Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Konsep Kaki
2.1.2 Definisi Kaki
Kaki merupakan anggota gerak yang menjadi bagian penting bagi anggota
tubuh, secara biomekanika kaki merupakan bagian yang berfungsi sebagai penerima
beban dari seluruh anggota tubuh. Kaki juga bagian penting bukan hanya pelengkap
dari bagian tubuh akan tetapi juga untuk menopang berat tubuh, disamping untuk
menopang tubuh, kaki juga mempunyai peran dan fungsinya tersendiri (Weller, 2013).
Menurut (Fu, 2017;Sallika, 2010) kaki adalah bagian tubuh yang sering tidak
diperhatikan oleh setiap orang, sehingga menimbulkan banyak sekali masalah seperti,
kulit kering, jamur, tumit pecah-pecah, varises, bau tidak sedap atau bau kaki.
2.1.3 Bau Kaki (Feet Odor)
Bau kaki merupakan bau yang terjadi ketika keringat bercampur dengan
bakteri. Bau kaki berbeda dari jenis bau pada umunya seperti bau badan dan sebagainya.
Kaki terdapat kelenjar keringat yang disebut kelenjar ekrin dan apokrin, kelenjar ekrin
cenderung tipis dan berair, sehingga menguap lebih cepat dan tidak menimbulkan bau,
sedangkan pada kelenjar apokrin mengandung protein dan asam amino yang berperan
sebagai nutrisi bagi bakteri, sehingga bakteri mampu bertahan hidup pada kulit, bakteri
inilah yang menghasilkan bau. Keringat pada kaki berasal dari kelenjar ekrin (Tiran &
Nastiti, 2014). Beberapa penelitian berpendapat bahwa saat berjalan tanpa alas kaki
untuk waktu yang lama dan kontak langsung dengan tanah mengakibatkan suhu di kaki
akan meningkat. Untuk menyeimbangkan suhu di kaki maka tubuh memproduksi
keringat secara berlebih (Setiawan & Suling, 2018).
8
Kulit manusia terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan
subkutan. Dalam lapisan epidermis terdapat desmosome yang terdiri dari berbagai jenis
lemak atau protein yang mengakibatkan terjadi regenerasi kulit yaitu, kulit yang telah
mati dan digantikan dengan kulit baru. Epidermis yang mengelupas disebut juga
dengan lapisan sel kulit mati. Sel kulit mati yang terdiri dari kreatin yang berperan
sebagai pelindung epidermis dan juga untuk mempertahankan tubuh dari kelembaban.
Sel-sel kulit mati yang menumpuk tidak hanya menyebabkan penyebaran bakteri,
tetapi juga beberapa masalah lain, seperti buruknya sirkulasi darah dan menurunnya
kepekaan terhadap dingin. Selain itu, sel-sel kulit mati ditemukan antara jari-jari kaki
yang juga menciptakan bau kaki (Liberta, 2010)
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Penyebab Bau Kaki
1. Keringat
keringat merupakan suatu mekanisme yang berfungsi sebagai meregulasi suhu
tubuh untuk merespon pada kondisi yang berat atau panas. Pada manusia cara
mengeluarkan keringat berbeda antara satu dengan yang lain. Keringat
menghasilkan air, garam dan beberapa senyawa kimia, ketika kadar garam yang
relatif tinggi pada kulit sehigga dapat mempercepat petumbuhan koloni bakteri
(Brett R. Martin, 2015).
Tingkat keparahan keringat bisa berkelanjutan pada telapak tangan dan telapak
kaki yang mengalami kelembapan hampir setiap hari. Penelitian lainnya, sebagian
besar subyek sebanyak (47,6%) bahwa timbulnya hyperhidrosis terjadi pada usia 12
dan 17 tahun, (35%) pada usia ≥ 17 tahun, (10%) pada usia 6 dan 12 tahun, dan
(7,5%) pada usia 6 tahun (Gross et al., 2014).
9
2. Infeksi jamur dan bakteri.
Bakteri secara alami berada pada kulit kaki manusia seperti propionibecterium
acnes, staphylococcus epidermis, staphyilococcus aureus, micrococci sp., dan bacillius subtilis
bakteri yang berasal dari spesies staphylococcus yang toleran terhadap kadar garam
yang relatif tinggi. Spesies bakteri predominan pada 50% staphylococcus di kulit adalah
staphylococcus epidermidis. bakteri ini mengubah asam amino yang ditemukan pada kulit
dan menghasilkan asam isovaleric yang menyebabkan bau kaki (Pinheiro et al., 2015).
Pertumbuhan bakteri yang dikeluarkan dari hasil sekresi pocrine (keringat apokrine
berasal dari kelenjar apokrin yang terdiri dari protein, asam amino, lipid,
karbohidrat, dan air), sedangkan eccrine (kelenjar ekrin yang berasal dari kelenjar
ekrin dan terdiri dari NaCl, asam asetat, asam propionate, asam koproat, asam
koprionat, asal laktat, asam sitrat, urea dan air) dan sebaceous gland (Rittie, Sachs,
Orringer, Voorhees, & Fisher, 2013).
3. Pemakaian sepatu yang tertutup
Bau kaki berawal dari keringat yang bercampur dengan bakteri sehingga
menjadi bau. Salah satu penyebabnya adalah pemakaian bahan alas kaki atau sepatu
yang salah. Alas kaki atau sepatu yang terbuat dari plastik atau bahan sintetik susah
dalam meyerap keringat sehingga kaki mudah lembab (Sallika, 2010). Keadaan kaki
yang tertutup dan penggunaan yang telalu lama serta didukung oleh suhu yang tinggi
atau cuaca panas sehingga timbulnnya penguapan lembab sehingga terjadinya
pertumbuhan bakteri. Pada awalnya bakteri menempel pada sepatu dan kaos kaki,
namun seiring waktu akan menempel pada kaki dan kulit yang mengakibatkan bau
kaki (Tiran & Nastiti, 2014).
10
2.1.5 Penatalaksanaan Bau Kaki
Bau kaki sering disebabkan karena keringat yang bercampur dengan bakteri
sehingga, cara mengatasinya yaitu:
1. Rendam kaki dengan air hangat, lalu menyikat kaki, serta kuku dengan sikat gigi
yang lembut. Setelah bersih, keringkan dan beri pelembap. cara ini bisa
dilakukan seminggu 3 kali (Chomaria, 2018).
2. Menurut (Fu, 2017) dalam bukunya mengatakan jika seduhan air teh yang
hangat dan direndam semalam 30 menit dapat mengatasi jamur pada kaki
penyebab kutu air karena, zat Tanin yang terkandung dalam teh membantu
mengurangi bau tidak sedap yang disebabkan oleh aktifitas bakteri.
3. Penelitian (Sharquie et al., 2013) ini menunjukkan bahwa seng sulfat adalah
mode terapi efektif dalam pengobatan bau kaki sebanyak 70% pasien setelah
dua minggu. Sebanyak 70% pembersihan berlanjut setelah dua bulan.
Mekanisme kerja seng sulfat topikal tidak dijelaskan dengan baik tetapi
kemungkinan besar terkait dengan efek antibakteri, antijamur dan anti-keringat.
Kesimpulannya, larutan seng sulfat 15% topikal terbukti efektif dalam
membersihkan bau kaki pada 70% pasien dan memiliki tindakan terapi dan
profilaksis.
4. Menurut (Hatranti, 2010) dalam bukunya mengatakan salah satu cara untuk
mengurangi bau kaki yaitu dengan pemberian bubuk teh. Bubuk teh dibalurkan
pada kaki dan dilakukan pada malam sebelum tidur dan pagi hari. Gunakan
kaos kaki yang tipis agar teh yang dibalurkan tidak mudah hilang.
11
2.1.6 Dampak Bau Kaki Pada
1. Kecemasan
Kecemasan merupakan respon terhadap ancaman atau stressor yang datang baik
dari dalam diri individu maupun dari lingkungan. Kecemasan adalah suatu
keadaan patologik yang ditandai oleh perasaan ketakutan yang disertai sistem
saraf otonom yang hiperaktif. Kecemasan sendiri adalah reaksi emosional yang
sering muncul seperti khawatir, gelisah, tegang, dan kurang percaya diri
(Kristanto, Sumardjono, & Setyorini, 2014)
2. Citra diri
Citra diri merupakan gambaran tentang tubuh yang dibentuk dalam pikiran,
dimana perasaan tentang tubuh seperti, kuat atau lemah, tinggi atau pendek,
putih atau hitam, cantik atau jelek, wangi atau bau, maka dari itu setiap individu
diharuskan untuk dapat membangun citra diri yang positif, citra diri sendiri
yang positif tidak hanya tentang bentuk tubuh dan penampilan fisik akan tetapi
juga tentang perasaan, sikap, perilaku, dan aktivitas pada diri individu
(Ramadhani & Putrianti, 2014).
2.2 Konsep Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
2.2.1 Definisi Kebersihan Diri (Personal Hygiene)
Kebersihan Diri (Personal Hygiene) berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Personal hygiene adalah salah satu
kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari kebersihan diri sangat
pentingan dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi dari kebiasaan dari orang itu
sendiri, memelihara kebersihan dirinya dalam memperoleh kesehatan fisik yang
12
bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit. Seseorang dikatakan memiliki personal
hygine yang baik adalah dengan menjaga kebersihan diri meliputi, perawatan kulit kepala,
rambut, mata, hidung, telingan, kuku, tangan, kaki dan perawatan keseluruh tubuh
(Aulia, Muhlisin, & Kartinah, 2014).
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Personal Hygiene
Menurut potter dan perry (2012), dalam jurnal pengaruh pendidikan kesehatan
tahun 2015, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan
personal hygine yaitu:
1. Citra tubuh
Citra tubuh merupakan konsep secara objektif seseorang terhadap penampilan
fisiknya. Citra tubuh sering berubah dan dipengaruhi oleh sehingga cara untuk
mempertahankan hygiene nya.
2. Faktor ekonomi
Status ekonomi seseorang sangat mempengaruhi jenis dan tingkat dalam
pemeliharaan personal hygiene, jika seseorang memiliki status ekonomi yang lebih
rendah maka memungkinkan praktik personal hygiene yang lebih rendah. Seseorang
mempengaruhi jenis dan praktik kebersihan yang dilakukan dengan adanya
ketersediaan barang yang memenuhi kebutuhannya seperti deodorant, sampo, pasta
gigi, dan kosmetik sebagai alat penunjang pemeliharaan hygiene dalam lingkungan
rumah. Pada penelitian (Ayatullah, 2012) dari 30 (83,3 %) remaja putri menurut
status ekonomi tinggi, 12 (33,3%) memiliki personal hygiene kurang dan 18 (50%)
memiliki personal hygine cukup. Sedangakan 6 (16,7%) dari remaja putri dengan status
ekonomi rendah, 0 (0,0%) memiliki personal hygine kurang dan 6 (16,7%) memliliki
personal hygine cukup, dengan p = 0,079 > 0,005
3. Faktor kebudayaan
13
Kebudayaan (kepercayaan) akan nilai pribadi seseorang akan mempengaruhi
praktik dalam personal hygiene. Dalam masyarakat akan menghasilkan suatu pola yang
pada umumnya disebut kebudayaan, kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang
lama sebagai perkembangan kehidupan suatu masyarakat. Kebudayaan akan selalu
berubah baik secara lambat maupun secara cepat sesuai dengan perkembangan
zaman dan peradaban manusia. Pada penelitian (Ayatullah, 2012) dari 30 (83,3%)
remaja putri yang memilik kepercayaan (kebudayaan) cukup, 4 (11,1%) memiliki
personal hygiene kurang dan 26 (72,2%) memiliki personal hygiene cukup. Sedangkan dari
6 (16,7%) remaja putri yang memiliki kepercayaan (kebudayaan) kurang, 4 (11,1%)
dengan personal hygiene kurang dan 2 (5,6%) memiliki personal hygiene cukup, dengan p
= 0,014 < 0,005. Seseorang dengan latar kebudayaan yang berbeda akan
mempengaruhi perawatan personal hygiene.
2.2.3 Penatalaksanaan Personal Hygiene Pada Kaki
Kebersihan kuku Menurut penelitian (Lavenia & Dyasti, 2019), Kebersihan
kuku adalah menjaga kebersihan tangan dan kaki, sehingga mencegah timbulnya
infeksi, menecegah terjadinya bau kaki dan melihat masalah pada kuku kaki dan tangan.
Masalah yang sering terjadi pada kuku kaki dan tangan adalah perawatan yang salah
atau kurang yaitu dengan menggigit kuku atau memotong kuku dengan tidak tepat.
Berdasarkan penelitian analisis statistik diketahui bahwa 26% anak yang tidak
memotong kuku dengan rapi terinfeksi bakteri daripada 17% anak yang memotong
kuku. Berdasarkan penelitian lainya (Zebua, Santi, & Naria, 2014), bahwa responden
paling banyak mengalami gangguan kulit yaitu sebanyak (62,7%) 47 orang,
pengetahuan tentang personal hygiene dengan keluhan kulit (p=0,022), ada hubungan
tentang kebersihan kulit terhadap keluahan kulit (p=0,006), ada hubungan tentang
14
kebersihan tangan, kaki dan kuku dengan keluhan kulit, ada hubungan tentang
kebersihan rambut dengan keluhan kulit (p=0,001).
2.3 Konsep Teh (Camellia Assamica)
2.3.1 Pengertian Teh (Camelia Assamica)
Dari ribuan teh yang berasal dari pohon teh, atau yang dinamakan Camelia
Sinesis, menurut istilah biologi, teh berasal dari family theaceae, genus camelliae. Asal
tanaman ini dari Cina, Tibet dan india bagian utara, ada dua jenis teh yaitu, jenis
tanaman Camellia Sinesis Varian Sinesi, yaitu yang berjenis daun kecil yang hidup
didaerah daratan tinggi di Cina tengah dan Jepang. Kedua adalah Camellia Sinesis Varian
Assamica, yaitu yang berjenis daun lebar yang tumbuh di daerah beriklim tropis seperti
dan lembab, dan paling umum ditanam di Indonesia. Varietas Assamica daun yang
sedikit besar dengan ujung yang runcing, bila di potong, pohon teh tumbuh sedikit
kecil setinggi 5-10 m, dengan bentuk seperti kerucut. Batang tanaman yang tegak,
bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun teh berdaun
tunggal, bertangkai pendek, helai daun kaku dan tipis, bentuknya memanjang dengan,
ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, panjang daunnya 6-18 cm dan lebar 2-
6 cm, warna daun yang mengkilap (Somantri, 2014).
15
Klasifikasi ilmiah Teh (Camellia Assamica) yaitu:
Kingdom : plantae.
Devisi : spermatophyte.
Sub devisi : Angiospremae.
Class : Dicotyledoneae.
Ordo : Guttiferales.
Family : Tehacae.
Genus : Camelia
Spesies : Cmeliasinesis
2.3.2 Kandungan Senyawa Dalam Tanaman Teh
Kandungan senyawa kimia daun teh memiliki manfaat yang bereda-beda bagi
tubuh dan terdapat beberapa senyawa yang mempunyi peran penting yaitu (Sudraminto
s. yuwono & Waziiroh, 2018).
1. Flavonoid
Ketein merupakan seyawa metabolik sekunder yang secara alami dihasilkan
oleh tumbuhan dan termaksud dalam golongan flavonoid (Amelia, Sudomo, &
Widasari, 2010). Flavonoid sebagai antimikroba yang berkerja merusak membran
plasma, sehingga menyebabkan kebocoran sel bakteri pada konsentrasi rendah,
sedangakan pada konsentrasi tinggi dapat berkoagulasi dengan protein sehingga
mengakibatkan kematian.
Senyawa fenol dari tumbuhan yang mempunyai kelebihan untuk membentuk
protein melalui ikatan hydrogen, sehingga mampu merusak membran bakteri
(Sudraminto S. Yuwono & Waziiroh, 2018). Pada penelitian sebelumya bahwa
senyawa katekin dari daun teh (Camelliasinensis, L. varassamica) efektif sebagai
Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Assamica) (Somantri, 2014)
16
antibakteri terhadap bakteri Micrococcusluteus. Senyawa katekin mempunyai aktivitas
antibakteri yang paling kuat yaitu isolat 5 dengan memberikan zona hambat 21,3
mm terhadap bakteri Micrococcusluteus (Rustanti, Jannah, & Fasya, 2013)
2. Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok metabolik sekunder yang susunan dasarnya
mengandung atom nitrogen (N). selain terdapat susunan N, senyawa ini juga
tersusun atas karbon, hydrogen, nitrogen, dan juga mengandung oksigen dan sulfur.
Senyawa alkaloid disistensis dari asam amino seperti tirosin yang mampu
menghilangkan berbagai macam organisme. Alkaloid bersifat toksik terhadap
antimikroba sehingga efektif dalam membunuh bakteri dan virus(Widaryanto &
Azizah, 2018). Alkaloid juga berfungsi sebagai antibakteri yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram negative dan gram positif. Menurut penelitian (Rustanti
et al., 2013) bakteri Micrococcus termasuk bakteri gram positif, bersifat aerob, non
patogen dan termasuk family micrococcaceae Micrococcus luteus mampu
mendegradasi senyawa-senyawa yang mengeluarkan cairan dalam menghasilkan bau
yang tidak menyenangkan (bau busuk)
3. Tanin
Tanin merupakan turunan dari asam galat, sebagian besar turunan galat disebut
tanin karena bersifat dapat pemasakan kulit. Tanin mempunyai daya antibakteri
dengan cara mempresipitasi protein karena diduga tanin mempunyai efek yang sama
dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin, di antaranya melalui reaksi dengan
membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik
Selain itu, tanin diduga dapat merusak dinding sel atau membran sel sehingga
mengganggu fungsi sel sehingga tidak dapat mampu bertahan hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Martono & Setiyono, 2014). Tannin
17
mempunyai salah satu manfaat sebagai antibakteri melalui aksi molekulernya yaitu
membentuk protein melalui ikatan hydrogen dengan ikatan hidrofobik (Zhou,
Chen, Lee, Li, & Sun, 2017).
4. Karbohidrat
Seperti tanaman lainnya, teh juga mengandung berbagai macam karbohidrat
yang terdiri dari gula sederhana sampai kompleks seperti, polisakarida, selulosa, dan
hemiselilosa. Kandungan gula dalam teh antara lain selulosa bebas, fruktosa,
glukosa, dan 2 oligosakarida. Selain itu, teh juga mengandug glukosa, ramnosa,
galaktosa, dan arabinose.
5. Asam organik
Asam organik merupakan fungsi utama pada saat proses oksida dan reduksi.
Asam organik menjadi bahan pembentuk karbondioksida, asam amino, dan lemak.
Dalam daun teh yang segar dan selama proses fermentasi, teh mengandung asam
malat, asam oksalat, asam sistrat, dan asam suksinat.
6. Vitamin
Vitamin yang terkandung dalam daun teh yaitu vitamin K dan jumlahnya yang
cukup banyak (300-500 IU/g). vitamin K sangat penting dalam proses pembekuan
darah dan proses pembentukan tulang.
7. Senyawa Aromatis
Aroma merupakan salah satu penentu kualitas teh. Mekanisme pembentukan
aroma berasal dari karotenoid yang diperoleh dari pigmen teh, muncul dari oksidasi
sneyawa katein dengan bantuan enzim. Semakin tinggi kandungan polifenol didalam
teh, teh akan terasa sepat.
18
8. Enzim-enzim
Enzim pada teh mempunyai peran sebagai biokatalisator sebagai reaksi kimia
dalam tanaman. Enzim yang terkandung dalam teh yaitu, invertase, amilase, β
glucosidase, oksimetilase, protase, dan peroksidase (Anggraini, 2017).
2.3.3 Jenis-Jenis Teh
Menuru (Somantri, 2014), Ada beberapa jenis teh yang berasal dari jenis
tanaman yang sama dan yang membedakan hanya cara proses setelah di panen yaitu:
1. Teh Putih (White Tea)
Teh putih memiliki ciri khas adalah pucuk daunnya yang muda memiliki bulu-
bulu halus berwarna putih dan bentuknya lancip panjag dengan aroma floral yang
kuat. Pada jenis teh putih tinggat oksidasi yang lebih kuat, proses pemetikan dau
teh, dipastikan tidak hujan dan tidak terdapat embun pada daun teh, karena daun
yang terlalu basah tidak bisa menghasilkan teh putih yang baik.
2. Teh Hitam
Teh hitam adalah teh yang mengalami oksidasi penuh. Karena, daunnya yang
berwarna coklat gelap dan berwarna coklat kemerahan sampai coklat pekat jika
diseduh dengan air hangat. Proses oksidasi juga dapat mengurangi rasa pahit pada
daun teh.
3. Teh Kuning
Seperi namanya teh kuning, warna daun teh keringnya adalah kuning keemasan.
Pada proses pengolahan teh kuning mirip dengan teh hijau China. Akan tetapi
perbadaannya, pada proses pengeringan yang diperlambat. Teh kuning memiliki
rasa yang lebih manis dan lembut dari pada teh hijau.