rasa kaku, ketegasan, kebenaran, dan

ketelitian. Garis lurus adalah positif, langsung, keras, kuat, tegar, teguh hati dan tidak kenal

kompromi. Garis lengkung ramping-ringan adalah fleksibel, harmonis, kalem, feminim,

terang, sopan, budiman, tetapi terasa malas, kabur dan tak bertujuan, (Sadjiman 2005: 71).

Pengertian garis menurut (Lilian Gareth 2011) mendifinisikan garis sebagai

sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan

sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang

membekaskan jejaknya sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa

mempergunakan pensil, pena, dan kuas. Bagi seni rupa garis memiliki fungsi fundamental,

sehingga diibaratkan jantungnya seni rupa. Garis sering pula disebut dengan kontur, sebuah

kata yang samar dan jarang dipergunakan (Anonim, 2011).

Pentingnya garis sebagai elemen seni rupa, sudah terlihat sejak dahulu kala. Nenek

moyang manusia jaman dulu. Menggunakan garis ini sebagai media ekspresi seni rupa di

gua-gua. Mereka menggunakan garis ini untuk membentuk obyek-obyek ritual mereka.

Selain berupa lukisan, nenek moyang manusia juga menggunakan garis sebagai media

komunikasi, seperti huruf paku peninggalan bangsa Phoenicia (abad 12-10 Sm) yang berupa

goresan-goresan. Disamping potensi garis sebagai pembentuk kontur, garis merupakan

elemen untuk mengungkapkan gerak dan bentuk. Baik bentuk dua dimensi maupun tiga

dimensi. Suasana garis dalam hubungannya sebagai elemen seni rupa, garis memiliki

kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi

karena proses stimulasi dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat disekitar kita,

yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Sebagai contoh adalah bila kita melihat garis ‘S’,

atau yang sering disebut ‘Line of beauty maka kita akan merasakan sesuatu yang lembut,

halus dan gemulai. Perasaan ini terjadi karena ingatan kita mengasosiasikannya dengan

bentuk-bentuk yang dominan dengan bentuk lengkung seperti penari atau gerak ombak di

laut, (Anonim : 2012).

Karakter garis merupakan bahasa rupa dari unsur garis, baik untuk garis nyata maupun

garis semu. Bahasa garis ini sangat penting dalam penciptaan karya seni untuk menciptakan

karakter yang diinginkan. Bentuk tugu misalnya dapat diterjemahkan ke dalam bentuk garis

vertikal, bangunan rumah yang mendatar dapat diterjemahkan kedalam bentuk garis

mendaftar. Brikut ini beberapa karakter garis tersebut, (Sadjiman 2005: 80).

a. Garis horisontal

Garis horisontal atau garis mendatar air mengasosiasikan cakrawala laut mendatar,

pohon tumbang orang/mati dan lain-lain benda yang panjang mendatar. Garis horisontal

memberi karakter terkenal, damai, pasif dan kaku. Melambangkan ketenangan, kedamaian

dan kemantaban,(Sadjiman 2005: 80).

b. Garis vertikal

Garis vertikal atau garis tegak ke atas mengasosiasikan benda- benda yang berdiri tegak

lurus seperti batang pohon, orang beridri, tugu dan lain-lain, mengesankan keadaan tak

bergerak, suatu yang meleset menusuk langit mengesankan agung, jujur, tegas, cerah, cita-

cita/pengharapan. Garis vertikal memberikan karakter keseimbangan, megah, kuat, tetapi

statis, kaku. Melambangkan kestabilan/ keseimbangan, kemegahan, kekuatan, kekokohan,

kejujuran dan kemashuran, (Sadjiman 2005: 80).

c. Garis diagonal

Garis diagonal atau garis miring kekanan atau kekiri mengasosiasikan orang lari, kuda

meloncat, pohon doyong dan obyek yang mengesankan keadaan yang tak seimbang dan

menimbulkkan gerakan akan jatuh. Garis diagonal memberikan karakter gerakan (movement),

gerak lari/meluncur, dinamik, tak seimbang, gerak gesit, lincah, kenes, menggetarkan.

Melambangkan kedinamisan, kegesitan, kelincahan dan kekenesan, (Sadjiman 2005: 80).

d. Garis zig-zag

Garis zig-zag merupakan garis lurus patah-patah bersudut runcing yang dibuat dengan

gerakan naik turun secara cepat spontan merupakan gabungan dari garis-garis vertikal dan

diagonal memberi sugesti semangat dan gairah. Karenanya diasosiasikan sebagai petir/kilat,

letusan, retak-retak tembok dan semacamnya, sehingga mengesankan bahaya. Garis zig-zag

memberi karakter gairah, semangat, bahaya, mengerikan. Karena dibuat dengan tikungan-

tikungan tajam dan mendadak maka mengesankan, kilau irama musik seperti rolling stone,

rock, mental, dan semacamnya. Melambangkan gerak semangat, kegairahan dan bahaya,

(Sadjiman 2005: 80).

e. Garis lengkung

Garis lengkung meliputi lengkung mengapung, lengkung kubah, lengkung busur,

memberi kualitas mengapung seperti pelampung mengasosiasikan gumpalan asap, buih

sabun, balon dan semacamnya, mengesankan gaya mengapung, ringan dan dinamik. Garis ini

memberi karakter ringan, dinamis, kuat serta melambangkan kemegahan, kekuatan dan

kedinamikaan, (Sadjiman 2005: 80).

f. Garis lengkung S

Garis lengkung S atau atau garis lemah gemulai merupakan garis lengkung majemuk

atau lengkung ganda. Garis ini dibuat dengan gerakan melengkung ke atas bersambung

melengkung kebawah atau melengkung ke kanan bersambung melengkung ke kiri, yang

merupakan gerakan indah. Garis indah ini merupakan garis terindah dari semua garis, yang

memberikan asosiasi gerakan ombak, padi/rumput tertiup angin, pohon tertiup angin, gerakan

lincah bocah/ anak binatang, dan semacamnya. Garis lengkung S memberi karakter indah,

dinamis, luwes. Melambangkan keindahan, kedinamisan dan keluwesan, (Sadjiman 2005:

80).

Gambar 1. Contoh garis

Sumber foto : Reduksi Penulis 2013, (Sadjiman 2005: 74)

2.1.3 Bidang

Menurut Sadjiman, (2009: 117) bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar

dengan dimensi panjang dan lebar serta menutup permukaan. Bentuk-bentuk yang pipih/

gepeng seperti tripleks, kertas, karton, seng, papan tulis dan bidang latar yang lainnya.

Bidang juga dapat diartikan sebagai bentuk yang menempati ruang dan bentuk bidang

sebagai ruangnya sendiri disebut ruang dwimatra. Bidang yang menempati ruang dapat

membentuk datar sejajar tafril yang memiliki panjang dan lebar, atau dapat berbentuk maya

yaitu bidang yang seolah-olah membuat sudut dengan tafril sehingga seperti memiliki

kedalaman tetapi semu, (Sadjiman 2005: 83).

Bidang sebagai ruang merupakan ruang dwimatra dan merupakan tempat dimana

objek-obyek berada yang dapat berwujud triplek, kertas, karton, seng, papan tulis, kanvas dan

lain-lain semacamnya, yang walaupun memiliki ketebalan, sehingga hanya berdimensi

panjang dan lebar, (Sadjiman 2005: 83).

Macam-macam bentuk bidang meliputi bidang geometri dan bidang non geometri.

Bidang geometri adalah bidang teratur yang dibuat secara matematika, seperti segi tiga, segi

empat, segi lima, segi enam, segi delapan, lingkaran dan bidang yang mempunyai bentuk

yang teratur. Sedangkan bidang non geometri adalah bidang yang dibuat secara bebas, atau

bisa juga dikatakan bidang organik, bidang bersudut bebas, bidang gabungan, dan bidang

maya. Bidang organik yaitu bidang-bidang yang dibatasi garis lengkung-lengkung bebas,

bidang bersudut bebas yaitu bidang-bidang yang dibatasi garis patah-patah bebas, bidang

gabungan yaitu bidang gabungan antara lengkung dan bersudut, (Sadjiman 2005: 84).

Selain bentuk bidang yang rata sejajar tafril, terdapat bidang yang bersifat maya, yaitu

bentuk bidang yang seolah meliuk, bentuk bidang yang seolah miring membentuk sudut

dengan tafril/ membentuk perspektif, bentuk bidang yang seolah bersudut-sudut, bentuk

bidang yang seolah muntir, (Sadjiman 2005: 84).

Bentuk apa saja di alam ini dapat disederhanakan menjadi bentuk bidang dengan

geometri, non geometri, atau bidang gabungan seperti pohon, rumah, kuda, gitar dan lain-lain

yang bersifat datar/ dekoratif sebagai ciri khasnya, (Sadjiman 2005: 84).

Bidang geometri

Bidang non geometri

Bidang bersudut-sudut bebas

Bidang gabungan

Bidang maya

Gambar 02. Macam-macam bidang

Sumber foto : Reduksi Penulis 2013, (Sadjiman, 2005: 85).

2.1.4 Bentuk

Bentuk merupakan sebuah istilah yang memiliki beberapa pengertian, dalam seni dan

perancangan, istilah bentuk seringkali dipergunakan untuk menggambarkan struktur formal

sebuah pekerjaan yaitu cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-

bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu gambaran nyata.

Menurut Kartika, (2009: 30) bentuk adalah totalitas dari pada karya seni. Bentuk

merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya.

Menurut Sadjiman, (2009: 93) Bentuk adalah wujud, rupa, bangun atau gambaran

tentang apa saja yang ada di alam termasuk karya seni atau desain yang dapat disederhanakan

menjadi, titik, garis dan bidang.

Menurut Usman, (2010: 17) Bentuk adalah pengorganisasian unsur-unsur dasar dari

semua perwujudan dalam seni rupa yang meliputi titik, garis, cahaya, tekstur, massa, ruang

dan isi. Elemen-elemen formal ini diorganisir sehingga menjadi prinsip-prinsip desain yang

mengorganisir elemen-elemen visual sehingga menjadi sebuah motif dalam suatu karya.

A. Macam-macam Bentuk

Pada umunya bentuk dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu :

a. Bentuk beraturan (Geometris) yaitu obyek-obyek yang mempunyai bentuk beraturan

seperti :

1. Bentuk Kubistik

Obyek yang mempunyai bentuk dasar piramida, kubus, balok, prisma dan limas.

2. Bentuk Silindris

Obyek yang mempunyai bentuk dasar tabung, kerucut.

3. Bentuk Bola

Obyek yang mempunyai bentuk dasar bulat seperti bola, (Anonim : 2012).

Gambar 03.

Macam-

macam bentuk

geometris

Sumber :

http://www.google.com.bentuk+geometris.bentuk.htm&docid

(Download : 8 Desember, Pukul : 15.00)

b. Bentuk tak beraturan (Non Geometris), yaitu obyek-obyek yang

bentuknya tidak beraturan (bukan kubistik, silindris dan bola).

Maka dapat disimpulkan bentuk adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wujud

yang dapat dilihat dan dapat dirasakan.

2.1.5 Ruang

Setiap bentuk pasti menempati ruang oleh karena itu ruang merupakan unsur rupa

yang mesti ada, karena ruang merupakan bentuk-bentuk berada. Dengan kata lain bahwa

setiap bentuk pasti menempati ruang. Dikarenakan bentuk dapat dua dimensi, tiga dimensi,

maka ruangpun meliputi ruang dua dimensi/ dwimatra dan tiga dimensi/ trimatra, (Sadjiman

2005 : 97).

1. Ruang dwimatra

Ruang dwimatra adalah merupakan ruang papar/ datar. Ruang ini banyak dimanfaatkan

oleh para desaianer/ perancang untuk menempatkan bentuk raut yang sifatnya cukup datar/

terlihat datar saja, seperti gambar-gambar proyeksi dengan potongan-potongan dan

pandangan-pandangan tertentu, bentuk tulisan, bentuk-bentuk kode, rancangan tekstil, dan

gambar-gambar dekoratif, (Sadjiman 2005 :97).

Ruang dwimatra hanya mengenal dua dimensi, yaitu panjang dan lebar, ruang dwimatra

juga hanya mengenal arah horisontal, diagonal, dan vertikal yang rata dengan tafril, dan

hanya mengenal kedudukan di kiri-tengah-kanan, atas-tengah-bawah, yang menempati/

terletak pada tafril. Ruang dwimatra yang terisi obyek pada umumnya disebut ruang positif,

dan ruang yang tidak terisi obyek disebut ruang negatif, (Sadjiman 2005: 98).

2. Ruang trimatra

Ruang trimatra merupakan jenis ruang yang benar-benar diartikan sebagai ruangan

yang berongga atau yang sempurna, yang memiliki tiga dimensi penuh, panjang, lebar,

dalam/ tebal. Semua bentuk yang ada di alam termasuk karya seni yang bersifat tiga dimensi

seperti berbagai bentuk bangunan/ arsitektur, taman, patung, interior, kerajinan, hasil-hasil,

industri, yang dapat dijamah/diraba adalah menempati ruang trimatra, (Sadjiman 2005: 98).

Tata rupa trimatra pada prinsipnya sama dengan dwimatra, yang berbeda hanya unsur-

unsurnya dimana jika garis untuk dwimatra merupakan hasil goresan, sedangkan untuk

trimatra wujud garis berupa, kawat, tali, galah, tiang dan apa saja yang berbentuk kecil

memanjang, bidang trimatra, dapat berwujud triplek, seng, kertas, karton, dinding, papan

tulis, dan apa saja yang memiliki dimensi panjang dan lebar, dengan ketebalan yang tidak

diperhitungkan sebagai tebal. Prinsip dasar tata rupa trimatra sama dengan dwimatra, dimana

dikatakan memiliki nilai seni apabila di dalamnya terdapat kesatuan, memiliki irama,

memiliki dominasi, ada keseimbangan, memiliki proporsi yang baik, (Sadjiman 2005: 98).

3. Ruang maya

Ruang maya adalah ruang tiga dimensi semu, adalah ruang datar dua dimensi namun

bentuk raut yang menempati ruang tersebut direka sedemikian rupa sehingga mengecoh si

penglihat secara imajinasi terlihat adanya ruang tiga dimensi, seperti misalnya gambar

pemandangan, (Sadjiman 2005: 99).

Ruang tiga dimensi semu merupakan jenis ruang yang paling banyak digunakan oleh

para perupa/ desainer untuk menuangkan ekspresi, karena jenis ruang ini paling banyak dapat

melahirkan ide-ide yang imajinatif dan emosional. Secara nyata ruang dua dimensi adalah

datar berdimensi panjang dan lebar, namun secara maya dapat diciptakan dimensi ke dalam,

sehingga membentuk ilusi ke ruangan, dimana kedudukan bentuk tidak hanya menempati

ruang di kiri ke kanan atau di atas ke bawah sejajar tafril, akan tetapi juga menempati ruang

di depan dan di belakang tafril, (Sadjiman 2005 : 99).

2.1.6 Warna

Bentuk/benda apa saja di alam ini tentu memiliki warna, manakala terdapat cahaya.

Tenpa cahaya warna tidak akan ada. Warna seperti halnya suara, merupakan fenomena

getaran/ gelombang cahaya. Warna merupakan getaran/ gelombang yang diterima indra

penglihatan warna-warni adalah sama dengan not-not musik atau tangga nada suara. Warna-

warna adalah ungu, biru, hijau, kuning, jingga, merah, sama dengan not musik do, re, mi, fa,

sol, la, si, merupakan tangga nada warna/ tingkatan/ gradasi warna, (Sadjiman 2005: 9).

Warna dapat didefinisikan secara objekktif/ fisik sebagai sifat cahaya yang

dipancarkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indara

penglihatan. Secara objektif/fisik warna dapat diberikan oleh panjang gelombang, cahaya

yang tampak oleh mata merupakan salah bentuk pancaran energi yang merupakan bagian

yang sempit dari gelombang elektromagnetik, (Sadjiman 2009:13).

Proses terlihatnya warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu

benda, dan benda tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) terlihatlah warna, manakala

orang tersebut tidak buta warna. benda berwarna merah karena bersifat pigmen benda

tersebut memantulkan warna merah dan menserap warna pelangi lainnya. Benda berwarna

hitam karena sifat pigmen benda tersebut menserap semua warna pelangi. Sebaliknya suatu

benda berwarna putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna pelangi

atau semua panjang gelombang, (Sadjiman 2005 10).

Sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan, warna adalah merupakan pantulan

cahaya dari sesuatu yang nampak, yang diterima mata berupa: cat, tekstil, batu, tanah, daun,

kulit, rambut, dan lain-lain disebut pigmen atau warna bahan, (Sadjiman 2005: 10).

Menurut kejadiannya warna dibagi menjadi dua yaitu warna additive dan subractive.

Additive adalah warna-warna yang berasal dari cahaya yang disebut spektrum. Sedangkan

warna subtractive adalah warna yang berasal dari pigmen. Warna pokok additive ialah merah,

hijau, dan biru. Dalam komputer disebut warna model RGB. Warna pokok subractive

menurut teori adalah sian (cyan), magenta,dan kuning. Dalam komputer disebut warna model

CMY. Dalam teori, warna-warna pokok additive dan subractive disusun ke dalam sebuah

lingkaran, di dalam lingkaran itu warna pokok additive dan warna pokok subjective saling

berhadapan atau

saling berkomplemen,

(Sadjiman 2005: 11).

Gambar 04. Lingkaran warna additive dan subraktive

Sumber foto : Reduksi Penulis 2013, (Sadjiman 2005 : 14)

f. Karakter dan simbulisasi warna ( bahasa rupa warna)

Karakter warna adalah untuk warna-warna murni (warna pelangi), sedangkan jika

warna berubah muda atau tua atau menjadi redup karakternya akan berubah.

1. Kuning adalah warna emosional yang menggerakan energi dan kecerian, kejayaan,

dan keindahan. Kuning emas melambangkan, keagungan, kemewahan, kejayaan, kemagahan,

kemulyaan, kekuatan. Kuning sutera adalah warna marah, sehingga tidak populer. Kuning tua

dan kuning kehijau-hijauan mengasosiasikan sakit, penakut, iri, cemburu, bohong, luka,

(Sadjiman 2005: 38).

2. Jingga, asosiasi pada awan jingga. Awan jingga terlihat pada pagi hari sebelum

matahari terbit, menggambarkan gelap malam menuju terbit matahari, sehingga

melambangkan kemerdekaan, anugerah, kehangatan. Karakter warna jingga memberi

dorongan, merdeka, anugerah, bahaya. Lambang kemerdekaan, penganugrahan, kehangatan,

bahaya, (Sadjiman 2005: 38).

3.Merah, asosiasi pada darah dan juga api. Karakter warna merah yaitu kuat, enerjik,

marah, berani, bahaya, positif, agresif, merangsang, panas. Simbul umum dari sifat nafsu

primitif, marah, berani, perselisihan, bahaya, perang, seks, kekejaman, bahaya, kesadisan.

Dibanding dengan warna lain, merah adalah warna paling kuat dan enerjik. Warna pertama

digunakan pada seni primitif maupun klasik. Warna ini paling populer pada wanita,

(Sadjiman 2005 : 39).

4. Ungu, sering juga disamakan dengan violet, tetapi ungu lebih tepat dengan purpel,

yaitu warna tersebut cenderung kemerahan. Sedangkan violet cenderung kebiruan. Ungu

memiliki watak keangkuhan, kebesaran, kekayaan. Ungu merupakan percampuran antara

merah dan dan biru sehingga juga membawa atribut dari kedua warna tersebut, (Sadjiman

2005 : 39).

5. Biru, asosiasi pada air, laut, langit, di barat pada es. Watak dari biru adalah dingin,

pasif, melankoli, sayu, sedu, sedih, tenang, berkesan jauh, tetapi cerah. Lambang dari biru

yaitu dihubungkan dengan langit tempat tinggal para Dewa/ yang maha tinggi, sehingga biru

lambang keagunan, keyakinan, keteguhan iman, kesetiaan, kebenaran, kemurahan hati,

kecerdasan dan perdamaian, (Sadjiman 2005 : 39).

6. Hijau, asosiasi : pada hijaunya alam, tumbuh-tumbuhan, sesuatu yang hidup dan

berkembang. Karakternya: segar, muda, hidup, tumbuh dan beberapa hampir sama dengan

warna biru. Dibanding dengan warna lain, warna hijau relatif lebih netral pengaruh emosinya,

sehingga cocok untuk istirahat. Hijau melambangkan kesuburan, kesetiaan, keabadian,

kebangkitan, kesegaran, kemudahan, keremajaan, keyakinan, kepercayaan, keimanan,

pengharapan, dan kesanggupan, (Sadjiman 2005 : 40).

7. Putih, asosiasi : di barat pada salju, di Indonesia pada sinar putih berkilauan, pada

kain kafan, sehingga dapat menakutkan pada anak-anak. Watak dari warna ini adalah positif,

cerah, tegas dan mengalah. Sedangkan lambang dari warna ini adalah sinar kesucian,

kemurnian, kekanak-kanakan, kejujuran, ketulusan, kedamaian, ketentraman, kebenaran,

kesopanan, keadaan tak bersalah kelembutan dan kewanitaan, (Sadjiman 2005 : 41).

8. Hitam, asosiasi : kegelapan, kesengsaraan, bencana, perkabungan, kebodohan,

misteri, ketiadaan dan keputusan. Lambang dari warna ini adalah kesedihan, malapetaka,

kesuraman, kemurungan, bahkan kematian, teror, kejahatan, keburukan ilmu sihir,

kedurjanaan, kesalahan, kekejaman, kebusukan, dan rahasia,

Hitam memang misterius, karena hitam yang berdiri sendiri memiliki watak-watak

buruk, tetapi jika dikombinasi dengan warna-warna lain hitam akan merubah total wataknya.

Sebagai latar belakang warna, hitam mengasosiasikan kuat, tajam, formal, bijaksana.

Hitam dipergunakan bersama-sama putih mempunyai makna kemanusiaan, resolusi, tenang,

sopan, keadaan mendalam, kebijaksanaan. Terdapat istilah hitam manis karena hitam selalu

dikombinasi dengan warna lain menjadi manis,(Sadjiman 2005 : 41).

9. Abu-abu, asosiasi suasana suram, mendung, kelabu tidak ada cahaya bersinar.

Wataknya antara hitam dan putih. Pengaruh emosinya berkurang dari putih, tetapi terbebas

dari tekanan berat warna hitam, sehingga wataknya lebih menyenangkan, walau masih

membawa watak-watak warna putih dan hitam. Cocok untuk latar belakang semua warna,

terutama untuk warna-warna pokok merah, biru dan kuning. Lambang : ketenangan,

kebijaksanaan, mengalah, kerendahan hati, tetapi simbul turun tahta, juga suasana kelabu dan

ragu-ragu.

10. Coklat, Asosiasi : pada tanah, warna tanah, atau warna natural. Karakter : kedekatan

hati, sopan, arif, bijaksana, hemat, hormat, tetapi sedikit terasa kurang bersih atau tidak

cemerlang karena warna ini berasal dari percampuran beberapa warna seperti halnya warna

tersier. Lambang : kesopanan, kearifan, kebijaksanaan dan kehormatan, (Sadjiman 2005: 38 -

41).

Maka warna dapat disimpulkan adalah suatu gelombang yang dapat dinikmati oleh

panca indra kita seperti mata, tanpa mata dan cahaya kita tidak bisa melihat keindahan warna

yang ada di alam dan yang ada di bumi, hanya mata dan bantuan cahaya yang bisa

membedakan warna-warna yang ada di sekitar kita, tanpa keduaanya hanya kegelapan yang

bisa dilihat.

2.1.7 Tekstur

Pada umumnya orang menyebut tekstur itu dihubungkan dengan sifat permukaan yang

kasar. Pada hal sesunggunhnya permukaan yang haluspun merupakan tekstur pula, dimana

nilai, sifat, atau ciri khas permukaannya atau teksturnya halus. Dengan demikian sifat-sifat

permukaan kasar-halus, kasab-licin, keras-lunak, bermotif-polos, cemerlang suram dan

lainnya, semuanya adalah tekstur, (Sadjiman 2005: 62).

Dengan demikian secara sederhana tekstur dapat dikelompokkan ke dalam tekstur kasar

nyata, tekstur kasar semu dan tekstur halus.

a. Tekstur nyata, pada umunya lebih berfokus pada tekstur kasar nyata, karena tekstur ini

memiliki peran amat penting dalam seni rupa/ desain. Adapun peran penting tekstur kasar

nyata dalam seni rupa/ desain antara lain:

1. Tekstur kasar nyata amat berguna untuk membantu memperoleh keindahan karena

dengan permukaan yang kasar akan lebih mudah untuk memperoleh keselarasan/ harmoni.

Permukaan yang kasar memiliki bukit-bukit atau relief, sehingga karena adanya sinar maka

menimbulkan bayangan gelap terang atau value yang kemudian menetralisir warna-warna

yang ada, dan secara otomatis susunan menjadi harmonis.

2. Tekstur kasar nyata juga dapat difungsikan sebagai dominasi atau daya tarik,

manakala sebagian besar susunan menggunakan tekstur halus. Dominasi merupakan dalah

satu prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh keindahan.

3. Tekstur kasar nyata amat berguna untuk membantu memperoleh keindahan berpadu

dengan kekuatan. Jika suatu permukaan dengan tekstur halus dapat mudah digulung atau

dilipat maka permukaan tersebut kemudian dilukai atau diberi lipatan-lipatan sehingga

memiliki tekstur kasar maka akan sulit digulung atau dilipat.

4. Tekstur kasar nyata juga amat berguna untuk tujuan keindahan yang mengikuti

fungsi. Ini dapat kita jumpai pada desain-desain produk, misalnya kisi-kisi lubang kipas,

lubang pengeras suara, pegangan kunci, tutup botol, jendela dan pentilasi. Dimana memberi

keindahan juga memiliki fungsi, (Sadjiman 2005: 62-63).

b. Tekstur kasar semu, adalah tekstur yang kekerasan rautnya bersifat semu, artinya terlihat

kasar tetapi jika diraba akan terasa halus, tekstur ini terbagi atas tiga macam :

1. Tekstur hias manual, yaitu yang menghiasi permukaan yang dibuat secara manual.

Tekstur ini hanya sekedar menghias permukaan saja, jika teksturnya dihilangkan tidak dapat

mempengaruhi bidangnya.

2. Tekstur mekanik, yang dibuat dengan alat mekanik seperti mistar, jangka, alat foto,

tipografi, raster cetak dan cetak komputer.

3. Tekstur ekspresi, yaitu merupakan bagian dari proses penciptaan rupa, di mana

tekstur merupakan kesatuan tak dapat dipisahkan. Tekstur jenis ini banyak dilakukan pada

seni lukis, seni grafis, desain komunikasi visual dan lain-lain, dapat merupakan hasil goresan

tangan atau hasil mekanik, (Sadjiman 2005: 64).

c. Tekstur halus, adalah tekstur yang dilihat halus dirabapun halus. Tekstur bisa licin, kusam

atau mengkilat. Tekstur halus tidak banyak dibicarakan orang, bahkan tidak dianggap sebagai

tekstur karena pada umunya dikatakan tekstur selalu dihubungkan dengan sifat permukaan

kasar. Disamping itu tekstur halus merupakaan permukaan yang bisa terlihat sehari-hari pada

berbagai obyek, sehingga kurang diperhitungkan nilai keindahannya. Namun pada tekstur

halus mengkilat memiliki kekhususan tersendiri yaitu apabila kita menyusun warna pada

pemukaan halus licin mengkilat sangat sulit untuk memperoleh keharmonisan karena

pemantulan-pemantulan permukaan mengkilat tersebut, (Sadjiman 2005: 65).

Menurut Sadjiman (2009: 137) tekstur merupakan nilai atau ciri khas suatu permukaan

tersebut dapat kasar, halus, polos, bermotif/bercorak, mengkilat, buram, licin, keras, dan

lunak. Dari berbagai tekstur tersebut ada yang bersifat teraba, dan bersifat visual.

Dari beberapa pengertian tentang tekstur di atas maka dapat disimpulkan tekstur adalah

suatu permukaan yang keindahannya bisa dinikmati oleh panca indra yang memiliki sifat

kasar, halus, lembut serta semu.

2.2 Adat Istiadat

Adat istiadat adalah kelaziman dalam suatu energi yang mengikuti pasang naik dan

pasang surut situasi masyarakat. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawatahan

untuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak negeri, atau

pertunjukan randai, saluang, rabab, tarian dan aneka kesenian yang dihubungkan dengan

upacara perhelatan perkawinan, pengangkatan penghulu maupun untuk menghormati

kedatangan tamu agung. Adat istiadat semacam ini sangat bergantung pada situasi sosial

ekonomi masyarakat. Bila sedang panen baik biasanya megah meriah, begitu pula bila

keadaan sebaliknya, (Rizkidiaz, anonim : 2013).

Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma,

kebiasaan, kelembagaan dan hukum adat yang lazim dilakukan disuatu daerah, (Rizkidiaz

anonim, 2013).

Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara adat istiadat dan hukum adat. Suatu adat

istiadat yang hidup dalam masyarakat dapat berubah dan diakui sebagai peraturan hukum

adat, (Wirawan 1989: 90).

Tentang bagaimana perubahan itu sehingga menimbulkan hukum adat, dapat dikemukakan

beberapa pendapat sarjana antara lain :

Suatu peraturan adat, tindakan tingkah laku oleh masyarakat hukum adat hingga

dianggap patut dan mengikat para penduduk serta ada perasaan umum yang menyatakan

bahwa peraturan-peraturan itu harus dipertahankan oleh para kepala adat dan petugas hukum

lainnya, maka peraturan adat itu bersifat hukum, (Rizkidiaz anonim, 2013).

Hukum adat yang berlaku hanya dapat diketahui dari penetapan-penetapan petugas

hukum seperti kepala adat, hakim, perangkat desa dan lain sebaginya yang dinyatakan di

dalam atau di luar persengketaan,(Wirawan 1989 : 90).

Dengan beberapa pendapat di atas maka adat istiadat dapat disimpulkan yaitu

merupakan suatu kegiatan yang ada kaitannya dengan kebudayaan yang sakral dari orang

terdahulu kemudian diwariskan kegenerasi yang baru tanpa meninggalkan suatu aturan yang

telah ditetapkan.

2.3Molonthalo

Molonthalo atau tujuh bulanan bagi sang istri yang hamil anak pertama, merupakan

acara adat dan rangka peristiwa adat kelahiran dan peremajaan, yang telah baku pada

masyarakat Gorontalo. Molonthalo adalah pernyataan dari keluarga pihak suami bahwa

kehamilan anak pertama, adalah harapan yang terpenuhi akan kelanjutan turunan dari

perkawinan yang syah, (Daulima, 2006 : 2).

Molonthalo adalah pemantapan kehidupan sepasang suami istri menyambut sang bayi

sebagai penerus keturunan mereka dan persiapan fisik dan mental menjadi ayah dan ibu yang

baik dengan memelihara kelangsungan rumah tangga yang dilambangkan dengan saling

menyuapi, (Daulima 2006: 2-3).

Sakralnya kejadian kehamilan pertama oleh para leluhur kita telah

dipaterikan/praktekan ke dalam suatu pesta yang dihadiri oleh keluarga pihak ibu hamil dan

pihak keluarga suami.

Maka dapat disimpulkan Molonthalo atau tujuh bulanan adalah suatu kegiatan yang

sakral dalam menyambut sang jabang bayi yang sudah berumur 7 bulan dalam suatu

kehidupan rumah tangga dengan pemantapan sepasang suami istri demi memelihara

kelangsungan rumah tangga.