25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gastroenteritis Akut adalah Gastroenteritis Akut (GEA) adalah buang air besar yang tidak normal atau berbentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada Neonatus frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali sedangkan pada bayi lebih dari umur satu bulan dan anak frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Behrman, 2000). Gastroenteritis adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi dan warna dari tinja (Whaley & Wong, 1996). Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa darah dan/atau lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri didefinisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Sodikin, 2011). Diare atau Gastroenteritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah (Hidayat, 2006). Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

  • Upload
    vokiet

  • View
    244

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Gastroenteritis Akut adalah Gastroenteritis Akut (GEA) adalah buang air

besar yang tidak normal atau berbentuk tinja yang encer dengan frekuensi

lebih banyak dari biasanya. Pada Neonatus frekuensi buang air besar lebih dari

4 kali sedangkan pada bayi lebih dari umur satu bulan dan anak frekuensinya

lebih dari 3 kali sehari (Behrman, 2000).

Gastroenteritis adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari

saluran pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasi

dari perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi dan warna dari tinja (Whaley &

Wong, 1996).

Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan

atau tanpa darah dan/atau lendir dalam feses, sedangkan diare akut sendiri

didefinisikan dengan diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak

yang sebelumnya sehat (Sodikin, 2011). Diare atau Gastroenteritis merupakan

suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya,

ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3

kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir

darah (Hidayat, 2006).

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis

adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami

defekasi sering dengan feses cair atau tidak berbentuk dengan frekuensi lebih

banyak dari biasanya.

B. Anatomi dan Fisiologis

Gambar1. Anatomi system pencernaan. dari (Pustekkom Depdiknas, 2008 )

Menurut Sodikin, (2011) struktur saluran pencernaaan berbeda antara

suatu bagian dengan bagian yang lain, akan tetapi secara umum tersusun atas

empat lapisan atau empat bagian, yaitu :

1. Mukosa

Mukosa tersusun atas epetil, lamina propria dan muskularis

mukosa. Bentuknya berbeda antara satu bagian dengan bagian lainnya di

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

saluran pencernaan. Lama propria sebagian besar terdiri atas jaringan ikat

dan jaringan ikat yang mengandung serat kologen dan elastin.

2. Submukosa

Submukosa terdiri atas jaringan ikat, jaringan dari serat kolagen dan

elastin.

3. Tunika Muskularis

Tunika muskularis tersusun atas dua lapis otot, sirkuler di sebelah

dalam dan longitudinal di sebelah luar.

4. Lapisan serosa (advantisa)

Lapisan serosa (advantisa) merupakan lapisan yang paling luar,

bagian ini terutama disusun oleh jaringan ikat yang kemudian membentuk

mesentrium, kecuali dibagian esofagus dan rectum.

Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan

mempersiapkannya untuk di asimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas

bagian –bagian berikut, antara lain :

a. Mulut

Mulut merupakan bagian pertama dari saluran pencernaan. Dinding

kavum oris memiliki struktur untuk mastikasi. Dimana makanan akan

dipotong, dihancurkan oleh gigi, dan dilembabkan oleh saliva. Selanjutnya

makanan tersebut akan membentuk bolus dimana masa terlapisi salvia

(Sodikin, 2011).

Mulut atau oris adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri

atas 2 bagian yaitu :

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

1. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi,

bibir, dan pipi.

2. Bagian rongga mulut bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi

sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis, di sebelah

belakang bersambung dengan faring (Syaifuddin, 2006).

b. Lidah

Lidah tersusun atas otot yang pada bagian atas dan sampingnya

dilapisi dengan membrane mukosa, lidah pada neonates relative pendek dan

lebar. Tunas kecap ditemukan pada papilla dan respons menghisap

meningkat dengan adanya rasa bahan yang manis. Lidah menempati kovum

oris dan melekat secara langsung pada epiglottis dalam faring. Tiga ruang

mirip celah membentuk struktur dalam mulut, yang memungkinkan cairan

untuk melintas ke dalam faring. Elevasi dari laring mengarahkan

pembukaan dari laring ke dalam nasofaring sehingga bayi dapat bernafas

secara bebas, sementara cairan masuk ke dalam faring, hal ini penting

karena neonates bernapas melalui hidung (Sodikin, 2011).

Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,

kerja otot lidah ini dapat digerakan keseluruh arah. Lidah dibagi atas tiga

bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan

apeks lingua (ujung lidah). Fungsi lidah yaitu mengaduk mekanan,

membentuk suara, sebagai alat pengecap dan menelan, serta merasakan

makanan (Syaifuddin, 2006).

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

c. Gigi

Pertumbuhan gigi merupakan suatu prosses fisiologis yang dapat

menyebabkan salvias berlebihan dan rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia

dilengkapi dengan dua set gigi yang tampak pada masa kehidupan yang

berbeda-beda. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu atu desidua), yang

bersifat sementara dan tumbuh melalui gusi selama tahun pertama dan

tahun kedua kehidupan; selanjutnya set kedua atau set permanen,

menggantikan gigi primer dan mulai tumbuh pada sekitar umur 6 tahun.

Pertumbuhan gigi yang lambatt dapat terjadi karena rakhitis dan

hipotiroidisme. Pertumbuhan gigi premature dapat terlihat sejak lahir

biasanya tidak mengganggu pemberian ASI (Sodikin, 2011).

Terdapat dua kelompok gigi yaitu gigi sementara atau gigi sulung

dan gigi tetap. Terdapat dua puluh gigi sulung, sepuluh pada tiap rahang.

Dari tengah kedua sisi beturut-turut disebut dua insisivus atau gigi seri, satu

kanina atau gigi taring, dan dua molar atau geraham. Gigi tetap lebih

banyak yaitu tiga puluh dua, enambelas pada tiap rahang. Dari tengah

kesamping berturut-turut disebut : dua insisivus, satu taring, dua premolar

(geraham depan), dan tiga molar (geraham belakang) (Pearce, 2009).

d. Esofagus

Esophagus merupakan tuba otot dengan ukuran 8- 10 cm dari

kartilago krikoid sampai bagian kardia lambung. Panjangnya bertambah

selama 3 tahun seelah kelahiran, selanjutnya kecepatan pertumbuhan lebih

lambat mencapai panjang dewasa menjadi 23-30 cm. penampung rata-rata

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

saat lahir adalah 5 mm dengan kurvatura yang kuranng mencolok

dibandingkan orang dewasa. Bagian tersemmpit esophagus bersatu dengan

faring, area ini mudah mengalami cedera jika mengenai peralatan yang

dimasukkan seperti bougi atau kateter (Sodikin, 2011).

Esophagus berdinding empat tipis. Di sebelah luar terdiri atas lapisan

jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang terdiri atas dua

lapisan serabut otot, yang satu berjalan longitudinal dan yang lain sirkuler,

sebuah lapisan submukosa, dan dipaling dalam terdapat selaput lendir

(Mukosa) (Pearce, 2009).

e. Lambung

Lambung dewasa ditemukan pada lambung fetus sebelum lahir.

Kapasitas dari lambung antara 30-35 ml saat lahir dan meningkat sampai

sekitar 75 ml pada kehidupan minggu ke 2, sekitar 10 ml pada bulan

pertama, dan rata-rata pada orang dewasa kapasitasnya 1000 ml. Bagian

mukosa dan submukosa neonates relative lebih tebal dibandingkan orang

dewasa. Jumlah glandula gastric pada neonates 2.000.000 (dua juta),

sementara pada orang dewasa lebih dari 25.000.000 (dua puluh lima juta),

sekresi asam dimulai sebelum lahir dan ditemukan juga aktivitas

proteolitik, tetapi dengan kadar yang lebih rendah dibandiingkan yang

ditemukan setelah umur 2-3 bulan (Sodikin, 2011).

Menurut Pearce (2009) Lambung terdiri atas empat lapisan yaitu :

1. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa,

2. lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis yaitu:

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

a. serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot

usofagus,

b. Serabut sirkuler, yaitu serabut yang paling tebal dan terletak di

pylorus serta membentuk otot sfinkter, dan berada di bawah lapisan

pertama,

c. Serabut oblik, yaitu serabut yang utama dijumpai pada fundus

lambung.

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh

darah dan saluran limfa,

4. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas

banyak kerutan atau rugae, yang hilang bila organ ini mengembang

karena berisi makanan.

Fungsi utama lambung adalah menyiapkan makanan untuk dicerna

diusus, memecah makanan, penambahan cairan setelah cair, dan

meneruskannya ke duodenum. Makanan disimpan di dalam lambung lalu

dicampur dengan asam, mucus, danpepsin; kemudian dilepaskan pada

kecepatan mantap terkontrol ke dalam duodenum (Syaifuddin, 2006).

f. Usus Kecil

Usus kecil terbagi menjadi duodenum, jejunum dan ileum. Usus kecil

memiliki panjang 300-350 cm saat lahir, mengalami peningkatan sekitar 50

% selama tahun pertama kehidupan dan berukuran ± 6 m saat

dewasa.duodenum merupakan bagian terpendek dari usus kecil yaitu sekitar

7,5-10 cm dengan diameter 1-1,5 cm. dinding usus terbagi menjadi empat

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

lapisan yaitu mukosa, submukosa, muskuler, san serosa (peritoneal)

(Sodikin, 2011).

Lapisan membrane mukosa mengandung beberapa struktur yaitu

pertama, lapisan sirkuler yang berjalan secara parsial (lengkap), disrkrliling

bagian usus kecil, hal ini bervariasi dalam ukuran san jumlah disepanjang

usus kecil. Dibagian bawah dari ileum, bila ada dan akan memiliki ukuran

kecil dan hanya sedikit ditemukan. Lapisan sirkuler berfungsi untuk

meningkatkan absorpsi permukaan dari usus. Kedua, vilia usus yang

merupakan tonjolan mirip jari dan menonjol kepermukaan dalam usus,

terdiri dari lapisan epitel dimana terjadi proses absorpsi, serta otot polos

suatu pleksus pembuluh darah yng dipengaruhi atau diperdarahi arterior

(Syaifuddin, 2006).

Menurut Pearce (2009) fungsi usus halus antara lain :

1. Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

2. Menyerap karbohidrat dalam bentik monosakarida.

3. Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler

darah dan saluran limfa.

g. Usus Besar

Usus besar berjalan dari katup ileasoekal ke anus. Usus besar dibagi

menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan

kolon sigmoid. Panjang usus besar bervarisi, berkisar sekitar ± 180 cm. sekum

adalah kantong besar yang terletak pada fosa iliaka dekstra (Syaifuddin,

2006).

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

Menurut Pearce (2009) fungsi usus besar antara lain :

a. Sekresi inulin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam,

b. Penyiapan selulosa,

c. Devekasi,

d. Absorpsi air, garam dan glukosa.

Apendiks adalah tonjolan seperti cacing dengan panjang 18 cm dan

membuka pada sekum pada ± 2,5 cm dibawah katup iliosokal. Apendik

memiliki lumen yang sempit. Lapisan submukosanya mengandung banyak

jaringan limfe. Apendik yang sebagian besar mengandung jaringan limfoid,

melekat pada dasar sekum dan merupakan tempat umum terjadinya inflamasi

(apendiksitis). Apendik merupakan tempat peradangan aku dan menahun,

penyebanya biasanya tidak diketahui, tetapi sering mengikuti terjadinya

sumbatan lumen (Sodikin, 2011).

C. Etiologi

Hampir sekitar 70-90% penyebab dari diare sudah dapat dipastikan.

Secara garis besar penyebab diare dapat dikelompokan menjadi penyebab

langsung atau factor-faktor yang dapat mempermidah atau mempercepat

terjadinya diare (Sodikin, 2011). penyebab diare akut dapat dibagi menjadi

dua golongan, diare sekresi (secretori diarrhea) dan diare osmotic (osmotic

diarrhoea). Diare sekresi dapat disebabkan oleh factor-faktor antara lain :

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

1. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainya (seperti

keadaan gizi, hygiene, dan sanitasi yang buruk, kepadatan penduduk,

social budaya dan social ekonomi.

2. Hiperperistaltik usus halus yang disbabkan oleh bahan-bahan kimia,

makanan (seperti makanan beracun, makanan pedas atau terlalu asam),

gangguan psikis (kelakuan, gugup) gangguan syaraf, hawa dingin, alergi

dan sebagainya

3. Defisiensi imun terutama Sig A (secretary ammunoglobin A) yang

mengakibatkan berlipat gandanya bakteri atau flora usus dan jamur

(terutama kandida). Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi makanan,

kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir rendah (Sodikin,

2011).

Tabel 2.1 penyebab diare pada bayi, anak, remaja

Jenis diare Bayi Anak Remaja

Akut

Gastroenteritis

Infeksi sistemik

Akibat pemakaian

antibiotic

Gastroenteritis

Keracunan

makanan

Infeksi sistemik

Akibat

pemakaian

antibiotic

Gastroenteristis

Keracunan

makanan

2.Akibat

pemakaian

antibiotik

Kronik Pasca infeksi

defisiensi

disakaridose

sekunder

intoleransi protein

Pasca infeksi

defisiensi

disakaridase

sekunder

sindrom

Penyakit radang

usus

intoleransi

laktosa

giardiasis

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

susu

fibrosis kristik

sindrom apendiksitis

iritabilitas kolon

penyakit seliak

penyalah gunaan

laksatif

Menurut Soegijanto (2002) Gastroenteristis Akut (Diare akut) pada 25

tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini telah lebih

dari 80 % penyebab telah diketahui. Pada saat ini telah diidentifikasi tidak

kurang 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan Gastroenteristis

Akut (Diare Akut) pada anak.

Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang

ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh

virus yang terutama ialah ratavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah

virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, Minirotavirus, dan virus

bulat kecil. Diseluruh pelosok dunia diestimasikan bahwa Rotavirus

menyebabkan lebih dari 125 juta episode Gastroenteritis Akut (Diare Akut)

dan menjadi sebab hampir 1 juta kematian setiap tahun pada bayi dan anak.

Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit Gastroenteritis Akut adalah

aeromonas hyrophila, bacilius cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium

defficile, Clastridium perfringens, E. Coli, Shigelloides, Salmonella SPP,

Staphylococus aureus, Vibrio colerae dan yersinia enterocolitica. Penyebab

Gastroenteritis Akut (Diare Akut) oleh parasit yaitu balantidiumcoli,

capillaria philippinensis, cryptosporidium, Entamoeba hystolitica, giardia

lambia, isospora billi, fasiolopsis buski, sarcocystis suihominis,strongiloides

strecolaris dan tricuris trichiuria (Soegijanto, 2002).

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

D. Patofisiologi

Penyebab utama diare pada anak adalah bakteri atau racun (vibrio,

e.colli, salmonella, shigela, capila bacteria, yarsiria, pseudomonas), virus

enterovirus parasit cacing dan protozoa yang kurang baik atau kurang matang.

Kemudian makanan yang terkontaminasi oleh pathogen tersebut. Dapat juga

disebabkan oleh cara memasak yang kurang baik atau kurang matang

kemudian makanan masuk pada traktus gastrointestinal bersama pathogen

(Sodikin, 2011).

Patogen-patogen ini memproduksi elektrotoksin, sitotoksin yang dapat

merusak sel atau melekat pada dinding usus dan terganggunya fungsi absorpsi

cairan sehingga sekresi membrane usus mengalami peradangan akibat dan

enterotoksin dimana seseorang yang mengeluh diare dengan peningkatan suhu

tubuh, leukosit meningkat, biasanya disebabkan oleh infeksi misal e.colli,

shigella, salmonella, dan entero virus (Betz & Sowden, 2002).

Menurut Mansjoer (2002) Patofisiologi Gastroenteritis akut yang

disebabkan oleh bakteri dibagi dua, yaitu:

1. Bakteria Enterotoksigenik

Toksin diproduksi bakteri dan akan berikat pada mukosa usus

halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkatkan kadar siklik

dalam sel, menyebabkan sekresi aktif arion klorida. Keadaan lumen usus

yang diikuti air, ion berkarbohidrat, kation, natrium, kalium. Secara klinik

dapat ditemukan diare seperti air cucian dan meningkatkan dubur serta

deras dan bengkak.

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

2. Bakteri etroinfasis

Gastroenteristis menyebabkan kerusakan dinding usus berupa

rekrosis ulserasi, dan sekretorik eksudatif. Cairan gastroenteritis seperti

parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar, kerusakan villi yang

penting untuk penyerapan air elektrolit dan zat makanan .

E. Gambaran Klinis

Menurut Betz & Sowden (2002) tanda dan gejala gasrtoenteristis akut

(Diare Akut) adalah :

1. Konsistensi feses cair dan frekuensi defekasi semakin sering

2. Muntah ( umumnya tidak lama )

3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)

4. Kram abdomen

5. Membran mukosa kering

6. Fontanel atau ubun-ubun cekung (bayi)

7. Berat badan menurun

8. Malaise

Menurut Sodikin (2011) ganbaran awal pada anak yang mengalami

Gastroebteristis dimulai dari bayi atau anak mrnjadi cengeng, gelisah, suhu

badan meningkat, nafsu makan berkurang bahkan hilang, kemudian timbul

diare. Feses mungkin cair, mungkin mengandung darah atau lender, dan feses

berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercammpur empedu. Akibat

seringnya defekasi anus dan are sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

makin lama menjadi asam, hal, ini terjad akibat banyaknya asam laktat yang

dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Betz dan Sowden (2002) pemeriksaan penunjang pada

penyakit Gastroenteritis Akut adalah

1. Hemates feces, untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan pada

yang bakterial)

2. Evaluasi feces terhadap volume, warna, konsistensi, adanya kus/pus

3. Hitung darah lengkap dengan diferensial

4. Uji antigen imunoesei enzim, untuk memasttikan rotavirus

5. Kultur feces (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feces atau diare yang

berkepanjangan), untuk menentukan patogen

6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit

7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. lamblia).

Menurut Mansjoer (2001), Pemeriksaan penunjang pada Gastroenteristis

Akut (Diare Akut) adalah :

1. Pemeriksaan darah lengkap.

2. Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis

plasma.

3. Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur.

4. Pemeriksaan urine lengkap.

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai, infeksi

sistemik.

6. Pemeriksaan sediaan darah malaria serta Helicobacter jejuni sangat

dianjurkan

G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan pengobatan diare menerut Hidayat (2006) adalah:

Pemberian cairan, Jenis cairan, Cara memberikan cairan dan Jumlah

pemberiannya.

a. Cairan Peroral

1) Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral

berupa cairan bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa,

2) Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar

natrium 90 mEg/l,

3) Pada anak di bawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang

kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit

sedangkan larutan gula garam dan tinja disebut formula yang tidak

lengkap karena banyak mengandung NaCl dan glukosa.

b. Cairan Parentral

Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat dengan

rincian sebagai berikut:

1) Untuk anak usia 1 bulan – 2 tahun berat badan 3-10 kg.

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

a) 1 jam pertama : 40 ml/kg BB/menit = 3 tts/kg BB/mnt (infus

set berukuran 1 ml = 15 tts atau 13 tts / kg BB/mnt (set infus

1ml = 20 tts)

b) 7 jam berikutnya : 12 ml/kg BB/mnt = 3 tts/kg BB/mnt (infus

set berukuran 1ml = 15 tts atau 4 tts/kg BB/menit (set infus 1ml

= 20 tetes)

c) 16 jam berikutnya 125 ml/kg BB/menit

2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg

1 jam pertama : 30 ml/kg BB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (1ml

= 15 tts) atau 10 tts/kg BB/menit (1ml = 20 tetes)

3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat 15-25 kg

a) 1 jam pertama : 20 ml/kg BB/jam atau 5 tts/kg BB/menit (1ml

= 15 tetes) atau 7 tts/kg BB/menit (1ml = 20 tetes)

b) 7 jam berikutnya : 10 ml/kg BB/jam atau 2,5 tts/kg BB/mnt

(1ml = 15 tts) atau 3 tts/kg BB/mnt (1 ml = 20 tts)

c) 16 jam berikut : 105 ml/kg BB/menit oralit peroral

4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg

a) Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg

BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian

NaHCO3 1½ % )

b) Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kg BB/jam atau 6 tts/kg

BB/menit (1 ml = 15 tts) atau 8 tts/kg BB/menit (1 ml = 20 tts)

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

5) Untuk bayi berat badan lahir rendah

Kebutuhan cairan : 250 ml/kg BB/24jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian

glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.

c. Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat

badan kurang dari 7 kg. Jenis Makanan :

1) Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan

lemak tak jenuh)

2) Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat /nasi tim)

3) Susu khusus yang disesuaikan dengan keadaan yang ditemukan

misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak

yang berantal sedang atau tak jenuh.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Fokus Pengkajian

Menurut Hidayat (2006), pemeriksaan yang dilakukan pada pasien

dengan gangguan system pencernaan adalah sebagai berikut :

1) Inspeksi

Inspeksi dilakukan untuk menilai ukuran dan bentuk abdomen.

Apabila membuncit dengan menilai simetris atau tidak, apabila

simestris dapat terjadi hipokalemi, hipotiroid, penimbunan

lemak, perforasi, asites, illeus obstruksi. Sedang membuncit

asimetris kemungkinan dijumpai pada poliomyelitis,

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

pembesaran organ abdominal. Kemudian juga dapat diamati

tentang adanya gerakan dinding perut

2) Auskultasi

Pemeriksaan secara perpusi pada daerah abdomen dapat

dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju ke

bagian bawah abdomen. Bunyi yang tidak normal adalah

hipertimpani kemungkinan abstruksi gastrointestinal, illeus dll.

3) Palpasi

Palpasi dapat dilakukan dengan cara menomanual (satu

tangan) atau bimanual (dua tangan). Seperti pada palpasi pada

lapangan atau dinding abdomen seperti ada nyeri tekan,

ketegangan dinding perut dengan cara meletakan tangan kiri

pemeriksa dibagian posterior tubuh dan jari telunjuk menekan

atau masa keatas dan tangan kanan melakukan palpasi.

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

c. Fokus Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Fokus intervensi keperawatan pada anak dengan Gastroenteritis akut (Wilkinson, 2007)

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil Intervensi

1 Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik :

a. Kelemahan b. Pasien tampak Haus c. Penurunan turgor kulit d. Membran mukosa/kulit

kering e. Peningkatan denyut nadi,

penurunan volume/tekanan nadi

f. Pengisian vena menurun g. Perubahan status mental h. Konsentrasi urine

meningkat i. Temperatur tubuh

meningkat j. Hematokrit meninggi

Faktor-faktor yang berhubungan:

a. Kehilangan volume cairan secara aktif

b. Kegagalan mekanisme pengaturan

NOC:

1. Fluid balance 2. Hydration 3. Nutritional Status

: Food and Fluid Intake

Kriteria Hasil :

1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal

2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

NIC :

Fluid management

1. Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

4. Monitor vital sign 5. Monitor masukan

makanan / cairan dan hitung intake kalori harian

6. Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV

7. Monitor status nutrisi

8. Dorong masukan oral

9. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan

10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk

11. Atur kemungkinan tranfusi

12. Persiapan untuk tranfusi

Hypovolemia Management

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

1. Monitor status cairan termasuk intake dan ourput cairan

2. Pelihara IV line 3. Monitor tanda vital 4. Monitor

responpasien terhadap penambahan cairan

5. Monitor berat badan 6. Dorong pasien untuk

menambah intake oral

7. Pemberian cairan Iv monitor adanya tanda dan gejala kelebihanvolume cairan

2. Risiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/BAB sering

Definisi : Semua risiko untuk kulit yang merupakan perubahan yang bersifat merugikan kulit.

Faktor resiko :

1. eksternal a. factor mekanik b. hipo/hipertermi c. imobilitas fisik d. substansi kimia e. ekskresi atau

sekresi f. radiasi g. kelembaban h. pelembab i. usia yang ekstrim

2. internal a. pengobatan b. tulang yang

menonjol

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka/lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

NIC : Pressure Management

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan padaa tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

5. Monitor kulit akan adanya kemerahan

6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

a. kekebalan tubuh b. perubahan sensasi c. perubahan

pigmentasi d. perubahan status

metabolic e. perubahan sirkulasi f. perubahn turgor

kulit g. perubahan status

nutrisi h. psikogenik

Pencegahan Pressure Ulcer 1. Kaji adanya factor

risiko pada pasien 2. Dokumentasikan

status kulit dalam admisian tiap hari

3. Hindari menggunakan pelembab pada daerah perspirasi, luka, fekal atau inkontinensia urine

4. Jaga kebersihan linen 5. Berikan pelembab

pada kulit yang kering

Skin Surveillance

1. Inspeksi kondisi kulit yang mengalami pembedahan

2. Observasi warna, kelembaban, teksture, ulcerasi kulit

3. Monitor kulit yang kemerahan

4. Monitor adanya infeksi

5. Monitor warna dan suhu kulit

6. Catat perubahan kulit dan membran mukosa

3 Cemas b/d Lingkungan yang tidak dikenal dan prosedur yang menimbulkan stress

Definisi : Perasaan gelisah yang tak jelas dari

NOC :

1. Anxiety control 2. Coping 3. Impulse control

Kriteria Hasil :

1. Klien mampu

NIC :

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan) 1. Gunakan pendekatan

yang menenangkan 2. Nyatakan dengan

jelas harapan

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon autonom (sumner tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan keprihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya. Sinyal ini merupakan peringatan adanya ancaman yang akan datang dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menyetujui terhadap tindakan

Ditandai dengan

a. Gelisah b. Insomnia c. Resah d. Ketakutan e. Sedih f. Fokus pada diri g. Kekhawatiran h. Cemas

mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas

2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas

3. Vital sign dalam batas normal

4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

4. Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres

5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis

7. Dorong keluarga untuk menemani anak

8. Lakukan back / neck rub

9. Dengarkan dengan penuh perhatian

10. Identifikasi tingkat kecemasan

11. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

12. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi

13. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

14. Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

4. Kurang Pengetahuan b/d Informasi yang tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kurang pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topik spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7. Hindari harapan yang kosong

8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

9. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

5. Kurang Pengetahuan b/d Informasi yang tidak adekuat

Definisi :

Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topik spesifik.

Batasan karakteristik : memverbalisasikan adanya masalah, ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai.

Faktor yang berhubungan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah kurang pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

11. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

12. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

13. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

14. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat

15. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat

16. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat

17. Hindari harapan yang kosong

18. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

19. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

20. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat

21. Instruksikan pasien mengenai tanda dan

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertianrepository.ump.ac.id/7151/3/Solihin BAB II.pdf · menjadi bagian sekum, kolon asenden, kolon tevensum, kolon desenden dan kolon sigmoid. Panjang

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

Asuhan Keperawatan pada..., Solihin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2011